Pasien datang ke IGD RSUD Waled dengan keluhan lemah pada anggota gerak kanan disertai nyeri kepala.
Keluhan dirasakan sejak 5 jam SMRS. Menurut keluarga pasien lemah dirasakan tiba-tiba oleh pasien pada
lengan dan tungkai sebelah kanan pada saat bangun tidur, Ditemukan juga wajah mencong kesebelah kiri,
bicara menjadi sedikit sulit walaupun masih dapat berbicara dengan normal. Riwayat, mual, dan muntah,
kejang disangkal. BAB dan BAK normal. Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya, namun pasien
sering merasakan sakit kepala dan pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol kurang
lebih sudah 10 tahun.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Pengobatan
● Pasien belum mendapat pengobatan untuk keluhan saat ini
Riwayat Psikososial
● Merokok (-)
Pemeriksaan Fisik
• Refleks Fisiologis
● GCS : E4M6V4 (7) Pupil : Pupil bulat
Biseps/Triseps Reflexisokor, φ ODS
+/+ Knee Pees3Reflex
mm, Reflek
+/
● Rangsang Meningeal Cahaya direk dan indirek
+ Archiles Pees Ref +/+ +/+
Kaku Kuduk : (-) Gerak Bola mata : sulit dinilai
Kernig :- NVII
• Refleks Patologis Paresis N
: Kesan
Laseque :- VII kanan dengan rangsang nyeri
Hoffman : ++/-
Bruinski I/II/III/IV : (-/-/-/-) NXII : sulit dinilai
Tromner : ++/-
● Saraf Kranial
● Babinski
Motorik 2 5 : ++/-
2 5
• Fungsi Vegetatif
Sulit dinilai
Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Waled dengan keluhan lemah pada anggota gerak kanan disertai
nyeri kepala. Keluhan dirasakan sejak 5 jam SMRS. Menurut keluarga pasien lemah dirasakan tiba-tiba
oleh pasien pada lengan dan tungkai sebelah kanan pada saat bangun tidur, Ditemukan juga wajah
mencong kesebelah kiri, bicara menjadi sedikit sulit walaupun masih dapat berbicara dengan normal.
Riwayat, mual, dan muntah, kejang disangkal. BAB dan BAK normal. Pasien tidak pernah sakit seperti
ini sebelumnya, namun pasien sering merasakan sakit kepala dan pasien memiliki riwayat tekanan darah
tinggi yang tidak terkontrol kurang lebih sudah 10 tahun.
Pada pemeriksaan fisik, kesadaran komposmentis. Suhu Badan : 36.5 º C, Tekanan Darah :
160/90 mmHg, Nadi: 90 x/menit, Pernapasan : 24x/menit. Status interna / generalis : dalam batas
normal. Status neurologi : kaku kuduk (-). Saraf kranial : kesan parese N.VII kanan. Kesan motorik
kanan tertinggal.
Diagnosis
Hemiparese e.c suspect SNH, Hipertensi grade II
Differential diagnosis
Bell’s Palsy, Myestenia Gravis, Tumor Otak, GBS
Usulan Pemeriksaan
● Darah rutin
● GDS
● Ureum kreatinin Medikamentosa
● EKG ● O2 3 lpm
● Rontgen thoraks ● IVFD Asering 500cc/8 jam
● CT Scan ● Citicolin 2 x 500 mg
● Clopidogrel 1x75 mg
● Pletaal 1 x 100 mg
Non Medikamentosa
● Posisi head up 30 derajat
● Diet rendah garam
Prognosis
Inflamasi di
inflamasi
Perubahan integritas
dinding vaskuler
Atherosklerosis dan
anurisme
Perubahan Struktur dari Pembuluh darah Serebral
Hipertrofi dan remodelling otot halus karena ROS/inflamasi bertujuan untuk mengurangi stres dan
melindungi pembuluh darah mikro.
ROS/Inflamasi juga dapat menyebabkan plak aterosklerotik
○ Superior
■ Gejala: defisit sensorimotor di wajah, lengan, sebagian kaki kontralateral, dan deviasi ipsilateral kepala
dan mata.
■ Jika terjadi di cabang frontal ascending distal, gangguan terbatas pada wajah dan lengan, serta kaki tidak
atau hanya sedikit lemah dan cepat pulih. Jika lesi pada hemisfer kiri, ada afasia Broca.
Middle Cerebral Artery Stroke Syndrome
● Branch
○ Inferior
■ Gejala: pada lesi hemisfer kiri, terdapat afasia Wernicke. Dapat terjadi gangguan
pemahaman menulis dan mengucap. Terdapat quadrantanopia superior atau hemianopia
homonim. Pada lesi hemisfer kanan, ada gangguan atensi visual kiri dan tanda
amorfosintesis.
Anterior Cerebral Artery Stroke Syndrome
Anterior Cerebral Artery Stroke Syndrome
● Gejala: paraplegia, inkontinensia, abulia dan gejala afasia nonfluen, dan perubahan perilaku pada lobus frontal.
● Oklusi distal arteri serebral dari anterior communicationg artery menyebabkan defisit sensorimotor kontralteral kaki,
dan sedikit bahu serta tangan, tanpa gejala wajah dan tangan.
● Gangguan bahasa terutama afasia motorik transkortikal. Jika termasuk oklusi Heubner, terdapat hemiplegi kanan
(terutama kaki) dengan respon menggenggam pada tangan kanan, berkurangnya pembicaraan spontan.
Posterior Cerebral Artery Stroke Syndrome
● Suplai:
○ cabang interpeduncular: red nuclei, substantia nigra bilateral, medial cerebral peduncle, oculomotor dan saraf
dan nuclei trochlear, substansi reticular batang otak atas, dekusasi superior cerebellar peduncle, medial
longitudinal fasiculi, dan medial lemnisci
○ Cabang kortikal: bagian inferomedial lobus temporal, dan lobus medial oksipital.
Posterior Cerebral Artery Stroke Syndrome
● Gejala: tergantung hubungan dengan arteri basiler.
○ Proximal
■ Sindrom thalamic Dejerine dan Roussy: gangguan sensor deep dan cutaneous berat, di bagian tubuh
kontralateral, termasuk tubuh dan wajah, terkadang ada hemiparesis transien. Mungkin ada
hemianopia homonim. Kehilangan sensoris, nyeri dan suhu lebih terpengaruh. Mungkin ada distorsi
rasa, athetosis tangan, dan gangguan mood.
■ Central midbrain dan subthalamic: kelumpuhan pandangan vertikal, stupor, atau koma. Sindrom arteri
paramedia termasuk kelumpuhan NV 3, digabung hemiplegi kontralateral, tremor ataksia kontralateral,
atau ataksia homolateral.
○ Cortical: hemianopia homonim, melibatkan kuadran atas lapang padang. Infark oksipital dapat
menyebabkan aleksia tanpa agrafia, anomia terutama warna, berbagai agnosia suara, dan jarang
gangguan memori.
○ Bilateral Posterior: kebutaan kortikal (hemianopia homonim bilateral, terkadang diikuti halusinasi lihat
tanpa bentuk.refleks pupil tidak terganggu. Seringkali, lesi tidak lengkap, satu sektor penglihatan tetap
berfungsi. Penglihatan dapat berfluktuasi. Lesi bilateral yang melibatkan inferomedial temporal
termasuk hippocampi dan struktur terkait, dapat menyebabkan amnesia Korsakoff.
Posterior (Vertebrobasilar) Circulation
Terdiri dari :
Posterior (Vertebrobasilar) Circulation
● Sirkulasi vertebrobasilar menyuplai bagian: brainstem, cerebellum,
thalamus, dan bagian lobus oksipital dan temporal
Manifestasi Klinis
● Posterior circulation strokes menimbulkan tanda dan gejala disfungsi batang otak, yaitu coma,
drop attacks (kolaps tiba-tiba tanpa hilang kesadaran), vertigo, mual dan muntah, cranial nerve
palsies, ataxia, dan crossed sensorimotor deficits yang mempengaruhi wajah pada 1 sisi tubuh
dan anggota badan (limbs) pada sisi lainnya.
● Hemiparesis, gangguan hemisensori, dan penurunan lapang pandang dapat terjadi, tapi hal
tersebut tidak spesifik untuk posterior circulation stroke.
Manifestasi Klinis
■ Vertebral Arteries
- Hilangnya rasa sakit secara - Nystagmus
ipsilateral dan sensasi - Vertigo
temparatur di wajah - Diplopia
- Hilangnya rasa sakit - Ataksia secara ipsilateral, dan
kontralateral dan sensasi suhu - Hilangnya rasa atau
pada tungkai, badan, dan leher pengecapan secara ipsilateral
- Sindrom horner ipsilateral
- Suara serak
- Disfagia
1. Schoen, Jessica C., et al. "Vertebrobasilar artery occlusion." Western Journal of Emergency Medicine 12.2 (2011): 233.
Manifestasi Klinis
■ Posterior Cerebral
Artery
Menghasilkan hemianopia homonim secara kontralateral. dengan keterlibatan
hemisfer dominan (biasanya kiri), biasanya juga terdapat abnormalitas
membaca dan menulis.
Perbedaan Stroke Karotis dan Vertebrobasiler
SISTEM KAROTIS SISTEM
VERTEBROBASILER
DISFUNGSI MOTORIK Parase saraf otak dan Parase saraf otak dan
ekstremitas ipsilateral ekstremitas kontralateral
DISFUNGSI SENSORIK Hipestesi saraf otak dan Hipestesi saraf otak dan
ekstremitas ipsilateral ekstremitas kontralateral
GANGGUAN VISUAL Hemianopsia hominim Hemianopsia hominim
kontralateral kontralateral
Amaurosis fugax (TIA) Quadranopsia black-out (TIA)
Prevensi dan
penanggulangan Rehabilitasi
komplikasi
Umum
(di IGD)
Umum (di IGD)
I. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
II. Stabilisasi hemodinamik
III. Pengelolaan keseimbangan cairan dan elektrolit
IV. Pengelolaan nutrisi dan metabolism
V. Pengendalian TTIK*
VI. Pengendalian Kejang*
Umum (di IGD)
I. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
○ Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring (OPA) pada pasien yang tidak sadar
– pasien dengan hipoksia (pO2 <60 mmHg atau Pco2 >50 mmHg) atau
– syok atau
○ Pada pasien stroke iskemik akut yang non-hipoksia tidak memerlukan suplemen oksigen
Umum (di IGD)
II. Stabilisasi hemodinamik
○ Berikan cairan kristaloid atau koloid IV, hindari cairan hipotonik seperti glukosa
○ Jika terdapat asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan AGD
Umum (di IGD)
IV. Pengelolaan nutrisi
○ Nutrisi enteral harus diberikan dalam 48 jam
Karbohidrat 30-40 %
Lemak 20-35 %
Protein 20-30 %
Umum (di IGD)
V. Pengendalian TTIK*
○ Elevasi kepala 20-300
○ Jaga normovolemia
○ Osmoterapi dengan indikasi (mannitol 20% 0.25-0.5 gr/kgBB selama >20 menit diulang tiap 4-6 jam)
Labetalol IV selama 1-2 min. Dosis dapat diulang/ digandakan tiap 10-20 min sampai tercapai target tekanan
darah atau sampai dosis kumulatif 300 mg. Setelah pemberian dosis awal, labetalol dapat diberikan 6-8
jam,bila perlu.
○ Sistolik <220 mmHg dan/atau diastolik 105-120 mmHg:
terapi darurat ditunda kecuali didapatkan adanya tanda perdarahan intraserebral, gagal ventrikel jantung kiri,
infark miokard, gagal ginjal akut, dsb. Obat antihipertensi diteruskan, dan tekanan darah diturunkan setelah
fase akut (7-10 hari)
○ Batas penurunan tekanan darah tidak melebih 20-25% MABP.
○ Pada prinsipnya TD tidak diturunkan jika <220/120 mmHg pada stroke infark.
Stroke Infark
I. Tekanan darah
II. Terapi trombolitik
III. Antikoagulan
IV. Anti Agregasi Platelet
V. Neuroprotektor
Stroke Infark
II. Terapi Trombolitik
○ Pemberian rt-PA (recombinant tissue plasminogen activator) diberikan sesegara mungkin dengan tujuan
melisiskan thrombus yang menyumbat aliran darah.
○ Dosis rtPA IV 0,9 mg/kgBB (max 90mg), 10% dari dosis diberikan secara bolus pada menit pertama dan
90% sisanya diberikan secara infus drip selama 60 menit.
Diagnosis stroke iskemik ditegakan oleh neurologis dan didukung oleh CT Scan otak
Ada persetujuan tertulis dari penderita/keluarga setelah dijelaskan keuntungan dan risiko pengobatan
Stroke Infark
○ Kriteria eksklusi, beberapa diantara: Operasi besar dalam waktu 14 hari
Penggunaan obat antikoagulan oral atau waktu Tanda-tanda neurologis cepat membaik
protrombin > 15 detik (INR > 1.7)
Defisit neurologis ringan dan tunggal
Penggunaan heparin dalam 48 jam sebelumnya dan
masa tromboplastin yang memanjang Riwayat PIS atau PSA sebelumnya
TD sistolik > 185 mmHg atau TD diastolic > 110 Infark miokard baru
mmHg. Pada kasus ini maka dilakukan tatalaksana
tekanan darah lebih dahulu Permulaan stroke tidak dapat dipastikan, misal
setelah bangun tidur
GDS < 50 mg/dl atau > 400 mg/dl
○ Prevensi ditujukan untuk penderita pasca-TIA atau pasca stroke infark yang memiliki risiko tinggi
untuk emboli otak berulang yang terbukti bersumber dari jantung maupun pembuluh darah besar.
○ Terapi ditujukan untuk thrombosis vena sentral, DVT, Stroke thromboemboli, dan stroke infark
dengan sindrom hiperkoagulasi.
LMWH
Warfarin
Stroke Infark
IV. Anti Agregasi Platelet
○ Untuk mencegah terjadinya agregasi trombosit sehingga menghambat pembentukan thrombus
○ Beberapa jenisnya:
Jalur asam arakidonat yang meregulasi produksi prostaglandin dan tromboksan (aspilet)
Thrombin (heparin)
Stroke Infark
V. Neuroprotektan
○ Untuk perbaiki defisit neurologis
Pirasetam efektif untuk pengobatan afasia pasca stroke, jika diberikan <7 jam pada
stroke iskemik
Stroke PIS
Tatalaksana Medis PIS
○ Apabila terjadi gangguan koagulasi:
Fresh Frozen Plasma 2-6 unit untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan darah sehingga
dengan cepat memperbaiki INR atau aPTT
○ Heparin subkutan bisa diberikan apabila perdarahan telah berhenti sebagai pencegahan
tromboemboli
Stroke PIS
Tekanan Darah
○ Apabila TDS >200 mmHg atau MAP >150 mmHg:
○ Penanganan nyeri termasuk upaya penting dalam penurunan tekanan darah pada penderita stroke
perdarahan intraserebral.
Stroke PIS
○ Obat antihipertensi yang digunakan adalah parenteral golongan B-blocker (labetalol dan
esmolol) dan Ca channel blocker (nikardipin dan diltiazem) intravena.
○ Calcium Channel Blocker (nimodipin) telah diakui dalam berbagai panduan penatalaksanaan
PSA karena dapat memperbaiki keluaran fungsional pasien apabila vasospasme serebral telah
terjadi. Pandangan akhir-akhir ini menyatakan bahwa hal ini terkait dengan efek neuroprotektif
dari nimodipin
Stroke PIS
Pencegahan Perdarahan Intrakranial Berulang
○ Setelah periode akut perdarahan intrakranial dan tidak ada kontra indikasi medis, tekanan
darah sebaiknya dikontrol dengan baik terutama pada pasien yang lokasi perdarahannya
tipikal dari vaskulopati hipertensif
○ Setelah periode akut perdarahan intrakranial, target dari tekanan darah dapat dipertimbangkan
menjadi <140/90 mmHg atau <130/80 mmHg jika diabetes penyakit ginjal kronik
Stroke PSA
Tatalaksana penegakan diagnosis perdarahan subarachnoid
○ Seringkali gejala tidak khas sehingga sulit untuk penegakkan diagnosis. Pasien dengan keluhan
nyeri kepala hebat (paling sakit yang dirasakan sepanjang hidup) yang muncul tiba-tiba sebaiknya
dicurigai sebagai suatu tanda adanya PSA
○ Dilakukan pemeriksaan CT-Scan. Jika (+), lakukan pungsi lumbal untuk analisis cairan
serebrospinal
Stroke PSA
Tatalaksana Umum PSA
○ PSA derajat I dan II (Hunt and Hess)
■ Tirah baring total dengan posisi kepala ditinggikan 300 dan nyaman, bila
■ kesadaran).
■ Pasang infus diruang gawat darurat, usahakan euvolemia dan monitor ketat sistem kardiopulmoner
dan kelainan neurologi yang timbul
Stroke PSA
○ PSA derajat III, IV, V
■ Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protokol pasien diruang gawat darurat
■ Untuk mencegah aspirasi dan menjamin jalan napas yang adekuat perlu dipertimbangkan
intubasi endotrakheal dengan hati-hati terutama apabila didapatkan tanda-tanda tekanan tinggi
intrakranial
■ Hindari pemakaian obat-obatan sedatif yang berlebihan karena akan menyulitkan penialaian
status neurologi
Tindakan operasi pada aneurisma yang ruptur
○ Operasi clipping atau endovascular coiling untuk mengurangi perdarah ulang setelah rupture aneurisma
Stroke PSA
Tekanan Darah
Pada perdarahan subaraknoid (PSA) aneurismal, tekanan darah harus dipantau dan dikendalikan
bersama pemantauan tekanan perfusi serebral untuk mencegah resiko terjadinya stroke
iskemik sesudah PSA serta perdarahan ulang. Untuk mencegah terjadinya perdarahan
subaraknoid berulang, pada pasien stroke perdarahan subaraknoid akut, tekanan darah
diturunkan hingga TDS 140-160 mmHg. Sedangkan TDS 160-180 mmHg sering digunakan
sebagai target TDS dalam mencegah resiko terjadinya vasospasme
Stroke PSA
Pencegahan perdarahan ulang setelah PSA
○ Kontrol dan monitor tekanan darah untuk mencegah risiko perdarahan ulang. Hipertensi
berkaitan dengan terjadinya perdarahan ulang
○ Tekanan darah sistolik sekitar 140-160 mmHg sangat disarankan dalam rangka pencegahan
perdarahan ulang pada PSA
○ acute ischemic injury -> akumulasi Ca dan Na -> depolarisasi transmembran potensial
-> penurunan threshold kejang
2. Gangguan jantung
- Terjadi 2-3 hari setelah stroke
- mekanisme: stroke menyebabkan peningkatan katekolamin yang menyebabkan kerusakan fokal
pada miokard dan aritmia
3. Gangguan menelan, aspirasi, dan pneumonia
- Disfagia dan aspirasi sering terjadi pada pasien dengan bilateral hemispheric stroke atau
stroke pada brainstem
- Penyebab pneumonia multifaktorial. Pasien dengan penururan kesadaran, gangguan
neurologik yang parah, dan disfagia memiliki risiko lebih tinggi terjadi pneumonia
6. Perdarahan gastrointestinal
Stroke dapat menyebabkan adanya stress ulcer
● Imobilitas
Pressure ulcer
Kontraktur dan nyeri bahu
Kerusakan pada saraf tepi akibat kompresi terus menerus
Fatigue
Osteopenia dan osteoporosis
- Disebabkan oleh imobilisasi (peningkatan resorpsi), hiperkalemi, kurang terpapar matahari
● Depresi dan efek psikologis
- Sering terjadi pada pasien dengan lesi anterior pada hemisfer kiri, pasien afasia, dan pasien yang
tinggal sendirian.
PROGNOSIS
● 0+2+0+0+1+1+0+0 +0+0=4