Anda di halaman 1dari 7

Content Available at: http://jurnal.umla.ac.

id

JURNAL SURYA
Jurnal Media Komunikasi Ilmu Kesehatan

Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Lamongan

Gambaran Terapi Distraksi, Relaksasi dan Mobilisasi dalam Mengatasi Post


Operative Nausea and Vomiting (PONV) pada Pasien Post Operasi di RSUD
Indramayu
Bestina Nindy Virgiani
Program Studi Profesi Ners STIKes Indramayu

ARTIKEL INFO ABSTRAK

Article History: Background: PONV dapat menyebabkan ketidaknyamanan


pasien dibandingkan nyeri pasca operasi. Mual dapat
Kata Kunci: menyebabkan pasien tidak nyaman sedangkan muntah
Post Operative Nausea and dapat menyebabkan meningkatnya risiko aspirasi. Insiden
Vomiting muntah secara umum terjadi sekitar 30%, insiden mual
Terapi Distraksi sekitar 50% dan kejadian PONV dapat mencapai 80%.
Terapi Relaksasi Objectives: Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran
Terapi Mobilisasi terapi distraksi, relaksasi dan mobilisasi dalam mengatasi
Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) pada pasien
post operasi di RSUD Indramayu.
Design: Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah
pasien yang mendapatkan anestesi sebanyak 30 orang
menggunakantehnik accidental sampling. Alat
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data
penelitian ini Analisis Univariat.
Results: Hasil penelitian sebanyak 16 responden (53%)
dalam kategori tetap, 14 responden (47%) dalam kategori
berkurang. Sebanyak 22 responden (73%) yang dilakukan
terapi distraksi dalam kategori tetap. Sebanyak 19
responden (63%) yang dilakukan terapi relaksasi dalam
kategori tetap dan sebanyak 24 responden (80%) yang
dilakukan tindakan mobilisasi dalam kategori berkurang.
Conclusions: Terapi distraksi, relaksasi dan mobilisasi
tidak dapat mengatasi kejadian Post Operative Nausea and
Vomiting (PONV)..

Korespondensi Penulis: ns.bestina@gmail.com

SURYA Vol. 11, No. 02, Agustus 2019 17


PENDAHULUAN obat anestesi sehingga dapat mengganggu
refleks pelindung tersebut sehingga akibatnya
Anestesi merupakan tindakan yang pasien merasakan sesak nafas (Qudsi & Dwi,
dilakukan pada operasi pembedahan pasien. 2015).
Pembedahan atau operasi adalah semua Dampak lebih lanjut dari PONV
tindakan pengobatan yang menggunakan cara apabila tidak ditangani dengan tepat maka
invasive dengan membuka atau menampilkan dapat memperpanjang waktu perawatan,
bagian tubuh yang akan ditangani (R. meningkatkan biaya perawatan dan dapat
Syamsuhidayat, 2011). Setiap tindakan menyebabkan peningkatan stressor (Buckle,
anestesi mempunyai komplikasi. Komplikasi 2007 dalam Supatmi & Agustiningsih, 2015).
anestesi berhubungan dengan system susunan Oleh sebab itu pencegahan PONV akan
saraf pusat (SSP), kardiovaskuler, ginjal, menyebabkan meningkatnya kepuasan pasien
endokrin, sirkulasi, respirasi, mata, perubahan bedah. Perawat harus memahami dengan
cairan tubuh, neurologi dan komplikasi benar kondisi mual dan muntah yang dialami
lainya. Komplikasi yang umum terjadi adalah pasien dan bagaimana penangananya untuk
mual dan muntah pascaoperasi atau post mencegah dampak lebih lanjut dari PONV,
operative nausea and vomiting (PONV). (Black, Joyce M & Hawks, Jane Hokanson,
PONV didefinisikan sebagai mual 2014).
dan atau muntah terjadi dalam waktu 24 jam Penanganan PONV dapat dilakukan
setelah operasi. Insiden muntah secara umum secara farmakologi dengan obat antiemetik
terjadi sekitar 30%, insiden mual sekitar 50% dan non farmakologi (Utomo, Sudirman &
dan kejadian PONV dapat mencapai 80%. Syafi’i, 2009). Terapi farmakologi dengan
Lebih dari 40 juta pasien yang menjalani pemberian obat antiemetik merupakan tugas
operasi di Amerika Serikat dan lebih dari dan wewenang dari dokter. sedangkan
100.000 (sekitar 30%) pasien mengalami tindakan keperawatan lebih banyak ke terapi
PONV. Risiko ini meningkat sampai dengan non farmakologi seperti tindakan distraksi,
61-79% ketika terdapat 3-4 faktor risiko relaksasi dan mobilisasi.
seperti jenis kelamin perempuan, tidak Hasil studi pendahuluan yang telah
merokok, riwayat morning sickness, dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa
penggunaan opioid pasca operasi dan riwayat dari 13 pasien yang post operasi sebanyak 4
PONV (Gan T, et al, 2014). pasien mengalami mual, 3 orang mengalami
Di Indonesia insiden terjadinya muntah dan 6 orang mengalami mula dan
PONV belum tercatat jelas. Berdasarkan muntah. Sedangkan hasil wawancara dengan
penelitian Sholihah, Sikumbang & Husairi perawat tentang tindakan keperawatan yang
(2015) juga melaporkan dari 96 pasien, 26 dilakukan perawat ketika pasien mengalami
pasien (27.08%) mengalami PONV. PONV adalah dengan mobilisasi saja, padalah
Sedangkan insidensi mual pada 2 jam setelah di kroscek dengan SOP yang ada
pertama post operasi di PACU (Post diruangan, tindakan pada pasien PONV lebih
Anesthesia Care Unit) mencapai 20% dan terdiri dari terapi akupuntur, terapi mobilisasi,
muntah 5%. Sedangkan pada 2 jam terapi relaksasi, terapi distraksi dan terapi
berikutnya sampai 24 jam insidensi mencapai komplementer, perawat beralasan bahwa
50% dan muntah 25% (Kovac, 2000 dalam penguasaan tentang tindakan yang lain masih
Silaban, 2015). belum bisa, ini disebabkan oleh faktor
Masalah mual dan muntah ini dapat pendidikan selama perkuliahaan tidak
menimbulkan efek yang merugikan bagi diajarkan secara detail atau belum ada
pasien (Gundzik, 2008 dalam Supatmi & pembelajaran tentang terapi modalitas
Agustiningsih, 2015). Kejadian PONV dapat keperawatan.
menyebabkan ketidaknyamanan pasien Berdasarkan uraian di atas, maka
dibandingkan nyeri pasca operasi. Mual dapat peneliti merasa tertarik untuk melakukan
menyebabkan pasien tidak nyaman sedangkan penelitian tentang “Gambaran Terapi
muntah dapat menyebabkan meningkatnya Distraksi, Relaksasi dan Mobilisasi Dalam
risiko aspirasi, dalam keadaan normal refleks mengatasi PONV Pada Pasien Post Operasi
muntah dan batuk dapat mencegahnya, tetapi di RSUD Indramayu.
apabila pasien sedang diberikan terapi obat-

SURYA Vol. 11, No. 02, Agustus 2019 18


METODE PENELITIAN Tabel 3 Distribusi Frekuensi Gambaran
Terapi Distraksi dalam Mengatasi
Desain yang digunakan dalam PONV di RSUD Kabupaten
penelitian ini adalah kuantitatif dengan Indramayu
pendekatan deskriptif. Populasi dalam No Kategori F %
penelitian ini seluruh pasien yang menjalani 1 Berkurang 8 27
anestesi baik anastesi spinal dan anastesi 2 Tetap 22 73
umum di RSUD Kabupaten Indramayu. Jumlah 30 100
Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini dengan accidental sampling menggunakan
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Gambaran
rumus Z sebanyak 30 responden. Alat
Terapi Relaksasi dalam Mengatasi
pengumpulan data pada penelitian ini adalah
PONV di RSUD Kabupaten
menggunakan kuesioner. Analisa data dalam
Indramayu
penelitian ini adalah Analisis Univariat
(analisis deskriptif). No Kategori F %
1 Berkurang 11 37
HASIL PENELITIAN 2 Tetap 19 63
Jumlah 30 100
1. Data Umum
Tabel 1 Karakteristik Responden Tabel 5 Distribusi Frekuensi Gambaran
No Data Umum F % Terapi Mobilisasi dalam Mengatasi
Usia Responden PONV di RSUD Kabupaten
1 12-25 tahun 11 37 Indramayu
2 26-45 tahun 5 17 No Kategori F %
3 46-55 tahun 3 10 1 Berkurang 24 80
4 56-65 tahun 2 6 2 Tetap 6 20
5 >66 tahun 9 30 Jumlah 30 100
Jenis Kelamin
1 Laki-laki 10 33
2 Perempuan 20 67
PEMBAHASAN
Jenis Anestesi
1 Anestesi Umum 16 53 1. Gambaran Terapi Distraksi, Relaksasi
2 Anestesi Spinal 14 47 dan Mobilisasi dalam Mengatasi PONV
Riwayat Operasi di RSUD Kabupaten Indramayu
1 Pernah 3 10 Mual dan muntah pasca operasi atau
2 Tidak Pernah 27 90 Post Operative Nausea and Vomiting (PONV)
Total 30 100 adalah salah satu efek samping yang paling
umum setelah menjalani operasi, induksi
2. Data Khusus anestesi dan pemberian analgesik opioid
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Gambaran (Yuill, G., & Gwinnutt, C. 2003). Kejadian ini
Terapi Distraksi, Relaksasi dan biasanya disertai dengan menurunnya tonus
Mobilisasi dalam Mengatasi PONV di otot lambung, kontraksi, sekresi,
RSUD Kabupaten Indramayu meningkatnya aliran darah ke mukosa
No Kategori F % intestinal, hipersalivasi, keringat dingin, detak
1 Berkurang 14 47 jantung meningkat dan perubahan ritme
2 Tetap 16 53 pernapasan.
Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat
bahwa dalam penelitian ini sebanyak 16
responden (53%) dalam kategori tetap,
artinya terapi non farmakologi seperti
distraksi, relaksasi dan mobilisasi tidak dapat
mengatasi PONV. Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan pendapat Rahmayati, El.

SURYA Vol. 11, No. 02, Agustus 2019 19


Irawan Anggi, Sormin T, (2017) yang responden (73%) dalam kategori tetap. Pada
mengatakan bahwa terapi non farmakologi penelitian ini, terapi distraksi dengan
dapat diterapkan sebagai terapi pendamping menggunakan musik.
atau sebagai bagian dari intervensi Hasil penelitian tersebut tidak sejalan
keperawatan dalam pemberian asuhan dengan Tuner (2010), yang mengatakan
keperawatan khususnya pada pasien yang bahwa terapi musik dapat menurunkan
mengalami mual muntah pasca operasi. intensitas mual karena musik dihasilkan dari
Terapi non farmakologi merupakan pilihan stimulus yang dikirim melalui akson-akson
untuk mengatasi PONV dikarenakan dapat serabut sensori asendens ke neuron-neuron
meminimalisasi depresi aditif CNS dengan dari Reticular Activating System (RAS).
antiemetik dan zat anestesi. Stimulus kemudian ditransmisikan ke area
Pada penelitian ini, terapi distraksi, korteks cerebral, sistem limbik dan korpus
relaksasi dan mobilisasi tidak dapat mengatasi collosum dan melalui area-area sistem saraf
PONV. Hal ini disebabkan oleh beberapa otonom dan sistem neurondokrin. Sistem
faktor. Faktor terjadinya mual muntah saraf otonom berisi saraf simpatik dan
pascaoperasi menurut Susanti & Tarigan, parasimpatik. Musik dapat memberikan
(2012) meliputi usia yang kurang dari 50 rangsangan simpatik dan parasimpatik
tahun dan jenis kelamin. Pada penelitian ini sehingga dapat menimbulkan relaksasi. Proses
usia yang kurang dari 50 tahun sebanyak 16 relaksasi tersebut dapat memperbaiki
responden (53,3%) Pasien dengan usia lanjut metabolisme didalam tubuh yang terganggu
lebih mudah mengontrol mual muntah saat efek obat muncul yaitu berupa mual
dibandingkan pasien yang berusia lebih muda. muntah.
Pada pasien yang berusia lebih muda ada Musik merupakan intervensi efektif
kecenderungan perubahan kearah reaksi untuk distraksi, khususnya untuk prosedur-
distonik akut. prosedur yang menimbulkan tanda dan gejala
Jenis kelamin yang paling banyak yang meyakitkan. Musik diketahui dapat
yaitu perempuan sebanyak 20 responden menjadi pengalih perhatian yang efektif
(67%). Jenis kelamin perempuan lebih sulit dalam menejemen mual. Pada penelitian ini
mengontrol mual muntahnya dari pada laki- pemilihan jenis musik yang diberikan ke
laki, walaupun jenis dan dosis obat yang pasien berdasarkan kesukaan perawat saja dan
digunakan sama. Perempuan lebih perawat yang memberikan terapi belum
memungkinkan mengalami mual muntah memiliki keterampilan dalam terapi ini, hal
daripada lakik-laki kemungkinan disebabkan tersebut tentu saja dapat mempengaruhi hasil
oleh pengaruh hormon. dari penelitian.
Sedangkan menurut Schou (2008),
2. Gambaran Terapi Distraksi dalam Efektifitas musik sebagai alat terapi akan
Mengatasi PONV di RSUD Kabupaten terjadi jika terapis memiliki ketrampilan yang
Indramayu memadai dalam memilih jenis musik yang
Terapi distraksi merupakan aktivitas paling tepat sebagai pilihan. Pada beberapa
yang diberikan pada pasien tujuannya untuk penelitian dianjurkan memilih musik untuk
membuat pasien terfokus atau berkonsentrasi relaksasi dengan tempo sekitar 60-80
pada kegiatan yang menyenangkan, membuat ketukan/menit, menggunakan irama yang
perhatian individu terhadap sesuatu yang tenang,dan sebaiknya tidak ada lirik, hal ini
lain. Harapannya setelah dilakukan terapi ini mengacu musik yang diberikan hendaknya
dapat menurunkan kesadaran terhadap rasa mengikuti kecepatan rerata detak jantung
tidak nyaman yang dirasakan dan manusia.
meningkatkan toleransi. Intervensi distraksi
efektif untuk menghilangkan rasa tidak 3. Gambaran Terapi Relaksasi dalam
nyaman karena individu berkonsentrasi pada Mengatasi PONV di RSUD Kabupaten
stimulus yang menarik atau menyenangkan Indramayu
daripada berfokus pada gejala yang tidak Relaksasi adalah kebebasan mental
menyenangkan. dan fisik dari tekanan atau stress. Teknik
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat relaksasi memberi individu rasa kontrol diri
bahwa dalam penelitian ini sebanyak 22 ketika mengalami nyeri atau rasa tidak

SURYA Vol. 11, No. 02, Agustus 2019 20


nyaman. Garrett et al (2003) menyebutkan oleh perawat RSUD Indramayu mula-mula
dalam latihan relaksasi, pasien diinstruksikan berasal dari ambulasi dini kemudian secara
untuk melemaskan otot untuk menurunkan berangsur-angsur ke tahap mobilisasi. Pasien
tegangan otot. Kemudian pasien didorong yang mengalami PONV setelah operasi,
untuk melakukan nafas dalam secara langsung dianjurkan latihan pernafasan
perlahan. kemudian dilanjutkan dengan mengganti
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat posisi, seperti miring ke kanan dan ke kiri,
bahwa dalam penelitian ini sebanyak 19 dari berbaring ke duduk, melatih pasien untuk
responden (63%) dalam kategori tetap, artinya duduk sendiri, dan terakhir mengganti posisi
terapi relaksasi tidak dapat mengatasi PONV. dari duduk ke berdiri. Tindakan tersebut
Sebagian besar responden masih merasa mual dilakukan secara berturut-turut.
walaupun sudah diajarkaan tehnik relaksasi. Menurut Roper (2008), mobilisasi
Secara teori terapi relaksasi dapat jika dilakukan secara teratur dan bertahap
membantu seseorang menjadi rileks, pada saat serta diikuti dengan istirahat adalah yang
seseorang merasa rileks dan nyaman maka paling dianjurkan. Latihan mobilisasi pasca
akan terjadi sekresi hormon endorfin yang operasi dapat mencegah terjadinya komplikasi
bermanfaat sebagai antiemetik alami, dengan pasca operasi, mengurangi distensi abdomen,
cara menghambat impuls mual di mencegah trombophlebitis, meningkatkan
Chemoreseptive Trigger Zone (Syarif, sirkulasi, mengurangi nyeri serta
Nurachman & Gayatri, 2011). mempercepat proses penyembuhan (Brunner
Untuk melihat efektivitas dari terapi & Suddart, 2013).
relaksasi, diperlukan partisipasi dan
kerjasama individu. Dalam penelitian ini KESIMPULAN
terapi relaksasi diajarkan kepada responden
pada saat responden mengalami rasa tidak 1. Kesimpulan
nyaman yaitu mula muntah, sehingga Berdasarkan hasil penelitian dan
konsentrasi saat itu menjadi terganggu, pembahasan tentang Gambaran Terapi
responden masih terfokus pada rasa tidak Distraksi, Relaksasi dan Mobilisasi di RSUD
nyaman itu. Oleh karena itu terapi relaksasi Kabupaten Indramayu, dapat disimpulkan
pada penelitian ini menjadi tidak efektif. sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
4. Gambaran Terapi Mobilisasi dalam bahwa sebanyak 16 responden (53%)
Mengatasi PONV di RSUD Kabupaten dalam kategori tetap. Hal ini menunjukan
Indramayu bahwa terapi distraksi, relaksasi dan
Mobilisasi merupakan suatu upaya mobilisasi tidak dapat mengatasi PONV.
yang dilakukan selekas mungkin pada pasien 2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
pasca operasi dengan membimbing pasien bahwa sebanyak 22 responden (73%)
untuk dapat melakukan aktivitas setelah dalam kategori tetap. Hal ini menunjukan
proses pembedahan dimulai dari latihan bahwa terapi distraksi tidak dapat
ringan di atas tempat tidur (latihan mengatasi PONV.
pernapasan, latihan batuk efektif dan 3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bahwa sebanyak 19 responden (63%)
bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar dalam kategori tetap. Hal ini menunjukan
mandi (Brunner & Suddarth, 2013). bahwa terapi relaksasi tidak dapat
Mobilisasi bermanfaat untuk memperbaiki mengatasi PONV.
sirkulasi, mencegah atau mengurangi 4. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
komplikasi imobilisasi pasca operasi, bahwa sebanyak 24 responden (80%)
mempercepat proses pemulihan pasien pasca dalam kategori berkurang. Hal ini
operasi (Craven & Hirlen, 2009). menunjukan bahwa terapi mobilisasi dapat
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat mengatasi PONV.
bahwa dalam penelitian ini sebanyak 24
responden (80%) dalam kategori berkurang,
artinya terapi mobilisasi dapat mengatasi
PONV. Konsep mobilisasi yang dilakukan

SURYA Vol. 11, No. 02, Agustus 2019 21


DAFTAR PUSTAKA Komplementer Akupresur terhadap
Mual Muntah Pasca Operasi di RSUD
Black, J. M., & Hawks, J. H. 2014. Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Keperawatan medikal bedah: Lampung. Jurnal Kesehatan, 8 (3),
manajemen klinis untuk hasil yang 382-388.
diharapkan. Elsevier (Singapore).
Roper, 2008. Penerapan Proses Keperawatan
Brunner & Suddarth, 2013. Buku Ajar pada Klien dengan Gangguan
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Muskuloskeletal. EGC. Jakarta
volume 2. EGC. Jakarta
Schou, K. 2008. Music Therapy for Post
Buckle, J. 2007. Literature review: should Operative Cardiac Patients: A
nursing take aromatherapy more Randomized Controlled Trial
seriously?. British Journal of Evaluating Guided Relaxation with
Nursing, 16(2), 116-120. Music and Music Listening on
Anxiety, Pain, and Mood (Doctoral
Craven F.R & Hirnle.J.C 2009. Fundamentals dissertation, InDiMedia, Department
of Nursing Human,Health and of Communication, Aalborg
Fucntion (6 th.edition). USA. University).
Lippincott Williams & Wilkins.
Sholihah, A., Sikumbang, K. M., & Husairi,
Gan Tj, Mayer TA, Apfel CC, Chung F, A. 2015. Gambaran Angka Kejadian
Davis PJ, Habib AS. 2014. Consensus Post Operative Nausea And Vomiting
Guidelines for the management of (PONV) di Rsud Ulin Banjarmasin
PONV. Durham. Anesthesia- Mei-Juli 2014. Berkala Kedokteran
Analgesia. 118 volume 1: 85-112. Unlam, 11(1), 119-129.

Garrett, K., Tsuruta, K., Walker, S., Jackson, Silaban, J. H. 2015. Perbandingan Penurunan
S. & Sweat, M. 2003. Managing Resiko Kejadian Mual Muntah Paska
nausea and vomiting. Critical Care Operasi Dengan Pemberian
Nurse, Midazolam 0,035 mg/kg/iv dan
Ondansetron 4 mg/iv Pada Pasien
Gundzik, K. 2008. Nausea and vomiting in Dengan Skor Apfel 3-4 yang
the ambulatory surgical setting. Dilakukan Anestesi Umum (Master's
Orthopaedic Nursing, 27(3), 182-188. thesis).

Kovac, A. L. 2000. Prevention and treatment Supatmi, S., & Agustiningsih, A. 2015.
of postoperative nausea and vomiting. Aromaterapi Pepermint Menurunkan
Drugs, 59 (2), 213-243. Kejadian Mual dan Muntah Pada
Pasien Post Operasi. Jurnal
Qudsi, A. S., & Dwi Jatmiko, H. 2015. Kesehatan Karya Husada (JKKH), 2
Prevalensi Kejadian PONV pada (2), 1-18.
Pemberian Morfin sebagai Analgetik
Pasca Operasi Penderita Tumor Susanti, L. Karakteristik Mual Dan Muntah
Payudara dengan Anestesi Umum di Serta Upaya Penanggulangan Oleh
RSUP Dr. Kariadi Semarang Penderita Kanker Yang Menjalani
(Doctoral dissertation, Faculty of Kemoterapi Di RSUD Dr. Pirngadi
Medicine). Kota Medan Tahun 2012.

R. Sjamsuhidajat, dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Syarif, H., Nurachmah, E., & Gayatri, D.
Bedah. EGC. Jakarta. 2011. Terapi Akupresur dapat
menurunkan keluhan mual muntah
Rahmayati, E., Irawan, A., & Sormin, T. akut akibat kemoterapi pada pasien
2017. Pengaruh Terapi kanker: Randomized Clinical Trial.

SURYA Vol. 11, No. 02, Agustus 2019 22


Jurnal Keperawatan Indonesia, 14(2),
133-140.

Tuner, W. A. 2010. Music Therapy.


http:/www.musictherapy.org.

Utomo, A. K., Sudirman, S., & Syafi’i, I.


2009. Perbandingan Efektivitas antara
Akupunktur PC-6 dan Ondansetron
dalam Mencegah Insidensi Mual dan
Muntah Pasca Bedah Ortopedi. Jurnal
Kedokteran Indonesia, 1(1), 25-31.

Yuill, G., & Gwinnutt, C. 2003. Postoperative


Nausea and Vomiting. World
Anaesthesia. pp. 1-7

SURYA Vol. 11, No. 02, Agustus 2019 23

Anda mungkin juga menyukai