OLEH :
Nurul Zakiah, S.Ked
10542 0418 12
PEMBIMBING:
dr. H. Abdul Hamid, Sp.S
1
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PENDAHULUAN
A. Defenisi …………………………………………………………………………………1
B. Epidemiologi……………………………………………………………………………2
C. Patofisiologi…………………………………………………………………………….2
D. Etiologi…………………………………………………………………………………7
E. Gejala klinis……………………………………………………………………………12
F. Diagnosis……………………………………………………………………………….15
G. Tatalaksana……………………………………………………………………………..17
LAPORAN KASUS……………………………………………………………………………21
Daftar pustaka
2
PENDAHULUAN
A. Defenisi
Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan nyeri, ketegangan otot, atau terlokalisir di
antara batas iga bagian bawah dan lipatan gluteus inferior, dengan atau tanpa penjalaran ke
paha dan/atau tungkai (sciatica). NPB dapat terjadi dengan/tanpa nyeri radikular atau nyeri
alih yang menandakan kerusakan jaringan organ lain. Pada prinsipnya, NPB disebabkan oleh
kerusakananan jaringan saraf dan nonsaraf yang sangat di pengaruhi oleh aspek psikologis.1
Keluhan NPB sering dijumpai pada praktik sehari - hari . Sebanyak 17-31 % dari total
populasi pernah mengalami NPB semasa hidupnya. Oleh karena NPB sangat dipengaruhi
oleh aktivitas fisik dan posisi tubuh, maka pasien NPB memiliki keterbatasan dalam bergerak
(disabilitas). Hal tersebut menyebabkan penurunan kualitas hidup serta memiliki dampak
Berdasarkan studi The Global Burden of Disease tahun 2010, NPB merupakan
penyumbang terbesar kecacatan global, yang diukur melalul years lived with disability
(YLD). Studi di Inggris mengemukakan bahwa NPB merupakan penyebab utama disabilltas
pada dewasa muda yang menimbulkan lebih dari 100 juta hari kerja hilang tiap tahun.
Dengan demikian, NPB penyebab penurunan produktivitas kerja dan berkaitan dengan beban
Secara temporal, NPB terbagi menjadi akut (<6 minggu), subakut (7-12 minggu), kronik
(>12 minggu / 3 bulan), dan rekuren. Sebagian besar penderita NPB mengalami rekurensi,
yang sebenarnya merupakan bentuk eksaserbasi akut pada NPB kronik. Penanganan NPB
yang bersifat tidak cepat dan kuat akan berakibat progresivitas menjadi kronik dan rekuren.
3
Selain itu, fakor stres psikologis juga meningkatkan kondisi kronisitas NPB. Kondisi kronik
seperti ini harus dicegah oleh klinsi yang menangani pasien NPB.1,2
B. Epidemiologi
menunjukkan prevalensi pertahun sekitar 22-6596. Data Kelompok Studi Nyeri PERDOSS
menyatakan sebesar 18,37% dari seluruh pasien adalah NPB. Data epidemiologi lain
memperkirakan sekitar 40% penduduk Jawa Tengah memiliki antara 65 tahun dengan prevalensi
18,2% pada laki-laki dan 13,6% pada perempuan. Di Amerika Serikat, NPB secara umum
menjadi penyebab kelima tersering pasien datang untuk berobat. Data lain melaporkan bahwa
7,6% populasi dewasa di amerika serikat mengalami NPB Berat selama 1 tahun terkahir, dan
C. Patofisiologi
Seperti nyeri pada umumnya, NPB dapat terjadi akibat adanya kerusakan jaringan saraf
dan atau non saraf pada punggung bawah. Disamping saraf, kerusakan dapat pula mengenai
tulang vertebra, kapsul sendi apofisial, annulus vibrosus, otot dan ligamentum. Peregangan
(stretching), robekan (tearing), atau kontusia jaringan-jaringan tersebut dapat terjadi akibat
aktivitas seperti mengangkat beban berat, gerakan memutar tulang belakang, dan whiplash
injury.
Patofisiologi yang mendasari NPB sangat berkaitan dengan mekanisme nyeri nosiseptis dan
nyeri neuropatik sebagai akibat dari kerusakan jaringan pada alinea sebelumnya. Pada NPB yang
kronik dan rekuren, terdapat proses patologis yang disebut sensitilasi sentral.
4
Nyeri nosiseptif timbul akibat kerusakan pada jaringan nonneural dan aktivasi nosiseptor.
Nyeri ini menyertai aktivasi peripheral receptive terminals dari neuron aferen primer sebagai
respon terhadap stimulus kimiawi, mekanik, atau termal yang berbahaya. Dilain pihak, nyeri
neuropatik didefinisikan sebagai nyeri yang disebabkan karena lesi primer system saraf
somatosensorik. Secara klinis istilah nyeri yang timbul (output) sebanding dengan input
Definisi SS adalah amplifikasi dari neuronal signaling didalam system saraf pusat yang
nosiseptif, didalam system saraf pusat terhadap input aferen normal atau ambang batas
(subthreshold). Dengan kata lain terdapat augmentasi respons susunan saraf pusat terhadap input
dari reseptor unimodalitas dan polimodalitas. Hal yang penting dii gat dari patofisiologi SS
adalah peningkatan respons neuronal terhaadap stimulus didalam system saraf pusat (seperti
hipereksitabilitas Sentral).
Gangguan yang diakibatkan SS terhadap system saraf pusat tersebut meliputi beberapa
hal, yaitu perubahan pemprosesan stimulus sensorik di dalam otak, gangguan fungsi mekanisme
antinosiseptif desenden, peningkatan aktivitas jalur fasilitator nosiseptif, dan peningkatan sumasi
nyeri sekunder (wind up) di temporal. Selain itu, SS meningkatkan aktivitas pain neuro
matrix.SS juga meningkatkan aktivitas otak pada area-area yang terlibat dalam senssai nyeri akut
(insula, korteks cinguli anterior, dan korteks prefrontal) dan yang tidak terlibat dalam sensasi
nyeri akut (berbagai nucleus dibatang otak korteks dorsolateral frontalis, dan korteks asosiasi
parietal).
5
Berbagai studi mengemukakan bahwa SS ditemukan pada NPB kronik. Hal ini
mempengaruhi tata laksana pasien, mengingat pasien NPB dengan SS membutuhkan pengobatan
Anatomi
Tulang belakang bagian lumbal terdiri dari 5 segmen vertebra lumbalis yang terletak
cranial dari sacrum dan koksigeus. Ke lima vertebra menyokong vertebra torakalis, servikalis,
dan tulang kepala yang merupakan sebagian besar dari berat badan tubuh, sehingga ukuran
Sisi posterior korpus vertebra memiliki struktur pedikel, lamina, prosesus transverses spinosus
yang membentuk lingkaran mengelilingi kanalis spinalis. Kanalis spinalis dibungkus oleh
Sendi faset merupakan persendian yang menghubungkan korpus vetebrata dengan yang
lainnya. Prosesus artikularis superior dan inferior dari lamina vertebra yang berdekatan
membentuk sendi fase atau zigapofisial. Sendi ini merupakan sendi sinovial di artodial yang
Tulang belakang disokong oleh berbagai ligamentum yamg merupakan jaringan ikat yang
menghubungkan satu tulang ketulang lainnya. Dari arterior keposterior, ligamentum tersebut
Ligamentum longitudinal arterior merupakan ligamentum luas dan vibrous yang berasal dari
dasar tengkorak, meliputi bagian anterior daei korpus vetebralis dan diskus vetebralis dari C1
hingga sacrum. Ligamentum ini berfungsi dalam mempertahankan stabilitas dari sendi
6
Ligamentum longitudinalis posterior berjalan dari dasar tengkorak dan C2 hingga ke
sacrum, berhubungan dengan bagian posterior dari korpus vetebralis dan diskus invetebralis,
sehingga ligamentum ini membentuk satu kesatuan denga dinding kanalis vetebralis. Hal tersebut
berkaitan dengan pencegahan terjadinya protrusi diskus kearah posterior, tetapi tidak mencegah
ligamentum ini mmembentuk bagian dari kanalis spinalis. Ligamentum flavum berperan dalam
mempertahankan kontur dan keutuhan posisi tulang belakang saat membungkuk dan sebaliknya.
Ligamentum intertransversal berjalan diantara prosesus transverses kolumna vertebralis pada tiap
segmen dan biasanya bergabung dengan muskulus intertransversarii. Peran ligamentum ini untuk
prosesus spinosus C1 sehingga S1 pada tiap segmen pada bagian anterior. Serat ligamentum ini
berhubungan dengan flavum, sedangkan apada bagian posterior serat ligamentum ini
terdiri dari serat yang panjang dan tebal yang berjalan secara vertical, mulai dari c7 hingga
sacrum. Diatas C7 ligamnetum ini disebut ligamentum nuchae. Bagian internal/anterior dari serat
Diskus intervertebralis adalah sendi yag terletak diantara korpus vetebralis. Sendi ini berperan
dalam hal mekanikdikarekan fungsinya dapat menanggung berat beban badan dan aktivitas otot
7
melalui kolumna spinalis. Adanya fleksibilitassendi ini membuat tulang belakang mampu
Diskus intervetebralis memiliki ketebalan sekitar 7-10 mmdan diameter 4 cm pada region
lumbalis. Diskus intervetebralis merupan struktur kompleks yang terdiri dari lapisan luar tebal
jaringan vibrosa kortilago yang disebut annulus vibrosus. Struktur annulus vibrosus terdiri dari
15 hingga 25 cincin konsentrik atau lamella., dengan serat kolagen yang berada parallel diantara
tiap lamella. Selain itu, terdapat serat elastin yang berada dianatara lamella sehingga membantu
diskus untuk kembali kepossisi awal setelah di gerakkan. Serat elastin tersebut menyatu dengan
lamella saat serat tersebut berjalan secara radial antara lapisan lamella. Sel-sel dari anulus,
terutama yang berada di luar, seperti fibroblast, seperti pantilage jang, untuk, dan teletak paralel
dengan serat kolagen. Bentuk sel ini menjadi lebih oval pada bagian dalam anulus fibrosus
Cartilage endplate adalah lapisan hori zontalisasi dengan ketebalan 1mm, yang tersusun atas
jaringan kartilago hialin. Struktur ini mempertemukan diskus dalam tervertebralis dengan korpus
vertebralis. Pada kondisi normal, diskus intervertebra memiliki sedikit pembuluh darah dan saraf,
terutama terbatas pada lamela yang berakhir pada proprioseptor. Carti lage endplate bersifat
avaskular dan aneural pada orang dewasa normal. Pembuluh hi ada pada ligamentum
longitudinal yang berdekatan dengan diskus intervertebralis dan pada tulang rawan endplate
Anulus fibrosus menonton inti yang lebih bersifat gelatin (gelatinous), disebut nukleus
pulposus. Batas atas dan bawah dari nukleus pulposus adalah struktur mobil. tilage endplates
Bagian tengah dari nukleus kolagen yang tersusun acak, dan serat elastin yang tersusun umum
radial. Tersedia dalam serat yang menyerupai kondrosit (chondrocyte-like cels) dengan densitas
8
D. Etiologi
Pasien yang datang dengan NPB harus dieksplorasi etiologinya karena sebenarnya NPB
adalah gejala, bukan penyakit. NPB memiliki beberapa etiologi yang mendasari kondisi
patologisnya yang harus sesuai untuk tata laksana dan prognosisnya. Berdasarkan etiologinya,
NPB dibagi menjadi spesifik dan nonspesifik / idiopatik. NPB yang diketahui etiologinya dengan
jelas disebut NPB spesifik. Sayangnya dalam praktik sehari-hari, sebagian besar NPB tidak
diketahul etiologinya dengan jelas, atau disebut juga NPB nonspesifik atau idiopatik.
Seperti sendi sinovial lainnya, proses trauma festasi klinis berupa nyeri, kekakuan,
disfungsi sendi, dan spasme otot sekunder, yang kemudian akan menyebabkan kekakuan dan
Salah satu struktur yang terlibat dalam proses degenerasi sendi adalah fibrosa dari sendi
faset yang mengandung ujung saraf yang dikapsulasi, tidak dikemas, dan bebas. Studi
memediasi dan memodulasi nosiseptor, misalnya substansi P, gen kalsitonin terkait pepride
(CGRP), dan peptida usus vasoaktif intestinal paptide (VIP). Adanya neuropeptida tersebut
menandakan proses penuaan dan beban biomekanik yang kumulatif. Mediator kimiawi dan
inflasi ini berhubungan dengan enzim dan kolagenolitik yang dapat menyebabkan degradasi
matriks kartilago sendi. Bila neuropeptida ini ditemukan bersama dengan jaringan perivaskular
dan masukan aferen n maka kombinasi ini dapat menjadi penghasil nyeri (pain generator). Facet
arthrosis merupakan bentuk patologi sendi faset yang paling banyak ditemukan. Sering kali ini
terjadi pada usia 60 tahun, pada beberapa kasus dapat dimulai pada waktu sebelum 20 tahun.
Tidak ada perbedaan prevalensi antar jenis kelamin. Penyakit ini dikaitkan dengan kebiasaan
9
mengangkat beban berat dan cedera minor berulang. Stres mekanik timbul pada faset yang lebih
Gejala dan tanda klinis arthrosis tidak spesifik dan bervariasi tergantung pada
progresivitasnya, mulai dari nyeri pada leher atau punggung bawah sampai ti dak ada nyeri.
Gejala yang muncul dari ujung ke bawah dan diperbesar dengan gerakan ekstensi, juga membaik
Sendi sakroiliaka merupakan sendi sinovial di-artrodial yang menerima inervasi atau
persarafan utama dari rami dorsalis 4 nervus sakralis pertama. Artrografi atau injeksi larutan
iritan kedalam sendi sakroiliaka dapat memprovokasi nyeri dengan berbagai pola nyeri lokal
maupun nyeri alih pada daerah bokong, lumbal bawah, dan paha. Prevalensi nyeri sakroiliaka
Nyeri Otot
gerakan rotasi, fleksi, dan ekstensi. Otot- otot profunda melekat pada rongga-rongga yang berada
di antara prosesus spinosus. Adapun otot-otot penting yang menyongkong vertebra lumbalis
Kondisi salah posisi dapat memicu terjadinya peregangan berlebih pada ligamentum dan
memprovokasi otot-otot ini sehingga menyebabkan robekan, perdarahan kecil dan inflamasi,
serta me- nimbulkan nyeri. Hal ini dikenal dengan strain atau regangan, maupun sprain atau re-
10
Reseptor nyeri di otot sensitif terhadap berbagai stimulus mekanik, termasuk tekanan,
cubitan (pinching), irisan (cutting), dan peregangan (stretching). Unit kontraksi otot dan tendon
yang terpapar beban biomekanik tunggal atau rekuren dapat mengalami cedera dan menimbulkan
nyeri. Otot terse-but akan memendek secara abnormal dan disertai peningkatan tonus akibat
spasme atau kontraksi yang berlebihan. Otot yang cedera ini merupakan area nyeri yang
dianggap sebagai trigger point (TrP) atau taut band yang menjadi kriteria diagnosis sindrom
nyeri miofasial.
Karakteristik yang khas dari sindrom nyeri miofasial adalah adanya TrP berupa nodul
berukuran 3-6mm, bersifat nyeri dan kaku, dan dapat diidentifikasi melalui palpasi otot. Palpasi
TrP akan memprovokasi nyeriFragile hebat dan menjalar ke zona-zona tertentu. Stimulus
mekanik seperti penusukan atau pemberian tekanan pada area yang hiperiritasi di TrP akan
Palpasi TrP kadang-kadang dapat menimbulkan refleks involunter (jump sign), atau
flinching yang tidak sesuai dengan tekanan palpasi yang diberikan. Sindrom nyeri miofasial
dapat menjadi simtomatik akibat trauma langsung atau tidak langsung, paparan strain kumulatif,
Sindrom nyeri miofasial dapat terjadi pada daerah yang mengalami kerusakan jarin- gan
atau daerah tempat penjalaran nyeri neuropatik/radikular. Otot yang terengtuberkulosis ruh oleh
nyeri neuropatik dapat mengalami kerusakan akibat spasme berkepanjangan, beban mekanik
Ada beberapa kondisi patologis NPB yang disebabkan oleh trauma, antara lain:
11
NPB muskular akut atau sprain terjadi saat punggung bawah terpapar trauma eksternal,
seperti terbentur orang lain atau mengangkat benda berat, sehingga terjadi kerusakan otot
dan fasia. Trauma tersebut juga dapat menimbulkan herniasi diskus intervertebralis
lumbalis dan mengkompresi saraf. NPB muskular kronik terjadi akibat penggunaan otot
berulang secara terus menerus Traumatic vertebral body fractures terjadi saat korpus
vertebralis kolaps akibat jatuh dan sebagainya. Fragile vertebral body fractures biasanya
menimbulkan NPB terkait osteoporosis meskipun tidak terpapar trauma yang hebat.
sebagal nyeri punggung bawah. Infeksi ini dapat mengenal tulang belakang tora-
timbulnya komplikasi neurologis, maka diagnosis harus cepat dan pengobatannya tepat.
Anamnesis mengenai riwayat penyakit tuberkulosis dapat membantu diagnosis pe- nyakit
int. Pencitraan MRI merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk melihat
ganbaran destruksi tulang, abses, serta keberkepanjangan satu terlibatan jaringan lunak
sekitar tulang dan medulla spinalis Ankylasing spondylitis adalah suatu penyakit rematik
berkurang dan postur tubuh membungkuk ke depan. Jika tulang iga terlibat, maka pasien
menjadi sulit untuk bernafas dalam. Penyakit ini lebih sering mengenai laki-laki daripada
perempuan dengan gejala dan tanda penyakit dimulai saat usia muda.
12
NPB yang Disebabkan oleh Neoplasma
Tumor ganas, seperti kanker paru-paru, lambung, payudara, dan prostat, dapat ber ain
metastasis ke tulang lumbal sebagal lesi multipel yang berbercak-bercak. Gambaran ini
juga dijumpaí pada kega oleh nasan hematologi, seperti mieloma multipel. Tumor primer,
seperti schwannoma dan angioma, dapat berkembang pada daerah lumbal dan
lesidiskus akibat degenerasi lumbal dan jaringan sekicedera tarnya. Proses degenerasi
1. Osteoporosis
kadang tidak disertai fraktur dan deformitas, tetapi tetap ada nyeri. Hal ini
yang penting, yaitu menimbulkan stres pada cartilage endplate atau anulus
13
menyebabkan herniasi nukleus pulposus, yaitu prolapsnya diskus intervertebralis
radiks. Kompresi radiks akibat herniasi ini bukan satu satunya penyebab timbulnya
gejala nyeri. karena 70 % pasien dengan prolaps diskus yang menekan radiks tidak
mengeluhlan nyeri. Hipotesis yang men dasari timbulnya nyeri adalah komprest
yang ditimbulkan akan meninglcatkan sentifas sitisasi radiks. Proses ini terutama
disebab- kan oleh molekul-molekul kaskade inflama si, seperti asam arakidonat,
NPB dapat timbul akibat nyeri alih dari penyakit organ intraabdominal seperti hati,
kandung empedu, dan pankreas. Nyeri alih ke punggung bawah juga dapat timbul dari organ-
organ abdomen bagian posterior, se perti uterus, ovarium, dan kandung kemih. ta Kemungkinan
adanya nyeri psikogenik yang berkaitan dengan histeria dan depresi juga ti dak boleh dilupakan.
Fibromialgia merupak an salah satu bentulc NPB kronik yang paling sering ditemukan pada
daerah perkotaan. Diagnosis fibromialgia ditegakkan secara klinis, ditandai oleh nyeri dengan
distribusi yang luas pada tubuh, terdapat titik-titik nyeri, dan seringkall disertal penyakit
komorbid seperti fatig kronik Insomnia, dan depresi Oleh karena itu, penyakit ini sering dilaitkan
Pasien NPB datang biasanya dengan keluhan utama nyeri. Selain nyeri, keluhan lain yang
dapat timbul adalah rasa kaku, pegal, kesulitan bergerak, atau perubahan bentuk punggung
14
(deformitas). Keluhan utama nyerl pada NPB harus dieksplorasi karakteristiknya lebih lanjut,
hubungan temporal (akut/kronik), dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri.
Ada empat jenis nyeri yang harus diidentifikasi pada pasien NPB, yaitu nyeri lokal, nyeri
alih, nyerí radikular dan spasme otot sekunder. Nyeri lokal disebabkan oleh proses patologis
yang mengenai struktur peka nyeri di tulang belakang, antara lain periosteum korpus vertebra,
kapsul sendi apofisial, annulus fibrosus, dan ligamentum-ligamenturm Oleh sebab itu, segala
proses patologis yang melibatkan struktur-struktur tersebut akan menimbulkan nyeri lokal. Nyeri
ini memiliki Intensitas stabil, tetapi kadang-kadang nyeri terasa lehih berat dan tajanm. Batasan
nyeri tidak terlalu tegas, namun dirasakan di seki tar struktur peka nyeri pada tulang belakang
Salah satu contoh proses patologis yang menimbulkan nyeri lokal adalah strain/sprain akut.
Penyebabnya adalah cedera minon seperti mengangkat benda berat, kesala han postur (duduk,
berkendara), atau per gerakan punggung yang mendadak. Pasiern kadang-kadang merubah postur
tubuh akibat nyeri yang dirasakan. Otot-otot sakrospinalis dan punggung bawah menjadi kaku,
Nyeri alih pada NPB dapat berupa nyeri pada vertebra yang merujuk ke organ dalam
abdomen dan pelvis, atau sebaliknya. Penyakit-penyakit pada organ dalam abdomen atau pelvis
dapat menimbulkan nyeri alh utamada punggung bawah. Hal ini dapat dibedakan dengan NPB
akibat proses patologis di tulang belakang dan struktur sekitarnya karena intensitas nyerinya
Proses patologis pada bagian atas vertebra lumbal dapat menimbulkan nyeri alih pada
daerah kostovertebral lank) medial, pang. gul sisi lateral, selangkangan, dan paha bagian
15
anterior. Hal ini terjadi karena iritasi nervus kluneal superior yang berasal dari di atrofi isi
posterior nervus spinalis L1-13. Sementara itu, proses patologis yang terjadi pada bagian bawah
vertebra lumbal dapat memi bisa likli nyeri alih ke bagan bawah bokong dan Daha bagian
posterior akibat iritasi nervus spinalis LA-L5. Nervus spinalis ini mengaktivasì sekumpulan
neuron intraspinal yang sama dengan nervus yang menginervasi paha bagian posterior. Nyeri
alih tersebut biasanya difus, tidak lokal, dan terasa dalam. Intensitas nyeri alih tidak jauh berbeda
de yeri lokal. Setiap gerakan yang mem perberat atau meringankan intensitas nyeri lokal juga
Contoh proses patologis yang menimbul rangi kan nyeri alih adalah strain pada sendi
sakroiliaka. Pasien dapat merasakan nyeri allh dari punggung bawah ke bokong atau paha bagian
posterior. Saat pasien bergerak abduksi paha melawan tahanan, nyeri akan bertambah berat dan
dapat dirasakan di simfisis pubis atau selangkangan Nyeri radikular berasal dari struktur radiks
spinalis yang mengalami proses tarikan, iritasi, atau kompresi. Karakteristik nyeri radikular
memiliki intensitas yang lebih berat, penjalaran hingga ke tungkai bawah sesuai perjalanan
sarafnya, dengan batas yang lebih tegas. Penjalaran nyeri radikular yang paling khas terjadi pada
isklalgia, yang berasal dari bokong menjalar ke sepanjang posterior paha, betis, hingga ke kakl.
Nyeri terasa tajam dan kadang-kadang tumpang tindih dengan nyeri bersifat tumpul Perilaku
batuk, bersin, atau mengedan dapat mem perberat nyeri radikular. Oleh karena struktur saraf
yang terkena pada nyeri radikuler maka defisit neurologis, seperti parestesta. hipestesia,
monoparesis, hiporefleks, dan atrofi otot, dapat ditemukan pada pasien Dengan demikian, nyeri
radikular berbeda dengan nyeri alih. Walaupun nyeri alih juga bisa menjalar, tetapi tidak sampal
distal dari lutut dan tidak disertai defisit neurologis. Segala proses patologis yang mengenal ra
dilks pada punggung bawah akan menim- bulkan nyeri radikular, contohnya herniasi diskus
16
intervertebralis dan kanalis stenosis Hernlasi diskus intervertebralis memilik karakteristik
tambahan berupa nyeri yang bertambah berat saat membungkuk, duduk atau berubah posisi
duduk ke berdiri. Nyeri terasa berkurang saat pasien berbaring telentang dengan lulut fleksi
Di lain pihak, kanalis stenosis memiliki ciri tambahan berupa nyeri yang bertambah berat
saat duduk lama, berdiri, atau berjalan. Nyeri akan membaik saat istirahat setelah aktivitas
tersebut. Posisi yang paling nya man bagi pasien kanalls stenosis adalah jongkok, agak
membungkuk ke depan, dan feksi panggul dan lulut. Hal ini menyerupai posisi pengendara
sepeda. Selain itu, terdapat fenomena klaudikasio neurogenik pada kanalis stenosis, yang
ditandal dengan aktivitas berjalan dan berdiri menyebabkan hipestesi dan kelemahan tungkai
secara bertahap, sehingga memaksa pasien untuk duduk istirahat. Hal ini disebabkan oleh in
sufisiensi arteri illofemoral. Selain itu, nyeri radikular isialgia dapat dijumpai pada sindrom
piriformis. Hal ini disebabkan oleh kompresi saraf iskhiadikus yang pasme otot sekunder
biasanya teriadiji mengalami dalam perjalanannya oleh otot. Ciri khas dari sindrom ini adalah
nyeri yang muncul saat otot teregang melalui gerakan fleksi, aduksi, dan endorotasi sendi
panggul. gal mekanisme proteksi nosiseptif akibat iritasi lokal pada struktur tulang belakang
Kontraksi otot berkepanjangan dapat me- nimbulkan nyeri lokal yang tumpul dan ter asa kram.
Pasien kadang-kadang merasakan spasme otot ini pada otot-otot sakrospinalis dan gluteal.
F. Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik dan fokus dapat mengarahkan NPB ke dalam
klasifikasi NPB, yang meliputi NPB nonspesifik, NPB yang berkaitan dengan radikulopati atau
stenosis spinalis, dan NPB yang berkaitan dengan penyebab spinal lain yang spesifik. Anamnesis
harus disertai peiritasi, nilaian faktor risiko psikososial yang ber guna untuk memprediksi risiko
17
terjadinya NPB kronik dan kekambuhan yang menim bulkan disabilitas. Klinisi sebaiknya tidak
melakukan pemeriksaan pencitraan atau tes diagnostik lain secara rutin pada pasien NPB
nonspesifik.
Pemeriksaan penunjang, seperti MRI, harus sesuai dengan indikasi, misalnya terdapat
defisit neurologis berat dan progresif atau dicurigai ada kondisi serius yang mendasari
(underlying disease) Melalui anamnesis, klinisi mendapat data mengenai pemicu terjadinya NPB,
seperti membungkuk (bending), memutar (twist ing), mengangat beban (lifting), atau bahkan
yanghanya dengan bangun dari kondisi berbaaring. Evaluasi keluhan NPB baru pertama kall atau
kambuh berulang penting untuk diketahui. Setiap episode kambuh berulang biasanya memiliki
intensitas nyeri yang lebih berat disertai peningkatan gejala dari sebelumnya. Setiap pasien NPB
harus dievaluasi ada/tidak tanda bahaya (red flags). Adanya tanda bahaya mengarah kepada jenis
NPB yang membutuhkan pemeriksaan penunjang lebih lanjut serta pengobatan segera. Nyeri
yang bersumber dari struktur-struktur yang membentuk tulang belakang, seperti otot,
ligamentum, sendi faset, dan diskus dapat beralih ke regio paha bawah, namun jarang ke area di
bawah lutut. Nyeri yang berkaitan dengan sendi sakrolliaka seringkali beralih ke paha bawah,
tetapi juga dapat menjalar ke bawah lutut. Adanya iritasi, benturan, atau kompresi saraf lum
berbalis akan menyebabkan nyeri yang lebih dirasakan pada tungkai dibandingkan pada
punggung bawah. Nyeri yang berasal dari radiks atau saraf spinal L1-L3 akan beradiasi ke
panggul dan atau paha bawah, sedangkan nyeri yang berasal dari L4-S1 akan beradiasi di bawah
lutut. Herniasi diskus sentralis, subsentralis, atau lateralis dapat mengenal saraf yang berbeda-
beda pada tingkat yang sama, yang dapat dinilai berdasarkan pemeriksaan neurologis terhadap
18
Pemeriksaan fisik pada regio lumbosakral, pelvis, dan abdomen dapat memberikan pe
tunjuk etiologi NPB. Beberapa pemeriksaan fisik khusus dilakukan pada pasien NPB.
Pemeriksaan straight leg raise test dilakukan dalam posisi terlentang, kedua tungkai diangkat,
dengan kedua lutut dalam posisi ekstensi. Hasil tes yang positif ditandai jika terdapat nyerí yang
memjalar ke bawah lutut, yang menunjukkan sumber nyeri ber- asal dari radiks atau saraf spinal
L4-S1.Selain itu, reverse straight leg raise test dikerjakan dalam posisi pasien tengkurap,
dilakukan ekstensi panggul dan fleksi lutut. Hasil positif ditandai jika terdapat ekstensi panggul
dan fleksi lutut. Hasil positif ditandai dengan nyeri yang menjalar ke anterior paha bawah, yang
menunjukkan keterlibatan radiks atau saraf spinal 13 Jika dicurigai adanya kondisi serius yang
men- dasari NPB, maka MRI merupakan modalitas terpilih untuk sebagian besar kasus. CT scan
merupakan alternatif jika terdapat kontraindikasi atau tidak tersedia fasilitas MRI. Hasil MRI
atau CT scan harus disesuaikan dengan klinis pasien, mengingat kemungkinan hasil tersebut
Pemeriksaan laboratorium seperti peme riksaan darah lengkap, laju endap darah dan C-reactive
protein berguna jika dicurigai infeksi atau adanya neoplasma di sumsum tulang. Pemeriksaan ini
paling sensitif pada kasus-kasus infeksi spinal karena pada kasus tersebut biasanya tidak disertai
demam dan pemeriksaan darah lengkap menunjukkan hasil yang normal. Diperlukan
pemeriksaan MRI dengan kontras serta biopsi pada kasus-kasus yang memiliki keterbatasan
G. Tata laksana
Tujuan pengobatan NPB akut adalah untuk mengurangi nyeri, mengembalikan pasien ke
dalam aktivitas sehari-hari, menurunkan hilangnya waktu kerja, dan mengembangkan strategi
untuk mengatasi nyeri melalui edukasi. Optimalisasi pengobatan nyeri akut dapat mencegah
19
berkembang menjadi kronik. Pada prinsipnya penatalaksanaan untuk NPB dibagi menjadi tiga,
yaitu pengobatan penyakit yang mendasarinya, tindak penyakit yang mer an operasi, dan terapi
konservatif.
1. Pada NPB yang berasal dari organ abdomen dan bagian posterior abdomen, serta NPB
2. Pada NPB yang dapat disembuhkan dengan operasi, tentukan indikasi dan untung rugi
tindakan operasi pada awal awitan NPB atau setelah terapi konservatif terlebih dahulu.
b. Terapi fisik; pada prinsipnya dilakukan termoterapi, namun juga dengan traksi.
Terapi fisik ini harus didahului dengan penilaian yang tepat oleh ahlinya.
c. Terapi olah raga: Untuk meningkatkan kekuatan otot dan menghasilkan korset
alami dari otot-otot abdomen dan otot-otot punggung Untuk melakukan latihan
e. Terapl medikamentosa:
f. Psikoterapi; konseling untuk nyeri pung- gung bawah kronik dan nyeri punggung
bawah psikogenik.
20
g. Panduan untuk menjalankan kehidupan sehari-hari: panduan gaya hidup dan kerja
yang tidak baik yang dapat mempengaruhi timbulnya atau memperberat nyeri
punggung bawah. Oleh karena sebagian besar pasien dalam praktik sehari-hari
a. Edukasi pasiern
barang.
Tujuan dari edukasi kepada pasien adalah untuk mengurangi kekhawat ran
21
e. Pertimbangkan memberikan rujukan untuk terapi fisik jíka ini bukan
H. Prognosis
22
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : H. M. Arsyad
Usia : 65 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat : Samata
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Bugis
Masuk RS : 16 Oktober 2018
B. ANAMNESIS
KeluhanUtama :
Nyeri pada punggung bawah.
Anamnesis terpimpin :
Pasien datang ke UGD RS Pelamonia dengan keluhan nyeri pada punggung bawah
sejak beberapa bulan yang lalu. Karateristik nyeri seperti tertekan hilang timbul, tidak
menjalar dan intensitas sedang. Nyeri memberat saat berubah posisi. Pasien juga
merasakan kedua tangan dan tungkai terasa kram sejak 2 bulan yang lalu. Kram
dirasakan terusmenerus dan terasa panas pada tungkai. Ini menyebabkan pasien sulit
menopang tubuh, dan ketika berjalan merasa tidak stabil.
Riwayat demam dan nyeri kepala disangkal. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan
tertentu juga disangkal. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat DM (+)
Riwayat Stroke (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat trauma (+)
Riwayat sakit kepala (-)
23
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Resume Anamnesis
Pasien dating ke UGD RS Pelamonia dengan keluhan nyeri pada punggung bawah sejak
beberapa bulan yang lalu. Karateristik nyeri seperti tertekan hilang timbul, tidak
menjalar dan intensitas sedang. Nyeri memberat saat berubah posisi. Pasien juga
merasakan kedua tangan dan tungkai terasa kram sejak 2 bulan yang lalu. Kram
dirasakan terus menerus dan terasa panas pada tungkai. Ini menyebabkan pasien sulit
menopang tubuh, dan ketika berjalan merasa tidak stabil. Riwayat demam dan nyeri
kepala disangkal.Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu juga disangkal.Riwayat
penyakit yang sama sebelumnya (-). Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan
plasma 140/90 mmHg, nadi85x/m, suhu 36,0 0C, pernafasan 24x/m. Pada pemeriksaan
fisis didapatkan GCS E4V5M6, FKL baik, Nn. Cranialis normal, pergerakan normal,
kekuatan normal, pemeriksaan reflex fisiologi normal, reflex patologis negative,
pemeriksaan sensorik kesan normal, BAB dan BAK lancar.
DIAGNOSA KERJA
Diagnosa klinis : Low back pain
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
24
Leher : kaku kuduk (-)
Motorik :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
a. Kolesterol total = 233mg/dl
b. Kolesterol LDL = 179 mg/dl
MRI lumbosacral :
Lesi noduler kecil di corpus T12, L1, L3 -> Transformasi degenerative spine;
diferensial dengan meningioma
Bulging discus ke posterior, L4-4, L5-S1 mengiritasi nerveroot L4 dan L5 kanan kiri
25
Efusi facet joint L1-2, L3-4, L5-S1 kanan kiri
Tidak tampak stenosis canalis spinalis
PENATALAKSANAAN
Follow up
Rf Rp
26
+2 +2 - -
+2 +2 - -
Sensorik normal
Otonom BAK normal, BAB normal
A: severe LBP ec susp. Tumor medulla
spinalis
17/10/2018
S: keluhan nyeri punggung bawah berkurang. IVFD asering 16 tpm
Masih kram pada kedua lengan dan tungkai. -Neurobion 1 amp/24 j
Kurang tidur. drips (dalam Nacl 0,9
O: TD: 140/90 mmHg % 100 cc)
N: 80 x/menit -Kapsul PDMA 2x1
P: 20x/menit -Camelox 15 mg 1x1
S: 36.4°C -Gabapentin 100 mg
GCS: E4M6V5 2x1
FKL : normal -Amlodipine 10 mg 1x1
Nn.Cranialis : pupil bundar isokor diameter 2.5
mm ODS
Nn.cranialis lain normal
Motorik:
P K T
N N 5 5 N N
4 4 N N
Rp Rf
- - +2 +2
- - +2 +2
27
Sensorik normal
Otonom BAK normal, BAB normal
A: severe LBP ec susp. Tumor medulla
18/10/2018 spinalis
Rp Rf
- - +2 +2
- - +2 +2
19/10/18
Sensorik normal
Otonom BAK normal, BAB normal
A: severe LBP ecsusp. Tumor medulla spinalis
28
S: keluhan nyeri punggung bawah berkurang. IVFD asering 16 tpm
Masih kram pada kedua lengan dan tungkai. -Neurobion 1 amp/24 j
O: TD: 140/80 mmHg drips (dalam Nacl 0,9
N: 80 x/menit % 100 cc)
P: 20x/menit -Kapsul PDMA 2x1
S: 36.4°C -Camelox 15 mg 1x1
GCS: E4M6V5 -Gabapentin 100 mg
FKL : normal 2x1
Nn.Cranialis : pupil bundar isokor diameter 2.5 -Amlodipine 10 mg 1x1
mm ODS -mecobalamin
Nn.cranialis lain normal 1amp/24jam/iv
Motorik:
P K T
N N 5 5 N N
4 4 N N
Rp Rf
- - +2 +2
- - +2 +2
Sensorik normal
20/10/18 Otonom BAK normal, BAB normal
A: severe LBP ecsusp. Tumor medulla spinalis
29
S: 36.4°C 2x1
GCS: E4M6V5 -Amlodipine 10 mg 1x1
FKL : normal -mecobalamin1x1
Nn.Cranialis : pupil bundarisokor diameter 2.5
mm ODS Boleh pulang.
Nn.cranialis lain normal
Motorik:
P K T
N N 5 5 N N
4 4 N N
Rp Rf
- - +2 +2
- - +2 +2
Sensorik normal
Otonom BAK normal, BAB normal
A: severe LBP ecsusp. Tumor medulla spinalis
DAFTAR PUSTAKA
30
2. Patrianingrum M, Oktaliansha E, surahman E. Prevalensi dan factor risiko nyeri
punggung bawah di lingkungan kerja anestesiologi rumah sakit dr. hasan sadikin
bandung. Bagian anestesi rumah sakit umum mitra plumbon. Bandung. 2015
3. Wulandari AY, Maja PS, Khosama H. Gambaran factor yang mempengaruhi nyeri
punggung bawah pada buruh kapal. Bagian neurologi fakultas kedokteran unsrat
manado. Manado.2011
4. Bratton, Robert L. Assesment and management of acute low back pain. The American
5. Croft P, papageorgius, nelly MC. Low back pain. HCNA chap.3. 2000
31