BAB 1
PENDAHULUAN
Rencana umum dari sebuah kapal dapat didefinisikan sebagai perancangan di dalam
penentuan atau penandaan dari semua ruangan yang dibutuhkan, ruangan yang dimaksud
seperti ruang muat dan ruang kamar mesin dan akomodasi, dalam hal ini disebut superstructure
(bangunan atas). Disamping itu juga direncanakan penempatan peralatan-peralatan dan letak
jalan-jalan dan beberapa sistem dan perlengkapan lainnya.
Dalam pembuatan sebuah kapal meliputi beberapa pekerjaan yang secara garis besar dibedakan
menjadi dua kelompok pengerjaan yakni kelompok pertama adalah perancangan dan
pembangunan badan kapal sedangkan yang kedua adalah perancangan dan pemasangan
permesinan kapal.
mendapatkan sebuah kapal yang dapat bekerja dengan baik harus diawali dengan perencanaan
Pengerjaan kelompok pertama meliputi perencanaan bentuk kapal yang menyangkut kekuatan
dan stabilitas kapal. Sedangkan untuk perencanaan penggerak utama, sistem propulsi, sistem
instalasi dan sistem permesinan kapal merupakan tugas yang berikutnya.
Dalam perencanaan Rencana Umum terdapat beberapa hal yang perlu dijadikan pertimbangan
yakni :
Rencana umum adalah suatu proses yang berangsur-angsur disusun dan ini dari percobaan,
penelitian, dan masukan dari data-data kapal yang sudah ada (pembanding).
1. Penentuan besarnya volume ruang muat, type dan jenis muatan yang dimuat.
2. Metode dari sistem bongkar muat.
3. Volume ruangan untuk ruangan kamar mesin yang ditentukan dari type mesin dan
dimensi mesin.
4. Penentuan tangki-tangki terutama perhitungan volume seperti tangki untuk minyak,
ballast, dan pelumas mesin.
5. Penentuan volume ruangan akomodasi jumlah crew, penumpang dan standar
akomodasi.
6. Penentuan pembagian sekat melintang.
7. Penentuan dimensi kapal (L, B, H, T, )
8. Lines plan yang telah dibuat sebelumnya.
Tahapan Penyusunan Rencana umum untuk mata kuliah tugas sistim bongkar muat dan rencana
umum ini ialah sebagai berikut :
Setelah bentuk dari rencana garis kapal telah ditentukan dan disetujui maka mahasiswa
melakukan perhitungan dan penentuan untuk selanjutnya menggambakan:
BAB 2
PERHITUNGAN TAHANAN KAPAL
1. Methode Holtrop
2. Metode Van Lapp
3. Metode Auf Van Keller
4. Metode Guldhammer – Harvarld
5. Metode Yamagata
Pemilihan metode yang akan digunakan harus sesuai dengan spesifikasi dan karakteristik dari
jenis kapal. Beberapa pertimbangan yang mempengaruhi ialah seperti Cb ( Coeficient block)
dan Cp (Coeficient Prismatic)
Metode Guldhammer-Harvarld
Data yang harus disiapkan untuk melakukan perhitungan dengan metode ini ialah:
= Lpp x B x T x Cb
= 9032,95 m3
= 9258,77 ton
S = 1,025Lpp (Cb.B + 1.7 T) ... (harvald 5.5.31, tahanan dan propulsi kapal, hal 133)
= 2640,5 m2
= 2,242
= 9,8 m / detik 2
Fn = Vs
gL
= 7,2
9,81X108,87
= 0,22
Rn = ( Vs x Lwl) /
Cf = 0.075/(log Rn-2)2 ( Harvald 5.5.14, Tahanan Dan Propulsi Kapal Hal 118)
= 0,00161
= 5,1556
1/3
1. L / A B
1/3
= 5,0 Cr = 1,35 x 10-3
2. L /
= 5,1556 Cr =?
1/3
3. L / = 5,5 Cr = 1,3 x 10-3
0,155 𝑐𝑟 − 1,15𝑥10−3
=
0,5 0,98𝑥10−4 − 1,15𝑥10−3
−3,26𝑥10−4 = 𝑐𝑟 − 1,15𝑥10−3
Cr=0,824𝑥10−3
Diambil harga Cr :
Rasio B/T
Bila diagram tersebut dibuat berdasarkan rasio lebar-sarat B/T = 2.5 maka harga Cr
untuk kapal yang mempunyai rasio lebar-sarat lebih besar atau lebih kecil daripada
harga tersebut harus dikoreksi, sesuai pada buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL
SV. AA HARVALD hal. 119 harus dikoreksi, sesuai pada buku TAHANAN DAN
PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 119
B/T =2,539
𝐵 21,2
Koreksi 𝐵⁄𝑇 = 0.16 (𝑇 − 2.5) = 0.16 (8,35 − 2.5)
= 0.16(2,539 − 2.5)
Cr= 0,83024x10-3
LCB = e% x Ldisp e%
= = 0,5 %
= 0,5% x108,87 Ldisp
= = 108,87
= 0,54435
Penentuan LCB standart dalam % dengan acuan grafik LCB Standart, buku TAHANAN DAN
PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 130, gambar 5.5.15
Standar = 0,7%
Didapat :
𝜕103 𝐶𝑟
= 0,01
𝜕𝐿𝐶𝐵
∆𝐿𝐶𝐵 = 1,267 − 0,7
= 0,567
𝜕103 𝐶𝑟
Koreksi LCB 103Cr = . |∆𝐿𝐶𝐵| + 103 𝐶𝑟
𝜕𝐿𝐶𝐵
a. Bos Baling-baling
= 0,001147
Cr = ( 1+ 7%) x 0,001147
= 0,00122729
Tahanan Tambahan
Koefisien penambahan tahanan untuk korelasi model kapal umumnya sebesar Ca =0.0004
namun pengalaman lebih lanjut menunjukkan bahwa cara demikian itu tidak selalu benar,
maka diusulkan koreksi untuk pengaruh kekasaran dan pengaruh sebagai berikut untuk
kondisi pelayaran percobaan, Dari perhitungan awal diperoleh displacement kapal sebesar
17046,986 ton
Displacement pada buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal.
132 yaitu :
Displacement Ca
1 1000 0,0006
2 9443,433 0,000412368
3 10000 0.0004
untuk dapat menentukan besarnya Ca, maka perlu adanya interpolasi sabagai berikut :
Ca = 0,000412368
Tahanan Udara
Karena data mengenai angin dalam perancangan kapal tidak diketahui maka disarankan
untuk mengoreksi koefisien tahanan udara (TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA
HARVALD 5.5.26 hal 132)
Caa = 0,00007
Tahanan Kemudi
berdasarkan TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD 5.5.27 hal. 132
koreksi untuk tahanan kemudi mungkin sekitar :
Cas = 0,00004
RT ( dinas) = 20%+ RT
= 20%+235,77447 = 235,97447 kN
Penambahan sebesar 20% ialah bergantung dari daerah pelayaran kapal
Setelah harga dari tahanan kapal diperoleh, maka kita dapat menentukan secara kasar (draft)
nilai untuk besarnya daya motor penggerak utama yang diperlukan. Langkah langkah yang
harus dilakukan ialah sebagai berikut :
Perhitungan daya efektif kapal (EHP) menurut buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV.
AA HARVALD hal. 135
EHP = Rt dinas x Vs
= 235,97447 kN x 7,2022 m/s
= 1699,54KW
= 2312,3HP
Kw
2.2.2 Menghitung Wake Friction (W)
Pada perencanaan ini digunakan tipe single screw propeller sehingga nilai w adalah
w = 0.5Cb – 0.05
= 0,5 x 0,69 – 0,05
= 0,295
= 1,0836
Daya pada tabung poros baling-baling dihitung dari perbandingan antara daya
efektif dengan koefisien propulsif, yaitu :
DHP = EHP/Pc
= = 2312,299384 / 0,5634
= 4104,1873Hp
=
Untuk kapal yang kamar mesinnya terletak di bagian belakang akan mengalami
losses sebesar 2%,sedangkan pada kapal yang kamar mesinnya pada daerah midship
kapal mengalami losses sebesar3%. Pada perencanaan ini kamar mesin di bagian
belakang sehingga mengalami losses atau efisiensi transmisi porosnya (ηsηb)
sebesar = 0,98
SHP = DHP/ηsηb
= 4104,1877 / 0,98
= 4187,9466 HP
BHPscr = SHP/ηG
= 4187,9466 / 0,98
= 4273,414897HP
b. BHPmcr
Daya keluaran pada kondisi maksimum dari motor induk, dimana besarnya daya
Hp
BHPscr = dari BHPmcr (kondisi maksimum). Diambil 90%
BHPmcr = BHPscr/0.9
= 4273,414897/ 0,9
= 4748,23877HP
Hp
= 3489,95549 KW
Hp
Kw
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
14 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Dari data mengenai karakteristik putaran kerja dan daya pada kondisi MCR dapat
ditentukan spesifikasi motor penggerak utama atau main engine dari kapal ini. Sehingga
dari data ini, dapat ditentukan tipe - tipe motor penggerak yang akan dipakai.
Dari berbagai pertimbangan tersebut, maka dalam perencanaan untuk kapal curah ini,
dipilih mesin induk sebagai berikut :
Mer k : Watsila
Cycle : 4 Strokes
Type : W8L32
Daya maximum : 3840 KW
Jumlah Sylinder : 8 Cylinder
Bore : 320 mm
Piston Stroke : 400 mm
Engine Speed : 750 Rpm Fuel
Consumtion (SFOC) : 184 gr/kwh
Dimension
Panjang : 5960 mm
Lebar : 2345 mm
Tinggi : 3450 mm
Berat kering : 43.5 Ton
BAB 3
KONSTRUKSI LAMBUNG
Sebagai Langkah awal setelah proyeksi garis air dari gambar recana garis untuk
proyeksi pada main deck baik untuk side view dan half breadth view di proyeksikan ke
gambar rencana umum, kemudian kita menghitung sekaligus juga meletakkan sekat kedap
pada gambar rencana umum. Sebagai contoh penentuan sekat pada modul ini ialah
dengan menggunakan standar klasifikasi yang ditentukan oleh PT Biro Klasifikasi
Indonesia ( PT BKI). Kita juga dapat menggunakan standar dari biro klasifikasi lainnya.
Langkah yang dapat ditempuh ialah sebagai berikut :
3.1 Perencanaan Sekat dan Jarak Gading
a. Jarak Gading (ao)
Jarak gading atau Frame Spacing merupakan jarak antara 2 gading yang terletak
antara Sekat Ceruk Buritan (After Peak Bulkhead) dengan Sekat Tubrukan (Collision
Bulkhead).Jarak tersebut dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
ao = Lpp / 500 +0, 48 ( m ) .......(BKI vol II 1989 sec 9. A 1.1)
=107,80/ 500 + 0,48 dimana Lpp = 107,80 m
ao = 0,6956 m ( Maksimum )
Harga a0 diambil sebesar 0,6 meter. (Dipilih jarak yang lebih kecil atau sama dengan
jarak maksimum yang telah ditentukan oleh kelas berdasar hasil perhitungan).
3.1.1 Jarak Gading di Depan Sekat Tubrukan Dan di Belakang Sekat Ceruk Buritan
Menurut BKI vol II // section 9 A.1.1.2, jarak antara 2 gading yang terdapat di
belakang Sekat Ceruk Buritan dan di depan Sekat Tubrukan tidak boleh melebihi 600
mm. Dalam perencanaan ini diambil jarak gading sebesar 600 mm.
b. Perhitungan Sekat Kedap Air
Setiap kapal harus mempunyai sekat - sekat kedap air yang meliputi :
Sekat tubrukan.
Sekat tabung buritan.
Sekat kamar mesin.
Berdasarkan ketentuan - ketentuan BKI vol II tentang jumlah sekat minimal termasuk sekat
diatas adalah :
L ≤ 65 m adalah 3 sekat
65 L ≤ 85 m adalah 4 sekat
Maka direncanakan pemasangan sekat kedap air untuk tipe kapal cargo ( 114,70 m )
b. Sekat Tubrukan
Menurut peraturan BKI yang tercantum pada buku peraturan konstruksi lambung ,
untuk semua kapal barang dengan L≤ 200 m, sekat tubrukan diletakkan tidak kurang dari
0,05 L dari FP dan tidak boleh lebih dari 0.08 L dari FP.
Syarat minimum letak sekat tubrukan di belakang FP adalah 0,05 L.
0,05 L = 0,05 (107,80 m) dimana L = 107,80 m
= 5,39 m
Syarat maximum letak sekat tubrukan di belakang FP adalah 0,08 L.
0,08 L = 0,08 (107,80 m) dimana L = 107,80 m
= 8,624 m
Sehingga diambil letak sekat tubrukan 5,8 m di belakang FP atau pd frame no.170
Dalam hal ini panjang kamar mesin diusahakan seminimal mungkin sesuai dimensi
permesinan yang ada agar ruang muat menjadi maksimal. Yang meggunakan
pendekatan (15- 18 fs ) atau bisa menggunakan pendekatan grafik SHPmax, jenis mesin
yang digunakan, dan volume ruang mesin utama.
Pada perencanaan ini panjang kamar mesin diambil sebesar kurang lebih 13.8 m, atau
gading no. 11 sampai 34.
e. Sekat Ruang Muat
Ruang muat dibagi menjadi 4 bagian dengan 3 sekat melintang. Panjang tiap ruang muat
adalah 0,2 L (BKI vol II. Sec 24 tabel 24.1). Frame pada ruang muat mempunyai jarak 600 mm
Perencanaan Lubang Palkah,
Panjang lubang palkah ( 0,5 – 0,7 ) x panjang ruang muat. Diambil 0,7
Lebar lubang palkah adalah ± 0,6 x 16,5 = 9,9 m atau sesuai kelipatan jarak gading
atau frame maka di ambil 12.6 m.
= 350 + 45 ( 16,50)
Pada perencanaan ini diambil peninggian konstruksi pondasi motor diatas dasar ganda
pada kamar mesin sebesar 2100 mm dari base line kapal, harga tersebut berdasarkan
pertimbangan kelurusan antara center line boss propeller dengan center line pada main
engine.
BAB 4
SUSUNAN ABK
Penentuan Jumlah Crew kapal dapat menggunakan rumus pendekatan sebagai berikut :
Dengan rumus pendekatan (Santosa, I.G.M., Diktat Perencanaan Kapal) sebagai berikut:
Dimana:
Zc = jumlah crew
Cst = Coefficient for steward department (1,2 – 1,33), diambil Cst = 1,2
Cdk = Coefficient for deck department (11,5 – 14,5), diambil Cdk = 11,5
Ceng = Coefficient for engine department (8,5 – 11), diambil Ceng = 8,5
Cadet = 1
Maka:
= 1,2 x [11,5 (107,80 .16,50 .9,45 x 35.10-5 ) 1/16 + 8,5 (47480,23877x 10-5 ) 1/5 +
1]
= 22,068 orang
~ Maka jumlah crew ditetapkan sebanyak 22 orang
1. Master
2. Deck Departement
Perwira :
Bintara :
3. Engine Departement
Perwira :
Bintara :
1. Oiler : 2 orang
2. Electrican : 1 orang
3. Pump man :1 orang
4. Service Crew
Perwira :
Deck Departement
Juru mudi bertugas untuk mengendalikan jentara untuk mendapatkan arah kapal
yang ditentukan.
Seaman
Anak buah kapal yang bertugas menangani pengoperasian dan perawatan mesin
geladak, penggoperasian peralatan bongkar muat, penanganan muatan di kapal
dan pengoperasian serta perawatan peralatan keselamatan.
Engineering Departement
Chief Engineer
Dalam kapal memiliki kedudukan yang hampir setara dengan nahkoda atau
master. Bertanggungjawab penuh atas kamar mesin dan operasionalnya besrta
segala isinya.
Engineer
Mempunyai kedudukan diatas mekanik. Bertanggungjawab terhadap operasional
kamar mesin.
Technician
Bertugas menangani workshop dan pengoperasian peralatan – peralatan
didalamnya.Sebagai tugas sekundernya adalah memberikan bantuan pada
mekanik untuk pekerjaan – pekerjaan tertentu.
Mechanic
Bertugas menangani pengoperasian, pemantauan, perawatan dan perbaiakan
permesinan dikamar mesin dan system penunjangnya. Waktu tugas normalnya
adalah 8 jam.
Service Departement
Chief Cook
Mengepalai departemen pelayanan bagian hidangan/memasak makanan untuk
seluruh anak buah kapal, bertanggungjawab kepada nahkoda ( master ).
Assistent Cook
Bertugas membantu Chief cook memasak makanan untuk seluruh anak buah
kapal dan menyajikannya ke pantry.
Utility Man / Boys
Melakukan tugas – tugas kerumahtanggaan seperti membersihkan kabin anak buah
kapal, laundry dan setrika.
Berdasarkan Ship Design and Construction oleh D.Arcangelo Amelio M., maka
A. Tempat ibadah (musholla) sebagai sarana formal untuk memenuhi rohani seperti
sholat, pembinaan hubungan batin diantara awak kapal tanpa memandang status
harus tersedia di kapal.
B. Dimensi ruangan berdasarkan pada kebutuhan untuk sholat berjamaah, yang
mampu untuk menampung minimal setengah jumlah awak kapal diatur
sedemikian rupa untuk arah kiblat yang diatur sesuai kebutuhan.
1. Sleeping room
Kapal dengan BRT antara 800 – 7.000 ton, luas lantai ruang tidur minimal
adalah 2,35 m2/orang.
Tinggi ruangan dalam keadaan bebas minimum 190 cm. Menurut British
Regulation untuk kapal lebih besar atau sama dengan 1.600 BRT adalah 7 feet 6
inces atau 228,6 cm 2,3 m. Tinggi ruangan direncanakan 2,4 m.
Jumlah pemakaian sleeping room:
- Master, chief officer, chief engineer dan radio officer masing-masing 1 kamar
tidur untuk 1 orang.
- Untuk perwira lain 1 orang 1 kamar tidur atau kalau tidak cukup maksimal 2
orang 1 kamar tidur.
- Untuk kelasi 1 ruang tidur untuk 2 orang atau kalau tidak memungkinkan
dapat dipakai maksimal untuk 3 orang.
Untuk tempat tidur minimum 190 cm x 68 cm, direncanakan 200 cm x 80 cm.
Susunan tempat tidur maksimum 2 tingkat, dimana tempat tidur bawah jaraknya
terhadap lantai minimal 30 cm, dan tempat tidur atas terletak di tengah-tengah
antara tempat tidur bawah dengan langit-langit.
2. Mess room
Setiap kapal harus tersedia mess room yang cukup.
Untuk kapal yang lebih besar dari 1.000 BRT harus tersedia mess room terpisah
untuk perwira, bintara dan kelasi.
Mess room harus dilengkapi dengan meja kursi dan perlengkapan lain yang
dapat menampung seluruh jumlah pemakai dalam waktu yang bersamaan.
3. Sanitary accomodation
Setiap kapal harus dilengkapi dengan sanitary accomodation minimal 1 toilet, 1
wash basin, 1 bath tub/shower untuk 8 orang ABK.
Jumlah minimum kamar kecil (WC) di atas kapal 4 buah untuk kapal dengan
BRT 800 – 3.000 ton.
Untuk kapal dengan tempat radio officer terpisah maka fasilitas sanitary harus
tersedia di sana.
Toilet dan shower untuk deck engine dan steward department harus disediakan
secara terpisah.
Fasilitas sanitair umum.
- 1 tub atau bath maksimal untuk 8 orang.
- 1 WC maksimal untuk 8 orang.
- 1 wash basin maksimal untuk 8 orang.
4. Hospital accomodation
Untuk kapal yang ABK-nya lebih dari 15 orang atau kapal berlayar lebih dari 3
hari harus dilengkapi dengan satu ruang hospital accomodation dengan
perlengkapan khusus.
Dilengkapi dengan toilet, wash basin dan bath tub/shower sendiri.
Harus tersedia minimal 1 tempat tidur, maksimal 6 buah.
5. Provision store
Dry provision store room.
Gudang tempat penyimpanan makanan kering dan harus diletakkan dekat dengan
galley dan pantry. Ruang dry provision store ini luasnya 7,5 m2, dengan tinggi
ruangan 2,4 m, cukup untuk menyimpan persediaan makanan 1 ton.
6. Galley
Diletakkan dekat dengan mess room.
Tidak ada opening/hubungan langsung antara galley dan sleeping room.
Harus terhindar dari asap, debu dan tempat penimbunan bahan bakar.
Luas galley diperkirakan sebesar 0,5 m2/ABK, jadi luas galley diperkirakan 14
m2 .
1. Wheel house
Pandangan dari ruang kemudi ke arah samping, depan dan belakang tidak boleh
terganggu.
Pandangan ke arah depan/haluan harus memotong garis air, tidak boleh lebih
besar dari 1,25 panjang kapal.
Ruang untuk wheel house dibuat secukupnya di sisi kiri dan kanan selalu ada
flying bridge sampai sisi kapal.
Jarak dari kompas ke kemudi 500 mm.
Jarak dari kemudi belakang adalah 600 mm.
Pintu samping adalah pintu geser.
2. Chart room
Terletak tepat di belakang wheel house dengan ukuran minimal 5 – 7 m2 atau 2,4
m x 2,4 m.
Meja peta diletakkan melintang kapal merapat ke dinding depan dengan panjang
meja adalah 1,2 m – 1,8 m.
Antara chart room dengan wheel house dihubungkan dengan pintu geser.
3. Radio room
Luas radio room minimal 11,15 m2.
Ditempatkan setinggi mungkin pada deck atas kapal dan terlindung dari
gangguan air dan gangguan suara serta harus terpisah dari kegiatan lain.
Ruang tidur radio officer harus terletak sedekat mungkin dengan ruang radio.
4. ESEP (Emergency Source of Electrical Power)
Sebagai pengganti sementara instalasi listrik utama apabila instalasi listrik utama
tidak berfungsi.
Memberi jaminan aliran listrik pada kapal selama 3 jam.
Instalasi darurat ini akan tetap bekerja dalam berbagai kondisi darurat kapal.
Terdapat sebuah battery accumulator yang mampu menampung beban darurat
tanpa pengisian kembali atau penurunan tegangan yang berlebih.
5. Pintu dan jendela
Ukuran pintu
- Ukuran tinggi ambang pintu di atas deck 600 mm (di luar).
- Lebar pintu 600 mm dan tinggi 1800 mm.
Ukuran jendela
- Untuk bridge deck dan navigation deck berbentuk segi empat, sedangkan
poop deck dan main deck berbentuk lingkaran.
- Semua jendela untuk wheel house bagian depan harus membentuk sudut
keluar sebesar 15.
- Jarak antara jendela tidak boleh lebih dari 100 mm dan bagian sisi bawah
jendela 1,2 m – 2 m di atas deck.
4.2.3 Perencanaan flying bridge
Aturan BKI volume II tahun 1996, Bab 24 menyebutkan bahwa jalan atau gang
yang menghubungkan bangunan atas di haluan (akil) dan buritan (kimbul)
diletakkan setinggi poopdeck. Pada kapal yang tidak memiliki anjungan (bangunan
atas di tengah), perencanaan flying bridge hendaknya menyangkut faktor keamanan
crew kapal supaya dapat menjangkau seluruh bagian kapal saat melakukan
pekerjaan di atas geladak diluar area flying bridge.
Sebagai contoh penempatan ruangan tersebut untuk suatu kapal ialah sebagai berikut :
Direncanakan 200 cm
Perabot dalam ruang tidur
c. Di Boat Deck :
- 1 Kamar mandi di ruang Kapten (shower, washbasin dan wc).
- 1 Washbasin di office room.
d. Di Wheel House
- 1 Lavatory (washbasin dan wc).
4. Kantor (Ship Office)
Direncanakan kantor:
- Letak di Boat Deck.
- 3 Meja tulis dengan kursi putar untuk Kaptain, Chief Off. dan Chief Eng.
- Cold store terdiri dari ruang penyimpan daging dan ikan(-18 C) dan ruang
penyimpan sayur (+4 C).
6. Dapur (Galley)
Letaknya berdekatan dengan ruang makan, cold dan dry store.
Luas lantai 0.5 m2 /ABK
Harus dilengkapi dengan exhause fan dan ventilasi untuk menghisap debu
dan asap
Harus terhindar dari asap dan debu serta tidak ada opening antara galley
dengan sleeping room.
Direncanakan dapur :
- Letak di Main Deck, disamping dry and cold store, disamping ruang makan bintara.
- Luas 28 m2
- Dilengkapi sarana lift ke pantry di Poop deck yang tepat diatas dapur.
Terletak pada deck yang paling tinggi sehingga pandangan ke depan dan ke samping
tidak terhalang (visibility 3600)
Flying wheel house lebarnya dilebihkan 0,5 meter dari lebar kapal. Untuk
mempermudah waktu berlabuh.
Jenis pintu samping dari wheel house merupakan pintu geser.
Antara ruang peta dan wheel house bisa langsung berhubungan sehingga perlu
dilengkapi jendela atau tirai yang dapat menghubungkan keduanya.
Lebar
Lebar mesin 2305 mm diambil lebar 2.5 m.
BAB 5
PERHITUNGAN TANGKI –TANGKI & RUANG MUAT
Penentuan Tangki – tangki dan ruang muat ditentukan setelah jenis engine dan
jumlah awak kapal ditentukan dan dipastikan. Perubahan terhadap ke dua parameter itu akan
sangat mempengaruhi bobot dan tonase dari tangki yang akan berdampak pada kekeliruan
penentuan tonase kapal secara keseluruhan.
Beberapa parameter yang dihitung pada bagian ini ialah :
BME = specific konsumsi bahan bakar mesin induk = 184 gr/Kw Hour
PERHATIAN : „Harga BME (Sfoc) ditentukan dari engine project guide
untuk jenis engine yang telah ditentukan“..
S = Radius pelayaran 990= 2280 miles
Vs = 14 Knot
= 56,545 m3
Volume Bahan Bakar Mesin Induk terdapat penambahan dikarenakan
=4%
= 58,803 m3
Kebutuhan berat bahan bakar MDO untuk motor - motor bantu diperkirakan
sebesar 10 - 20 % dari berat kebutuhan MDO untuk motor induk. Dalam perencanaan
ini diambil perkiraan kebutuhan sebesar 20 %.
= 9,6126 ton
= 8,17 m3
= 4 % Jadi
Volume = 8,17 m3+ (4% x 8,17 m3)
= 8,4968 m3
Tangki ini digunakan untuk mengedapkan kotoran pada bahan bakar. Biasanya
waktu pengedapan berkisar 10 – 20 jam, sehingga dalam perencanaan ini volume
satling tank direncanakan untuk 24 jam operasi.
Vstt = ( BHP x SFOC x 10-6 x H ) /
= 19,19 m3
Dalam perencanaan kapasitas service tank atau tangki harian berdasarkan asumsi
sebagai berikut, kapasitas tangki ini harus mampu untuk mensuplai konsumsi bahan
bakar motor induk selama 8 jam pada saat operasi beban penuh.
Vsvt = ( BHP x SFOC x 10-6 x H ) /
= 6,397 m3
Kapasitas tangki minyak pelumas di sini adalah tangki minyak pelumas untuk minyak
pelumas mesin atau Lube Oil dan minyak pelumas silinder atau Cylinder Oil.
Lube oil storage
tank
Specific Lubricating Oil Consumtion ( SLOC ) :
SLOC = 0,6 gr/kWh
PERHATIAN : „Harga bme (SLoc) ditentukan dari engine project guide untuk
lo = 0,89 Ton / m3
Sehingga
= 0,244 ton
Untuk mesin two stroke ditambah 0,8 % – 1,2 %, direncanakan penambahan 1,2 % jadi
menjadi : (4 Stroke)
Volume tangki minyak pelumas ( VlO ):
W LO
V =
lO
= 0,244 ton
0,89Ton/m3
= 0.274 m3
= 0,25 x 0.274 m3
= 0.0685 m3
= 990
= 2,95 hari ~ diambil 3 hari
14 x24 mil/ jam
Untuk perhitungan consumable berdasarkan buku Lectures On Ship Design & Ship
Theory, P 13
Kebutuhan air untuk makan dan minum satu hari antara 10 - 20 Kg/orang/hari.
Diambil sebesar 15 Kg/orang/hari
Berat air tawar = crew x lama pelayaran x konsumsi ............Kg
= 22 x 3 x 15 x 10-3
= 0,99 Ton
Kebutuhan air untuk sanitasi ( mandi dan cuci ) perorang satu hari antara 60 -
= 22 x 3 x 65 x 10-3
= 4,29 Ton
= 22x 3 x 3 x 10-3
= 0,198 Ton
Kebutuhan air untuk pendingin mesin antara 2 - 5 Kg/kW. Jadi diambil sebesar
3 Kg / BHP
=11520 Kg
= 11,520 Ton
= 16,998 Ton
= 1 Ton/m3
Kebutuhan :
- Cat
= 47,217 ton
= 1/3 x 9443,433ton
= 3147,811 ton
= 6295,622 ton
Berat keseluruhan :
= 126,7546 ton
= 6168,8674 ton
9. Tangki Air Ballast
Wballast = 17046.986 x 17 %
= 2897.988 Ton
Sehingga :
Vtb =
2897.988 𝑡𝑜𝑛
=
1,025 𝑡𝑜𝑛/𝑚3
= 2827.3 m3
= 4.032 m3
= 1.411 m3
Volume Ruang Muat 3 = 1/3 x h x Total A x F. Simpson ....( h = 1.2 (2x panjang
gading-gading )
= 1/3 x 1.2 x 805,1 x 181,15
= 58337,546 m3
Volume Ruang Muat 4 = 1/3 x h x Total A x F. Simpson ....( h = 1.2 (2x panjang
gading-gading )
= 1/3 x 1.2 x 795,9 x 179,08
= 57011,908 m3
Volume Ruang Muat 1 = 1/3 x h x Total A x F. Simpson ....( h = 1.2 (2x panjang
gading-gading )
= 1/3 x 1.2 x 259,6 x 58,41
= 6065,294 m3
Volume Ruang Muat 2 = 1/3 x h x Total A x F. Simpson ....( h = 1.2 (2x panjang
gading-gading )
= 1/3 x 1.2 x 757,1 x 170,35
= 51588,794 m3
Volume Ruang Muat 3 = 1/3 x h x Total A x F. Simpson ....( h = 1.2 (2x panjang
gading-gading )
= 1/3 x 1.2 x 805,1 x 181,15
= 58337,546 m3
Volume Ruang Muat 4 = 1/3 x h x Total A x F. Simpson ....( h = 1.2 (2x panjang
gading-gading )
= 1/3 x 1.2 x 770,5 x 173,36
= 53429,552 m3
Volume Ruang Muat 1 = 1/3 x h x Total A x F. Simpson ....( h = 1.2 (2x panjang
gading-gading )
= 1/3 x 1.2 x 230,9 x 51,953
= 4798,379 m3
Volume Ruang Muat 2 = 1/3 x h x Total A x F. Simpson ....( h = 1.2 (2x panjang
gading-gading )
= 1/3 x 1.2 x 713,7 x 160,58
= 45842,378 m3
Volume Ruang Muat 3 = 1/3 x h x Total A x F. Simpson ....( h = 1.2 (2x panjang
gading-gading )
= 1/3 x 1.2 x 795,4 x 178,97
= 56941,095 m3
Volume Ruang Muat 4 = 1/3 x h x Total A x F. Simpson ....( h = 1.2 (2x panjang
gading-gading )
= 1/3 x 1.2 x 690,9 x 155,45
= 42960,162 m3
BAB 6
PERENCANAAN TANGGA, PINTU DAN JENDELA
A. Perencanaan Pintu
2. Ukuran Jendela
Jendela bundar dan tidak dapat dibuka ( menurut DIN ISO 1751 ),
direncanakan menggunakan jendela bundar type A dengan ukuran d = 400
mm.
- Panjang ( w1 ) : 400 mm
Radius ( r1 ) : 50 mm
- Panjang ( w2 ) : 500 mm
A. Accomodation ladder
Digunakan untuk menghubungkan deck satu dengan deck lainnya. Pada kapal
ini menggunakan deck ladder type A dengan nominal size 700 mm, lebar 700 mm.
Kemiringan terhadap hirizontal (450) iterval of treads 200 s/d 300, step space 250
mm.
C. Ship Steel Vertical Ladders
Digunakan untuk tangga yang menuju ke cargo hold dari main deck. Type A19
jarak dari dinding 150 mm, interval treads 300 s/d 340 mm, lebar tangga 250 mm.
BAB 7
PERLENGKAPAN NAVIGASI
Sesuai dengan Ship Design and Construction edisi revisi sname Newyork, 1980 tentang
perlengkapan lampu navigasi.
1. Anchor Light
Setiap kapal dengan l > 150 ft pada saat lego jangkar harus
menyalakan anchor light.
Warna : Putih.
Jumlah : 1 buah.
Visibilitas : 3 mil ( minimal )
Sudut Sinar : 3600 horisontal.
Tinggi : 6,4 meter.
Letak : Forecastle.
2. Lampu Buritan (Stern Light)
Warna : Putih.
Visibilitas : 2 mil ( minimal )
Sudut Sinar : 1350 horisontal
Jumlah : 1 buah.
Tinggi : 3,5 meter.
Letak : Buritan
8. Compass
Setiap kapal dengan BRT diatas 1600 gross ton harus dilengkapi dengan gyro compass
yang terletak di compass deck dan magnetic compass yang terletak di wheel house.
2. Ukuran Jendela
Jendela bundar dan tidak dapat dibuka, 600 mm
Jendela empat persegi panjang
- 1. Panjang : 600 mm Lebar : 400 mm
- 2. Panjang : 500 mm Lebar : 350 mm
Untuk wheel house
Berdasarkan simposium on the design of ship budges
- Semua jendela bagian depan boleh membentuk sudut 150.
- Bagian sisi bawah jendela harus 1,2 meter diatas deck
- Jarak antara jendela tidak boleh kurang dari 100 mm
3. Ladder / Tangga
A. Accomodation ladder
Accomodation ladder diletakkan menghadap kebelakang kapal. Sedang untuk
menyimpannya diletakkan diatas main deck (diletakkan segaris dengan railing/miring).
Sudut kemiringan diambil 450 ‘
BAB 8
PERMESINAN GELADAK
1. Perhitungan Jangkar
Berdasarkan BKI Vol. II tahun 2001 section 18-2, maka dapat dihitung bilangan Z
sbb: Z = D2/3 + 2.h.B + A/10
Dimana :
merupakan moulded displacement pada saat garis air muat berada pada musim
panas dengan densitas air laut
= 9258,77 ton
h tinggi efektif yang diukur dari garis air muat pada musim panas sampai pada
ujung deck tertinggi (top uppermost house)
Lambung
Timbul = ( H-T ) x 109,95m = 229,796 m2
fore Castle = 8,069 X 2.4 = 19,37 m²
Main Deck = 25,42 X 2,4 61,008 m²
Poop Deck = 20,4 X 2.4 = 48,96 m²
62
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
63
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
d.Rantai jangkar :
Panjang : 495 m
e. Tali tarik :
1) Panjang = 200 m
2) Beban putus = 600 kN
f. Tali Tambat :
1) Jumlah = 4 buah
2) Panjang = 180 m
3) Beban putus = 230 kN
Kemudian dari data tersebut dapat diambil ukuran yang ada pada jangkar, pada table
yang ada pada buku PRACTICAL SHIP BUILDING dapat diambil pemilihan jangkar seperti
di bawah ini (Tabel untuk Hall Anchor) :
64
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Berat jangkar diambil 4320 Kg, dari table dimensi jangkar dapat diketahui jangkar yang akan
dipakai pada kapal ini yaitu :
A = 2557 mm
B = 1790 mm
C = 792 mm
D = 1659 mm
E = 1279 mm
ǾF = 90 mm
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
65
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
a. Common link
6d = 336 mm
3,6 d = 201.6 mm
1d = 56 mm
b. Enlarge link
6,6 d = 369,6 mm
4d = 224 mm
1,1 d = 61,6 mm
c. End link
6,75 d = 378 mm
4d = 224 mm
1,2 d = 67,2 mm
4. Connecting Shackle
a : 7,10 d = 397,6 mm
c : 4,00 d = 224 mm
d : 0,60 d = 33,6 mm
e : 0,50 d = 28 mm
66
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
a : 8,00 d = 448 mm
b : 5,95 d = 333,2 mm
c : 1,75 d = 98 mm
6. Swivel
a : 9,70 d = 543,2 mm
b : 2,80 d = 156,8 mm
c : 1,20 d = 67,2 mm
d : 2,90 d = 162,4 mm
e : 3,40 d = 190,4 mm
f : 1,75 d = 98 mm
7. Kenter Shackle
a : 6,00 d = 336mm
b : 4,20 d = 235,2 mm
c: 1,52 d = 85,12 mm
67
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
3. Perhitungan Windlass
Gaya tarik pengangkatan untuk dua buah jangkar adalah ditentukan berdasarkan data -
data berikut
Ga = 3060 Kg
dc diambil harga dc = 56 mm
Pa = 0,0218dc2
= 68,36 Kg
7). Faktor gesekan pada hawse dan stopper (fn) antara 1,28 – 1,35, fn = 1,28.
=82504.38Kg
68
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
= 43355.385 Kg
Dcl = 13,6.dc
= 13,6 x 56
= 761.6 mm = 0.7616 m
= 18344.15 Kg.m
1). Ia :Perbandingan putaran poros motor windlass dengan putaran poros kabel lifter
Ia = Nm /Ncl
Ncl = 300/dc
69
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Untuk jenis electric windlass, Nm =720 – 1550 rpm (Marine Auxiliary Machinery
and System hal 409 tabel 61 ) diambil 1400rpm.
Ia = 280,37
2). a = Efisiensi peralatan untuk mekanisme penggerak, dipilih type worm gearing
dengan efisiensi 0,7 – 0,85 diambil 0.8
= 81.79 Kgm
= 171.3 HP
70
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Dari buku “Practical Ship Building Vol. III B part 1”, Ing. J.P. De Haan, volume chain
locker dapat dihitung dengan rumusan yang ada di bawah ini atau dapat dicari dalam grafik
pada figure 362 di buku yang telah disebutkan di atas. Sehingga dapat dicari sebagai berikut :
𝐿
Sm = 1,1 x D2 x 105 .,.................... m3
Dimana :
𝐿
Sm = 1,1 x D2 x 105 m3
495
Sm = 1,1 x 562 x 105
Sm = 17,07 m3
71
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
direncanakan ada 2 buah chain locker dengan ukuran ( dimensi ) sebagai berikut :
untuk 1 chain locker sebagai berikut : (tentukan dimensi panjang, lebar, tinggi dari
chain locker sehingga memiliki volume sesuai dengan volume yang telah ditentukan)
P=2 (m)
L = 2 (m)
T = 4.3 (m)
=7,93 / 0,6 m2
= 13,22 m2
Luas Balansir:
A’ = 23% x A ( m2)
= 23% x 13,22 = 3,04 m2
Untukbaling-balingtunggaldengankemudibalansir:
λ = 1,8 Dimana :
λ = h /b h = tinggi kemudi
h = λxb=1,8b b = lebar kemudi
72
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
b2 = A / 1,8 = 13,22/1,8
b = √( A / 1,8 ) = 2,69
Maka : h = 1,8 x b
h = 1,8 x 2,69 = 4,842
x' = A’/h = 0,63
Kapasitas mesin kemudi ( power steering year )
Dasarnyaadalahgayadanmomen yang bekerja pada mesin tersebut.
Gaya normal kemudi ( Pn )
Pn=1,56xAxVa2 x sin α( kg )
Dimana:
Sin α = 35o
Mp = 2318,48 x (1 – 0,2)
= 1854,784 kg m
DayaSteeringgear(D)
D=(1,4xMpxnrs)/(1000xsg)(HP)
Dimana:
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
73
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Dt = 9 x 3√Mp ( mm )
= 9 x 3√1854,784 = 110,58 mm
74
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
BAB 9
9.1 Crane.
Digunakan untuk mengangkat Cargo / Container. Daya angkut maksimal crane
ditentukan berdasarkan spesifikasi crane. Bila crane tersebut merupakan provisional
crane yang digunakan untuk mengangkut perbekalan awak kapal dan perlengkapan
perpipaan pada kapal tangker maka daya angkut maksimal crane dapat diasumsikan
sebesar 2,5 ton.
Crane diletakkan di atas geladak utama di tengah badan kapal (konvensional).Bila
crane tersebut merupakan provisional crane, maka dapat diletakkan pada samping
kiri dan kanan.
Untuk crane provisional direncanakan menggunakan low platform crane, sedangkan
untuk crane cargo menyesuaikan dengan spesifikasi yang ada .
Jangkauan maksimum 7 – 10 m untuk provisional crane, sedang untuk cargo crane
menyesuaikan dengan spesifikasi.
Jangkauan minimum 4 m untuk provisional crane, sedang untuk cargo crane
menyesuaikan dengan spesifikasi.
Berat crane 16 ton untuk provisional crane, sedang untuk cargo crane menyesuaikan
dengan spesifikasi.
Untuk kapal tanker, digunakan sistem perpipaan dalam proses bongkar muatnya, yang
terbagi menjadi:
a. Sistem perpipaan muatan atau pipa utama, digunakan untuk memuat atau
membongkar muatan minyak, atau untuk memindahkan muatan dari satu tangki ke
tangki lainnya.
b. Sistem perpipaan stripping atau pipa bantu, digunakan untuk menghisap sisa-sisa
muatan yang tidak dapat ditangani lagi oleh pipa utama.
Karena kapal ini direncanakan untuk mengangkut satu jenis muatan saja, untuk itu
digunakan sistem perpipaan tipe Ring Line yang menggunakan satu pompa yang
diletakkan di belakang (disebelah kamar mesin) Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
75
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Dalam sistem ini, pipa utama antara ruang muat yang satu dengan yang lain
terhubung menjadi satu. Jadi pada saat bongkar muat, semua katup pipa dapat dibuka
atau ditutup ketika pompa dioperasikan, sehingga distribusi aliran muatan terhisap atau
termuat secara merata. Demikian pula dengan pipa bantunya, dapat menghisap sisa-sisa
minyak bersama-sama untuk semua ruang muat.
= 1.47 HP
76
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Jenis hatch cover yang paling umum ditemui ialah jenis single pull. Bagian penutup
palka ini terdiri dari sejumlah panel panel melintang yang terentang sepanjang hatch way dan
dihubungkan oleh rantai. Pada posisi menutup, panel panel tersebut terletak secara beraturan
pada hatch coaming.
Untuk membuka cover single pull, securing cleats pertamanya dilepas. Dan masing
masing panel dinaikkan ke rodanya dengan bantuan portable jack, dan roda eccentric
(eccentric wheel) berputar 180o . Atau, dapat menggunakan hydraulic lifting gear. Pada
kondisi ini semua panel penutup bergerak bebas baik ke depan ataupun ke belakang
dikarenakan adanya roda eccentric. Pergerakan dari panel dilakukan dengan bantuan
tali/rantai. Winch ditempatkan dibagian tengah panel utama. Rantai tersebut memungkinkan
adanya penarikan antar panel. Pada saat panel mencapai bagian belakang dari hatch way
maka berat dari panel tersebut ditopang oleh ballancing roller, yang terletak dibagian tengah
atas dari panel. Roda ballancing inilah yang akan memutar panel 90o ketika panel telah
mencapai sisi penopang demikian seterusnya untuk panel berikutnya. Sewaktu hatch telah
terbuka seluruhnya, maka semua panel akan bersandar vertikal pada ruang stowage (stowage
space). Panel tersebut diikat dengan bantuan rantai dan kait.
Untuk melepaskan single pull cover, rantai pengikat dilepaskan dan tali penarik
disiapkan, selama pengoperasian tersebut harus dipastikan panel terletak pada lajurnya seperti
ketika akan membuka. Ketika panel pertama meninggalkan stowage position, panel akan
berputar 90o sehingga akan merebah pada coaming. Panel tersebut kemudian bergerak diatas
hatch way dengan roda penopang (eccentric wheel) dengan bantuan rantai maka
memungkinkan panel yang dibelakangnya bergerak hingga semua panel telah merebah dan
menutupi hatch coaming.
77
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
9.5.1.II.1. Konstruksi
Masing masing panel dari jenis penutup palka single cover biasanya dirancang dari
bahan mild steel plate. Stowage space untuk menempatkan panel harus diberikan pada sisi
dari hatch way.
Dikarenakan panel biasanya membuka secara vertikal, panjang ruangan pelipatan panel untuk
suatu panel hatch cover bagian depan atau belakang dinyatakan sebagai :
= 4.662 m
Dimana :
dari panel.
Untuk penentuan harga N dipilih dalam batasan 2 -11 buah. Akan tetapi biasanya dipilih
antara 5-6 buah panel.
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
78
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Celah antara kurang lebih 0,5 m harus diberikan untuk dapat digunakan sebagai ruangan
untuk lalu lalang crew.
Pada penutup palka jenis single pull terkadang penutup tersebut dilipat dengan
menggunakan winch yang berada di platform. Adanya crane serta winch inilah yang
menyebabkan terbatasnya ketinggian dari ruangan peletakan hatch cover. Ketinggian ini
diperkirakan setinggi panjang panel (L) ditambah dengan clearence margin antara 300-500
mm.
Tinggi Coaming berhubungan dengan panjang panel. Panel dengan lipatan yang
sedikit akan menghasilkan ketinggian panel saat ditegakkan menjadi cukup tinggi, terlebih
bila panel tersebut didudukkan pada panel coaming. Secara prinsip tinggi dari coaming
Biasanya harga tersebut lebih besar daripada tinggi coaming pada umumnya yaitu sekitar
450–600 mm (mengacu pada ILLC; International Load Line Convension 1966). Masing
masing panel dari jenis penutup palka single cover biasanya dirancang dari bahan mild steel
plate. Stowage space untuk menempatkan panel harus diberikan pada sisi dari hatch way.
Coaming frame yang tinggi memungkinkan penggunan panel yang sedikit. Sehingga terjadi
penurunan jumlah cross join. Sebaliknya dalam beberapa kasus di kapal dapat saja ditemui
tinggi dari coaming frame yang rendah, lebih rendah dari ketentuan standar. Pengaturan yang
tidak lazim ini akan menghasilkan panel panel yang relatif pendek, sehingga konsekwensinya
ruangan peletakan akan menjadi panjang.
Ruang penempatan Hatch panel yang telah ditarik dibuat lebih lebar antara 0,5
hinggga 0,75 m.dari pada lebar hatch panel .
79
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
penurunan, maka panel panel tersebut akan tersusun secara miring sehingga mengurangi
ketinggian dari stowage height. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di gambar :
Jenis Single Pull Type M mengalami penurunan pada bingkai swowednya. Hal ini
menyebabkan panel dapat disusun lebih rendah (stowed height) lebih rendah.. Dampak dari
jenis penarikan ini ialah penurunan ukuran ruangan penarikan.
80
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Sistim ini biasanya terdiri dari dua panel dengan satu panel sebagai panel yang nantinya
akan dinaikkan lebih tinggi sehingga panel berikutnya dapat masuk dan “menggendong” panel
yang terangkat tersebut. Panel yang menggendong tersebut dapat bergerak maju atau mundur
dengan bantuan roda keci (roll) sehingga memungkinkan panel beserta gendongannya dapat
berpindah sepanjang jalur hatch way sesuai dengan keinginan.
Sistim ini dapat pula digunakan pada pasangan atau dua buah panel dalam satu lokasi
penutup ruang muat (hatch cover). Jika jumlah dari panel tersebut lebih dari dua, maka
disebut dengan “stacking” dan diperlukan pengangkat yang lebih tinggi.
Cara kerja dari type piggy Back ini ialah setelah penutup dibuka dengan suatu kunci,
panel yang akan digendong diangkat lalu Panel penggendong yang memiliki roller
ditempatkan pada tracknya. Kedua jenis panel tersebut diangkat dengan bantuan silinder
hidraulik. Untuk pengangkatan yang tinggi digunakan double action cylinders. Sedang untuk
pengangkatan yang lebih rendah digunakan single action cylinders.
Suatu motor listrik sebagai penggerak rantai (chain drive motor) yang mana natinya
digunakan sebagai penggerak panel ditempatkan pada panel yang bergerak (panel
penggendong) yang mana akan menghampiri panel yang telah terangkat. Setelah berada pada
posisi yang tepat, panel yang terangkat tersebut diturunkan ke panel penggendong.
Pergerakan atau pemindahan posisi panel baik itu ke depan atau ke belakang ambang palka
(hatch coaming) dilakukan dengan bantuan chain drive motor. Dengan menggunakan sistim
ini maka luasan bukaan palka dapat terbuka sekitar 50%.
81
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
= 4771.071 ton
j. Beban yang harus diangkut tiap crane = 4771.071 ton
k. SWL = Beban yang harus diangkut tiap crane/jumlah bongkar tiap crane
= 4771.071 ton / 129
= 36.98 ton
82
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Dari perhitungan diatas maka jenis crane yang dipilih adalah sebagai berikut :
Type CCL
SWL 40 Ton
Max. Outreach 32 M
= 4884.7 ton
j. Beban yang harus diangkut tiap crane = 4884.7 ton
k. SWL = Beban yang harus diangkut tiap crane/jumlah bongkar tiap crane
= 4884.7 ton / 129
= 37,86 ton
83
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Dari perhitungan diatas maka jenis crane yang dipilih adalah sebagai berikut :
Type CCL
SWL 40 Ton
Max. Outreach 32 M
Dimension crane :
Crane 1
A = 3.2 m E = 4.3 m
B= 9.75 m F = 3.2 m
C = 0.75 m H1 = 4.3 m
D= 32 m H = 47 m
Crane 2
A = 3.2 m E = 4.3 m
B= 9.75 m F = 3.2 m
C = 0.75 m H1 = 4.3 m
D= 32 m H = 47 m Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
84
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
9.6.2.1 Crane II
a. Beban yang harus diangkat crane 2 = 4884.7 ton
b. Kapasitas Crane = 40 ton
c. Total Cycle untuk keseluruhan proses bongkar muat
= beban yang harus diangkut/Kapasitas crane
= 4884.7 ton / 40ton
= 122.12 kali
= 122 kali
d. Rata – rata waktu yang dibutuhkan untuk satu kali cycle
= 600 min / 122 kali
= 5 min
85
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Kapal harus dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan pelayaran yang sesuai yang ada.
I. Pendahuluan
Jenis dari dewi - dewi yang ada di kapal sangat beragam baik dalam bentuk dan tipe
pemasangan. Meskipun terdapat berbagai jenis tersebut, akan tetapi pertimbangan
perancangan yang digunakan terutama pada boat winch ialah sama untuk semua jenis dan tipe
pemasangan.
Saat menurunkan sekoci, semua komponen penunjang menuruti aturan grafitasi. Satu-
satunya cara manual yang diperlukan oleh operator sekoci ialah pada saat melepaskan rem
tangan dan menahannya bila mana diperlukan sekoci itu untuk berhenti (menggantung) pada
posisi tertentu. Jika operator tersebut kehilangan kendali pada tuas perngereman, terlebih
pada kondisi yang sulit, maka beban yang ada (sekoci) akan tetap tertahan pada sembarang
posisi hingga tuas pengereman kembali dapat dikendalikan.
Rem yang digunakan berupa rem tromol dengan pad (kampas) yang merupakan bagian
penahan yang dapat mengakibatkan terjadinya pengereman. Ada dua kampas pada setiap blok
rem, dipasang secara berhubungan antara satu kampas dan lainnya serta dihubungkan oleh
tuas. Bahan untuk kampas terbuat dari Ferodo lined, yang mana umur dari kampas ini kurang
lebih sekitar lima tahun atau lebih.
Jenis rem yang lain ialah rem sentrifugal. Kecepatan penurunan dari sekoci
tergantung dari peningkatan percepatan gaya penurunan akibat grafitasi. Pada saat pegereman
kampas bekerja menekan drum bagian dalam, penekanan tersebut ditopang oleh pegas.
86
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
1. Harus dapat terapung secara cepat dan dalam kondisi baik (diturunkan), meskipun
kapal dalam kondisi trim 15o.
2. Harus mampu mengevakuasi penumpang secara cepat serta tertib evakuasi
3. Harus mendukung operasi penyelamatan yang lain / tidak mengganggu operasi
penyelamatan lain
Sedangkan persyaratan penggerak dan transmissi yang harus terdapat di sekoci untuk dapat
digunakan sebagai media evakuasi menurut peraturan SOLAS ialah:
1. Seperangkat dayung apung, dua dayung apung cadangan dan sebuah dayung apung
kemudi.
2. Sekoci kemudi
3. Lampu minyak untuk 12 jam, dua kotak korek api yang baik dalam kontainer yang
kedap air.
4. Sebuah tiang atau lebih berikut layar-layarnya. (layar warna jingga /orange)
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
5. Tali penyelamat di sisi luar sekoci Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
87
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Sebagai rumus pendekatan untuk mengetahui jumlah awak kapal yang diperlukan ialah
dengan rumus pendekatan :
Zc =
Dimana :
88
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
B = Breadth (m)
H = Height (m)
Zc = Jumlah Crew
= 1,2 x [11,5 (126.4 .21,2 .11.3 x 35.10-5 ) 1/16 + 8,5 (6018.42x 10-5 ) 1/5 + 1]
= 21.83orang
Diharuskan mampu menampung seluruh ABK pada salah satu sisi kapal dan
ditempatkan di sisi kiri dan kanan kapal. Sedangkan untuk perencanaan dapat dipakai sekoci
dengan standart Boat of Trade England,
a. Menuang
b. Launching Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
89
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Sebagai langkah awal perhitungan beban serta penentuan kebutuhan daya untuk dapat
Qb = 9335 …… (Kg)
Untuk mengetahui berat sekoci dan berat peralatan ditentukan oleh tabel dari Boat of
Trade England
bahwa berat masing masing orang ialah 75-78 Kg (Kethagurov, Marine Aux Hal 438).
= 470.65 kg
d. Beban perencanaan Q
untuk penurunan satu buah dewi dewi dinyatakan sebagai berikut :
Q = 0,5(Qb+QpKn)+Qf
= 5177.15 Kg
Dimana :
90
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
91
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Menurut BKI III 1996, Section 12 mengenai peralatan pelindung api dan pemadam, dinyatakan
sebagai berikut:
92
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
A. Pelindung Api
1.1. Pengaturan di ruangan mesin haruslah menjamin keselamatan dari penanganan cairan yang
mudah terbakar agar tidak terbakar.
1.2. Semua ruangan yang diletakkan motor bakar, burner, atau pengendap minyak atau tangki
harian diletakkan harus terjangkau dan diberikan ventilasi secara layak
1.3. Bilamana terjadi kebocoran dari cairan yang mudah terbakar selama pekerjaan perawatan
rutin, Harus diperhatikan agar cairan tersebut terhindar dari kontak dari sumber api.
1.4. Bahan yang digunakan pada ruangan permesinan sebaiknya secara normal tidak
meningkatkan kemungkinan untuk mudah terbakar.
1.5. Bahan yang digunakan sebagai lantai bulkhead lining, atap atau geladak ruang pengendali
dengan tangki minyak haruslah tidak mudah terbakar. Dimana bila terjadi bahaya yang mana
minyak dapat terserap ke bahan penyekat, penyekat tersebut harus dapat terlindungi dari
serapan minyak atau uap minyak.
2. Peralatan dengan resiko terbakar tinggi.
2.1.1. Peralatan pengolahan minyak awal (oil fuel preparation equipment) seperti purifier, harus
dipasang pada ruangan yang terpisah. Ruangan inii ditutupi oleh sekat baja, dan dilengkapi
dengan pintu baja yang dapat tertutup sendiri, dilengkapi dengan:
a. Ventasi mekanis yangt terpisah .
b. Sistim deteksi api dan alarm
c. Sistim pemadam api yang tetap. Sistiim ini dapat merupakan bagian dari sistim
pelindung api ruangan kamar mesin.
2.1.2. Jika hal tersebut tidak praktis untuk menempatkan sistim pengolahan minyak bahan bakar di
ruangan yang terpisah, perhatian harus dilakukan terhadap api dengan suatu penanganan api
dari komponen dan dari kemungkinan kebocoran. Sebagai tambahan sistim perlindungan api
secara tetap, di ruang kamar mesin, suatu unit pemadam lokal dapat diberikan pada daerah
tersebut.
2.1.3. Unit pemadam lokal harus layak untuk pemadaman api yang efektif pada suatu areal.
Langkah kerja yang dilakukan dapat secara otomatis atau manual sebaik mungkin tidak
mempengaruhi operasi dari peralatan lain. Penggunaan secara otomatis dan tiba-tiba tidak
boleh merusak komponen lai. Bila peraltan tersebut manual, dapat dipasang pada ruang
pengendali permesinan atau disuatu tempat yang memberikan perlindungan yang cukup.
2.2. Sistim minyak dengan tekanan kerja lebih dari 15 bar yang tidak termasuk dalam bagian
permesinan bantu ataupun induk (seperti hidrolik, stering gear) harus dipasang diruangan
yang tepisah.
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
93
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
3. Perlindungan dari jalur dan peraltan yang melalui temperatur yang tinggi.
3.1. Semua bagiann yang memiliki temperatur diatas 220oC seperti uap, minyak panas dan jalur
gas buang, dan silencers, dsb, harus dilindungi oleh bahan tidak yang tidak mudah terbakar
dan tidak dapat menyerap minyak.
3.2. Pelindung harus dapat dipastikan tidak akan menjadi retak atau robek karena getaran.
4. Daerah Bulkhead
Semua pipa dengan kelas A atau B menurut SOLAS 1974 harus tahan terhadap suhu yang mana
telah dirancang sebelumnya. Pipa uap, gas dan minyak termal yang melalui bulkhead harus diberi
isolasi tahan panas dan harus terlindungi dari pemanasan yang berlebihan.
5. Ruang Darurat
Untuk ruangan permesinan dan boiler, kanal sirkulasi udara ke ruangan tersebut harus dilengkapi
dengan fire damper yang dibuat dari bahan tidak mudah terbakar yang mana dekat dengan gelada.
Bukaan kamar mesin (sky light), pintu dan hatch serta bukaan lainnya diatur sehigga dekat
dengan ruangan lainnya.
Pompa bahan bakar dengan tenaga listrik, purifier , motor fan, fan boiler minyak termal dan pompa
kargo harus dilengkapi dengan peralatan pemutus darurat, sepraktis mungkin, yang dikelompokkan
secara bersama diluar ruangan yang mana peralatan tersebut dipasang dan harus dapat dijangkau
meskipun dalam kondisi terputus akses karena api.
- Katup pemutus untuk ruang kamar mesin, penghembus boiler, pompa transfer bahan bakar
purifier, dan pompa minyak termal.
- Perhatian diberikan khusus pada:
a. Katup penutup singkat bahan bakar
b. Pintu kedap aiar yang dikendalikan pada ruang permesinan.
- Kondisi kerja dari peralatan pemadam api.
- Jenis pemadaman yang terlihat dalam sistim ini ialah:
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
94
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Sedang berdasar peraturan BKI yang ditentukan, dalam hal ini kami mengambil pembatasan tinjauan
peraturan hanya untuk kapal yang dirancang yaitu kapal kargo.
Menurut peraturan BKI III 1996 mengenai Peralatan pemadaman api dengan air ialah ;
1. Pompa Pemadam
1.1. Jumlah pompa
1.1.1. Untuk kapal cargo dengan bobot 500 GRT atau lebih dapat dipasang dengan sekurangnya dua
dan kapal kergo dengan bobot kurang dari 500 GRT sekurangnya satu buah.
1.1.2. Kapal kargo dengan bobot 500 GRT atau lebih dipasang suatu pompa darurat yang berguna
jika terjadi kebakaran disuatu kompartemen pompa ini dapat mengambil alih kerja pompa
pemadam service. Pompa darurat juga diperlukan jika pompa pemadam utama dipasang di
dekat kompartemen, dan bagian antara kompartemen diantara lebih dari satu bulkhead atau
deck.
1.1.3. Untuk kapal kargo,di setiap ruangan permesinan yang terdiri dari ballast, bilga atau pompa air
lainnya, pasokan air harus dibuat sekurangnya untuk menghubungkan satu dari pompa tersebut
untuk pompa pemadaman api. Beberapa sambungan dapat didijikan bila mana tidak ada
satupun pompa yang mampu untuk memenuhi kapasitas yang dibutuhkan atau tekanan yang
dibutuhkan.
95
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
96
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
1.3.1. Tiap Pompa pemadam haurs memiliki sumber daya yang independen dari permesinan
penggerak kapal.
1.3.2. Pada kapal kargo yang kurang dari 100 GRT, salah satu dari pompa pemadam dapat
disambungkan dengan motor induk yang mana tidak seterusnya akan demikian.
1.3.3. Pompa pemadam dan sumber dayanya tidak boleh ditaruh di depan coolosion bulk head.
Untuk kapal kargo BKI dapat memberikan dispensasi.
1.3.4. Pompa pemadam dan sambungan keluarnya (ke laut) dibuat sedalam mungkin dibawah garis
air muat kapal. Bila mana hal ini tidak praktis pompa harus berupa self primming pump atau
bila tidak dihubungkan dengan suatu sistim primming.
1.3.5. Provisi yang dibuat untuk menyuplai sekurangnya salah satu dari pompa pemadam dalam
tuang mesin dengan air dari dua sea chest .
1.3.6. Pompa bilga,ballast dan pompa lainnya yang digunakan untukmempompa air laut dan
memiliki kapasitas yang mencukupi dapat digunakan sebagai pompa pemadam yang
dilengkapi sekurangnya dengan satu pompa yang sudah tersedia untuk tujuan pemadaman.
1.3.7. Pompa sentrifugal yang disambung dengan jalur utama diberi suatu katup shut off dan
peralatan non return.
1.4. Pompa pemadam darurat
1.4.1. Pada kapal lebih dari 2000 GRT pompa darurat harus mampu mengedarkan sekurangnya 40%
dari kapasitas total yang ditentukan dari pompa pemadam utama. Pada kapal dengan bobot
kurang dari 2000 GRT kapasitas dari pompa tidak boleh kurang dari 25 m3/h. Pompa yang
dipasang hanya pompa jenis self primming pump.
1.4.2 Pompa pemadam api darurat harus mampu mensuplai air ke semua bagian dari kapal dari dua
hidran yang secara simultan pada tekanan yang telah ditentukan.
1.4.3 Semua daya dan pasokan air yang diperlukan pada penggunaan dari pompa pemadam darurat
harus terpisah dari ruangan tempat pompa pemadam utama dipasang.
1.4.4 Suplai dari bahan bakar yang diperlukan untuk operasi dari pompa pemadam darurat
sekurangnya harus cukup selama 18 jam kerja. Kapasitas dari tanki yang melayani pompa
pemadam minimal selama 6 jam pertama tanpa dilakukan pengisian ulang dari tangki bahan
bakar.
1.4.5 Ruangan dimana dipasang pompa pemadam darurat dan sumber dayanya tidak boleh
berbatasan langsung dengan ruangan mesin yang terdiri dari motor bakar, ketel uap berbahan
bakar minyak, dan sistim penyiapan bahan bakar atau ruangan dimana dipasang pompa
pemadam utama. Bilamana hal ini tidak berhasil pembagian ruangannya tidak boleh dibentukk
hanya dari satu bulhead. Ruangan sisa harus dibuat seminimum mungkin dan pintu antara
ruangan dirancang kedap udara.
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
97
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
1.4.6 Pompa darurat dipasang sehingga jalan edar air pada kapasitas dan tekanan yang ditentukan
tetap pada semua kondisi trim lilst dan pitch.
1.4.7 Sisi isapan air laut diletakkan sedalam mungkin, diluar ruangan mesin.
1.4.8 Katup air laut harus dapat dioperasikan dari tempat yang dekat dengan pompa darurat atau
dengan pengendali pompa pada pompa yang menggunakan pengendali.
1.4.9 Jika ruangan di mana pompa pemadam api utama, suplai catu dayanya dikunci oleh suatu
sistim tekanan air tetap, pompa pemadam darurat dapat digunakan untuk memasok sejumlah
air yang diperlukan.
1.4.10 Sistim ventilasi dari ruangan pada mana pompa pemadam api darurat dipasang harus
dirancang sehingga asap tidak dapat terhisap ke dalam ruang kamar mesin. Ventilasi paksa
disambung dengan suplai daya darurat.
98
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
9.9.1 Hydrants
Hydrants dipasang sehingga air dari dua nozel dapat secara simultan mengalir, salah
satunya dari selang pemadam dapat mencapai:
a. Tiap bagian dari kapal yang mana tiap crew dan penumpang secara normal dapat
mencapainya selama perjalanan.
b. Tiap bagian dari rangan kosong kargo.
c. Tiap bagian dari ruang ro-ro.
Adalah mungkin untuk mencapai tiap bagian dari ruangan khusus dengan dua nozzles pada
salah satu selang pemadam tersebut.
Dek untuk penempatan hidrant diatur sehingga tetap dapat terjangkau meskipun
tempat tersebut digunakan untuk mengangkut barang. Hydrant diletakan dekat kepada tempat
yang mudah terjangkau .
Hydrant pada posisi di kamar mesin dan ruang ketel :
a. Jumlah dan posisi dari hydrant untuk kapal kurang dari 500 GRT suatu hydrant tunggal
ialah sudah cukup
b. Hydrant diletakkan pada titik yang mudah terjangkau diatas pelat lantai dan sisi. Salah
satu dari hydrant diletakkan pada bagian masuk paling bawah dari pintu keluar darurat dari
ruangan.
99
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
9.9.3 Nozzel
Hanya nozel dengan dua fungsi semburan jet/ spray dengan suatu katup shut off yang
digunakan.
Ukuran datri nozzle seharusnya 12,16 dan 19 mm atau yang mendekati. Ukuran nozel untuk
ruang akomodasi ialah 12 mm. Untuk ruangan mesin dan dek terbuka ukuran nozzle dapar
lebih besar sehingga air dapat diedarkan dan diatur tekanannya oleh suatu pompa pemadam
yang lebih kecil
Sistim ini mengambil busa dari pencampuran antara busa dan air laut dan melingkupi daerah
yang terbakar dengan suatu lapisan tipis dari busa yang digunakan untuk mengisolasi objek yang
terbakar dari udara dan dan pemadam api dengan pendinginan karenanya sistim ini berguna untuk
memadamkan api yang terbakar diatas minyak.
Busa ini dapat bertahan lama dan tidak bisa menguap. Busa ini terbuat dari campuran cairan
busa yang dibuat dari hidrolisa protein hewan sebagai bahan utamanya dan air pencampur pada
kapasitas yang tetap
Air laut yang dipompa dari pompa yang letaknya berbeda tergantung dari objek yang hendak
dipadamkan. Bila yang hendak dipadamkan ialah kompartemen atau palka, maka digunakan pompa
pemadam yang berada di engine room. Bila yang hendak dipadamkan ialah ruang kamar mesin maka
pompa pemadam darurat yang dipasang diluar ruang kamar mesin lah yang digunakan.
Sistim dengan busa ini juga terdiri atas pompa pemadam, pelatan pencampur, peralatan
pembangkit busa dan lain-lain. Sedangkan untuk peraturan mengenai kandungan, penataan dan
kapasitas dan aturan lain menurut BKI dapat dilihat pad BKI III 1996 n sec.12-K.
Sistim ini merupakan sistim yang tetap, menggunakan CO2 untuk memadamkan kebakaran
dalam skala kecil (Terlokalisir). Jika kandungan CO2 dalam volume udara ialah 15% atau lebih dapat
memadamkamkan api yang terbakar diatas minyak. Karenanya Sangat tepat kiranya sistim memiliki
sejumlah CO2 yang cukup untuk suatu volume objek pemadaman sekitar 25% .
CO2 disimpan dalam botol kecil atau dalam suatu botol besar yang bertekanan tinggi. Botol
CO2 yang kecil dipasang di ruangan dan gudang untuk lebih memudahkan bila terjadi kondisi darurat
seperti ruang berkumpul saat kebakaran, ruang kemudi dan ruang pengendali motor. Sedang untuk
pompa pemadam api minimal menggunakan 2 set pompa pemadam.
100
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Sedangkan untuk peraturan mengenai kandungan, penataan dan kapasitas dan aturan lain
menurut BKI dapat dilihat pad BKI III 1996 sec.12-G. dan H.
9.10 KEBAKARAN
Kebakaran di kapal adalah hal yang perlu mendapatkan perhatian yang besar, karena hal ini
menyangkut keselamatan orang maupun barang yang dibawa, serta kapal itu sendiri. Dengan berdasar
pada hal diatas maka perlu adanya pembahasan tentang pencegahan kebakaran dan bagaimana
mengatasi kebakaran jika hal tesebut benar-benar terjadi. Pembahasan kita akan dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu fire preventing dan fire fighting.
FIRE PREVENTING
Pencegahan dilakukan dengan cara memilih bahan dari badan dan outfitting yang ada dikapal
dengan bahan yang tidak mudah terbakar, juga dengan cara menyediakan alat-alat dan metode yang
dapat digunakan sewaktu-waktu kalau memang benar-benar terjadi kebakaran.Pembahasan disini
menitik beratkan kepada media-media yang digunakan dan macam-macam alat pemadam kebakaran.
Media-media yang utama digunakan di kapal dikelompokkan menjadi (1) air (2) foam (3)
inert gas (4) uap
AIR
Sistem pemadam kebakaran yang digunakan adalah air laut, yang menggunakan powerful jets.
Nosel yang digunakan sebaiknya kurang dari ½ in,sedangkan untuk hosenya mempunyai panjang
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
101
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
yang tidak lebih dari 60 ft. Penggunaan water jet ini harus memperhatikan kapasitas dari pompa yang
digunakan, head air dari pompa hingga jet, drop tekanan di hose dan efek dari masuknya volume air
yang besar ke kapal yang berpengaruh kepada stabilitas kapal.
Hose yang kita gunakan bukan merupakan alat yang sederhana, yang berarti harus dioperasikan oleh
orang yang terlatih. Dengan pertimbangan panjang 60 ft. hose dipasang sesuai dengan standar yang
ada yang bekerja dengan nosel terkecil yang diperbolehkan (1/2 in) dan dengan tekanan terkecil yang
beralasan (35lb/in2). Dengan ukuran hose dan nosel yang demikian, maka dari nosel tersebut bisa
menghasilkan daya dorong, hal ini yang perlu diperhatikan oleh operator ketika memadamkan api
terutama di tangga yang basah atau di lantai baja. Untuk jet yang lebih kuat atau lebih besar dari
standar minimum diatas, perlu diperhatikan bahwa kesulitan akan muncul akibat bertambahnya ukuran
diameter dan tekanan. Output dari nosel/kapasitas bervariasi sesuai dengan kuadrat dimeter dan akar
dari tekanan, sedangkan untuk daya dorong dari nossel berbanding lurus dengan kuadrat diameter dan
tekanan.
Instalasi lain yang biasanya digunakan di kapal adalah system springkel. Sistem ini secara
otomatis akan bekerja menyemprotkan air di tempat terjadinya kebakaran. Biasanya system ini
ditempatkan di ruangan tertentu, ruang akomodasi, dan ruang penyimpanan, serta dalam prakteknya
menggunakan air tawar, ini dipilih karena mempunyai efek berbahaya yang kecil
Instalasinya terdiri dari pipa dengan katup shut-off dan katup non-return. Springkel head
ditempatkan di tempat yang strategis dan setiap unit harus bisa menjamin deckhead dari daerah yang
direncanakan untuk dilindungi. Sistem ini juga menggunakan kompresor untuk pengoperasiannya .
FOAM
Jenis ini digunankan bervariasi dari yang portable sampai pada system yang built-in. Foam ini
sebenarnya diproduksi dari proses pencampuran dari air, udara, dan senyawa kimia yang kemudian
menghasilkan bentuk seperti gelembung.
Foam ini merupakan smothering agent, yang dalam prakteknya akan menutupi tempat
terjadinya kebakaran sehingga tempat itu menjadi terisolasi sehingga api tidak mendapatkan suppy
oksigen.
102
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
INERT GAS
Gas yang bisa digunakan adalah CO2. CO2 disimpan dibawah tekanan berupa cairan dan
dikeluarkan melalui tabung dengan internal siphon. Tabung–tabung penyimpanan ini dibuat dari bahan
yang tahan panas, seperti yang disyaratkan, dengan batas yang diperbolehkan 145 F.
Ketika cairan tersebut dikeluarkan, volume dari gas sekitar 450 dari volume cairan .Pertama
kali dikelurkan CO2 cenderung untuk memenuhi compartemen tejadinya kebakaran dan tingkat
dibawahnya, sehingga ini merupakan batas untuk menjauhi ruangan tersebut, untuk itu setelah
kejadian disarankan untuk memakai alat Bantu pernafasan untuk masuk kedalam kompartemen yang
baru terbakar.Setelah gas mulai bersih , sebuah lampu penyelamat harus digunakan untuk memeriksa
atmosfer ruangan
Kuantitas dari free gas yang disyaratkan untuk fire protection adalh 30% dari volume
kompartemen atau 40% dihitung tiga meter diatas mesin.
UAP
Uap ini juga merupakan media yang dapat menutupi sumber kebakaran dari udara luar.
Instalasinya terdiri dari pipa-pipa yang disusun sedemikian rupa sehingga titik keluarannya berada di
bagian yang rendah dari kompartemen yang dilindunginya, kecuali di kapal tanker dimana harus
ditempatkan diatas minyak
Ketika uap digunakan untuk pemadam, dapat dikatakan bahwa supply harus
dirawat/dipelihara. Ini dimaksudkan untuk menjaga uap dari peristiwa kondensasi. Hal lain yang perlu
dihindarkan adalah keadaan vacuum yang dapat menyebabkan kemungkinan ledakan. Uap ini cocok
untuk kapal yang penggeraknya memakai boiler, karena ruang dari boiler yang panas, maka
kondensasi merupakan hal yang sesuai dan merupakan hal yang menguntungkan bila hal tersebut ada.
Uap adalah alat pemadam kebakaran yang esensial di kapal yang berlayar di laut, dan
merupakan orbit yang tertentu dari seorang marine engineer, karena hal ini sangat akrab denganya dan
dimungkinkan karena orang lain tidak dapat diharapkan mempunyai kesempatan yang sama untuk
memgenalnya.Uap jenuh, tentu sebagai uap yang super panas mungkin saja menyebabkan mulainya
kebakaran.
EXTINGUISHER
Pembahasan di sini akan menitik beratkan kepada alat-alat yang portable dan macam-
macamnya.
103
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Jenis ini mempunyai bagian dalam yang terbuat dari baja tahan karat. Noselnya tidak pernah tertutup,
tetapi dapat dikontrol dengan sentuhan ibu jari. Alat ini dapat mencakup area sampai dengan 400 ft 2 .
Alat ini begitu mudah dioperasikan, karena cukup dengan membuka pengamannya dan
mengarahkannya ketempat yang dikehendaki
2. FOAM EXTINGUISHER
Pembentukan foam adalah berasal dari larutan soda bikarbonat yang terletak di bagian luar dan
aluminium sulfat di bagian dalam, biasanya pembagian ini diberi tanda dengan perbedaan warna,untuk
bagian luara ditandai dengan kuning dan bagian dalam berwarna merah.
Gbr. CO2 extinguisher Gbr. foam extinguisher Gbr. Dry powder Exh
Pengantar : Pada bagian modul sebelumnya dibahas mengenai penanganan serta penanggulangan atas
ancaman kebakaran di engine room menurut aturan BKI vol III ’96. Pada paper ini akan dibahas
penanggulangan bahaya kebakaran serta pencegahannya untuk kondisi diluar engine room.
104
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
9.11 Pendahuluan
Api merupakan hasil dari reaksi kimia yang diikuti oleh pengeluaran cahaya dan panas. Ada
3 unsur utama yang dapat memungkinkan terjadinya api yaitu : Bahan bakar, Panas dan
Oksigen. Proses ini dikenal dengan istilah segitiga api. Bahan baker adalah suatu bahan yang
mudah terbakar, yang secara fisik terbagi atas tiga bagian yaitu :
Bahan bakar berbentuk gas seperti: Gas asitelin, metan, hydrokarbon dll.
Bahan bakar berbentuk cair seperti kerosene, bensin, solar dll
Bahan bakar berbentuk padat seperti kayu, kertas logam karet batu bara, dll.
Panas yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya api haruslah cukup mencapai
temperatur minimum untuk menghasilkan uap dari bahan bakar tersebut. Panas dapat berasal
dari gesekan, bunga api listrik, busur listrik, petir, sinar matahari, nyala puntung rokok, listrik
statis dll.
Ada dua istilah yang perlu diketahui yang berhubungan dengan temperatur, yaitu titik nyala
(Flash point) dan titik bakar (Fire Point). Titik nyala adalah adalah suatu tingkat temperature
yang terendah dari suatu zat (bahan bakar) untuk dapat mengeluarkan uap dan dapat menyala
dengan sekejap bila diberikan sumber panas yang cukup.
Titik bakar adalah suatu tingkat temperature yang terendah dari suatu zat (bahan bakar) untuk
dapat mengeluarkan uap dan dapat menyala terus menerus bila diberi sumber panas yang
memadai. Masing masing zat memiliki titik nyala dan dan titik bakar yang berbeda.
Sedangkan oksigen merupakan unsure yang terdapat pada udara atau yang dihasilkan melalui
proses kimia yang memiliki kandungan di atmosfir sekitar 16-21%.
Daerah dapat terbkar (flammable range /combustible range) adalah suatu konsentrasi
campuran uap bahan bakar dengan udara, yang dapat terbakar/menyala bil diberi sumber
panas. Biasanya daerah dapat terbakar dinyatakan dengan persentase. Daerah dapat terbakar
ini dibatasi oleh batas dapat terbakar atas (Upper flammable Limit ; UFL) serta daerah dapat
terbakar bawah (lower Flammable Limit ; LFL). Harga UFL dan LFL untuk tiap zat ialah
berbeda beda tergantung dari titik nyala dan titik bakar. Sebagai contoh untuk :
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
1. Minyak mentah : 1% - 10% Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
105
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Dari uraian tersebut maka Api tidak akan terjadi bila konsentrasi uap bahan bakar itu rendah
atau tinggi.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terjadinya api adalah melalui suatu proses kimia
yang sering disebut kimia api. Hal ini digambarakan seperti pada grafik berikut :
106
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
API
Udara Panas
Bahan Bakar
Diagram Segitiga Api
A Kebakaran pada bahan padat bukan logam seperti kayu, batu bara,
kain karet dll
B Kebakaran pada bahan bakar cair dan gas seperti bensin, tiner, cat,
bahan kimia, LNG dll
C Kebakaran pada instalasi listrik
107
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Misal :
a. Putih atau abu abu ringan menandakan pembakaran bebas (Free burning)
b. Hitam atau abu abu gelap menandakan pembakaran yang pansa sekali dan
kurang oksigen.
c. Kuning, merah, ungu, hijau dan lain lain menandakan adanya gas yang beracun.
4. Nyala adalah hasil dari perubahan bahan bakar yang terbakar
5. Panas, yang dihasilkan melalui oksidasi yang cepat dari bahan yang terbakar.
6. Gas, sebagai hasil lain dari pembakaran.
7. Partikel partikel lain.
Metode pemadaman api dapat dipelajari dari metode terjadinya api. Dengan memutus salah
satu faktor dari segitiga api maka dapat dijadikan acuan untuk memadamkan serta
menghindari “LAHIRNYA” api.
Berikut akan dipaparkan langkah pemutusan/eliminasi dari faktor pembentuk “lahirnya” api
dengan cara :
1. Mengurangi panas
Panas dapat dikurangi dengan cara pendinginan (cooling) untuk menghindari
terjadinya panas.
108
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Secara tradisional, penggunaan air sebagai media pemadaman sangat dikenal. Prinsip kerja
air ialah dengan mendinginkan suhu lingkungan kebakaran. Hal ini karena air memiliki daya
serap panas yang tinggi.
Air digunakan untuk pemadaman pada kebakaran kelas A. Pada kasus tertentu dapat juga
digunakan pada kelas B. Akan tetapi air tidak dapat digunakan untuk kebakaran kelas C.
Tepung kering terbuat dari Natrium Bicarbonat atau Kalium Carbonat. Tepung kering ini
sangat efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C serta dapat juga untuk
memadamkan kebakaran dengan kelas A. Kerugian dari penggunaan tepung ini ialah
memiliki sifat korosif.
Halon yang digunakan dalam pemadaman api ialah halon yang berada pada fasa cair yang
sangat mudah untuk menguap. Halon sering juga disebut dengan Halogenated Hydrocarbon.
Halon sangat efektif bila digunakan untuk pemadaman kebakaran kelas A,B dan C. Bahan ini
tidak korosif dan tidak meninggalkan kotoran akan tetapi merusak lapisan ozon.
Busa adalah kumpulan cairan yang berbentuk gelembung kecil yang berisi udara yang dapat
mengapung di atas permukaan zat air dan mengalir di atas permukaan benda padat. Prinsip
kerja dari busa ini ialah pendinginan dan penyelimutan. Busa sangat baik untuk
memadamkan kebakaran kelas A dan B. Busa sangat tidak dianjurkan untuk kebakaran kelas
C.
109
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
Menurut Solas 1997 bab II-2 Part A regulasi 3 menyebutkan tentang penggolongan bahan
yang digunakan untuk isolasi sekaligus sebagai sekat pada dinding ruangan di kapal.
a. Kelas A.
Pada kelas A digunakan pada daerah bulk head dan dek yang harus dipasang dengan
persyaratan :
1. Harus dipasang pada bingkai baja atau bahan yang sejenis atau Logam.
2. Harus dapat di tergarkan (be stiffness)
3. Harus mampu untuk mencegah aliran asap dan nyala api (flame) sekurangnya
satu jam pengujian api.
4. Harus diisolasi dengan bahan yang tidak dapat terbakar yang mana temperature
rata rata dari sisi yang tidak terbakar tidak meningkat sebanyak 139OC diatas
temperatur awal. Atau pada temperature pada sembarang titik termasuk
hubungan antar panel (Joint) tidak meningkat lebih dari 180oC, diatas
temperatur awal. Kedua syarat kenaikan temperatur tersebut harus selama :
Kelas A - 60 : 60 Menit
Kelas A - 30 : 30 Menit
Kelas A - 15 : 15 Menit
Kelas A – 0 : 0 Menit
110
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
b. Kelas B.
Pada kelas B digunakan pada daerah bulk head, decks, ceiling (langit langit), atau
linings (Pelapis), dengan persyaratan :
1. Harus dipasang pada kondisi untuk dapat mencegah laluan asap lidah api
(flame) kurang lebih sekitar ½ jam pertama dari pengujian api.
2. Harus memiliki harga isolasi untuk harga rata-rata pada sisi yang tidak terbakar
tidak meningkat sebanyak 139oC diatas temperature awal dan kenaikan suhu
pada sembarang titik dan sambungan tidak meningkat sebanyak 225oC diatas
temperature awal sesuai dengan waktu pengujian yang telah ditentukan sebagai
berikut :
Kelas B -15 : 15 Menit
Kelas B -0 : 0 Menit
c. Kelas C.
Pembagian pada kelas C digolongkan atas material yang tidak dapat terbakar serta
tidak dapat dilalui oleh asap dan lidah api akan tetapi tidak dibatasi seberapa besar
kenaikan temperaturnya. Penggunaan cover pelapis yang dapat terbakar merupakan
jenis material pada kelas C ini.
111
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
BAB 9
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah menyelesaikan Tugas Rencana Umum ini dapatlah diambil kesimpulan yang perlu
diperhatikan :
112
Modul Tugas Sistim Bongkar muat Kapal
Dan Rencana Umum
Faizal Akhmadan
DAFTAR PUSTAKA
Germanischer Lloyd, Regulations for the construction and survey of lifting appliances, 1992.
Resistance and Propulsion of Ship by SV.AA. Harvald published by Jon Wiley and Sons,
New York, 1992.
113