PELAYARAN
A. PENDAPATAN FREIGHT
- Ada tambahan freight (shurcharge) untuk muatan yang nilai pelayanannya cukup
besar/memerlukan ekstra, untuk muatan yang memakai ruangan besar karena ada
broken stowage atau sulit dalam stowage, heavy lift cargo, long length cargo, option
cargo (pelabuhan tujuannya belum di tetapkan), ada lonjakan harga bunker atau
kurs, stowage factore sangat kecil atau sangat besar,dengan through B/L
menyebabbkan perlu transshipment ( dikapalkan ke second carrier Karen pelabuhan
tujuan tidak disinggahi kapal), dan sebagainya.
-Tariff FAK ( freight all kinds rates ) , secara sama rata tarifnya untuk jarak yang sama, tidak
memeperhatikan dari nilai isi continer. Tariff per continer merupakan total biaya operasi ditambah laba
per voyage dibagi jumlah muatan dalam continer.
-Muatan dalam peti kemas juga dipengaruhi bentuk pengapalan. Bila CY to CY yang artinya perusahaan
pelayaran membiayai THC dan biaya muat-bongkarnya, maka freight nya jauh lebih tinggi dibandingkan
FIO( biaya THC maupun maupun muat –bongkar dibiayai oleh pemilik muatan). Demikian juga untuk term
CFS to CFS (LCL), disamping juga tergantung apakah continer kosongnya dari shipper (SOC) atau dari
carrier/perusahaan pelayaran (COC) sangat memengaruhi tingkat freight.
MC + IC +OS + LS
TU = Rp per ton mil
Cs x Js
-Yang membayar freight : oleh shipper bila term of trade-nya C&F atau C, I & F (freight
prepaid), atau bisa juga yang membayar freight consignee ( freight collect ) bila term of tradenya
FOB atau FAS,
Advance freight : dalam voyage charter ada uang muka (20-25%) dan sisanya di bayar di
pelabuhan tujuan .
Gross freight : freight tanpa potongan perusahaa premi asuransi, bunga, komisi, dan sebagainya.
Earned freight : freight pasti dibayar walau barang tidak sampai ( guarantied freight ). Sebaliknya
cargo owner dapat mengklaim bila barang tidak diterima sesudah membayar freight.
Distance freight : kalau air laut akan mebeku,mugkin kapal perlu pindah,sehingga freid perlu
ditambah.
Dead freight : kalau penyewa kapal ( voyage charter ) tidak dapat memenuhi jumlah muatan sesuai
yang dijanjikan, maka dikenakan dead freight sesuai jumlah muatan yang dijanjikan.
Back freight : bila pengangkut gagal menyerahkan muatan di pelabuhan tujuan bukan karena
kesalahan pengangkut, dan terpakasa muatan dibawa kembali, maka carrier berhak mendapat
back freight ( freight untuk membawa kembali muatan)
Lumpsum freight : jumlah freight yang dijanjikan lebih dahulu untuk satu voyage dalam voyage
charter.
Over freight : jumlah minimum atau maksimum freight yang diterima dalam hal jumlah barang
yang diangkut mungkin kurang atau berlebih.
B. PENDAPATAN KEAGENAN
• Pendapatan keagenan adalah imbalan dari perusahaan pelayaran yang diageninya (
principal ) untuk jasa-jasanya dalam hal :
• Untuk meraih muatan, memperoleh “booking commission” sebesar 2-5,5% dari freight
muatan tersebut,
• Dengan meng-handle muatan keluar (muat) maupun muatan masuk (bongkar) juga
memperoleh handling commission masing-masing 2-2,5% dari freight;
• Menangani operasi kapal dan crew ; clearance dan penyandaran kapal , mengurus repair,
maintenance, pengisian bungker/air, mengurus document kapal dan muatan, dan
sebagainya memperoleh “ agency fee”
• Fee lainnya dari menangani penagihan freight, mengurus continer kosong dan lain-lain.
C. PENDAPATAN DARI MENCARTERKAN KAPAL ATAU PENYEWAAN CONTINER
• Sales cost : potongan freight untuk perangsang bagi broker atau pegawai
shipper yang memberikan muatan,
• Off hire : potongan pendapatan carter karena kapal yang dicarterkan mogok,
delay, dan sebagainya.
B. BIAYA OPERASI PADA PERUSAHAAN PELAYARAN
• Ada dua metode pengelompokan biaya operasi perusahaan pelayaran. Berikut contohnya.
1. biaya variable
- biaya bunker/BBM -biaya pelabuhan
- biaya muatan ( bongkar-muat ) - biaya / komisi agent
- biaya klaim muatan -biaya sewa container
- biaya transshipment
2. biaya tetap
- biaya harian kapal
- biaya asuransi H & M
- biaya asuransi P & I
- biaya overhead
- beban biaya container milik
1. PEMBEBANAN BIAYA
• Biaya operasi pelayaran tidak selalu “ seluruhnya” menjadi beban perusahaan pelayaran
Karena sangat tergantung pada pola pengoperasian kapalnya. Maka penjelasan masing-
masing biaya yang akan diterangkan berikut ini jangan dipersepsikan sebagai seluruhnya
beban perusahaan pelayaran yang kita kelola. Sebagai gambaran dari yang dioperasikan
sendiri saja pembebanan biaya bisa berbeda. Berikut
• CONTOHNYA:
a. bila yang dioperasikan sendiri adalah kapal milik, pendapatannya adalah
pendapatan uang tambang atau freight. Cara penerimaannya bisa sebagai freight prepaid (
dibayar di pelabuhan muat) atau sebagai freight collect ( dibayar di pelabuhan tujuan ).
Sementara itu , biayanya adalah biaya operasi langsung dan opeasi tidak langsung atau biaya
variable dan biaya tetap.
b. Biaya kapal yang dipakai dalam operasi sendiri bukan kapal milik, tetapi kapal
milik perusahaan lain yang di charter( time charter), pendapatannya adalah jga uang tambang
atau freight.sementara itu, biayanya adalah hanya biaya variable, biaya charter,biaya overhead
dari perusahaan yang mencharter/mengoperasikan kapal tersebut, dan P & I cargo.
2. RINCIAN DAN PENJELASAN BIAYA OPERASI PERUSAHAAN PELAYARAN ( SEA
TRANSPORT COAST ).
A.BIAYA OPERASI KAPAL ( SHIPS OPERATING COST )
setiap perusahaan pelayaran mempunyai istilah yang bebeda untuk istilah biaya ini, antara lain:
3. Biaya asuransi berupa premi asuransi yang harus dibayarkan untuk asuransi hull &
machinery ( asuransi badan kapal dan mesin kapal ) dan asuransi P&I non cargo ( hanya
asuransi crew ). Pada sebagian besar perusahaan, biaya ini terpisah sebagai biaya asuransi.
4. Biaya administrasi dan komunikasi terdiri dari pengiriman document dokument dari/ ke
kapal, telepon, teleks, faksimil, dan sebagainya.
B. BIAYA MUATAN UMUM / BREAK BULK ( GENERAL BREAK BULK CARGO EXPENSES )
1.Stevedoring expenses, terdiri dari unsur biaya :
a. Biaya bongkar atau muat selama normal working hour;
b. Biaya kegiatan bongkar atau muat diluar normal working hour, sesuai dengan
pemakaian gang yang diminta dan disetujui oleh kapal;
c. Mechanical equipment hire, biaya untuk penggunaan peralatan
mekanisme seperti forklift, crane, floating crane, dan lain sebagainya termasuk driver,
overtime untuk peralatan tersebut;
d. Stevedoring gear hire, biaya untuk penggunaan peralatan stevedoring seperti
sling-sling jala-jala, dan lain sebagainya.
6. Dunnage, biaya pembelain material untuk dunnage ( alas muatan ), biaya trnasportasinya sampai
di kapal dan biaya penggunaannya di atas kapal:
a. Material cost, yaitu harga pembelian dari material untuk dunnage;
b. Transportations expenses, yaitu biaya pengangkutan material untuk dunnage ke
kapal;
c. Laying/sifting dunnage, yaitu biaya untuk menyusun/mengatur dunnage sebagai
persiapan untuk bongkar/muat
d. Miscellaneous, yaitu biaya lainnya untuk penyediaan dunnage.
7. Tank cleaning, yaitu biaya pembersihan cargo tank,terdiri dari :
a. Material cost, yaitu biaya pembelian/pengadaan bahan/material untuk cleaning
antara lain chemical;
b. Labour, yaitu biaya buruh untuk mengerjakan cleaning;
c. Transportation expenses, yaitu biaya perjalanan buruh dan supervisor untuk
tank cleaning, termasuk penginapan;
d. Survey expenses, yaitu biaya survey terhadap tank yang sudah
dibersihkan termasuk dokumentasi , survey fee, dan biaya transportnya;
e. Miscellaneous, yaitu biaya lainnya untuk tank cleaning yang tidak
termasuk dalam komponen biaya di atas
8. Lashing,yaitu biaya untuk mengikat barang di palka/deck agar tidak bergeser atau terlepas
dari kedudukannya semula untuk mencegah kerusakan, terdiri dari :
a. Material cost, yaitu biaya pembelian material untuk lashing;
b. Labour, yaitu biaya melaksanakan lashing oleh buruh;
c. Securing/lashing cargo, yaitu biaya mengikat/lashing cargo dalam stowage agar tidak
rusak karena pergeseran;
d. Miscellaneous, yaitu biaya lainnya untuk lashing yang tidak masuk komponen biaya di
atas.
9. Shifting expenses, yaitu biaya buruh yang melaksanakan pemindahan muatan atas
permintaan atau persetujuan master, dapat berlangsung dengan cara Hatch-hatch, Hatch-deck-hatch.
Hatch – shed – hatch, biaya ini meliputi :
a. Labour, yaitu biaya buruh yang melaksanakan pemindahan muatan serta tenaga-tenaga super
visi seperti foremen, tally, dan lain-lain;
b. Mechanical equipment hire, yaitu biaya penggunaan peralatan mekanis dalam rangka
shifting cargo;
c. Stevedoring gear hire, yaitu biaya penggunaan peralatan bongkar/muat untuk sifting cargo;
d. Miscellaneous, yaitu komponen biaya cargo sifting lainnya yang belum termasuk
dapat dimassukkan disini
10. Liquid cargo, yaitu biaya bongkar muat,muatan cair yang komponen biayanya terdirri dari :
a. Straight time, yaitu biaya handling liquid cargo dalam normal working hours;
b, Overtime, yaitu biaya handling liquid cargo diluar normal working hours;
c. Miscellaneous, yaitu biaya lain yang berhubungan dengan liquid yang tidak termasuk
pada kedua komponen di atas.
11. Transhipment expenses ( dalam hubungannya dengan throught B/L ) yaitu biaya untuk melaksanakan
transship cargo yang bisa terjadi di pelabuhan bongkar maupun pelabuhan muat. Biaya di pelabuhan muat
adalah biaya transship dari port origin ke main loading port, sedangkan biaya di pelabuhan bongkar adalah
biaya transship dari pelabuhan bongkar ke pelabuhan final destination, transship ini terjadi karena kapal
tidak menyinggahi port origin maupun final destination. Transshipment expenses biasanya didukung oleh
transshipment fee ( additional freight) berikut :
a. Stevedoring expenses, yaitu biaya untuk memuat/membongkar transshipment cargo;
b. Extra labour, yaitu biaya pekerjaan khusus seperti shoring ,
coopering/mending, rebagging;
c. Shedhire, yaitu sewa gudang yang dikenakan terhadap transshipment cargo sebelum
muatan tersebut dilanjutkan;
d. Transportation expenses, yaitu biaya pengangkutan dari port origin ke main
loading port atau dari discharging port ke final destination,( dalam item ini juga termasuk
biaya pengangkutan dari tempat penumpukan yang satu ke tempat penumpukan
lainnya);
e. Mechanical equipment, yaitu biaya penggunaan peralatan mekanis;
1. Stevedoring charges :
a. Adalah biaya bongkar atau muat container full dari/ke atas
kappa ke/dari kade/trailer (load / disch. Ex/to wharft );
b. Biaya bongkar atau muat container full dari/ke kapal ke/dari
lighter (load/ disch overside);
c. Overtime, biaya kegiatan bongkar muat di luar normal working
haours;
d. Mechanical equipment hire, biaya untuk penggunaan peralatan
mechanis;
e. Stevedoring gear hire, biaya untuk penggunaan peralatan
stevedoring.
2. Terminal handling charges:
biaya untuk kegiatan handling full container ini terdiri atas komponen
berikut.
1. Stevedoring charges meliputi :
a. Biaya bongkar atau muat container full dari/ke atas kapal
ke/dari kade/trailer ( load / disch. Ex/to wharft );
b. Biaya bongkar atau muat container full dari/ke kapal ke/dari
lighter,(load/disch.overside);
c. Overtime, biaya kegiatan bongkar muat di luar normal working
haours;
d. Mechanical equipment hire, biaya untuk penggunaan peralatan
mechanis;
e. Stevedoring gear hire, biaya untuk penggunaan peralatan
stevedoring.
2. Terminal handling charges:
a. Wharfage dues, uang dermaga yang dihitung berdasarkan
container loading / discharging;
b. Harbor dues, uang labuh yang dihitung berdasarkan container
loading/discharging ( berlaku di Australia )
c. Reefer charges, biaya refrigerated container berupa suplai
aliran listrik , plug /unplug dan pengawasan terhadap
temperature container di CY;
d. Ekstra movement, biaya untuk perpindahan container di CY
karena kesalahan carrier / pergantian kapal;
e. Lift on/lift off;
yaitu biaya menaikkan (lift on)
dan menurunkan (lift off) ke/dari atas truk oleh forklift di
areal CY.
3. LCL charges :
a. Stuffing / unstuffing, biaya pemuatan/pembongkaran
cargo dalam / ke luar container di CFS;
b. Tallying dan documentation, biaya tally dan
dokumentasi dari stuffing/unstuffing container di CFS
c. Costum dan documentation, biaya clearance biaya
cukai dalam rangka cargo container stuffing
/unstuffing;
d. Cargo survey, yaitu biaya survey muatan container di
CFS;
e. Material / lashing, biaya oebgadaan material untuk
lashing/dunnage muatan dalam container waktu
stuffing di CFS.
4. Ship board charges :
adalah biaya yang timbul dari movement / handling container di
atas kapal terdiri dari :
a. Restowing charges ,biaya yang disebabkan perubahan susunan
atau menyusun kembali container yang telah tersusun untuk
mendapatkan susunan yang diinginkan;
b. Ship planner charges, biaya untuk jasa ship planner dalam
merancang penyusunan container di atas kapal;
c. Container lashing/unlashing, biaya pemasangan lashing untuk
container di atas palka ( buruh dan material atau membongkar lashing
container);
d. Reefer charges, biaya untuk refrigated container berupa plug &
unplug, pengawasan temperature dan lain sebagainya di atas kapal;
6. Transshipment expenses :
adalah biaya untuk melaksanakan transship container yang bisa
terjadi di pelabuhan muat maupun di pelabuhan bongkar. Biaya
di pelabuhan muat adalah biaya transship dari original port ke
port load seangkan biaya di pelabuhan bongkar adalah biaya dari
transship dari discharging port ke final destination. Biaya terdiri
dari :
a. Pre/on carrier freight, biaya pengangkutan dari original port ke
loading port atau biaya pengangkutan dari discharging port ke
final destination;
b. Stevedoring charges, biaya bongkar atau muat container;
c. Terminal handling carges, biaya yang terjadi di Container Yard
(CY) Container Freight Station (CFS);
d. Other charges, biaya lainnya yang tidak masuk dalam komponen
transship di atas.
7. Miscellaneous :
Terdiri dari biaya berikut:
a. Stevedoring Industry Levy (SIL), khusus di Australia.
b. Fumigation expenses, biaya fumigation timber fach ( khusus di
Bangkok );
c. Container storage, sewa lapangan (CY) karena sesuatu hal
menjadi beban kapal ;
d. Lain-lain biaya container yang tidak dapat dimasukkan ke
dalam komponen biaya di atas.
E. Biaya BBM ( Bunker Expenses )
CONTOH
Untuk menjalankan KN Bimasakti dalam operasional kesehariannya misalnya
memerlukan pemakaian MFO = 35 ton per hari
MDF = 3 ton per hari
Dalam rangka penelitian jumlah pemakaian BBM dilakukan ujicoba suatu pelayaran
ke Pulau Karimun dan sekitarnya
Dalam satu voyage tersebut diperlukan waktu : 30 hari di laut dan
: 25 hari di pelabuhan
6. Quy dues : Uang dermaga perlu dijelaskan tariff yang digunakan bila
terdapat lebih dari satu system tariff, hanya uang dermaga yang dihitung
berdasarkan groos tonnage kapal di sini, sedangkan uang dermaga yang
dihitung berdasarkan muatan akan dicatat di cargo expenses.
d. Clearance other
Biaya clearance dengan instansi lainnya
Biaya klaim adalah nilai ganti rugi yang dibayarkan kepada pemilik muatan (
owner cargo ) atas klaim yang dituntut oleh cargo owner karena kerusakan
muatan, kehilangan muatan, dan kekurangan muatan serta tanggung gugat
pihak III lainnya. Kerugian tersebut bisa kita teruskan kepada P & I. Namun ,
karena prosesnya memakan waktu yang sangat lama,biayasanya nilai yang
telah dibayar kepada cargo owner atau penggugat, langsung menjadi biaya.
Bila dikemudian hari ( mungkin sudah tahun buku berikutnya ) memperoleh
penggantian ( reimbursement ) dari P & I, maka dikelompokkan menjadi
pendapatan lain-lain diluar usaha.
J. BIAYA PENYUSUTAN (DEPRECIATION)
Harga perolehan dinilai dalam rupiah sesuai kurs waktu kapal diserahkan.
Misalnya :
harga kapal US$ 20 juta dan
kurs waktu diserahkan US$ 1 = Rp 2000,
maka harga perolehan = 20 juta x Rp 2000 = Rp 40 miliar.
Untuk umur ekonomis kapal biasanya 20 tahun dan untuk container 10 tahun.
Sehingga Perhitungan Penyusutannya sbb :
Rp 40 miliar
Penysutan Kapal = = Rp 2 miliar / tahun
20 tahun
2. METHOD “DECLINING METHOD”
Method “Declining Method” yang semakin lama, penyusutannya
semakin kecil dengan tujuan agar seimbang dengan biaya pemeliharaan
kapal yang semakin tua biayanya semakin besar.
CONTOH :
Umur ekonomis kapal 20 tahun, harga perolehan Rp 40 miliar, maka
cara menghitung “Declining Method” adalah sebagai berikut:
Jumlah angka mulai dari tahun 1 s/d 20 = 1 +2 + 3 + 4 + ..... 20 = 210
Penyusutan tahun I = 20/210 x Rp 40 miliar = Rp 3.809 juta
Penyusutan tahun II = 19/210 x Rp 40 miliar = Rp 3.619 juta
Penyusutan tahun III = 18/210 x Rp 40 miliar = Rp 3.428 juta
Dan seterusnya, Penyusutan tahun XX = 1/210 x Rp 40 miliar = Rp 190 juta
3. Cara lain dalam menghitung biaya penyusutan adalah dengan menyisihkan
nilai sisa akhir (residual value) pada saat umur ekonomis sudah berakhir ,
karena meskipun umur ekonomis sudah berakhir, mungkin umur teknisnya
lebih lama, jadi masih laku dijual. Misalnya ditaksir harga sisa akhir Rp 6 miliar
(setelah 20 tahun),
CATATAN : Perhitungan di atas hanya untuk satu kapal saja . Bila ada beberapa
kapal, masing-masing harus dihitung seperti di atas, kemudian ditotal.
5. PENYUSUTAN DARI ASSET LAINNYA
Kalau ekonomis untuk kapal bisa sampai 20 tahun, Tetapi umur ekonomis
asset lainnya, tergantung kepada kebijakan akuntasi pada masing-masing
perusahaan pelayaran.
Contohnya
1. Aktiva tetap yang termasuk bangunan (kantor, gedung, rumah
permanen, dan sebagainya) : 20 tahun.
2. Aktiva tetap termasuk kelompok kapal , ( kapal,tongkang, boat dan
sebagainya ) : 20 tahun.
3. Aktiva tetap yang termasuk kelompok container dan alat-alat
mekanis (forklift, top loader, crane dan sebagainya) : 10 tahun
4. Aktiva tetap yang termasuk inventaris dan kedaraan : 5 tahun
5. Aktiva tetap, tanah tidak disusutkan dan dibukukan sesuai harga
perolehan.
K. CAPITAL COST
Biaya yang termasuk capital cost dan dikaitkan dalam
perhitungan laba-rugi adalah:
Biaya peti kemas disini maksudnya adalah biaya khusus peti kemasnya, jadi
bukan biaya muatan dalam container.
a. Beban tidak langsung pelayaran untuk metode I atau beban pelayaran untuk
metode II, terdiri dari :
-. Beban pegawai ( khusus divisi traffic / container, ke agenan, nautika,
teknik, perlengkapan / perbekalan , bagian traffic/komersial cabang-
cabang );
-. Beban perjalanan dinas ( sama dengan di atas )
-. Beban bangunan/investasi bangunan gudang tempat penyimpanan
spare parts dengan perlengkapan barang inventarisnya;
-. Beban penyusutan gudang milik perusahaan ;
-. Beban lainnya.
b. Beban marketing terdiri dari :
-. Beban pegawai ( khusus di divisi marketing dan bagian marketing
cabang-cabang )
-. Beban perjalanan dinas (sama dengan di atas )
-. Beban lainnya
2. Beban marketing, seperti no (1) di atas pada divisi marketing dan bagian
marketing cabang-cabang ditambah beban iklan dan beban promosi.
3. Untuk beban umum & administrasi, sama seperti no (1) di atas untuk direksi,
SPI/Litbang, unit-unit pada dit.administrasi & keunangan , kepala cabang / OR,
bagian administrasi dan keuangan cabang-cabang ditambah pengiriman
dokumen, rapat kerja , listrik, air, gas, iuran dan lain-lain dikantor pusat dan
cabang-cabang.
e. Beban penyusutan / amortisasi terdiri dari penyusutan dari bangunan kantor , rumah dinas,
bungalow, kendaran dinas, inventaris / peralatannya, dan amortisasi dari asset yang ada di
kantor pusat maupun dicabang-cabang.
2 Selain pembebanan berdasarkan fungsi usaha, beban overhead juga dapat dibebankan atas
dasar besarnya kegiataan usaha,
CONTOH :
Perusahaan pelayaran, mempunyai anggaran biaya overhead Rp 30 miliar per tahun. Sesuai
kegiatannya, misalnya dibebankan pada usaha pelayaran 70 % = 70 % x 30. m = Rp 21 miliar.
Untuk kegiatan keagenan dibebankan 20 % = 20 % x 30. m = Rp 6 miliar
Untuk kegiatan usaha lain-lain 10 % = 10 % x 30. m = Rp 3 miliar
Khusus pada usaha pelayaran :
Misalnya untuk operasi sendiri dibebankan dari 21 M. 80 % = 80 % x 21. m = Rp 16,8 miliar
Jumlah kapal yang dioperasikan terdiri 10 kapal total 84.000 DWT
Kalau salah satu kapal “A” misalnya DWT – nya = 10.000 DWT,
maka beban overhead kapal “A” tersebut adalah 10.000/84.000 x Rp 16,8 miliar = Rp 2 miliar per tahun
atau kapal dioperasika 360 hari pertahun, maka beban over head kapal “A” per hari = 2 miliar / 360 hari
= Rp 5,56 juta perhari.
Untuk kapal-kapal lainnya juga dapat dihitung berdasrkan kebijakan perusahaan dalam menetapkan
pembebanannya.
N. PENDAPATAN DAN BIAYA-BIAYA LAIN-LAIN (non-usaha )
Adalah merupakan pendapatan dan biaya lain-lain diluar kegiatan pokok perusahaan pada
periode akuntansi yang bersangkutan ; setiap perusahaan akan mengelompokkan dengan
cara yang berbeda. SEBAGAI CONTOH DAPAT DILIHAT SEBAGAI BERIKUT:
Biaya Pajak usaha / perseroan adalah pajak yang harus disetor kepada Negara atas laba bersih
perusahaan sebelum pajak. Besarnya tergantung pada ketentuan yang berlaku ( PPh pasal 25).
BEBAN PAJAK INI BERLAKU DENGAN SYSTEM PROGRESIF SEBAGAI BERIKUT :