Anda di halaman 1dari 16

Departemen Neurologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

HERNIA NUKLEUS
PULPOSUS LUMBAL
Nurul Muhliza Megawati Sarson Puteri
C014211002

Supervisor Pembimbing
dr. H. Abdul Muis, Sp. S
Definisi
Hernia nukleus pulposus adalah suatu kondisi dimana
menonjolnya sebagian atau seluruh bagian dari sentral
nukleus pulposus kedalam kanalis vertebralis akibat
degenerasi dari anulus fibrosus korpus intervertebralis,
yang menyebabkan sakit punggung dan kaki akibat iritasi
akar saraf tersebut

• Mansjoer, Arief, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2 Jakarta: Penerbit FK UI.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia tidak terdapat data yang menunjukkan prevalensi nyeri punggung
bawah secara jelas, tetapi prevalensi penyakit sendi di Indonesia berdasarkan
diagnosis atau gejala menurut Riskesdas tahun 2013 adalah 24,7 persen.
Prevalensi penyakit sendi berdasarkan wawancara meningkat seiring dengan
bertambahnya umur yaitu prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (33% 2 dan
54,8%). Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi pada perempuan (27,5%) lebih tinggi
dari laki-laki (21,8%)

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP adalah aliran darah ke


diskus berkurang, beban berat, dan ligamentum longitudinalis posterior
menyempit. Jika beban pada diskus bertambah, annulus fibrosus tidak
lagi kuat untuk menahan nukleus pulposus dari keluar ke kanalis
vertebralis yang akhirnya menekan radiks sehingga timbul rasa nyeri

• Mansjoer, Arief, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2 Jakarta: Penerbit FK UI.
FAKTOR RESIKO

01 USIA 02 TRAUMA

03 PEKERJAAN 04 GENDER

An Nur Fithri. Gambaran Faktor Risiko Pada Pasien Herniasi Nukleus Pulposus. 2017
PATOFISIOLOGI
Sebagian besar HNP terjadi pada L4 - L5 dan L5 - S1
1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5 - S1 mempunyai
tugas yang berat, yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan
75% berat badan disangga oleh sendi L5 - S1.
2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan
ekstensi sangat tinggi. Di perkirakan hampir 57% aktivitas
fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi L5 - S1.
3. Daerah lumbal terutama L5 - S1 merupakan daerah rawan
karena ligamentum longitudinal posterior hanya separuh
menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi yang paling
sering adalah postero lateral

Munir, B. (2015). Neurologi Dasar: Neuroanatomi Dasar, Pemeriksaan Neurologi Dasar, Diagnosis dan Terapi Penyakit Neurologi (Vol. I).
Jakarta: SagunG seto.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Munir, B. (2015). Neurologi Dasar: Neuroanatomi Dasar, Pemeriksaan Neurologi Dasar,


Diagnosis dan Terapi Penyakit Neurologi (Vol. I). Jakarta: SagunG seto.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

● X-Ray, posisi AP (Anteroposterior), lateral dan obliq.


● Computed Tomography Scan (CT-Scan).
● Magnetic Resonance Imaging (MRI).
● Myelography.
● Electromyografi dan tes konduksi saraf.

Ju Kevin, Md. 2018. Diagnostic Processes for Neck and Back Pain. Spain-Health. Retrieved November 28, 2021, from
https://www.spine-health.com/treatment/spine-specialists/diagnostic-processes-neck-and-back-pain
Tatalaksana
Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung bawah
akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang
mudah dilakukan. Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi..
b. Iontophoresis. Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit.
c. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator) Sebuah unit
transcutaneous electrical nerve stimulator
d. Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam dengan
menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai jaringan
lunak dibawahnya..

Wardah Hanani Pangestu, et al. TATALAKSANA KOMPREHENSIF PADA PASIEN HERNIA NUCLEUS PULPOSUS LUMBAL. 2016
Tatalaksana

Latihan dan modifikasi gaya hidup


Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan memperberat
tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan penting untuk
mengurangi NPB pada pasein yang mempunyai berat badan berlebihan

Wardah Hanani Pangestu, et al. TATALAKSANA KOMPREHENSIF PADA PASIEN HERNIA NUCLEUS PULPOSUS LUMBAL. 2016
Tatalaksana

Terapi Farmakologis
a. Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug).
Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen,
Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
c. Opioid
d. kortikosteroid oral
e. Anelgetik ajuvan.
f. Suntikan pada titik picu.

Wardah Hanani Pangestu, et al. TATALAKSANA KOMPREHENSIF PADA PASIEN HERNIA NUCLEUS PULPOSUS LUMBAL. 2016
Tatalaksana

Terapi operatif pada pasien dilakukan jika:


a. Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
b. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau
ada gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6
sampai 12 minggu.
c. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi
konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan
gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
d. Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
Jong, Syamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah Jakarta: EGC
Tatalaksana

Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:


a. Distectomy Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous distectomy Pengambilan sebagian diskus intervertabralis
dengan menggunakan jarum secara aspirasi.
c. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy Melakukan
dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian dari
vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion: Penggunaan graft pada
vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid diantara vertebra
sehingga terjadi stabilitas
Jong, Syamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah Jakarta: EGC
Prognosis

Prognosis dari HNP Lumbalis bergantung pada keadaan


masing-masing penderita, stadium yang terjadi, terapi yang di
lakukan, serta faktor penyebab. Semakin ringan stadium dan dini
serta tepat terapinya, prognosis semakin bagus dan angka ke
kambuhan menurun. Begitu juga sebaliknya.

• Rigatelli G, Cardaioli P, Hijazi ZM. (2007) Contemporary clinical management of atrial septal defects in the adult.
• Adler, D.H.. (2017) Atrial Septal Defect Treatment and Management. Emedicine Medscape.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai