Anda di halaman 1dari 47

MODUL PEMBELAJARAN

KEPABEANAN, IMIGRASI,
KARANTINA DAN KSOP

PROGRAM DIPLOMA-IV

JURUSAN TRANSPORTASI LAUT

TIM PENYUSUN

POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

2020
PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih setiaNya Penulis
dimampukan untuk menyelesaikan Modul “Kepabeanan, Imigrasi, Karantina dan KSOP”
sebagai bahan dalam pengembangan dan menambah pengetahuan tentang Instansi-instansi
terkait di Pelabuhan.

Besar harapan agar modul ini dapat bermanfaat dalam Kegiatan Belajar Mengajar Taruna
Politeknik Pelayaran Surabaya Khususnya Jurusan Transportasi Laut.

ii
BAB I
PENGERTIAN, FUNGSI DAN JENIS PELABUHAN

A. PENGERTIAN PELABUHAN
Menurut undang-undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Pelayaran, menyatakan: “
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan perusahaan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang,
berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi.
Sedangkan pengertian kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus
lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat
perpindahan intra dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah
dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.
Unsur terpenting adalah tujuan penyelenggaraan pelabuhan, yakni :
a. Untuk menunjang safety,security dan kualitas layanan kapal, arus barang serta
penumpang,
b. Mendorong pembangunan perekonomian nasional dan daerah.

B. PERAN DAN FUNGSI PELABUHAN


1. Peran Pelabuhan
Pelabuhan sebagai sub sistem terhadap pelayaran. Dan pelayaran adalah pembawa bendera
mengikuti pola perdagangan (ship follows the trade), maka pelabuhan menjadi salah satu
unsur penentu terhadap aktivitas perdagangan. Pelabuhan yang dikelola secara efisien
akan mendorong kemajuan perdagangan, bahkan industri di daerah belakang akan melaju
dengan sendirinya.
2. Fungsi Pelabuhan
Berdasarkan ketetentuan Undang-Undang Pelayaran, fungsi pelabuhan adalah sebagai
tempat kegiatan :
 Pemerintahan;
 Pengusahaan.
Fungsi Pelabuhan secara umum meliputi :
1) Gateway
Berawal dari kata pelabuhan atau port yang berasal dari kata Latin Porta telah
bermakna sebagai pintu gerbang atau gateway. Pelabuhan berfungsi sebagai pintu yang

1
dilalui orang dan barang ke dalam maupun ke luarpelabuhan yang bersangkutan. Dan
disebut sebagai pintu karena pelabuhan adalah jalan atau area resmi bagi lalu lintas
barang dan perdagangan. Masuk dan keluar barang harus memenuhi prosedur
kepabeanan dan karantina, di luar jalur resmi tersebut tidak tidak dibenarkan.

2) Link
Dari batasan pengertian yang telah dipaparkan terdahulu, keberadaan pelabuhan pada
hakikatnya memfasilitasi pemindahan barang muatan antara moda transportasi darat
(inland transport) dan moda transportasi Laut (maritime transport) menyalurkan
barang masuk dan keluar daerah pabean secepat dan seefisien mungkin. Pelabuhan
versi UNCTAD berfungsi sebagai mata rantai (link) yang menjadi penghubung
rangkaian tranportasi atau a port is, therefore, an essential link in the international
maritime transport chain dan menyatakan bahwa “the primary function of a sea port is
to transfer cargo between maritime and inland transport quickly and efficiently.
Palabuhan sebagai Link memiliki tiga unsur penting yakni:
a) Menyalurkan atau memindahkan barang muatan dari kapal ke truk;
b) Operasi pemindahan berlangsung cepat artinya minimum delay;
c) Efesien dalam arti biaya.

3) Interface
Barang muatan yang diangkut via maritime transport setidaknya melintasi area
pelabuhan dua kali, yakni satu kali di pelabuhan muat dan satu kali di pelabuhan
bongkar. Di pelabuhan muat demikian dan satu kali di pelabuhan bongkar. Di pelabuhan
muat dan demikian juga dipelabuhan bongkar dipindahkan dari/ke sarana angkut dengan
menggunakan berbagai fasilitas dan peralatan mekanis maupun non mekanis. Peralatan
untuk memindahkan muatan menjembatani kapal dengan truk/kereta api atau truk/kereta
api dengan kapal. Pada kegiatan tersebut berfungsi pelabuhan adalah antar muka
(interface). Disetiap operasi pemindahan barang yang terdiri dari operasi kapal, operasi
transfer dermaga, operasi gudang/lapangan, dan operasi serah terima barang alat-alat
angkat dan angkut (lifting dan transfer equipment) mutlak perlu. Pada pelayanan barang
muatan curah fungsi interface secara fisik nyata sekali. Peralatan loader/unloader
menghubungkan kapal dengan kereta api/truk di darat. Kehandalan (reliability) alat-alat
dan metode kerja yang sistemik merupakan unsur penentu tingkat kecepatan, kelancaran
dan efisiensi aktivitas kepelabuhan.

4) Industrial entity
Pelabuhan yang diselenggarakan secara baik akan bertumbuh dan akan menyuburkan
bidang usaha lain sehingga area pelabuhan menjadi zona industri terkait dengan
2
kepelabuhanan atau “a port could be regarded as a collection of businesses
(ie.pilotage, towage, stevedoring, storage, bonded warehouse, container, bulk, tanker,
cruises, bunkering, water supply) serving the international trade.

C. JENIS PELABUHAN
Jenis Pelabuhan menurut Undang-undang nomor 17 Tahun 2018, yaitu:
Jenis pelabuhan terdiri atas:
a. pelabuhan laut dan
b. pelabuhan sungai dan danau.
Pelabuhan laut mempunyai hierarki terdiri atas:
a) pelabuhan utama;
Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan
laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan
internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau
barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.
b) pelabuhan pengumpul;
Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.
c) pelabuhan pengumpan;
Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas,
merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai
tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan dalam provinsi.
Jenis pelabuhan dapat dibagi menurut:
a. Alamnya
Menurut alamnya, pelabuhan laut dibagi menjadi pelabuhan terbuka dan pelabuha
tertutup.
1) Pelabuhan terbuka adalah pelabuhan di mana kapal-kapal bisa masuk dan merapat
secara langsung tanpa bantuan pintu – pintu air. Pelabuha di indonesia pada
umumnya adalah pelabuhan terbuka.
2) Pelabuhan tertutup adalah pelabuhan di mana kapal-kapal yang masuk harus melalui
beberapa pintu air , pelabuhan tertutup ini dibuat pada pantai di mana terdapat
perbedaan pasang surut yang besar dan waktu pasang surutnya berdekatan.
Pelabuhan tertutup bisa kita temui di Liverpool Inggris dan bila hendak masuk
terusan panama.
3
b. Pelayanannya
Menurut sasaran pelayanannya, jenis pelabuhan bisa dibagi menjadi pelabuhan umum
dan pelabuhan khusus.
1) Pelabuhan umum menurut Keputusan Menteri Perhubungan Tentang
Penyelenggaraan Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut No. KM 26 tahun 1998,
adalah pelabuhan yang di selenggarakan untuk kepentingan umum. Sedangkan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.11 tahun 1983 yang dimaksud pelabuna
umum adalah pelabuhan yang terbuka untuk umum dan berada dibawah pengelolaan
Perum Pelabuhan.
Penyelenggara pelabuhan umum adalah teknis / satuan kerja pelabuhan , atau badan
usaha pelabuhan. Pelabuhan umum di lengkapi fasilitas seperti , dermaga untuk
kapal bersandar dan kegiatan bongkar muat barang, lapangan penumpukan dan
gudang.
2) Pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang penggunannya khusus untuk kegiatan
sektor perindustrian, pertambangan, atau pertanian yang pembangunannya oleh
instansi yang bersangkutan untuk bongkar/muat dari bahan baku serta hasil
produksinya. Contoh dari pelabuhan khusus adalah pelabuhan khusus angkatan laut,
pelabuhan khusus untuk minyak sawit, pelabuhan khusus minyak mentah, dan
sebagainya.
Pengelola pelabuhan khusus adalah pemerintah seperti provinsi, kabupaten/ kota
atau badan hukum yang memiliki izin mengelolah dan pelabuhan khusus minyak
(pertamina).
c. Lingkup Pelayaran Yang Dilayani
Menurut lingkup pelayaran yang dilayani, jenis pelabuhan dibagi menjadi pelabuhan
Internasional, pelabuhan regional dan pelabuhan lokal.
1) Pelabuhan Internasional adalah pelabuhan yang melayani perdagangan dan
pelayaran internasional. Contoh pelabuhan International di Luar Negeri :
pelabuhan Singapura dan pelabuhan Liverpool.
Contoh pelabuhan internasional di Indonesia :
a) Pelabuhan Tanjung Priok, terletak di Provinsi DKI Jakarta.
b) Pelabuhan Merak, terletak di Provinsi Banten.
c) Pelabuhan Harbour Bay, Batam, Kepulauan Riau
d) Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta
e) Pelabuha Soekarno-Hatta Makasar, Tangerang
f) Pelabuhan Batam Centre, Batam, Kepulauan Riau
g) Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur
h) Pelabuhan Tanjung Perak, terletak di Provinsi Jawa Timur.

4
i) Pelabuhan Tanjung Mas, terletak di Provinsi Jawa Tengah.
j) Pelabuhan Bakaheuni, terletak di Provinsi Lampung.
2) Pelabuhan regional pelabuhan yang melayani kegiatan perdagangan atau
pelayaran regional, seperti pelayaran atau perdagangan di wilayah Asia, Eropa
Barat, Amerika Latin.
Contoh pelabuhan regional :
a) Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat
b) Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten
c) Pelabuhan Jambi, Jambi
d) Pelabuhan Idris Sardi, Muara Sabak
3) Pelabuhan lokal adalah pelabuhan yang melayani kegiatan perdagangan ata
pelayaran daerah . Contoh dari pelabuhan lokal adalah pelabuhan Tegal di Jawa
Tengah.
Pembagian menurut lingkup kegiatan perdagangan dan pelayaran yang dilayani
juga berpengaruh pada pembagian menurut keadaan fasilitas dan besar kecilnya
pelabuhan.Pelabuhan Internasional, karena melayani perdagangan dan pelayanan
internasional, memiliki fasilitas terlengkap dan besar dibanding fasilitas dan
besarnya pelabuhan regioanl dan lokal.
d. Kegiatan Perdagangan Luar Negeri
Menurut kegiatan perdagangan luar negeri yang dilayani, jenis pelabuhan bisa dibagi
menjadi pelabuhan impor dan pelabuhan ekspor.
1) Pelabuhan impor adalah pelabuhan yang melayani masuknya barang-barang dari
luar negeri.
2) Pelabuhan ekspor adalah pelabuhan yang melayani penjualan barang – barang ke
luar negeri.
e. Kapal yang Diperbolehkan Singgah
Menurut kapal yang yang diperbolehkan singgah, berdasarkan Indische Sheepvaare-
Wet ( Staatablad 1936 No.700 ) jenis pelabuhan dibagi menjadi pelabuhan laut dan
pelabuhan pantai.
1) Pelabuhan laut adalah Pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan
dapat disinggahi oleh kapal-kapal dari negeri sahabat.
2) Pelabuhan Pantai adalah Pelabuhan yang tidak terbuka untuk pedagangan dengan
luar negeri dan hanya dapat dipergunakan oleh kapal- kapal dari Indinesia.
f. Wilayah Pengawasan Bea dan Cukai
Dari segi pembagian wilayah bea cukai, jenis pelabuhan dibagi menjadi custom port
dan free port.
1) Custom Port adalah Pelabuhan dibawah pengawasan Bea dan Cukai
2) Free Port adalah Pelabuhan yang berada diluar pengawasan Bea dan Cukai.
5
g. Kegiatan Pelayarannya
Dilihat dari segi pelayarannya, pelabuhan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pelabuhan
samudera, pelabuhan nusantara ( pelabuhan interinsuler ), dan pelabuhan pelayaran
rakyat. Contoh pelabuhan samudera adalah pelabuhan tanjung priok di Jakarta Tanjung
Perak di Surabaya. Contoh pelabuhan nusantara adalah pelabuhan Banjarmasin di
Kalimantan Selatan. Sedangkan contoh pelabuhan rakyat adalah pelabuhan Sunda
Kelapa di pasar ikan, Jakarta.
h. Perannya Dalam Pelayaran
Menurut perannya dalam pelayaran, pelabuhan dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pelabuhan transito pelabuhan dan pelabuhan ferry.
1) Pelabuhan Transito adalah pelabuhan yang mengerjakan transhipment cargo.
Contohnya adalah pelabuhan Singapura.
2) Pelabuhan Ferry adalah pelabuhan penyeberangan. Pelayanan dilakukan oleh kapal
ferry yang menghubungkan dua tempat dengan sistem roll on dan roll of dengan
membawa penumpang dan kendaraan. Contoh pelabuhan ferry adalah pelabuhan
Banyuwangi Gilimanuk atau Merak Bekahueni.

6
BAB II
INSTANSI PEMERINTAH DI PELABUHAN

A. TATANAN KEPELABUHANAN NASIONAL


Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem kepelabuhanan yang memuat peran,
fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi pelabuhan
serta keterpaduan intra-dan antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya.

B. ADMINISTRATOR PELABUHAN (PORT ADMINISTRATOR)


Lembaga Administrasi Pelabuhan (Port Administration) dibentuk pertamakali ketika
penyelenggara pelabuhan dilaksanakan Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP). Kata
administrasi berasal dari kata Administrare (Latin) yang berarti melayani (to serve).
Administrasi yang berasal dari kata administratie (Belanda) bersifat teknis ketatausahaan
yang meliputi catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, mengetik, agenda dan
sebagainya. Administrasi yang berasal dari Administration (Anglo-Saxon) mempunyai
cakupan luas sebagai proses atau kegiatan sehingga dapat berarti Administrasi Negara atau
Pemerintahan. Jadi kiranya, jelas Port Administration adalah pelayanan yang menjadi
bagian dari pemerintahan dilingkungan kerja pelabuhan. Port Administration sebagai proses
adalah rangkaian kegiatan yang wujudnya merencanakan, mengatur, mengurus, menyusun,
membimbing, memimpin, memutuskan, mengendalikan atau mengawasi.
Instansi-instansi yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di pelabuhan dan bertanggung
jawab terhadap kelancaran lalu lintas kapal, barang dan penumpang, bekerja menjalankan
tugasnya yang ditetapkan tata-tertib umum dan pengusahaan pelabuhan yang ditetapkan
Administrator Pelabuhan.
- Kegiatan Pemerintahan di Pelabuhan
Kegiatan pemerintahan di pelabuhan sebagaimana dimaksud meliputi:
a. pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan
kegiatan kepelabuhanan;
b. keselamatan dan keamanan pelayaran; dan/atau
c. kepabeanan;
d. keimigrasian;
e. kekarantinaan.
Selain kegiatan pemerintahan di pelabuhan sebagaimana dimaksud terdapat kegiatan
pemerintahan lainnya yang keberadaannya bersifat tidak tetap.
Pengaturan dan pembinaan, pengendalian, Dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan
sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh penyelenggara pelabuhan.

7
Fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh
Syahbandar. Fungsi kepabeanan, keimigrasian, dan kekarantinaan sebagaimana
dimaksud dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

C. PENYELENGGARA PELABUHAN
Penyelenggara pelabuhan yaitu terdiri atas:
1. Otoritas Pelabuhan; atau
Otoritas Pelabuhan (Port Authority) adalah lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai
otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan
kepelabuhanan yang diusahakan secara komersial. Otoritas Pelabuhan dibentuk oleh
dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Untuk melaksanakan fungsi pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan
kegiatan kepelabuhanan Otoritas Pelabuhan mempunyai tugas dan tanggung jawab:
a) menyediakan lahan daratan dan perairan pelabuhan;
b) menyediakan dan memelihara penahan gelombang, kolam pelabuhan, alur-pelayaran,
dan jaringan jalan;
c) menyediakan dan memelihara Sarana Bantu NavigasiPelayaran;
d) menjamin keamanan dan ketertiban di pelabuhan;
e) menjamin dan memelihara kelestarian lingkungan dipelabuhan;
f) menyusun Rencana Induk Pelabuhan, serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan pelabuhan;
g) mengusulkan tarif untuk ditetapkan Menteri, atas penggunaan perairan dan/atau
daratan, dan fasilitas pelabuhan yang disediakan oleh Pemerintah serta jasa
kepelabuhanan yang diselenggarakan oleh Otoritas Pelabuhan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h) menjamin kelancaran arus barang.
Selain tugas dan tanggung jawab Otoritas Pelabuhan melaksanakan kegiatan
penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan yang diperlukan oleh pengguna jasa
yang belum disediakan oleh Badan Usaha Pelabuhan.
Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab Otoritas Pelabuhan mempunyai
wewenang:
1) mengatur dan mengawasi penggunaan lahan daratan dan perairan pelabuhan;
2) mengawasi penggunaan Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan pelabuhan;
3) mengatur lalu lintas kapal ke luar masuk pelabuhan melalui pemanduan kapal; dan
4) menetapkan standar kinerja operasional pelayanan jasa kepelabuhanan.

8
Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan diberi hak pengelolaan atas
tanah dan pemanfaatan perairan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Aparat Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan merupakan
pegawai negeri sipil yang mempunyai kemampuan dan kompetensi di bidang
kepelabuhanan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

2. Unit Penyelenggara Pelabuhan.


Unit Penyelenggara Pelabuhan adalah lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai
otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, pengawasan kegiatan
kepelabuhanan, dan pemberian pelayanan jasa kepelabuhanan untuk pelabuhan yang
belum diusahakan secara komersial. Unit Penyelenggara Pelabuhan dapat merupakan
Unit Penyelenggara Pelabuhan Pemerintah dan Unit Penyelenggara Pelabuhan
pemerintah daerah. Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana dimaksud dibentuk dan
bertanggung jawab kepada:
a) Menteri untuk Unit Penyelenggara Pelabuhan Pemerintah; dan
b) Gubernur atau bupati/walikota untuk Unit Penyelenggara Pelabuhan pemerintah
daerah.
Unit Penyelenggara Pelabuhan mempunyai tugas dan tanggung jawab:
a) menyediakan dan memelihara penahan gelombang, kolam pelabuhan, dan
alur-pelayaran;
b) menyediakan dan memelihara Sarana Bantu Navigasi Pelayaran;
c) menjamin keamanan dan ketertiban di pelabuhan;
d) memelihara kelestarian lingkungan di pelabuhan;
e) menyusun Rencana Induk Pelabuhan, serta Daerah Lingkungan Kerja dan
Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan;
f) menjamin kelancaran arus barang dan
g) menyediakan fasilitas pelabuhan.
Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan dibentuk untuk 1 (satu) atau
beberapa pelabuhan.
Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan berperan sebagai wakil
Pemerintah untuk memberikan konsesi atau bentuk lainnya kepada Badan Usaha
Pelabuhan untuk melakukan kegiatan pengusahaan di pelabuhan yang dituangkan dalam
perjanjian. Hasil konsesi yang diperoleh Otoritas Pelabuhan merupakan pendapatan
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Otoritas Pelabuhan
dalam pelaksanaannya harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah.

9
Selain Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan, ada Kantor
Kesyahbandaran dan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) yang dibentuk
oleh dan bertanggung jawab kepada Menteri.
3. Kesyahbandaran
Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan
memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan
terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang- undangan untuk menjamin
keselamatan dan keamanan pelayaran.
Syahbandar diangkat oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan kompetensi di bidang
keselamatan dan keamanan pelayaran serta kesyahbandaran.
Syahbandar melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran yang
mencakup, pelaksanaan, pengawasan dan penegakan hukum di bidang angkutan
diperairan, kepelabuhanan, dan perlindungan lingkungan maritim di pelabuhan. Selain
melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud Syahbandar membantu pelaksanaan
pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue/SAR) di pelabuhan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
Dalam melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan Syahbandar mempunyai tugas:
a) mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan dan ketertiban di pelabuhan;
b) mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur-pelayaran;
c) mengawasi kegiatan alih muat di perairan pelabuhan;
d) mengawasi kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air;
e) mengawasi kegiatan penundaan kapal;
f) mengawasi pemanduan;
g) mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahan berbahaya dan
beracun;
h) mengawasi pengisian bahan bakar;
i) mengawasi ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang;
j) mengawasi pengerukan dan reklamasi;
k) mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan;
l) melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan;
m) memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran
dipelabuhan dan
n) mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim.
Dalam melaksanakan fungsi dan tugas Syahbandar mempunyai kewenangan:
a) mengkoordinasikan seluruh kegiatan pemerintahan di
pelabuhan;

10
b) memeriksa dan menyimpan surat, dokumen, dan warta kapal;
c) menerbitkan persetujuan kegiatan kapal di pelabuhan;
d) melakukan pemeriksaan kapal;
e) menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar;
f) melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal;
g) menahan kapal atas perintah pengadilan; dan
h) melaksanakan sijil Awak Kapal.
Syahbandar memiliki kewenangan tertinggi melaksanakan koordinasi kegiatan
kepabeanan, keimigrasian, kekarantinaan, dan kegiatan institusi pemerintahan lainnya.
Koordinasi yang dilaksanakan oleh Syahbandar dalam rangka pengawasan dan
penegakan hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran.
Dalam melaksanakan keamanan dan ketertiban dipelabuhan sesuai dengan ketentuan
konvensi internasional, Syahbandar bertindak selaku komite keamanan pelabuhan (Port
Security Commitee). Dalam melaksanakan fungsi Syahbandar dapat meminta bantuan
kepada Kepolisian Republik Indonesia dan/atau Tentara Nasional Indonesia. Bantuan
keamanan dan ketertiban di pelabuhan di bawah koordinasi dalam kewenangan
Syahbandar. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan keamanan dan
ketertiban serta permintaan bantuan di pelabuhan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

11
BAB III
KEPABEANAN
A. SEJARAH KEPABEANAN DI INDONESIA
Sejak zaman dahulu Indonesia merupakan pintu bagi masuknya barang yang
dibawa oleh berbagai pedagang yang berasal dari belahan bumi, masuknya barang dari
luar Indonesia dan keluarnya barang ataupun hasil pertanian, perkebunan dan rempah-
rempah dari Indonesia. Ini mengisyaratkan bahwa betapa maraknya jalur keluar masuk
barang, pengawasan keluar masuk barang belum dikelola oleh bangsa Indonesia yang
notaben masih dalam masa penjajahan.
Lembaga yang mengawasi jalur masuk dam keluar pada waktu itu masih bersifat
local semenjak jaman kerajaan di Indonesia, sesuai wilayah kerajaannya. Sejak
penjajahan Hindia Belanda melalui VOC, barulah ada pengawasan. Pada masa Hindia
Belanda tersebut, masuk pula istilah douane untuk menyebut Petugas Bea Cukai (istilah
ini masih melekat sampai saat ini). Nama resmi Bea Cukai pada masa Hindia Belanda
tersebut adalah De Dienst der Invoer en Uitvoerrechten en Accijinzwn (I.U 7 A) atau
dalam arti terjemahan berarti Dinas Bea Impor dan Bea Ekspor serta cukai, yang pada
masa itu bertugas untuk memungut invoer-rechten (bea impor/masuk), uitvoer-rechten
(bea ekspor atau bea keluar), dan accijnzen (excise atau cukai). Untuk tugas memungut
bea (“bea” berasal dari bahasa Sansekerta), baik impor maupun ekspor, setrta cukai
(berasal dari bahasa india) inilah yang kemudian memunculkan istilah Bea dan Cukai di
Indonesia. Peraturan yang melandasi saat itu diantaranya Gouvernment Besluit
Nomor.33 tangga; 22 Desember 1928 yang kemudian diubah dengan keputusan
pemerintah tanggal 1 Juni 1934.
Peralihan kekuasaan dari Hindia Belanda ke masa pendudukan Jepang ada sedikit
perubahan dalam pengawasan, berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tentang
Pembukaan Kantor-kantor Pemerintahan di Jawa dan Sumatera tanggal 29 April 1942,
tugas pengurusan bea impor dan bea ekspor ditiadakan, Bea dan Cukai sementara hanya
mengurusi cukai saja.
Setelah Indonesia merdeka maka Lembaga Bea Cukai, dibentuk pada tanggal 01
Oktober1946 dengan nama Bea dan Cukai. Saat itu pimpinan Lembaga dipegang R.A
Kartadjoemena sebagai Kepala Pejabatan Bea dan Cukai yang pertama. Secara resmi
Penjabatan Bea Cukai Indonesia berdiri pada tanggal 01 Oktober 1946, dan dilanjutkan
dengan adanya perubahan berdasarkan Peraturan Pemerintah No,or 51 tahun 1948,
Istilah Pejabatan Bea Cukai berubah nama menjadi Jawatan Bea Cukai, yang bertahan
sampai tahun 1965. Setelah tahun 1965 hingga sekarang, namanya menjadi Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sampai dengan sekarang.
12
B. KEPABEANAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN NASIONAL
Dalam hal pengawasan dan pencegahan terhadap barang yang masuk atau diimpor
dari luar negara Indonesia, kepabeanan menjalankan peran terhadap barang yang akan
menambah pemasukan devisa bagi negara dari sisi pemingutan bea terhadap barang-
barang impor dan dari cukai, maksimalkan pendapatan dari kepabeanan untuk
menbantu negara dalam pembangunan nasional sangat dibutuhkan dari lautan, darat dan
udara. Daerah territorial Kepabeanan Indonesia meliputi :
1. Daratan
Batas Daratan antara negara Indonesia dilakukan dengan perjanjian kerjasama antara
kedua negara, dan disaksikan oleh Mahkamah Internasioanal. Contoh Apabila
pelanggaran yang sering terjadi yang melibatkan kedua belah warga negara yaitu
menyelundupkan barang, ataupun lainnya, tanpa ada dokumen dan penyerta lainnya.
2. Lautan
Menurut Undang-undang perairan Indonesia, Perairan Kepulauan Indonesia adalah
semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis pangkal lurus kepulauan tanpa
memperhatikan kedalaman atau jaraknya dari pantai.
Untuk menentukan batas-batas laut dapat kita ketahui dalam bentuk traktat
multilateral sebagai berikut:
a) Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona Ekslusif Ekonomi merupakan wilayah laut dari suatu negara yang batasnya
200 mil laut dari garis pantai.
b) Batas laut Teritorial
Tiap- tiap negara mempunyai kekuasaan terhadap laut territorial hingga 12 mil
dari garis pantai.
c) Batas Zona Bersebelahan
Penentuan batas zona bersebelahan adalah sejauh 12 mil laut diluar batas laut
teritorial atau 24 mil laut dari garis pantai.
d) Batas Landasan Benua
Batas landasan benua yaitu sejauh lebih dari 200 mil laut. Dalam wilayah ini,
negara dapat melakukan eksplotasi dari eksplorasi dengan kewajiban membagi
keuntungan dengan masyarakat internasional.
e) Zona Tambahan
Zona Tambahan, bahwa negara pantai dalam zona tersebut bisa melaksanakan
pengawasan yang diperlukan guna mencegah pelanggaran undang-undang
menyangkut bea cukai, fiskal, imigrasi dan saniter dalam wilayahnya, namun
tidak boleh lebih dari 24 mil laut. Artinya, untuk zona tambahan, jaraknya
diperluas selebar 12 mil laut diukur dari batas laut territorial. Negara Indonesia
mempunyai kedaulatan yang penuh dalam perairan teritorialnya dan dapat
13
menyelenggarakan serta menjalankan tindakan-tindakan seperlunya untuk
menjamin antara lain:
1) Pertahanan keselamatan negara terhadap gangguan/serangan dari luar,
2) Pengawasan atas keluar masuknya orang asing (imigrasi),
3) Penyelenggaraan peraturan fiskal (bea an cukai),
4) Pekerjaan dilapangan kesehatan (karantina),
5) Kepentingan perikanan,
6) Pertambangan dan hasil-hasil alam lainnya.
Tindakan pengawasan yang dilakukan terhadap barang diwilayah lautan
Indonesia dilakukan penuh untuk menghindari penyelundupan yang dipesan
oleh orang Indonesia ataupun oleh orang asing yang ingin mencari keuntungan
tanpa dikenakan bea cukai.
3. Udara
Wilayah udara Indonesia adalah yang berada diatas negara Indonesia dan dibawah
pengawasan dan kekuasaan Indonesia.

C. PRINSIP DASAR KETENTUAN KEPABEANAN


Di dalam Undang-undang Republik Indonesia No.17 Tahun 2006 tentang
Kepabeanan ada beberapa Terminologi sebagai berikut:
1. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas
lalulintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea
masuk dan bea keluar.
2. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang ini.
3. Kawasan pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut,
bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang
sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Semua
kegiatan di bidang kepabeanan, yang terkait dengan ekspor dan impor, akan
berhubungan dengan kegiatan pengangkutan, pembongkaran, penyimpanan,
penimbunan yang wajib dilakukan oleh orang yang melakukan kegiatan kepabeanan.
4. Kantor pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
5. Pos pengawasan pabean adalah tempat yang digunakan oleh pejabat bea dan cukai
untuk melakukan pengawasan terhadap lalu lintas barang impor dan ekspor.
6. Kewajiban pabean adalah semua kegiatan di bidang kepabeanan yang wajib
dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang ini.

14
7. Pemberitahuan pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka
melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini.
8. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
9. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
10. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi
Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai.
11. Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan
Undang-Undang ini.
12. Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
13. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.
14. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.
15. Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini yang dikenakan
terhadap barang yang diimpor.
16. Bea keluar adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini yang dikenakan
terhadap barang ekspor.
17. Tempat penimbunan sementara adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain
yang disamakan dengan itu di kawasan pabean untuk menimbun barang, sementara
menunggu pemuatan atau pengeluarannya.
18. Tempat penimbunan berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi
persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu
dengan mendapatkan penangguhan bea masuk.
19. Tempat penimbunan pabean adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain
yang disamakan dengan itu, yang disediakan oleh pemerintah di kantor pabean, yang
berada di bawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menyimpan
barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang
yang menjadi milik negara berdasarkan Undang-Undang ini.
20. Barang tertentu adalah barang yang ditetapkan oleh instansi teknis terkait sebagai
barang yang pengangkutannya di dalam daerah pabean diawasi.
21. Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan
dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan
kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di
bidang kepabeanan, dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
22. Tarif adalah klasifikasi barang dan pembebanan bea masuk atau bea keluar.

15
Hal-hal tyang disebutkan diatas merupakan hal-hal yang perlu diketahui dalam
bidang kepabeanan terutama yang berkaitan dengan barang-barang yang ada diwilayah
kepabeanan Republik Indonesia dan wajib dilaksanakan oleh setiap perusahaan,
individu atau pemilik barang.
Penanggumg jawab dalam bidang kepabeanandari pemerintah di bawah Kementrian
Keuangan dan di bawah pengawasan Direktorat Bea dan Cukai dan didukung oleh
instansi lain yang mengetahui apabila terjadi penyimpangan dala hal kepabeanan.
Dalam dunia internasional lembaga dunia yang menangani kepabeanan dunia adalah
World Customs Organization (WCO) yang dulunya bernama Customs Cooperation
Council (CCC) markas WCO berada di Brussel-Belgia, WCO memiliki anggota 179
negara dari seluruh dunia.

D. PRINSIP DASAR MENGENAI CUKAI


Berdasarkan UU No.39 Tahun 2007 mengenai Cukai mengandung pengertian
pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai
sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang ini.
Karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang mengenai cukai mengandung
arti :
1) Konsumsinya perlu dikendalikan.
2) Peredarannya perlu diawasi
3) Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau bagi
lingkungan,
4) Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan
dikenai cukai berdasarkan undang-undang ini.
Barang yang termasuk kena cukai (BCK) dakam UU No.39 Tahun 2007 sebagai
berikut :
Keseimbangan dikenai cukai berdasarkan undang-undang ini. Barang yang
termasuk kena cukai (BCK) dalam UU No.39 Tahun 2007 sebagai berikut:
1) Etil Alkohol atau Etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan
proses pembuatannya, berupa : barang cair, jernih dan tidak bewarna, merupakan
senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH yang diperoleh baik secara
peragian/atau penyulingan maupun secara sintesa kimiawi;
2) Minuman yang mengandung alkohol dalam kadar berapapun dengan tidak
mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk
konsentrat yang mengandung etil alkohol yaitu semua barang lazim minuman
yang mengandung etil alkohol yang dihasilkan dengan cara peragian, penyulingan
atau cara lainnya antara lain bir, shandy, anggur, gin, whisky dan yang sejenisnya;

16
3) Konsentrat yang mengandung etil alkohol adalah bahan yang mengandung etil
alkohol sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan minuman yang
mengandung etil alkohol;
4) Sigaret adalah hasil tembakau yang dibuat dari tembakau ranjangan yang
dibalutdengan kertas dilinting untuk dipakai yanpa mengindahkan bahan pengganti
atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya (sigaret kretek, sigaret
putih dan sigaret kelembak kemenyan);
5) Sigaret kretek adalah sigaret yang dalam pembuatannya dicampur dengan cengkeh
atau bagiannya, baik asli maupun tiruan tanpa memperhatikan jumlahnya;
6) Sigaret putih adalah sigaret yang dalam pembuatannya tanpa dicampur cengkeh,
kemenyan dan kelembak;
7) Sigaret kretek/putih yang dibuat dengan mesin adalah sigaret kretek dan sigaret
putih yang dalam pembuatannya mukai daripelintingannya, pemasangan filter,
pengemasannya dalam kemasan untuk penjualan ereran, sampai dengan pelekatan
pita cukai, seluruhnya atau sebagian menggunakan mesin;
8) Sigaret kretek/putih yang dibuat dengan cara lain selain mesin adalah sigaret kretek
dan sigaret putih yang dalam pembuatannya mulai dari oelintingan, pemasangan
filter, pengemasannya dalam kemasan untuk penjualan eceran sampai dengan
pelekatan pita cukai, tanpa menggunakan mesin.
9) Cerutu adalah hasil tembakau yang dibuat dari lembaran-lembaran daun tembakau
dirilis atau tidak, dengan cara digulung demikian rupa dengan daun tembakau,
untuk dipakai tanpa mengindahkan, bahan pengganti, atau bahan pembantu yang
digunakan dalam pembuatannya.
10) Rokok daun adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun nipah, daun jagung
(klobot), atau sejenisnya dengan cara dilinting, untuk dipakai, tanpa mengindahkan
bahan pengganti atau bahan pembatu yang digunakan dalam pembuatannya.
11) Tembakau iris adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun tembakau yang
dirajang, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan
pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
12) Hasil pengolahan tembakau lainnya adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun
tembakau selain yang disebut dalam huruf ini yang dibuat secara lain sesuai
dengan perkembangan teknologi dan selera konsumen, tanpa mengindahkan bahan
pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
13) Gula, untuk jenis gula antara lain:
a. Gula tebu, gula bit, dan gula lainnya yang mempunyai susunan kimia sebagai
gula tebu
b. Zat pemanis tiruan lainnya yang mempunyai daya pemanis lebih tinggi daripada
gula, yebu, antara lain sekarin dan sodium siklamar.
17
Gula yang dikenai cukai yaitu gula buatan dalam negeri dan gula impor.
14) Bir adalah minuman yang tidak disuling dibuat dari alkohol yang meragi. Bir yang
terkena cukai adalah bir produksi dalam negeri.
15) Alkohol sulingan adalah barang cair yang mengandung alkohol yang diperoleh
dengan cara menyuling.
Barang kena cukai berupa hasil tembakau dikenai cukai berdasarkan tarif paling tinggi:
1) Untuk yang dibuat di Indonesia:
a. 275% (dua ratus tujuh puluh lima persen) dari harga dasar apabila harga dasar
yang digunakan adalah harga jual pabrik; atau
b. 57% (lima puluh tujuh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual eceran.
2) Untuk diimpor:
a. 275% (dua ratus tujuh puluh lima persen) dari harga dasar apabila harga dasar
yang digunakan adalah nilai pabean ditambah bera masuk
b. 57% (lima puluh tujuh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual eceran.
3) Barang kena cukai lainnya kenai cukai berdasarkan tariff paling tinggi:
a. Untuk yang dibuat di Indonesia:
 1.150% (seribu seratus lima puluh persen) dari harga dasar apabila harga
dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik; atau
 80% (delapan puluh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual eceran.
b. Untuk yang diimpor;
 1.150% (seribu seratus lima puluh persen) dari harga dasar apabila harga
dasar yang digunakan adalah nilai pabean ditambah bea masuk : atau
 80% (delapan puluh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual.
Penerapan tarif cukai atas barang kena cukai di atas merupakan ketentuan yang
harus dipatuhi bagi setiap perusahaan dan dibebankan kepada konsumen melalui
pembayaran, pelekatan pita cukai seperti pada rokok dan pembubuhan tanda cukai
lainnya.
Ada beberapa pengertian menurut Undang-undang No.39 Tahun 2007yang perlu
diketahui:
a) Pabrik adalah tempat tertentu termasuk bangunan, halaman, dan lapangan yang
merupakan bagian daripadanya, yang dipergunakan untuk menghasilkan barang
kena cukai dan/atau untuk mengemas barang kena cukai dalam kemasan untuk
penjualan eceran.

18
b) Orang adalah orang pribadi atau badan hukum.
c) Pengusaha pabrik adalah orang yang mengusahakan pabrik.
d) Tempat penyimpanan adalah tempat, bangunan, dan/atau lapangan yang bukan
merupakan bagian dari pabrik, yang dipergunakan untuk menyimpan barang kena
cukai berupa etil alkohol yang masih terutang cukai dengan tujuan untuk disalurkan,
dijual, atau diekspor.
e) Pengusaha tempat penyimpanan adalah orang yang mengusahakan tempat
penyimpanan.
f) Tempat penjualan eceran adalah tempat untuk menjual secara eceran barang kena
cukai kepada konsumen akhir.
g) Pengusaha tempat penjualan eceran adalah orang yang mengusahakan tempat
penjualan eceran.
h) Penyalur adalah orang yang menyalurkan atau menjual barang kena cukai yang
sudah dilunasi cukainya yang sematamata ditujukan bukan kepada konsumen akhir.
i) Dokumen cukai adalah dokumen yang digunakan dalam rangka pelaksanaan
undang-undang ini dalam bentuk formulir atau melalui media elektronik.
j) Kantor adalah Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
k) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi
Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai.
l) Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
m) Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
n) Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan
undang-undang ini.
o) Tempat penimbunan sementara adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain
yang disamakan dengan itu di kawasan pabean untuk menimbun barang sementara
menunggu pemuatan atau pengeluarannya.
p) Tempat penimbunan berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi
persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu
dengan mendapatkan penangguhan bea masuk.
q) Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi
eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang di bidang
kepabeanan.
r) Audit cukai adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku,
catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yang
berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat yang

19
berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai dan/atau sediaan barang dalam rangka
pelaksanaan ketentuan perundang-undangan di bidang cukai.
s) Surat tagihan adalah surat berupa ketetapan yang digunakan untuk melakukan
tagihan utang cukai, kekurangan cukai, sanksi administrasi berupa denda, dan/atau
bunga.

E. BARANG IMPOR DAN BARNG EKSPOR


1) Barang Impor
Barang impor menurut Undang-undang kepabeanan adalah barang yang dimasukkan
kedalam daerah pabean. Barang Impor wajib diperiksa dan melewati pemeriksaan
petugas bead an cukai, pemeriksaan fisik barang impor apakah sesuai dengan yang ada
di dokumen impor untuk ukuran, jumlah dan berat barang. Tata cara impor barang
menurut undang-undang kepabeanan yaitu:
a. Kedatangan sarana pengangkut, pembongkaran dan penuimbunan barang
impor.
Dalam Materi ini dibahas mengenai tata laksana penyelesaian kewajiban pabean atas
kedatangan sarana pengangkut, pembongkaran barang impor di kawasan pabean dan
penimbunan barang impor di Tempat Penimbuhan Sementara
 Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut (RKSP) dan Jadwal Kedatangan Sarana
Pengangkut (JKSP). Pengangkut adalah orang, kuasanya, atau yang bertanggung
jawab atas pengoperasian sarana pengangkut yang nyata-nyata mengangkut barang
atau orang.
Saat kedatangan sarana pengangkut adalah:
a) Untuk sarana pengangkut melalui laut pada saat sarana pengangkut tersebut lego
jangkar di perairan pelabuhan.
b) Untuk sarana pengangkut melalui udara pada saat sarana pengangkut tersebut
mendarat di landasan bandar udara.
c) Untuk sarana pengangkut melalui darat pada saat sarana pengangkut tersebut tiba
di Kantor Pabean tempat pemasukan. Sarana pengangkutnya akan datang dari:
 Luar Daerah Pabean; atau
 Dalam Daerah Pabean yang mengangkut barang impor, barang ekspor dan/atau
barang-barang asal Daerah pabean yang diangkut ke dalam Pejabat Bea dan
Cukai dapat melakukan pemeriksaan sarana pengangkut yang datang dari luar.
b. Kedatangan sarana pengangkut, sarana pengangkut datang dari:
 Luar Daerah Pabean;atau
 Dalam Daerah Pabean dengan mengangkut barang impor, barang ekspor dan/atau
barang asal Daerah Pabean yang diangkut ke dalam Daerah. Pabean lainnya
melalui luar Daerah Pabean.
20
Orang atau perusahaan pemilik ataupun yang menyewa sarana pengangkut wajib
menyerahkan pemberitahuan berupa Inward Manifest dalam bahasa Indonesia atau
bahasa Inggris kepada Pejabat di Kantor Pabean sebelum melakukan pembongkaran.
Dalam hal tidak segeradilakukan pembongkaran, penyampaian mengenai manifest
dilaksanakan, hal mengenai pemberitahuan manifest akan kedatangan sarana
pengangkut sebagai berikut;
1) Paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sejak kedatangan sarana pengangkut,
untuk sarana penangkut melalui laut;
2) Paling lambat 8 (delapan) jam sejak kedatangan sarana pengangkut, untuk sarana
pengangkutan yang melalui udara; atau
3) Pada saat kedatangan sarana pengangkut, untuk sarana pengangkut yang melalui
darat.
Serana Pengangkut seperti kapal laut maupun pesawat wajib menyerahkan
pemberitahuan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris secara elektronik atau
manual kepada Pejabat di kantor Pabean, berupa:
 Daftar penumpang dan atau awak sarana pengangkut,
 Daftar bekal sarana pengangkut,
 Daftar perlengkapan / inventaris sarana pengangkut,
 Stowage plan atau bay plan untuk sarana pengangkut melalui laut:
- Daftar senjata api dan amunisi, dan
- Daftar obat-obatan termasuk narkotikayang digunakan untuk kepentingan
pengobatan.
Untuk sarana pengangkut baik di laud dan udara wajib mencantumkan sarana
pengangkut dalam manifest, manifest yang telah diterima dan mendapatkan
nomor pendaftaran di Kantor Pabean BC1.1 dan berlaku sebagai persetujuan
pembongkaran barang. Kepala Kantor Pabean atau pejabat yang ditunjuknya
dapat menangguhkan atau membatalkan persetujuan sebagaimana dimaksud
dalam hal terdapat larangan pemasukan barang impor dari instansi teknis.
Pemilik barang perorangan atau perusahaan baik yang mengkuasakan kepada
pihak lain untuk mengambil barang impor selanma ada BC 1.1, apabila ada
kesalahan dalam dokumen BC 1.1 bisa diadakan perbaikan terhadap BC 1.1
dalam hal :
 Terdapat kesalahan mengenai nomor, merek, ukuran dan jenis kemasan dan/atau
petikemas;
 Terdapat kesalahan mengenaik jumlah kemasan dan.atau petikemas serta jumlah
barang curah;
 Terdapat kesalahan nama consignee dan/atau notify party pada manifest;

21
 Diperlukan penggabungan beberapa pos menjadi satu pos, dengan syarat:
a. Pos BC 1.1 yang akan digabungkan berasal BC 1.1 yang sama
b. Nama dan alamat shipper/supplier, consignee, notify address/notify party,
dan pelabuhan pemuatan harus sama untuk masing-masing pos yang akan
digabungkan
c. Telah diterbitkan revisi Bill of Lading/Airway Bill;
- Terdapat kesalahan data lainnya atau perubahan pos manifest.
c. Pembongkaran dan penimbunan barang impor
Setelah baeang impor sampai dan dibawa oleh sarana pengangkut dengan segala
ketentuan melengkapi persyaratan pemberitahuan dan dokumen pendukung maka,
tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah pembongkaran barang impor yang
dilaksanakan di:
1) Kawasan Kepabeanan,
2) Tempat lain setelah mendapat ijin dari Kepala Bidang Penindakan dan
Penyidikan atau pejabat yang ditunjuk
Setelah semua barang mendarat atau berlabuh dalam wilayah yang disebutkan
diatas maka dalam 12 (dua belas) jam setelah selesai pembongkaran sarana
pengangkut baik yang dilaut maupun di udara wajib menyampaikan daftar kemasan
atau peti kemasan atau jumlah jumlah barang curah yang telah dibongkar kepada
Pejabat di Kantor Pabean. Penyerahan Pemberitahuan dimaksud dilakukan secara
manual atau melalui media elektronik (faksimili ataupun email). Pejabat Bea dan
Cukai dapat melakukan pengawasan atas pembongkaran barang impor dimaksud.
Apabila dari sarana pengangkutan tidak memberikan informasi yang benar kepada
petugas pengawas Bea dan Cukai mengenai kelebihan bongkar, jumlah peti kemas
atau jumlah kemasan atau barang lain yang tidak diberitahukan maka akan dikenai
sanksi administrasi berupa denda.
Penimbunan untuk barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya
dapat dilaksanakan di:
- Tempat Penimbunan Sementara (TPS) 8; atau
- Gudang atau lapangan penimbunan milik importer setelah mendapat persetujuan
dari Kepala Kantor Pabean yang mengawasi tempat tersebut.
Pengusaha Tempat Penimbunan yang tidak dapat mempertanggungjawabkan
barang yang seharusnya berada di tempat penimbunannya wajib melunasi Bea
Masuk, Cukai dan Pajak dalam rangka impor yang seharusnya dibayar berikut sanksi
administrasi berupa denda sesuai dengabn Undang-undang No.17 Tahun 2006.

22
d. Pengeluaran Barang Impor untuk Dipakai
Pengeluaran barang impor ada beberapa macam ada yang dibawa oleh
penumpang, ada juga untuk kepentingan perusahaan melalui sarana pengangkut, semua
hal mengenai pengeluaran barang milik penumpang ataupun barang yang akan dipakai
akan dijelaskandidalam poin ini.
Untuk pengeluaran barang impor dari kawasan pabean, atau tempat lain yang
diperlakukan sama dengan tempat penimbunan sementara dengan tujuan diimpor untuk
dipakai wajib memberitahukan dengan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang
disampaikan ke Kantor Pabean. Pemberitahuan Impor barang (PIB) adalah
Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran barang yang diimpor untuk dipakai, ada
pengecualian untuk barang yang dipakai tetapi tidak menggunakan dokumen
Pemberitahuan Impor barang (PIB) sebagai berikut:
1) Menggunakan dokumen pemberitahuan impor barang khusus (PIBK) yaitu untuk
barang impor:
 Barang pindahan;
 Barang impor sementara yang dibawa penumpang;
 Barang impor melalui jasa titipan
2) Barang impor tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai;
3) Dengan menggunakan Custom Declaration untuk impor barang penumpang. Apa itu
Custom Declaration, yang dimaksud dengan Custom Declaration menurut
(www.beacukai.go.id) adalah dokumen pabean yang digunakan oleh Awak Sarana
Pengangkut atau penumpang dalam memberitahukan barang bawaannya ketika yang
bersangkutan datang dari luar negeri. Dokumen ini sering juga dikenal dengan
dokumen pabean BC 2.2. Penumpang yang datang dari luar negeri, diwajibkan
mengisi Custom Declaration, penumpang biasanya mendapatkan Custom
Declaration pada saat diatas pesawat, kru pesawat tyang penumpang naiki akan
menyampaikan mengenai kewajiban mengenai pabean terhadap barang bawaan dan
wajib diisi sesuai dengan barang impor yang dibawa oleh penumpang. Cukup satu
dokumen Custom Declaration untuk satu keluarga, penumpang atau keluarga akan
diberikan pembebasan sebesar nilai pabean FOB USD 250 per orang atau USD 1000
per keluarga, selebihnya akan dikenakan pungutan bea masuk dan pajak dalam
rangka impor sesuai ketentuan yang berlaku.

23
Gambar 3.1 Contoh Custom Declaration

Penumpang atau keluarga yang berasal dri luar negri yang tidak memberitahukan
barang yang dibawa atau barang bawaan dari luar negeri (yang seharusnya
dikenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor), dianggap sebagai pelanggaran
dan akan dikenakan sanksi asministrasi bagi penumpang.
Pembebasan bea masuk terhadap barang sebagaimana dimaksud, tewrhadap
barang pribadi penumpang yang merupakan barang kena cukai juga diberikan
pembebasan cukai untuk setiap orang dewasa paling banyak:
 200(dua ratus) batang sigaret, 25 (dua puluh lima) batang cerutu, atau 100
(seratus) gram tembakau iris/hasil tembakau lainnya; dan
 1 (satu) liter minuman mengandung etil alcohol.
4) Dengan menggunakan Pencacahan dan Pembean Kiriman Pos (PPKP) untuk
barang kiriman melalui PT. (Persero) Pos dan Indonesia.

F. BEA CUKAI (COSTUMS)


Prinsip pokok pelayanan kepabeanan yaitu : inisiatif awal dari perusahaan pelayaran,
importer dan eksportir. Perusahaan pelayaran menyampaikan Rencana Kedatangan
Sarana Pengankutan (RKSP) berserta dengan Daftar Muatan (Manifest). Di pihak lain
imortir menyampaikan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan Eksportir
menyampaikan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).
24
Penyampaian pembereitahuan pabean RKSP, Manifest, PIB, PEB dan dokumen
jenis lainnya dapat dilakukan secara elektronik. Semenjak diundangkannya Undang-
undang No.10 Tahun 1995 dokumen-dokumen pabean dapat dikirimkan dengan system
Pertukaran Data Elektronok (PDE) atau Electronic Data Intercharge (EDI). Penerapan
dokumen elektronik dalam pelayanan kepabeanan di Kantor Pelayanan Bea Cukai
(KPBC) kelas utama di mandatory kan pada 1 April 1997.
1) Dokumen Pemberitahuan Pabean
Penggunaan dokumen elektronik disempurnakan dengan undang-undang No.17
Tahun 2006 pasal 5A menyatakan demikian :
(1) Pemberitahuan pabean sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 2 dapat
disampaikan dalam bentuk tulisan diatas formulir atau dalam bentuk data
elektronik;
(2) Penetapan kantor pabean tempat penyampaian pemberitahuan pabean dalam
bentuk data elektronik dilakukan oleh menteri;
(3) Data elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bukti yang
sah menurut undang-undang ini.
Data elektronik (Electronic Data) adalah informasi atau rangkaian informasi
yang disusun dan/ atau dihimpun, diolah dan dikirimkan dengan menggunakan
perangkat computer sebagai alat pemproses dan transfer data elektronik.
Pertukaran Data Elektronik (Elektronic Data Interchange) adalah sistem
transfer data berbasis computer yang dapat mengirimkan dokumen terstruktur
berstandar internasional dan telah secara luas dipraktikkan oleh Negara anggota
World Customs Organization (WCO).
Pemberitahuan pabean terdiri dari dokumen (a)kapal dan (b) barang
impor/ekspor dan barang asal daerah pabean ke bonded sebagai berikut:
 BC 1.0 Pemberitahuan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkutan.
 BC 1.1 Pemberitahuan Manifest/Muatan Sarana Pengangkut.
 BC 1.2 Pemberitahuan Barang Impor yang Diangkut.
 BC 1.3 Pemberitahuan Pengangkutan Barang Asal Daerah Pabean dari
Satu Tempat ke Tempat Lain Melalui Luar Daerah Pabean.
 BC 2.0 Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
 BC 2.1 Pemberitahuan Impor Barang Tertentu (PIBT)
 BC 2.2 Pemberitahuan Impor Barang Penumpang atau Awak Sarana
Pengangkut.
 BC 2.3 Pemberitahuan Pemasukan Barang Impor ke Tempat Penimbunan
Berikat.

25
 BC 2.4 Pemberitahuan Penyelesaian Barang Impor yang Mendapat
Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai serta Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tidak Dipungut.
 BC 2.5 Pemberitahuan Pengeluaran Barang dari Tempat Penimbunan
Berikat.
 BC 3.0 Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).
 BC 4.0 Pemberitahuan Pemasukan Barang Asal Daerah Pebean ke
Kawasan Berikat.
Dalam bentuk bagan yang lebih sederhana dokumen Pemberitahuan Pabean tersebut
dapat disajikan sebagai berikut:

PEMBERITAHUAN PABEAN

BARANG KAPAL

IMPOR EKSPOR BONDED -BC 1.0 (RKSP/JKSP)


- BC 1.1 (IN/OUT Manifest)
- BC 1.2 (Angkut Lanjut)
- Bc 2.0(PIB) - BC 3.0 (PEB) - BC 4.0 (Barang Asal Daerah - BC 1.3 (DN KE DN Singgah di LN)
- BC 2.1 (PIB Tertentu) Pabean ke Bonded)
- BC 2.2 (PIB Penumpang
atau ABK)
- BC 2.3 (PIB ke Bonded)
- BC 2.4 (Dari Perush.KITE)
- BC 2.5 ( Pengeluaran
Barang dari TPB)

Gambar 3.2: Dokumen Kepabeanan


- Penetapan Jalur Pelayanan
Penelitian petugas KPBC untuk merespons setiap bentuk dokumen dinyatakan dalam 4
(empat) jalur pelayanan impor sebagai berikut :
 MERAH dengan perlakuan :
1. Intervensi secara fisik atas barang;
2. Barang Impor diizinkan keluar setelah seluruh kewajiban pungutan impor
dipenuhi;
3. Risiko melekat pada fisik barang (jumlah, Jenis. Spesifikasi dan sebagainya) atau
importer bermasalah.
 KUNING dengan perlakuan :
(a) Intervensi dokumen barang;
(b) Barang Impor diizinkan keluar setelah seluruh kewajiban pungutan impor
dipenuhi;

26
(c) Risiko melekat pada dokumen oleh importir yang eksistensi/jaminan
finansialnya kurang kuat.
 HIJAU dengan perlakuan:
(a) Intervensi dokumen;
(b) Barang Impor dapat segera dikeluarkan;
(c) Risiko melekat pada dokumen oleh importer yang eksistensi/jaminan
finansialnya kurang kuat.
 MITA dengan perlakuan :
(a) Tanpa Intervensi pemeriksaan karena ditunda hingga tiba saatnya post
clearance;
(b) Importasi oleh importir yang pola bisnisnya sudah terpola serta berperilaku
baik.
Bagan alir penetapan jalur pelayanan importasi sebagaimana tersedia pada halaman
berikut ini, menunjukkan bahwa:
 PIB dikirimkan importer ke KPBC, Rekonsiliasi pembayaran/jaminan pembayaran,
dan konfirmasi perizinan dilaksanakan untuk jalur merah kuning, kuning dan hijau.
 Pemeriksaan keabsahan dokumen untuk jalur merah dan kuning.
 Pemeriksaan fisik barang dicocokkan dengan dokumen untuk jalur merah.
 Pelayanan terpendek adalah pada jalur prioritas.
MITA
Pelayanan MERAH KUNING HIJAU NON PRIORITAS
PRIORITAS
PIB Dikirimkan

Rekonsiliasi
Pembayaran /Jaminan
Konfirmasi Perizinan

Penelitian Dokumen

Pemeriksaan Fisik

SPPB

Penelitian Dokumen

Gambar 3.3: Perbandingan Jalur Importasi


Proses pelayanan KPBC mulai dari pengiriman, penelitian, penetapan jalur, sampai dengan Surat
Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) atau Custom Approval dapat dijelaskan dengan bagan alir
berikut:

27
Gambar 3.4: Sistem Aplikasi Pelayanan Impor Melalui PDE
Sistem inhouse Kantor Pelayanan Bea cukai (KPBC) didesain untukmmenerima,
memproses, dan merespon dokumen yang disampaikan pihak impotir. Setelah
melakukan perhitungan sendiri (self assessment) importer yang bersangkutan membayar
kewajibannya ke bank devisa persepsi yang ditunjuk. Kemudian PIB dikirimkan melalui
jaringan Pertukaran Data Elektronik (PDE). Sistem Melakukan validasi/cek data pada
dokumen PIB apakah barang yang diimpor masuk kategori barang dibatasi atau bahkan
dilarang. Jikalau barang termasuk dibatasi atau dilarang, maka petugas menganalisis
risiko untuk diteruskan ke petugas penetu jalur. Namun jikalau tidak dibatasi atau
dilarang, maka petugas menetapkan jalur pelayanan apakah merah atau hijau. Barang
pada jalur merah selain dokumen diperiksa, fisik barangpun diinvestigasi.
Proses Pelayanan KPBC terhadap pengiriman barang ekspor, penelitian PEB,
penetapan jalur, sampai dengan penerbitanPersetujuan Ekspor (PE) dapat dijelaskan
dengan bagan alir berikut ini:

Gambar 3.5: Sistem Aplikasi Pelayanan Ekspor Melalui PDE


Pelayanan terhadap barang Ekspor dimulai setelah eksportir menyelesaikan
kewajibannya melalui lembaga keuangan yang ditunjuk, kemudian mengirimkan

28
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) berikut bukti-bukti pendukung. Proses dilanjutkan
dengan mandatory check dan penelitian apakah barang tersebut termasuk barang yang
dikarantina atau bebas karantina pertanian, hewan dan iakn. Jika barang bebas karantina,
petugas menentukan jalur pelayanan. Jalur merah memeriksa fisik dan dokumen barang.
Pelayanan semua jalur diakhiri dengan penerbitan Nota Pesetujuan Ekspor (NPE) atau
Custom Approval.
Setelah memenuhi semua ketentuan pabean, eksportir mengantarkan barang
dengan menjalani prosedur kepelabuhanan, untuk selanjutnya barang diserahkan ke
terminal, akhirnya dimuat diatas kapal.
- Barang Ekspor-Impor yang diatur, Diawasi, atau Dilarang
1) Impor
(a) Diatur
 Bahan Perusak Lapisan Ozon (BPO Metil Bromida dan BPO Non Metil
Bromida);
(b)Diawasi
 Gula;
 Beras;
 Minuman Mengandung Etil Alkohol;
 Konsentrat mengandung Etil Alkohol;
 Hasil Tembakau.
(c) Dilarang
 Udang.
2) Ekspor
(a) Diatur
 Produk Perkebunan
0901 Kopi
 Produk Kehutanan
1401 Rotan
4404 Poho Jenis Komifera dan non-Komifera
4408 Lembaran kayu venire tebal ≤ 6 mm
4409 Kayu dibentuk
4410 Papan partikel
4411 Papan dari serat kayu
4412 Kayu Lapis
4413 Kayu dipadatkan berbentuk balok
4414 Bingkai kayu untuk lukisan
4415 Peti, kotak, krat dari kayu
4416 Tahang, tong, bejana, pasu dari kayu
4417 Perkakas, badan perkakas, acuan sepatu dari kayu
4418 Perabot dan bahan bangunan rumah dari kayu
4419 Perabotan meja dan perabotan dapur dari kayu
4421 Barang lainnya dari kayu
4601 Produk-produk industry berbahan baku rotan
4703 Pulp dan kertas dengan bahan kayu
9401/9403 Mebel dari kayu atau rotan
9406 Bangunan prefabrikasi
Kayu Cendana dalam segala bentuk dan ukuran

29
(b)Diawasi
 Produk Peternakan
0102 Binatang sejenis lembu hidup
0102.90.900 Kerbau
4103.20 Kulit buaya dalam bentuk wet blue
 Produk Perikanan
Ikan dalam keadaan Hidup
0301.10.100 Anak ikan Napoleon Wrasse
0301.10.910 Ikan Napoleon Wrasse
0311.91.100 Benih ikan bandeng (nener)
 Produk Perkebunan
1207.10.000 Inti kelapa sawit
 Produk Pertambangan
Minyak dam gas bumi
2709 Minyak bumi mentah
2710 Minyak bumi selain minyak mentah olahan
2711 Gas minyak bumi & hydrocarbon berbentuk gas lain
2712 Petroleum jelly, paraffin, ozokerit, bara muda
 Produk Industri
3102.10.000 Pupuk urea
7204 Limbah dan scrap dari besi tua
7204.21.000 Baja Stainless
7404.000.000 Tembaga
7407.21.000 Kuningan
7602.00.000 Aluminium

(c) Dilarang
 Produk Perikanan
0301.10.100 Anak ikan arowana
0302.20.920 Ikan arowana
0301.92.100 Benih ikan sidat ukuran ˂ 5 mm
0301.10.920 Ikan hias air tawar jenis botia ukuran ≥ 15 cm
0306.29.190 Udang galah ukuran ˂ 8 cm
0306.29.190 Udang Panaeidae (induk dan calin induk)
 Produk Kehutanan
1401.20 Rotan asalan dan rotan setengah jadi
4403 Kayu bulat dari semua jenis kayu diameter ˃30 cm
4403 s/d 4404 Bahan baku serpih kayu diameter ≤ 29 cm
4406 Bantalan rel kereta api atau trem dari kayu
4407 Kayu gergajian atau dibelah membujur
 Produk Pertambangan
2505 Pasir alam segala jenis, pasir silica dan pasir kwarsa
2508 Tanah Liat
2530 Top soil
2609.00 Bijih timah dan konsentratnya
2620 Abu dan residu
7103&7104 Batu mulia (selain intan)
 Produk Perkebunan
4001.22 Karet bongkah
4001.29 Bahan – bahan remailing dan rumah asap
 Produk Peternakan
3103.20 Kulit mentah (kecuali kulit buaya wet blue)

30
 Produk Industri
Sisa dan scrap Fero, ingot hasil peleburan kembali besi/baja
7204.10 Sisa dan scrap dari besi tuang
7204.30 Sisa dan scrap dari besi/baja dilapis timah
7204.50 Sisa dan scrap dari ingot hasil peleburan kembali
 Cagar Budaya
Barang kuno yang mempunyai nilai budaya.

- Pungutan Negara
Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang kepabeanan dinyatakan
bahwa barang-barang yang dibawa dari luar negeri masuk ke kawasan pabean (import)
maupun keluar kawasan pabean tujuan luar negeri (export) dikenakan pungutan untuk
negara. Jenis pungutan Negra RI adalah :
 Impor
1. Bea Masuk (BM). Sesuai buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) sebesar
maksimum 40% x harga CIF,
2. Bea Masuk Anti Dumping (BMAD). Dikenakan apabila :
a. Menyebabkan kerugian indudtri dalam negeri;
b. Mengancam terjadinya kerugian industri dalam negeri dan
c. Menghalangi pengembangan industri dalam negeri.
3. Bea Masuk Imbalan (BMI),
4. Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP),
5. Cukai. Dikenakan atas :
a. Minuman dan konsentrat mengandung Etil Alkohol dan
b. Hasil tembakau.
6. Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
7. Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM),
8. Pajak Penghasilan (PPh) ps.22,
9. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
10. Sanksi Administrasi/Denda. Dikenakan terhadap pelanggaran administrative,
dam denda atas kekurangan pembayaran BM atau Pungutan Ekspor sebesar
100% s/d 1000% dari kekurangan Bayar.
11. Bunga. Pungutan karena utang atau tagihan kepada Negara yang tidak atau
kurang bayar sejak tanggal jatuh tempo sampai hari pembayarannya.
 Ekpor
1. Pajak Ekspor, Pungutan Ekspor, Bea Keluar.
2. Peneriaman Negara Bukan Pajak (PNBP).
Undang No.20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan
Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 2003 tentang Tarif Atas jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Keuangan.
3. Sanksi Administrasi
4. Bunga.

- Jejaringan Tunggal Nasional (NSW)


Kesuksesan pemeriksaan dokumen bisnis sektor kepelabuhanan PIB, PEB, RKSP,
Manifest dan dokumen lainnya melalui sistem Pertukaran Data Elektronik atau EDI
adalah prestasi luar biasa dengan landasan hokum yang kuat, yakni Undang – undang
No.17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan. Namun karena dalam urusan ekspor-impor
melibatkan sebanyak 36 instansi pemerintah, maka dibutuhkan adanya sistem lintas
31
sektor yang telah dilandasi dengan unfang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik.
Jejaringan Tunggal Nasional (National Single Window) merupakan jawaban yang
tepat untuk menyederhanakan sistem perdagangan nasional dan terhadap mitra sekawan
ASEAN. Teknologi NSW dapat mengirimkan dokumen sekali untuk semua instansi dan
mitra terkait melalui satu gateway Portal Indonesia.

(a) Sebelum NSW

BEA CUKAI

PELAYARAN PORT
OPERATOR

EXPORTIR/
MODA TRANSPORT DEPO PETIKEMAS,
IMPORTIR/
DARAT PERGUDANGAN
MANUFAKTUR

PEMERINTAH/ BANK
REGULATOR
36 INSTANSI

(b) Setelah NSW

PELAYARAN

PORT OPERATOR

BANK

BEA CUKAI

EXPORTIR/ PEMERINTAH/
IMPORTIR/ REGULATOR
MANUFAKTUR 36 INSTANSI

Portal DEPO PETIKEMAS,


Indonesia PERGUDANGAN
NSW

MODA TRANSPORT
DARAT

Gambar 3.6 Jejaring Pemberitahuan Pabean

32
Jejaring NSW pada gambar diatas menunjukkan berlangsungnya penyederhanaan
(simplification) prosedur di bidang perdagangan ekspor-impor, keterpaduaan
penangaanan dokumen berbagai mitra dan instansi terkait lintas sektoral (integration),
standardisasi dokumen mengurangi keanekaragaman data sehingga jumlahnya
tereliminasi (eliminating) secara signifikan, dan dengan tersedianya gateway tunggal
maka arus barang komoditas, informasi,dan transaksi pembayaran sepenuhnya berada
dibawah control pemerintah.
Pengalaman korea selatan menerapkan regulasi perdagangan secara elektronik
setelah didahului dengan legalisasi undang-undang electronic commerce menghasilkan
keunggulan, dan daya saing ekonomi perdagangan Negara itu. Korea selatan bermitra
dengan Malaysia melalukan transaksi ekspor-impor dengan prinsip dokumen tunggal
(single document) elektronik. Dokumen ekspor dari Malaysia diproses layaknya
dokumen impor di korea selatan, dan sebaiknya dokumen ekspordari korea selatan
diproses sebagai dokumen impor di Malaysia. Kedua negara yang disebutkan diatas
mengawali keberhasilan dengan pertukaran data elektronik sektoral di bidang
transportasi dan kepelabuhan, kemudian ditingkatkan ke bidang sektoral, dan kini
dengan sesama negara di kawasan Asia Fasific. Malaysia dengan Dagang Net dan
Korea Selatan dengan Korean Logistic Net (KL Net).
Jejaring Tunggal Nasional (NSW) Indonesia akan menjadi jaringan perdagangan
di kawasan ASEAN yang keunggulannya setara dengan Negara tetangga se kawasan
Asia Pasific. Portal Indonesia adalah Solusi menyeluruh atau prosedur panjang dan
banyakannya dokumen perdagangan sebagaimana hasil riset UNCTAD tahun1989.

33
BAB IV
IMIGRASI

a. Prinsip Dasar dan Tugas Keimigrasian


Imigrasi dapat diartikan sebagai kedatangan atau kunjungan orang masuk
kewilayah Negara asing untuk maksud tertentu atau Immigation is the enterance into
an alien country of persons intending to take part in the life of that country and to
make it their more or less permanent residence.
Apabila Indonesia sebagai Negara tujuan sebagai kedatangan atau kunjungan orang
masuk ke wilayah kedaulatan NKRI sejak saat kedatangan sampai keberangkatan.

2. PETUGAS PEMERIKSA PENDARATAN/KEBERANGKATAN

1. PERMOHONAN

PELAYARAN
2. PERSETUJUAN IMIGRASI

Gambar 4.1 Pelayanan Imigrasi


Kapal berbendera asing berkunjung ke pelabuhan Indonesia penumpang atau
wisatawan berkewarganegaraan asing pada prinsipnya boleh meninggalkan kapal pergi
mengunjungitempat tertentu di luar area pelabuhan. Tetetapi dengan ketentuan yang
bersangkutan memiliki paspor dan visa. Paspor tanda bukti dirui (certificate of identity)
yang diberikan pemerintah negera asal, dan visa adalah ijin tertulis yang diterakan pada
paspor yang bersangkutan. Visa Indonesia diberikan oleh pejabat berwenang pada
kantor perwakilan Repunblik Indonesia di Negara asal pengunjung yang menyatakan
persetujuan bagi orang asing untuk masuk dan melakukan perjalanan di wilayah Negara
Republik Indonesia. Jenis visa yang berlaku Internasional, adalah:
 Visa diplomat, yakni visa untuk orang asing pemegang paspor diploma dan
menjalankan tugas diplomat;
 Visa dinas, yakni visa untuk orang asing pemegang paspor dinas menjalankan tugas
resmi dari pemerintah negaranya atau diutusPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB);
 Visa Transit, yakni visa untuk penumpang asing yang pindah moda transport di area
pelabuhan laut atau di bandar udara dalam rangka melanjutkan perjalanannya;
34
 Visa kunjungan wisata, yakni visa untuk orang asing yang berkunjung untuk tujuan
wisata;
 Visa kunjungan usaha, yakni visa untuk orang orang asing yang berkunjung dalam
rangka menjalin binis;
 Visa kunjungan sosial budaya, yakni visa untuk orang asing yang berkunjung dalam
rangka kegiatan sosial budaya, bukan kunjungan wisata dan kunjungan usaha;
 Visa berdiam sementara atau Visa Tinggal Terbatas, yakni visa untuk orang asing
tenaga ahli yang bekerja, mengikuti pendidikan dan pelatihan atau mengadakan
penelitian.
Ketentuan Undang-undang No.9 Tahun 1992 tentang keimigrasian mengatur
pemberian visa bagi orang sebagai berikut:
 Pasal 6 ayat (1) Setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib memiliki
visa, ayat (2) Visa diberikan kepada orang asimg yang maksud dan tujuan
kedatangannya di Indonesia bermanfaat serta tidak akan menimbulkan gangguan
terhadap ketertiban dan keamanan nasional.
 Pasal 7 ayat (1) Dikecualikan dari kewajiban memiliki visa sebagaimana dimaksud
dalam pasal 6 ayat (1) adalah: (a). orang asing warga negara dari negara yang
berdasarkan Keputusan Presiden tidak diwajibkan memiliki visa, (b) orang asing
yang memiliki Izin Masuk Kembali, (c) kapten atau nakhoda dan awak yang
bertugas pada alat angkut yang berlabuh di pelabuhan atau mendarat di Bandar udara
di wilayah Indonesia, (d) penumpang transit di pelabuhan atau Bandar udara wilayah
Indonesia sepanjang tidak keluar dari tempat transit yang berada di daerah Tempat
Pemeriksaan Imigrasi.
Ketentuan Pasal 7 ayat (1) tersebut di atas pada huruf © dan (d) menyatakan
bahwa nakhoda dan awak kapal, dan penumpang transit di terminal penumpang
dibebaskan dari kewajiban memiliki visa yang ditetapkan pasal 6 ayat (1).
Pengaturannya sedemikian rupa karena bagi pelaut, berlaku ketentuan konvensi
International Labour Organization (ILO) No.185 Tahun 2003 yang dipaparkan
dalam sub b setelah ini.
Untuk mengamankan ketentuan pasal 6 dan pasal 7, maka pasal 9 mewajibkan
operator kapal atau perusahaan angkutan laut untuk:
 Memberitahukan kedatangan atau rencana keberangkatan,
 Menyamoaikan daftar penumpang dan daftar awak alat angkut yang
ditandatangani Pejabat Imigrasi,
 Mengibarkan bendera isyarat bagi kapal laut yang datang dari luar wilayah
Indonesia dengan membawa penumpang,

35
 Melarang setiap orang naik atau turun dari alat angkut tanpa izin Pejabat Imigrasi
selama dilakukan pemeriksaan keimigrasian,
 Membawa kembali ke luar wilayah Indonesia setiap orang asing yang datang
dengan alat angkutnya yang tidak mendapatkan Izin Masuk dari Pejabat Imigrasi
di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Tugas dan fungsi pengawasan keimigrasian serta kewajiban orang asing di
Indonesia ditetapkan pada pasal 38 dan pasal 39 seperti berikut:
 Pasal 38 ayat (1) pengawasan terhadap orang asing di Indonesia meliputi (a)
masuk dan keluarnya orang asing ked an dari wilayah Indonesia; (b) keberadaan
serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia; dan ayat (2) untuk kelancaran
dan ketertiban pengawasan, pemerintah menyelenggarakan pendaftaran orang
asing yang berada di wilayah Indonesia.
 Pasal 39, setiap orang asing yang berada diwilayah Indonesia wajib : (a)
memberikan segala keterangan yang diperlukan mengenai identitas diri dan/atau
keluarganya, perubahan status sipil dan kewarganegaraan serta perubahan
alamatnya; (b) memperlihatkan Surat Perjalanan atau dokumen keimigrasian yang
dimilikinya pada waktu diperlukan dalam rangka pengawasan; (c) mendaftarkan
diri jika berada di Indonesia lebih dari 90 (se,bilan puluh) hari,
Konsekuensi ketentuan tersebut diatas antara lain ialah bahwa Pejabat Imigrasi
menyusun basis data(data base) seluruh orang asing yang berada dan menjalankan
kegiatan di Indonesia, sehingga tugas dan fungsi pengawasan berlangsung efektif.

b. Konvensi Identitas Pelaut Indonesia


Konvensi ILO No.185 Tahun 2003 tentang Perubahan Dokumen Identitas Pelaut
1958 yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang No.1 Tahun 2008 memberikan
perlindungan bagi tenaga kerja pelaut Indonesia. Kebijakan legislasi tersebut
dilatarbelakangoi oleh tindakan criminal terorisme yang memanfaatkan segala cara
dalam mencapai tujuan kelompoknya, sehingga tidak sedikit Negara didunia yang
sangat membatasi bahkan melarang pelaut asing berkunjung turun kewilayah
negaranya demi mencegah hal-hal yang merugikan atau menunggu keamanan dan
ketertiban. Sedangkan pelaut berhak turun dari kapal ke darat untuk kepentingan,
keselamatan dan keamanan.
Untuk memenuhi standar ketenagakerjaan intrnasional serta untuk lebih
kompetitif terhadap pelaut asal negara asing lainnya, maka pelaut-pelaut Indonesia
dilengkap dengan “Buku Pelaut” (Seaman Book) atau Dokumen Identitas Pelaut
(Seafarers’ Identity Documet).

36
Buku pelaut sebagai Dokumen Identitas Pelaut resmi menerapkan standar
peralatan sistem teknologi informasi yang berbasis biometric fingerprint standard
dengan barcode. Sistem pengawasannya sederhana luar biasa, yakni buku di scan
untuk dibaca di computer seluruh data diri yang unik dari tenaga kerja pelaut yang
bersangkutan.
Kemudian izin ke darat, transit dan pemindahan pelaut yang memiliki Seafarers’
Identity Document (SID) dilakukan setelah melalui proses verifikasi singkat, kecuali
latar belakang atau dat pelaut tersebut diragukan. Pejabat Imigrasi tidak berwenang
menolak pemberian izin turun ke darat seperti ke umah sakit, kantor pos, bank atau
kepolisian.
Pemberlakuan konvensi ILO No.185 ditujukan kepada setiap Pelaut yang
dipekerjakan atau terlibat atau bekerja dalam jabatan apapun diatas kapal teermasuk
kapal penangkap ikan komersil. Akan tetapi Buku Pelaut (SID) yang dimaksud tidak
berlaku bagi anggota angkatan laut atau awak kapal perang.
Penerbitan Dokumen Identitas Pelaut diselenggarakan oleh negara anggota ILO
dan yang memberlakukan konvensi kepada pelaut warga negaranya dan kepada
pelaut yang bertempat tinggal permanen di wilayah hokum negaranya.
Kepemilikan dan pencabutan SID didokumentasikan secara tripartite
(pemerintah, operator kapal dan pelaut yang bersangkutan. Dokumen pelaut harus
dicabut jikalau pelaut tidak lagi memenuhi kondisi atau persyaratan yang ditetapkan
konvensi.

37
BAB V
KESEHATAN PELABUHAN (PORT HEALTH)

KESEHATAN PELABUHAN (PORT HEALTH)


a. Peran dan Aspek Legalitas
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dibentuk sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Departemen Kesehatan yang berperan sangat penting dan strategis dalam
melaksanakan fungsi cegah dan tangkal penyakit karantina dan penyakit menular
potensial wabah, meminimalisasi risiko yang timbul dengan melaksanakan kegiatan
kekarantinaan dan survailans epidemiologi.

2. PETUGAS PEMERIKSAAN KAPAL TIBA/BERANGKAT

1. PERMOHONAN

PELAYARAN

3. PERSETUJUAN
KESEHATAN

Gambar 5.1 Pelayanan Karantina Kesehatan


Prinsip pokok pelayanan KKP ditujukan dalam Gambar 2.7 di atas. Inisiatif
menyerahkan buku kesehatan kapal yang disampaikan operator kapal dilayani sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan nasional maupun konvensi
internasional. Kapal tiba/ berangkat dengan dokumen kesehatan lengkap masih berlaku
diberikan persetujuan clearance in/out. Dalam hal dokumen kesehatan tidak lengkap,
kapal yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk melengkapinya.
Undang-undang No.39 Tahub 2009 tentang kesehatan pada pasal-pasal 154 dan 155
berturut-turut kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah diberikan tanggung jawab yang
diatur sebagai berikut :
 Pemerintah dan Pemerintah Daerah secara berkala menetapkan dan mengumumkan
jenis dan persebaran penyakit yang berpotensi menular dan/atau menyebar dalam
waktu yang singkat, serta menyebutkan daerah yang dapat menjadi sumber penularan.

 Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat melakukan sureveilans terhadap penyakit


menular sebagaimana tersebut diatas.
 Dalam melaksanakan surveilans Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat melakukan
kerjasama dengan masyarakat dan negara lain.

38
 Pemerintah dan Pemerintah Dearah menetapkan jenis penyakit yang memerlukan
karantina, tempat karantina dan lama/durasi karantina.
Pembuat Undang-undang memberikan wewenang kepada Pemerintah Psat dan
Pemerintah Daerah untuk menetapkan jenis penyakit, tempat dan lama karantina
kesehatan guna melindungi penularan penyakit kepada masyarakat daerah belakang
(hinterland) atau lingkungan sekitar kawasan pelabuhan.
Kapal Terjangkit dilayani sebagaimana flow chart di halaman berikut. Diawali dengan
permohonan nahkoda kapal atau agen perusahaan pelayaran untuk mendapat dokumen
kesehatan (Bill of Health). Petugas karantina kesehatan melakukan pemeriksaan. Jikalau
kapal terjangkit penyakit karantina, maka kapal diawasi dan menjalani tindakan
karantina oleh dokter dari kantor kesehatan pelabuhan. Namun kapal yang tidak
terjangkit atau dinyatakan sehat setelah tindakan karantina, dinyatakan bebas penyakit
karantina atau free pratique.

PERMOHONAN FREE
PRATIQUE
NAHKODA/AGEN
PELAYARAN

KEPALA KANTOR KESEHATAN


PELABUHAN

Tidak
TERJANGKIT

TINDAKAN KARANTINA

Tidak
SEHAT

Ya
FREE
PRATIQUE

Gambar 5.2 Pelayanan Kapal Free Pratique


b. Tugas Pokok dan Fungsi KKP
Kantor Kesehatan Pelabuhan mempunyai tugas pokok melaksanakan:
 Pencengahan masuk dan/atau keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular
potensi wabah.
 Kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di lingkungan lerja pelabuhan dan
lintas batas.
 Pengendalian dampak kesehatan lingkungan.
Kantor kesehatan Pelabuhan, menyelenggarakan fungsi:
1) Pelaksanaan kekarantinaan terhadap sarana angkutan, manusia dan kawasan
pelabuhan.

39
2) Pelaksanaan pengamatan penyakit karantina dan penyakit menular potensial
wabah yang terjadi dalam/luar negeri melalui media cetak dan media elektronik.
3) Pelaksanaan pusat/simpul jejaring surveilans epidemiologi local, regional,
nasional sesuai penyakit yang terkait dengan lalu lintas internasioanl seperti
pelabuhan dan bandar udara.
4) Pelaksanaan fasilitas dan advokasi kesiapsiagaan dan pemamggulangan keadaan
tanggap darurat bidang kesehatan.
5) Pelaksanaan fasilitas dan advokasi pembinaan kesehatan kerja di lingkungan
kerja pelabuhan dan bandar udara.
6) Pelaksanaan pemberian sertifikat obat, makanan-minuman, dan Alat Kesehatan
(OMKA) ekspor dan mengawasi persyaratan dokumen OMKA impor.
7) Pelaksanaan pengawasan kesehatan pada alat angkut, inspeksi kapal meliputi
sistem sanitasi, hama tikus dan serangga yang dapat menularkan penyakit.
8) Pelaksanaan pemberian layanan kesehatan terhadap komunitas pelabuhan serta
penduduk di sekitar lingkungan kerja pelabuhan.
9) Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan pelabuhan antara lain ketersedian air
bersih, vector (nyamuk, tikus, lalat, kecoa), bangunan rumah makan dan
pembuangan sampah.
Khususnya pelaksanaan fungsi kekarantinaan terhadap sarana pengangkut atau
kapal, karantina kesehatan melakukan tindakan suci hama diantaranya pembasmian
hama tikus dengan fumigasi yakni ruang akomodasi kapal disemprot gas fumigan
sehingga kapal terbebas dari segala macam kutu dan jasad renik.
Kapal yang telah bebas hama tikus dan jenis hama lainnya diberikan sertifikat
bebas tikus (Deratting Certificate atau Deratting Exemption Certificate).

40
BAB VI
KARANTINA PERTANIAN

KARANTINA PERTANIAN
Aktivitas pelayanan kekarantinaan bidang karantina pertanian di lingkungan kerja
pelabuhan laut secara umum ditunjukkan dalam Gambar 2.9 Nahkoda atau operator
kapal melaporkan dokumen kapal (Bill of Health) dan Daftar Muatan (Manifest) ke
Kantor atau Pusat atau Unit Pelaksana atau Balai Karantina.
Sementara itu, pemilik barang/muatan atau eksportir-importir menyampaikan
permohonan izin bongkar dan.atau muat, menyelesaikan semua urusan untuk
mendapatkan persetujuan (Quarantine Approval).
Petugas karantina mengadakan penelitian dokumen dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik jiika dipandang perlu. Jikalau kapal berikut muatan dinyatakan
bebas karantina, maka diterbitkan Clearance muat ataupun bongkar.

a
PELAYARAN
1
b 1

2
3
4
KARANTINA 5 EMKL/IMPORTIR/
b EKSPORTIR
c d

Keterangan :
1 = Manifest a = Shipping Instruction
2 = EMKL/Importir mengurus izin bongkar b = EMKL/eksportir mengurus izin muat
3 = Pemeriksaan muatan oleh petugas c = Pemeriksaan kapal oleh petugas
4 = Hewan/Tumbuhan masuk karantina d = Hewan/ Tumbuhan masuk karantina
5 = Clearance dari karantina e = Clearance muat dari karantina

Gambar 6.1 Pelayanan Karantina Pertanian


1) Karantina Hewan
Kapal yang mengangkut muatan hewan terjangkit penyakit karantina berdasarkan
ketentuan perundang-undangan diproses melalui tindakan karantina.
Berdasarkan Undang-undang No.16 Tahun 1992 tentang karantina hewan,ikan
dan tumbuhan melalui aturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2000
tentang Karantina Hewan pada sebagian pasal-pasalnya mengatur sebagai berikut:

41
 Pasal 8 ayat (1) Media pembawa yang dimasukkan ke dalam, dibawa, atau
dikirim dari suatu area ke area lain, transit di dalam, dan/atau dikeluarkan dari
wilayah negara Republik Indonesia dikenakan tindakan karantina; (2) Tindakan
karantina berupa pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan,
penolakan, pemusnahan dan pembebasan; (3) Pelaksanaan tindakan karantina
terhadap media pembawa yang membahayakan kesehatan manusia,
dikooordinasikan dengan instansi yang bertanggung jawab dibidang kesehatan
masyarakat veteriner dan zoonosis.
 Pasal 16 ayat (1) Pembebasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2)
dilakukan terhadap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah negara
Republik Indonesia, dan diberikan sertifikat pelepasan, apabila ternyata: a)
setelah dilakukan pemeriksaan tidak tertular hama penyakit hewan karantina; (b)
setelah dilakukan pengamatan dan pengasingan tidak tertular penyakit hewan
karantina; (c) setelah dilakukan perlakukan dapat disembuhkan dari hama
penyakit hewan karantina; tau (d) setelah dilakukan penahanan seluruh
persyaratan yang diwajibkan dapat ipenuhi. Pasal 16 ayat (2) Pemberian sertifikat
pelepasan terhadap media pembawa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ditujukan kepada dokter hewan yang berwenang di daerah tujuan.
Pasal 8 dan pasal 16 Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2000 dapat
dianalogikan untuk diberlakukan juga terhadap Karantina Ikan, dan Karantina
Tumbuhan.
2) Karantina Ikan
Proses pelaksanaan tindakan karantina yang bertujuan untuk mencegah masuk
dan tersebarnya hama penyakit karantina dari luar negeri dan dari satu daerah ke
daerah lain di dalam negeri, atau keluarnya hama penyakit karantina dari wilayah
Indonesia ke wilayah negara lainnya.
Meningkatkan tranksaksi perdagangan ikan Indonesia yang diangkut dari/ke
luar negeri maupun antar wilayah dalam negeri melalui pelabuhan penyakit ikan
berbahaya. Untuk menangkal penularan hama penyakit yang membahayakan
kesehatan manusia konsumen, maka tindakan karantina sebagai keputusan
preventif sangat diperlukan.

42
Aliran kerja pelaksanaan Tindakan Karantina ditunjukkan dalam Gambar 6.2

PERMOHONAN PUSAT/UNIT/BALAI
PEMILIK KARANTINA
MUATAN/PRODUK/
MEDIA
Tidak
TERJANGKIT

TINDAKAN KARANTINA:
1. PEMERIKSAAN
2. PENGASINGAN
3. PENGAMATAN
4. PERLAKUAN
5. PENAHANAN
6. PENOLAKAN
7. PEMUSNAHAN
8. PEMBEBASAN

Tidak
BEBAS ?
Ya
SERTIFIKASI

Gambar 6.2 Bagan Alir Tindakan Karantina


Bagan alir yang disajikan dalam Gambar 6.2 di atas serupa dengan bagan
alir dalam gambar 5.2 terdahulu. Bagan dalam gambar 6.2 lebih rinci
menjelaskan Tindakan Karantina sebagaimana uraian berikut:
a) Pemeriksaan dokumen dan persyaratan karantina dimaksudkan:
 Memeriksakan kelengkapan, keabsaha dan kebenaran dokumen produk dan
dokumen pelaku usaha yang bersangkutan;
 Memeriksa persyaratan karantina, diantaranya (a) Sertifikat Kesehatan (Health
Certificate) negara/daerah asal produk; (b) Surat permohonan membawa
masuk/keluar media pembawa.
b) Pengasingan media pembawa untuk pendeteksian hama penyakit karantina secara
visual, seperti (a) Jenis; (b) jumlah; (c) ukuran; dan (d) kelainan patologis organ-
organ luar-dalam.
 Pengamatan, yakni penelitian selama dalam pengasingan, antara lain pemeriksaan
laboraturium di instalasi karantina.
 Perlakuan, yakni tindakan jika setelah pengamatan ternyata ditemukan produk tertular
hama penyakit karantina.

43
 Penahanan atas media dikenakan apabila (a) tidak dilengkapi dengan sertifikat
kesehatan negara/daerah asal; (b) tidak membuat surat permohonan clearance; dan (c)
pemilik tidak mengurus izin memasukkan atau mengeluarkan produk.
 Penolakan apabila persyaratan karantina tidak dipenuhi dan setelah tahap perlakuan
media pembawa tidak dapat disembuhkan dari hama penyakit.
 Pemusnahan dilakukan apabila batas waktu penolakan sudah lewat dan produk tidak
dapat dibebaskan.
 Pembebasan apabila media pembawa (produk) telah bebas dari hama penyakit
karantina dan diberikan sertifikat kesehatan.

3) Karantina Tumbuhan
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa Undang- undang No.16 Tahun
1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan adalah dasar hokum normative
mengatur atau membentengi wilayah negara Republik Indonesia dari penularan hama
penyakit yang terbawa produk-produk peternakan, perikanan, kehutanan dan
perkebunan.
Produk-produk dimaksud merupakan media pembawa hama penyakit melalui
aktivitas bongkar dari dan/atau muat ke atas kapal di pelabuhan sebagai pintu gerbang
keluar-masuk barang yang diperdagangkan.
Aturan pelaksanaan pelayanan karantina tumbuhan antara lain diatur dengan
Keputusan Menteri Pertanian No. 37/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Persyaratan Teknis
dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah-buahan dan/ atau Sayuran
Buah segar ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia, dan
No.38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2,
Tanaman Inang, Media Pembawa, dan Daerah Sebarnya.
Peraturan pelaksanaan teknis operasional mempunyai tujuan:
 Mencegah masuknya hama penyakit, dan organisme pengganggu tumbuhan
karantina dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
 Mencegah tersebarnya hama penyakit, dan organisme pengganggu tumbuhan
karantina dari suatu daerah ke daerah lain di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia
 Mencegah keluarnya hama dan organisme penggsnggu tumbuhsn tertentu dari
Wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri apabila negara tujuan
menghendaki.

44
45

Anda mungkin juga menyukai