TUGAS
MANAJEMEN PERUSAHAAN DAN JASA PELAYRAN 1
DOSEN IBU ARI MARYATI, SE
MANAJEMEN BIDANG USAHA/OPERASI
Pada garis besarnya manajemen usaha dibawah koordinasi dari direktur usaha,
melaksanakan pengelolaan perusahaan dalam pengoperasian kapal-kapal milik dan atau
kapal yang dicarter, pemasaran ruangan kapal, logistic muatan, pemanfaatan container,
penyelenggaraan keagenan, pembinaan operasional di cabang-cabang dan sebagainya.
2. Unit/Divisi pemasaran
a. Kegiatan Bidang Pemasaran
Pemasaran pada umumnya mengadakan pendekatan pembinaan hubungan baik dengan
para langganan/shipper ( pemilik muatan) sehingga kedua belah pihak memperoleh
keuntungan.
Kegiatan pemasaran meliputi penjajagan, perkenalan, penawaran, penerimaan booking,
penyusunan stastistik pasar, analisis pasar, dan laporan kondisi pasar.
Tujuan dilakukannya pemasaran adalah untuk mempertahankan langganan. Hal ini agak
sulit karena shipper selalu mencari aspek ekonomi yang lebih positif, sedangkan jumlah
shipper semakin banyak (banyak saingan). Selain itu, pemasaran juga bertujuan menambah
langganan untuk meningkatkan bangsa pasar ( market’s share).
Umumnya seluruh pegawai perusahaan pelayaran merupakan petugas marketing
yang harus memberi pelayanan sebaik-baiknya kepada para pelanggan. Penampilan petugas
marketing harus baik,luwes dan gesit. Selain itu, petugas marketing juga harus
berpengetahuan luas, terutama menguasai masalah trayek yang sedang dipasarkan, schedule
dan kondisi/tipe kapal, tingkat freight, faktor persaingan, perkembangan perdagangan pada
treyek tersebut.
Tugas pokok unit/divisi pemasaran adalah sebagai berikut.
1) Memberikan analisis potensi pasar (market analysis) disetiap jalur pelayaran (service)
sebagai dasar penentuan/penetapan kapal dan pola operasional.
2) Mengumpulkan data pasar serta memberikan hasil analisisnya guna menetapkan langkah
penjajagan dan strategi dalam meningkatkan market share.
Setelah kekuatan pasar diketahui langkah berikutnya adalah menyusun strategi sesuai
kebutuhan pasar. Cabang-cabang diharuskan membuat laporan berkala (bulanan, triwulan,
semester tahunan) mengenai marketing ke kantor pusat, antara lain :
Bila pada kenyataannya jumlah muatan yang diraih cabang/agen mungkin tidak
seperti yang ditargetkan,cabang/agen perlu membuat lagi laporan booking langsung secara
berkala sesuai perkembangan realisasinya. Laporan biasanya dilakukan setiap 3,2 atau
1minggu sebelum kapal tiba.sementara itu, final/close booking umumnya 2 hari sebelum
kapal tiba/sebelum muat, dimana hamper dapat dipastikan jumlah muatan itulah yang akan
dimuat.
Dengan laporan berkala itu, kantor pusat dapat mempertimbangkan apakah alokasi
ruangan ditambah/dikurangi atau mejadi pertimbangan penerimaan booking antara high
dan low paying cargo. Realisasi muatan yang dilaporkan dalam booking report tersebut
adalah hasil canvassing oleh para canvasser dikantor pusat maupaun dicabang/agen yang
biasanya dibuat laporan hariaannya setiap kunjungan kepada langganan (shipper).
Dalam menghadapi perasaingan tajam, pemberian direct sales cost (SX) sangat
mempengaruhi kesuksesan meraih muatan. Maka, perlu ditetapkan pengaturan SX,
diantaranya besarnya yang bisa ditangani langsung dan yang harus seizin direktur usaha,
cara pembayaran SX, kerahasiaan SX, dan sebagainya sehingga tidak kaku, tetapi
terkontrol.
Atau
Cs per TEU
Contoh
Kapal mengangkut 5000 ton muatan dari pelabuhan A ke B yang berjarak 1000 mil,
dengan biaya-biaya sebagai berikut :
biaya operasi selama kapal dipelabuhan ( IC ) = Rp. 85.000 000,00
biaya operasi selama kapal dilaut (MC) = Rp. 45.000 000,00
biaya organisasi kantor, biaya kantor, administrasi atau umum dan pemasaran = Rp. 50.
000 000,00
laba yang diharapkan 10%
perhitungan :
kalau laba 10%, maka pendapatan freight
Atau tariff uang tambang per ton = 1000 x Rp.40 per ton-mil = Rp.40000,00
b. Kalau dikaitkan dengan nilai pelayanan, misalnya untuk barang heavy lift atau long
length cargo berarti perlu kerja extra untuk menangani muatan, maka freight perlu
ditambah surcharge, misalnya ditambah 15%, sehingga freightnya sekarang menjadi
115% x Rp.40000,00 = Rp.46000,00 per ton
c. Mungkin juga kapal mengangkut barang sembako, dimana pemerintah akan ikut
campur dalam menentukan tingkat freight, misalnya untuk barang sembako freightnya
harus lebih rendah 20%, maka freight sekarang akan menjadi 80% x Rp.40000,00 =
Rp.32000,00 per ton.
Tariff freight per Box = total biaya opr. Langsung + biaya opr. Tidak
langsung + laba
Total box
c. Tarif “freight ton “ berdasar volume atau berat ( diambil yang terbesar
diantara keduanya ). Misalnya ; 20 karton muatan yang dapat dimasukan
Perhitungan :
18 x 12 x 7
18 x 12 x 8
19 x 15 x 5
20 x 16 x 6
20 x 16 x 6
Misalnya speed kapal rata-rata 18 knots, maka jumlah hari di laut ( operation days at Sea)
:
18 x 24
24 x 18
24 x 18
24 x 18
1995 1995
1. Surabaya - 4.0 - 5/3 9/3 4.000 - 85 340.000
379 - 1.0 2.000 25 50.000
2. Jakarta - 4.0 - 10/3 14/3 7.000 - 80 560.000
469 - 1.5
3. Singapura - 3,5 - 16/3 19/3 3.000 2.000 70 210.000
8.250 - 20.0
4. Rotterdam - 3.0 - 8/4 11/4 - 6.000 -
307 - 1.0
5. Hamburg - 4.0 - 12/4 16/4 - 8.000 -
Total 9.405 18.5 12.5 16.000 16.000 1.160.000
Penjelasan :
MDF : 91 m.tons.
FW : 360 m.tons.
Hasil usaha per voyage per kapal harus dibuat oleh unit
operasi, terutama perkiraan dari hasil usaha ( rugi laba usaha ).
Sementara itu, hasil usaha yang actual (yang sebenarnya) biasanya
dilaporkan oleh unit keuangan setelah data-data actual terkumpul
dan lengkap dengandokumen pendukungnya.
5. Tanggal B/L
Tanggal penerbitan atau pengeluaran B/L misal Surabaya, dated…..
Tanggal barang dimuat diatas kapal tanggal on board the ship (dicap)
Ini sangat penting apakah barang telah dikapal ada waktunya sesuai
instruksi di L/C ( last shipment date…….) untuk batas waktu
pembayaran misal pembayaran 21 hari setelah tanggal penerbitan B/L
untuk batas penutupan asuransi misal cover asuransi paling lambat
tangal……..
6. B/L harus cocok sesuai dengan invoice mengenai:
Nomor dan tanggal serta pembuka L/C.
Nama, jumlah/harga,ukuran barang.
Shipping marks barang-barang yang dikirim.
Pelabuhan pemuatan dan pelabuhan tujuan.
Pihak pemuatan dan pihak penerima.
7. Cara penyerahan Ocean B/L dari shiper kepada consignee;
Dalam B/Lselalutertulis nama shipper, cosignee, dan notify address.
a) Shipper sesuai yang telah diterapkan di atas shipper adalahpihak
yang mengirimdan merinci barang dikirimnya. Sehingga jelas nama
dan alamat pengirimnya.
b) Consignee tergantung dari transaksi kontak consignee ditulis bearer
atau holder.namaconsignee to order kontaknya dikososngkan semua
menuju kepadakepemilikan.
c) Notify Adress yaitu pihak shipper minta kepada pengangkut untuk
memberitahukan bila barang telah sampai di pelabuhan atau juga
bisa di bank.
1. Bila di B/Ltertulisshipper: x
Consignee to order
Pada order B/L dicatat nama shipper dan nama consignee tidak
dicatat karena orderB/L dapat diperdagangkan/dipindahkandengan
caraendorsement .
Dimulai shipper mengendorse di B/L bagian belakang dan
pmemindahtangankan kepada penerima di pelabuhan tujuan,
consignee akan berikutnyaakan menerima barangnya. Jadi dalam
hal ini tidak mungmkin barang akan diambil oleh yang bukan
haknya karena pemindahan dan penjualan melalui endorsement.
From :
To :
a) Pengeluaran barang
b) Membongkar dari peti emas
c) Menunjang pe,eriksaan barang oleh surveyor, petugas pabean.
d) Bagi forwarder dapat menentukan tariff/biaya terkait.Perlu
mencantumkan:
Nama/alamat pengirim/penerima
Nama/jenis komoditas
Tanggal packing list
Jumlah/bentuk kemasan
Tanggal/no. kontrak jual-beli
Tanda tangan eksportir/shipper
g) Transfer
f) B/L
c) L/C
c)
BA
Adv. L/C BB
h) $ A a) Kontrak B
e) Rp.
Perusahaan Pelayaran
Menyampaikan muatan
Ke pelabuhan tujuan
Selanjutnya kalau sudah mendapat izin/flat muat dari B & C shipper membayar
Pajak Ekspor di Bank Devisa. Demikian juga LPS oleh SGS Surveyor
dikirimkan ke PerwakilanSGS Surveyor di pelabuhan tujuan.
3) Bila shipper sudah memperoleh flat muat dari B & C dan shipper mau memuat
serta pelayaran pun setuju tingkat freight-nya, shipper membuat Shipping
Instruction(SI) kepada perusahaan pelayaran.
4) Setelah menerima SI, perusahaan pelayaran menyiapkan surat-surat sebagai
berikut :
a) Surat Pemberitahuan Umum (PU) kepada B & C, Adpel, Syahbandar tentang
kedatangan kapal.
b) Loading List untuk kepentingan kapal menyusun Stowage dan Port Captaincy
untuk membuat Prestowage Plan (PSP).Stowage Plan final selanjutnya akan
dibuat oleh pihak kapal.
c) Resi gudang, untuk EMKL membawa barang ke gudang laut (Gudang LIni I).
d) Shipping Order (SO); perintah pemuatan kepada nahkoda.
e) Mate’s Receipt (MR) untuk ditandatangani Mualim I setelah muatan di kapal.
5) Bila kapal sudah tiba, muatan segera dimuat oleh Perusahaan Bongkar Muat
(PBM) dengan disaksikan pihak gudang dan pelayaran melalui tallymen/tally
clerk.
6) Setelah dimuat dan stowage, mualim I menandatangani Mate’s Receipt sebagai
tanda terima di kapal, tentunya dengan catatan selengkapnya berdasarkan hasil
tally dan pernyataan in apparent good order.
Saat buruh bekerja di kapal,semua kegiatan mulai buka palka, pemuatan,
istirahat, winch rusak, dan sebagainya dicatat pada working time sheet, setelah
selesai muat, kapal harus membuat final stowage plan dan hatch list.
Muatan LCL ini tidak selalu CFS to CFS, bisa juga di pelabuhan muatnya
sebagai muatan LCL, tapi sampai di pelabuhan tujuan menjadi FCL
(hanya untuk satu consignee), disebut Buyer Consolidation.Atau
10) Seperti di atas, manifest juga dibuat, tetapi berdasarkan SI dan loading
report karena B/L lengkap pada muatan FCL lengkap tidak bisa terinci
seperti pada break bulk .
11) Setelah selesai muat, pihak kapal juga harus menyelesaikan bay plan
final, untuk keperluan bongkar di pelabuhan tujuan.
12) Penyelesaian selanjutnya serta pendistribusian B/L dan manifest sama
seperti pada break bulk di atas.
Prosedur dan administrasi muatan masuk atau impor adalah sebagai berikut.
k.
6. Muatan Transhipment
a.
1. Cabang/agen menyiapkan dokumen, seperti pemberitahuan umum (PU),
booking kepada 2ᵑᵈ carrier.
2. Setelah kapal tiba diurus pembongkaran muatan dan yang perlu
transhipment ditumpuk dulu digudang atau di CY.
3. Kemudian lakukan booking muatan ke 2ᵑᵈ carrier dengan membuat
shipping instruction.
4. Juga perlu dilurus model “H” (yang ada hubungannya dengan B & C)
b. Setelah dimuat dikapal 2ᵑᵈ carrier, cabang/agen dari pelayaran 1 akan menerima
copy mate’s receipt dan asli memo B/L dari agen pelayaran ll.
c. Cabang memberitahu consignee dengan surat fax/telex.
d. Asli memo B/L dikirim kea gen pelyaran ll di pelabuhan tujuan dengan
permintaan untuk menyerahkan muatan kepada consignee dengan menarik
endorse trough B/L, dan meminta agar trough B/L segera dikirim ke kantor pusat
pelayaran l (trough B/L adalah B/L dari pelabuhan muat sampai dengan pelabuhan
tujuan, tetapi pelabuhan tujuan tersebut tidak disinggahi 1ᵑᵈ carrier.
e. Cabang/agen melaporkan pelaksanaan ke kantor pusat.
c. Stowage muatan
Stowage atau pemadatan muatan adalah penempatan dan penyusunan
muatan disesuaikan dengan sifat, bentuk, jenis, bungkusan dan tujuan muatan
masing-masing. Sehubungan dengan hal tersebut, penempatan dan penyusunan
muatan (stowage), harus dilakukan dengan benar dan dijaga stabilitas kapal serta
keselamatan pelayaran perlu dijaga.
Dalam stowage yang baik ada lima sasaran yang perlu diperhatikan. Ditinjau dari
segi efisiensi, sasaran yang perlu diperhatikan adalah penanganan yang cepat
dipelabuhan dan pemakaian space secara ekonomis. Sementara itu, ditinjau dari segi
keselamatan/keamanan, sasaran yang perlu diperhatikan keamanan bagi buruh,
perlindungan terhadap muatan, dan perlindungan terhadap kapal. Berikut ini
penjelasan selengkapnya.
1) Penanganan yang cepat dipelabuhan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan yang cepat
dipelabuhan adalah sebagai berikut.
a) Mencegah overlanded (kelebihan bongkar/terbawa).
b) Mencegah overstowage (penumpukan yang salah)
Muatan seharusnya disusun dengan tepat. Muatan yang
akan dibongkar dipelabuhan tujuan pertama disimpan
ditempat paling atas dan muatan yang akan dibongkar di
pelabuhan terakhir di simpan yang paling bawah. Bila
terjadi penumpukan berrlebih, ketika akan
membongkar, terpaksa harus memindahkan (shifting)
muatan diatasnya. Hal ini selain mengakibatkan
lamanya kapal dipelabuhan, juga akan menimbulkan
beban tambahan untuk shifting dan restowaged.
c) Mencegah longhatch
1. Liner Terms
3. FIOST
(sama dengan butir 2) di atas tetapi untuk muatan curah ditambah trimmed
(meratakan muatan) di atas kapal.
Isi container pada FCL ini hanya milik satu shipper dan untuk satu
consignee. Kondisi shipment ini disebut CY/CY.
1. Jenis container
a. General cargo container atau general purpose (GP) untuk muatan umum
b. Special Ventilated Container (SVC), untuk muatan yang berkeringat atau basah, bau
atau mudah rusak.
c. Open top/sSide Container (OT/OS) di buat dari steel untuk alat berat, mesin, traktor,
dan sebagainya, dimasukkan dari atas oleh Derek
d. Flat Rack Container (FRC), untuk mesin-mesin, atau alat berat dan sebagainya yang
mungkin memakai space lebih dari ukuran 30’ atau 40’, berlantai dasar kuat/kokoh.
e. Dry Bulk Container (DBC), untuk muatan curah.
f. Tank Container (TC) : tangki dilindungi rangka besi untuk muatan cair/gas.
g. Refrigerated Container (RF), bermesin perbandingan ,untuk buah-buahan, daging,
dan sebagainya.
2.Ukuran Container
Panjang dan tinggi container dapat berubah-ubah sedangkan lebarnya tetap 8 feet.
Panjang antara lain 10’, 20’, 35’. 40’,45’. Umumnya dipakai di Indonesia adalah 20’
dan 40’.
Satuan untuk container adalah teu (twenty equivalent unit) atau feu(fourty
equivalent unit).
ISO juga membahas ketentuan ukuran luar dari peti kemas dan berat
keseluruhan.ukuran daripeti kemas (freight container) untuk pelayaran
intercontinental adalah sebagai berikut.
TABLE 1
Series
Freight External External External Maximum
Container Height Width Nominal Length Gross Weight
Designation
Mm ft mm ft mm ft kgs lbs
ins ins
1A 2438 8 00 2438 8 12000 40 30480 67200
1AA 2591 8 6 2438 8 00 30480 67200
1B 2438 8 00 2438 8 12000 40 25400 56000
1BB 2591 8 6 2438 8 00 25400 56000
1C 2438 8 00 2438 8 9000 30 20320 44800
1CC 2591 8 6 2438 8 00 20320 44800
1D 2438 8 00 2438 8 9000 30 10160 22400
1E 2438 8 00 2438 8 00 7110 15700
1F 2438 8 00 2438 8 6000 20 5080 11200
00
6000 20
00
3000 10
00
2000 6
5
1500 5
00
a. Pick up free, yaitu biaya pengambilan dari depot termasuk sewa forklin untuk
muat diatas truk
b. Biaya angkut ke shipper/CFS untuk selanjutnya proses stuffing.
c. Biaya forklin untuk menurunkan dari truk dan biaya-biaya sejak dari
CFS/shipper sampai dengan kekapal, lashing, dan sebagainya.
d. Biaya pengangkutan dari pelabuhan ke depot (haulage)
e. Semua biaya survey, refair, maintenance, cuci/container
f. Sewa lapangan timbun (open storage/container yard)
g. Mengembalikan MT Container ke depo setelah dipakai/disewa (drop off0
Saat mulai disewa (pick up) dan dikembalikan kepada lessor (drop off), kondisi
container tersebut, perlu ditimbangterimakan dengan dokumen Equipment
Interchange Receipt (EIR) yang mencatatkondisi dan kerusakan saat
disurvei.EIR juga perlu dibuat setiap keluar/masuk depot atau peralihan
tanggung jawab lainnya
e. Nomor kode penyimpanan di kapal
1) Nomor Bay dari depan ke belakang, ganjil (01-03-05) untuk 20’, genap (02-
04) untuk 40’.
2) Row : ganjil = Starboard side, genap = Port side.
3) Tier dari bawah keatas 02-04-06 dan seterusnya kecuali di atas palka 82-84-
86 dan seterusnya.
4) Sebagai contoh:
05 01 02 menunjukan
1) Di pelabuhan pemuatan :
a) Sebelum mengisi PK
2) Internal
- Kedap air.
2) Di pelabuhan Bongkar/Tujuan :
b) Saat stripping
c) Selesai stripping
Special cargo
Muatan lepas
Fasilitas yang dimiliki suatu terminal peti kemas (Pk), umumnya terdiri dari :
Peletakkan PK dilapangan
- Seperti halnya dikapal ada nomor Bay,Row dan Tier, maka juga dilapangan PK
ada penomoran:
Blok perkelompok, misalnya blok A,B,C dan seterusnya slot,barisan memanjang
di datu blok, dengan no, 01,02,03 dan seterusnya.
Row, barisan memanjang di satu blok, dengan nomor 1,2,3 dan seterusnya
Tier, susunan tumpukan dari bawah ke atas, dengan no. 1,2,3 dan seterusnya
Misalnya B02242, artinya Pk berada di blok B, slot 02,Row 24 dan Tier2
- Bila PK di CY sudah penuh atau+/- YOR 85% biasanya sebagian PK impor, dari
CY dipindahkan (overbrengen) ke lapangan tempat penimbunan sementara (TPS),
sambil menunggu proses penyelesaian B dan C, menyusul kemudian delivery
kepada consigne.
- Impor (I) PK yang direncanakan untuk dibongkar ekspor (E) untuk dimuat
Transhipment (T) untuk diturunkan dan dinaikkan lagi ke 2nd carrier.
- Restow (R) peletakkan perlu diatur lagi ke kapal untuk efisiensi space kapal;
Remained On Board (ROB) ; PK yang tetap di kapal sama sekali tidak diturunkan
ke terminal
- FCL (Less than Container Load); muatan dalam satu PK milik beberapa
shippe/consignee
- Empty container (MT) PK kosong dikumpulkan di depo MT untuk proses
ekspot/impor selanjutnya atau mungkin untuk disewakan/dijual.
- Turn Round Time (TRT) kapal: jumlah jam kapal (per kapal) atau alat berad di
pelabuhan, dihitung sejak kapal lego jangkar atau alat dipakai contoh di TPK koja
TRT Truck=60 menit.
- Throughput (daya lalu) : jumlah tonnage kapal/barang yang lewat per fasilitas per
satuan waktu, misalnya throughput peti kemas tahun 2003 melalui TPK koja :
547.280 TEUs atau 364.964 boxes oleh 563 call kapal atau 648 box per call.
- Dwelling time : hari rata-rata per ton atau per m3 atau per PK yang ditumpukan
per bulan.
- Tenaga kerja Bongkat Muat (TKBM) : pelaksana langsung B/M di kapal.