PNEUMONIA
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA
A. Konsep Teori
1. Definisi
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) dan
mempunyai gejala batuk, sesak nafas, bunyi nafas ronki, dan infiltrat pada foto rontgen.
Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi
akut disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan pengendalian penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun
bronkopneumonia), disebut “Pneumonia” (Christian, 2016). Pneumonia adalah inflamasi
paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi alveoli dan
bronkiolus (Terry & Sharon, 2013). Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang
disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh
eksudat peradangan (Mutaqin, 2008). Pneumonia adalah suatu radang paru yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
(Ngastiyah, 2015). Pneumonia adalah peradangan pada baru yang tidak saja mengenai
jaringan paru tapi dapat juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli
(Nugroho, 2011).
Pneumonia merupakan penyakit peradangan paru dan sistem pernafasan dimana alveoli
membengkak dan terjadi penimbunan cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor, meliputi infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia juga dapat
diakibatkan oleh bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak
langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penyalahgunaan alkohol.1,12 Gejala
khas pneumonia dapat berupa batuk berdahak kemerahan serta lekosotosis, nyeri pleural,
demam menggigil, sesak nafas atau gabungan dari beberapa gejala tersebut. Serangan
pada pneumonia biasanya tidak mendadak, khususnya pada orang tua dan hasil dari foto
thoraks dapat memberikan gambaran awal dari pneumonia.2,12
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan
akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut
dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2015). Menurut Ridha (2014)
Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan
radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding dinding
alveoli dan rongga interstisium yang ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau
nafas sesak pada anak usia balita (Ridha, 2014). Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu
infeksi saluran pernafasan bawah akut dimana asinus terisi dengan cairan radang yang
ditandai dengan batuk dan disertai nafas cepat yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan
mycoplasma(fungi)
Jadi kesimpulanya pneumonia adalah penyakit paru-paru yang biasanya dari suatu infeksi
saluran pernafasan bawah akut dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas Gejala khas
pneumonia dapat berupa batuk berdahak kemerahan serta lekosotosis, nyeri pleural,
demam menggigil, sesak nafas atau gabungan dari beberapa gejala tersebut. Serangan
pada pneumonia
2. Anatomi fisiologi
Menurut Syaifuddin (2016) “secara umum sistem respirasi dibagi menjadi saluran
nafas bagian atas, saluran nafas bagian bawah, dan paru-paru”.
1) Saluran pernapas bagian atas
Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan
melembapkan udara yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdari atas sebagai
berikut:
b) Faring
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus
antara basis kranii dan vertebrae servikalis VI.
c) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri
atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.
d) Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup
laring padasaat proses menelan.
b) Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan
lebar yang daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan
bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang
berjalan dari lobus atas dan bawah.
c) Bronkiolus
Bronkiolus merupakan percabangan setelah bronkus.
3) Paru-paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam
rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri
atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis danpleura viseralis,
serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru kanan
terdiri dari tiga lobus dan paru kiri dua lobus.
Paru sebagai alat pernapasan terdiri atas dua bagian, yaitu paru kanan dan
kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh
darah yang berbentuk yang bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki
jaringan yang bersifat elastis berpori, serta berfungsi sebagi tempat pertukaran
gas oksigen dan karbon dioksida yang dinamakan alveolus.
b. Proses terjadi
Agent penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi ataupun aliran
darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernafasan
bawah. Kemudian timbul reaksi peradangan pada dinding bronkhus. Sel menjadi
radang berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlangsung
lama sehingga dapat menyebabkan atelektasis (Manurung dkk, 2013). Kerusakan
jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme di paru banyak disebabkan
dari inflamasi yang dilakukan oleh penjamu.
Toksin yang dikeluarkan bakteri pada pneumonia, bakteri dapat secara langsung
merusak sel-sel sistem pernafasan bawah, termasuk produksi surfaktan sel alveolar
tipe II. Pneumonia bakteri mengakibatkan respons imun dan inflamasi yang paling
mencolok, yang perjalanannya tergambar jelas pada pneumonia pneumokokus
(Corwin, 2015).
c. Manifestasi Klinis
1) Hipertermia
2) Anorexia
3) Mual muntah
4) Edema paru
5) Bronchospasme
6) Tachypnea
7) Dyspnea
8) Cyanosis
9) Batuk
10) Hypoxemia
d. Komplikasi
1) Infeksi aliran darah
Infeksi aliran darah (bakteremia) terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke
dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ – organ lain.
Bakteremia berpotensi menyebabkan beberapa organ gagal berfungsi yang bisa
berakibat fatal.
2) Abses paru atau paru bernanah (empiema)
Penumpukan nanah bisa menyebabkan terbentuknya abses paru atau empiema.
Pada beberapa keadaan, kondisi ini dapat ditangani dengan pemberian antibiotik.
Diperlukan tindakan medis khusus membuang nanahnya.
3) Efusi pleura
Efusi pleura merupakan kondisi di mana cairan memenuhi ruang di antara kedua
lapisan pleura, yaitu selaput yang menyelimuti paru-paru dan rongga dada.
4) Acute Respiratoty Distress Syndrome (ARDS)
ARDS terjadi ketika cairan memenuhi kantong-kantong udara (alveoli) di dalam
paru-paru sehingga menyebabkan penderita tidak bisa bernapas (gagal napas).
5. Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaan penunjang terkait penyakit gawat darurat dan kritis
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1) Pulse oximetry, untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah;
2) Rontgen dada, untuk memastikan kondisi paru-paru dan luas area paru yang
mengalami infeksi atau peradangan;
3) CT scan, untuk melihat kondisi paru-paru secara lebih detail;
4) Tes darah, untuk memastikan adanya infeksi dan menentukan penyebab infeksi;
5) Tes dahak atau sputum, untuk mendeteksi kuman penyebab infeksi;
6) Kultur cairan pleura, untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi;
7) Bronchoscopy, untuk melihat kondisi saluran napas dengan bantuan alat
bronkoskop;
8) Tes urine, untuk mengidentifikasi bakteri Streptococcus
pneumonia dan Legionella pneumophila yang bisa ada di urine.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Pemberian antibiotik atau obat lain melalui suntikan;
2) Pemberian oksigen tambahan melalui selang atau masker oksigen, untuk
mempertahankan kadar oksigen dalam darah;
3) Pemberian cairan infus, untuk menjaga keseimbangan cairan dan kecukupan
nutrisi;
4)Rehabilitasi paru, untuk memaksimalkan penyerapan oksigen dengan melakukan
latihan pernapasan.
B. Tinjauan Teori asuhan kepenataan anestesi penyakit gawat darurat dan kritis
1. Pengkajian
a. Anamnesa (data diri, riwayat penyakit sekarang, dahulu, dan keluarga, kebiasaan
merokok dan minum alkohol);
b. Data Laboratorium;
c. Data Penunjang (EKG, Foto Thorax, dll).
2. Masalah Kesehatan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
b. Pola Napas Tidak Efektif
c. Hipertermia
3. Perencanaan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Setelah dilakukan implementasi diharapkan ketidakefektifan bersihan jalan napas
dapat berkurang pada pasien dengan kriteria hasil:
1) SpO2 dalam batas normal: 95 – 100%
2) RR dalam batas normal: 16 – 20 x/menit
3) Ekspansi dada simetris
4) Retraksi dinding dada adekuat
5) Suara napas bersih
6) Tidak terdengar suara napas tambahan
Perencanaan:
1) Observasi SpO2 dan RR
2) Observasi ekspansi dada
3) Observasi retraksi dinding dada
4) Observasi suara napas tambahan
5) Berikan posisi semi fowler
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen sesuai kebutuhan
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi mucolytics
8) Kolaborasi dengan dokter dalam tindakan suction
c. Hipertermia
Setelah dilakukan implementasi, diharapkan termoregulasi pasien tetap terjaga
dalam batas normal dengan kriteria hasil:
1) Suhu tubuh dalam batas normal: 36,5oC-37,5oC
2) Permukaan tubuh teraba hangat
3) Pasien tidak menggigil
Perencanaan:
1) Observasi suhu tubuh dan permukaan tubuh
2) Lakukan pemberian kompres dingin
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan adekuat mencegah
dehidrasi akibat hipertermia
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti piretic
4. Pelaksanaan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
1) Mengobservasi SpO2 dan RR
2) Mengobservasi ekspansi dada
3) Mengobservasi retraksi dinding dada
4) Mengobservasi suara napas tambahan
5) Memberikan posisi semi fowler
6) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian oksigen sesuai kebutuhan
7) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian mucolytics
8) Melakukan tindakan delegatif dalam tindakan suction
c. Hipertermia
1) Mengobservasi suhu tubuh dan permukaan tubuh
2) Melakukan pemberian kompres dingin
3) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian cairan adekuat mencegah
dehidrasi akibat hipertermia
4) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian anti piretic
5. Evaluasi
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
S:
-
O:
- SpO2 dalam batas normal: 95 – 100%
- RR dalam batas normal: 16 – 20 x/menit
- Ekspansi dada simetris
- Retraksi dinding dada adekuat
- Suara napas bersih
- Tidak terdengar suara napas tambahan
A:
- Masalah tetap terpantau
P:
- Pertahankan intervensi
c. Hipertermia
S:
-
O:
- Suhu tubuh dalam batas normal: 36,5oC-37,5oC
- Permukaan tubuh teraba hangat
- Pasien tidak menggigil
A:
- Masalah tetap terpantau
P:
- Pertahankan intervensi
C. Daftar Pustaka
Dahlan Z. 2009. Pneumonia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
Allen JN. 2004. Eusinophilic Lung Disease, dalam James CD, et al. Baum's Textbook of
Pulmonary Diseases. Philadephia: Lippincott W & W.
Sajinadiyasa GK, Rai IB, Sriyeni LG. 2011. Perbandingan antara Pemberian
Antibiotika Monoterapi dengan Dualterapi terhadap Outcome pada Pasien Community
Acquired Pneumonia (CAP) di Rumah Sakit Sanglah Denpasar.
Sudoyo, 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit FK UI
Wilson LM, 2014. Penyakit Pernapasan Restriktif.. Patofisiologi: konsep klinis prosses-
proses penyakit E/6 Vol.2. Jakarta:EGC. Hal:796-815.
Alberta Clinical Practice. Guidelines for The Diagnosis and Management Community
Aquuired Pneumonia. Akses online pada tanggal 3 Maret 2017 di
http://www.albertadoctors.org/bcm/ama/amawebsite.nsf/alldocsearch/87256D
B000705C3F87256E0500553605/$File/pneumoniapediatrics.pdf
Nuryasni. Pola Kepekaan Bakteri Gram Negatif pada Penderita Infeksi Saluran
Pernapasan Bawah terhadap Amoksisilin di Laboraturium Mikrobiologi Klinik
Departemen Mikrobiologi FK UI tahun 2001-2005. 2009. Program Sarjana Pendidikan
Dokter Umum. Universitas Indonesia: Jakarta.
World Health Organization. Global Action Plan for Prevention and Control of
Pneumonia. 2009.
Etiologi : jamur bakteri virus protozoa dll
Terhirup/teraspirasi
Proses peradangan
infeksi Peningkatan suhu tubuh Eksudat dan serous masuk kedalam peningkatan konsentrasi
alveoli protein cairan alveoli
Peningkatan MK : Perubahan
Mual, muntah nutrisi kurang
asam lambung
darikebutuhan tubuh
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA PNEUMONIA +SUSP COVID 19
DI INTENSIVE CARE UNIT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BULELENG
Tanggal 05-06 MEI 2016
FAKULTAS KESEHATAN
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kepenataan Anestesi gawat darurat dan kritis pada pasien Tn.Kdengan PNEUMONIA
+SUSP COVID 19 di ruang ICU RSUD Kabupaten Buleleng bali 05-06 MEI 2021
Pembimbing Akademik
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. k
Umur : 67 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku Bangsa : Bali
Status Perkawinan` : Sudah menikah
Golongan darah :-
Alamat : jln surapati 38 A kampong baru
No.CM : 505180
Diagnosa medis : PNEUMONIA +SUSP COVID 19
Tanggal masuk : 5/5/2021
Tanggal pengkajian : 6/5/2021
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Umur : 34 Tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Suku Bangsa : Bali
Hubungan dg Klien : -
Alamat : jln surapati 38 A kampong baru
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Sesak napas
5) Riwayat Kesehatan
- Adakah penyakit keturunan? Disangkal oleh keluarga.
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Keluarga mengatakan pernah,
pasien masuk rumah sakit akibat demam berdarah.
- Bagaimana pengobatannya, tuntas atau tidak? Keluarga mengatakan tuntas.
- Obat apa saja yang pernah digunakan? Keluarga mengatakan pasien di terapi
menggunakan pemberian infus, paracetamol, dan pengawasan ketat.
- Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya? Tidak pernah menurut keluarga
- Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-obatan)?
Keluarga mengatakan pasien merokok 2 bungkus/hari, minum kopi, dan
sering minum alkohol.
- Riwayat alergi? Keluarga mengatakan tidak ada
2) Air
a) Sebelum sakit
Minum air
(1) Frekuensi : 8X/hari
(2) Jenis : Air putih
(3) Cara : Oral
(4) Keluhan : Tidak ada
b) Saat sakit :
Minum air
1) Frekuensi : 1X/ hari
2) Jenis : Air putih
3) Cara : Menggunakan NGT
4) Keluhan : Tidak ada
5) Puasa : Tidak ada
3) Nutrisi/ makanan
a) Sebelum sakit
(1) Frekuensi : 3X / hari
(2) Jenis : Makanan padat (kentang, lauk-
pauk, sayuran)
(3) Porsi : 1 porsi di habiskan
(4) Diet khusus : Mengurangi makan nasi dan
konsumsi gula
(5) Makanan yang disukai : Sayur SOP
(6) Pantangan : Nasi, gula
(7) Nafsu makan : Baik
b) Saat sakit
(1) Frekuensi : 2X
(2) Jenis : (melalui NGT)
(3) Porsi : 1 porsi
(4) Diet khusus : Tidak ada
(5) Makanan yang disukai : Tidak ada
(6) Pantangan : Tidak ada
(7) Nafsu makan : Baik
(8) Keluhan : Tidak ada
(9) Puasa : Tidak ada
4) Eliminasi
a) BAB
(1) Sebelum sakit
(a) Frekuensi : 1-2 x/hari
(b) Konsistensi : Semi padat
(c) Warna : warna feses
(d) Bau : Bau khas feces
(e) Cara : Mandiri
(f) Keluhan : Tidak ada
(2) Saat Sakit
(a) Frekuensi : tidak ada
(b) Konsistensi : tidak ada
(c) Warna : tidak ada
(d) Bau : tidak ada
(e) Cara : tidak ada
(f) Keluhan : Tidak ada
b) BAK
(1) Sebelum sakit
(a) Frekuensi : 3-4 x/hari
(b) Konsistensi : Tidak ada endapan
(c) Warna : Warna urine
(d) Bau : amoniak
(e) Cara : Mandiri
(f) Keluhan : Tidak ada
(2) Saat sakit
(a) Frekuensi : 100 cc/jam
(b) Konsistensi : Tidak ada endapan
(c) Warna : Warna khas urine
(d) Bau : amoniak
(e) Cara : Alat (melalui foley catheter)
(f) Keluhan : Tidak ada
6) Psikososial
- Rasa aman dan nyaman : dalam batas normal
- Interaksi Sosial : baik
7) Pemeliharaan kesehatan
- Konsumsi vitamin : disangkal keluarga
- Imunisasi : disangkal keluarga
- Olahraga : aktif menurut keluarga
- Upaya keharmonisan keluarga : baik menurut keluarga
- Stres dan adaptasi : stress tidak dan adaptasi baik menurut
keluarga
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Coma
GCS : Verbal: 1, Motorik: 1, Mata : 1
Tanda-tanda Vital : Nadi = 74 x/menit, Suhu = 36,8oC, TD = 136/81 mmHg, RR =
24 x/menit, Skala Nyeri: -, SpO2: 86%.
BB: 80 kg, TB: 170 cm, IMT: 27,68 ( obesitas grade I )
b. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala (normocephalus), kesimetrisan (+), hidrochepalus ( -), Luka (-),
darah ( +/-), trepanasi (-).
Palpasi :
Nyeri tekan (-), edema (-)
c. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi :
Ekspresi wajah (rileks), dagu kecil (-), Edema (-), kelumpuhan otot-otot fasialis (-)
d. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+)
Ekssoftalmus (-), Endofthalmus (-)
Kelopak mata / palpebra : edema (-), ptosis (-), peradangan (-) luka (-), benjolan (-)
Bulu mata (tidak rontok)
Konjunctiva dan sclera : perubahan warna coklat dan merah muda
Reaksi pupil terhadap cahaya : (miosis) isokor (+)
Kornea : warna coklat
Nigtasmus (-), Strabismus (-)
Ketajaman Penglihatan (Baik)
Palpasi:
Pemeriksaan tekanan bola mata : Palpasi teraba sama
e. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
Amati bagian telinga luar : bentuk kiri dan kanan simetris
Lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan serumen (-).
perdarahan (-), perforasi (-).
Tes kepekaan telinga : dalam batas normal
f. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (tidak ada pembengkakan)
Amati meatus : perdarahan (-), Kotoran (-), Pembengkakan (-), pembesaran/polip
(-)
pernafasan cuping hidung (-).
h. Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan warna (-),
massa (-)
Kelenjar tiroid, pembesaran (-)
Jarak thyro mentalis , 6 cm : (+)
Vena jugularis : pembesaran (-), tekanan : -
Pembesaran kelenjar limfe (-), posisi trakea (simetris)
Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : (+), ekstensi : (+), fleksi : (+),
menggunakan collar : (-)
i. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak (tidak dilakukan)
Inspeksi
Bentuk (simetris / asimetris), pembengkakan (+ /- ).
Kulit payudara : warna ..................., lesi ( + / - )
Areola : perubahan warna (+ / - )
Putting : cairan yang keluar ( + / - ), ulkus ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
Palpasi
Nyri tekan ( + / - ), dan kekenyalan (keras/kenyal/lunak), benjolan massa (+ /-),
mobile (+/-)
j. Pemeriksaan Thorak
1) Pemeriksaan Thorak dan Paru
Inspeksi :
Bentuk torak (Normal chest, Simetris), keadaan kulit: elastis
Retraksi otot bantu pernafasan : Retraksi dinding dada tidak adekuat,
Pola nafas : (Tachypnea)
Palpasi :
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba
(sama).
Perkusi :
Area paru : (hipersonor)
Auskultasi :
Suara nafas:
Area Vesikuler : (kasar)
Area Bronchial : (kasar)
Area Bronkovesikuler : (kasar)
Suara Ucapan: Terdengar : Bronkophoni (+), Egophoni (+), Pectoriloqy (-)
Suara tambahan : Terdengar : Rales (-), Ronchi (+), Wheezing (-), Pleural
fricion rub (-)
k. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi :
Ictus cordis (-)
Palpasi :
Pulsasi pada dinding torak teraba : (Lemah)
Perkusi :
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
Auskultasi :
BJ I terdengar (tunggal), (lemah), (reguler)
BJ II terdengar (tunggal), (lemah), (reguler)
Bunyi jantung tambahan : BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur (-)
l. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi
- Bentuk abdomen: (datar)
- Massa/Benjolan (-), Kesimetrisan (+),
- Bayangan pembuluh darah vena (-)
2) Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 15 x/mnt, Borborygmi (-)
3) Palpasi
- Palpasi Hepar :
Nyeri tekan (-), pembesaran (-), hepar tidak teraba
- Palpasi Lien :
Pembesaran lien : ( -)
- Palpasi Appendik :
Titik Mc. Burney . nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri menjalar
kontralateral (-)
Acites atau tidak : Shiffing Dullnes (-) Undulasi (-)
- Palpasi Ginjal :
Nyeri tekan (-), pembesaran (-), ginjal tidak teraba
1111 1111
- uji kekuatan otot :
1111 1111
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Nervus V, Thrigeminus :
a. Reflek babinski ( + / -)
b. Reflek chaddok ( + / -)
c. Reflek schaeffer ( + / -)
d. Reflek oppenheim ( + / -)
e. Reflek gordon ( + / -)
3. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 10.04 3.80-10.60
LYMPH 3.02 1.00-3.70
Suhu 38.0 7.35-745
FlO2 80.0 35-45
pH LL 7078 80-105
p CO2 H 58.3 (-2)-(+3)
p 02 100 22-26
BE ecf L -13
HCO3 L 170
MONO% 6.7 2.0-8.0
b. Pemeriksaan Radiologi:
- Hasil foto rontgen thorax: pasien terdapat Pneumonia.
- Hasil EKG, pasien didapati sinus rhytm dengan diikuti gelombang PQRST.
4. Therapi
Enteral:
Bisoprolol Fumarate 1 x 1,25 mg
Spironolactone 25 mg tiap jam 6 pagi
Antacyda Syrup 3 x sendok makan
Sucralfat Syrup 3 x sendok makan
Nebulizer Farbivent 0,5 mg + Flexotide 0,5
Parenteral:
Cefoperazone Sulbactam 3 x 1 gr
Levofloxacin 1 x 750 mg
Mecobalamin 2 x 1 amp
Dexamethasone 3 x 5 mg
Pantoprazole 2 x 40 mg
Phenytoin 3 x 100 mg
Midazolam 1 cc/jam menggunakan Syringe Pump
Acetylcysteine 3 x 500 mg
Fluconazole 1 x 200 mg
Furosemide 10 cc/jam menggunakan Syringe Pump
B. Analisa Data
S:
O:
5/5/2021 Depisit perawatan
08:00 - pasien sudah bersih
diri - Pasien tidak bau badan
WITA
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan