Oleh :
Usamah Bin Isman, S.Ked
105101103120
Pembimbing :
dr. Lanny Pratiwi, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
No. Rekam Medik : 56 96 31
Tanggal Lahir : 8 September 1998
Usia : 22 Tahun
Alamat : Bontomarannu
Agama : Islam
Suku : Makassar
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 30 Agustus 2021
Tempat Perawatan : Poli Jiwa RS. Syekh Yusuf Gowa
LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari autoanamnesis pasien itu sendiri.
II. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan Utama : Kontrol
2. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Keluhan dan Gejala
Seorang pasien perempuan usia 22 tahun datang ke poli RS
Syekh Yusuf untuk kontrol. Pasien datang ke poli dalam kondisi dan
perasaan yang baik, seperti yang pasien rasakan pada waktu-waktu
biasa.
Sebelumnya, pasien sering memiliki keluhan selalu merasa
cemas, gelisah, susah tidur dan merasa berdebar. Awalnya pasien
tidak tahu mengapa ia merasa demikian dan pernah memeriksakan
dirinya untuk mengecek jantungnya karena sering merasa sakit pada
bagian dada. Pasien mengaku jika rasa cemas dan gelisahnya datang,
pekerjaannya tidak dapat dilakukan dengan maksimal dan untuk
meredakan perasaan tersebut pasien berusaha mencari kesibukan
lainnya. Pasien juga mengaku sebelum memeriksakan diri di poli
jiwa, ia merasa marah atau terusik apabila ada kebisingan di
sekitarnya, pernah memarahi suaminya dan menjadi sensitif. Pasien
juga mengaku sebelumnya jika susah tidur dan tidak dapat tidur lagi
sampai pagi.
Keluhan pasien mulai dirasakan sejak 2 tahun yang lalu
dengan sebab semenjak anaknya meninggal setelah operasi cesar,
dan melakukan pemeriksaan di poli kardio sebelum pasien akhirnya
disarankan untuk ke poli jiwa. Pasien mengaku keluhan membaik
setelah berobat di poli jiwa. Makan, minum, mandi dan aktivitas
sehari-hari baik.
Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada, riwayat dalam
keluarga, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama, riwayat pengobatan sejak 3 bulan terakhir, sampai sekarang
masih berobat di Poli Jiwa RSUD Syekh Yusuf.
b. Hendaya/disfungsi
Hendaya dalam bidang sosial (-)
Hendaya dalam bidang pekerjaan (-)
Hendaya dalam waktu senggang (-)
c. Faktor stressor psikososial : tidak diketahui
d. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan
psikis sebelumnya:
1) Riwayat infeksi (-)
2) Riwayat trauma (-)
3) Riwayat kejang (-)
4) Riwayat NAPZA (-)
3. Riwayat Gangguan Sebelumnya :
a. Riwayat penyakit fisik: Tidak ada.
b. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya: Tidak ada.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi :
a. Riwayat prenatal dan perinatal (usia 0-1 tahun)
Pasien lahir pada tanggal 8 September 1998 di rumah dengan
persalinan normal, dibantu oleh dukun. Pasien lahir cukup bulan dan
mendapat ASI. Pertumbuhan dan perkembangan normal, sesuai usia.
b. Riwayat masa kanak awal
a. Usia 1-3 tahun
Perkembangan masa kanak-kanak pasien seperti berjalan dan
berbicara baik. Perkembangan bahasa dan perkembangan motorik
berlangsung baik. Pasien memiliki hubungan yang baik dan interaksi
yang baik dengan kedua orang tua. Pasien tinggal bersama kedua
orangtuanya serta saudara-saudaranya dan mendapatkan perhatian
serta kasih sayang yang cukup.
b. Usia 3-5 tahun
Pasien memiliki teman sebaya yang selalu diajak untuk bermain,
selalu turut berbaur dalam kelompok bermainnya dengan baik.
c. Usia 6-11 tahun
Pasien menempuh pendidikan SD selama 6 tahun
d. Riwayat masa kanak Akhir dan Remaja
Pasien menempuh pendidikan SMP hingga SMA dan tidak
melanjutkan lagi pendidikan karena sudah menikah.
e. Riwayat Masa Dewasa
1) Riwayat Pendidikan : Pendidikan terakhir Sekolah Menengah
Atas (SMA)
2) Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
3) Riwayat Perkawinan : Sudah menikah sebanyak 1 kali, dan
memiliki 1 anak.
4) Riwayat kehidupan sosial : sebelum sakit pasien merupakan
pribadi yang mudah bergaul dengan lingkungannya.
5) Riwayat Agama : Pasien beragama Islam
5. Riwayat Kehidupan Keluarga :
a. Merupakan anak ketiga (3) dari lima (5) bersaudara (♀,♀,♀,♀,♂)
b. Menetap bersama suami dan anaknya
c. Hubungan dengan anggota keluarga baik
d. Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
e. Situasi sekarang : Pasien saat ini tinggal dengan suami dan anak.
Hubungan dengan keluarga baik.
6. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa kehidupannya belum sesuai dengan keinginannya.
b. Kesadaran:
Kualitas : Baik
Kuantitas : E4M6V5 (Compos Mentis)
c. Perilaku dan Aktivitas psikomotor : tenang
d. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
2. Keadaan Afektif :
a. Mood : Pasien merasa baik seperti biasa
b. Afek : Eutimik
c. Keserasian : Appropriate
d. Empati : Dapat dirabarasakan
3. Fungsi Intelektual (kognitif) :
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : Sesuai
dengan tingkat pendidikan.
b. Orientasi
Waktu : Baik
Orang : Baik
Tempat : Baik
c. Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka sedang : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka segera : Baik
d. Konsentrasi dan perhatian : Baik
e. Pikiran abstrak : Baik
f. Bakat kreatif : Jelas
g. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
4. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : Tidak ada
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
5. Pikiran
a. Arus pikiran : Koheren
b. Isi pikiran
Pre-okupasi : tidak ada
Waham kebesaran : tidak ada
Hendaya berbahasa : tidak ada
6. Pengendalian impuls : Baik
7. Daya nilai dan Tilikan
a. Norma sosial : Baik
b. Uji daya nilai : Baik
c. Penilaian realitas : Baik
d. Tilikan (insight) : Derajat 6
8. Taraf dipercaya : Dapat dipercaya
2. Status Neurologi
a. GCS : GCS 15 ( E4M6V5)
b. Tanda rangsang meninges: Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Pupil : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Nervus kranialis : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Sistem saraf motorik dan sensorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak ditemukan tanda bermakna dari pemeriksaan neurologis
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
- Dukungan dari keluarga baik untuk kesembuhan pasien
- Sudah menikah.
- Riwayat pre morbid sosial yang baik.
- Keinginan pasien untuk berobat dan sembuh.
Faktor penghambat:
- Tidak ada
IX. PEMBAHASAN
Gangguan anxietas merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan
kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan tidak
realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kecemasan yang
dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala
somatik seperti ketegangan otot, iritabilatas, kesulitan tidur, dan kegelisahan
sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna
dala fungsi sosial dan pekerjaan. Berkaitan dengan kasus, pasien mengalami
perasaan cemas, tidak nyaman dan berbagai macam gejala peningkatan
aktivitas otonom yang dapat menunjukkan bahwa pasien memiliki gangguan
anxietas(1).
Pasien merupakan seorang perempuan, dimana menurut Redayani dalam
buku Ajar Psikiatri, rasio terjadinya anxietas pada perempuan dan laki-laki
adalah 2:1(1).
Menurut buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ III) untuk mendiagnosis gangguan anxietas terdapat ketentuan gejala
utama yang mencakup unsur-unsur berikut(2):
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)
c) Overaktivitas autonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering dsb.)
Dari hasil pemeriksaan didapatkan gejala anxietas seperti perasaan cemas
dan rasa takut berlebihan disertai jantung berdebar. Berdasarkan PPDGJ III,
pada kasus ini dapat digolongkan sebagai gangguan anxietas.
Pada anamnesis yang dilakukan pada pasien, keluhan cemas dan perasaan
camas dan gelisah telah dialami selama 2 tahun terakhir dengan sebab
dimana anaknya meninggal pasca operasi cesar, oleh karena itu tidak dapat
didiagnosis sebagai gangguan anxietas fobik ataupun penyesuaian. Pasien
juga tidak pernah memiliki riwayat adanya serangan cemas yang berlangsung
hebat dalam kurun waktu tertentu (5 menit), sehingga diagnosis gangguan
panik juga tidak dapat ditegakkan. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya dan
tidak ada perilaku psikomotor tertentu yang khas pada pasien sehingga tidak
dapat didiagnosis sebagai Post-Traumatic Stress Disorder ataupun Obsessive
Compulsive Disorder. Pasien mengalamai keluhan setiap hari namun tidak
terus menerus pada semua aktivitas, kadang membaik jika pasien mencari
kesibukan. Hal ini sulit untuk dikategorikan dalam Gangguan Anxietas
Menyeluruh dan didiagnosis sebagai Gangguan Anxietas YTT (F41.9).
Pada pasien ini diberikan pengobatan anti-anxietas, golongan
benzodiazepine yaitu Alprazolam. Benzodiazepine merupakan pilihan obat
pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosis terendah dan
ditingkatkan sampai mencapai respon terapi. Penggunaan sediaan dengan
waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek
yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu,
dilanjutkan dengan masa tappering off selama 1-2 minggu (1). Benzodiazepin
bekerja dengan mengikat ke lokasi reseptor spesifik, benzodiazepin muncul
untuk mempotensiasi efek asam gamma-aminobutyric (GABA) dan
memfasilitasi neurotransmisi GABA dan aksi pemancar penghambat lainnya.
Dengan meningkatkan aksi GABA, yang merupakan neurotransmitter
penghambat utama di otak, dapat menekan semua level sistem saraf pusat
(SSP), termasuk formasi limbik dan retikuler. Alprazolam mengikat reseptor
di beberapa bagian di dalam SSP, termasuk sistem limbik dan pembentukan
retikuler; efek dapat dimediasi melalui sistem reseptor GABA; peningkatan
permeabilitas membran neuron terhadap ion klorida meningkatkan efek
penghambatan GABA; pergeseran ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi
(kurang rangsangan) dan stabilisasi membran neuron(3).
Akhir-akhir ini, pengobatan biasanya terdiri dari kombinasi farmakoterapi.
Referensi lain mengatakan antidepresan adalah obat pilihan dalam
pengobatan gangguan kecemasan, terutama golongan baru yang memiliki
efek samping yang lebih aman yakni selective serotonin reuptake inhibitors
(SSRI) daripada tricyclic antidepressants (TCAs) sebagai antidepresan
golongan lama. Benzodiazepin baik digunakan karena memiliki kerja yang
cepat tetapi kerap menimbulkan ketergantungan baik secara fisiologis
ataupun psikologis. Benzodiazepin dapat digunakan sebagai tambahan awal
sembari obat SSRI dititrasi ke dosis yang efektif, kemudian dapat diturunkan
secara bertahap selama 4-12 minggu sementara SSRI dilanjutkan. Pendekatan
ini dapat meningkatkan tolerabilitas jangka pendek, meskipun dapat
meningkatkan risiko sedasi dan membutuhkan peringatan untuk tidak
mengoperasikan kendaraan bermotor setelah minum benzodiazepin. Jika
memungkinkan, kita bisa hindari benzodiazepin jangka panjang untuk
gangguan kecemasan kronis(3).
AUTOANAMNESIS (30 Agustus 2021)
DM : Assalamu’alaikum, ibu.
P : Wa’alaikumussalam dok.
DM : Tabe’ Ibu, saya Usamah, saya dokter muda yang bertugas di sini. Boleh
saya tanya-tanya ki Ibu?
P : Iya dok.
P : N Dok.
P : 22 tahun
DM : Di mana ki tinggal?
P : Bontomarannu
P : Iye
P : Kerja ki dok
DM : Kalau datang keluhan ta seperi itu Bu, sebelumnya ada kita lakukan dulu
atau datang tiba-tiba saja, Bu?
P : Biasa cari kesibukan lain dok supaya tenang saya rasa dok
DM : Susah tidur ta’ itu susah ki untuk tidur atau biasa terbangun ki tengah
malam ibu?
DM : kalau merasa tidak enak perasaanta, pernah ki yang sampai panik ibu?
Ketakutan? Berteriak teriak? Sekitar beberapa menit?
DM : Tidak pernah ji ibu kayak dengar bisikan tapi tidak ada orangnya atau
lihat sesuatu sosok, Bu ?
P : Tidak ji dok
DM : Bagaimana aktivitas ta sehari-hari? Makan ta? Mandi?
DM : berapa anakta?
P : 1 orang dok
P : 5 orang dok
P : sering ki sakit dadaku dok tapi pernah ka pergi periksa dok katanya baik-
baik ji dok nah bilang dokter
P : SMA Dok
P : tidak dok
P : baik ji dok, sering main main, sama teman dulu, sama saudara.
P : Baik ji dok
P : Jokowi dok
P : Di rumah sakit
P : hari senin
DM : ibu misalnya kita lihat dompet jatuh, apa kita lakukan sama dompet itu
Bu?
DM : Ibu kita tahu peribahasa? Kalau panjang tangan tahu artinya Ibu?
P : Pencuri dok
DM : Baiklah ibu. Terima kasih atas waktunya. Jangan lupa minum obatnya
nanti bu, supaya bisa lebih tenang perasaanta. Kita tunggu dulu antriannya ibu di,
nanti kita ketemu lagi dengan dokter ahli jiwa nya di dalam
1. Redayani P. Buku Ajar Psikiatri. 2nd ed. Elvira SD, editor. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2015. 253-257 p.