Anda di halaman 1dari 105

PERANAN KANTOR DISTRIK NAVIGASI KELAS I

MAKASSAR DALAM MENENTUKAN ALUR PELAYARAN


DI PELABUHAN MAKASSAR NEW PORT

OLEH :

NAMA : PUTRI RANI A

NIT : 6018057

Laporan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat


Guna Menyelesaikan Program Diploma III
Jurusan
Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhanan

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR


(AMI AIPI MAKASSAR)
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Telah Diperiksa Oleh Dosen Pembimbing :

1. Dosen Pembimbing Pertama :

ANDI BAU BUNGAWALI, SE.MM

2. Dosen Pembimbing Kedua :

DRS. LAODE HIBAY UMAR, M.Si

Makassar, September 2020

Direktur,

ANDI MUHAMMAD YANI, ST., MM


NIDN : 0901057902

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Perlu diketahui Praktek Kerja Lapangan ini merupakan salah satu

kewajiban yang harus dilaksanakan di “Akademi Maritim Indonesia AIPI

Makassar “.Laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun sebagai pelengkap yang

telah mengangkat judul “PERANAN DISTRIK NAVIGASI KELAS I

MAKASSAR DALAM MENENTUKAN ALUR PELAYARAN DI

PELABUHAN MAKASSAR NEW PORT“

Dengan selesainya laporan Praktek Kerja Lapangan ini, tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan kepada penulis. Untuk itu

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Teristimewa kepada kedua orang tua Ibu Hj. Andi Bunga Billung Kessi, BA,

Selaku pendiri/Pembina YPABKK Makassar.

2. Bapak Andi Sumange Megga Kessi, SE,MM. selaku ketua YPABKK

Makassar.

3. Bapak Andi Muhammad Yani, ST, MM. selaku Direktur Akademi Maritim

Indonesia AIPI Makassar.

III
4. Ibu Andi Bau Bungawali, SE., MM. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak

Drs. Laode Hibay Umar, M.si selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, energi dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan

penulis sehingga berbagai kendala yang dihadapi dalam laporan ini dapat

teratas.

5. Kedua orang tua tercinta Ibunda Sriyani dan Ayahanda Ramli yang telah

memberikan segalanya demi masa depan saya. .

6. Kepada Bapak Taufiq Mansyur, SE selaku Pimpinan Kantor Navigasi Kelas I

Makassar beserta stafnya yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk

melakukan Praktek Kerja Lapangan di kantor tersebut.

7. Kepada Bapak Indra Santosa, SE.,M.M.Tr selaku Kepala Bidang Operasi di

Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar.

8. Kepada Ibu Esra Randa, SE.,M.Si selaku Kepala Kelompok Kapal Navigasi

atas bimbingan kepada penulis selama berada di proses Praktek Kerja

Lapangan (PKL).

9. Kepada Bapak Said, Sos., M.A.P Selaku Kepala Kelompok Penataan Alur dan

Perlintasan dan Bapak Muhammad Fajar Ilham, S.E Selaku Tim Surveyor

Penataan Alur dan Perlintasan di Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar

atas bimbingan kepada penulis selama proses Praktek Kerja Lapangan (PKL).

10. Bapak dan Ibu Dosen dan Seluruh Staf Akademi Maritim Indonesia AIPI

Makassar yang telah membimbing mengajari kami dalam banyak hal terutama

dalam hal ketertiban dan kedisiplinan Penulis selama dibangku kuliah.

IV
11. Rekan Taruna (i), seperjuangan Taruna/Taruni AMI AIPI Makassar angkatan

tahun 2018.

12. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu dan memberikan masukan sehingga laporan penelitian ini

dapat diselesaikan.

Akhir kata, harapan Penulis semoga apa yang Penulis sajikan dalam

laporan ini dapat bermanfaat bagi Pembaca agar memacu pada langkah kita untuk

mencapai cita-cita dan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di era Globalisasi

ini.

Makassar, September 2021

Penulis

V
PUTRI RANI A

DAFTAR ISI

Halaman.

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Tujuan dan Kegunaan Penulisan ........................................... 6

C. Batasan Pengertian ................................................................ 7

BAB II METODOLOGI

A. Metode Penelitian ................................................................. 8

B. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 9

C. Sistimatika Penulisan ............................................................ 11

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR NAVIGASI KELAS I

MAKASSAR………………………………………………………………. 12

A. Sejarah Berdirinya Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar 12

VI
B. Stuktur Organisasi dan Uraian Tugas pada Kantor Distrik

Navigasi Kelas I Makassar.................................................... 18

C. Aktivitas Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar ........... 23

BAB IV PERANAN KANTOR DISTRIK NAVAGISI KELAS I

MAKASSAR DALAM MENUNJANG KESELAMATAN

BERLAYAR DI PELABUHAN MAKASSAR NEWPORT 26

A. Peranan Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar Dalam

Menentukan Alur Pelayaran Di Pelabuhan MNP .................. 26

B. Penentuan Alur Pelayaran di Pelabuhan Makassar New Port 38

C. Factor Penghambat dan Pengawasan Alur pelayaran ............ 54

D. Upaya Distrik Navigasi Kelas I Makassar dalam Meningkatkan

Pengawasan Alur Pelayaran untuk Keselamatan Berlayar..... 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 58

B. Saran ...................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 60

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... 62

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN........................................... 64

LAMPIRAN.................................................................................................. viii

VII
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman.

1. Peta wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas I Makassar...................... 5

2. Struktur Organisasi Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar ....................... 18

3. Gambar Pelabuhan Makassar New Port............................................. 38

4. Gambar Peta Alur Pelayaran Pelabuhan Soekarno Hatta dan MNP. 82

5. Standar Operasional Procedur Penerimaan PNBP............................. 82

6. Tarif jasa PNBP VTS......................................................................... 83

7. Surat Pemberitahuan Kedatangan Kapal (PKK) ............................... 84

8. Bukti Pembuatan Tagihan PNBP (e-billing) ..................................... 85

9. Nota Tagihan Jasa Pengguna VTS dan Kuitansi................................ 86

10. Dokumentasi ...................................................................................... 87

VIII
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman.

1. Posisi Koordinat Alur Pelayaran Pelabuhan Makassar...................... 41

2. Posisi Koordinat Haluan Masuk Pelabuhan .................................................. 52

3. SBNP (Sarana Bantu Navigasi Pelayaran) di Pelabuhan MNP......... 53

IX
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Distrik Navigasi Kelas I Makassar merupakan salah satu Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian

Perhubungan yang bertanggungjawab menyelenggarakan keselamatan

pelayaran dalam Bidang Kenavigasian di bawah pembinaan teknis Direktorat

Kenavigasian.

Untuk menyelenggarakan fungsi Kenavigasian sesuai Keputusan Menteri

Perhubungan No. 30 Tahun 2006 , Menteri Perhubungan telah menetapkan 25

(dua puluh lima) Kantor Distrik Navigasi di seluruh Indonesia yang masing-

masing membawahi wilayah kerja Kenavigasian yang tidak dibatasi oleh

wilayah administrasi pemerintah daerah.

1
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang nomor 17 tahun 2008

tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah nomor 5 tahun 2010 tentang

Kenavigasian, Distrik Navigasi Kelas I Makassar bertanggungjawab

mewujudkan keselamatan pelayaran di wilayah kerjanya melalui

penyelenggaraan dan pelayanan di bidang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran,

Telekomunikasi Pelayaran, Alur Pelayaran, Lalu lintas Pelayaran, Hidrografi,

Meterologi, melaksanakan bantuan kegiatan SAR dan tugas-tugas negara

lainnya.

Salah satu icon yang menjadi kebanggaan Distrik Navigasi Kelas I

Makassar dan Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Selatan adalah

keberadaan Menara Suar Kodingareng Lompo di P. Kodingareng. Untuk

menuju Mensu ini dari Makassar hanya 45 menit sampai dengan 1 jam,

terletak di gugusan kepulauan yang menjadi tujuan wisata, kondisi terumbu

karang di sekitar pulau masih sangat baik, cocok untuk kegiatan snorkling,

dan juga mudah ditemui berbagai jenis spesies ikan karang, ikan hias dan

biota laut lainnya. Satu icon lagi Menara Suar DeBrill yang dibangun tahun

1886 oleh kolonial Belanda, yang berada di kabupaten Pangkajene Kepulauan

(Pangkep) posisi menara berada di tengah karang lautan lepas dan ini satu-

satunya Mensu di dunia berada di tengah laut lepas. Adapun Menara Suar

Cape William terletak di kabupaten Mamuju provinsi Sulawesi Barat, yang

merupakan peninggalan kolonial Belanda, dibangun pada tahun 1882 dan

masih terpelihara dan beroperasi dengan baik hingga saat ini. Menara Suar

Cape William berfungsi sebagai landmark penting yang sejak jaman kolonial

2
Inggris/ Belanda dimanfaatkan oleh para nakhoda kapal-kapal yang berlayar

keluar dan masuk alur pelayaran Mamuju di malam hari maupun di siang

hari. Disamping fungsinya sebagai keselamatan pelayaran, Menara suar Cape

William juga merupakan cagar budaya yang menjadi salah satu objek wisata

heritage menarik yang sering di kunjungi wisatawan local maupun asing.

Pelayaran merupakan bagian dari sarana transportasi laut sebagaimana

amanat Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 menjadi suatu yang sangat

strategis bagi wawasan nasional serta menjadi sarana vital yang menunjang

tujuan persatuan dan kesatuan nasional. Pelayaran atau angkatan laut

merupakan bagian dari transportasi yang tidak dapat dipisahkan dengan bagian

dari sarana transportasi lainnya dengan kemampuan untuk menghadapi

perubahan ke depan, mempunyai karakteristik karena mampu melakukan

pengangkutan secara massal. Dapat menghubungkan dan menjangkau wilayah

satu dengan yang lainnya melalui perairan, sehingga mempunyai potensi kuat

untuk di kembangkan dan peranannya bagi nasional maupun internasional

sehingga mampu mendorong dan menunjang pembangunan nasional dengan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan mandate Pancasila

serta Undang-Undang 1945.

Wilayah Kerja Distrik Navigasi Kelas I Makassar meliputi perairan di

wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat dengan 11 alur

pelayaran utama yang menuju ke Pelabuhan umum. Disamping itu, beberapa

segmen perairan wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas I Makassar juga

berhimpitan dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II.

3
Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman lebar,dan

bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari

oleh kapal di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta

laut dan buku petunjuk laut serta diumumkan oleh instansi yang berwenang.

Hal ini sangat di perlukan dan harus diperhatikan agar pengetahuan tentang

alur pelayaran bias dikembangkan. Alur pelayaran adalah untuk mengatur

lalu lintas kapal yang keluar atau masuk kepelabuhan serta untuk memastikan

keselamatan navigasi dari kapal yang akan berlabuh.

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang nomor 17 tahun 2008

tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah nomor 5 tahun 2010 tentang

Kenavigasian, Distrik Navigasi Kelas I Makassar bertanggung jawab

mewujudkan keselamatan pelayaran di wilayah kerjanya melalui

penyelenggaraan dan pelayanan di bidang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran,

Telekomunikasi Pelayaran, Alur Pelayaran, Lalu lintas Pelayaran,

Hidrografi, Meterologi, melaksanakan bantuan kegiatan SAR dan tugas-tugas

negara lainnya.

Keamanan dan keselamatan pelayaran merupakan faktor yang sangat

penting untuk menunjang kelancaran transportasi laut dan mencegah

terjadinya kecelakaan dimana penetapan alur pelayaran dimaksudkan untuk

menjamin keamanan dan keselamatan pelayaran melalui pemberian koridor

bagi kapal-kapal berlayar melintasi perairan yang diikuti dengan penandaan

bagi bahaya kenavigasian. Dengan memperhatikan keselamatan dan

keamanan berlayar di perairan ataupun di alur pelayaran maka diperlukan

4
navigasi atau penandaan sehingga dapat menghindari terjadinya kecelakaan.

Hal ini dimaksudkan agar lalu lintas kapal-kapal dan kondisi perairan tetap

aman. KantorDistrik Navigasi adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk

berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan dan memiliki kewenangan untuk

menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan

peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan pelayaran.

Dasar pelaksanaan tugas adalah Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor : KM 30 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik

Navigasi. Kantor Distrik Navigasi mempunyai tugas melaksanakan

perencanaan, pengoperasian, pengadaan, dan pengawasan sarana bantu

navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran, serta kegiatan pengamatan

laut, survei hidrografi, pemantauan alur dan perlintasan dengan menggunakan

sarana instalasi untuk kepentingan keselamatan pelayaran.

5
Peta wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas I Makassar

6
(Gambar 1 Peta Wilayah Kerja Distrik Navigasi Makassar)

B. Tujuan Dan Kegunaan Penulisan

1. Tujuan Penulisan

7
Tujuan penulis membuat laporan ini adalah :

a. Menjelaskan peranan distrik navigasi dalam menentukan alur

pelayaran untuk keselamatan berlayar.

b. Menjelaskan tentang factor penghambat dalam keselamatan berlayar.

c. Menjelaskan tentang upaya dalam meningkatkan pengawasan

keselamatan berlayar dalam lingkup kerja distrik navigasi.

2. Tujuan penulisan :

a. Kegunaan bagi Akademik

Salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan untuk

mendapatkan gelar Diploma III (D3) di Akademik Maritim Indonesia

AIPI (AMI AIPI) Makassar Jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga

dan Kepelabuhanan.

b. Kegunaan bagi Penulis

Untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan secara langsung

tentang penentuan alur yang menjadi wilayah kerja Distrik Navigasi

Kelas I Makassar dan dapat digunakan sebagai penerapan, pedoman

atau pembelajaran bagi penulis untuk dituangkan dalam bentuk tulisan

atau laporan akhir.

3. Kegunaan bagi Pembaca

Untuk menambah pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai salah satu

bahan referensi atau acuan bagi peneliti selanjutnya.

C. Batasan Pengertian

8
Dalam penulisan dan penyusunan laporan ini mengingat dari judul yang

telah penulis tentukan yaitu “Peranan Kantor Distrik Navigasi Kelas I

Makassar Dalam Menentukan Alur Pelayaran Untuk Menunjang Keselamatan

Berlayar Di Pelabuhan Makassar New Port” sangat luas pembahasannya maka

penulis perlu memberikan batasan-batasan yang akan penulis bahas pada

laporan ini.

Adapun pengertian-pengertian berdasarkan judul laporan penulis adalah

sebagai berikut.

1. Peningkatan pengawasan alur pelayaran ialah salah satu upaya untuk

menambah kualitas maupun kuantitas pengawasan berlayar agar dapat

meminimalisir kecelakaan kapal dalam melakukan pelayaran agar tercipta

pelayaran yang aman dan nyaman.

2. Pengawasan alur pelayaran merupakan salah satu tindakan untuk

meminimalisir kecelakaan dalam dunia pelayaran. Keselamatan berlayar

merupakan tindakan penting yang mengatur kelancaran lalu lintas kapal

yang meliputi keamanan, ketertiban pelabuhan dan keselamatan berlayar

untuk bisa mengurangi timbulnya faktor kecelakaan dan kerugian pada

perusahaan pelayaran.

3. Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar adalah Unit Pelaksana

Teknis di lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada dibawah

dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan

Laut.

9
BAB II

METODOLOGI

A. Metode Penelitian

Dalam pengumpulan data-data yang diperlukan untuk badan penyusun

laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, penulis mengemukakan metode

pendekatan sebagai berikut :

1. Library Research (Penelitian Pustaka)

Yaitu penelitian perpustakaan dan dokumen-dokumen dalam lingkungan

perusahaan dan sumber-sumber pendukung lainnya yang erat

hubungannya dengan judul laporan ini.

2. Field Research (Penelitian Lapangan)

Penelitian yang dilakukan pada objek penelitian langsung di lapangan,

dimana diadakan pengamatan langsung semua bentuk kegiatan dilapangan

penelitian. Metode ini meliputi 2 macam, yaitu :

a. Wawancara

Wawancara adalah cara pengambilan data yang penulis yang dilakukan

dengan mengadakan wawancara / Tanya jawab lansung dan bincang-

bincang dengan staf yang bersangkutan sesuai atau yang berhubungan

dengan judul laporan mengenai peranan distrik navigasi kelas 1

Makassar Untuk mendapatkan keterangan yang lebih komplit maka

penulis melakukan wawancara dengan petugas.

10
b. Observasi

Dimana penulis terjung langsung ke lapangan melalui pengamatan

langsung terhadap bagaimana peningkatan pengawasan, selanjutnya

data yang relevan penulis kumpulkan selama mengadakan penelitian

maupun disaat penulis menyelesaikan laporan ini.

B. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penulisan laporan ini,

adalah sebagai berikut:

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Kualitatif

Data Kualitatif yaitu data yang menggunakan kata-kata (non numerik)

yang mencakup hampir semua data yang menggambarkan fakta dan

fenomena yang diamati data ini berupa ciri-ciri, sifat-sifat, data keadaan

atau gambaran dari kualitas objek yang diteliti.

b. Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data informasi yang berupa simbol angka atau

bilangan. Berdasarkan simbol-simbol angka tersebut, perhitungan

secara kuantitatif dapat dilakukan untuk menghasilkan suatu

kesimpulan yang berlaku umum di dalam suatu parameter. Nilai data

bisa berubah-ubah atau bersifat variatif.

11
2. Sumber data

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu:

a. Data Primer

Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari

sumber aslinya yang berupa interview atau wawancara dengan pihak

perusahaan maupun hasil observasi (pengamatan langsung) dari suatu

objek penelitian atau tempat penelitian.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber yang

sudah ada atau data yang telah tersedia dalam suatu perusahaan atau

instansi.

12
C. Sistimatika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pembahasan dalam laporan

ini sehingga mudah dimengertikan oleh pembaca, maka penulis

mengklasifikasikan ke dalam lima bab sebagai berikut :

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

tujuan dan kegunaan penulisan dan batasan pengertian.

BAB II : Metodologi terdiri dari Metode penelitian, jenis dan sumber

data dan sistematika penulisan.

BAB III : Menguraikan tentang gambaran umum sejarah pelabuhan dan

struktur organisasi Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar

yang dijabarkan dalam Aktivitas pada Kantor Distrik

Navigasi Kelas I Makassar.

BAB IV : Merupakan inti dari penulisan laporan yaitu pembahasan

tentang Peranan Distrik Navigasi Kelas 1 Makassar Dalam

Menentukan Alur Pelayaran di Pelabuhan Makassar New

Port (MNP).

BAB V : Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

saran.

13
BAB III

GAMBARAN UMUM KANTOR DISTRIK NAVIGASI KELAS I

MAKASSAR

A. Sejarah Berdirinya Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar

Makassar merupakan kota dengan wilayah yang padat dan telah

berkembang pesat, tidak terkecuali dengan wilayah lautnya. Kinerja

pembangunan pemerintah Kota Makassar pada aspek pelayaran dengan

menyediakan sarana umum berupa pelabuhan-pelabuhan besar yang

berdampak pada kapal-kapal yang masuk ke wilayah itu sendiri. Transportasi

laut atau pelayaran diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan sebuah

transportasi laut (pelayaran) dengan lancar, efisien dan tentunnya dengan

tingkat keselamatan yang sangat aman, menjangkau seluruh pelosok perairan

(laut) untuk menujang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai

pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional. Kapal laut

yang melakukan pelayaran harus dilengkapi dengan alat navigasi yang

berperan penting disektor pelayaran. Berkat sistem ini, kita bisa menentukan

posisi dan arah perjalanan, termasuk melihat kondisi cuaca yang sedang

dihadapi saat melakukan pelayaran. Dengan adanya hal tersebut maka Distrik

Navigasi Kelas I Makassar berperan sangat penting bagi alur pelayaran di

Makassar. Distrik Navigasi Kelas I Makassar mempunyai tugas

melaksanakan perencanaan, pengoperasian, pengadaan dan pengawasan

14
sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran serta kegiatan

pengamatan laut, survey hidrografi, pemantauan alur dan perlintasan dengan

menggunakan sarana instalasi untuk kepentingan keselamatan pelayaran

didaerah tersebut.

Kota Makassar dan pada umumnya daerah di Indonesia

mempunyai dua musim yaitu musim kemarau yang terjadi pada bulan Juni

sampai September dan musim penghujan yang terjadi pada bulan Desember

sampai dengan Maret. Berdasarkan pengamatan di tiga Stasiun Klimatologi

(Maros, Hasanuddin dan Maritim Paotere) selama tahun 2018 rata-rata suhu

udara 27,43 0C di Kota Makassar dan sekitarnya tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata. Suhu udara maksimum di stasiun klimatologi

Hasanuddin 32,9 0C dan suhu minimum 22,7 0C. Selatan terdiri dari beberapa

kabupaten, dimana ada beberapa kabupaten yang mempunyai pelabuhan

untuk menghubungkan jalur perdagangaan antar kabupaten dan pulau

menggunakan transportasi laut dan darat. Sulawesi Selatan merupakan salah

satu pintu gerbang utama di wilayah Indonesia bagian Tengah. Daerah yang

juga dikenal sebagai hasil bumi yang sangat besar hampir semua kabupaten

yang terdapat di Sulawesi Selatan.

Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, yang memiliki

17.504 pulau yang membentang dari Sabang sampai Meraoke dengan

panjang garis pantai kurang lebih 81.000 Km, serta luas wilayah laut

sekitar 5,9 juta Km². Sebagai negara kepulauan berdasarkan UU Nomor 17

Tahun 1985 tentang pengesahan Negara Kepulauan (Archipelago State) oleh

15
konferensi PBB yang  diakui oleh dunia Internasional maka lndonesia

mempunyai kedaulatan atas keseluruhan wilayah laut lndonesia. Indonesia

terletak pada posisi silang yang sangat strategis di antara Benua Asia dan

Benua Australia. Peranan laut sangat penting sebagai pemersatu bangsa serta

wilayah lndonesia dan konsekuensinya Pemerintah berkewajiban atas

penyelenggaraan pemerintahan dibidang penegakan hukum baik terhadap

ancaman pelanggaran terhadap pemanfaatan perairan serta menjaga dan

menciptakan keselamatan dan keamanan pelayaran.

Laut sebagai jalur komunikasi (sea lane on communication). Dapat

diartikan bahwa pemanfaatan laut untuk kepentingan lalu-lintas pelayaran

antar pulau, antar negara maupun antar benua baik untuk angkutan

penumpang maupun barang,  maka perlu di tentukan alur perlintasan  laut

kepulauan Indonesia bagi kepentingan pelayaran lokal maupun internasional

serta fasilitas keselamatan pelayaran seperti Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

(SBNP), Telekomunikasi Pelayaran, Kapal Negara Kenavigasian, Bengkel

Kenavigasian, Survey Hidrografi untuk menentukan alur pelayaran yang

amam serta infrastruktur lainnya. Pengaturan alur lalu-lintas dan

perambuannya guna kelancaran dan keselamatan pelayaran merupakan

tanggung jawab pemerintah dan kita bersama sebagai penguasa, pengelola,

serta pengguna atas Laut. Untuk itu maka perlu ditetapkan fungsi wilayah

perairan guna pemanfaatan sumberdaya alam agar tidak saling menggangu

antar kegiatan pengelolaan laut yang dapat menimbulkan dampak lingkungan

khususnya kecelakaan terhadap transportasi laut dengan menetapkan alur dan

16
pelintasan melalui pelaksanaan penandaan terhadap bahaya kenavigasian

serta pemutakhiran kondisi perairan melalui kegiatan survey hidrografi dan

kemudian diumumkan ke dunia pelayaran.

Deklarasi Juanda menekankan bahwa lndonesia sebagai negara

kepulauan yang merupakan kesatuan wilayah darat, laut termasuk dasar laut

dan tanah dibawahnya serta udara diatasnya maupun seluruh kekayaannya

merupakan suatu kesatuan wilayah lndonesia. Berdasarkan   konvensi PBB

tentang hukum laut 1982 (UNCLOS 1982) yang menempatkan hak dan

kewajiban negara dalam memanfaatkan laut sesuai dengan status hukum

bagian laut yang berbeda. Dalam mengelola potensi laut ada beberapa jenis

laut yang dibedakan atas derajat dan tingkat kewenangan pemerintah

lndonesia terhadap laut-laut tersebut dan perlu mendapat perhatian serta

dikelola baik oleh pemerintah lndonesia maupun bersama negara tetangga

serta lnternasional namun dalam konteks bilateral dan regional masih banyak

garis batas yang belum ditetapkan khususnya yang berkaitan dengan berbagai

kawasan laut. Melalui PP Nomor  38 Tahun 2002 tentang penetapan 183 garis

pangkal bagi perairan dengan batas laut wilayah 12 mil dari garis pangkal

tersebut. Walaupun Indonesia belum menetapkan zona tambahan di luar 12

mil laut wilayah namun telah mengumumkan dan mengundangkan ZEE

seluas 200 mil dari garis pangkal. Untuk negara kepulauan (Archipelago

State) maka penetapan titik dasar (base point) dihitung dari pulau-pulau

terluar ataupun karang yang tenggelam sewaktu air pasang (low tide

elevation) yang diberi penandaan dengan SB. Secara lnternasional lndonesia

17
telah berhasil menetapkan selat Malaka yang dapat digunakan sebagai alur

lnternasional dan sumbu dari 3 (tiga) alur laut kepulauan lndonesia (ALKI)

melintasi perairan nusantara dan laut teritorial serta penetapan Traffic

Separation Scheme (TSS) di selat Malaka melalui konsultasi yang intensif

dengan negara-negara maritim dan konvensi organisasi maritim lnternasional.

Keamanan dan Keselamatan Pelayaran merupakan faktor yang

sangat penting untuk menunjang kelancaran transportasi laut dan mencegah

terjadinya kecelakaan dimana penetapan alur pelayaran dimaksudkan untuk

menjamin keamanan dan keselamatan pelayaran melalui pemberian koridor

bagi kapal-kapal berlayar melintasi perairan yang diikuti dengan penandaan

bagi bahaya kenavigasian. Penyelenggaraan alur pelayaran yang meliputi

kegiatan program, penataan, pembangunan, pengoperasian dan

pemeliharaannya ditujukan untuk mampu memberikan pelayanan dan arahan

kepada para pihak pengguna jasa transportasi laut untuk memperhatikan

kapasitas dan kemampuan alur dikaitkan dengan bobot kapal yang akan

melalui alur tersebut agar dapat berlayar dengan aman, lancar dan nyaman.

Pengaturan pemanfaatan perairan bagi transportasi dimaksudkan

untuk menetapkan alur pelayaran yang ada di laut, sungai, danau serta

melakukan survey hidrografi guna pemutakhiran data kondisi perairan untuk

kepentingan keselamatan berlayar. Tujuan penjelasan tentang keselamatan

pelayaran disamping menegaskan konsekwensi untuk menindak lanjuti hasil

konvensi IMO terhadap Pemerintah tentang keselamatan pelayaran sekaligus

mensosialisaikan tentang tugas dan peran Direktorat Kenavigasian Direktorat

18
Jenderal Perhubungan Laut dimaksudkan juga untuk memberikan masukan

bagi upaya mencari solusi kedepan yang diharapkan dapat mengatasi berbagai

permasalahan yang timbul.Keselamatan maritim merupakan suatu keadaan

yang menjamin keselamatan berbagai kegiatan dilaut termasuk kegiatan

pelayaran, eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam dan hayati serta

pelestarian lingkungan hidup. Untuk itu diperlukan tata kelautan dan

penegakkan hukum dilaut dalam menjamin keselamatan, keamanan,

ketertiban dan perlindungan lingkungan laut agar tetap bersih dan lestari guna

menunjang kelancaran lalu lintas pelayaran. Konsep kriteria dan pengaturan

di bidang kelautan mempunyai implikasi yang luas dan harus

dipertimbangkan dalam pemanfaatan ruang laut Nasional.

19
B. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas pada Kantor Distrik Navigasi

Kelas I Makassar

1. Struktur Organisasi pada Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar

Sebelum penulis menguraikan tata kerja pengertian dari organisasi

Gambar bagan organisasi di bawah ini.

20
(Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar)

Struktur Organisasi Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar

1. Uraian Tugas

Organisasi Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar, terdiri atas

empat bagian yaitu:

a) Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian

Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan

keuangan, kepegawaian dan umum, hukum dan hubungan masyarakat

serta pelaporan Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, bagian tata usaha

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1) Mengendalikan jalannya administrasi dan operasional perkantoran.

2) Pelaksanaan urusan kepegawaian, pembinaan dan pengembangan

jabatan fungsional, surat menyurat, kearsipan, kerumah tanggaan

dan urusan umum.

3) Pelaksanaan pertimbangan dan bantuan hukum, serta hubungan

masyarakat.

b) Bagian logistik

Bidang Logistik mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

rencana kebutuhan dan pengadaan, penyimpanan penyaluran dan

penghapusan perlengkapan dan peralatan. Untuk Penyelenggaraan

21
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Telekomunikasi Pelayaran, Kapal

Negara Kenavigasian, Fasilitas Pangkalan, Bengkel, Pengamatan

Laut, Survey.

Dalam melaksanakan tugas bidang logistic terdiri dari 2 seksi

yaitu:

1) Seksi pengadaan mempunyai tugas melakukan penyusunan

rencana kebutuhan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran

perlengkapan dan peralatan sarana bantu navigasi pelayaran,

telekomunikasi pelayaran, kapal Negara kenavigsian, fasilitas

pangkalan, pengamatan laut dan bengkel.

2) Seksi inventarisasi dan penghapusan mempunyai tugas

melakukan penyusunan inventarisasi dan penyiapan sarana bantu

navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran, kapal Negara

kenavigasian, fasilitas pangkalan, pengamatan laut dan bengkel.

c) Bagian Operasional

Bidang operasional mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan rencana, program, pengoperasian, pemeliharaan,

pengawasan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan Sarana Bantu

Navigasi Pelayaran (SBNP), Telekomunikasi Pelayaran, Kapal Negara

Kenavigasian (KPN), Fasilitas Pangkalan, bengkel, Pengamatan Laut,

Survey Hidrografi serta Pemantauan alur dan perlintasan.

Dalam melaksanakan tugas bidang operasi juga menyelenggarakan

fungsi antara lain :

22
1) Penyusunan rencana dan program, analisis dan evaluasi serta

penyusunan laporan kegiatan penyelenggaraan sarana bantu

navigasi pelayaran, kapal Negara kenavigasian, fasilits pangkalan,

bengkel; pengamatan laut , survey hidrografi serta pemantauan

alur dan perlintasan.

2) Pengoperasian, pemeliharaan, pengawasan kegiatan.

penyelenggaraan sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi

pelayaran, telekomunikasi pelayaran, kapal Negara kenavigasian,

fasilitas pangkalan, bengkel, pengamatan laut, survey hidrografi

serta pemantauan alur dan perlintasan.

Dalam melaksanakan tugas bidang operasi terdiri dari 2 seksi yaitu :

- Seksi program dan evaluasi mempunyai tugas melakukan

penyusunan rencana dan program, analisis serta penyusunan

laporan kegiatan penyelenggaraan sarana bantu navigasi

pelayaran, telekomunikasi pelayaran, kapal Negara

kenavigasian, fasilitas pangkalan, bengkel, pengamatan laut,

survey hidrografi serta pemantauan alur dan perlintasan.

- Seksi operasi sarana dan prasarana mempunyai tugas

melakukan pengoperasian, pemeliharaan, pengawasan kegiatan

penyelenggaraan sarana bantu navigasi pelayaran,

telekomunikasi pelayaran, kapal Negara kenavigasian, fasilitas

pangkalan, bengkel, pengamatan laut, survey hidrografi serta

pemantauan alur dan perlintasan.

23
d) Kelompok jabatan fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai kegiatan sesuai

dengan jabatan fungsional dan masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional

terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dari kelompok

fungsional sesuai dengan bidang tugas keahlian berdasarkan

perundang-undangan yang berlaku. kelompok jabatan fungsional

dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh

Kepala Distrik Navigasi. Jumlah tenaga fungsional sebagaimana

dimaksud ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

e) Instalasi

Instalasi adalah sarana penunjang teknis kenavigasian yang

berada di lingkungan Distrik Navigasi Kelas I Makassar. Instalasi

pada Distrik Navigasi Kelas I Makassar terdiri dari :

a) Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)

b) Stasiun Radio Operasi Pantai (SROP)

c) Kapal Negara Kenavigasian (KNK)

d) Bengkel

e) Laboratorium Pengamatan Laut.

Dari setiap instalasi diatas ditempatkan sesuai tenaga fungsional

yang jumlahnya ditentukan berdasarkan kebutuhan.

24
C. Aktivitas Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar.

Adapun aktivitas yang dilakukan oleh Kantor Distrik Navigasi Kelas I

Makassar.

Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar yang bergerak di bidang

kenavigasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sarana bantu

navigasi pelayaran, Telekomunikasi Pelayaran, Hidrografi dan Meteorologi,

alur perlintasan, pengerukan dan reklamasi, pemanduan, penanganan

kerangka kapal, salvage dan pekerjaan bawah air untuk kepentingan

keselamatan pelayaran kapal. Berdasrakan peraturan Menteri Perhubungan

Nomor : KM 30 Tahun 2006 tentang organisasi tata kerja Distrik Navigasi

maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

Distrik Navigasi adalah unit pelaksana teknis di bidang

kenavigasian di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

Departemen Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Distrik Navigasi mempunyai

tugas melaksanakan perencanaan, pengoperasian, pengadaan, dan

pengawasan sarana bantu navigasi pelayaran serta kegiatan pengamatan laut,

survey hidrografi, pemantauan alur dan perlintasan dengan menggunakan

sarana instalasi untuk kepentingan keselamatan pelayaran.

Distrik Navigasi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

25
1) Penyusunan rencana dan program pengoperasian seerta pengawasan sarana

bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran, kapal Negara

kenavigasian , fasilitas pangkalan , bengkel, pengamatan laut dan survey

hidrografi serta pemantauan alur dan perlintasan.

2) Penyusunan rencana kebutuhan dan pelaksanaan pengadaan,

penyimpanan, penyaluran dan penghapusan perlengkapan dan peralatan

untuk sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelyaranan , kapal

Negara kenavigasian, fasilitas pengkalan, bengkel, pengamatan laut dan

survey hidrografi serta pemantuan alur dan perlintasan.

3) Pelaksanaan program pengoperasian dan pemeliharaan sarana bantu

navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran, kapal Negara kenavigasian

dan fasilitas pangkalan dan bengkel.

4) Pelaksanaan pengamatan laut dan survey hidrografi serta pemantauan alur

dan perlintasan.

5) Pelaksanaan urusan logistik.

6) Pelaksanaan analisis dan evaluasi pengoperasian, pengawakan dan

pemeliharaan sarana bantu navigasi pelayaran, telekomunikasi pelayaran,

kapal negara kenavigasian, fasilitas pangkalan, bengkel, pengamatan laut,

survey hidrografi serta pemantauan alur dan perlintasan.

7) Pelaksanaan urusan keuangan, kepegawaian, ketatausahaan, kerumah

tanggaan, hubungan masyarakat, pengumpulan dan pengolahan data,

dokumentasi serta penyusunan laporan.

26
Adapun tugas dan kegiatan yang dilaksanakan Kantor Distrik

Navigasi Kelas I Makassar yakni sebagai berikut :

a) Menjadi penggerak keamanan dan keselamatan pelayaran.

b) Menciptakan transformasi untuk mendorong pengembangan

professional dan personal bagi kesejahteraan karyawan.

c) Mampu memberikan pelayanan dan arahan kepada pihak pengguna

jasa transportasi laut untuk memperhatikan kapasitas dan kemampuan

alur yang sesuai dengan bobot kapal agar terciptanya pelayaran yang

aman, lancar, dan nyaman.

d) Sebagai tugas pemerintah tentang keselamatan berlayar sebagai tugas

dan peran Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

27
BAB IV

PERANAN KANTOR DISTRIK NAVIGASI KELAS 1 MAKASSAR

DALAM MENENTUKAN ALUR PELAYARAN DI PELABUHAN

MAKASSAR NEWPORT (MNP)

A. Pengawasan Keselamatan Berlayar

1. Definisi Keselamatan Berlayar

Keselamatan berlayar didefinisikan sebagai suatu keadaan

terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut

angkutan di perairan dan kepelabuhanan. Terdapat banyak penyebab

kecelakaan kapal laut, karena tidak diindahkannya keharusan tiap

kendaraan yang berada di atas kapal untuk diikat (lashing), hingga pada

persoalan penempatan barang yang tidak memperhitungkan titik berat

kapal dan gaya lengan stabil. Dengan demikian penyebab kecelakaan

sebuah kapal tidak dapat disebutkan secara pasti. Untuk menghidari

kecelakan belayar sebelum kapal melakukan pelayaran makah harus di

adakan pemeriksaan antara lain.

Melaksanakan fungsi keselamatan pelayaran bukanlah hal yang mudah

yang harus diikuti oleh semua instansi dan tunjang dana yang cukup serta

kesadaran semua pihak termasuk masyarakat pengguna serta pesisir dan

kelautan.

2. Definisi Keselamatan Pelayaran

28
Menurut UU No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran keselamatan dan

keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan

keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan,

kepelabuhan, dan lingkungan maritim. Menurut UU No. 17 tahun 2008

tentang pelayaran keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang

memenuhi persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesianan dan

perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk

perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang di buktikan

dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

Keselamatan Pelayaran didefinisikan sebagai suatu keadaan terpenuhinya

persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di

perairan dan kepelabuhanan. Terdapat banyak penyebab kecelakaan kapal

laut; karena tidak diindahkannya keharusan tiap kendaraan yang berada di

atas kapal untuk diikat (lashing), hingga pada persoalan penempatan

barang yang tidak memperhitungkan titik berat kapal dan gaya lengan

stabil. Dengan demikian penyebab kecelakaan sebuah kapal tidak dapat

disebutkan secara pasti, melainkan perlu dilakukan pengkajian.

3. Definisi Alur Pelayaran

Alur pelayaran didefinisikan sebagai perairan yang dari segi

kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya yang dianggap

aman dan selamat untuk dilayari oleh kapal di laut, sungai atau danau.

Alur pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan buku petunjuk pelayaran

serta diumumkan oleh instansi yang berwenang. Alur pelayaran digunakan

29
untuk mengarahkan kapal masuk ke kolam pelabuhan, oleh karena itu

harus melalui suatu perairan yang tenang terhadap gelombang dan arus

yang tidak terlalu kuat. Penguasa pelabuhan mewajibkan untuk melakukan

perawatan harus menjamin: keselamatan berlayar, kelestarian lingkungan,

tata ruang perairan dan tata pengairan untuk pekerjaan disungai dan di

danau.Alur pelayaran dilaut terdiri atas: alur pelayaran umum dan

perlintasan dan alur pelayaran masuk pelabuhan.

4. Alur Dan Perlintasan

Penentuan alur pelayaran ditinjau dari aspek keamanan bernavigasi

dimaksudkan agar alur terhindar atau bebas dari gosong ataupun karang

yang tenggelam sewaktu air pasang (low elevation tide), dangkalan

ataupun karang tumbuh, pulau-pulau kecil. Disamping itu selat yang

terlalu sempit, perairan yang mempunyai arus atau ombak yang

menyulitkan olah gerak kapal serta halangan navigasi lainnya. Alur

pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan buku petunjuk pelayaran serta

diumumkan oleh instansi yang berwenang kepada dunia maritim.

Mengingat posisi lndonesia yang merupakan persilangan antara

dua wilayah yang menghubungkan Samudera Pasifik dengan Samudera

Hindia dan juga benua Asia dengan Australia maka kehadiran kapal asing

dalam rangka memperpendek jarak pelayarannya dan ini merupakan suatu

hal yang tidak dapat dihindari. Dengan tetap mengutamakan kepentingan

Nasional pemerintah tetap memberikan kelonggaran tertentu bagi

perlintasan kapal-kapal asing di perairan lndonesia dengan menentukan

30
alur laut kepulauan lndonesia (ALKI – PP 37 tahun 2002) dimaksudkan

untuk mengakomodasi kepentingan bangsa lain untuk yang akan

dipergunakan sebagai perlintasan pelayaran lnternasional.

Penetapan ALKI tersebut dilakukan dengan memperhatikan

keselamatan berlayar, pertahanan dan keamanan, jaringan kabel dan pipa

dasar laut, tata ruang kelautan, eksplorasi dan eksploitasi serta konservasi

sumberdaya alam, rute yang biasa digunakan pelayaran lnternasional dan

rekomendasi organisasi lnternasional yang berwenang.

Dengan ditentukannya alur pelayaran tersebut yang diikuti

persyaratan berjalan terus tanpa henti, langsung dan secepatnya

dimaksudkan juga untuk mempermudah pengawasan terhadap keberadaan

kapal asing selama berada di wilayah lndonesia serta tidak menimbulkan

pencemaran lingkungan (limbah kapal) ataupun bahaya penyalahgunaan

oleh negara pengguna alur yang dapat mengganggu kestabilan negara.

Masalahnya alur pelayaran hanya tergambar di peta laut dan pemberian

beberapa SBNP sebagai tanda alur dimana masyarakat masih awam

terhadap pengertian dan penggunaan SBNP tersebut. Untuk itu perlu

dilakukan sosialisasi kepada masyarakat maritim tentang keberadaan alur

tersebut agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatan perairan

seperti kegiatan nelayan ataupun off shore di alur yang dapat menimbulkan

kecelakaan bagi kapal yang berlayar.

5. Pola Penentuan Alur Perlintasan

31
Tujuan penetapan alur adalah untuk memperoleh alur pelayaran

yang ideal dan memenuhi berbagai aspek kepentingan keselamatan dan

kelancaran berlayar serta efisien dalam penyelenggraannya. Kawasan alur

pelayaran ditetapkan oleh batas-batas yang ditentukan secara jelas

berdasarkan koordinat geografis serta dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan pelayaran.

Penentuan dan pengaturan alur pelayaran di laut, sungai, danau

serta penyelenggaraannya dan juga pengaturan sistem rute dan tata cara

berlalu lintas perlu diprogramkan guna kelancaran dan keselamatan

berlayar. Disamping itu pengaturan terhadap bangunan atau instalasi dan

gelaran kabel atau pipa bawah air di perairan khususnya di alur pelayaran.

6. Pemanduan

Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal dan

kerugian lain dalam pelayaran adalah dengan melaksanakan jasa

pemanduan. Karena pandu dianggap seorang navigator yang sangat

mengetahui kondisi dan sifat perairan setempat disamping keahliannya

untuk mengendalikan kapal melalui saran atau komando perintahnya

kepada nakhoda sehingga kapal dapat melayari suatu perairan dengan

selamat.

Perairan pandu dialokasikan untuk kepentingan keselamatan

pelayaran dan ketertiban maupun kelancaran lalu-lintas kapal pada wilayah

perairan tertentu. Faktor yang mempengaruhi penetapan perairan tertentu

menjadi perairan pandu antara lain :

32
a) Pola Pengelolaan Alur Pelayaran

Pada dasarnya pengelolaan alur dilakukan guna mendukung

kelancaran lalu- lintas laut dengan memperhatikan aspek

keselamatan dan keamanan pelayaran serta aspek lingkungan

dimana setiap tahunnya terjadi peningkatan aktivitas trafik

sesuai dengan peningkatan kebutuhan akan angkutan laut.

Dampak belum terlaksananya pengelolaan alur pelayaran

antara lain terjadinya kecelakaan dan kandasnya kapal di

beberapa alur pelayaran yang disebabkan tidak terpantaunya

peningkatan kepadatan trafik dan kondisi fisik perairan

(perubahan kondisi perairan dan perilaku gerakan air laut dan

cuaca). Disamping itu adanya beberapa aktivitas di perairan

seperti bangunan ataupun instalasi dan gelaran kabel ataupun

pipa yang tidak tertata dan juga perilaku nelayan di dalam

melakukan aktivitasnya yang dapat mengganggu kelancaran

lalu-lintas kapal. Dalam rangka memenuhi kewajiban ketentuan

Internasional dalam menjamin keamanan, ketertiban di wilayah

laut dan keselamatan pelayaran di perairan Indonesia maka

dikeluarkan kebijakan tentang peruntukkan wilayah laut

Indonesia beserta pengawasannya yang antara lain berupa :

penentuan batas negara, penentuan alur pelayaran, penetapan

batas-batas alur pelayaran, penetapan kawasan khusus antara

lain kawasan wisata, pengeboran minyak, pipa/kabel bawah

33
laut ataupun pelabuhan. Penetapan peruntukan wilayah laut

harus diikuti dengan kesiapan pemberian petunjuk dan

pengenalan wilayah laut tersebut dengan Sarana Bantu

Navigasi Pelayaran (SBNP) serta dituangkan pada peta laut.

Fungsi SBNP adalah sebagai penentu posisi kapal dan

menunjukan wilayah yang aman bagi kapal yang berlayar dan

juga tanda perbatasan negara serta pemberitahuan tentang

adanya bahaya dan rintangan kenavigasian.

b) Kondisi Traffic

Teknologi kapal dan informasi sehingga hal ini menjadi

tantangan bagi penyelenggaraan alur pelayaran. Meningkatnya

pertumbuhan ekonomi hampir di semua wilayah perlu

dicermati terhadap peningkatan lalu-lintas angkutan laut dan

kebutuhan akan alur pelayaran antara lain selat Makassar atau

alur pelabuhan yang menunjukkan peningkatan jumlah traffik

dan jenis kapal yang signifikan sehingga perlu mendapat

perhatian bagi pengelola alur. Beberapa kasus kecelakaan

kapal baik tubrukan ataupun kandas kapal menunjukkan

adanya kelemahan pada alur pelayaran beserta fasilitasnya

sehingga perlu dilakukan penelitian penyebabnya.

Seperti data traffik alur pelabuhan yang menunjukkan

bahwa jumlah kunjungan kapal petikemas lnternasional

cenderung menurun namun sebaliknya total GRT kapal

34
cenderung meningkat yang berarti dimensi kapal yang

berkunjungan makin besar. Namun untuk jenis pelayaran

lainnya cenderung stabil.

Perhitungan terhadap biaya pemeliharaan alur pelayaran

baik dari aspek perairan maupun perawatan fasilitas SBNP

belum ada kritarianya yang dapat dijadikan pedoman dalam

menentukan klaim kerugian. Pedoman tersebut merupakan

dokumen yang memuat petunjuk praktis untuk antisipasi

terjadinya kerusakan dan perawatan serta pemeliharaan SBNP

mulai dari traffik, identifikasi kerusakan, rahabilitasi serta

melakukan klaim.

c) Pola Pengembangan Alur Pelayaran

Alur pelayaran merupakan salah satu infrastruktur

transportasi laut yang memanfaatkan sumberdaya kelautan

dimana keberadaannya diakui dan kawasannya dibebaskankan

dari aktivitas kelautan lainnya. Pada dasarnya tujuan untuk

menetapkan alur adalah untuk memperoleh alur pelayaran yang

ideal dan dapat memenuhi aspek keamanan, keselamatan dan

kelancaran berlayar serta effisien dalam penyelenggraannya.

kawasan alur pelayaran ditetapkan oleh batas-batas yang

ditentukan secara jelas berdasarkan koordinat geografis serta

dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasarana keselamatan

pelayaran.

35
Masalah yang mendasar dalam penetapan alur pelayaran

adalah penentuan kawasan alur yang kurang

mempertimbangkan berbagai aspek teknis dan ekonomis serta

keterpaduan aktivitas kelautan sehingga fungsi alur sebagai

jalur transportasi menjadi terganggu sehingga belum menjamin

untuk keselamatan berlayar serta effisien dalam melayarinya.

  Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dalam

pengembangan potensi laut menimbulkan keanekaragaman

aktivitas di perairan (laut dan pesisir) yang menghasilkan

produktivitas sumberdaya alam dengan memanfaatkan

berbagai kemudahan dalam pengelolaannya akan

menimbulkan pemusatan pembangunan dan pengelolaan di

wilayah tertentu yang memiliki skala dan intensitas yang

tinggi. Oleh karenanya penetapan alur apabila dilihat dari

aspek keselamatan adalah bertujuan untuk memperoleh jalur

pelayaran kapal yang ideal dan dapat memenuhi perlindungan

terhadap berbagai kepentingan aktivitas pengelolaan di laut.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan

wilayah menimbulkan peningkatan jumlah kunjungan kapal

dan dimensi kapal oleh karenanya fasilitas alur pelayaran dan

fasilitas sarana bantu navigasi pelayaran perlu disesuaikan

dengan kebutuhan serta peningkatan teknologi perkapalan.

Guna memenuhi kepentingan keselamatan pelayaran perlu

36
ditetapkan alur laut dan perlintasan yang keberadaanya diakui

secara nasional maupun lnternasional dan dituangkan dalam

peta pelayaran dunia serta kawasannya dibebaskan dari

aktivitas kelautan lainnya. Untuk itu perlu di alokasikan

kawasan tertentu guna difungsikan sebagai alur pelayaran yang

terbebas dari segala aktivitas kelautan serta memenuhi

persyaratan ukuran dan jumlah kapal yang melewati guna

kelancaran dan keselamatan berlayar serta efisien dalam

penyelenggraannya.

Penentuan dan pengaturan alur pelayaran seperti di laut,

sungai, danau serta penyelenggaraannya dan juga pengaturan

sistem rute dan tata cara berlalu lintas perlu diprogramkan

guna kelancaran dan keselamatan berlayar disamping mengatur

masalah bangunan atau instalasi di perairan khususnya di alur

pelayaran.

d) Pemanfaatan Teknologi dan Informasi

Tuntutan terhadap jasa transportasi laut yang cepat, tepat,

aman, nyaman, teratur dan terjangkau oleh para pengguna jasa

semakin meningkat namun hal tersebut kurang diimbangi oleh

pemberian pelayanan yang layak dari aparat yang bekerja

dilapangan. Peranan jasa transportasi laut yang efisien dan

efektif sangat dominan dalam memperlancar arus barang

maupun penumpang dan oleh karena itu perlu diperhatikan

37
keseimbangan dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasarana

transportasi laut.

Melalui perpaduan unsur teknologi dan informasi yang

cukup canggih akan mampu menghadirkan peralatan

kenavigasian bukan hanya sekedar alat pengaman dan

komunikasi namun dapat juga sebagai alat transmisi data. Bagi

para pengguna jasa yang mobilitasnya tinggi hal ini sangat

membantu dan dengan adanya perkembangan teknologi dimana

masalah jarak dan tarif sudah bukan merupakan penghalang.

Teknologi dan informasi dapat memberi peluang kepada

pengguna jasa untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik

yang dampak lanjutnya akan meningkatkan kelancaran

transportasi laut. Perkembangan demi perkembangan sangat

diharapkan dari teknologi dan informasi seperti munculnya AIS

ataupun VTS yang akan memudahkan kegiatan pengamatan

laut dalam memantau keamanan dan keselamatan laut.

Konvergensi teknologi merupakan hal yang tidak dapat

dihindari dan harus dapat diakomodsikan serta dimanfaatkan

dan ditanggapi secara positif dalam bentuk penyesuaian

maupun peningkatan menejemen dan peralatan serta SDM.

lnternasional Maritime Organization (IMO) dan Savety of

Life at Sea (SOLAS) chapter V regulation 19 tentang

implementasi Automatic ldentification System (AIS)

38
menetapkan setiap kapal harus dilengkapi oleh peralatan AIS.

Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui identitas dan

posisi kapal serta dapat menuntun kapal apabila terjadi kondisi

darurat (emergency).

Sejalan dengan ketentuan tersebut peralatan AIS dapat

dimanfaatkan untuk melakukan pengawasan dan mengatur cara

berlalu-lintas di alur pelayaran maupun di lingkungan

pelabuhan serta di daerah perairan perbatasan ataupun wilayah

terpencil dalam rangka mendukung sistem keamanan dan

keselamatan pelayaran. Hal ini dilakukan dengan menempatkan

peralatan AIS tersebut pada lokasi tertentu yang dinilai

strategis sebagai fungsi SBNP.

39
B. Penentuan alur pelayaran di pelabuhan Makassar New Port

(Gambar 1.2 Pelabuhan Makassar Newport)

Perairan selat Makassar memiliki peranan vital sebagai jalur pelayaran

perdagangan global. Selat Makassar merupakan salah satu jalur laut yang cukup

ramai dilalui oleh kapal-kapal. Keberadaan selat makassar yang strategis karena

merupakan penghubung laut Sulawesi dibagian utara dengan laut jawa yang ada

dibagian selatan dan menjadi lintasan arus laut Samudera Pasifik Barat (utara) ke

Samudera Hindia (selatan) yang merupakan bagian dari sirkulasi arus global yang

membawa sumber daya alam yang melimpah. Selat makassar termasuk kategori

40
laut dalam dengan kedalaman lebih dari 2000 meter dan menyimpan hharta karun

melimpah berupa gas bumi sebesar 3,2 triliun kubik dan kandungan minyak yang

masih belum di eksplorasi secara maksimal. Untuk menjaga keamanan dan

keselamatan pelayaran dan kapal-kapal di wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas I

Makassar, khususnya di perairan selat makassar di perlukan Sarana dan Prasarana

kenavigasian serta sumber daya manusia.

Pembangunan Pelabuhan Makassar New Port (MNP) ini dapat

meningkatkan efisiensi arus logistik di Makassar. Tujuan dibangunnya Makassar

New Port efisiensi arus logistik tercapai dan agar terlaksana dengan baik.

Makassar New Port bisa seimbangkan ekonomi Indonesia dan bertujuan untuk

meningkatkan pembangunan ekonomi di wilayah timur Indonesia. Dimana harus

ada keseimbangan pembangunan antara barat dan timur. Pembangunan Pelabuhan

Makassar New Port berdasarkan kebutuhan kapasitas yang semakin besar dan

potensi Indonesia bagian timur sangat memadai. PT. Pelindo IV rencana kerja

jangka panjang tahun 2024 semua kegiatan peti kemas yang saat ini beroperasi di

TPM akan di alihkan ke MNP.

Pembangunan Pelabuhan Makassar New Port tidak terlepas dari tanggung

jawab Direktorat Jendral Perhubungan Laut yang dimana dalam tugas dan

fungsinya dalam melaksanakan tugas penyediaan dan pemeliharaan penahan

gelombang, kolam pelabuhan, alur pelayaran dan sarana bantu navigasi. Sesuai

dengan Keputusan Peraturan Menteri Perhubungan No. 129 Tahun 2016 tentang

rencana pembangunan alur

41
Alur pelayaran yang menjadi tugas Distrik Navigasi Kelas I Makassar

khusus nya di wilayah kerja pengamatan alur dan perlintasan. Dimana hasil

survey yang dilakukan oleh Distrik Navigasi terhadap alur pelayaran yang ada di

pelabuhan Makassar New Port sudah sesuai dengan ketentuan standar IHO

(International Hidrography Organization).

Kegiatan survey mandiri yang dilakukan oleh distrik navigasi di area

pelabuhan Makassar New Port yang terletak di Makassar ini mencakup area

kolam putar pelabuhan, keluar masuk alur pelabuhan, area keluar masuk alur

pelayaran dan area labuh kapal. Peninjauan alur yang di tinjau dari aspek

keamanan bernavigasi dimaksudkan agar alur terhindar atau bebas dari gosong

ataupun karang tumbuh yang tenggelam sewaktu air pasang, dangkalan maupun

karang tumbuh. Disamping itu selat yang terlalu sempit perairan yang mempunyai

arus ombak yang menyulitkan olah gerak kapal serta halangan navigasi lainnya.

Alur pelayaran dicantumkan oleh instansi yang berwenang kepada dunia

kemaritiman.

Tujuan penetapan alur yang dilakukan oleh distrik navigasi ialah untuk

memperoleh alur pelayaran yang ideal dan memenuhi berbagai aspek kepentingan

keselamatan dan kelancaran berlayar serta efisien dalam penyelenggaraannya.

kawasan alur pelayaran ditetapkan oleh batas-batas yang ditentukan secara jelas

berdasarkan koordinat geografis serta dilengkapi dengan fasilitas keamanan

pelayaran. Dengan penetapan alur yang ada di pelabuhan Makassar New Port ini

dapat lebih mengatur cara bernavigasi yang aman dan lancar tanpa hambatan

apapun.

42
Rancangan Keputusan Menteri (RKM) Perhubungan tentang penetapan

alur pelayaran dan zona labuh untuk kepentingan tertentu serta tata cara berlalu

lintas. Mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.129 Tahun

2016 tentang alur pelayaran di laut dan bangunan dan/atau instalasi di perairan.

Demi kepentingan keselamatan dan kelancaran dalam berlayar, direktorat jenderal

perhubungan laut distrik navigasi kelas I Makassar melakukan kegiatan survey

mandiri pada alur pelayaran dan menentukan titik koordinat sarana bantu navigasi

pelayaran (SBNP) pada pelabuhan Makassar New Port, alur pelayaran yang

digunakan alur pelabuhan lama dan alur yang langsung ke pelabuhan makassar

New Port. Dengan penetapan alur pelayaran ini dapat membantu dan

mempercepat pengembangan dan pengelolaan pelabuhan sesuai dengan

fungsinya.

Pelabuhan Makassar Newport belum bias menggunakan alur pelayaran

sendiri dikarenakan pemerintah belum meresmikan alur pelayaran sehingga

pelabuhan makassar Newport sekarang masih menggunakan alur pelayaran yang

ada di Pelabuhan Soekarno Hatta. Alur ini dianggap aman dan mendukung

keselamatan berlayar. Alur pelayaran yang ada di pelabuhan Soekarno Hatta

memiliki posisi koordinat:

No Posisi Koordinat No Posisi Koordinat

1A 05°13’02,7” LS /199° 02’52,2” BT 1B 05°13’12,3” LS / 199°02’54,2” BT


2A 05°11’10,5” LS / 199° 11’51,0” BT 2B 05°11’19,4” LS / 199°11’56,0” BT

3A 05°11’59,9” LS / 199° 15’50,2” BT 3B 05°07’06,4” LS / 199°15’57,5” BT

4A 05°06’59,9” LS / 199° ’23,44,6” 4B 05°07’06,4” LS / 199°23’43,2” BT


BT

43
5A 05°07’08,9” LS / 199° 24’05,0” BT 5B 05°07’16,2” LS / 199°24’05,6” BT

6A 05°07’03,4” LS / 199° 24’13,7” BT 6B 05°07’07,5” LS / 199°24’19,3” BT

7A 05°06’33,1” LS / 199° 24’21,0” BT 7B 05°06’34,6” LS / 199°24’27,3” BT

(Tabel 1 posisi koordinat alur pelayaran Pelabuhan Makassar)

Kondisi kedalaman dan panjang alur pelayaran ini minimal dengan 10

meter LWS dengan panjang 25 Nautikal Miles (NM) atau 46.300 meter dan

berdasarkan hal tersebut ukuran kapal yang dapat melalui alur pelayaran ini pada

saat kedalaman -10 meter LWS , maksimum draft 8,2 meter. Dengan system rute

yang telah ditetapkan dipelabuhan Soekarno-Hatta dengan dua rute arah (two

ways route) dengan lebar alur dalam 200 meter dan alur luar 300 meter. Hal ini

telah di tetapkan oleh pemerintah sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor KP 469 Tahun 2015.

Tata cara berlalu lintas di pelabuhan dalam meningkatkan efisiensi dan

menekan angka kecelakaan kapal perlu di atur tata cara berlalu lintas terutama di

alur pelayaran di pelabuhan makassar sebagaimana diatur sebagai berikut :

1) Pemanduan

- Setiap kapal berukuran Tonage Kotor GT 500 atau lebih yang

berlayar di perairan wajib pandu, wajib menggunakan pelayanan

jasa pemanduan kapal.

- Mesin penggerak utama alat navigasi harus dalam kondisi baik dan

normal untuk olah gerak kapal.

44
- Mengibarkan bendera “G” pada siang hari dan menyalahkan lampu

putih merah pada malam hari apabila kapal sedang menunggu

petugas pandu.

- Mengibarkan bendera “H” pada siang hari dan menyalahkan lampu

putih merah hari apabila petugas pandu diatas kapal.

- Mengibarkan bendera “Q” pada siang hari dan menyalahkan lampu

putih merah pada malam hari bagi kapal yang baru tiba dari luar

negeri, petugas-petugas pandu hanya di perbolehkan naik ke kapal

untuk membawa kapal apabila kapal telah dinyatakan bebas dari

penyakit menular oleh petugas karantina kesehatan (free practique)

dan bendera kuning telah diturunkan.

2) Komunikasi

- Pemilik operator kapal atau nahkoda wajib memberitahukan

rencana kedatangan kapalnya kepada syahbandar utama makassar

dengan mengirimkan telegram radio nahkoda (master cable)

kepada Syahbandar Utama Makassar atau Otoritas Pelabuhan

Makassar melalui Stasiun Radio Pantai dengan tembusan kepada

perusahaan angkutan laut atau agen umum dalam waktu paling

lama 48 (empat puluh delapan) jam sebelum kapal tiba di

pelabuhan.

- Komunikasi sebelum kapal keluar dan atau masuk wajib melapor

kepada Stasiun VTS Makassar.

45
- Komunikasi antara petugas pandu/kapal/motor petugas pandu

dapat menggunakan bahasa inggris dengan radio VHF pada

channel 12.

- Komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu diatas kapal

dilakukan nahkoda harus memberikan keterangan kepada petugas

pandu antara lain, kondisi, sifat, cara, data, karakteristik dan lain-

lain yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.

3) Proses kapal masuk

- Dalam kondisi normal

1. kecepatan kapal di sekitar pelampung suar menuju

pelampung suar pengenal disarankan dengan maneuvering

speed, sampai motor petugas pandu dapat merapat di kapal

untuk menaikkan petugas pandu.

2. Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan

aman sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan

berhasil guna untuk menghindari tubrukan dan dapat

diberhentikan daalam suatu jarak yang sesuai dengan

keadaan dan suasana yang ada.

3. Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghidari tubrukan

jika keadaan mengizinkan, harus tegas, dilakukan dalam

waktu yang cukup lapang dan benar-benar memperhatikan

syarat-syarat kepelautan yang baik.

46
4. Arahkan haluan kapal kearah pelampung suar pengenal

(MPMT) pada posisi 05° 13’ 01.6” LS / 199° 02’ 53.2” BT

dan di tempatkan pelampung suar pengenal pada lambung

kanan/kiri.

5. Setelah melewati MPMT, haluan kapal 76 derajat menuju

pelampung suar No.2 (DSI 4970);

6. Setelah melewati Pelampung Suar No. 2 (DSI 4970),

diarahkan kapal dengan haluan 44 derajat menuju

pelampung suar No.5 (DSI 4980);

7. Setelah kapal melewati pelampung suar no. 5 (DSI 4980),

diarahkan kapal pada haluan 90 derajat menuju di area

labuh untuk menunggu petugas pandu.

8. Setelah kapal melewati pelampung suar No. 4 (DSI 4981),

kapal akan melewati pulau samalona yang merupakan

tempat petugas pandu naik keatas kapal pada pilot boarding

ground pada koordinat 05° 07’00” LS / 119° 21’ 00” BT;

9. Jika kondisi dermaga sedang penuh atau nahkoda

memutuskan untuk berlabuh terlebih dahulu, kapal dapat

berlabuh diarea labuh yang sudah disediakan.

10. Jika proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan

sudah tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga

petugas pandu akan menginformasikan ke kapal bahwa

47
petugas pandu akan naik dan memandu kapal hingga

tambat di pelabuhan :

 Dari pulau samalona (Posisi Pilot Boarding Ground)

diarahkan kapal 90 derajat menuju Rambu Suar

Dam Hijau dan Dam Merah Makassar.

 Setelah melewati kedua Rambu Suar Gawang

tersebut arahkan kapal ke haluan 114 derajat

menuju Pelampung Suar No. 8 (DSI 4985). Dari

Pelampung Suar No. 8 (DSI 4985), kapal dapat

langsung diarahkan ke kolam putar untuk diarahkan

dengan kapal tunda menuju ke dermaga tempat

sandar.

- Dalam kondisi angin diatas normal/kabut/hujan lebat/gelombang

tinggi:

 Kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal

disarankan menggunakan maneuvering speed.

 Untuk memasuki alur pelayaran dalam kondisi kabut/hujan

lebat (Radar/GPS/AIS) dan peralatan navigasi lainnya

secara baik dan tepat guna.

4) Proses kapal keluar

- Petugas pandu melaporkan kepada Syahbandar dan/atau Stasiun

VTS Makassar mengenai draft kapal dan jam kapal mulai dipandu

keluar.

48
- Meminta informasi ke stasiun VTS Makassar mengenai pergerakan

kapan yang keluar dan masuk alur pelayaran di pelabuhan yang ada

di Makassar.

- Setelah melintasi Pelampung Suar No.8 (DSI 4985), diarahkan

kapal ke Rambu Suar Dam Merah dan Dam Hijau Makassar

dengan haluan 294 derajat.

- Setelah melewati Rambu Suar Dam Hijau arahkan kapal dengan

haluan 270 derajat melewati Pelampung Suar No. 9 (DSI 4984)

sampai di Pulau Samalona dan melapor ke kepanduan

menginformasikan kepada motor pandu, persiapan tangga pandu

dan rencana proses penjemputan.

- Sesampainya di Pulau Samalona (Pilot Boarding Ground) petugas

pandu turun dan dijemput oleh motor pandu.

- Selanjutnya nahkoda mengambil alih, arahkan kapal 270 derajat

sampai melewati Pelampung Suar No. 5 (DSI 4980).

- Setelah melewati Pelampung Suar No. 5 (DSI 4980) arahkan kapal

menuju Pelampung Suar No. 2 (DSI 4970), dengan haluan 223

derajat.

- Setelah melewati Pelampung Suar No. 2 (DSI 4970), arahkan kapal

menuju ke Outer Pelampung Suar (MPMT) dengan haluan 258

derajat.

5) Tindakan menghindari tubrukan

49
- Pengaturan tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan

meliputi :

 Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari

tubrukan, jika keadaan mengizinkan harus tegas, dilakukan

dalam waktu yang cukup lapang dan benar-benar

memperhatikan syarat-syarat kepelautan yang baik.

 Setiap perubahan haluan atau kecepatan untuk menghindari

tubrukan, jika keadaan mengizinkan harus cukup besar

sehingga segera menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang

mengamati dengan penglihatan atau dengan radar,

serangkaian perubahan kecil dari haluan dan atau kecepatan

hendaknya di hindari.

 Jika ada ruang gerak yang cukup perubahan haluan saja

mungkin merupakan tindakan yang paling berhasil guna

untuk menghindari perubahan itu dilakukan dalam waktu

yang cukup dini, bersungguh-sungguh dan tidak

mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekati terlalu

rapat.

 Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan

dengan kapal lain harus sedemikian rupa sehingga

menghasilkan pelewatan dengan jarak yang aman, hasil

guna tindakan itu harus dikaji dengan seksama sampai

50
kapal yang lain itu pada akhirnya terlewati dan bebas

sarana sekali.

 Jika kapal mendapat angin dilambung kiri melihat sebuah

kapal diatas dan tidak dapat menentukan dengan pasti

apakah kapal lain itu mendapat angina di lambung kiri dan

kanan, maka kapal itu harus menghindari kapal lain.

- Untuk memenuhi aturan ini sisi atas angina harus dianggap sisi

yang berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada, atau bagi

kapal dengan layar segi empat, adalah sisi yang berlawanan dengan

sisi layar membujur itu berada.

6) Pengaturan penyusulan :

- Setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus menghindari

kapal lain yang sedang disusul.

- Kapal harus dianggap menyusul bilamana sedang mendekati kapal

lain dari arah yang lebih besar daripada 22,5 derajat di belakang

arah melintang, yakni dalam suatu kedudukan sedemikian sehingga

terhadap kapal yang sedang di susul itu pada malam hari kapal

hanya dapat melihat penerangan buritan, tetapi tidak satupun dari

penerangan-penerangan lambungngnya.

- Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang

menyusul kapal lain atau tidak kapal itu beranggapan bahwa

demikianlah halnya yang bertindak sesuai dengan itu.

51
- Setiap perubahan beriringan antara kedua kapal yang terjadi

kemudian tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong

dalam pergertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari

kewajiban untuk menghindari kapal yang sedang disusul itu sampai

kapal tersebut di lewati dan bebas sama sekali.

7) Pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi berhadap-hadapan,

meliputi:

- Bilamana dua kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan-haluan

berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan

bahaya tubrukan, maing-masing harus, mengubah haluannya

kekanan sehingga masing-masing akan berpapasan di lambung

kirinya.

- Situasi demikian itu harus dianggap ada bilamana kapal melihat

kapal lain tepat atau hampir didepan dan pada malam hari kapal itu

dapat melihat penerangan-penerangan tiang kapal lain tersebut

terletak segaris atau hampir segaris atau kedua penerangan

lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra (aspek)

yang sesuai mengenai kapal lain tersebut.

- Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu atas terdapat situasi

demikian, kapal itu harus beranggapan bahwa situasi itu ada dan

bertindak sesuai dengannya.

8) Dalam pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi memotong,

bilamana dua kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan saling

52
memotong sedemikian rupa sehingga akan mengakibatkan bahaya

memotong, mengakibatkan bahaya tubrukan, kapal yang mendapati kapal

lain di sisi kanannya harus menghindar, dan jika keadaan mengizinkan,

dan jika keadaan mengizinkan harus menghindari tindakan kapal

menghindari, setiap kapal yang diwajibkan menghindari kapal lain,

sedapat mungkin melakukan tindakan secara dini dan tegas untuk tetap

bebas sama sekali. Dalam pengaturan tanggung jawab antar kapal

meliputi:

- Kapal bermesin yang sedang berlayar harus menghindari:

 Kapal yang tidak terkendalikan.

 Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas.

 Kapal yang sedang menangkap ikan.

 Kapal layar.

- Kapal yang sedang berlayar harus menghindari:

 Kapal yang tidak terkendalikan.

 Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas.

 Kapal yang sedang menangkap ikan.

- Kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin harus

menghindari:

 Kapal yang tidak terkendalikan.

 Kapal yang olah geraknya terbatas.

- Setiap kapal, kecuali kapal yang tidak dikendalikan atau kapal

yang kemampuan olah geraknya terbatas, jika keadaan mengizikan

53
harus menghindarkan dirinya merintangi jalan amansebuah kapal

yang terkendala oleh saratnya.

- Kapal yang terkendala oleh saratnya harus berlayar dengan

kewaspadaan khusus dengan benar-benar memperhatikan

keadaanya yang khusus itu.

9) Larangan

- Kapal dilarang memasuki alur pelayaran dengan under keel

clearance (UKC) kurang dari 10% dari draft, kecuali atas izin

syahbandar.

- Kapal ikan dilarang menangkap ikan di alur pelayaran.

- Kapal dilarang masuk perairan wajib pandu tanpa mendapat

pemanduan dari petugas pandu.

- Petugas pandu dilarang meninggalkan kapal yang dipandu dalam

kondisi dan situasi pada saat kapal kandas, kapal tubrukan atau

kerusakan mesin/kemudi.

10) Koordinat garis haluan masuk

No Posisi koordinat Haluan


A 05° 13’ 07,5” LS / 199° 02’ 53,2” BT 78°
B 05° 11’ 14,9” LS / 199° 11’ 53,5” BT 44°
C 05° 07’ 03,1” LS / 199° 15’ 53,8” BT 90°
D 05° 07’ 03,2” LS / 199° 23’ 43,9” BT 114°
E 05° 07’ 12,5” LS / 199° 24’ 05,3” BT 58°
F 05° 07’ 05,5” LS / 199° 24’ 16,5” BT 14°
G 05° 06’ 33,8” LS / 199° 24’ 24,2” BT -

(tabel 2 posisi koordint haluan masuk pelabuhan)

54
11) Pilot Boarding Ground pada posisi koordinat 05° 07’ 00” LS / 199° 21’

00” BT.

12) Penempatan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) di Alur Pelayaran

Pelabuhan Makassar.

No SBNP Posisi Koordinat


1 Pelsu MPTP 05° 13’ 01.6” LS / 199° 02’ 53,2” BT
2 Pelsu No. 2 05° 10’ 56.0” LS / 199° 11’ 10.0” BT
3 Pelsu Pamakeke 05° 11’ 42.0” LS / 199° 12’ 48.0” BT
4 Pelsu No. 5 05° 07’ 38,0” LS / 199° 15’ 48,0” BT
5 Pelsu No. 4 05° 06’ 56.0” LS / 199° 17’ 10,0” BT
6 Ramsu Samalona 05° 07’ 30.0” LS / 199° 20’ 20,0” BT
7 Pelsu No. 9 05° 07’ 09.0” LS / 199° 23’ 28,0” BT
8 Ramsu Dan Hijau Makassar 05° 07’ 08.4” LS / 199° 23’ 43,6” BT
9 Ramsu Dam Merah Makassar 05° 07’ 03.4” LS / 199° 23’ 52,3” BT
10 Pelsu No. 8 05° 07’ 06.0” LS / 199° 24’ 05,5” BT
11 Pelsu No. 11 05° 07’ 39.0” LS / 199° 24’ 11,0” BT
12 Pelsu Paotere Merah 05° 06’ 20.0” LS / 199° 24’ 50,0” BT
13 Pelsu Paotere Hijau 05° 06’ 28,0” LS / 199° 25’ 26,4” BT
14 Pelsu Terpencil Taka Bako 05° 08’ 30.0” LS / 199° 22’ 09,0” BT
15 Kardinal Selatan 05° 10’ 20.0” LS / 199° 16’ 18,0” BT
16 Isolated Light Bouy 05° 11’ 41.9” LS / 199° 12’ 34,8” BT

(Tabel 3 SBNP di alur pelayaran Makassar)

55
C. Faktor Penghambat pada Pengawasan Alur Pelayaran

Dalam pengawasan Distrik Navigasi dalam peningkatan pengawasan

survey alur pelayaran, tidak lepas dari berbagai faktor hambatan yang

menjadi penghambat antar lain:

1. Factor Internal

a. SDM

- Terkait dengan kompetensi dan kemampuan dalam

pengawasan alur.

- Hal ini dapat di lihat dari bagaimana tidak maksimalnya

kinerja Distrik Navigasi dalam pengawasan diantaranya, ini

merupakan salah satu faktor penghambat dalam upaya

meningkatkan keselamatan.

b. Peralatan

Peralatan yang kurang memadai atau rusak akan menghambat

pekerjaan. Dalam hal ini tentang peralatan yang dipakai untuk

survey alur pelayaran yang mungkin sudah mulai rusak.

Sehingga menghambat dalam melakukan pekerjaan. Alat- alat

yang digunakan untuk mendukung terlaksananya kegiatan

survey sangat memepengaruhi.

2. Factor Eksternal

56
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan alur

pelayaran dan SBNP. Dalam hal masyarakat yang menempatkan tambat

rumput laut dalam kawasan DLKP (daerah lingkungan kepentingan

pelabuhan) pelabuhan khususnya di area labuh dan area pelayaran.

Adapun masyarakat yang belum menyadarai pentingnya SBNP dimana

terkadang masyarakat merusak / mencuri aki,solar panel, dan suku cadang

SBNP lainnya untuk mereka gunakan demi keperluan pribadi.

57
D. Upaya Distrik Navigasi Dalam Meningkatkan Pengawasan Alur

Berlayar Untuk Keselamatan Berlayar

Untuk meningkatkan pengawasan keselamatan berlayar Kepala Kantor

Distrik Navigasi Kelas I Makassar telah melakukan rapat koordinasi

(rakornis), bertujuan mengonsolidasikan dan mengevaluasi berbagai

permasalahan dan isu strategis yang menjadi tugas dan tanggung jawab kantor

kesyahbandaran utama Makassar terkait dengan masalah pengawasan dan

keselamatan berlayar untuk lebih meningkatkan kompetensi, yaitu:

1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia

Terkait dengan hal ini, kepala kantor meminta agar seluruh jajaran

khususnya yang bertugas dibidang pengamatan laut, untuk terus

meningkatkan pengetahuan, wawasan serta keterampilan untuk

meningkatkan pengawasan keselamatan pelayaran dalam wilayah kerja

navigasi. Dengan melakukan Inspeksi alur pelayaran yang dilaksanakan

secara rutin oleh Kantor Distrik Navigasi Kelas I Makassar dan

Melaksanakan perawatan alur pelayaran dengan kegiatan survey

batimetrik untuk melihat apakah ada kedangkalan baru maupun hambatan

navigasi yang baru di alur pelayaran navigasi tersebut.

2. Meningkatkan Koordinasi Antar petugas

58
Merupakan upaya untuk meningkatkan kerja sama antar aparatur,

bertujuan dengan semakin baiknya koordinasi antar aparatur terkait dalam

peningkatan pengawasan pengamatan laut kedepan pelaksaan tugas

pengawasan keselamatan pelayaran dapat dilakukan secara profesional,

bermoral, produktifitas tinggi, transparan, dan mampu mencapai integritas

pelayanan yang prima.

59
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah membahas tentang kegiatan peningkatan pengawasan

keselamatan berlayar dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Peningkatan pengawasan dalam menentukan alur pelayaran untuk

keselamatan pelayaran bertujuan untuk meningkatkan keselamatan,

keamanan dan ketertetiban kapal-kapal yang akan berlabuh di pelabuhan.

2. Penetapan alur yang ada di pelabuhan Makassar New Port dapat

membantu dan mempercepat pembangunan di sektor transportasi laut

sehingga terciptanya keselamatan dan keamanan berlayar serta membuat

kemajuan transportasi laut di wilayah Sulawesi-selatan secara umum di

kawasan Indonesia timur.

3. Kenavigasian merupakan instansi pemerintah yang bernaung di bawah

Departemen Perhubungan yang merupakan perpanjangan tangan

pemerintah untuk menegakkan peraturan-peraturan pelayaran terhadap

kapal-kapal yang berbendera Indonesia maupun yang berbendera asing.

4. Terwujudnya keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan

lingkungan maritime di perairan Indonesia.

60
5. Mewujudkan ruang perairan dan alur pelayaran yang aman, selamat dan

lancar bagi lalu lintas pelayaran.

B. Saran

Untuk meningkatkan pengawasan keselamatan berlayar pada Kantor

Distrik Navigasi Kelas I Makassar maka penulis sarankan sebagai berikut :

1. Mengingat faktor utama pada kecelakaan kapal adalah faktor sumber daya

manusianya, maka harus selalu meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, baik petugas maupun pekerja di kapal melalui pendidikan dan

latihan.

2. Bidang pengelolaan dan pelatihan tenaga kerja yang mempunyai

kemampuan dan sesuai di bidangnya masing-masing harus lebih

ditingkatkan lagi.

3. Bidang pengawasan harus lebih ditingkatkan, karena kecelakaan yang

disebabkan oleh faktor manusia akibat pengawasan yang kurang baik.

61
DAFTARPUSTAKA

A. Buku-Buku

1. Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: Kp 469

Tahun2015http://dephub.go.id/org/disnavmakassar/profilhttp://dephub.go.i

d/org/disnavmakassar/layananhttp://dephub.go.id/org/disnavmakassar/fasil

itashttps://id.wikipedia.org/wiki/Alur_pelayaran

2. Marpaung, Leden. SH. Tindak Pidana Wilayah Perairan Indonesia, Sinar

Grafika, Jakarta 1993.

3. Purwosutjipto, H.M.N. SH. Hukum Pelayaran dan Perairan Darat.

Jakarta, Djambatan, 2000.

B. Diktat / Bahan Kuliah

1. Hasil praktek kerja lapangan (PKL) pada Kantor Distrik Navigasi Kelas I

Makassar (2021).

C. Intenet

1. http://googleweblight.com/I?U=

2. http://maldini.angklung.web.id/id1/2434-2327/keselamatan-
pelayaran_79522_maldini_angklung.html=id-ID

62
3. https://id.m.wikipedia.org/wiki/alur pelayaran

4. https://ejournal.unsrat.ac.id./index.php/lexetsocientatis/article/download/7
905/7466
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas diri
1. Nama : PUTRI RANI A
2. NIT : 601057
3. Tempat/Tanggal Lahir : POLMAS , 9 AGUSTUS 1999
4. Jenis Kelamin : PEREMPUAN
5. Suku : Makassar
6. Alamat : Jln. Poros Malino Borongloe
7. Agama : Islam
B. Identitas Orang Tua
1. Nama Ayah : RAMLI
2. Nama Ibu : SRIYANI
C. Pekerjaan
1. Ayah : WIRASWASTA
2. Ibu : IRT
D. Pendidikan Formal

63
 SD : SDN BONTOTE’NE
: Tahun 2006 - 2011
 SMP : SMP AISYIYAH SUNGGUMINASA
: Tahun 2015 - 2014
 SMA : SMAN 1 SUNGGUMINASA
: Tahun 2014 - 2017
 Perguruan Tinggi : AMI AIPI MAKASSAR
: Tahun 2018 – Sekarang

Makassar, September 2021

PUTRI RANI A

64
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Apa yang dimaksud ALKI ?

Jawab : ALKI adalah alur laut kepulauan Indonesia.

2. ALKI dibagi menjadi 3 yaitu ?

Jawab :

- ALKI 1 melintasi laut Cina Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa ,

Selat Sunda, dan Samudera Hindia.

- ALKI II melintasi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Laut Flores,

Selat Lombok.

- ALKI III melintasi Samudera Pasifik, Laut Maluku, Laut Seram,

Laut Banda, Selat Ombai, Laut Sawu dan Samudera Hindia.

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan survey hidrografi ?

Jawab :

Survey hidrografi ialah kegiatan-kegiatan pengukuran dan pengamatan

yang dilakukan diwilayah perairan dan sekitaran pantai untuk

menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan bumi terutama

yang digenangi oleh air pada suatu bidang datar (kertas peta yang disajikan

dalam bentuk informasi titik-titik tinggi serta berbagai keragaman diatas

dan dibawah permukaan laut.

4. Apa saja jenis survey hidrografi berdasarkan wilayahnya ?

65
Jawab :

- Survey tepi pantai

- Survey perairan

- Survey lepas pantai

5. Data seperti apa yang didapatkan setelah melakukan survey hidrografi ?

Jawab :

Kedalaman sungai dan laut, kondisi permukaan laut atau sungai dan

mengetahui topografi perairan.

6. Apa tujuan dilakukan survey topografi ?

Jawab :

Bertujuan untuk mencari informasi permukaan tanah. Informasi tersebut

dapat berupa tinggi rendah hingga keadaan fisik dan posisi suatu benda,

baik yang berupa alamiah maupun buatan manusia, di permukaan lahan

yang akan dipetakkan. Survey ini dapat berguna dalam pembuatan peta

topografi. survey topografi biasa dilakukan oleh pekerja konstruksi.

Survey umumnya dilakukan pada bidang datar dengan mengabaikan

kelengkungan bentuk bumi (dengan melakukan perhitungan menggunakan

suatu rumus) karena biasanya kelengkungan bentuk buminya kecil.

7. Jelas yang dimaksud dengan survey batimetri ?

Jawab :

Adalah proses dan aktivitas yang ditujukan untuk memperoleh gambaran

(topografi) dasar perairan (seabud surface). Proses penggambaran dasar

66
perairan tersebut (sejak pengukuran, pengolahan, hungga visualisasi)

disebut dengan survey batimetri.

8. Alat-alat apa saja yang digunakan untuk melakukan survey hidrografi ?

Jawab :

- Sidescan Sonar (alat ini merupakan teknik yang menggunakan

perambatan gelombang suara dibawah air digunakan untuk

petunjuk arah, komunikasi atau mendeteksi kapal-kapal laut.

System sonar dapat diartikan sebagi penentuan posisi dengan

metode akusti

(acoustic location). Penggunaan metode akustik telah digunakan

jauh sebelum adanya teknologi radar.

- Sub-Bottom Profiling merupakan suatu system pengidentifikasi

dan pengukur variasi dari lapisan lapisan sedimen yang ada

dipermukaan air. Sistem akuistik yang digunakan dalam penentuan

sub-bootom profiling hampir sama dengan alat pada echosounder.

Sumber suara memancarkan sinyal secara vertical kebawah

menelusuri air dan receiver memonitor sinyal balikan yang telah

dipantulkan di dasar laut.

- Single-Beam Echosounder merupakan alat ukur kedalaman air

yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan

penerima sinyal gelombang suara.

67
- Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menetukan

kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip

operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa

yang dipancarakan secara langsung kearah dasar laut dan setelah

itu energi akustik dipantulkan kembali ke dasar laut (seabed),

beberapa pancaran suara (beam) secara elektronis terbentuk dengan

menggunakan teknik pemproses sinyal sehingga di ketahui sudut

beam. Dua arah waktu penjalaran antara pengiriman dan

penerimaan dihitung dengan algoritma pendeteksian terhadap dasar

laut tersebut. Dengan mengaplikasikan penjejakan sinar, system ini

dapat menetukan kedalaman dan jarak transveral terhadap pusat

area liputan. Multi-Beam Echosounder dapat mengahasilkan data

batimetri dengan resolusi yang tinggi (0,1 m akurasi vertical dan

kurang dari 1 m akurasi horisontalnya).

9. Apa yang dimaksud dengan Survey Geo-Hidrografi ?

Jawab :

Survey Geo-Hidrografi merupakan kombinasi dari survey geofisika dan

survey hidrgrafi. Survey ini bertujuan untuk menggambarkan permukaan

laut dan mengidentifikasi struktur geologi di bawah dasar laut

menggunakan metode geofisika.

10. Pada saat apa echo-sounder digunakan?

Jawab :

68
Digunakan di selang waktu antara pengiriman dan kedatangan sinyal

denyut dicatat, kemudian digunakan untuk menetukan kedalaman air

berdasarkan kecepatan rambat bunyi dalam air.

11. Apa yang dimaksud dengan bagan pemisah lalu lintas (traffic separation

scheme) ?

Jawab :

Merupakan skema penjaluran yang dimaksudkan untuk memisahkan lalu

lintas kapal arah yang berlawanan dengan tatacara yang tepat dengan

pengadaan jalur lalu lintas.

12. Apa yang dimaksud dengan Rute dua arah ( Two-way Route) ?

Jawab :

Ialah suatu lajur dengan diberikan batas-batas didalamnya dimana

ditetapkan lalu lintas dua arah bertujuan untuk menyediakan lintas aman

bagi kapal-kapal melalui perairan dimana bernavigasi sulit dan berbahaya.

13. Apa yang dimaksud dengan rute air dalam (Deep Water Route) ?

Jawab :

Rute air dalam ialah suatu lajur dengan diberikan batas-batas yang mana

telah di survey dengan akurat untuk jarak batas dari dasar laut dan

rintangan-rintangan bawah air sebagai yang digambarkan peta laut.

14. Jelaskan apa yang dimaksud dengan daerah kewaspadaan (precautionary

area) ?

69
Jawab :

Suatu lalu lintas terdiri dari area yang diberikan batas-batas dimana kapal

kapal harus bernavigasi dengan perhatian utama sekali dan dimana

didalam arah arus lalu lintas telah dianjurkan.

15. Apa yang dimaksud dengan titik pendaratan (Landing Point) ?

Jawab :

Titik pendaratan adalah titik awal dan/atau titik akhir pipa atau kabel

bawah laut dan/atau posisi bangunan dan fasilitas utama kegiatan.

16. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bangunan lepas pantai ( offshore?

Jawab :

Bangunan utama yang mendukung proses eksplorasi atau kegiatan

eksploitasi pada kegiatan minyak dan gas bumi yang tidak termasuk dalam

kategori terminal khusus atau terminal untuk kepentingan sendiri yaitu

anjungan lepas pantai (platform), Tension leg Platform (TLP), Drilling

platform, production/treatment platform, floating production unit (FPU),

mobile offshore drilling unit (MODU), sumur pengeboran (wellhead

platform), sumur pengeboran bawah air (subsea wellhead platform), pipe

line end manifold (PLEM) serta bangunan lain yang mendukung proses

eksplorasi atau eksploitasi kegiatan mineral alam serta energy lainnya.

17. Jelaskan area yang harus dihindari (area to be avoide) ?

Jawab :

70
Suatu lalu lintas yang terdiri dari area dengan di beri batas-batas di

dalamnya yang mana salah satu sisi navigasi amat serius berbahaya atau

pengecualian penting untuk menghindari bahaya kecelakaan dan yang

mana harus di hindari oleh semua kapal-kapal atau ukuran-ukuran kapal

tertentu.

18. Daerah apa saja yang harus dihindari ( area to be avoide ) ?

Jawab :

- lokasi labuh jangkar yang telah ditetapkan

- lokasi yang dilindungi

- kondisi dari dasar laut yang tertera di peta laut dan bahaya-bahaya

navigasi.

19. Jelaskan apa yang dimaksud dengan daerah putaran (roundabout) ?

Jawab :

Suatu jalur tertentu terdiri dari sebuah titik pemisah atau edaran bagan

pemisah dan edaran jalur lalu lintas dalam batas-batas di tentukan. Lalu

lintas dalam roundabout adalah dibatasi oleh gerakan dalam berlawanan

arah jarum jam sekitar titik batas pemisah area.

20. Pada kegiatan perencanaan pembangunan alur pelayaran sebagaimana

yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a, apa saja yang perlu di

perhatikan?

Jawab :

71
- penataan jalur yang sempit

- titik mati (point of no return)

- lebar alur satu arah, lebar dalam belokan-belokan alur

- lebar alur dua arah dan daerah olah gerak.

21. Kegiatan pembangunan alur pelayaran di laut sebagaiman dimaksud dalam

pasal 5 ayat (2) huruf b meliputi ?

Jawab :

- survey hidro-oceanografi

- penyusunan desain teknis

- penyusunan metode kerja dan

- penempatan sarana bantu navigasi-pelayaran.

22. Menurut pasal 5 ayat (2) huruf c dalam Peraturan Menteri Perhubungan

Republik Indonesia Nomor PM 129 Tahun 2006 tentang alur pelayaran di

laut dan bangunan dan/atau instalasi di perairan. Kegiatan pengoperasian

meliputi apa ?

Jawab :

- penetapan system rute

- tata cara berlalu lintas

- penetapan sarana bantu navigasi pelayaran

- pemuatan ke dalam peta laut dan buku petunjuk pelayaran dan

diumumkan oleh instansi yang tugas dan tanggung jawabnya di

bidang pemetaan laut.

72
23. Badan usaha yang dapat diikut sertakan dalam pembangunan,

pengoperasian dan pemeliharaan alur pelayaran di laut adalah ?

Jawab :

Terminal khusus yang di kelola oleh badan usaha dan badan usaha yang

sudah mendapat izin dari menteri.

24. Apa yang harus di pertimbangkan dalam penetapan tata cara berlalu

lintas ?

Jawab :

a. Kondisi alur pelayaran

b. Kepadatan lalu lintas

c. Kondisi dan ukuran sarat (draught) kapal

d. Arus pasang surut dan

e. Kondisi cuaca.

25. Untuk kepentingan keselamatan dan kelancaran berlayar pada perairan

tertentu di tetapkan system rute yang meliputi ?

Jawab :

- Bagian pemisah lalu lintas (traffic separation scheme)

- Rute dua arah (two way routes)

- Garis haluan yang dianjurkan (recommended tracks)

- Rute air dalam (deep water routes)

- Daerah yang harus dihindari (area to be avoided)

- Daerah lalu lintas pedalaman (inshore traffic zones)

- Daerah kewaspadaan (precaution areas)

73
- Daerah putaran (roundabouts).

26. Apa saja factor-faktor yang harus di perhitungkan untuk penetapan system

rute untuk kepentingan keselamatan dan kelancaran berlayar di perairan

tertentu ?

Jawab :

- Keberadaan system rute di area yang akan di tetapkan.

- Keadaan traffic kapal dan kemungkinan perubahan kondisi trafik

- Keberadaan area penangkapan ikan

- Keberadaan serta kemungkinan perkembangan eksplorasi lepas

pantai, eksploitasi sea bed dan subsoil.

- Keandalan sarana bantu navigasi pelayaran hidrigraphic survey dan

peta laut.

- Keberadaan serta kemungkinan perkembangan daerah konservasi.

27. Sesuai dengan pengertian garis haluan yang dianjurkan (recommended

tracks) dimana fungsinya untuk memastikan kapal bebas dari bahaya dan

disarankan untuk melintasinya harus di terapkan untuk ?

Jawab :

- Panduan nahkoda kapal saat memasuki alur pelayaran dilaut.

- Garis panduan yang ditetapkan pada peta laut.

- Menunjukan titik kritis dari satu belokan dan

- Memperjelas rute yang aman untuk kapal.

28. Apa yang dimaksud dengan Cast Off ?

Jawab :

74
Cast off adalah salah satu istilah dalam olah gerak kapal berangkat atau

lepas dari tempat tambat (unberthing). Cast off artinyya semua tali tambat

(mooring lines) sudah di lepas (let go).

29. Jelaskan yang dimaksud dengan OHN (one hour notice) ?

Jawab :

OHN (one hour notice) adalah pemberitahuan ke kamar mesin untuk

menyiapkan mesin dan segala sesuatunya untuk keperluan olah gerak

kapal tiba, sandar, atau berangkat. Buku OHN diedarkan oleh AB jaga

untuk di tandatangani oleh Nahkoda, Mualim, KKM, Masinis, Mandor,

Bosun. Setelah buku OHN ditandatangani tiap unit menuju posisinya.

30. Apa-apa saja yang disiapkan di anjungan?

Jawab :

- Mencocokan jam anjungan dan kamar mesin.

- Tes telegraf

- Tes kemudi

- Standby vhf radio

- Standby radar.

31. Apa tujuan dilakukannya tes engine?

Jawab:

Tes engine dilakukan jika akan olah gerak sandar dari berlabuh atau akan

meninggalkan dermaga (berangkat). Pelaksanaan tes engine harus di

koordinasikan dengan anjungan karena menyangkut keselamatan.

75
32. Jelaskan arti istilah drop anchor, let go anchor, heave up anchor, anchor

aweigh, dan anchor up?

Jawab :

- Drop anchor adalah perintah lego jangkar.

- Let go anchor adalah perintah lego jangkar berlabuh.

- Heave up anchor adalah perintah untuk hibob jangkar.

- Anchor aweigh adalah jangkar mengantung lepas dari dasar.

- Anchor up adalah jangkar sudah naik di permukaan air.

33. Apa saja yang istilah umum olah gerak kapal sandar?

Jawab :

- First line adalah first line tp shore, tali pertama terikat di darat atau

dermaga.

- In position adalah kapal sudah berada di posisi yang diinginkan.

- All fast adalah semua tali sudah terikat sandar sempurna.

- Few adalah finished with engine, olah gerak kapal selesai, mesin

dimatikan.

34. Istilah-istilah apa saja yang digunakan pada olah gerak kapal berangkat?

Jawab :

- Single up adalah tali-tali di lepass, disisakan 1 tros dan 1 spring

depan dan buritan.

76
- Let go all lines adalah perintah lego semua tali.

- Cast off semua tali sudah di lego, kapal lepas dari dermaga

unberthed dan unmoored.

- Full away adalah kapal berlayar dengan kecepatan penuh. BOSV

(begin of sea voyage atau awal pelayaran) kamar mesin mengganti

minyak dari HSD dan HFO.

35. Apa yang dimaksud dengan SBNP?

Jawab :

SBNP merupakan fasilitas keselamatan pelayaran yang meyakinkan kapal

untuk berlayar dengan selamat, efisien, menetukan posisi kapal,

mengetahui arah kapal yang tepat dan mengetahui posisi bahaya dibawah

permukaan laut dalam wilayah perairan laut yang luas.

36. Apa yang dimaksud dengan Menara suar?

Jawab :

Menara suar merupakan salah satu sarana bantu navigasi pelayaran

(SBNP) utama yang terus ditingkatkan keandalannya. Ini perlu untuk

mendukung keselamatan dan keamanan pelayaran serta kelancaran lalu

lintas pelayaran.

37. Ada berapa instalasi yang termasuk wilayah kerja Distrik Navigasi Kelas

I Makassar sebutkan dan jelaskan?

Jawab :

- Instalasi Menara suar

77
Melaksanakan pengoperasian dan pengawasan instalasi Menara

suar 16 unit, rambu suar 109 unit dan pelampung suar 17 unit.

- Instalasi telekomunikasi pelayaran

Melaksanakan pengoperasian instalasi SROP sebanyak 5 lokasi

dan 1 VTS yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota di

Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

- Instalasi Kapal Negara

Melaksanakan pengoperasian kapal negara yang terdiri dari 2 unit

kapal negara kelas I (KN. De Brill dan KN. Mengkara), 1 Unit

kapal negara kelas III (KN. B-120), 1 unit kapal negara kelas V

(KN. Cape William) dan 2 unit kapal cepat (rigid inflatable boat).

- Instalasi Bengkel

Melaksanakan pengoperasian instalasi bengkel yaitu bengkel

navigasi kelas I makassar sebanyak 1 unit dan fasilitas pangkalan

kenavigasian.

- Instalasi Laboratorium dan Pengamatan Laut

Melaksanakan kegiatan pengamatan laut, survey hidrografi serta

pemantauan alur dan perlintasan.

- Adapun kedudukan telekomunikasi pelayaran terdiri dari SROP

dan VTS yang dijelaskan sebagai berikut:

 SROP penerima (RX) dan Pemancar (TX) kelas I

Makassar.

78
 SROP kelas III Pare-pare

 SROP kelas IV Mamuju

 SROP kelas IV Palopo

 SROP kelas IV Selayar dan

 Stasiun VTS Makassar.

- Telekomunikasi pelayaran yaitu setiap pemancar, penerimaan atau

penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara dan informasi dalam

bentuk apapun melalui system kawat, optik,radio atau lainnya.

38. Apa saja alat-alat navigasi?

Jawab :

- Peta

- Kompas

- Sextans

- Binoarculs

- GPS

- Radar

- EPIRB

- Navtex

- GDMSS

- Echo Sounder

39. Apa yang dimaksud dengan pelampung suar?

Jawab :

79
Pelampung suar adalah alat pembantu navigasi yang sangat penting bagi

para navigator untuk memasuki wilayah perairan suatu pelabuhan.

Pelampung suar menunjjukan arah pelayaran yang harus diikuti adalah sisi

sesuai mata angin (selatan,utara,timur dan barat).

40. Jelaskan sistem pelampung lateral dan kardinal?

Jawab :

- Sistem pelampung lateral adalah pelampung yyang menunjukan

arah sisi kanan dan kiri lambung kapal untuk menujjukan sisi

perairan yang aman dilayari oleh kapal-kapal. Sistem A region ini

yang digunakan kebanyakan maritime termasuk Indonesia.

- Sistem pelampung cardinal adalah rambu suar yang menujjukan

posisi dan arah pelayaran yang ditandai sebagai tempat yang harus

duhindari sesuai sisi mata angin (utara,selatan,timur dan barat) dari

pelampung tersebut ditempatkan. Pelampung suar dengan system

cardinal juga dilengkapi dengan lampu suar dengan pencahayaan

warna putih dengan ritme cahaya lampu khusus untuk tanda cahaya

berkedip dapat didefinisikan lampu suar dengan cahaya antara

jedah yaitu 60 kedipan atau 50 kedipan permenit. Bila berkedip

cepat – 120 atau 100 kedipan dalam 1 menit.

41. Apa yang dimaksud dengan IALA?

Jawab :

International Assosiation of Lighhouse Authorities (IALA) adalah suatu

badan dunia non pemerintah yang bersama para wakil dari negara-negara

80
penyelenggara Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) untuk saling

tukar informasi dan merekomendasikan improvisasi-inprovisasi untuk

Sarana Bantu Navigasi Pelayaran berdasarkan teknologi terkini.

42. Sebutkan jenis-jenis Sarana Bantu Navigasi Pelayaran?

Jawab :

- Sarana Bantu Navigasi Pelayaran visual

- Sarana Bantu Navigasi Pelayaran elektronik dan

- Sarana Bantu Navigasi Pelayaran audible

43. Apa saja fungsi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran?

- Menentukan posisi dan haluan kapal

- Memberitahukan adanya bahaya atau rintangan pelayaran

- Menunjukan batas-batas alur pelayaran yang aman

- Menandai garis pemisah lalu lintas kapal

- Menunjukan kawasan atau kegiatan khusus di perairan dan

- Menunjukan batas wilayah suatu negara.

44. Pemberitahuan adanya bahaya atau rintangan pelayaran sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf b, berupa ?

Jawab :

- Bangunan atau instalasi

- Rintangan alam

- Kerangka kapal.

45. Bangunan atau instalasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a,

meliputi ?

81
Jawab :

- Anjungan lepas pantai (platform)

- Tangki penampung terapung (floating production storage oil)

- Pipa atau kabel bawah air

- Tiang penyanggah atau jembatan dan

- Oil well head.

46. Rintangan alam apa saja yang dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi ?

Jawab :

- Gosong dan

- Karang timbul.

47. Sarana Bantu Navigasi Pelayaran visual sebagaimana dimaksud dalam

pasal 2 ayat (1) huruf a dapat dikenali pada siang hari dan malam hari

yaitu?

Jawab :

- Pada siang hari dari warna, tanda puncak,bentuk bangunan,kode

huruf dan angkanya.

- Pada malam hari dari irama dan warna cahayanya.

48. Apa saja persyaratan dan standar wajib yang di penuhi Sarana Bantu

Navigasi Pelayaran?

Jawab :

Teknis, alat penunjang perlengkapan dan penempatan.

49. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi?

Jawab :

82
a. Peta yang menggambarkan batas-batas wilayah daratan dan

perairan dilengkapi titik-titik kordinat geografis.

b. Peta laut yang menggambarkan titik kordinat lokasi akan

dibangun.

c. Peta batimetrik yang diperuntukkan untuk mengetahui kondisi

kedalaman dan kondisi dasar laut lokasi yang akan dibangun.

d. Hassil survey hidrografi, kondisi pasang surut dan kekuatan arus.

e. Dimensi kapal yang akan keluar dan masuk pada alur pelayaran.

f. Posisi kordinat yang gambaran tata letak dermagabeserta

fasilitasnya dan,

g. Rencana induk pelabuhan bagi kegiatan yang berada di dalam

daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan

pelabuhan.

50. Badan usaha yang diberikan izin untuk pengadaan sarana bantu navigasi

pelayaran sebagaimana dimaksud pada pasal 15 yaitu?

Jawab :

- Memelihara dan merawat sarana bantu navigasi pelayaran

- Menjamin keandalan sarana bantu navigasi pelayaran dengan

standara yang ditetapkan dan,

- Melaporkan setiap bulan tentang pengoperasian sarana bantu

navigasi pelayaran kepada Direktur Jenderal.

83
L

84
I

( Gambar Alur Pelayaran Pelabuhan Soekarno Hatta dan MNP)

85
( Standar Operasional Procedur Penerimaan PNBP)

86
( Tarif Jasa PNBP VTS)

87
88
(Surat Pemberitahuan Kedatangan Kapal (PKK)

89
(Bukti Pembuatan Tagihan PNBP (e-billing)

90
( Nota Tagihan Jasa Pengguna Kenavigasian)

(Kuitansi Tagihan Jasa Pengguna Kenavigasian)

Dokumentasi :

91
(kegiatan melayani pengguna jasa kenavigasian)

( Kegiatan memantau kapal yang akan berlabuh di Pelabuhan yang ada di


Makassar )

92
( dokumentasi dengan staf vts makassar )

( dokumentasi dengan staf laboratorium pengamatan laut )

93
( dokumentasi pegawai yang ikut survey alur pelayaran di MNP )

( dokumentasi loket pembuatan PNBP )

94
( dokumentasi dengan pembimbing PKL di bagian operasi )

(dokumentasi dengan Bapak Kadisnav beserta jajarannya)

95
(Dokumentasi Penyerahan Sertifikat dengan Ibu Hj. Sitti Munira., S.E.,M.M
selaku Kepala Bagian Tata Usaha)

(dokumentasi dengan pegawai disnav sekaligus senior aipi)

96

Anda mungkin juga menyukai