DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran 2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan 3. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional 4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut 5. Keputusan Dirjen Perhubungan Laut Nomor PY.66/1/2-02 tentang Persyaratan Keselamatan bagi Kapal Layar Motor (KLM) berukuran Tonage Kotor sampai dengan GT. 500 6. Keputusan Dirjen PY.65 tentang Keselamatan bagi Kapal Layar
2
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Bab I Ketentuan Umum menyebutkan bahwa pelayaran rakyat adalah usaha rakyat yang bersifat tradisional dan mempunyai karakteristik untuk melaksanakan angkutan diperairan dengan menggunakan kapal layar, kapal layar motor dan atau kapal motor sederhana berbendera Indonesia dengan ukuran tertentu
Keberadaan armada/kapal tradisional bersamaan dengan keberadaan bangsa Indonesia yang mendiami nusantara Armada kapal tradisional yang juga sebagai potensi armada niaga nasional merupakan aset nasional yang perlu dikembangkan dan diberdayakan Awalnya armada/kapal tradisional digunakan untuk mengangkut barang-barang dagangan sendiri, namun dalam perkembangannya berubah fungsi menjadi angkutan umum di laut Sampai tahun 1972 perahu-perahu pelayaran rakyat sepenuhnya menggunakan layar motor yang digerakkan oleh angin Seminar modernisasi dan motorisasi pelayaran rakyat di Makassar tahun 1972 mencanangkan gerakan motorisasi bagi perahu-perahu baik yang sudah beroperasi maupun yang baru dibangun Presiden Suharto membantu memberikan 100 unit mesin yang mendorong kalangan pengusaha pelayaran rakyat melakukan motorisasi perahu-perahu pelra Sampai dengan tahun 2000 seluruh armada pelayaran rakyat sudah dimotorisasi
4
Membantu tim SAR bila terjadi musibah di laut Melestarikan budaya nasional Indonesia
10
11
.LANJUTAN
ASPEK TIPE DAN KONSTRUKSI
1. Mendayagunakan pembangunan kapal dengan bahan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan teknologi 2. Kapal diperuntukan untuk angkutan barang umum, hewan dan penumpang 3. Pengawakan sesuai dengan ketentuan 4. Melaksanakan angkutan laut sampai ke pulau-pulau kecil dan menghubungkan pelabuhan terpencil di seluruh Indonesia dan lintas batas negara tetangga 5. kapal-kapal pelayaran rakyat wajib asuransi dan dapat digunakan pada bank kreditor ASPEK PENGEMBANGAN PELABUHAN
1. Kepastian lokasi tambat labuh untuk kapal tradisional 2. Mengembangkan dan membangun pelabuhan yang disinggahi kapal-kapal tradisional di Kabupaten Kepulauan Seribu 3. Mengembangkan fasilitas terminal untuk barang dan penumpang
12
13
PEMBERIAN IZIN : Pasal 99 s/d 102 Beroperasi Pada Lintas Pelabuhan antarkabupaten/kota dalam propinsi, pelabuhan antar propinsi dan pelabuhan int.
Evaluasi : Dilakukan Oleh Gubernur Secara Berkala setiap 2 (dua) Tahun Laporan : Disampaikan Oleh Gubernur/Bupati/Walikota Secara Berkala Setiap 6 Bulan Kepada Menteri
1. Usaha Pengelolaan Kapal 2. Usaha Perantara Jual Beli dan/atau Sewa Kapal 3. Usaha Keagenan Awak Kapal 4. Usaha Keagenan Kapal
1. Laporan Bulanan dan Tahunan Kegiatan Usaha Dilaporkan Kepada Gubernur/Bupati/Walikota dengan Tembusan Otoritas Pelabuhan / Unit Penyelenggara Pelabuhan
2. Gubernur/Bupati/Walikota melakukan Evaluasi Kegiatan Usaha Secara Berkala Setiap 2 tahun. 3. Gubernur/Bupati/Walikota Melaporkan Kepada Menteri Secara Berkala Setiap 6 Bulan Untuk Dijadikan Bahan Penyusunan Sistem Informasi Angkutan di Perairan.
PERSYARATAN Mengajukan surat permohonan SIUPER dengan melampirkan photo copy dokumen-dokumen sebagai berikut :
ADMINISTRASI : 1. Memiliki akte pendirian perusahaan bagi yang berbentuk badan usaha atau 2. Memiliki kartu tanda penduduk bagi orang perseorangan warga negara Indonesia; 3. Memiliki Penanggung Jawab; 3. Memiliki nomor pokok wajib pajak; 4. Memiliki surat keterangan domisili bagi yang berbentuk badan usaha; dan 5. Memiliki paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dibidang ketatalaksanaan, nautis tingkat dasar atau teknis pelayaran niaga tingkat dasar.
TEKNIS : 1. Memiliki Kapal Layar (KL) berbendera Indonesia yang laik
laut dan digerakkan sepenuhnya dengan tenaga angin; 2. M emiliki Kapal Layar Motor (KLM) tradisional berbendera Indonesia yang laik laut berukuran sampai dengan GT 500 (lima ratus Gross Tonnage) dan digerakkan oleh tenaga angin sebagai penggerak utama dan motor sebagai tenaga penggerak bantu; atau 3. Kapal Motor (KM) berbendera Indonesia yang laik laut berukuran paling kecil GT 7 (tujuh Gross Tonnage) yang dibuktikan dengan salinan grosse akta, surat ukur, dan sertifikat keselamatan kapal yang masih berlaku.
KEWAJIBAN PERUSAHAAN PELAYARAN RAKYAT YANG TELAH MENDAPATKAN IZIN USAHA 1. Memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin usaha 2. Melakukan kegiatan operasional secara nyata dan terus menerus selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak ijin usaha diterbitkan 3. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang masih berlaku 4. Melaporkan secara tertulis kepada pejabat pemberi izin , apabila terjadi perubahan nama Direktur/Penanggung Jawab dan atau nama pemilik atau domisili, NPWP selambat-lambatnya 14 hari setelah terjadinya perubahan itu dan tembusannya disampaikan kepada Dirjen Hubla 5. Melaporkan semua data kapal milik atau charter serta kapal yang dioperasikan
18
KEWAJIBAN PERUSAHAAN PELAYARAN RAKYAT YANG TELAH MELAKUKAN KEGIATAN USAHA 1. Laporan bulanan kepada KSOP/Kanpel Setempat selambatlambatnya 14 hari pada bulan berikutnya 2. Laporan realiasi perjalanan kapal (voyage report) kepada Pemberi Izin dan tembusannya kepada Dirjen Hubla 3. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang masih berlaku 4. Laporan tahunan kegiatan perusahaan kepada pejabat pemberi ijin dengan tembusan kepada Dirjen Hubla 5. Melaporkan semua data kapal milik atau charter serta kapal yang dioperasikan
19
PENGATURAN TRAYEK PELAYARAN RAKYAT 1. Kegiatan pelayaran rakyat diselenggarakan dengan trayek tidak tetap dan tidak teratur atau tramper dan trayek tetap atau teratur liner 2. Trayek tramper diberikan untuk angkutan general cargo, barangbarang curah kering dan atau curah cair 3. Untuk kegiatan angkutan penumpang dengan trayek liner atau teratur. 4. Perusahaan pelayaran rakyat wajib melaporkan penempatan kapalnya kepada : a. Bupati/ Walikota bagi perusahaan yang berdomisili dan beroperasi pada lintas pelabuhan dalam wilayah kabupaten/kota setempat b. Gubernur bagi perusahaan yang berdomisili dan beroperasi pada lintas pelabuhan antar kabupaten/kota dalam wilayah provinsi setempat dan pelabuhan antar propinsi
20
21
Terima Kasih
22