Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PARIWISATA PEDESAAN

"Desa Wisata Tanjung Luar"

Dosen Pengampu: Herman Supriadi, MA.

Disusun Oleh:

1. Anipatun Zahidah 220204002

2. Doni Kusuma 220204006

3. Sheryl Salsabilia Sugiarto 220204026

4. Vina Rohidatul Aini 220204029

Program Studi Pariwisata

Fakultas Bahasa Seni dan Humaniora

Universitas Hamzanwadi

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga tugas ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar tugas ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
tugas ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini.

Pancor,17 Mei 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

1.PENDAHULUAN ....................................................................................................................

2. SEJARAH ...............................................................................................................................
.......................................................................................................................................................

3. PROFIL DESA.........................................................................................................................

A.DEMOGRAFI ..............................................................................................................

B.KONDISI GEOGRAFIS ..............................................................................................

4. AKSESIBILITAS DESA .........................................................................................................

5. FASILITAS PARIWISATA ....................................................................................................

6. ATRAKSI

A.BUDAYA .....................................................................................................................

B.JENIS-JENIS KEGIATAN WISATA DESA ..............................................................

C.ALAM ..........................................................................................................................

7. USAHA-USAHA BERBASIS PARIWISATA .......................................................................

8. PENUTUP ................................................................................................................................

9. REFERENSI ............................................................................................................................
1. PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan diluar kegiatan sehar-hari. Pariwisata


merupakan perpindahan atau perputaran dari satu titik tertentu dan akan kembali lagi ke titik
semula, sehingga bernilai suatu perjalanan yang berputar (Wirawan dkk, 2022). Melalui
pariwisata kita mendapatkan suasana atau sesuatu yang baru yang tidak kita dapatkan di
kehidupan sehari-hari kita dan tentunya kita bisa menikmati objek yang menjadi wisata
tersebut.

Pariwisata banyak memberikan dampak terhadap kehidupan terutama pada kehidupan


masyarakat di sekitar tempat wisata maupun negara. Sehingga dengan semakin
berkembangnya pariwisata di era modern ini semakin banyak juga program yang dibuat untuk
menjadikan wisata yang dimiliki semakin dikenal dan menguntungkan. Pariwisata sekarang
bukan hanya mencakup tentang pantai, gunung, budaya, penginapan atau yang hanya
menguntungkan bagi perkotaan. Namun, pariwisata sekarang membuat suasana baru dengan
menjadikan pedesaan sebagai wisata atau bisa kita sebut sebagai desa wisata.

Desa wisata merupakan suatu konsep pengembangan pariwisata yang berfokus pada
pengembangan potensi wisata di suatu desa. Desa wisata tidak hanya menawarkan atraksi
wisata, tetapi juga melibatkan partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaan dan
pengembangan pariwisata. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
melalui pengembangan pariwisata yang berkelanjutan ( (Nugraheni & Aliyah, 2020)Ritchie
dan Crouch,2003). Jadi, dengan adanya program desa wisata ini dapat menjadikan masyarakat
yang ada di desa tersebut bisa berinteraksi dengan wisawatan luar tanpa menghilangkan
budaya atau tradisi yang mereka miliki. Dan dengan program ini juga membuat para
pemerintah dan masyarakat harus tetap menjaga keindahan atau keaslian yang dimiliki oleh
desa tersebut. Sehingga bisa mendapatkan keuntungan baik dari segi perekonomian maupun
yang lainnya.
Nusa Tenggara Barat adalah provinsi yang menyimpan banyak tempat-tempat wisata.
Sehingga tidak heran jika banyak turis luar maupun lokal yang menjadikan lombok adalah
tujuan wisata mereka. Pemandangan alam yang indah dan alami adalah alasan lombok ini
menjadi tujuan berwisata. Seperti halnya di kabupaten Lombok Timur dimana kabupaten ini
masih kental akan kehidupan pedesaan mereka dan tentu saja memiliki pemandangan yang
masih alami sehingga tidak heran jika di kabupaten ini banyak terdapat desa wisata salah
satunya adalah desa Tanjung Luar. Tanjung luar merupakan desa yang terletak di kecamatan
Keruak kabupaten Lombok Timur. Tanjung Luar merupakan desa heterogen yang dihuni oleh
berbagai suku dengan bahasa yang berbeda-beda. Namun, mereka tetap hidup berdampingan,
rukun dan damai. Suku mayoritas di Tanjung Luar adalah suku Mandar, Bugis, Bajo (Sama)
Makasar sedangkan suku minoritasnya adalah suku Sasak dan Jawa (Syahdan, 2021).

2. SEJARAH DESA TANJUNG LUAR

Desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara
Barat adalah sebuah desa pantai yang landai. Desa ini terletak di pesisir selatan Kecamatan
Keruak Lombok Timur atau tepatnya pada titik 116°31'06"BT dan 8°46'32"LS. Sebelum
dimekarkan pada tahun 2011, wilayah desa Tanjung Luar lumayan luas, namun setelah
menjadi Desa Ketapang Raya dan Desa Pulau Maringkik maka sisa wilayahnya kurang lebih
1,06 km². Dengan jumlah penduduknya 8.600 jiwa, desa ini termasuk desa yang padat
penduduknya. Jarak desa Tanjung Luar dengan ibu kabupaten adalah 18 km dan jarak dari ibu
kota provinsi adalah 78 km. Desa Tanjung Luar yang penduduknya sebagian besar nelayan
kecil mempunyai sejarah yang panjang,unik dan penuh romantika. Sejarah yang panjang
karena sejak tahun 1840-an nama Tanjung Luar sebetulnya sudah ada tapi disebut TANJOH.
Mengapa disebut TANJOH?

Menurut cerita Embok-embok (Kakek=Bahasa Bajau). Dahulu kala di tepi pantai bagian
selatan tumbuh sebatang pohon Tanjung (Mimusops Elengi=Bahasa Latin) yang besar dan
rimbun. Di bawah pohon itulah nelayan biasa berteduh dan membangun dangau-dangau
(Babaroh=Bahasa Bajau). Belum ada kampung pada waktu itu. Tanah kosong di sekitar
pohon Tanjung disebut Uma (ladang). Kampung-kampung justru menjamur di pesisir barat
Teluk Pidjoe karena di Teluk Pidjoe dibangun pelabuhan yang cukup ramai menandingi
pelabuhan Tanjung Karang dan Ampenan di Lombok Barat. Pelabuhan ini diberi nama Baai
Van Pidjoe (Baai dalam bahasa Belanda berarti teluk). Pelabuhan ini dibangun sekitar tahun
1840-an. Di sepanjang pesisir barat Baai Van Pidjoe bermunculan kampung-kampung seperti
kampung Pidjoe, Baru Mulut, Kedome, Petirok, Pepale, Runtak, Pelaba, Tembaraij-eleh dll.

Tahun 1836 tidak kurang dari 18 kapal dagang Inggris berlabuh di pelabuhan Ampenan dan
Tanjung Karang Lombok Barat. Lidah Bajau tidak fasih menyebut akhiran UNG. Kata jagung
mereka sebut jagoh. Kata kangkung mereka sebut kangkoh. Kata Manurung disebut Manuroh.
Kata Tanjung mereka sebut TANJOH. Sampai hari ini warga Tanjung Luar menyebut desa
mereka dengan TANJOH. Disinilah letak keunikannya. Bisa dibayangkan berapa orang warga
di dusun TANJOH pada waktu itu. Kampung Pidjoe di kawasan pelabuhan Baai Van Pidjoe
saja pada tahun 1855 penduduknya kurang lebih hanya 50 kepala keluarga. Kepala
kampungnya bernama Uwak Boelin. Panggilan Uwak berarti bapak dalam bahasa Bajau.
Setelah pelabuhan Baai Van Pidjoe makin ramai maka penduduk Tanjoh mulai meningkat.
Pemerintah Hindia Belanda perlu menunjuk seorang kepala kampung atau kepala suku yang
disebut Kapitan (lidah Bajau menyebutnya Kapitah). Pada waktu itu diangkatlah Daeng
Abdul Rahim sebagai Kapitah Tanjoh.

Daeng Abdul Rahim ditunjuk sebagai Kapitah Tanjoh pada saat kepala distrik Sakra dijabat
oleh Mamiq Kertawang (1895). Waktu itu tepat pada tanggal 27 April 1895, Residen
Dannenberg menggelar rapat bersama asisten dan kontroleur untuk menata administrasi
pemerintahan Hindia Belanda di Lombok Timur khususnya.

Teluk Pidjoe (Pijot) berada di antara dua tanjung kecil yaitu Tanjung Pelaba di selatan dan
Tanjung Luar di utara. Tanjung yang lebih besar ada di sebelah timur Tanjung Pelaba yaitu
Tanjung Ringgit. Nama Tanjung Luar diambil dari tanjung yang ada, bukan diambil dari nama
pohon tanjung yang besar yang tumbuh di tepi pantai. Kapal layar vinisi dan sekunar Cina bisa
masuk ke pelabuhan Baai Van Pidjoe tapi kapal api milik Belanda atau kapal api dagang
lainnya, Lego jangkar di luar Baai Van Pidjoe. Muatan kapal api diangkut ke darat
mempergunakan perahu khusus yang disebut Jukung. Perahu Jukung adalah perahu kecil
bercadik satu (di sebelah kiri) atau bercadik dua (kiri dan kanan). Itulah sebabnya teluk yang
berada di dalam Tanjung Ringgit dinamakan Teluk Jukung. Pelabuhan Van Pidjoe pernah sepi
akibat adanya peperangan dan sering terjadi perompakan di Selat Alas. Maka ketika Bali dan
Lombok sudah dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1898 serta perang Gandor
1897 di bawah pimpinan Raden Wirasasih dan Mamiq Mustiasih di Lombok Timur sudah
berhasil dipadamkan maka Belanda merasa aman dan mulai fokus kepada pembangunan.

Puang Mangimbari menikah dengan gadis Sakra Dende Halimah keluarga Mamiq Mustiarep
(Kepala Distrik Sakra). Puang Mangimbari berasal dari desa Tanjoh yang bermukiman di
Tanjoh pada tahun 1817 dan membuat rumah di kampung Uma ( Kampung Koko sekarang).
Ikatan batin antara Sakra dan Tanjung Luar tetap terpelihara. Ketika Mamiq Mustiarep
menjadi kepala distrik Sakra, yang ditunjuk menjadi Kapitah adalah Daeng Haji Abdul Karim
bin Daeng Muh. Hasan melanjutkan jabatan Kapitah sebelumnya yaitu Daeng Abdurrahim bin
Daeng Mattayang. Sabtu,27 Agustus 1898 Daeng Haji Abdul Karim alias Daeng Mazakari
diangkat menjadi kepala desa (kapitan) Tanjoh. Maka Daeng Haji Abdul Karim adalah kapitan
resmi yang ditunjuk setelah Lombok Timur menjadi Onder Afdeling. Berarti beliau adalah
Kapitah Tanjoh yang kedua. Sejak Daeng Abdul Karim menjadi Kapitah, maka nama Tanjung
Luar mulai terkenal. Warga Sulawesi mulai memboyong keluarganya ke Lombok Timur
khususnya Tanjung Luar, diantaranya keluarga Daeng Haji Ibrahim yang mulai berdakwah di
Tanjung Luar sekitar tahun 1899. Beliau tuan guru pertama di Tanjung Luar yang dekat
hubungannya dengan Tuan Guru Oemar Kelayu.

Setelah TGH. Ibrahim wafat pada hari Sabtu,13 Mei 1939 bertepatan dengan tanggal 23
Rabiulawwal 1358 H. Dakwah dilanjutkan oleh putranya bernama TGH. Muhsin. TGH.
Muhsin yang kesehariannya dipanggil Mbo Tuan wafat pada hari Senin 21 Februari 1966
bertepatan dengan tanggal 30 Syawal 1358 H. Kegiatan dakwah dilanjutkan oleh salah
seorang beliau bernama TGH. Muhammad Aminullah dengan metode pendidikan modern
dengan mendirikan Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan yang semula pendidikan dilaksanakan
di santren Nurul Ihsan kampung Koko.

Dengan telah tersusunnya hirarki pemerintahan di Lombok Timur sampai tingkat desa bahkan
dusun (dijabat oleh keliang) termasuk desa Tanjung Luar maka pemerintah Hindia Belanda
mulai fokus pada perdagangan. Untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan Baai Van Pidjoe,
para penguasa yang terdiri dari Residen Bali-Lombok, asisten residen Lombok dan Controleur
Timur sepakat untuk memindahkan pelabuhan Baai Van Pidjoe dari dalam teluk ke luar teluk
di sebelah tanjung yaitu Tanjung Luar. Maka dibuatlah dermaga kayu dilengkapi dengan
kantor bea cukai (Douane) yang orang Tanjung Luar menyebutnya Bale Boom (Bale Boom ini
masih kokoh berdiri sampai tahun 1982 dan dimanfaatkan oleh Dinas Perikanan Provinsi
NTB). Kantor ini juga disebut De Dienst Der Invoer en Uitvoer Rechten en Accijnzen.

Serangkaian dengan peresmian pelabuhan Tanjung Luar, pemerintah Hindia Belanda


sekaligus melantik kapitan Tanjung Luar yaitu Daeng Haji Abdul Karim. Peresmian
pelabuhan Tanjung Luar dimeriahkan dengan upacara Selamatan Pelabuhan (Nyalamaq
Palabuang, bahasa Bajau) dan hiburan pencak silat diiringi gandah (gendang) pencak
pasarone yang sampai hari ini upacara adat tersebut masih dilaksanakan oleh nelayan desa
Tanjung Luar. Peresmian desa Tanjung Luar itu berlangsung pada hari Rabu 9 Januari 1907
bertepatan dengan tanggal 23 Dzulqaidah 1324 H. Itulah hari jadinya desa Tanjung Luar.
(Saifullah, 2023)

3. Frofil Desa Tanjung Luar

A. Kondisi Geografis

a. Data Demografi Desa

Desa Tanjung Luar merupakan salah satu Desa Pesisir yang ada di Kecamatan Keruak,
yang mempunyai Luas wilayah 106.985 Ha, dan Jumlah penduduknya 8.612 Jiwa dari
2.511 Kepala Keluarga dengan rincian Laki-Laki : 4.347 Jiwa dan Perempuan 4.265
Jiwa , Desa Tanjung Luar terbagi menjadi 7 Kewilayahan:

(1) Wilayah : Toroh Selatan

(2) Wilayah : Toroh Tengah

(3) Wilayah : Kampung Tengah

(4) Wilayah : Kampung Koko

(5) Wilayah : Kampung Muhajirin

(6) Wilayah : Kampung Baru Selatan

(7) Wilayah : Kampung Baru

Sebagian besar Desa Tanjung Luar merupakan daerah Daratan rendah berkisar antara 1-
1,5 meter dari permukaaan laut dan berada di pesisir pantai timur Pulau Lombok di
Wilayah Kabupaten Lombok Timur, dengan rata-rata curah hujan 1000 s/d 2000
mm/Tahun dengan suhu udara rata-rata 310 C/840F, dengan batas-batas Desa sebagai
berikut:

(1) Sebelah Selatan: Desa Ketapang Raya

(2) Sebelah Barat : Desa Pijot

(3) Sebelah Utara : Desa Pijot

(4) Sebelah Timur: Selat Alas

Jarak Tempuh antara Pemerintah Desa dengan Kecamatan 5 Kilo Meter, dan ke
Pemerintah Kabupaten 18 Kilo Meter, dan ke Pemerintah Provinsi 57 Kilo Meter.
B. Data Demografi

a. Kemasyarakatan

Masyarakat Desa Tanjung Luar berasal dari berbagai Suku dan Ras yang tersebar
diseluruh Wilayah Desa Tanjung luar dan beragam bahasa antara lain, Bahasa Bajo,
digunakan sebagai bahasa sehari-hari, Bahasa Sasak, Bahasa Bugis, Bahasa Mandar, Jawa
dan Madura dan lain-lain. Dengan kata lain Masyarakat yang majmuk. Asal Suku dan Ras
Masyarakat Tanjung Luar berasal dari Daerah Sulawesi Selatan yang dikenal dengan
Pelaut, sehingga sebagian besar Penduduk Desa Tanjung Luar mempunyai mata
pencaharian Nelayan.

b. Gambaran Umum Hasil Perikanan

Hasil Laut adalah merupakan Perimadona yang dapat dikembangkan baik dari sector
Lokal maupun Nasional, hasil laut yang sangat menonjol adalah hasil laut jenis Ikan
Cumi-cumi, Lemuru, Tongkol, Cakalan, Ikan Hiu dan hasil Budidaya Lobster serta
Budidaya Rumput Laut. Pada Tahun 1980 jenis Ikan Cumi-cumi pernah menembus
pasaran Nasional dan Negara Asia seperti Negara Cina, Korea, Hongkong dan Jepang.

1) Jumlah Nelayan Desa Tanjung Luar sebesar : 4.571 orang yang terdiri :

a. Nelayan Pemilik : 2.975 Orang

b. Pengusaha Nelayan : 46 Orang

c. Buruh atau Bakul : 1. 570 Orang

2) Jumlah Armada Perikanan sebesar : 1.100 unit, terdiri dari :

a. Perahu tanpa Motor : 40 unit

b. Perahu Motor Tempe l : 800 unit

c. Kapal Motor 3 10 GT : 260 unit


d. Sampan Ketinting : 1.505 unit

3) Jumlah Alat tangkap sebesar 1.888 unit, terdiri dari :

a. Jala Oros : 239 unit

b. Jala Rumpon: 100 unit

c. Jaring Klitik : 91 unit

d. Jaring Lingkar Apung : 10 unit

e. Jaring Tasi bendera : 95 unit

f. Gill Net : 57 unit

g. Gill Net ( Hanyut ) : 138 unit

h. Mini Purse Saine : 80 unit

i. Pancing Tonda : 380 unit

j. Rawe Permukaan : 97 unit

k. Rawe Dasar : 155 unit

l. Pancing Tangan : 260 unit

m. Bagan Tancap : 20 unit

n. Pukat Pantai : 4 unit

o. Jaring Teri : 55 unit

p. Lain-lain : 7 unit

c. Gambaran umum
1) Bidang Pemerintahan

Data-data penyelenggaraan Administrasi Desa

Nama-nama kepala desa, sekertaris desa dan perangkat desa

No Nama Jabatan Alamat

1. Mukti Ali Kepala Desa Toroh Selatan

2. Yahya Sekertaris Desa Kampung Koko

3. Muhammad Ridwan Kasi Pemerintahan Toroh Selatan

4. Lalu Muhammad Dalil Kasi Pembangunan Kampung Baru

5. Zainuddin, S.Pd. Kasi Kesra Kampung Koko

6. Jaelani Kaur Keuangan Kampung Tengah

7. Ahmad Suhaimi Kaur Umum Toroh Tengah

8. Anggi Marina Kaur Pelayanan Toroh Tengah

9. Jaelani Bendahara Desa Kampung Tengah

10. Surman Sahroni Kawil Toroh Selatan Toroh Selatan

11. Faisal Tanjung, Amd.Par Kawil Toroh Tengah Toroh Tengah

12. Agus Satriawan, SPd. Kawil Kampung Tengah Kampung Tengah

13. Syaparudin Akbar Kawil Kampung Koko Kampung Koko

14. Abdul Hamid Kawil Muhajirin Muhajirin

15. Darmandani Kawil Kp. Baru Selatan Kp. Baru Selatan


16. Andi Arif Lapandes Kawil Kampung Baru Kampung Baru

Nama-nama BPD (Badan Permusyawaratan Desa)

No Nama Jabatan Alamat

1. Abdullah Mu’in Ketua Kampung Baru

2. Mujahidin Wakil Ketua Kampung Koko

3. Mariati Sekretaris Kampung Koko

4. Maswar Anggota Toroh Selatan

5. Saharudin Anggota Kampung Tengah

6. Lalu Hendra Suryani Anggota Toroh Tengah

7. Abdul Hamid Anggota Kampung Koko

8. Lalu Irwanto Anggota Kampung Koko

9. Abdul Hamid Rahman Anggota Kampung Baru

2) Data Infrastruktur Desa Tanjung Luar

a) Pendidikan

(1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) : 1 Unit

(2) Taman Kanak-kanak : 1 Unit

(3) Sekolah Dasar Negeri : 3 Unit


(4) Sekolah Tingkat Pertama : 1 Unit

(5) Madrasah Tsanawiyah : 1 Unit

b) Kesehatan

(1) Pustu : 1 Unit

(2) Polindes : 1 Unit

(3) Posyandu : 5 Unit

c) Agama

(1) Masjid : 2 Unit

(2) Musholla : 9 Unit

(3) TPQ : 12 Unit

3) Data Demografi Berdasarkan Populasi Per Wilayah

No Nama Dusun Nama Kepala Dusun Jumlah Jumlah Jiwa Lk Pr


RT KK

1. Kampung Baru Andi Arif Lapandes 2 336 1202 595 607

2. Kp. Baru Selatan Darmandani 2 267 1017 497 520

3. Kampung Koko Syaparuddin Akbar 2 456 1523 755 768

4. Kampung Muhajirin Abdul Hamid 2 256 930 494 436

5. Kampung Tengah Agus Satriawan 2 515 1724 878 846

6. Toroh Selatan Surman Sahroni 2 422 1390 717 673

7. Toroh Tengah Faisal Tanjung 2 239 826 411 415


Total 14 2511 8612 4347 4265

(Wawancara Mukti Ali, 2023)

4. Aksesibilitas Desa

Aksesibilitas merupakan kemudahan untuk mencapai suatu tujuan yang menyangkut


kenyamanan, keamanan dan waktu tempuh (Nabila dan Widyastuti, 2018). Jadi, aksesibilitas
ini adalah hal yang penting untuk mempermudah para pengunjung ketika berkunjung ke
tempat destinasi dan hal ini juga dapat mempengaruhi kenyamanan mereka.

Desa Tanjung Luar memiliki aksesibilitas yang baik melalui beberapa fasilitas
infrastuktur.Berikut ini adalah beberapa detail spesifik yang menjelaskan mengapa
aksesibilitas desa ini memudahkan wisatawan untuk menikmati objek wisata yang ada:

a. Jaringan Jalan: Desa Tanjung Luar terhubung dengan jaringan jalan yang sudah cukup baik.
Jalan-jalan utama yang mengarah ke desa ini telah diperbaiki dan ditingkatkan, sehingga
memungkinkan akses kendaraan dengan mudah. Jalan ini dapat diakses baik oleh mobil
pribadi maupun kendaraan umum seperti bus atau taksi.

b. Transportasi laut: Desa Tanjung Luar memiliki fasilitas transportasi laut yang memudahkan
aksesibilitas melalui jalur laut. Desa ini menawarkan kapal-kapal kecil atau perahu sebagai
sarana transportasi yang beroperasi secara teratur. Fasilitas ini sangat penting dalam
menghubungkan desa ini dengan pulau-pulau terdekat dan tempat-tempat wisata yang ada
di sekitarnya. Kapal-kapal kecil atau perahu yang beroperasi di Desa Tanjung Luar
umumnya disebut sebagai "perahu nelayan" atau "perahu tradisional". Mereka dibuat
dengan menggunakan kayu atau material tradisional lainnya, dengan desain yang telah
diwariskan secara turun temurun. Meskipun memiliki ukuran yang relatif kecil, perahu-
perahu ini sangat andal dan cocok untuk mengarungi perairan sekitar desa.
c. Aksesibilitas Terhadap Objek Wisata: Desa Tanjung Luar merupakan destinasi wisata yang
dapat dengan mudah diakses oleh wisatawan berkat infrastruktur yang baik. Jalan-jalan
menuju objek wisata di desa ini telah diperbaiki dan dirawat secara teratur untuk
memastikan keamanan dan kenyamanan para pengunjung. Namun, karena frekuensi
kendaraan besar seperti bus dan truk yang melintas di jalur ini, tidak dapat dihindari adanya
beberapa jalan yang berlubang. Secara keseluruhan, meskipun ada beberapa jalan berlubang
karena intensitas lalu lintas kendaraan besar, aksesibilitas ke objek wisata di Desa Tanjung
Luar dapat dikatakan cukup baik. Pihak terkait terus berupaya menjaga kondisi jalan,
meningkatkan fasilitas transportasi, dan memperhatikan kebutuhan aksesibilitas bagi
pengunjung, sehingga para wisatawan dapat dengan nyaman dan mudah mengunjungi
tempat-tempat menarik di desa ini.

d. Informasi akses jalan ke desa Tanjung Luar: Lokasi desa yang tidak terlalu dalam dari jalan
besar cukup memudahkan para wisatawan untuk mendapatkan informasi rute menuju desa
ini. Sebagai desa yang termasuk salah satu desa wisata di Lombok Timur informasi ke desa
ini sangat mudah kita temukan melalui teknologi, yaitu google maps. Disana sudah tertera
rute menuju desa ini sehingga bagi para wisatawan dari luar tidak akan kebingungan ketika
ingin berkunjung ke desa Tanjung Luar ini.

Dengan aksesibilitas yang baik melalui jaringan jalan yang diperbaiki, transportasi umum
yang tersedia, fasilitas pelabuhan, serta berbagai fasilitas pendukung wisatawan, Desa
Tanjung Luar menjadi destinasi wisata yang sangat menarik dan mudah diakses. Para
wisatawan dapat dengan mudah menikmati keindahan pantai, budaya, dan keunikan desa
ini tanpa kesulitan dalam mencapai tempat-tempat wisata yang ditawarkan. Aksesibilitas
yang baik juga meningkatkan potensi ekonomi desa, mempromosikan pariwisata lokal, dan
memberikan manfaat positif bagi masyarakat setempat.

5. Fasilitas Pariwisata
Fasilitas pariwisata merupakan kebutuhan yang harus tersedia guna memberiikan pelayanan
kepada wisatawan. Jika wisatawan mendapat kepuasan dalam pelayanan destinasi tertentu
maka akan berpengaruh terhadap lama kunjungan wisatawan (Rahmi, 2017).

Fasilitas wisata di desa Tanjung Luar ini masih dikatakan kurang karena tempat penginapan
di desa tersebut belum ada dan di sekitar desa ini juga belum ada dibangun penginapan.
Kebanyakan pengunjung yang dari luar itu menggunakan jasa travel yang sudah lengkap
dengan penginapan jadi ketika mereka berkunjung mereka akan kembali ke tempat
penginapan mereka. Contohnya jika mereka datang dari kuta maka akan kembali kesana
setelah berkunjung kesini (Wawancara Opik, 2023).

Selain itu tempat pembuangan sampah juga belum merata. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya sampah masyarakat yang berserakan di pinggir pantai. Begitu juga di area
wisatanya tempat pembuangan sampah masih dikatakan kurang. Padahal bak sampah ini
sangatlah penting karena ini salah satu pendukung kenyamanan para pengunjung.

Selanjutnya, untuk kuliner seperti nasi, minuman atau cemilan sudah tersedia. Seperti halnya
di tempat wisata lain disini juga ada para pedagang-pedagang yang menjual kebutuhan para
pengunjung. Sehingga pengunjung tidak perlu kesusahan keluar untuk mencari makanan
ketika lapar.

6. Atraksi

Atraksi-atraksi wisata dapat berupa pagelaran seni, budaya, sejarah, tradisi, kegiatan-kegiatan
berpetualangan, ziarah, taman rekreasi dan lain sebagainya. Untuk dapat menarik wisatawan
bahwa daerahtujuan wisata (DWT) selain harus memiliki obyek dan atraksi wisata harus
mempunyai tiga (3) syarat untuk meningkatkan daya tariknya, yaitu:

a. Sesuatu yang dapat dilihat (Something to see)

b. Sesuatu yang dapat dikerjakan (Something to do)


c. Sesuatu yang dapat dibeli (Something to buy)

d. ( Novianti dan Hariyanto, 2016)

A. Budaya

Budaya adalah produk manusia yang bias diabadikan melalui wujud kongkrit dan wujud
abstrak. Dalam arti budaya bisa berbentuk budaya fisik (tidak bergerak), bergerak bahkan
abstrak (Purwanto, 2022).

(1) Nyalamaq Dilauq/Nyalamaq Palabuang/Selamatan Laut

Nyalamaq artinya selamatan dan Dilauq artinya laut. Palabuang artinya pelabuhan.
Mengapa disebut Nyalamaq Palabuang? Dalam sebuah buku karangan W. Cool yang
berjudul De Lombok Expeditie, terdapat peta pulau Lombok termasuk Lombok Timur.
Dalam peta tersebut tercantum nama sebuah pelabuhan yaitu Baai Van Pidjoe (Desa
Pijot). Pelabuhan ini lebih besar dari pelabuhan Labuan Tering (Pelabuhan Lembar) di
Lombok Barat. Karena pelabuhan Pidjoe merupakan pelabuhan yang ramai, pemerintah
kolonial Belanda mendirikan kantor Douanne di tanjung tersebut. Warga desa
menyebutnya Bale Boom. Itulah yang mereka sebut Palabuang. Jadi, selamatan laut ini
dimulai sejak berdirinya Douanne tersebut. Acara puncak selamatan laut ini adalah
pelepasan kepala kerbau (malaggak tikolok) ke laut, tepat di atas terumbu karang cincin
yang jaraknya kira-kira 150 meter dari Palabuang tersebut ke arah Tenggara. Karena
keramaiannya ada di depan Palabuang maka disebutlah Nyalamaq Palabuang.

(2) Nyalamaq Dilauq Adat Bajau

Alkisah, tersebutlah seorang pengembara dari Sulawesi Selatan bernama Punggawa


Rattung keturunan raja-raja Goa dari garis keturunan Marakdia Palarangan. Beliaulah
yang pertama kali membawa ritual di laut berupa selamatan laut atau Nyalamaq Dilauq
atau Nyalamaq Palabuang. Bagaimana asal muasalnya? Punggawa Rattung konon
sampai ke Pulau Lombok dari Sulawesi dengan perahu dayungnya. Dia mendarat di
Kedome. Ada yang mengatakan mendarat di Toroh Selatan. Punggawa Rattung kawin
di Tanjung Luar dan beranak Pinak. Muncullah kampung suku Bajo di Toroh Selatan.
Setelah puluhan tahun bermukim di Tanjung Luar, Punggawa Rattung merasa rindu
akan tanah tumpah darahnya di Sulawesi. Dia mengumpulkan semua anak cucunya dan
berpamitan kembali ke Sulawesi dengan perahu dayungnya. Kepergian Punggawa
Rattung dilepas dengan derai air mata kesedihan. Punggawa Rattung pun mengayuh
sampannya ke arah Tenggara. Tepat di depan pelabuhan Punggawa Rattung menghilang
bersama perahu kecilnya ditelan lautan. Anak cucunya jadi heboh dan pergi ke lokasi
itu untuk memastikan dimana Punggawa Rattung menghilang. Ternyata di tempat itu
muncul terumbu karang. Maka keturunan Punggawa Rattung yakin bahwa gugusan
karang itu adalah jelmaan Punggawa Rattung.

Selang beberapa tahun, datanglah seorang pelaut dari Sulawesi bernama Mbo Bisu. Dia
mengaku masih bersaudara dengan Punggawa Rattung. Kedatangan Mbo Bisu disambut
baik oleh keturunan Punggawa Rattung. Mereka yakin kalau Mbo Bisu adalah saudara
Punggawa Rattung karena ilmunya setara dengan Punggawa Rattung dalam ilmu
bintang, ilmu gaib, dll. Setelah bermukim di Tanjung Luar, Mbo Bisu minta izin kepada
warga Bajo untuk melihat tempat Punggawa Rattung menghilang. Tentu saja warga
Bajo memberikan izin kepada Mbo Bisu untuk naik perahu menuju lokasi tersebut.
Namun, sebelum berangkat dia berpesan "Wahai anak cucuku. Aku ingin ke tempat
saudaraku di sana. Izinkan aku. Namun, jika aku tidak kembali jangan cari aku kemana-
mana. Carilah aku di batu karang itu ". Atas kekuasaan Tuhan yang maha kuasa, Mbo
Bisu benar-benar hilang bersama perahunya. Maka sejak itulah, suku Bajo keturunan
Punggawa Rattung memperingati hilangnya kedua leluhur mereka di depan pelabuhan
itu. Sebagai tanda peringatannya mereka menyembelih kerbau yang terbaik.

(3) Mengapa Kepala Kerbau?

Asal usul mereka atau nenek moyang mereka di Sulawesi tentu akrab dengan kerbau
dari Toraja. Tidak heran jika di dusun Lungkak ada sumur (Lemboh). Toraja yang airnya
wajib diambil sebagai pelengkap upacara Nyalamaq Dilauq atau Nyalamaq Palabuang
ini. Kerbau pun di Lombok tidak sulit di dapat. Maka kerbau tetap dipergunakan sebagai
hewan sembelih (sesajen) pada upacara ini sejak zaman Belanda sampai kini. Bisakah
sesuai keadaan atau diganti dengan Kambing? Jawabnya beragam. Para tetua Bajo asli
menolak untuk mengganti kerbau dengan kambing. Yang moderat mengatakan kalau
kambing jadi sembelihan, namanya Nyalamaq Dikkik (selamatan kecil). Hal ini biasa
dilakukan pada upacara selamatan laut suku Bajo di Batu Nampar, Takalok dan Labuan
Lalar (Sumbawa Barat).

(4) Periode Pelaksanaan Nyalamaq Dilauq

Dahulu upacara ini diperingati tiap tahun. Waktunya ditetapkan oleh Sandro (dukun).
Ada patokan umum yang dipakai oleh Sandro yaitu "laggak tikolok, paluak pupuru".
Maksudnya ketika kepala kerbau sudah dilepas (dilarung) di lokasi karang di depan
pelabuhan maka besok lusa atau seminggu akan nampak bintang papuru di langit
malam. Bintang papuru adalah rasi bintang tujuh yang bagi nelayan sangat penting
karena merupakan salah satu tanda munculnya ikan tembang/tamban untuk bertelur.
Bintang papuru atau dalam kalender musim suku Sasak disebut bintang rowot atau
dalam istilah astronomi disebut Pleaides atau bintang besar atau pedati sungsang. Rasi
bintang ini bisa dijadikan sebagai pedoman untuk menunjukkan arah Utara.

(5) Tahapan Upacara Nyalamaq Dilauq

Puncak upacara Nyalamaq Dilauq adalah melepas kepala kerbau yang diletakkan di
rakit kecil tepat di atas gugusan terumbu karang cincin yang letaknya kira-kira 150
meter dari dermaga perikanan ke arah Tenggara. Setelah kepala kerbau
ditenggelamkan/dilepas maka acara siram-siraman air laut pun mulai. Siram-siraman ini
diikuti juga oleh seluruh warga yang menonton acara ini, tak luput juga para tamu
undangan. Sebelum digelar upacara Nyalamaq Dilauq ini terlebih dahulu diadakan
musyawarah yang melibatkan para tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama.
(6) Bahan-bahan Dalam upacara Nyalamaq Dilauq

(a) Kerbau terbaik dan terpilih

(b) Air tujuh macam masingmasing 1liter diantaranya air hujan awal tahun,air sumur
masjid,air sumur tua, air embun, air muara sungai, air laut pelabuhan

(c) Minyak bauq 8 botol

(d) Bambu kuning untuk rakit

(e) Boloq tallah (bambu yang ruasnya agak panjang)

(f) Tebu sala

(g) Langir sama (sorwot=Lombok)

(h) Ketan hitam,ketan putih,ketan merah

(i) Beras merah, beras putih,beras kuning

(j) Benang tenun 7 warna (merah, putih, biru, kuning, hijau, cokelat dan hitam)

(k) Bakul Karaeng

(l) Daun lontar

(m) Menyan ± 3 kg

(n) Parai bente (beras yang disangrai)

(o) Bahan pelengkap lainnya seperti benang, emas 20 karat urang 0.5 gr.
Semua bahan dikumpulkan di sarapo, yaitu rumah adat yang dibuat secara gotong
royong. Dirumah adat itulah para snadro dan pembantu-pembantunya bersemayam
selama 7hari 7malam.

(7) Ngaririq Kerbau

Ngaririq artinya menuntun, membawa dengan tali. Kerbau yang akan disembelih pada
hari H untuk dijadikan "Sesajen" itu terlebih dahulu dibawa berjalan keliling seperti
sebuah karnaval. Kerbau tersebut sebelum diiriq dimandikan, dishampo dengan langir
sama, diminyaki badannya dengan minyak bauq, dirias di punggungnya diletakkan kain
pusaka di lehernya digantung kelapa, pisang dll. Kerbau berjalan (dituntun/diiriq) di
depan sandro. Di tiap sudut desa, rombongan berhenti sejenak untuk acara ngalantiq.
Yang ngalantiq adalah pangalantik. Caranya yaitu dengan pencak memakai pedang
bernama balamang. Yang ikut dalam karnaval antara lain pangalantik, sandro denda
(perempuan), Bone-bone Lela (laki-laki) terdiri dari 7 bujang yang membawa alat-alat
nelayan seperti jaring, dll, bone-bone denda (perempuan) terdiri dari dara-dara ayu
yang membawa alat tenun, alat dapur dll. Penabuh bunyi-bunyian atau pasarone,
penggembira (warga kampung yang ingin ikut karnaval). Acara makin menarik karena
biasanya ikut serta juga dalam barisan tersebut orang-orang yang kesurupan
(kadongkoang) dia berjalan sambil menari atau dengan gerakan-gerakan ganjil.

(8) Acara Puncak Malagak Tikolok

Setelah diariq selama 3hari maka pada malamnya kerbau disembelih. Kepalanya
dipisahkan untuk diletakkan di atas wadah (rakit Dikkik) yaitu rakit segi empat ukuran
pas dengan besarnya kepala kerbau. Kepala kerbau itu dirias dipasang aksesoris dan
sepanjang malam dibakarkan menyan. Rakit tempat kepala kerbau tersebut diletakkan di
atas rakit yang lebih besar lagi (rakit bagal) yang berisi kue kering dan bermacam
kelengkapan lainnya. Kepala kerbau yang diletakkan di atas rakit bagal dipersiapkan
dengan sangat teliti. Tidak boleh ada bahan yang tertinggal. Konon bila ada yang
kurang, Mbok Baloq (penghuni batu karang) akan marah. Itu akan disampaikan lewat
perempuan yang kesurupan. Rakit besar tersebut biasanya bergerak lambat dengan cara
di dayung. Kadang sering dibantu dengan memasang mesin kecil. Rakit inilah yang
bergerak menuju ke posisi terumbu karang di depan pelabuhan, diiringi oleh puluhan
bahkan ratusan perahu nelayan yang berhias. Setelah mengetahui posisi terumbu karang,
rakit besar mengelilinginya sebanyak 3× dengan arah kiri atau berlawanan dengan arah
jarum jam. Pada putaran ketiga sandro menunggu "bisikan". Setelah merasa yakin tepat
berada di atas terumbu karang, maka kepala kerbau beserta rakitnya dilepaskan dan
ditenggelamkan. Setelah kepala kerbau dijatuhkan (dilarung) para peserta pawai laut
pun mulai saling siram. Para penonton di pinggir pantai pun ikut saling siram dengan air
laut.

(9) Penutupan

Ada yang luput dari perhatian para nelayan yang selama ini menyaksikan upacara
Nyalamaq Dilauq yaitu bait syair dari PITOTO yang dibawakan dengan bernada
monoton oleh Sandro pada malam sebelum acara malanggak tikolok (malarung). Sambil
bersandar atau duduk santai, sandro Puang Abbas melantunkan syair-syair PITOTO.
Syair tersebut menceritakan dialog antara tokoh suku Mandar dengan tokoh suku Bajo.
Diantara bait-bait syair tersebut ada yang berbunyi sebagai berikut, Alkisah, pada suatu
suatu hari bertemulah si Mandar bernama Marakdia Makdanuang dengan si Bajo. Dulu
upacara Nyalamaq Dilauq ini dilaksanakan oleh suku Mandar. Maka berkatalah
Marakdia Makdanuang kepada si Bajo; "Kole kau ngenjama iya Nyalamaq itu,tapi
pasangku ka kau baka anak empunu,Daha pameremusnu dilauq itu" Si Bajo pun
menjawab;"Aho ne. Aku du pasangku ka kau baka anak empunu,daha rosaknu
Palabuang". Arti harfiah dari syair/dialog antara si Mandar dengan si Bajo di atas kurang
lebih sebagai berikut: "Baiklah kalau begitu. Bolehlah kamu yang melaksanakan
Nyalamaq Dilauq ini. Tapi aku pesan kepadamu dan kepada anak cucumu, jangan kotori
lautan itu" Si Bajo pun menjawab;"Baiklah,tapi aku juga berpesan kepada anak
cucumu,jangan rusak terumbu karang " . Setelah 3hari, nelayan tidak melaut dan itu
ditaati oleh seluruh nelayan termasuk nelayan dari desa tetangga. Ini adalah kegiatan
close season, yaitu menutup laut dari segala kegiatan. Ini memberi kesempatan kepada
makhluk laut untuk berpesta pora dan bergembira ria serta bercumbu ria. Setelah 3hari
Sandro kembali membuka laut (open season). Upacaranya sederhana hanya diikuti oleh
beberapa orang saja.

B. Jenis-jenis Kegiatan Wisata Desa Tanjung Luar

a. WIisata Alam

Wisata alam merupakan kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati segala keunikan dan
keindahan alam (Kementerian Kehutanan, 2003).

Desa Tanjung Luar adalah surge tersembunyi di tepi pantai yang menawarkan pesona
alam yang luar biasa. Dengan terumbu karang yang indah dan keanekaragaman hayati laut
yang kaya, wisatawan dapat mengeksplorasi dunia bawah laut yang menakjubkan melalui
snorkeling atau menyelam. Di sini, mereka akan disuguhi pemandangan karang-karang
indah dengan warna-warni yang memikat, berbagai jenis ikan dan berbagai biota laut
lainnya. Udara segar dan bersih juga menjadi anugerah bagi desa ini. Udara segar tersebut
memberikan pengalaman menyegarkan bagi para pengunjung yang mencari ketenangan
dan kebersihan lingkungan. Salah satu momen yang paling menakjubkan bagi wisatawan
di desa Tanjung Luar adalah keindahan matahari terbit. Pantai-pantai di desa ini
menawarkan pemandangan matahari terbit yang spektakuler. Wisatawan dapat menikmati
keajaiban alam ini dengan duduk di tepi pantai sambil menyaksikan langit yang
memancarkan cahaya orange dan merah muda yang memukau saat matahari terbit
perlahan-perlahan di atas cakrawala laut.

b. Wisata Budaya

Wisata budaya adalah kegiatan bepergian keluar dari tempat tinggal untuk urusan spesifik
yang berkaitan dengan daya tarik budaya seperti museum, situs bersejarah, pertunjukan
kesenian dan festival. Sedangkan secara konseptual,
wisata ini mengacu pada kepergian seseorang jauh dari tempat tinggal dalam manifestinya
untuk memperoleh informasi baru dan pengalaman demi memenuhi kebutuhan kurtural
mereka (Nugraheni dan Aliyah, 2020).

Desa Tanjung Luar merupakan desa yang terdiri dari berbagai suku. Dengan
keberagaman suku yang dimiliki tentunya membuat desa ini juga memiliki budaya yang
berbeda dari desa-desa lain yang ada di Lombok ini khususnya Lombok Timur. Nyalamaq
Dilauq merupakan salah satu budaya khas yang dimiliki desa ini. Dimana budaya ini
merupakan acara sebagai wujud rasa syukur masyarakat terutama nelayan atas kekayaan
laut. Dalam acara ini tidak hanya memiliki nilai budaya tapi juga nilai religious dan
spiritual serta identitas suku Bajo keturunan Punggawa Rattung di pulau Lombok.

C. Alam

a. Pantai Yang Indah

Desa Tanjung Luar terkenal dengan pantai yang menakjubkan. Garis pantai yang luas dan
berpasir halus menawarkan tempat yang ideal bagi wisatawan untuk bersantai, atau
berjalan-jalan di tepi pantai sambil menikmati suara deburan ombak. Keindahan pantai ini
menciptakan suasana yang menenangkan dan mempesona.

b. Terumbu Karang dan Keanekaragaman Hayati Laut

Di sekitar Desa Tanjung Luar terdapat terumbu karang yang indah dan kaya
keanekaragaman hayati laut. Wisatawan dapat melakukan snorkeling atau menyelam
untuk menjelajahi dunia bawah laut yang menakjubkan. Mereka akan melihat berbagai
jenis karang, ikan berwarna-warni, serta biota laut lainnya yang hidup di ekosistem
terumbu karang ini. Keberagaman hayati laut yang kaya di sekitar desa ini menjadikannya
tempat yang populer bagi para penyelam dan pecinta alam bawah laut.

c. Suara Ombak dan Udara Segar


Desa Tanjung Luar terletak di tepi pantai, yang menjadikan wisatawan dapat menikmati
suara ombak yang menenangkan sepanjang waktu. Bunyi ombak yang terus-menerus
menghantarkan atmosfer yang menenangkan dan menenangkan hati. Udara di sekitar desa
ini juga segar dan bersih, karena terpapar oleh angin laut yang membawa kualitas udara
yang baik. Hal ini memberikan pengalaman menyegarkan bagi para pengunjung yang
mencari ketenangan dan kebersihan lingkungan.

d. Aktivitas Perikanan

Desa Tanjung Luar juga dikenal sebagai pusat perikanan tradisional. Wisatawan dapat
melihat dan mengenal lebih dekat kehidupan nelayan setempat yang menggantungkan
hidup mereka pada laut. Mereka dapat menyaksikan kapal nelayan tradisional yang
berlabuh di pelabuhan desa, menyaksikan proses penangkapan ikan, serta melihat jaring
dan alat tangkap lainnya. Wisatawan juga dapat berinteraksi dengan nelayan lokal, belajar
tentang budaya mereka, dan bahkan ikut dalam kegiatan memancing bersama mereka.

e. Keindahan Matahari Terbit

Salah satu momen yang paling menakjubkan bagi wisatawan di Desa Tanjung Luar
adalah keindahan matahari terbit. Pantai-pantai di desa ini menawarkan pemandangan
matahari terbit yang spektakuler, di mana langit mulai memancarkan cahaya oranye dan
merah muda yang memukau. Wisatawan dapat menikmati keajaiban alam ini dengan
duduk di tepi pantai, sambil menyaksikan matahari yang terbit perlahan-lahan di atas
cakrawala laut. Pemandangan matahari terbit yang mempesona menciptakan atmosfer
yang tenang dan memberikan awal hari yang indah.

Dengan dominasi pemandangan laut yang indah, Desa Tanjung Luar menawarkan
pengalaman alam yang unik bagi para wisatawan. Keindahan pantai, keanekaragaman
hayati laut, kegiatan perikanan tradisional, dan pemandangan laut yang memukau
menciptakan pesona alam yang tak terlupakan di desa ini.
7. Usaha-Usaha Berbasis Pariwisata

Perkembangan pariwisata pada saat ini semakin berkembang pesat. Di Lombok pariwisata
juga mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini bisa kita lihat dengan banyaknya
muncul destinasi wisata baru. Dengan perkembangan pariwisata ini tentunya memberikan
dampak tidak hanya bagi negara tapi bahkan untuk masyarakat yang berada di sekitar
destinasi wisata. Dampak yang ditimbulkan bukan hanya tentang kepopuleran suatu
tempat dimana destinasi tersebut berada akan tetapi memberikan dampak dalam bidang
ekonomi. Masyarakat yang berada di sekitar destinasi memanfaatkan hal tersebut untuk
membuat usaha-usaha yang berbasis pariwisata. Pariwisata akan memberikan banyak
pemasukan bagi daerah yang sadar akan potensinya terhadap sektor pariwisata (Yulianti,
2020).

Masyarakat Tanjung luar juga memiliki usaha-usaha yang berbasis pariwisata diantaranya
adalah pemandu wisata dimana selain memanjakan wisatawan dengan pemandangan laut
biru yang mempesona para pengelola pantai ini juga menyediakan berbagai atraksi wisata
seperti menyebrang ke pulau lain contohnya gili pasir. Dimana penyebrangan ini
membutuhkan pemandu dalam perjalanannya. Bahkan penyebrangan ini banyak diminati
oleh wisatawan luar yang penasaran dengan keindahan pulau-pulau yang ada di Lombok
ini. Selain pemandu wisata, di sekitar destinasi juga terdapat tukang parker dan para
pedagang makanan ringan yang dimana itu adalah masyarakat asli sekitar pantai.

8. Penutup

Dalam laporan ini dapat disimpulkan bahwa Desa Tanjung Luar merupakan sebuah desa
pesisir yang memiliki potensi wisata alam dan bahari yang menarik. Dari keindahan
pantai, budaya dan tradisi yang mempesona hingga pasar ikan yang kaya akan budaya loka
dan keanekaragaman hasil laut. Desa ini menawarkan pengalaman yang tak terlupakan
bagi para pengunjung. Selain itu, masyarakat Desa Tanjung Luar yang mayoritas sebagai
nelayan juga memberikan warna tersendiri dalam kehidupan desa ini.
Melalui pariwisata Desa Tanjung Luar terus berkembang sebagai destinasi wisata yang
berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat serta melestarikan
keindahan alam dan budaya local. Dengan upaya kolaborasi dan dukungan dari berbagai
pihak diharapkan Desa Tanjung Luar terus tumbuh dan menjadi destinasi wisata yang
lebih baik di masa depan.
9. Referensi

Ali, M. (2023, Mei 24). Frofil Desa Tanjung Luar. (A. Zahidah, D. Kusuma, S. S.
Sugiarto, & V. R. Aini, Interviewers)

Departemen Kehutanan, 2003. Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek Daya Tarik
Wisata Alam (ADOODTWA).pdf. In Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam.

Nabila, A. D., & Widiyastuti, D. (2018). Kajian Atraksi,Amenitas dan Aksesibilitas Untuk
Pengembangan Pariwisata Umbul Ponggok di Kabupaten Klaten. Jurnal Bumi
Indonesia.7(2)

Novianti, S., & Hariyanto, O. I. (2016). Pengembangan Atraksi Wisata Pantai Tanjung
Pendam Sebagai Daya Tarik Wisata. Pariwisata, 3(1). vol 3, no 01.

Nugraheni, I., & Aliyah, I. (2020). Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Identifikasi
Klaster Wisata Budaya Kota Surakarta. Cakra Wisata, 21. vol 21, no 1.

Opik. (2023, Mei 17). Wisata Desa Tanjung Luar dan Fasilitas Wisata. (A. Zahidah, D.
Kusuma, S. S. Sugiarto, & V. R. Aini, Interviewers)

Purwanto, I. (2022). Eksistensi Budaya Nyalamak Di Laok Terhadap Tingkat Pendapatan


Ekonomi Nelayan Di Desa Tanjung Luar. Skripsi. Penerbit Universitas Islam Negri (UIN)
Mataram

Rahmi, S. A. (2017). Fasilitas Pendukung dalam Pembangunan Pariwisata Kabupaten


Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat. Reformasi, 7(2).

Ritchie, J.R.B. dan Crouch, G.I. 2003. The Competitive Destination: A Sustainble Tourism
Perspective. CABI Publishing.

Saifullah. (2023, Mei 24). Sejarah dan Budaya Desa Tanjung Luar. (A. Zahidah, D.
Kusuma, S. S. Sugiarto, & V. R. Aini, Interviewers)
Syahdan. (2021). Nyelamak Dilaok: Sebuah Tradisi Selametan Masyarakat Pesisir
Tanjung Luar Lombok Timur (Vol. 3). Jurnal Pendidikan Anak Islam Usia Dini. vol 3, no
1.

Wirawan, P. E., Octaviany, V., & Nuruddin. (2022). Pengantar Pariwisata. Bali: Nilacakra.

Yulianti, D. (2020). Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat.


Skripsi. Institut Agama Islam Negri (IAIN) Metro

Anda mungkin juga menyukai