Anda di halaman 1dari 21

Container Terminal Operation:

Current Trends and Future Challenges


MATA KULIAH –TERMINAL OPERATING SYSTEM

TEDY HERDIAN, S.Kom, M.M


INSTITUT TRANSPORTASI & LOGISTICS (ITL) TRISAKTI
Introduction
• Tahun 2011, lebih dai 100 kapal petikemas yang
berukuran semakin besar (lebih dari 10.000 TEUs)
beroperasi di banyak pelabuhan. Terdapat 150 kapal
dipesan oleh beberapa terminal.
• Kapal petikemas dengan ukuran 18.000 TEUs mulai
sandar di Terminal Busan pada April 2013.
• Mahalnya biaya bahan bakar dan biaya untuk awak kapal
sebagai stimulus untuk melakukan perubahan.
• Sejak 9/11 implementasi keamanan di sektor maritim
terus ditingkatkan.
• Konsekuensinya, shipping line menuntut standar yang
tinggi terhadap tingkat kinerja terminal, termasuk
tingkat throughput per berth atau turnround time kapal
atau truk.
Introduction
• Pasar logistik sudah berubah dari orientasi
supplier kepada orientasi customer karena
pasokan sumber logistik sudah melebihi dari
sisi permintaan
• Sebaran mega vessel yang melewati rute
utama, membutuhkan hub portyang sesuai
sehingga mendorong hub port untuk berubah.
• Penanganan petikemas diharapkan 9.000
moves dalam 24 jam untuk kapal 15.000 TEUs,
sekitar 350 moves per berth, produktivitas 2
kali dibanding pelabuhan Busan.
• Produktivitas double akan membutuhkan
inovasi yang dramatis dalam ssistem
penanganan atau metode operasionalnya. http://www.investkorea.org/busan_en/about/hub.do
Operation Plan Optimization
• Rencana operasi yang menghasilkan kinerja
baik ditunjukan dengan penggunaan
sumber daya yang efisien selama proses
operasi.
• Misalnya rencana operasi kapal tentang
penyandaran, pengaturan Quay Crane,
urutan bongkar/muat dan perencanaan
space.
• Beberapa sumber daya diklasifikan sebagai
sumberdaya kunci karena biaya tinggi dan
memiliki konsekuensi peningkatan biaya
terhadap kapasitas. Scheduling of Container Handling Equipment in Marine Container
Terminals
• Sumber daya kunci termasuk: quay crane https://www.semanticscholar.org/paper/Scheduling-of-Container-
Handling-Equipment-in-
dan lapangan penumpukan di terminal Kaveshgar/90935d7a8d4b937003506ed204641dbaf43fce6f
petikemas
Berth Planning
• Rencana menggunakan quay crane untuk
melayani kapal.
• Proses sandar kapal, informasi kunjungan
kapal (voyage number, rute pelabuhan dll),
spesifikasi kapal (panjang, lebar, kapasitas)
dan struktur palka diinformasikan pihak
shipping line dengan terminal sebelum kapal
sandar.
• Informasi tersebut kemudian diinput ke dalam
sistem operasi rencana sandar kapal.
• Posisi sandar kapal sudah ditetapkan saat https://apkpure.com/id/terminal-berth-plan/berthing.planhmd
berthing contract antara terminal dan shipping
line
Berthing Plan Procedure

Untuk meminimalisir
Penentuan QC keterlambatan
Proses Penentuan jumlah
merupakan strategi layanan kapal, setiap
penjadwalan quay QC akan
untuk melayani vessel memiliki
crane (QC) untuk berdampak
kegiatan bongkar/ bargaining power
ditempatkan terhadap waktu untuk menentukan
muat dengan
melayani kapal layanan saat kapal skala prioritas
tingkat pelayanan
yang sandar sandar. layanan yang
maksimal.
diberikan terminal.
The Issue on Berthing Plan
• Continuous Quay Assumption
• rencana sandar kapal diatur pada beberapa dermaga yang terpisah atau di dermaga yang
Panjang dimana kapal dapat sandar di posisi manapun.
• Dynamic Berth Planning and Re-planning
• Shipping line dan terminal menandatangni perjanjian sandar secara regular setiap minggu.
Karena kedatangan kapal sangat tergantung pada kondisi cuaca, lingkungan operasional
kapal, keberangkatan kapal dari terminal sebelumnya dan kondisi operasional kapal perlu
melakukan perubahan sesuai kondisi saat itu.
• Considering Traffic in the Quay and the Yard
• Di multi-terminal, renca kapal denagn meminimalisir gangguan terjadi antara kapal yang
sandar dan kapal yang sedang berlabuh. Pada saat ada kapal yang berangkat dan kapal yang
tiba bersamaan akan berdampak terhadap keterlambatan serius dari operasional kapal.
• ConsideringTidalDifference
• Pelabuhan yang memiliki tingkat pasang surut yang tinggi perlu mempertimbangkan
bagaimana saat melayani mega vessel. Bagian perencenaan perlu mempertimbangkan
tingkat surut air saat itu.
Stowage Planning
• Proses yang spesifik untuk muat petikemas ke kapal sesuai
posisi bay/ slot dan tier di kapal
• Sejumlah petikemas sudah siap dimuat di kapal, direlokasi
atau disimpan sementara di dermaga untuk rencana muat
yang efisien dalm menunjang proses operasional pelabuhan.
• Stowage plan, biasanya disusun atas permintaan dari pihak
shipping.
• Selama proses rencana muat, perlu dipertimbangkan saat
marshalling (penyusunan berulang) petikemas di lapangan.
• Marshalling tidak bisa dihindari karena, penumpukan
petikemas sebelumya bisa jadi belum sesuai untuk posisi di
kapal, misalnya berat dan special cargo untuk di posisi
khusus.
• Proses muat juga perlu mempertimbangkan stabilitas kapal. https://www.its.ac.id/seatrans/id/perancangan-perangkat-lunak-
penataan-muatan-stowage-planning/
QC Work Scheduling
• Konsep “grup petikemas”, dimana
petikemas outbound dengan ukuran yang
sama dan tujuan yang sama, yang akan
dimuat ke kapal yang sama.
• Grup petikemas dipakai untuk efisiensi dan
efektivitas handling petikemas di terminal
dan kapal
• QC melakukan kegiatan bongkar dibawah
palka harus melakukan bongkaran diatas
palka terlebih dahulu. Untuk kegiatan
muat berlaku sebaliknya. Constraint programming approach to quay crane scheduling problem
• QC yang beroperasi lebih dari satu, tidak https://doi.org/10.1016/j.tre.2013.08.006

mungkin beroperasi secara berdampingan,


paling dekat jaraknya terpisah 2 x 20 feet
ukuran lebar petikemas
QC Scheduling Process
• Urutan kerja dibagi berdasarkan hatch cover
(palka), on deck ( diatas palka) dan hold
(dibawah palka) di kapal.
• Untuk proses bongkar, urutan kerja dari stern
ke bow
• Urutan proses muat, dimulai dari bow ke stern
• Kriteria paling popular adalah, multiple crane
yang beroperasi saat itu selesai kerja dalam
waktu yang bersamaan.
• Pembagian kerja QC dialokasikan dengan
membagi area dengan pembatas hatchcover/ Integrated scheduling of berth and quay crane
deck dan hold, sehingga jumlah operasional considering maintenance activities

petikemas bisa sama antar QC.


More Complicated Characteristics of the QC
Scheduling
• Reduction of Planning Lead Time (pengurangan waktu dalam proses perencanaan)
• Pembatasan waktu kedatangan petikemas outbound, alasan utamanya agar terdapat waktu yang cukup untuk penyusunan
rencana muat di kapal. Pengurangan waktu perencenaan akan meningkatkan tingkat layanan kepada customer.
• Simultaneous Planning of Quay Side and Yard Side Operations
• Jika terdapat beberapa petikemas di satu slot untuk kegiatan pick-up dan delivery dalam waktu bersamaan, akan berakibat
kemacetan di lapangan. Sehingga perlu dibuat perencenaan operasional secara simultan, sehingga kegiatan dalam berjalan
dengan lancar.
• Integration with Real-Time Operation Control Function and Load/Unload Sequencing Process
• Real time pada operasi di kapal sangat mungkin akan mengalami beberapa penyesuaian terhadap rencana, karena:
keterlambatan lashing, delay di lapangan dan hambatan lainnya. Proses real time perlu mempertimbangkan penjadwalan
QC.
• Increasing the Adaptability and the Rescheduling Capability of QC Scheduling Module
• Saat beberapa QC ditempatkan untuk melayani satu kapal, ketika ada satu QC delay atau rusak, maka akan berdampak
terhadap kelancaran operasional. Bagian plaaning perlu melakukan penyesuai rencana dan penempatan QCC pada saat itu
juga untuk meminimlaisir delay.
• Providing a Planning Process for Multiple Planners for Multiple Vessels Considering the Shared Resources
Among them
• Biasanya terjadi ketika ada beberapa kapal yang sandar, sehingga perlu dibuat system agar tidak tumpeng tindih.
Optimalisasi justru bisa dilakukan dengan cara berbagi sumber daya (peralatan, space lapangan dll).
Load/Unload Sequencing
• Setelah menentukan jadwal QC untuk urutan bongkar dan muat petikemas. Penentuan strategi
bongkar setiap petikemas berdampak terhadap biaya handling petikemas.
• Kegiatan bongkar biasanya bisa dilakukan sesuai rencana, pertimbangan utamanya penentuan
space di lapangan.
• Kegiatan muat seringkali tidak selancar dengan bongkar, karena posisi petikemas yang akan
dimuat dalam satu slot di kapal kondisinya menyebar di lapangan. Kondisi lainnya, harus
melakukan marshalling/ mengangsur petikemas diatasnya, karena urutan muat adalah petikemas
dibawahnya harus dimuat terlebuh dahulu.
• Waktu untul loading & unloading tidak hanya tergantung waktu operasional QC (transfer time)
tapi juga menghitung waktu saat proses di lapangan (yard crane)
• Saat kapal sandar dengan posisi starboard, maka proses unloading akan dimulai dari starboard ke
portside.
• Lashing dibuka saat sebelum unloading, kemudian diikatkan lagi setelah selesai loading.
• Loading plan, dibuat dengan mempertimbangkan masukan dari pihak shipping line dan
pelabuhan tujuan berikutnya serta kriteria berat petikemas untuk diletakan di slot kapal.
Further Issues for Consideration
• Postponement of Decisions on Sequencing Containers and Assignment of Slots to Containers
• Untuk fleksibilitas operasi kapal, posisi slot yang sudah direncanakan untuk proses muat petikemas, dapat
disesuaikan jika terjadi overlap kegiatan di lapangan
• Progressive Planning
• Secara prinsip, loading dan unloading plan dibuat sebelum kapal sandar di dermaga. Terkadang, ada
petikemas yang tiba di dermaga setelah closing time. Loading plan harus segera dilakukan penyesuaian,
sehingga petikemas yang baru tiba dapat dimuat sesuai tujuan, berat dan karakteristik penting lainnya.
• Considering Lashing Operations and the Structure of Cell Guides
• Urutan loading dan unloading juga dipengaruhi waktu untuk melepas lashing saat bongkar dan mengingatnya
lagi setelah muat.
• Supporting Tandem or Twin Lifts
• Spreader di QC sudah mengalami inovasi, spreader twin lift mampu membawa petiekemas 2 x 20 ft secara
bersamaan dan tandem dapat membawa 2 x 40 ft secara bersamaan.
• Dual Command Cycle Operation
• Biasanya proses kegiatan kapal bongkar dulu sampai habis kemudian proses muat. Dual cycle adalah model
dimana QC bongkar dan sekaligus muat di slot yang sama.
Single spreader
1 x 20 ft atau
1 x 40 ft Single cycling

Twin lift spreader


2 x 20 ft atau
1 x 40 ft Dual Command Cycle Operation
https://new.siemens.com/global/en/markets/c
ranes/harbor-cranes/dual-cycling-cranes-
application.html

The integrated loading and unloading quay


crane scheduling problem by AFSA-GA
algorithm

Dengan pelaksanaan dual


cycling maka akan
Tandem spreader mengurangi pergerakan truk
4 x 20 ft atau kosong (tanpa membawa
2 x 40 ft petikemas) saat operasional
Yard Planning
• Yard planning adalah pra perencanaan untuk space sementara
penyimpanan petikemas bongkaran dari kapal atau petikemas
outbound dari pabrik.
• Sistem manajemen lapangan (yard management system) adalah
operasi yang efisien untuk penanganan petikemas di lapangan,
pengawasan dari penggunaan space lapangan, identifikasi tingkat
penumpukan petikemas.
• Reefer container, ditumpuk di lapangan khusus yang disusun
dengan rak disebelahnya untuk supply listrik.
• Petikemas yang masuk dalam kategori barang berbahaya
(International Maritime Dangerous goods) disiapkan tempat
khusus dengan aturan segregasi yang ketat.
• Empty container, ditumpuk di blok khusus terpisah dengan
petikemas standar dan disiapkan alat handling nya reach staker
atau top handlers
• Yard Planning dibagi2, yaitu : the space planning stage dan the
real time locating stage.
Scheduling Twin Yard Cranes in a Container
Block
DOI : 10.1287/trsc.2014.0533
Space Planning
• Space planning, adalah pra perencanaan dan
penyediaan lapangan sebelum petikemas
sampai di terminal. Perencanaan petikemas
outbound dari truk yang datang perlu
perencanaan yang sangat mutakhir. Adapun
petikemas inbound dari kapal, perencanaannya
dilakukan secara real time.
• 4 hal yang perlu dipertimbangkan untuk space
planning petikemas outbound :
• Minimalisir jarak perjalanan antara lapangan dan
kapal
Biasanya stack petikemas dekat dengan area dermaga
Integrated Yard Space Allocation and Yard Crane • Minimalisir pergerakan Yard crane (YC) di lapangan
Deployment Problem in Resource-Limited Container • Minimaslisir kemacetan YC dengan peralatan
Terminals transportasi di lapangan
DOI : 10.1155/2016/6421943
• Minimalisir jumlah relokasi petikemas
Potential Improvements in Operation Planning
• Integrating Planning Activities
• Plan dengan hirarki yang tinggi adalah: berth plan, QC scheduled dan space plan secara terintegrasi
• Enhancing Rescheduling Capabilities
• Situasi di terminal sangat cepat berubah, revisi terhadap proses harus cepat dan tidak mengganggu operasi yang sedang
berjalan
• Automating the Operation Planning Process
• Secara normal, perlu waktu 5-6 jam untuk membuat rencana bongkar & muat untuk satu kapal. Untuk mereduksi waktu,
sebaiknya proses rencana operasi dilakukan secara otomatis oleh sistem
• Sharing Information on Resources Among Planners
• Beberapa tipe planner memiliki tugas yang berbeda. Perlu dibuat sistem kerja untuk penggunaaan sumber daya yang sama
yang dilakukan beberapa planner pada saat yang bersamaan. Misalnya di blok yang sama untuk tujuan kapal yang berbeda.
• Evaluating Plans in Advance
• Ketika banyak faktor yang tidak diharapkan terjadi, maka plan perlu dievaluasi secara rel time sehingga tidak terjadi gap
yang jauh antara rencana dengan realisasi.
• Collaborating with Outside Partners
• Kolaborasi dengan partner dari luar, misalnya : perusahaan truk, perusahaan pelayaran, operastor tongang, operasional
kereta api dan forwarder. Kolaborasi bisa dilakukan dengan melakukan share informasi , peningkatan akurasi data,
penjadwalan teritegrasi dan merancang ukuran-ukuarn ekonomi.
Real Time Control
• Keputusan untuk pemanfaatan
peralatan dan penentuan tugas
masing –masing peralatan
menggunakan model real-time.
• Pengendalian fungsi real – time
menjadi masalah yang kritis dengan
tren terminal menggunakan pola
automatis di terminal. Peralatan yang
bekerja untuk operasional seringkali
mengalami masalah yang tidak
terduga.
• Sistem Real time control, seharusnya
mampu dimanfaatkan informasi lokasi
secara real time dimana hal ini
digunakan untuk teknologi informasi
mutakhir.
https://www.hpnt.co.kr/homepage/eng/webpage/ter_oper.jsp
Various Control Activities In The Operation
System
The Guidelines for Improving Real-Time Control

Planning Principle: Schedule Activities Ahead

Uniform Workload Principle: Avoid Congestions

Pooling Principle: Share Resources if Possible

Postponement Principle: Commit a Decision at the Latest Possible Moment

ynchronization Principle: Minimize Waiting Time by Synchronizing Movements of Different Equipment

Minimum Empty Travel Principle: Minimize the Empty Travels of Equipment

Flexibility Principle
NEXT MODULE ➢
TERMINAL OPERATING
SYSTEM
Source : Handbook of Ocean Container Transport
Logistics
Kap Hwan Kim and Hoon Lee, Container Terminal
Operation: Current Trends and Future Challenges (43)

Anda mungkin juga menyukai