Anda di halaman 1dari 42

TUGAS AKHIR

PERAN JASA AGEN PELAYARAN DALAM MELAYANI


KEPENGURUSAN CLEARENCE IN DAN CLEARENCE OUT
KAPAL DI PT. PELAYARAN BAHTERA ADHIGUNA CABANG
TANJUNG WANGI BANYUWANGI

Disusun Oleh :

PRATAMA CAHYA PRAYOGA

NIM: 2016.013.0087

KETATALAKSANAAN PELAYARAN NIAGA

PROGRAM DIPLOMA PELAYARAN

UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena atas pernyataan dan berkat anugerah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul “PERAN
JASA AGEN PELAYARAN DALAM MELAYAN
KEPENGURUSAN CLEARENCE IN DAN CLEARENCE OUT
KAPAL DI PT. PELAYARAN BAHTERA ADHIGUNA CABANG
BANYUWANGI”

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan


Tugas Akhir ini. Oleh karena itu melalui kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada.

1.Bapak Dr. Ir. Sudirman, SE, S.IP, M.AP sebagai Rektor Universitas
Hang Tuah Surabaya.
2.Bapak Dr. Ir. Puji Santoso, M.M sebagai Direktur PDP ( Program
Diploma Pelayaran) Universitas Hang Tuah Surabaya.
3.Bapak Mudiyanto ANT-II sebagai Wakil Direktur – I PDP (Program
Diploma Pelayaran) Universitas Hang Tuah Surabaya.
4.Bapak Beny Agus Setiono, S.sos, M.si sebagai Wakil Direktur – II
PDP (Program Diploma Pelayaran) Universitas Hang Tuah Surabaya
dan sebagai Dosen KPN yang sabar mendidik, serta selalu membantu
memberikan kemudahan bila ada kesulitan selama masa perkuliahan.
5.Ibu Ari Sriantini M,pd, ANT-II sebgai Wakil Direktur – III PDP
(Program Diploma Pelayaran) Universitas Hang Tuah Surabaya.
6.Bapak FX. Adi Purwanto, SE, MM selaku Kepala Jurusan KPN di
PDP (Program Diploma Pelayaran) Universitas Hang Tuah Surabaya
yang telah memerikan kesempatan bagi peneliti untuk menempuh
pendidikan di Program Diploma Pelayaran
7.Bapak Carlos L. Prawirosastro, S,pdi, M,pdi sebagai Sekertaris
Jurusan serta yang telah meluangkan waktu dan memberikan
kemudahan bila ada kesulitan selama masa perkuliahan serta
membimbing hingga terselesainya Tugas Akhir ini. Terima Kasih
atas segala bantuan dan waktu yang telah diberikan .
8.Bapak dan Ibu Dosen PDP (Program Diploma Pelayaran) Universitas
Hang Tuah Surabaya yang telah mendidik dan membimbing kami.
9.Bapak Carlos L. Prawirosastro, S,pdi, M,pdi selaku Dosen
Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu dan dengan
sabar telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
menyusun Tugas Akhir ini.

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang


dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan. Pelayanan umum
merupakan segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
intansi pemerintah di tingkat pusat, daerah dan termasuk badan-
badan usaha milik negara lain yang menyediakan barang atau jasa,
baik dalam rangka pemenuhan kebetuhan masyarakat maupun dalam
rangka pelaksanaan. Menurut pendapat Boediono ( 2003 : 60 )
bahawa pelayanan merupakan suatu proses bantuan kepada orang
lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan
hubungan internasional agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.
Sedangkan menurut Kurniawan ( 2006 : 5 ) pelayanan publik
diartikan sebagai pemberi pelayanan (melayani) keperluan orang
atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu
sesuai dengan aturan pokok yang tata caranya ditetapkan. Agar
terpenuhinya penyelenggaraan dan pelaksanaan pelayanan publik
serta peraturan yang ada sebagai perlindungan dan kepastian hukum
bagi masyarakat.

Pelayanan publik dapat dikatakan efektif apabila masyarakat


telah mendapatkan pelayanan yang mudah, murah, cepat,
memuaskan dan lancar. Khususnya pelayanan yang ada di pelabuhan,
pelayanan dalam kepengurusan dokumen. Pelayanan yang baik akan
mempunyai dampak yang luas terutama dalam tingkat kepercayaan
konsumen dalam perusahaan. Sedangkan kurang baiknya kinerja
perusahaan selama ini menjadi penyebab munculnya krisis
kepercayaan konsumen kepada perusahaan, yang akan saat
mengalami banyak perubahan akibat kemajuan dari perusahaan
tersebut. Oleh karena itu setiap perusahaan penyedia jasa keagenan
harus mempunyai strategi yang handal untuk memenangkan
persaingan. Konsep pelayanan yang digunakan dengan meyakinkan
pelanggan yang dapat dicapai melalui tindakan, yaitu bagaimana cara
mempengaruhi, cara mebujuk, meyakinkan dan memberi suatu
jaminan kepada calon pelanggan, sehingga mereka tertarik dan
akhirnya akan menggunakan jasa yang ditawarkan.

Di PT. Bahtera Adhiguna cabang Tanjung Wangi Banyuwangi


merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dalam bidang pelayaran yang melayani jasa keagenan /
pengoprasian pengangkut barang curah. Dalam pengoprasian barang
curah terdapat berbagai kegiatan / aktivitas penanganan kedatangan
kapal dan keberangkatan kapal, serta mengurusi keperluan kapal.
Sebelum penyandaran dan keberangkatan kapal dilakukan, ada
kegiatan yang ditetapkan terlebih dahulu oleh PT. Bahtera Adhiguna
cabang Tanjung Wangi Banyuwangi bersama sama pihak pengelola
dermaga dan harus disampaikan ke pihak kapal, yaitu pemberitahuan
kedatangan dan keberangkatan kapal penentuan dermaga dan
persiapan dermaga, pelaksanaan kapal sandar dan lepas sandar,
permintaan kebutuhan kapal, naik turunnya barang, pengurusan
dokumen clearence in dan clearence out kapal ke pihak intansi
terkait.
Dalam kepengurusan dokumen clearence kapal, harus
mengikuti ketentuan peraturan yang berlaku. Tugas dari Perusahaan
Pelayaran , salah satunya PT. Bahtera Adhiguna cabang Tanjung
Wangi Banyuwangi yaitu mengurusi dokumen kapal, yaitu clearence
in dan clearence out pada saat kedatangan dan keberagkatan kapal
yang ditangani akan sandar. Hal ini menunjukan perusahaan
pelayaran nasional untuk menjalankan pengusahaannya sebagai
wakil atau agen untuk memenuhi syarat-syarat yang dipenuhi oleh
kapal-kapalnya.

Kegiata diatas apabila tidak berjalan dengan baik, maka akan


menghambat kepengurusan proses clearence di Kantor Syahbandar
Otoritas Pelabuhan (KSOP) yang dilakukan PT. Bahtera Adhiguna
cabang Tanjung Wangi Banyuwangi. Oleh karena itu sistem dan
prosedur penanganan kapal curah untuk penanganan pengurusan
dokumen clearence yang baik dan lancar akan menunjang mutu
pelayanan kapal dari PT. Bahtera Adhiguna cabang Tanjung Wangi
Banyuwangi. Sehingga kendala yang mungkin di hadapi oleh PT.
Bahtera Adhiguna cabang Tanjung Wangi Banyuwangi, seperti
meminimalisir keterlambatan pengurusan dokumen clearence dari
pelabuhan awal, dan pihak-pihak yang tidak bersangkutan pada saat
penanganan kapal di pelabuhan dapat dihindari.

Hal-hal diatas melatar belakangi pemilihan di PT. Bahtera


Adhiguna cabang Tanjung Wangi Banyuwangi sebagai objek
pengamatan. Sistem dan prosedur pengurusan dokumen kapal untuk
memperlancar kegiatan clearence yang menjadi pembahasan utama.
Sehingga penulis mengambil judul “ PERAN JASA PELAYARAN
DALAM MELAYANI KEPENGURUSAN CLEARENCE IN DAN
CLEARENCE OUT KAPAL DI PT. BAHTERA ADHIGUNA
CABANG TANJUNG WANGI BANYUWANGI”
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditemukan


sebelumnya, maka rumusan masalah dalam peneliti ini adalah :
1.Bagaimana peran agen PT. Bahtera Adhiguna dalam melayani
kebutuhan logistik atau perbekalan kapal off shore untuk di supplay
ke Rig pengeboran minyak dan gas dapat berjalan efektif dan tidak
mengalami keterlambatan ?
2.Bagaimana peran agen dalam menyiapkan kebutuhan logistik atau
perbekalan kapal off shore agar tidak terjadi kesalahan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah perumusan masalah


dikemukakan, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini
adalah :

1.Untuk mengetahui kelancaran peran agen PT. Bahtera Adhiguna


dalam melayani kebutuhan logistik kapal off shore yang akan di
supplay di Rig pengeboran minyak dan gas di Pelabuhan Tanjung
Wangi Banyuwangi.
2.Untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan logistik apa saja yang perlu
disiapkan sesuai permintaan kapal off shore dalam men-supplay di
Rig pengeboran Pelabuhan Tanjung Wangi Bnyuwangi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi dua yaitu manfaat secara teoritis dan
manfaat secara praktis.

1.4.1Manfaat Teoritis

1.Secara praktis hasil dari penelitian di harapkan dapat mengetahui dan


menambah pengetahuan tentang penanganan yang khususnya kapal
off shore pada saat bording dan sailing di Pelabuhan Tanjung Wangi
Banyuwangi. Dan dapat menambah informasi tentang bagaimana
peran agen dalam menyiapkan kebutuhan logistik yang sesuai
dengan permintaan kapal off shore di Pelabuhan Tanjung Wangi
Banyuwangi.
2.Mengenai maksud dibuatnya penelitian ini agar peneliti dapat
mengimplementasikan teori-teori yang diperoleh di perkuliahan serta
membandingkan dengan apa yang ada dilapangan.

1.4.2 Manfaat praktis

1.Penelitian ini diharapkan bisa sebagai bahan masukan untuk semua


perusahaan pelayaran yang bergerak dalam bidang keagenan dalam
berperan melayani kebutuhan logistik yang khusunya kapal off shore
sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga tidak terjadi keterlambatan
dan claim dari pihak kapal.
2.Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya di
masa mendatang untuk memperdalam kajian tentang proses
persiapan dalam menyiapakan kebutuhan logistik dengan benar. di
Pelabuhan Tanjung Wangi Banyuwangi.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SPB (Surat Persetujuan Berlayar)

Lampiran 2 Crew List

Lampiran 3 Laporan Kedatangan dan Keberangkatan kapal

Lampiran 4 Sailing order

Lampiran 5 Manifest of cargo


Lampiran 6 Memorandum pemeriksaan surat-surat kapal

Lampiran 7 Pemeriksaan kelengkapan dan validitas surat dan


dokumen

kapal dalam penerbitan SPB

Lampiran 8 Daftar periksa pemenuhan kewajiban kapal dalam

penerbitan SPB

Lampiran 9 Surat pernyataan nahkoda

Lampiran 10 Kwitansi KSOP

Lampiran 11 Perhitungan dan nota tagihan jasa kapal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori


2.1.1 Pengertian pelabuhan

Pelabuhan merupakan suatu daerah perairan yang di rancang


khusus sehingga terlindung terhadap gelombang ataupun arus,
sehingga kapal bebas untuk berputar, bersandar dan melakukan
bongkar muat barang dan penumpang. Menurut Kramadibrata
(2012:09) Pelabuhan adalah sebagai tempat yang terlindung dari
gerakan gelombang laut, sehingga bongkar muat dapat dilaksanakan
demi menjamin keamanan barang. Menurut UU no 21 tahun 1992
pelabuhan tempat yang terdiri dari daratan dan pantai disekitar nya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh,
naik turun penumpang dan bongkar muat barang yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang intra
dan antarmoda transportasi.

A. Pelabuhan Banyuwangi

Di pelabuhan tanjung wangi Banyuwangi berperan


sebagai pelabuhan utama yang berperan untuk melayani
perusahaan-perusahaan pelayaran yang ada di sekitar
banyuwangi. Terbukti dengan adanya aktivitas produksi
kapal yang bermuatan 10 sampai 100 ton digunakan
untuk berlayar ke luar jawa (NTT dan sekitar nya). Oleh
karna itu keberadaan pelabuhan menjadi daya tarik di
banyuwangi sampai saat ini, karena potensinya selain
sebagai tempat kapal untuk berlabuh juga dipergunakan
untuk keluar masuk dan transaksi ekonomi didalamnya.

B. Pelabuhan Tanjung Wangi


2.1.2 Pengertian peran

Pengertian peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan


pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik
secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada
deskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa
yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi
tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri
atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
Menurut pendapat Riyadi (2002:138) Peran dapat diartikan
sebagai orientasi dan konsep dari bagian yang dimainkan oleh
suatu pihak dalam oposisi sosial.

Dengan peran tersebut, sang pelaku baik itu individu


maupun organisasi akan berprilaku sesuai harapan orang atau
lingkungannya. Sedangkan menurut Soekamto (2009:212-213)
dalam sebuah organisasi setiap orang memiliki berbagai macam
karakteristik dalam melaksanakan tugas, kewajiban atau
tanggung jawab yang telah diberikan oleh masing-masing
organisasi atau lembaga. Tugas – tugas tersebut merupakan
batasan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan yang telah
diberikan berdasarkan peraturan-peraturan dari organisasi atau
lembaga tersebut agar segala pekerjaan dapat tertata rapi dan
dapat dipertanggungjawabkan oleh setiap pegawainya.

2.1.3 Pengertian jasa

Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata


jasa itu sendiri mempunyai banyak arti dari mulai pelayanan
personal (personal service) sampai jasa sebagai suatu produk.
Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa yang telah
berusaha mendefinisikan pengertian jasa. Berikut ini adalah
beberapa diantaranya :
Menurut Rangkuti (2004:90) jasa merupakan pemberian
suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak
kepada pihak lain. Pada umumnya jasa di produksi dan
dikonsumsi secara bersamaan, dimana interaksi antara pemberi
jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. Dari
berbagai definisi diatas, tampak bahwa di dalam jasa selalu ada
aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa,
meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa
juga bukan merupakan barang jasa adalah suatu proses atau
aktivitas, dan aktivitas-aktivitas tersebut tidak berwujud jadi
pada dasarnya merupakan semua aktivitas ekonomi yang
hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau
kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama
dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah
misalnya kenyamanan, kejujuran, kesenangan, kesehatan atau
pemecah atas masalah yang dihadapi konsumen.
Kolter (2007:42) mengatakan bahwa jasa adalah setiap
tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada
pihak lain, yang pada dasar nya tidak terwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produksinya mungkin saja
terkait atau mungkin juga tidak terkait dengan produk fisik.
1. Ciri-ciri jasa
Produk jasa memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan
barang (produk fisik)
Kolter (2007:49) menyebutkan ciri-ciri tersebut
sebagai berikut :
a. Intangibility (tidak terwujud) artinya jasa tidak
dapat dilihat, dirasakan, didengar sebelum jasa
dibeli oleh konsumen
b. Inseparability (tidak dapat dipisahkan) artinya
bahwa jasa tidak dapat dipisahkan dari
penyedianya, entah penyedianya itu manusia
atau mesin.
c. Variability (bervariasi) artinya bahwa mutu jasa
tergantung pada siapa yang menyediakan jasa
disamping waktu, tempat, dan bagaimana
disediakan.
d. Perishability (tidak tahan lama) artinya jasa
tidak dapat disimpan untuk dijual atau dipakai
kemudian .

2.1.4 Pengertian agen

Apabila suata kapal berlabuh disuatu pelabuhan maka


kapal tersebut membutuhkan pelayana dan memeiliki berbagai
keperluan yang harus dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut perusahaan pelayaran yang tidak mempunyai cabang di
suatu pelabuhan kagenan menunjuk perusahaan pelayaran lain
yang berada di sekitar pelabuhan.

2.1.4.1 Keagenan Kapal

Definisi keagena kapal ialah hubungan berkekuasaan


secara hukum yang terjadi bilamana dua pihak bersepakat
memebuat perjanjian, dimana salah satu pihak dinamakan agen
setuju untuk mewakili pihak lainnya yang dinamakan pemilik
(principal) dengan syarat bahwa pemilik tetap memepunyai hak
untuk mengawasi agennya mengenai kewenangan yang di
percayakan kepadanya. Menurut H.A Abbas Salim (1993 : 98)
Agen adalah sebuah badan usaha yang bergerak dalam kegiatan
aktifitas kapal atau perusahaan pelayaran. Untuk melayani
berbagai keperluan tersebut, perusahan pelayaran akan
menunjuk sebuah agen kapal. Secara garis besar ,dikenal
sebagai agen garis kapal, yaitu : General Agent, Sub Agent dan
Cabang Agent.

A. General Agent (Agent Umum)


Adalah suatu perusahaan pelayaran nasional yang
ditunjuk oleh perusahaan pelayaran asing untuk
melayani kapal-kapal miliknya selama berlayar
dan singgah dipelabuhan Indonesia.
1. Perusahaan Indonesia yang memiliki kapal berbendera
Indonesia berukuran minimal 5.000 GRT baik secara
komulatif.
2. Memiliki bukti Perjanjian Keagenan Umum (Agency
Agreement) atau Surat Keagenan Umum (Letter of
Appointment)
B. Sub Agent
Adalah suatu perusahaan pelayaran yang ditunjuk
oleh General Agent untuk melayani kebutuhan
kapal disuatu pelabuhan.
C. Cabang Agent
Adalah cabang dari General Agent disuatu
pelabuhan tertentu. Istialah-istilah Keagenan
Kapal:
1. Booking Agent
Adalah perusahaan pelayarana atau forwading
yang ditunjuk untuk mengurusi muatan kapal
dengan sistem liner.
2. Special Agent (Agen Khusus)
Adalah perusahaan pelayaran yang ditunjuk
untuk melayani kapal sistem tremper pada saat
charter disuatu pelabuhan untuk kegiatan
bongkar muat.
3. Port Agent
Adalah perusahaan pelayaran yang ditunjuk
untuk melakukan tugas-tugas disuatu pelabuhan .
Port Agent bisa menunjuk Sub Agent
dipelabuhan lainya untuk mewakilinya. Port
Agent tetap bertanggung jawab terhadap
principalnya.
4. Protecttual Agent
Adalah Agen yang ditunjuk oleh pencharter
yang tercantum dalam Charter Party untuk
mewakili kepentingannya.
5. Husbndry Agent
Adalah Agen yang ditujuk oleh principal untuk
mewakili diluar kepentingan bongkar muat,
misalnya hanya mengurus ABK, Repair dan
Supplier.
6. Cargo Handling Agent
Adalah Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang
ditunjuk untuk melayani kegiatan bongkar-muat
di pelabuhan.
2.1.4.2 Tugas Keagenan
A. Tugas General Agent
Adalah mengurus semua ijin-ijin di Dirjen Perhubungan Laut, di
kantor Syahbandar dan PT. Pelindo sehubungan dengan
penunjukan keagenan.
Secara garis besar tugas General Agent ada 2jenis yakni :
1. Koordinasi Operasi Pemasaran yang meliputi :
a. Memastikan waktu sandar, lama kegiatan B/M, estimasi
keberangkatan dan melaporkan saat setelah sandar dan
kegiatan B/M serta keberangkatan dengan jumlah
muatannya.
b. Mencarikan muatan atau bila principal yang mencari
muatan maka Agen koordinasi dengan Shipper untuk
mengatur semua keperluan yang berhubungan dengan
muatan, Mengumukan kedatangan kapal dan rencana
keberangkatan dengaan tujuan mana saja, serta
melaporkan kondisi muatan tersebut kepada principal.
2. Koordinasi Keuangan
Mengumpulkan dan mencatat semua pengeluaran biaya dan
tagihan kapal selama berada di pelabuhan. Karena tagihan
dari pelabuhan sering terlambat, maka bagian Disbusment
bertugas menyelesaikan yang tagihan-tagihan yang belum
selesai.Oleh karena itu Agen memerlukan Advance Money
yang cukup, terutama untuk kapal-kapal tramper sebab
mungkin tidak singgah lagi.
3. Penunjukan Sub Agent atau Agent
Untuk pelaksanaan tugas tertentu atau di pelabuhan tertentu,
General Agent tidak melakukannya sendiri. General Agent
akan memerintahkan cabangnya atau perusahaan lain sebagai
agennya.
4. Mengeluarkan disbusment pengeluaran kapal di pelabuhan
sampai dengan berangkat beserta bukti-bukti notanya, harus
berkoordinasi dengan operasional dan keuangan.
5. Koordinasi lain yang berkaitan dengan muatan dan
dokumentasi.
B. Tugas Sub Agent
Secara garis besar ada 2 jenis, yaitu :
1. Pelayanan kapal (ship husbandling) yang meliputi :
Pelayanan ABK , perbaikan atau pemeliharaan kapal
(docking), pemuatan kapal (bunker, air bersih, dan spare
parts)
2. Operasi keagenan (cargo operation) yag meliputi :
Clearence in – out ,tambat, tunda, pandu tiba berangkat,
pengawasan B/M, dan dokumen muatan.
C. Tugas Cabang Agen
Cabang agen juga memiliki 2 jenis, yaitu :
1. Husbandry agent ditunjuk oleh principal untuk mewakili
di luat kepentingan B/M dan hanya mengurus ABK kapal
(repair, supplier dll)
2. Boarding agent adalah petugas dari keagenan yang selalu
berhubungan dengan pihak kapal. Biasanya Boarding
agent yang pertama naik ke kapal waktu kapal tiba untuk
mengambil dokumen, dan terakhir meninggalkan kapal
ketika kapal akan berangkat (Dinas luar operasi) untuk
menyerahkan SPB (Surat Persetujuan Berlayar) ke
nakhoda kapal.
2.1.4.3Fungsi Unit Keagenan
1. Menyusun progam operasional keagenan berdasarkan
kebijaksanaan perusahaan, baik terhadap pelayanan liner
maupun tramper.
2. Memonitor pelaksaan penanganan/pelayanan keagenan, baik
yang bersifat kegiatan fisik muatan maupun jadwal datang dan
berangkat kapal.
3. Mengadministrasikan kegiatan keagenan, baik yang berkaitan
fisik maupun yang menyangkut keuangan dan lain sebagainya.

2.1.4.4 Hubungan Keagenan dengan Clearance


Dalam upaya penegakan hukum dilaut yang dilaksanakan melalui
sautu operasi patroli keamanan dan keselamatan laut, baik secara
persial atau berbagai pemangku kepentingan (stake holder) dilaut
dan secara terkoordinasi yang diselenggarakan dan dikoordinasikan
oleh badan koordinasi keamanan laut, ada beberapa catatan dari hasil
patroli keamanan dan kesalamatan laut, yaitu kasus kapal yang
memiliki SPB, namun ketika diperiksa ditengah laut ternyata tidak
laik laut.

Kapal dianggap tidak laik laut karena terbukti tidak memenuhi


persyaratan ketentuan yang ditetapkan peraturan tentang keselamatan
kapal (sertifikat kapal ada yang mati, PMK tidak berfungsi dan alat
keselamatan kurang memadai, tanda pendaftaran kapal tidak
dipasang, muatan berlebih / over draft, muatan tidak sesuai dengan
dokumen muatan, sijil awak kapal tidak sesuai, buku pelaut mati,
adanya penumpang gelap, OWS kurang berfungsi dengan baik,dsb).

Namun faktanya, kapal tersebut dilengkapi dengan Surat Persutujuan


Berlayar (SPB) yang ditanda tangani dan disahkan syahbandar
pelabuhan dimana kapal tersebut memulai pelayaran (pelabuhan
asal). Yang artiya kapal tersebut sebenarnya telah memenuhi
pemeriksaan administrasi dan fisik pelabuhan dan dianggap laik laut
serta memenuhi ketentuan dan peraturan untuk melakukan pelayaran
diluar.

Dari permasalahan yang terjadi, kadang menimbulkan pertanyaan


yang menggelitik, apakah kapal-kapal itu memang nakal untuk tidak
memenuhi ketentuan sesuai peraturan atau pemeriksaan yang
dilakukan aparat berwenang dipelabuhan khususnya petugas
kesyahbandar yang kurang teliti dan kurang fokus dalam
pemeriksaan kapal dipelabuhan. Kita semua tahu bahwa berdasarkan
menteri perhubungan republik indonesia nomor KM.1 tahun 2010
tentang cara penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearence).
Telah dijelaskan secara terperinci ketentuan dan prosedur bagaimana
Surat Persetujuan Berlayar diterbitkan. Namun pertanyaan nya
adalah apakah telah diimplementasikan secara benar oleh petugas
pemeriksa yang mempunyai kewenangan dilapangan dan apakah
telah dipatuhi dengan baik oleh nakhoda atau pemilik kapal.

Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance) merupakan


suatu proses pengawasan yang dilakukan oleh syahbandar terhadap
kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan untuk
memastikan bahwa kapal, awak kapal, dan muatannya secara teknisi-
administratif telah memenuhi pesyaratan keselamatan dan keamanan
pelayaran .

2.1.4.5 Hubungan Keagenan Kapal Dengan Bea cukai


Telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu tugas dari agen kapal
adalah menyelesaikan urusan yang berkaitan dengan kepabeanan.
Pada bagian ini kita akan membahas peraturan kepabeanan yang
harus di ikuti. Dasar hukum peraturan Bea cukai pada waktu
kedatangan dan keberangkatan kapal dan terhadap barang impor
maupun ekspor umumnya hampir sama di setiap negara yang
dikunjungi oleh kapal. Kalau terdapat perbedaan mungkin hanya
berkaitan dengan prosedur dan penyelesaian dokumen. Tapi di
banyak negara telah di tetapkan hukum dan peraturan dalam
pelaksanaan impor dan ekspor dalam penyelesaian dokumen Bea
cukai (Costum Clearence).
A. Seperti penyelesaian dokumen bea cukai
1. Khusus untuk kapal-kapal yang datang dari atau berangkat
dari luar negeri, agen harus mengurus Custom Clearence
ke Bea Cukai yang memang bertugas mengawasi lalu
lintas barang export dan import yang berhubungan dengan
biayanya.
2. Pada kedatangan kapal, agen harus menyerahkan Import
Manifest, Rencana Kedatangan Sarana Pengangkutan, dan
Data Crew Kapal.
3. Pada keberangkatan kapal, agen juga harus mengurus
Custom Clearence dengan menyerahkan Export Manifest
(Entry Outward Manifest).
2.1.4.6 Hubungan Keagenan Dengan Syahbandar
Pemahaman dan pernyataan Keamanan dan Keselamatan pelayaran
adalah suatu keadaan terpenuhinya keselamatan dan keamanan
yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhan dan
lingkungan maritim. Definisi dari Surat Persetujuan Berlayar itu
sendiri adalah Dokumen Negara yang dikeluarkan oleh Syahbandar
kepada setiap kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan
setelah kapal memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan
kewajiban lainnya.

Tanggung jawab syahbandar sangat berat dalam menjamin


keselamatan dan keamanan pelayaran, karena syahbandar
merupakan pejabat pemerintahan dipelabuhan yang diangkat oleh
menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan
melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan
perundang-undangan untuk menjamin keamanan dan keselamatan
pelayaran.

Sedangkan pengertian kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal


yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan
pencemaran dari kapal,pengawakan, garis muat, pemuatan,
kesejahteraan awak kapal, dan kesehatan penumpang, status hukum
kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar diperairan
tertentu.

Keselamatan kapal itu sendiri adalah keadaan kapal yang memenuhi


persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan dan
perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan alat
penolong dan radio, elektronik kapal. Yang dilakukan dengan
sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian. Selain
kapal harus layak laut, kewajiban kapal lainnya harus dipenuhi
untuk mendapatkan SPB adalah kewajiban pembayaran atas jasa
pelayaran yang berlaku dibidang pelayaran.

Bukti pemenuhan kewajiban kapal lainnya, meliputi :

1. Bukti pembayaran jasa kepelabuhan


2. Bukti pembayaran jasa kenavigasian
3. Bukti pembayaran penerimaan uang perkapalan
4. Persetujuan (Clearance) Bea dan cukai
5. Persetujuan (Clearance) imigrasi
6. Persetujuan (Clearance) karatina

Penulis terinspirasi untuk mengungkap suatu masalah yang


berkaitan dengan Surat Persetujuan Berlayar dan ada
kaitannya dalam pemeriksaan kapal ditengah laut untuk
menjadi masukan bagi pengguna laut atau kapal, para aparat
kesyahbandaran dipelabuhan, para penegak hukum dilaut dan
aparat terkait lainnya, agar semua pihak bisa saling
mengingatkan untuk konsisten dalam kepatuhan pada azas
kepastian hukum dan mentaati ketentuan perundang-
undangan dan peraturan yang berlaku.

Kasus kapal yang sebenarnya tidak laik laut namun memiliki


SPB adalah kasus lama yang terus terjadi berulang ulang di
indonesia dan menjadi suatu fenomena yang dianggap biasa
dalam pengurusan Surat Persetujuan Berlayar (SPB)
menggunakan jalur cepat bagi kapal-kapal yang akan
berlayar. Berdasarkan pengalaman penulis saat masih
bertugas sebagai perwira kapal patroli KPLP, Diperhubla dari
tahun 1984 s/d 1998, kasus kapal tidak laik laut, namun
dilengkapi SPB juga sering terjadi, sehingga penulis juga
mempertanyaan kualitas pemeriksaan terhadap kapal yang
akan bertolak dari pelabuhan apakah pemeriksaan
administrative dan pihak kapal telah dilakukan secara ketat
dan telah melalui prosedur yang benar.

Demikian pula ketika penulis bertugas sebagai pengawas


keselamatan maritim posko Ditjenhubla pada tahun 1998 s/d
2011, dalam rekapitulasi dan analisis pada berbagai musibah
kapal dilaut ternyata sebagian besar musibah dilaut
diakibatkan karena kapal berlayar dalam keadaan kurang laik
laut, dan implikasi dari musibah kapal tersebut sering
syahbandar terkena efeknya, dianggap lalai, juga harus ikut
bertanggung jawab atas kebijakannya megeluarkan surat
persetujuan berlayar (SPB) , walaupun nakhoda telah
membuat surat pernyataan kesiapan kapal (master sailing
declaration).

Rasa penasaran penulis untuk lebih memahami permasalahan


kesyahbandaran terpenuhi, ketika penulis mengikuti
pendidikan dan pelatihan (diklat) kesyahbandaran, ternyata
banyak yang perlu dibenahi dan dicarikan solusinya dari
permasalahan surat persetujuan berkayar (SPB) yang
dilakukan dengan prosedur kurang benar. Karena pada
akhirnya malah menimbulkan kesulitan bagi kapal itu saat
melakukan pelayaran ditengah laut, menjadi beban fikiran
bagi aparat pemeriksaan kelaiklautan kapal, menyusahkan
syahbandar dan juga menjadi masalah pemerintah.
Kementrian perhubungan, terutama jika seluruh kapal
menjadi pemberitaan nasional, dan menimbulkan korban jiwa
dan kerugian materi yang sangat besar .
Ada berbagai analisis mengapa kapal baru mendapatkan
SPB , walaupun sebenarnya tidak laik laut, sebagai berikut :

1. Oknum dari pemilik / agen operator nahkoda kapal yang


kurang peduli pada keselamatan dan keamanan kapalnya
sendiri, serta kadang nakhoda tahu kapalnya tidak laik
laut namun terpaksa membawa kapal yang tidak laik laut
itu, dan dalam pengurusan SPB kapal tersebut, sang agen /
pemilik kapal lebih suka bermain mata dengan petugas
pemeriksaan dilapangan, daripada taat hukum dengan
mengikuti semua aturan yang berlaku dengan
melengkapi / memenuhi kekurangan untuk persyaratan
kelaik lautan kapal nya.

Akibatnya syarhbandar yang kurang teliti langsung


menandatangani SPB dan terkena getahnya, ketika kapal itu
bermasalah saat diperiksa petugas penegak hukum dilaut
ataupun kadang ikut terseret kasus ketika kapal tersebut
mengalami musibah dilaut yang menimbulkan banyak
korban jiwa .
2. Perilaku awak kapal dan penumpang kapal yang tidak
disiplin dan menghasilkan faktor keselamatan, dimana
petugas kesyahbandaran dilapangan, dirayu dengan
kebijaksanaan, dan iming-iming untuk melancarkan
terbitnya surat persetujuan berlayar kapal tersebut,
walupun kapal penumpang tersebut telah mengabaikan
faktor keselamatan dan kelaikan, misalnya alat
keselamatan penumpang kurang, kelebihan penumpang
dan over draft .

Atau dalam kasus lain para penumpang naik dengan


sembunyi-sembunyi melalui perahu ke kapal tersebut tanpa
sepengetahuan petugas kesyahbandaran pelabuhan, jika
terjadi musibah kapal dengan korban jiwa sangat besar,
haruslah diketahui dari hasil penyelidikan dan penyidikan
bahwa sebenarnya kapal tidak laik laut, jumlah penumpang
berbeda antara daftar penumpang dengan jumlah penumpang
sebenarnya dan akibatnya syahbandar terseret kasus tersebut
dianggap lalai dan disalahkan.

3. Pihak awak kapal yang nakal dengan sengaja


memanipulasi kenyataan yang sebenarnya, terutama alat
keselamatan. Misalnya liferaft dan PMK yang telah
kadarluarsa dirubah seolah menjadi masih berlaku, juga
barang berbahaya yang banyak dimanipulasi dengan
laporan barang biasa untuk menghindari pengangkutan
dengan kapal khusus dan petugas pemeriksaan kelaik
lautan dilapangan kurang teliti dalam pemeriksaan kapal
tersebut dan dengan mudahnya memperlancar penerbitan
SPB. Namun ketika musibah kapal terjadi ditengah laut,
ternyata kapal tidak laik laut dan syahbandar pun terkena
dampaknya.

4. Aparat pemeriksaan kelaiklautan kapal dipelabuhan bukan


dilakukan oleh orang yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi yang memadai dibidang kesyahbandaran,
akibatnya pemeriksaa fisik kapal dilapangan dilakukan
kurang teliti dan lebih kepada pemeriksaan formalitas
belakang.

2.1.5 Pengurusan
Pengurusan adalah suatu kegiatan yang dimana agen PT. Bahtera
Adhiguna mengurusi semua kegiatan pengurusan dokumen, mulai
dari kedatangan kapal sampai keberangkat kapal. Seperti
pengurusan dokumen awak kapal ,dokumen barang, dan dokumen
kapal. Menurut ariandi (2007:22) pengurusan itu sendiri yaitu
proses kegiatan mengurusi atau orang yang bertindak untuk
mengurusi semua kegiatan yang ada. Agen berperan penting untuk
mengurusi semua proses kegiatan untuk penngurusan dokumen
kapal yang akan diperlukan.
2.1.6 Definisi Dokumen
Dokumen bisa disebut sebagai pengumpulan data yang kongkrit dan
didapatkan berdasarkan proses pengolahan tertentu. Menurut pendapat
Suyono R.P (2007 : 145) dokumen diartikan sebagai sesuatu yang
tertulis atau tercetak dan juga bisa memberikan keterangan yang
penting. Seperti salah satu tugas keagenan kapal, dokumen crew
maupun dokumen perdagangan. Berikut ini adalah dokumen pelayaran
yang dapat dilampirkan :
A. Bill Of Loading (B/L) atau konosemen adalah dokumen pelayaran
yang berfungsi sebagai :
1. Bukti bahwa barang telah dimuat di kapal.
2. Dokumen hak milik dari pemilik barang (Dokumen of Title).
3. Kontrak Angkut (Contract of Affreightment)
4. Dokumen jual-beli (Transferable Document).
B. Sea Waybills
Pengganti ocean B/L yang saat ini sudah dianggap tidak memadai
lagi. Waybill adalah dokumen yang tidak dapat diperdagangkan atau
non-negotiable dan dibuat untuk consignee yang disebut di
dalamnya. Penerima barang dapat mengambil barang dengan
menunjukan waybills.
C. Manifest
1. Cargo Manifest merupakan dokumen yang menginformasikan
tentang jumlah muatan di kapal untuk setiap satu pelabuhan
tujuan
2. Freight Manifest menerapkan tentang freight, surcharge dll.
3. Manifest disiapkan oleh agen / perwakilan pengangkut, namun
dapat juga dikerjakan oleh freight forwarder bila harus
berhubungan dengan Bea Cukai dan Pejabat Pelabuhan.
D. Shipping Note
1. Merupakan dokumen yang dibuat oleh Shipper ditujukan kepada
Carrier untuk membooking muatan.
2. Merupakan tanda komitmen Shipper untuk meninggalkan
muatannya dan juga digunakan untuk mempersiapkan B/L.
E. Delivery Order (D.O)
Adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pihak yang berkuasa
menyimpan barang. Didalam mendapatkan D.O Consignee telah
melunasi : freight, biaya-biayanya pelabuhan
(THC,Storage,Dermaga OPP/OPT).
F. Mates’s Receipt
Adalah dokumen tanda terima dari pengangkut untuk menyatakan
bahwa barangnya telah diterima di kapal dimana berfungsi untuk
menukarkan B/L.
Disamping dokumen utama tersebut terdapat juga dokumen /
formulir tambahan dalam pengawasan operasi kapal sewaktu
dikerjakan.
2.1.6.1 Dokumen Clearance In

Adalah dokumen kedatangan kapal, yang dimana agen naik ke atas


kapal untuk mengambil dokumen kapal untuk di foto copy
kemudian di serahkan ke Syahbandar guna kelancaran pengurusan
Clearence In. Dokumen yang dilampirkan :

Permohonan Clearance In

 Port Clearence
 PKKA
 Stowage Plan
 Crew List
 Ship’s Particular
 Port Of Call List
 B/M atau Manifest
 Maritime Declaration Of Health
 Sertifikat Kapal
o Surat Kebangsaan
o Surat Ukur
o Load Line
o Minimum Safe Manning Certificate
o Cargo Ship Safety Construction Certificate
o Cargo Ship Safety Equipment Certificate
o Cargo Ship Safety Radio Certificate
o Safety Management Certificate
o Document Of Compliance
o International Oil Pollution Prevention Certificate
(IOPP)
o International Air Pollution Prevention Certificate
(ISPP)
o International Anti-Fouling System Certificate
o International Ship Security Certificate
o Certificate Of Classification (COC)
o Certificate Bunker Oil Pollution Damage
2.1.7 Pengertian Clearence
Clearance adalah proses penyelesaian yang harus dipenuhi oleh setiap
perusahaan untuk kapal-kapal perusahaan mereka, yang akan
memasuki (mendatangi) dan berangkat (meninggalkan) pelabuhan asal
atau pelabuhan tujuan agar dapat berjalan dengan lancar dan aman.
Menurut Abdulsyani (2007 : 65) Clearence adalah penyelesaian dan
pengurusan berbagai dokumen administrasi, biaya oajak, dan hal
terkait lainnya. Dalam proses Clearance ada dua yaitu :
A. Clearence In
Clearence In merupakan proses penyelesaian kedatangan kapal,
yang dimana agen mengurusi semua proses penyelesaian
sebelum kapal datang. Menurut Sutomo (2002 : 57) Clearence
In suatu penyelesaian pengurusan dokumen kedatangan kapal
sebelum kapal datang. Yang perlu di siapkan sebelum kapal
datang yaitu, menyerahkan dokumen kapal ke PPSA (Pusat
Pelayanan Satu Atap) supaya PPSA menyiapkan kapal pandu
utuk kadatangan kapal ke Petrokimia Gresik, supaya pihak
Petrokimia Gresik menyiapkan dermaga untuk sandar kapal
selanjutnya proses pembongkaran dan pemuatan barang pada
kapal.
B. Clearence Out
Clearence Out merupakan proses penyelesaian keberangkatan
kapal, yang dimana agen harus mempersiapkan semua
dokumen-dokumen yang diperlukan oleh kapal, dan
mempersiapkan kapal pandu untuk menarik kapal dari dermaga.
Menurut Sutomo (2002 : 58) Clearence Out adalah suatu
penyelesaian pengurusan dokumen kapal, menyiapkan semua
dokumen yang di butuhkan pada saat keberangkatan kapal atau
saat berlayar.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


3.1.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan yaitu metode
penelitian kualitatif. Menurut (2004:4) mengartikan bahwa
penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut Bogdan, penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang membutuhkan pendalaman
penghayatan terhadap interaksi antara konsep atau analisa secara
mendalam tentang hubungan konsep yang dikaji secara empiris.
Meolong (2004:4) mengartikan bahwa penelitian kualitatif adalah
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.
Dari definisi tersebut mendorong saya untuk melakukan
penelitian kualitatif, mengapa? Karena dengan metode ini saya
dapat mengetahui cara pandang obyek penelitian lebih mendalam
yang tidak bisa diwakili dengan angka-angka statistik. Melalui
metode kualitatif saya dapat mengenal subyek secara pribadi dan
melihat mereka mengembangkan definisi mereka sendiri.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field
Reserach) yang dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian
kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif.
Meolong (2004:4) maka dalam hal ini penelitian yang
menggunakan ini terkait erat dengan pengamatan berproses dengan
penelitian lapangan sangat penting dilakukan dengan asumsi dasar
bahwa dengan mengadakan pengamatan lapangan tentang
fenomena dalam suatu keadaan alamiah akan menemukan data yang
komplit dan benar sesuai penelitian. Alasan peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif karena peneliti ingin menjelaskan secara
mendalam mengenai suatu peristiwa yang terjadi dalam bentuk
sebuah kalimat atau pernyataan.

3.1.2 Ciri-ciri Penelitian Kualitatif


Menurut pandangan Poerwandari (2007) yang mengacu pada
Pandangan Patton (1990) tentang ciri-ciri penelitian kualitatif
adalah sebagai berikut :
A. Studi dalam situasi alamiah (naturalistic inquiry)
Desain penelitian kualitatif bersifat alamiah, alam arti
peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi latar penelitian,
melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena. Fokus
penelitian berupa orang, kelompok, program, pola
hubungan, ataupun interaksi, dan semuanya dilihat pada
konteks alamiah.
B. Analisa Induktif
Peneliti menetapkan variabel-variabel utama beserta dengan
pernyataan-pernyataan tentang variabel tersebut sebelum
pengumpulan data dilakukan berdasarkan kerangka teoritis
yang secara eksplisit dipilih.
C. Kontak personal langsung peneliti dilapangan
Kegiatan lapangan merupakan aktivitas sentral dari sebagian
besar penelitian kualitatif. Mengunjungi lapangan berarti
mengembangkan hubungan personal langsung dengan
orang-orang yang diteliti.
D. Perspektif Holistic
Pendekatan holistik mengasumsikan bahwa keseluruhan
fenomena perlu dimengerti sebagai suatu sistem yang
kompleks dan lebih bermakna daripada penjumlahan bagian-
bagian.
E. Perspektif Dinamis
Minat peneliti kualitatif adalah mendeskripsikan dan
memahami proses dinamis yang terjadi berkenaan dengan
gejala yang diteliti.
F. Fleksibilitas Rancangan
Pada ciri ini penelitian kualitatif bersifat tidak dapat secara
jelas, lengkap, dan pasti ditemukan di awal sebelum
dilaksanakannya pekerjaan dilapangan. Tentu saja,
rancangan awal yang disusun sebaik mungkin yang
menentukan fokus pertama, rencana-rencana pengamatan
dan wawancara, pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
Dengan demikian desain penelitian kualitatif memiliki sifat
luwes yang akan berkembang sejalan berkembangnya
pekerjaan dilapangan.

3.1.3 Fungsi Penelitian Kualitatif


Seorang peneliti harus tegas dan kreatif dalam memainkan
peran dan menetapkan batasan-batahsan antara peran-peran
tersebut. Tidak boleh terjadi pertukaran peran dan fungsi yang
tidak seharusnya karena akan mengakibatkan ketidak
harmonisan dalam penelitian yang dilakukan. Ketiga fungsi
peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
A. Peneliti berfungsi sebagai alat
Salah satu fungsi utama bagi seorang peneliti ketika
melakukan suatu penelitian kualitatif adalah berperan
sebagai instrumen dalam penelitian yang dilakukannya .
Instrumen atau alat yang dimaksud adalah semenjak awal
hingga akhir penelitian, peneliti sendiri yang berfungsi
penuh atau peneliti sendiri yang terlibat aktif dalam
penelitian yang dilakukan.
B. Peneliti berfungsi sebagai peneliti itu sendiri
Seorang peneliti kualitatif berfungsi sebagai seorang
peneliti, ia harus tetap memiliki atribut-atribut peneliti,
seperti menjunjung tinggi kode etik penelitian dan etika
sebagai seorang peneliti, tujuan penelitian yang
dilakukannya, idealisme yang mendasari pemikiran-
pemikirannya, daya kritis dan analisanya, pemahaman
yang matang mengenai metodologi.
C. Peneliti berfungsi sebagai evaluator
Fungsi yang tidak kalah pentingnya sebagai seorang
peneliti kualitatif adalah fungsi sebagai evaluator yang
mengevakuasi jalannya penelitian yang dilakukan untuk
tetap pada jalur tujuan yang diinginkan dan tetap
berpegang pada ketentuan-ketentuan metodologis yang
benar. Haris Herdiansyah (2012:19-20)
3.2 Definisi Variabel

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah Keagenan :

Keagenan adalah suatu hubungan yang berkekuasaan secara


hukum yang terjadi bilamana dua pihak bersepakat membuat
perjanjian, diana salah satu pihak dinamaka agen setuju untuk
mewakili pihak lainnya yang dinamakan pemilik (principal) dengan
syarat bahwa pemilik tetap mempunyai hak untuk mengawasi agennya
mengenai kewenangan yang dipercayakan kepadanya. Menurut H.A
Abbas Salim (1993 : 98) Agen adalah badan usaha yang bergerak
dalam kegiatn atau aktifitas kapal atau perusahaan pelayaran. Untuk
melayani berbagai keperluan tersebut, perusahaan pelayaran akan
menunjuk sebuah agen kapal.

Indikator Keagenan :

a. Pengurusan Dokumen dan Sertifikat Expiped


b. Keterlambatan Pembayaran Owner
c. Ditundanya SPB (kerusakan kapal)
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel Terikat dala penelitian ininadalah Clearence :
Clearence adalah proses penyelesaian yang harus dipenuhi oleh setiap
agen perusahaan untuk kapal perusahaan, yang akan datang dan
berangkat dari pelabuhan asal atau pelabuhan tujuan agar dapat berjalan
dengan baik dan aman menurut pendapat Rusman Hoesin, MSc (2009 :
135). Clearance in merupakan proses penyelesaian kedatangan kapal
sedangkan Clearance Out merupakan proses penyelesaian
keberangkatan kapal.
Indikator Clearance
a. Permohonan penertiban surat persetujuan berlayar
b. Daftar Pemeriksaan Kapal
c. Laporan kedatangan / keberangkatan kapal
d. Daftar awak kapal
e. Pembayaran jasa kepelabuhan

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan data


yang akan diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu yang
selanjutnya akan menghasilkan suatu hal yang dapat menggambarkan
atau mengindikasikan sesuatu. Dalam penelitan apapun pasti
melibatkan data sebagai “bahan/materi” yang diolah untuk
menghasilkan sesuatu. Menurut Haris Herdiansyah, metodologi
penelitian kualitatif untuk ilmu sosial (2012 : 116) dalam penelitian
kualitatif dikenal beberapa metode pengumpulan data yang umum
digunakan beberapa metode, antara lain wawancara, dan observasi
studi dokumentasi.

3.3.1 Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan


cara bertanya dengan narasumber atau subjek mengenai hal yang
berkaitan dengan penelitian. Menurut Meolong (2004 : 18),
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (Interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Teknik wawancara
yang digunakan oleh penulisan ialah teknik wawancara semi-
terstruktur, beberapa ciri dari wawancara semi-terstruktur dijelaskan
sebagai berikut :

A. Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur


pembicaraan. Jadi pertanyaan yang diajukan yang kemudian
dijawab oleh terwawancara tidak dibatasi, sehingga subjek
dapat lebih bebas mengemukakan jawaban apapun selama tidak
keluar dari konteks pembicaraan.
B. Walaupun ada kebebasan dalam menjawab pertanyaan
wawancara, tetapi kecepatan dan ketepatan waktu wawancara
dapat diprediksi.
C. Pertanyaan yang diajukan bersifat fleksibel, jadi pertanyaan
yang diajukan oleh pewawancara terhadap terwawancara dapat
di kondisikan seperti apa situasi dan kondisi yang ada .
D. Terdapat tujuan dari wawancara semi-terstruktur hal tersebut
untuk mengetahui dan memahami mengenai suatu fenomena
atau permasalahan tertentu.
E. Dalam metode wawancara, penulis melakukan wawancara
dengan beberapa koresponden yang terkait dengan proses
Sistem dan Prosedur Pelayanan (SISPRO) Pelayanan Kapal dan
Barang di Pelabuhan Tanjung Wangi.

Koresonden yang terkait yaitu :

1. Koresponden I
Staf Operasional di Bidang Keagenan, Kepala seksi
Operasional, Kepala Bagian Usaha di PT. BAHTERA
ADHIGUNA dan Usaha Kepelabuhanan Kantor Otoritas
Pelabuhan Tanjung Wangi Banyuwangi.
2. Koresponden II
Pengguna jasa yang melakukan kegiatan operasional di
Pelabuhan Tanjung Wangi Banyuwangi.

3.3.2 Observasi

Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan


cara mengamati objek yang diteliti. Jadi mengatakan bahwa observasi
biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
atau fenomena yang diteliti. Dalam proses observasi peneliti
menggunakan dua idera utama, yaitu penglihatan dan pendengaran
untuk mengamati secara langsung obyek datanya hal-hal yang
berhubungan dengan objek yang diteliti.

Keuntungan cara ini ialah, bahwa peneliti telah merupakan


bagian integral dari situasi yang dipelajarinya. Sehingga kehadirannya
tidak mempengaruhi situasi itu dalam kewajaran nya. Ia mengenal
situasi itu dengan baik karena ia berada di dalamnya dan dapat
mengumpulkan keterangan yang banyak S.Nasution (2003 : 107).

Selama penulis melaksanakan praktek darat di Kantor


Operasional Keagenan, tepatnya di PT. BAHTERA ADHIGUNA ,
penulis telah menjadi bagian dalam melakukan pengurusan dokumen
kapal dan prosesmkegiatan clearance in-out dengan pihak-pihak yang
terkait dalam pengurusan clearance. Sehingga dari pengalaman
praktek darat tersebut penulis banyak mendapatkan keterangan-
keterangan secara langsung berkaitan dengan penyusunan tugas akhir
ini.

3.3.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber data untuk melengkapidata-
data penelitian baik berupa sumber penulis, gambar, atau
foto. Dalam hal dokumentasi Bogdan menyatakan “ Publish
autobiographics provide a readiley available source of date
for the discerning qualitative research” bahwa hasil
penelitian akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-
foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
Sugino mengatakan, bahwa studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif. Dokumen yang digunakan dalam
penelitian kualitatif. Dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu berupa foto-foto yang menggambarkan
kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian.
3.3.4 Riset Pustaka
Selain dengan cara observasi, penulis menggunakan metode
riset pustaka dimana data-data yang diperoleh berasal dari
buku-buku, literatur-literatur, undang-undang tentang
pelayaran dan sumber-sumber tertulis lainnya yang
berhubungan dan menunjang penyusunan tugas akhir ini.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek
dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan Sugiyono (2008 :115). Adapun
populasi data dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan
yang adi di Pelabuhan Tanjung Wangi Banyuwangi yang
dilakukan oleh PT. BAHTERA ADHIGUNA.
Sampel adalah kegiatan dari populasi atau kegiatan dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyoni
(2008 : 116) Sampel dalam penelitian ini adalah proses
Clearance In dan Clearance Out pada Kantor Operasional
Keagenan tepatnya di PT. BAHTERA ADHIGUNA
Banyuwangi.
3.5 Lokasi / Tempat Penelitian
Menurut Moleong, dalam pemilihan subjek dan latar
dikarenakan keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu,
biaya, tenaga, perlu juga menjadi pertimbangan dalam
menentukan lokasi penelitian. Lokasi / tempat penulis
melakukan penelitian adalah di Kantor Operasional, tepatnya
di PT. BAHTERA ADHIGUNA yang beralamatkan di Jalan
Bulusan Situbondo, Banyuwangi . Penulis memilih lokasi
tersebut karena penulis melakukan penelitian saat praktek
darat di Kantor Operasional, tepatnya di PT. BAHTERA
ADHIGUNA Banyuwangi.
3.6 Sumber Data
Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber data Primer
Merupakan sumber data yang langsung diberikan oleh
informan mengenai fokus penelitian selama berada di
lokasi penelitian . Sumber data primer ini merupakan unit
analisis utama yang digunakan dalam kegiatan analisis
data. Dalam hal ini sumber data primer diperoleh peneliti
selama proses pengumpulan data dengan menggunakan
teknik wawancara mendalam dan observasi terhadap
implementasi Pelayanan Kapal dan Barang di Pelabuhan
Tanjung Wangi.
2. Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data tertulis yang digunakan sebagai
informasi pendukung dalam analisis primer. Sumber data
sekunder berfungsi sebagai penunjang data primer. Dalam
hal ini misalnya peneliti memperoleh melalui dokumen-
dokumen tertulis terkait pengurusan dokumen clearence di
Pelabuhan Tanjung Wangi. Buku-buku yang berkaitan
dengan masalah penelitian, sumber internet yang berkaitan
dengan masalah penelitian dan lain sebagainya.
3.7 Analisis data
Menurut pendapat potton yang dikutip oleh Moelong bahwa
analisis data adalah proses mengatur urutan data
mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan suatu
uraian data. Sedangkan analisa data kualitatif menurut
Bogdan dan Biklen dalam Meolong adalah supaya yang
dilakukan dengan jalana bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensistensikan nya mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Meolong (2002 : 248).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian
kualitatif dalam menganalisa yang diperoleh oleh penulis
dalam meneliti. Metode deskriptif menurut Suharsimi
Arikunto penelitian Non Hipotesis, sehingga dalam langkah
penelitian nya tidak perlu merumuskan Hipotesis (2002 :45).

Anda mungkin juga menyukai