Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

RAFI MUHAMMAD RAMDHAN


NIM. 18D10105

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA

A. Konsep Teori
1. Definisi
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) dan
mempunyai gejala batuk, sesak nafas, bunyi nafas ronki, dan infiltrat pada foto rontgen.
Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi
akut disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan pengendalian penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun
bronkopneumonia), disebut “Pneumonia” (Christian, 2016). Pneumonia adalah inflamasi
paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi alveoli dan
bronkiolus (Terry & Sharon, 2013). Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang
disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh
eksudat peradangan (Mutaqin, 2008). Pneumonia adalah suatu radang paru yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
(Ngastiyah, 2015). Pneumonia adalah peradangan pada baru yang tidak saja mengenai
jaringan paru tapi dapat juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli
(Nugroho, 2011).

Pneumonia merupakan penyakit peradangan paru dan sistem pernafasan dimana alveoli
membengkak dan terjadi penimbunan cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor, meliputi infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia juga dapat
diakibatkan oleh bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak
langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penyalahgunaan alkohol.1,12 Gejala
khas pneumonia dapat berupa batuk berdahak kemerahan serta lekosotosis, nyeri pleural,
demam menggigil, sesak nafas atau gabungan dari beberapa gejala tersebut. Serangan
pada pneumonia biasanya tidak mendadak, khususnya pada orang tua dan hasil dari foto
thoraks dapat memberikan gambaran awal dari pneumonia.2,12
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan
akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut
dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2015). Menurut Ridha (2014)
Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan
radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding dinding
alveoli dan rongga interstisium yang ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau
nafas sesak pada anak usia balita (Ridha, 2014). Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu
infeksi saluran pernafasan bawah akut dimana asinus terisi dengan cairan radang yang
ditandai dengan batuk dan disertai nafas cepat yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan
mycoplasma(fungi)

Jadi kesimpulanya pneumonia adalah penyakit paru-paru yang biasanya dari suatu infeksi
saluran pernafasan bawah akut dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas Gejala khas
pneumonia dapat berupa batuk berdahak kemerahan serta lekosotosis, nyeri pleural,
demam menggigil, sesak nafas atau gabungan dari beberapa gejala tersebut. Serangan
pada pneumonia
2. Anatomi fisiologi
Menurut Syaifuddin (2016) “secara umum sistem respirasi dibagi menjadi saluran
nafas bagian atas, saluran nafas bagian bawah, dan paru-paru”.
1) Saluran pernapas bagian atas
Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan
melembapkan udara yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdari atas sebagai
berikut:

Gambar 2.2Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan


Sumber: Syaifuddin (2016)
Gambar 2.3 Anatomi Fisiologi Pernafasan Atas
Sumber: Syaifuddin (2016)
a) Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernapasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Bentukdan struktur
hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan alasnya pada prosesus
palatinus osis maksilaris dan pars horizontal osis palatum.

b) Faring
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus
antara basis kranii dan vertebrae servikalis VI.

c) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri
atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.
d) Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup
laring padasaat proses menelan.

2) Saluran pernapas bagian bawah


Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan
memproduksi surfaktan, saluran ini terdiri atas sebagai berikut:
a) Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, meliki panjang kurang lebih
sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua
puluh lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang
terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda
asing.

b) Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan
lebar yang daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan
bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang
berjalan dari lobus atas dan bawah.

c) Bronkiolus
Bronkiolus merupakan percabangan setelah bronkus.
3) Paru-paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam
rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri
atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis danpleura viseralis,
serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru kanan
terdiri dari tiga lobus dan paru kiri dua lobus.
Paru sebagai alat pernapasan terdiri atas dua bagian, yaitu paru kanan dan
kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh
darah yang berbentuk yang bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki
jaringan yang bersifat elastis berpori, serta berfungsi sebagi tempat pertukaran
gas oksigen dan karbon dioksida yang dinamakan alveolus.

Gambar 2.4Anatomi Fisiologi Paru-paru


Sumber: Syaifuddin (2016)
3. Faktor predisposisi (pendukung) dan Presipitasi (pencetus)
a. Faktor predisposisi (pendukung)
1) Faktor predisposisi secara umum:
a) Usia;
b) Jenis Kelamin;
c) Komorbiditas;
d) Gaya Hidup.
2) Faktor predisposisi secara khusus:
a) Pengguna Ventilator Mekanik;
b) Intubasi Endotracheal;
c) Gangguan Imunitas;
d) Infeksi Saluran Pernapasan;
e) Infeksi Sistemik;
f) Pemakaian Antibiotik.

b. Faktor presipitasi (pencetus)


1) Berdasarkan klinis dan epidemologi:
a) Pneumonia yang didapatkan dimasyarakat (CAP) disebabkan
pneumococcus.
b) Pneumonia yang di dapat di RS (Hospital Acquaired Pneumonia atau
Nosokomial Pneumonia) biasanya disebabkan bakteri gram negatif dan
angka kematian lebih tinggi.
c) Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak.
d) Pneumonia berulang, terjadi bila punya penyakit penyerta.

2) Berdasarkan kuman penyebab:


a) Pneumonia bakterialisatau topikal, dapat terjadi pada semua usia,
beberapa kuman tendensi menyerang seseorang yang peka, misal:
i. Klebsiella pada orang alkoholik.
ii. Staphylococcus pada influenza.
b) Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa muda dan
disebabkan oleh mycoplasma, clamidia dan coxlella;
c) Pneumonia karena virus, sering pada bayi dan anak.
d) Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder terutama pada orang
dengan daya tahan lemah dan pengobatan lebih sulit.
3) Berdasarkan prediksi infeksi:
a) Pneumonia lobaris mengenal satu lobus atau lebih, disebabkan karena
obstruksi bronkus, misalnya aspirasi benda asing, proses keganasan;
b) Bronchopneumonia, adanya bercak-bercak infiltrat pada paru-paru dan
disebabkan virus atau bakteri.

4. Gangguan terkait penyakit gawat darurat dan kritis


a. Etiologi
Menurut Nurarif (2015), Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti:
1) Bacteria: Diploccocus pneumonia, Pneumococcus, Streptococus hemolytikus,
Streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus Friedlander,
Mycobacterium tuberculosis;
2) Virus: Respiratory syncytial virus, virus influenza, Adenovirus;
3) Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans, Blastornyces
Dermatitides;
4) Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing
5) Pneumonia Hipostatik;
6) Sindrom Loeffler.
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun,
trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak
sempurna (Ngastiyah, 2015).

b. Proses terjadi
Agent penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi ataupun aliran
darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernafasan
bawah. Kemudian timbul reaksi peradangan pada dinding bronkhus. Sel menjadi
radang berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlangsung
lama sehingga dapat menyebabkan atelektasis (Manurung dkk, 2013). Kerusakan
jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme di paru banyak disebabkan
dari inflamasi yang dilakukan oleh penjamu.
Toksin yang dikeluarkan bakteri pada pneumonia, bakteri dapat secara langsung
merusak sel-sel sistem pernafasan bawah, termasuk produksi surfaktan sel alveolar
tipe II. Pneumonia bakteri mengakibatkan respons imun dan inflamasi yang paling
mencolok, yang perjalanannya tergambar jelas pada pneumonia pneumokokus
(Corwin, 2015).

c. Manifestasi Klinis
1) Hipertermia
2) Anorexia
3) Mual muntah
4) Edema paru
5) Bronchospasme
6) Tachypnea
7) Dyspnea
8) Cyanosis
9) Batuk
10) Hypoxemia

d. Komplikasi
1) Infeksi aliran darah
Infeksi aliran darah (bakteremia) terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke
dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ – organ lain.
Bakteremia berpotensi menyebabkan beberapa organ gagal berfungsi yang bisa
berakibat fatal.
2) Abses paru atau paru bernanah (empiema)
Penumpukan nanah bisa menyebabkan terbentuknya abses paru atau empiema.
Pada beberapa keadaan, kondisi ini dapat ditangani dengan pemberian antibiotik.
Diperlukan tindakan medis khusus membuang nanahnya.
3) Efusi pleura
Efusi pleura merupakan kondisi di mana cairan memenuhi ruang di antara kedua
lapisan pleura, yaitu selaput yang menyelimuti paru-paru dan rongga dada.
4) Acute  Respiratoty Distress Syndrome (ARDS)
ARDS terjadi ketika cairan memenuhi kantong-kantong udara (alveoli) di dalam
paru-paru sehingga menyebabkan penderita tidak bisa bernapas (gagal napas).
5. Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaan penunjang terkait penyakit gawat darurat dan kritis
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1) Pulse oximetry, untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah;
2) Rontgen dada, untuk memastikan kondisi paru-paru dan luas area paru yang
mengalami infeksi atau peradangan;
3) CT scan, untuk melihat kondisi paru-paru secara lebih detail;
4) Tes darah, untuk memastikan adanya infeksi dan menentukan penyebab infeksi;
5) Tes dahak atau sputum, untuk mendeteksi kuman penyebab infeksi;
6) Kultur cairan pleura, untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi;
7) Bronchoscopy, untuk melihat kondisi saluran napas dengan bantuan alat
bronkoskop;
8) Tes urine, untuk mengidentifikasi bakteri Streptococcus
pneumonia dan Legionella pneumophila yang bisa ada di urine.

b. Parameter yang Diperiksa


Pneumonia Severity Index (PSI)
Skor pneumonia severity index (PSI) atau PORT Score adalah sistem prediksi
yang digunakan klinisi untuk menghitung kemungkinan morbididas dan mortalitas
pasien dengan pneumonia komunitas. Selain itu, hal penting lainnya adalah dengan
menggunakan skor PSI ini dapat menentukan apakah pasien dengan pneumonia
komunitas tersebut dapat dirawat jalan atau rawat inap. Prediksi dengan skor PSI ini
telah divalidasi dan mendapat akurasi yang baik.

c. Hasil Temuan (yang tidak normal)


1) WBC;
2) RBC;
3) Hemoglobin (HGB);
4) Hematokrit (HCT);
5) Neutrofil;
6) Limfosit;
7) Monosit;
8) Eosinofil;
9) pH;
10) PCO2;
11) HCO3-.

6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Pemberian antibiotik atau obat lain melalui suntikan;
2) Pemberian oksigen tambahan melalui selang atau masker oksigen, untuk
mempertahankan kadar oksigen dalam darah;
3) Pemberian cairan infus, untuk menjaga keseimbangan cairan dan kecukupan
nutrisi;
4)Rehabilitasi paru, untuk memaksimalkan penyerapan oksigen dengan melakukan
latihan pernapasan.

b. Dll (penatalaksanakan cairan)


1) Resusitaasi cairan dapat mengakibatkan kelebihan cairan dan gagal napas. Bila
tidak ada respon terhadap pemberian cairan dan terdapat tanda-tanda kelebihan
cairan maka kurangi atau hentikan pemberian cairan;
2) Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien dengan ISPA berat dan syok;
3) Manajemen cairan konservatif untuk pa- sien ARDS tanpa hipoperfusi jaringan;
4) Pertimbangkan pemberian obat inotropic (seperti dobutamine) jika perfusi tetap
buruk dan terjadi disfungsi jantung meskipun tekanan darah sudah tercapai target
MAP dengan resusitasi cairan dan vasopressor.

B. Tinjauan Teori asuhan kepenataan anestesi penyakit gawat darurat dan kritis
1. Pengkajian
a. Anamnesa (data diri, riwayat penyakit sekarang, dahulu, dan keluarga, kebiasaan
merokok dan minum alkohol);
b. Data Laboratorium;
c. Data Penunjang (EKG, Foto Thorax, dll).

2. Masalah Kesehatan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
b. Pola Napas Tidak Efektif
c. Hipertermia

3. Perencanaan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Setelah dilakukan implementasi diharapkan ketidakefektifan bersihan jalan napas
dapat berkurang pada pasien dengan kriteria hasil:
1) SpO2 dalam batas normal: 95 – 100%
2) RR dalam batas normal: 16 – 20 x/menit
3) Ekspansi dada simetris
4) Retraksi dinding dada adekuat
5) Suara napas bersih
6) Tidak terdengar suara napas tambahan

Perencanaan:
1) Observasi SpO2 dan RR
2) Observasi ekspansi dada
3) Observasi retraksi dinding dada
4) Observasi suara napas tambahan
5) Berikan posisi semi fowler
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen sesuai kebutuhan
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi mucolytics
8) Kolaborasi dengan dokter dalam tindakan suction

b. Pola Napas Tidak Efektif


Setelah dilakukan implementasi diharapkan pola napas tidak efektif dapat
berkurang pada pasien dengan kriteria hasil:
1) SpO2 dalam batas normal: 95 – 100%
2) RR dalam batas normal: 16 – 20 x/menit
3) Ekspansi dada simetris
4) Pola napas Eupnea
5) Retraksi dinding dada adekuat
Perencanaan:
1) Observasi SpO2 dan RR
2) Observasi ekspansi dada
3) Observasi pola napas
4) Observasi retraksi dinding dada
5) Berikan posisi semi fowler
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian mode ventilator
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat diuretic

c. Hipertermia
Setelah dilakukan implementasi, diharapkan termoregulasi pasien tetap terjaga
dalam batas normal dengan kriteria hasil:
1) Suhu tubuh dalam batas normal: 36,5oC-37,5oC
2) Permukaan tubuh teraba hangat
3) Pasien tidak menggigil

Perencanaan:
1) Observasi suhu tubuh dan permukaan tubuh
2) Lakukan pemberian kompres dingin
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan adekuat mencegah
dehidrasi akibat hipertermia
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti piretic

4. Pelaksanaan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
1) Mengobservasi SpO2 dan RR
2) Mengobservasi ekspansi dada
3) Mengobservasi retraksi dinding dada
4) Mengobservasi suara napas tambahan
5) Memberikan posisi semi fowler
6) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian oksigen sesuai kebutuhan
7) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian mucolytics
8) Melakukan tindakan delegatif dalam tindakan suction

b. Pola Napas Tidak Efektif


1) Mengobservasi SpO2 dan RR
2) Mengobservasi ekspansi dada
3) Mengobservasi pola napas
4) Mengobservasi retraksi dinding dada
5) Memberikan posisi semi fowler
6) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian mode ventilator
7) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian obat diuretic

c. Hipertermia
1) Mengobservasi suhu tubuh dan permukaan tubuh
2) Melakukan pemberian kompres dingin
3) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian cairan adekuat mencegah
dehidrasi akibat hipertermia
4) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian anti piretic

5. Evaluasi
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
S:
-
O:
- SpO2 dalam batas normal: 95 – 100%
- RR dalam batas normal: 16 – 20 x/menit
- Ekspansi dada simetris
- Retraksi dinding dada adekuat
- Suara napas bersih
- Tidak terdengar suara napas tambahan
A:
- Masalah tetap terpantau
P:
- Pertahankan intervensi

b. Disfungsi Respirasi Pola Napas Tidak Efektif


S:
-
O:
- SpO2 dalam batas normal: 95 – 100%
- RR dalam batas normal: 16 – 20 x/menit
- Ekspansi dada simetris
- Retraksi dinding dada adekuat
A:
- Masalah tetap terpantau
P:
- Pertahankan intervensi

c. Hipertermia
S:
-
O:
- Suhu tubuh dalam batas normal: 36,5oC-37,5oC
- Permukaan tubuh teraba hangat
- Pasien tidak menggigil
A:
- Masalah tetap terpantau
P:
- Pertahankan intervensi
C. Daftar Pustaka

Wunderink RG, Watever GW. 2014. Community-acquired pneumonia. N Engl J


Med.2014;370:543-51.

PDPI. 2003. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter


Paru Indonesia.

Dahlan Z. 2009. Pneumonia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.

Allen JN. 2004. Eusinophilic Lung Disease, dalam James CD, et al. Baum's Textbook of
Pulmonary Diseases. Philadephia: Lippincott W & W.

Sajinadiyasa GK, Rai IB, Sriyeni LG. 2011. Perbandingan antara Pemberian
Antibiotika Monoterapi dengan Dualterapi terhadap Outcome pada Pasien Community
Acquired Pneumonia (CAP) di Rumah Sakit Sanglah Denpasar.

Sudoyo, 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit FK UI

Dunn, L. Pneumonia : Classification, Diagnosis and Nursing Management. Royal


Collage of Nursing Standard Great Britain. 2007. 19(42). hal :50-54.

Wilson LM, 2014. Penyakit Pernapasan Restriktif.. Patofisiologi: konsep klinis prosses-
proses penyakit E/6 Vol.2. Jakarta:EGC. Hal:796-815.

Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, et al. Infectious Diseases Society of


America/American Thoracic Society Consensus Guidelines on The Management of
Community-Acquired Pneumonia in Adults. Clin Infect Dis 2007; 44: Suppl. 2 S27–
S72.

Luttfiya MN, Henley E, Chang L. Diagnosis and Treatment of Community Acquired


Pneumonia. American Family Physician. 2010;73(3):442-50.

Julliene, 2015. Philippine Clinical Practice Guidelines on the Diagnosis, empiric


Management, and Prevention of Community-acquired Pneumonia (CAP) in
Immunocompetent Adults. 2010

Wexner Medical Center. Community-Aqquired Pneumonia: Pneumonia Severy Index.


Akses oline pada tanggal 3 Maret 2017 di https://internalmedicine.osu.edu
/pulmonary/cap/10675.cfm.

Djojodibroto, R.D. Respirologi : Respiratory Medicine. 2013. Jakarta : ECG.

Alberta Clinical Practice. Guidelines for The Diagnosis and Management Community
Aquuired Pneumonia. Akses online pada tanggal 3 Maret 2017 di
http://www.albertadoctors.org/bcm/ama/amawebsite.nsf/alldocsearch/87256D
B000705C3F87256E0500553605/$File/pneumoniapediatrics.pdf

Nuryasni. Pola Kepekaan Bakteri Gram Negatif pada Penderita Infeksi Saluran
Pernapasan Bawah terhadap Amoksisilin di Laboraturium Mikrobiologi Klinik
Departemen Mikrobiologi FK UI tahun 2001-2005. 2009. Program Sarjana Pendidikan
Dokter Umum. Universitas Indonesia: Jakarta.

National Health Services. Pneumonia: Pneumonia Complication. 2014.

Center of Disease Control and Prevention. Pneumonia: Pneumococcal disease. 2015.

World Health Organization. Global Action Plan for Prevention and Control of
Pneumonia. 2009.
Etiologi : jamur bakteri virus protozoa dll

Terhirup/teraspirasi

Masuk ke paru-paru > alveoli

Proses peradangan

infeksi Peningkatan suhu tubuh Eksudat dan serous masuk kedalam peningkatan konsentrasi
alveoli protein cairan alveoli

Kerja sel goblet me hipertermi Keringat SDM dan leukosit PMN


mengisi alveoli Tekanan hidrostatik , tekanan
Produksi osmosis meningkat
sputum Resti kekurangan
volume cairan Konsolidasi di alveoli
Difusi
Akumulasi sputum Tertelan
dijalan napas ke Complience paru menurun
lambung Akumulasi cairan di alveoli

Akumulasi sputum Lambung


mengadakan Suplai O2 menurun
(sputum bersifat Cairan menekan saraf
basa) di lambung usaha untuk
menyeimbang
MK : Bersihan jalan
napas tidak efektif
kan asam basa MK : intoleransi aktivitas Gangguan
Nyeri pleuritik
pertukaran gas

Peningkatan MK : Perubahan
Mual, muntah nutrisi kurang
asam lambung
darikebutuhan tubuh
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA PNEUMONIA +SUSP COVID 19
DI INTENSIVE CARE UNIT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BULELENG
Tanggal 05-06 MEI 2016

RAFI MUHAMMAD RAMDHAN


NIM. 18D10105

FAKULTAS KESEHATAN
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kepenataan Anestesi gawat darurat dan kritis pada pasien Tn.Kdengan PNEUMONIA
+SUSP COVID 19 di ruang ICU RSUD Kabupaten Buleleng bali 05-06 MEI 2021

Singaraja, 5 Mei 2021


Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Ns.Ida Dayu Putu Minggu Asmini, (Rafi muhammad ramdhan)


S.Pd.S.kep)

Pembimbing Akademik

(Ns. I Nyoman Arya Maha Putra, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB)


ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
PENYAKIT KRITIS
DENGAN GANGGUAN PNEUMONIA PNEUMONIA +SUSP COVID 19
DI RUANG ICU RSUD KAB. BULELENG

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. k
Umur : 67 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku Bangsa : Bali
Status Perkawinan` : Sudah menikah
Golongan darah :-
Alamat : jln surapati 38 A kampong baru
No.CM : 505180
Diagnosa medis : PNEUMONIA +SUSP COVID 19
Tanggal masuk : 5/5/2021
Tanggal pengkajian : 6/5/2021
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Umur : 34 Tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Suku Bangsa : Bali
Hubungan dg Klien : -
Alamat : jln surapati 38 A kampong baru

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Sesak napas

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Tn. K umur 67 tahun, berat badan 80 kg, tinggi badan 170 cm datang diantar keluarga ke
IGD RSUD Kab. Buleleng pada tanggal 5/5/2021 dengan kondisi tidak sadarkan diri
dikarenakan sesak nafa. Keluarga pasien mengatakan, pasien mengalami sesak napas.

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Keluarga pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan konsumsi obat
amplodipine 1x/hari, tidak memiliki riwayat diabetes mellitus, dan tidak
memiliki riwayat asthma.

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki diabetes
mellitus, tidak memiliki hipertensi dan tidak memiliki riwayat asthma.

5) Riwayat Kesehatan
- Adakah penyakit keturunan? Disangkal oleh keluarga.
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Keluarga mengatakan pernah,
pasien masuk rumah sakit akibat demam berdarah.
- Bagaimana pengobatannya, tuntas atau tidak? Keluarga mengatakan tuntas.
- Obat apa saja yang pernah digunakan? Keluarga mengatakan pasien di terapi
menggunakan pemberian infus, paracetamol, dan pengawasan ketat.
- Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya? Tidak pernah menurut keluarga
- Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-obatan)?
Keluarga mengatakan pasien merokok 2 bungkus/hari, minum kopi, dan
sering minum alkohol.
- Riwayat alergi? Keluarga mengatakan tidak ada

c. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


1) Udara atau oksigenasi
a) Gangguan pernafasan : Gangguan pola nafs
b) Alat bantu pernafasan : ventilator
c) Sirkulasi udara :
a) Letak tempat tinggal : Perkotaan

2) Air
a) Sebelum sakit
Minum air
(1) Frekuensi : 8X/hari
(2) Jenis : Air putih
(3) Cara : Oral
(4) Keluhan : Tidak ada
b) Saat sakit :
Minum air
1) Frekuensi : 1X/ hari
2) Jenis : Air putih
3) Cara : Menggunakan NGT
4) Keluhan : Tidak ada
5) Puasa : Tidak ada
3) Nutrisi/ makanan
a) Sebelum sakit
(1) Frekuensi : 3X / hari
(2) Jenis : Makanan padat (kentang, lauk-
pauk, sayuran)
(3) Porsi : 1 porsi di habiskan
(4) Diet khusus : Mengurangi makan nasi dan
konsumsi gula
(5) Makanan yang disukai : Sayur SOP
(6) Pantangan : Nasi, gula
(7) Nafsu makan : Baik
b) Saat sakit
(1) Frekuensi : 2X
(2) Jenis : (melalui NGT)
(3) Porsi : 1 porsi
(4) Diet khusus : Tidak ada
(5) Makanan yang disukai : Tidak ada
(6) Pantangan : Tidak ada
(7) Nafsu makan : Baik
(8) Keluhan : Tidak ada
(9) Puasa : Tidak ada

4) Eliminasi
a) BAB
(1) Sebelum sakit
(a) Frekuensi : 1-2 x/hari
(b) Konsistensi : Semi padat
(c) Warna : warna feses
(d) Bau : Bau khas feces
(e) Cara : Mandiri
(f) Keluhan : Tidak ada
(2) Saat Sakit
(a) Frekuensi : tidak ada
(b) Konsistensi : tidak ada
(c) Warna : tidak ada
(d) Bau : tidak ada
(e) Cara : tidak ada
(f) Keluhan : Tidak ada

b) BAK
(1) Sebelum sakit
(a) Frekuensi : 3-4 x/hari
(b) Konsistensi : Tidak ada endapan
(c) Warna : Warna urine
(d) Bau : amoniak
(e) Cara : Mandiri
(f) Keluhan : Tidak ada
(2) Saat sakit
(a) Frekuensi : 100 cc/jam
(b) Konsistensi : Tidak ada endapan
(c) Warna : Warna khas urine
(d) Bau : amoniak
(e) Cara : Alat (melalui foley catheter)
(f) Keluhan : Tidak ada

5) Pola aktivitas dan istirahat


a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Keterangan: 0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu
orang lain dan alat, 4: tergantung total
b) Istirahat Dan Tidur
- Sebelum sakit
- Apakah frekuensi waktu anda beraktivitas lebih banyak dari pada
waktu anda beristirahat? Ya
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak
- Berapa jam anda tidur: malam 5-6 jam, siang 1-2 jam
- Saat sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak Terkaji
- Berapa jam anda tidur: Coma

6) Psikososial
- Rasa aman dan nyaman : dalam batas normal
- Interaksi Sosial : baik

7) Pemeliharaan kesehatan
- Konsumsi vitamin : disangkal keluarga
- Imunisasi : disangkal keluarga
- Olahraga : aktif menurut keluarga
- Upaya keharmonisan keluarga : baik menurut keluarga
- Stres dan adaptasi : stress tidak dan adaptasi baik menurut
keluarga

8) Peningkatan kesehatan dan peningkatan fungsi manusia


- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman : baik
menurut keluarga
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : berkunjung ketika sakit menurut keluarga

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Coma
GCS : Verbal: 1, Motorik: 1, Mata : 1
Tanda-tanda Vital : Nadi = 74 x/menit, Suhu = 36,8oC, TD = 136/81 mmHg, RR =
24 x/menit, Skala Nyeri: -, SpO2: 86%.
BB: 80 kg, TB: 170 cm, IMT: 27,68 ( obesitas grade I )

b. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala (normocephalus), kesimetrisan (+), hidrochepalus ( -), Luka (-),
darah ( +/-), trepanasi (-).
Palpasi :
Nyeri tekan (-), edema (-)

c. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi :
Ekspresi wajah (rileks), dagu kecil (-), Edema (-), kelumpuhan otot-otot fasialis (-)

d. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+)
Ekssoftalmus (-), Endofthalmus (-)
Kelopak mata / palpebra : edema (-), ptosis (-), peradangan (-) luka (-), benjolan (-)
Bulu mata (tidak rontok)
Konjunctiva dan sclera : perubahan warna coklat dan merah muda
Reaksi pupil terhadap cahaya : (miosis) isokor (+)
Kornea : warna coklat
Nigtasmus (-), Strabismus (-)
Ketajaman Penglihatan (Baik)

Palpasi:
Pemeriksaan tekanan bola mata : Palpasi teraba sama

e. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
Amati bagian telinga luar : bentuk kiri dan kanan simetris
Lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan serumen (-).
perdarahan (-), perforasi (-).
Tes kepekaan telinga : dalam batas normal

f. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (tidak ada pembengkakan)
Amati meatus : perdarahan (-), Kotoran (-), Pembengkakan (-), pembesaran/polip
(-)
pernafasan cuping hidung (-).

g. Pemeriksaan Mulut dan Faring


Terpasang ETT Kinking no. 8 di fiksasi ke arah kanan, terlihat sekret melalui
suction pump sebanyak 10 cc

h. Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan warna (-),
massa (-)
Kelenjar tiroid, pembesaran (-)
Jarak thyro mentalis , 6 cm : (+)
Vena jugularis : pembesaran (-), tekanan : -
Pembesaran kelenjar limfe (-), posisi trakea (simetris)
Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : (+), ekstensi : (+), fleksi : (+),
menggunakan collar : (-)
i. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak (tidak dilakukan)
Inspeksi
Bentuk (simetris / asimetris), pembengkakan (+ /- ).
Kulit payudara : warna ..................., lesi ( + / - )
Areola : perubahan warna (+ / - )
Putting : cairan yang keluar ( + / - ), ulkus ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
Palpasi
Nyri tekan ( + / - ), dan kekenyalan (keras/kenyal/lunak), benjolan massa (+ /-),
mobile (+/-)

j. Pemeriksaan Thorak
1) Pemeriksaan Thorak dan Paru
Inspeksi :
Bentuk torak (Normal chest, Simetris), keadaan kulit: elastis
Retraksi otot bantu pernafasan : Retraksi dinding dada tidak adekuat,
Pola nafas : (Tachypnea)
Palpasi :
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba
(sama).
Perkusi :
Area paru : (hipersonor)
Auskultasi :
Suara nafas:
Area Vesikuler : (kasar)
Area Bronchial : (kasar)
Area Bronkovesikuler : (kasar)
Suara Ucapan: Terdengar : Bronkophoni (+), Egophoni (+), Pectoriloqy (-)
Suara tambahan : Terdengar : Rales (-), Ronchi (+), Wheezing (-), Pleural
fricion rub (-)
k. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi :
Ictus cordis (-)
Palpasi :
Pulsasi pada dinding torak teraba : (Lemah)
Perkusi :
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
Auskultasi :
BJ I terdengar (tunggal), (lemah), (reguler)
BJ II terdengar (tunggal), (lemah), (reguler)
Bunyi jantung tambahan : BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur (-)

l. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi
- Bentuk abdomen: (datar)
- Massa/Benjolan (-), Kesimetrisan (+),
- Bayangan pembuluh darah vena (-)
2) Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 15 x/mnt, Borborygmi (-)
3) Palpasi
- Palpasi Hepar :
Nyeri tekan (-), pembesaran (-), hepar tidak teraba
- Palpasi Lien :
Pembesaran lien : ( -)
- Palpasi Appendik :
 Titik Mc. Burney . nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri menjalar
kontralateral (-)
 Acites atau tidak : Shiffing Dullnes (-) Undulasi (-)
- Palpasi Ginjal :
Nyeri tekan (-), pembesaran (-), ginjal tidak teraba

m. Pemeriksaan Genetalia (tidak dilakukan)


b) Genetalia Pria
 Inspeksi :
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ), benjolan ( + / - )
Lubang uretra : penyumbatan ( + / - ), Hipospadia ( + / - ), Epispadia( + /-)
 Palpasi
Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ), cairan ...............................
Scrotum dan testis : beniolan ( + / - ), nyeri tekan ( + / - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( + / - ), Scrotal Hernia ( + / - ), Spermatochele ( + / - ) Epididimal
Mass/Nodularyti ( + / - ) Epididimitis ( + / - ), Torsi pada saluran sperma
( + / - ), Tumor testiscular ( + / - )
 Inspeksi dan palpasi Hernia:
Inguinal hernia (+ / -), femoral hernia (+ /-), pembengkakan (+ / -)

n. Pemeriksaan Anus (tidak dilakukan)


Inspeksi
Atresia ani ( + / - ), tumor ( + / - ), haemorroid ( + / - ), perdarahan ( + / - )
Perineum : jahitan ( + / - ), benjolan ( + / - )
Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( + / - ) pemeriksaan Rectal Toucher ……………
o. Pemeriksaan Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas
- Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-), Fraktur (-)
- Palpasi
Lakukan uji kekuatan otat : ( 1 – 5 )
2) Ekstremitas Bawah :
- Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-), Fraktur (-)
- Palpasi
Lakukan uji kekuatan otot : (5)
Kesimpulan palpasi ekstermitas:

1111 1111
- uji kekuatan otot :
1111 1111

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

1. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak


Penigkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), mual –muntah (-) kejang
(-), penurunan tingkat kesadaran (-)

2. Memeriksa nervus cranialis (Tidak dilakukan)


Nervus I , Olfaktorius (pembau ) ………..

Nervus II, Opticus ( penglihatan )...............

Nervus III, Ocumulatorius .....................

Nervus IV, Throclearis ………………

Nervus V, Thrigeminus :

- Cabang optalmicus : ...................


- Cabang maxilaris : .............................

- Cabang Mandibularis : ..........................

Nervus VI, Abdusen …………………..

Nervus VII, Facialis .............................

Nervus VIII, Auditorius ..........................

Nervus IX, Glosopharingeal .................................

Nervus X, Vagus …………………..

Nervus XI, Accessorius .................................

Nervus XII, Hypoglosal ..................................

3. Memeriksa fungsi sensorik (Tidak dilakukan)


Kepekaan saraf perifer : benda tumpul ……………….., benda tajam ……………….
Menguji sensasi panas / dingin ……………….kapas halus ……….. minyak wangi
……………………..

4. Memeriksa reflek kedalaman tendon (Tidak dilakukan)


- Reflek fisiologis
a) Reflek bisep ( + / -)
b) Reflek trisep ( + / -)
c) Reflek brachiradialis ( + / -)
d) Reflek patella ( + / -)
e) Reflek achiles ( + / -)

- Reflek Pathologis (Tidak dilakukan)


Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.

a. Reflek babinski ( + / -)
b. Reflek chaddok ( + / -)
c. Reflek schaeffer ( + / -)
d. Reflek oppenheim ( + / -)
e. Reflek gordon ( + / -)

3. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 10.04 3.80-10.60
LYMPH 3.02 1.00-3.70
Suhu 38.0 7.35-745
FlO2 80.0 35-45
pH LL 7078 80-105
p CO2 H 58.3 (-2)-(+3)
p 02 100 22-26
BE ecf L -13
HCO3 L 170
MONO% 6.7 2.0-8.0

b. Pemeriksaan Radiologi:
- Hasil foto rontgen thorax: pasien terdapat Pneumonia.
- Hasil EKG, pasien didapati sinus rhytm dengan diikuti gelombang PQRST.

4. Therapi
Enteral:
Bisoprolol Fumarate 1 x 1,25 mg
Spironolactone 25 mg tiap jam 6 pagi
Antacyda Syrup 3 x sendok makan
Sucralfat Syrup 3 x sendok makan
Nebulizer Farbivent 0,5 mg + Flexotide 0,5
Parenteral:
Cefoperazone Sulbactam 3 x 1 gr
Levofloxacin 1 x 750 mg
Mecobalamin 2 x 1 amp
Dexamethasone 3 x 5 mg
Pantoprazole 2 x 40 mg
Phenytoin 3 x 100 mg
Midazolam 1 cc/jam menggunakan Syringe Pump
Acetylcysteine 3 x 500 mg
Fluconazole 1 x 200 mg
Furosemide 10 cc/jam menggunakan Syringe Pump

B. Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


1 DS: Pneumonia Ketidakefektifan
- Bersihan Jalan Napas
Produksi mukosa yang berlebih
DO:

- SpO2: 86% Hipersekresi


- TD : 136/81
- RR: 24 x/menit
- Ekspansi dada simetris Ketidakefektifan Bersihan Jalan
- Suara napas kasar Napas
- Terdengar suara napas
tambahan yaitu Ronchi
- Terpasang ETT No 8
- GCS : Coma E 1 M 1
V1
- Terpasang ventilator
Vc-Ac (voleme control
assisted control)
- TV : 560 ml
- Minute volume :
8.960L/menit

2 DS: Pasien sepenuhnya di bantu


- perawat

DO: Penurunan kesadran


- ketidak mampuan untuk
mandi, Depisit perawatan diri
- ketidakmampuan untuk Depisit perawatan diri
berpakaian
- ketidakmampuan untuk
makan
ketidakmampuan untuk
toileting
- Pasien tampak kotor
- Psien bau badan

C. Problem (Masalah Kesehatan)


1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Depisit perawatan di
B. Rencana Intervensi, Implementasi, Evaluasi

No tanggal Problem(Masalah) Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama


dan
Jam Tujuan Intervensi Paraf
1 5/5/20 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1) Observasi SpO2 dan RR 1. Mengobservasi S:
21
Bersihan Jalan implementasi 1X 24 2) Observasi ekspansi SpO2 dan RR - O : SpO2: 100%
08:00 Napas jam sehingga dada 2. Mengobservasi - RR: 19 x/menit
WITA
ketidakefektifan 3) Observasi suara napas ekspansi dada - Terpasang ETT
bersihan jalan napas tambahan 3. Mengobservasi Kinking no. 8 di
dapat berkurang pada 4) Berikan posisi semi suara napas fiksasi ke arah
pasien dengan kriteria fowler tambahan kanan
hasil: 5) Kolaborasi dengan 4. Memberikan - Ekspansi dada
7) SpO2 dalam batas dokter dalam posisi semi simetris
normal: 95 – pemberian oksigen fowler - Pola napas:
100% sesuai kebutuhan 5. Mengkolaborasi Eupnea
8) RR dalam batas 6) Kolaborasi dengan dengan dokter - Retraksi dinding
normal: 16 – 20 dokter dalam dalam dada adekuat
x/menit pemberian terapi pemberian
9) Ekspansi dada mucolytics oksigen sesuai A : Masalah tetap terpantau
simetris 7) Kolaborasi dengan kebutuhan
10) Suara napas dokter dalam tindakan 6. Mengkolaborasi P : Pertahankan intervensi
bersih suction dengan dokter
Tidak terdengar suara dalam
napas tambahan
pemberian
terapi
mucolytics
7. Mengkolaborasi
dengan dokter
dalam tindakan
suction

5/5/20 Depisit perawatan S:


2 Setelah dilakukan
21 diri
08:00 implementasi 1X 24
- Monitor kebutuhan
WITA Depisit perawatan diri - Memonitor
pasien untuk alat-
dengan kriteria hasil: kebutuhan
alat bantu untuk O:
- Pasien pasien untuk
kebersihan diri dan - pasein terbebas bau
terbebas bau alat-alat bantu badan
makan - Pasien tamapak
badan untuk
- Ajarkan keluarga bersih
kebersihan diri
pasien untuk
dan makan
A: masalah terpantau
memandikan
- Mengajarkan
pasien
keluarga pasien
P: pertahankan intervensi
- Monitoring
untuk
kempuan pasien memandikan
untuk perawatn diri pasien
yang mandiri - Memonitoring
kempuan pasien
untuk perawatn
diri yang
mandiri
C. Catatan Perkembangan
Nama : Tn.k No.CM : 505180

Umur : 67 tahun Diagnosa : pneumonia + covid 19

Jenis kelamin : laki-laki Ruang : ICU

No Tanggal Jam Problem Catatan Perkembangan Nama &


(Masalah ) Paraf
5/5/2021 08:00 KetidakefektifanS:
WITA Bersihan Jalan -
Napas O:
- Terdapat sekret melalui suction
pump sebanyak 20 cc
- SpO2: 100%
- RR: 17 x/menit
- Terpasang ETT Kinking no. 8
di fiksasi ke arah kanan
- Ekspansi dada simetris
- Retraksi dinding dada adekuat
- Suara napas sudah mulai bersih
- Tidak terdengar suara napas
tambahan
A:
- Masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi

S:
O:
5/5/2021 Depisit perawatan
08:00 - pasien sudah bersih
diri - Pasien tidak bau badan
WITA

A: masalah teratasi

P: intervensi di hentikan

Anda mungkin juga menyukai