PENDAHULUAN
SUB KOMPETENSI
Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah
sebagai berikut :
- Mahasiswa mengetahui bagaimana menentukan bagian ruang pada keseluruhan
kapal.
- Mahasiswa memahami tata cara /urutan dalam menentukan pembagian ruang
pada kapal.
URAIAN MATERI
1.1. Umum
Rencana umum dari sebuah kapal dapat didefinisikan sebagai perancangan di
dalam penentuan atau penandaan dari semua ruangan yang dibutuhkan, ruangan yang
dimaksud seperti ruang muat dan ruang kamar mesin dan akomodasi, dalam hal ini
disebut superstructure (bangunan atas). Disamping itu juga direncanakan penempatan
peralatan-peralatan dan letak jalan-jalan dan beberapa sistem dan perlengkapan lainnya.
Dalam pembuatan sebuah kapal meliputi beberapa pekerjaan yang secara garis besar
dibedakan menjadi dua kelompok pengerjaan yakni kelompok pertama adalah
perancangan dan pembangunan badan kapal sedangkan yang kedua adalah perancangan
dan pemasangan permesinan kapal.
Pengerjaan atau pembangunan kapal yang terpenting adalah perencanaan untuk
mendapatkan sebuah kapal yang dapat bekerja dengan baik harus diawali dengan
perencanaan yang baik pula. Pengerjaan kelompok pertama meliputi perencanaan
bentuk kapal yang menyangkut kekuatan dan stabilitas kapal. Sedangkan untuk
perencanaan penggerak utama, sistem propulsi, sistem instalasi dan sistem permesinan
kapal merupakan tugas yang berikutnya.
1
1.2. Perencanaan Rencana Umum
Dalam perencanaan Rencana Umum terdapat beberapa hal yang perlu dijadikan
pertimbangan yakni :
Ruang merupakan sumber pendapatan, sehingga diusahakan kamar mesin sekecil
mungkin agar didapat volume ruang muat yang lebih besar.
Pengaturan sistem yang secanggih dan seoptimal mungkin agar mempermudah
dalam pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, pemakaian ruangan yang kecil
dan mempersingkat waktu kapal dipelabuhan saat sedang bongkar muat.
Penentuan jumlah ABK seefisien dan seefektif mungkin dengan kinerja yang
optimal pada kapal agar kebutuhan ruangan akomodasi dan keperluan lain dapat
ditekan.
Dalam pemilihan Mesin Bongkar Muat dilakukan dengan mempertimbangkan
bahwa semakin lama kapal sandar di pelabuhan bongkar muat semakin besar
biaya untuk keperluan tambat kapal.
Pemilihan Ruang Akomodasi dan ruangan lain termasuk kamar mesin
dilakukan dengan seefisien dan seefektif mungkin dengan hasil yang optimal.
Rencana umum adalah suatu proses yang berangsur-angsur disusun dan direncanakan
dari percobaan, penelitian, dan masukan dari data-data kapal yang sudah ada
(pembanding).
Informasi yang mendukung pembuatan rencana umum:
1. Penentuan besarnya volume ruang muat, type dan jenis muatan yang dimuat.
1. Metode dari sistem bongkar muat.
2. Volume ruangan untuk ruangan kamar mesin yang ditentukan dari type mesin dan
dimensi mesin.
3. Penentuan tangki-tangki terutama perhitungan volume seperti tangki untuk minyak,
ballast, dan pelumas mesin.
4. Penentuan volume ruangan akomodasi jumlah crew, penumpang dan standar
akomodasi.
5. Penentuan pembagian sekat melintang.
6. Penentuan dimensi kapal (L, B, H, T, )
2
7. Lines plan yang telah dibuat sebelumnya.
Tahapan Penyusunan Rencana umum untuk mata kuliah tugas sistim bongkar muat dan
rencana umum ini ialah sebagai berikut :
setelah bentuk dari rencana garis kapal telah ditentukan dan disetujui maka mahasiswa
melakukan perhitungan dan penentuan untuk selanjutnya menggambakan:
1. Perhitungan Tahanan Kapal
2. Perhitungan Daya Motor Penggerak Utama
3. Perhitungan Konstruksiyang meliputi :
a. Perencanaan Sekat dan Jarak Gading
b. Perhitungan Jarak Ganda
4. Penentuan Awak dan Perlengkapan
a. Penentuan jumlah awak kapal
b. Penentuan ruangan dan perlengkapan akomodasi awak kapal
c. Penentuan Kebutuhan peralatan Navigasi
d. Penentuan ukuran dan peletakan kabin, pintu dan jendela
5. Penentuan volume tangki dan ruang muat
6. Perhitungan Permesinan Geladak
a. Penentuan ukuran rudder
b. Penentuan kebutuhan daya untuk Steering Gear
c. Penentuan Spesifikasi Jangkar dan anchor winch
d. Penentuan spesifikasi rantai jangkar dan tali tambat
e. Penetuan kebutuhan daya anchor winch
7. Perhitungan Kebutuhan Sistim Bongkar Muat kapal
a. Perhitungan Kebutuhan daya Crane Cargo
b. Perhitungan Dimensi hatch cover dan hatch coaming
c. Penentuan sistim perpipaan bongkar muat untuk kapal tangker jenis
product oil dan crude oil
d. Perhitungan daya kebutuhan pompa cargo oil
8. Penentuan spesifikasi dan kelengkapan perlengkapan keselamatan sesuai
SOLAS
3
a. Penentuan spesifikasi dimensi sekoci
b. Penentuan jalur perpipaan air pemadam untuk masing masing ruang
akomodasi pada anjungan (Fire water system extinguisher for
Accomodation deck)
RANGKUMAN
Rencana umum adalah suatu cara bagaimana melakukan perencanaan dalam pembuatan
kapal yang keseluruhannya perhitungan baik ruangan, penggerak utama, dan intalasi
pendukung dari suatu bangunan apung (kapal) bisa dioperasikan dilaut dengan segala
kondisi pelayaran.
REFERENSI
Khetagurov., (1964). Marine Auxiliarry and Machines, Mir Publisher Moscow.
Carlton, J.S., (1994). Marine Propellers and Propulsion, Butterworth-Heinemann,
Oxford,.
Soekarsono N.A., (1995). Sistem dan Perlengkapan Kapal, Penerbit PT. Pamator
Pressindo, Jakarta.
Schneekluth, H., Bertram V., (1998). Ship Design for Efficiency and Economy, 2nd
Ed.,Butterworth-Heinemann, Oxford.
Watson, D.G.M., (1998). Practical Ship Design, Elsevier, Amsterdam.
LATIHAN SOAL
1. Pada kapal apa yang dimaksud dengan prime mover enginedan auxiliary engine.
2. Apa yang dimaksud dengan kapal ?
LEMBAR KERJA
Kerjakan bagaimana cara pembagian dalam membuat rencana umum dari suatu kapal.
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
4
JAWABAN SOAL LATIHAN
1. Prime mover engine (motor penggerak utama) yaitu yang berhubungan dengan
sistem propulsi kapal, dapat memindahkan kapal dari satu tempat ketempat laing
dengan kecepatan tertentu, dan auxiliary engine (motor bantu) motor yang
menggerakkan generator untuk menyediakan kebutuhan listri seluruh kapal.
2. Suatu bangunan apung yang bisa bergerak dari satu tempat ke tempat lain
dengan kecepatan tertentu.
5
BAB II
PERHITUNGAN TAHANAN KAPAL
SUB KOMPETENSI
Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah
sebagai berikut :
- Mahasiswa mengetahui bagaimana cara menghitung tahanan kapal dengan
beberapa metode.
- Mahasiswa memahami tata cara /urutan dalam menentukan daya penggerak
utama pada kapal.
Mahasiswa dapatmenjelaskansecara berurutan tata cara dalam menentukan daya
yang digunakan sebagai penggerak kapal.
URAIAN MATERI
Tahanan kapal (resistance) pada suatu kecepatan adalah gaya fluida yang bekerja pada
kapal sedemikian rupa sehingga melawan arah gerakan kapal tersebut.Tahanan tersebut
sama dengan komponen gaya fluida yang bekerja sejajar dengan sumbu gerakan kapal.
Tahanan total diberi notasi Rt, dapat diuraikan menjadi sejumlah komponen yang
berbeda yang diakibatkan oleh bebagai macam penyebab dan saling berinteraksi dalam
cara yang benar-benar rumit.
Pada tahapan ini dihitung harga tahanan kapal yang telah ditentukan ukuran
dimensi (Principal Particular) untuk mendapatkan harga tahanan sesuai dengan
kecepatan dinas dan daerah pelayaran kapal tersebut.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan harga dari tahanan
kapal. Metode tersebut seperti:
1. Metode Guldhammer – Harvarld
2. Methode Holtrop
3. Metode Van Lapp
4. Metode Auf Van Keller
5. Metode Yamagata
6
Pemilihan metode yang akan digunakan harus sesuai dengan spesifikasi dan
karakteristik dari jenis kapal. Beberapa pertimbangan yang mempengaruhi ialah seperti
Cb ( Coeficient block) dan Cp (Coeficient Prismatic)
Menghitung Volume
= L x B x T x Cb
= ....................................
= ..................................... m3
Menghitung displasement
= L x B x T x Cb x dimana = masa jenis air laut ( 1.025 Kg/M3 )
= ...................................................
= ............................... tons
7
Menghitung luas Permukaan Basah ( S )
S = 1.025Lpp (Cb.B + 1.7 T) ...(harvald 5.5.31, tahanan dan propulsi kapal, hal 133)
= ......................................................
= ............................................. m2
Rasio Lebar/Sarat : B/T =....................................
= .....................................
=
= .............................
8
Koefisien tahanan sisa kapal dapat ditentukan melalui diagram Guldhammer -
Harvald dengan hasilnya adalah sebagai berikut
L / 1/3 = .................................
= ..................................
Rn = ..................................
= Koefisient Prismatik
A B
1. L / 1/3 = 5,0 Cr = 1,15 x 10-3
2. L / 1/3 = 5.3 Cr = .....................(Dicari Dengan interpolasi)
3. L / 1/3 = 5,5 Cr = 0,98 x 10-4
Diambil harga Cr :
( A2 A1 ) x( B3 B1 )
( B1 x
Cr = ..................( dari interpolasi ( A3 A1 ) )
Rasio B/T
Bila diagram tersebut dibuat berdasarkan rasio lebar-sarat B/T = 2.5 maka harga
Cr untuk kapal yang mempunyai rasio lebar-sarat lebih besar atau lebih kecil
daripada harga tersebut harus dikoreksi, sesuai pada buku TAHANAN DAN
PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 119harus dikoreksi, sesuai pada
buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 119
B/T =
10^3CR=10^3CR(B/T=2.5) + 0.16 ( B/T - 2.5 )
10^3CR=10^31,3 X 10-3(B/T=2.5) + 0.16 ( …………- 2.5 )
Cr = …………………………
Adanya penyimpangan LCB
LCB dari Tugas Rencana Garis adalah
LCB = e% x Ldisp e% = 2,03 %
9
= 2,03% x .............. Ldisp = ..................
= .............................
Penentuan LCB standart dalam % dengan acuan grafik LCB Standart, buku TAHANAN
DAN PROPULSIKAPAL SV. AA HARVALD hal. 130, gambar 5.5.15
Standar = 1,25%
Karena letak LCB di muka LCB standart maka perlu dikoreksi sehingga
Cr = …………..
displacement Ca
1 10000 0,0004
2 100000 0
10
untuk dapat menentukan besarnya Ca, maka perlu adanya interpolasi sabagai berikut :
( A2 A1 ) x( B3 B1 )
( B1 x
( A3 A1 )
Ca = .......................................
Tahanan Udara
Karena data mengenai angin dalam perancangan kapal tidak diketahui maka disarankan
untuk mengoreksi koefisien tahanan udara (TAHANAN DAN PROPULSI KAPALSV. AA
HARVALD5.5.26 hal 132)
Caa = 0,00007
Tahanan Kemudi
Berdasarkan TAHANAN DAN PROPULSI KAPALSV. AA HARVALD5.5.27 hal. 132
koreksi untuk tahanan kemudi mungkin sekitar :
Cas = 0,00004
11
Penambahan sebesar 15% ialah bergantung dari daerah pelayaran kapal
Rn = v . Lwl / υ
υ = Kinematic viscosity
= .............. m/s2
Fn = v / (g . Lwl) 1/2
12
Selanjutnya, dari data perhitungan tersebut dapat ditentukan besarnya koefisien gesek
(CF), yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
CF = 0,075/(log Rn - 2)2
Selanjutnya dapat ditentukan besarnya L/LR yaitu dengan cara memasukkan nilai-nilai
yang kita peroleh pada perhitungan sebelumnya kedalam rumus berikut:
L/LR = (4.CP – 1)/(1 – CP + 0,06.CP.LCB)
Dengan memasukkan data tersebut akan diperoleh besarnya notasi dari (1 + k1), yaitu
sebesar:
Setelah itu, kita menentukan besarnya kostanta c yang menunjukkan fungsi dari bentuk
buritan atau stern kapal.
c = 1 + 0,011. Cstern
cstern = -25, untuk pram dengan gondola
cstern = -10, untuk potongan bentuk V
cstern = 0, untuk bentuk potongan normal
cstern = +10, untuk potongan bentuk U dengan stern Hogner
Untuk nilai dari (1 + k2), sesuai dengan data yang ada dalam tabel merupakan fungsi
dari tipe tonjolan atau tambahan pada badan kapal, adalah sebagai berikut:
13
Perhitungan Koefisien Tahanan Udara (CA)
Tahapan berikutnya adalah menentukan nilai dari Koefisien Tahanan Udara yang
dilambangkan dengan notasi CA , yang dapat dicari dengan persamaan dibawah ini:
Dimana :
Untuk kecepatan rendah [ Fn ≤ 0.4 ]
Dengan :
C4 = B/L untuk 0.11 ≤ B/L ≤ 0.25
d = 0.9
iE = Half angle of entrance at the load waterline
Ta = moulded draft at AP [ m ]
14
Tf = moulded draft at FP [ m ]
Ta & Tf = T [m]
Dengan :
γB = Effective bulb radius
= 0.56A BT0.5
i = Effective submergence of the bulb
= Tf – hB -0.4464γ
Tf = Moulded draft at FP = T
hB = Height of the centroid of the area ABT above base line
= 85% D/2
Dengan :
AT = Immersed area of the transom at zero speed = 0
Dengan :
Dengan :
15
W = 1,025 . ∇ . g
Dimana:
W = Gaya keatas atau Bouyancy
∇ = Volume dari kapal
g = Grafitasi (9,81 m/s2)
16
RANGKUMAN
- Sudah diketahui ukuran utama kapal.
- Dengan mengunakan metode tertentu untuk menentukan tahanan kapal.
REFERENSI
Khetagurov., (1964). Marine Auxiliarry and Machines, Mir Publisher Moscow.
Carlton, J.S., (1994). Marine Propellers and Propulsion, Butterworth-Heinemann,
Oxford,.
Soekarsono N.A., (1995). Sistem dan Perlengkapan Kapal, Penerbit PT. Pamator
Pressindo, Jakarta.
Schneekluth, H., Bertram V., (1998). Ship Design for Efficiency and Economy, 2nd
Ed.,Butterworth-Heinemann, Oxford.
Watson, D.G.M., (1998). Practical Ship Design, Elsevier, Amsterdam.
LATIHAN SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan tahanan kapal.
2. Tahanan total kapal terdiri dari tahanan apa saja.
LEMBAR KERJA
Kerjakan cara tahanan total kapal dengan mengunakan salah satu metode yang
ada.
.............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
17
JAWABAN SOAL LATIHAN
1. Gaya fluida yang bekerja pada kapal sedemikian rupa sehingga melawan arah
gerakan kapal tersebut.
2. Tahanan total terdiri dari :
Tahanan gesek Rf : Tahanan gesek adalah komponen tahanan yang diperoleh
dengan jalan mengintegralkan tegangan tangensial ke seluruh permukaan basah
kapal menurut arah gerakan kapal.
Tahanan sisa Rr : Tahanan sisa adalah kuantitas yang merupakan hasil
pengurangan dari tahanan total kapal, suatu tahanan gesek yang merupakan hasil
perhitungan yang diperoleh dengan memakako rumus khusus. Secara umum,
bagian yang terbesar dari tahanan sisa pada kapal niaga adalah tahanan
gelombang (Wavemaking resistance).
Tahanan Viskos, Rv : Tahanan Viskos adalah komponen tahanan yang terkait
dengan energi yang dikeluarkan akibat pengaruh viskos.
Tahanan tekanan, Rp : Tahanan tekanan adalah komponen tahanan yang
diperoleh dengan jalan mengintegralkan tegangan normal keseluruh permukaan
benda menurut arah gerakan benda.
Tahanan tekanan viskos, Rpv : Tahanan tekanan viskos adalah komponen
tahanan yang diperoleh dengan jalan mengintegralkan komponen tegangan
normal akibat viskositas dan turbulensi. Kuantitas ini tidak dapat langsung
diukur, kecuali untuk benda yang terbenam seluruhnya ; dalam hal ini, sama
dengan tahanan tekanan.T
Tahanan gelombang (Wavemaking resistance), Rwp : Komponen tahanan yang
disimpulkan dari hasil pengukuran elevasi gelombang yang jauh dari kapal atau
model; dalam hal ini medan kecepatan bawah permukaan (subsurface velocity
field), yang berarti momentum fluida, dianggap dapat dikaitkan dengan
memakai yang disebut teori linear. Tahanan yang disimpulkan demikian itu
tidak termasuk tahanan pemecah gelombang (Wavebreaking resistence).
Tahanan Semprotan (Spray resistance), rs : Tahanan semprotan adalah
komponen tahanan yang terkait dengan energi yang dikeluarkan untuk
menimbulkan semprotan.
18
BAB III
PERHITUNGAN DAYA MOTOR PENGGERAK UTAMA
SUB KOMPETENSI
Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah
sebagai berikut :
- Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan daya pada motor penggerak utama
kapal .
- Mehasiswa memahami mekanisme cara kerja dari motor penggerak utama
kapal.
- Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan daya penggerak utama pada kapal
URAIAN MATERI
3.1. Umum
Untuk menggerakkan kapal dengan kecepatan yang diinginkan disebut daya
mesin. Sedangkan daya mesin tersebut ada dua jenis yaitu daya kontinyu dan daya
maksimum. Daya kontinyu untuk mencapai kecepatan servis dan daya maksimum untuk
mencapai kecepatan maksimum atau kecepatan percobaan. Penggerak utama pada kapal
dan instalasi pendukung dari penggerak utama terletak dalam ruang kamar mesin,
dengan bentuk ruangannya seperti pada gamabra dibawah ini.
Terdapat beberapa istilah horse power sebagai daya mesin yang dikenal di kapal
yaitu IHP, BHP, SHP atau DHP atau PHP dan EHP. EHP ditentukan dari tekanan di
dalam silinder atau diperhitungkan dari diagram mesin. BHP merupakan tenaga yang
dibutuhkan untuk memutar poros dan nilainya lebih kecil dari IHP karena adanya
kehilangan tenaga didalam silinder. SHP ditentukan dari torsi pada poros dan EHP
merupakan tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakkan kapal (Kurniawan, 2013).
19
EHP = Rtdinas x Vs 1 HP = 745.699 watt
20
ηg = 99% reversing reduction gears
BHP (CSR) adalah daya output dari motor penggereak pada kondisi (Continues Servis
Rating). BHPscr =SHP/ηg
Besarnya daya motor penggerak utama atau motor induk ini adalah daya
keluaran pada pelayaran normal atau SCR, dimana besarnya adalah 80% - 85% dari
daya keluaran pada kondisi maksimum atau MCR. Sedangkan daya keluaran pada
kondisi MCR adalah:
BHPmcr =BHPscr/0.85
BHP (MCR ) inilah yang selanjutnya dapat digunakan sebagai patokkan (acuan) dalam
melaksanakan proses pemilihan motor penggerak (Engine Selection Process).
Setelah harga dari tahanan kapal diperoleh, maka kita dapat menentukan secara kasar
(draft) nilai untuk besarnya daya motor penggerak utama yang diperlukan. Langkah
langkah yang harus dilakukan ialah sebagai berikut :
21
Va = ( 1- w ) x Vs
= ( 1 -………… ) x …………… m/s
= ………………….. m/s
22
SHP = DHP/ηsηb
……………………./
= …………………….
…………………………….. Hp
Adanya pengaruh effisiensi roda sistem gigi transmisi (ηG), pada tugas ini memakai
sistem roda gigi reduksi tunggal atau single reduction gears dengan loss 2% untuk arah
maju shg ηG = 0,98
`BHPscr
= SHP/ηG
…………………………/
= ………………………..
……………………………. Hp
- BHPmcr
Daya keluaran pada kondisi maksimum dari motor induk, dimana besarnya daya
BHPscr=dari BHPmcr (kondisi maksimum)
BHPmcr = BHPscr/0.85
= ………………………………../0,85 Hp
= ……………………….. Hp
…………………………… Kw
Mer k : XYZ
Cycle : .........................Strokes
Type : .........................................
23
Daya maximum : .......................HP atau ........................ Kw
Jumlah Sylinder : .........................
Bore : ............................. mm
Piston Stroke : ............................... mm
Engine Speed : ............................... Rpm
Fuel Consumtion (SFOC) : ....................... gr / Kwh
Dimension
Panjang : .........................mm
Lebar : .......................... mm
Tinggi : .......................... mm
Berat :........................... .Ton
RANGKUMAN
- Daya yang digunakan dalam menggerakkan kapal diperoleh dari daya yang
disediakan oleh motor penggerak utama kapal.
- Jenis daya pada sistem propulsi dimulai dari daya pada motor penggerak kapal
(indicated Horse Power /IHP), keluar dari motor penggerak masuk ke gear box
(Brake Horse Power/BHP), daya keluar dari gear box (Shaft Horse Power/SHP),
daya keluar dari penumpu poros (Delivery Horse Power/DHP), dan daya keluar
dari stern tube (Efective Horse Power/EHP) .
REFERENSI
Carlton, J.S., (1994). Marine Propellers and Propulsion, Butterworth-Heinemann,
Oxford,.
Soekarsono N.A., (1995). Sistem dan Perlengkapan Kapal, Penerbit PT. Pamator
Pressindo, Jakarta.
Schneekluth, H., Bertram V., (1998). Ship Design for Efficiency and Economy, 2nd
Ed.,Butterworth-Heinemann, Oxford.
Watson, D.G.M., (1998). Practical Ship Design, Elsevier, Amsterdam.
24
LATIHAN SOAL
1. Disebut daya apa daya yang keluar dari stern tube.
2. Sebutkan dan jelaskan daya yang diperoleh/dihasilkan oleh motor penggerak
kapal.
LEMBAR KERJA
Kerjakan cara menghitung daya pada sistem propulsi kapal.
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
BAB IV
PERHITUNGAN KONSTRUKSI
25
SUB KOMPETENSI
Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah
sebagai berikut :
- Mahasiswa mengetahui bentuk / konstruksi pada kapal.
- Mahasiswa mampu melakukan perhitungan dan merencanakan konstruksi pada
kapal.
URAIAN MATERI
4.1. Umum
Sebagai Langkah awal setelah proyeksi garis air dari gambar recana garis untuk
proyeksi pada main deck baik untuk side view dan half breadth view di proyeksikan ke
gambar rencana umum, kemudian kita menghitung sekaligus juga meletakkan sekat
kedap pada gambar rencana umum. Sebagai contoh penentuan sekat pada modul ini
ialah dengan menggunakan standar klasifikasi yang ditentukan oleh PT Biro Klasifikasi
Indonesia ( PT BKI). Kita juga dapat menggunakan standar dari biro klasifikasi lainnya.
Sistem kerangka/konstruksi kapal (framing system) dibedakan dalam dua jenis
utama; yaitu sistem kerangka melintang (transverse framing system) dan sistem
membujur atau memanjang (longitudinal framing system). Dari kedua sistem utama ini
maka dikenal pula sistem kombinasi (combination/mixed framing system). Suatu kapal
dapat seluruhnya dibuat dengan sistem melintang, atau hanya bagian-bagian tertentu
saja (misalnya kamar mesin dan/atau cerukceruk) yang dibuat dengan sistem melintang
sedangkan bagian utamanya dengan sistem membujur atau kombinasi; atau seluruhnya
dibuat dengan sistem membujur. Pemilihan jenis sistem untuk suatu kapal sangat
ditentukan oleh ukuran kapal (dalam hal ini panjangnya sehubungan dengan kebutuhan
akan kekuatan memanjang), jenis/fungsi kapal menjadikan dasar pertimbangan-
pertimbangan lainnya.
Untuk mengenali apakah suatu kapal, atau bagian dari badan kapal dibuat
dengan sistem melintang atau membujur dapat dilihat pada panel - panel pelatnya (panel
pelat adalah bidang pelat yang dibatasi oleh penumpu-penumpunya). Jika sisi-sisi
panjang panel-panel pelat berada pada posisi mukabelakang (sesuai arah hadap kapal)
maka sistem yang dipakai pada bagian yang bersangkutan adalah sistem melintang,
26
sebaliknya jika sisi-sisi pendek berada pada posisi muka-belakang maka sistem yang
dipakai adalah sistem membujur. Sistem kombinasi diartikan bahwa alas dan geladak
dibuat dengan sistem membujur sedangkan sisisisi kapal dibuat dengan sistem
melintang.
4.2. Sistem Konstruksi Melintang
Dalam sistem ini gading-gading (frame) dipasang vertikal (mengikuti bentuk
body plan) dengan jarak antara (spacing), ke arah memanjang kapal, satu sama lain
yang rapat (sekitar antara 500 mm – 1000 mm, tergangung panjang kapal). Pada
geladak, baik geladak kekuatan maupun geladak-geladak lainnya, dipasang balok-balok
geladak (deck beam) dengan jarak antara yang sama seperti jarak antara gading-gading.
Ujung masing-masing balok geladak ditumpu oleh gading-gading yang terletak pada
vertikal yang sama. Pada alas dipasang wrang-wrang dengan jarak yang sama pula
dengan jarak antara gading-gading sedemikian rupa sehingga masing-masing wrang,
gading-gading dan balok geladak membentuk sebuah rangkaian yang saling
berhubungan dan terletak pada satu bidang vertikal sesuai penampang melintang kapal
pada tempat yang bersangkutan. Jadi, sepanjang kapal berdiri rangkaian-rangkaian
(frame ring) ini dengan jarak antara yang rapat sebagaimana disebutkan di atas.
Rangkaian ini hanya ditiadakan apabila pada tempat yang sama telah dipasang sekat
melintang atau rangkaian lain, yaitu gading-gading besar. Gading-gading besar (web
frame) adalah gading-gading yang mempunyai bilah (web) yang sangat besar
(dibandingkan bilah gadinggading utama). Gading-gading besar ini dihubungkan pula
ujung-ujungnya dengan balok geladak yang mempunyai bilah yang juga besar (web
beam). Gading-gading besar ini umumnya hanya ditempatkan pada ruanganruangan
tertentu (misalnya kamar mesin), tetapi dapat juga di dalam ruang muat bila memang
diperlukan sebagai tambahan penguatan melintang. Tergantung kebutuhan, gading-
gading besar demikian ini umumnya dipasang dengan jarak antara sekitar 3 – 5 m.
Sekat-sekat melintang, gading-gading (biasa maupun besar), balokbalok geladak (besar
maupun biasa) merupakan unsur-unsur penguatan melintang badan kapal. Elemen-
elemen yang dipasang membujur dalam sistem melintang ini hanyalah:
a. Pada alas : penumpu tengah (center girder) dan penumpu samping (side girder).
27
Penumpu tengah adalah pelat yang dipasang vertikal memanjang kapal tepat
pada bidang paruh (center line). Dalam alas ganda tinggi penumpu tengahini
merupakan tinggi alas ganda. Dalam alas tunggal penumpu alas ini dinamakan
juga “keeleon” (luas dalam). Penumpu alas ini memotong wrang-wrang tepat
pada bidang paruh.
Penumpu samping (side girder, atau side keelson) juga merupakan pelat vertikal
yang dipasang membujur pada alas. Penumpu samping ini dipasang di sebelah
penumpu tengah. Suatu kapal dapat memiliki satu atau lebih penumpu samping,
tergantung lebarnya, pada setiap sisi; dapat juga tidak memiliki penumpu
samping. Jarak penumpu samping terhadap penumpu tengah, jarak satu sama
lain dan jaraknya terhadap sisi kapal dibatasi maksimum sekitar 1,8 m – 3,5 m.
b. Pada sisi : santa sisi (side stringer). Santa sisi pada umumnya hanya dipasang pada
tempat-tempat tertentu (terutama di dalam ceruk dan kamar mesin), dapat juga di
dalam ruang muat, tergantung kebutuhan setempat. Jarak antara (spacing) senta-
senta sisi demikian ini tergantung kebutuhan, tetapi di dalam kamar mesin dan
ceruk-ceruk dibatasi minimum 2,6 m (Biro Klasifikasi Indonesia).
c. Pada geladak : penumpu geladak (deck girder atau carling).
Untuk kapal barang dengan satu buah lubang palkah pada tiap ruang muat pada
geladak yang bersangkutan, dapat dipasang 1-3 buah penumpu geladak,
tergantung lebarnya. Penumpu geladak di pasang tepat pada bidang paruh
dan/atau menerus dengan penumpu bujur lubang palkah (hatchside girder), yaitu
penumpu-penumpu yang tepat berada di bawah ambang palkah yang membujur.
Dengan demikian terlihat bahwa dalam sistem melintang, elemen-elemen
konstruksi/kerangka yang dipasang membujur jauh lebih sedikit jumlahnya daripada
elemen-elemen kerangka yang merupakan bagian dari penguatan melintang.
28
Padea setiap jarak tertentu (sekitar 3-5 m) dipasang gading-gading besar, sebagaimana
gading-gading besar pada sistem melintang, yang disebut pelintang sisi (side
transverse). Pada alas, dan alas dalam, juga dipasang pembujur-pembujur seperti
pembujur-pembujur sisi tersebut di atas dengan jarak antara yang sama pula seperti
jarak antara pembujur-pembujur sisi. Pembujur-pembujur ini dinamakan pembujur-
pembujur alas (bottom longitudinal) dan, pada alas dalam, pembujur alas dalam (inner
bottom longitudinal). Pada alas juga dipasang wrang-wrang, dan dihubungkan pada
pelintang-pelintang sisi. Tetapi umumnya tidak pada tiap pelintang sisi; yaitu setiap dua,
atau lebih, pelintang sisi. Wrang-wrang pda sistem membujur juga dinamakan pelintang
alas (bottom transverse). Penumpu tengah dan penumpu samping sama halnya seperti
pada sistem melintang.
Pada geladak juga dipasang pembujur-pembujur seperti halnya pembujur-
pembujur yang lain tersebut di atas. Pembujur-pembujur ini dinamakan pembujur
geladak (deck longitudinal). Balok-balok geladak dengan bilah yang besar dipasang
pada setiap pelintang sisi; dan disebut pelintang geladak (deck transverse). Konstruksi
lainnya (penumpu geladak, sekat, dsb) sama seperti halnya pada sistem melintang.
Dengan demikian terlihat bahwa dalam sistem membujur elemenelemen kerangka yang
dipasang membujur jauh lebih banyak jumlahnya daripada yang merupakan penguatan
melintang.
29
4.5. Perencanaan Sekat dan Jarak Gading
a. Jarak Gading (ao)
Jarak gading atau Frame Spacingmerupakan jarak antara 2 gading yang terletak
antara Sekat Ceruk Buritan (After Peak Bulkhead) dengan Sekat Tubrukan (Collision
Bulkhead).Jarak tersebut dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
L
0,48
a0 = 500 ( m ).......(BKI vol II 1989 sec 9. A 1.1)
..............
0,48
= 500 = ................. meter .....( Maksimum )
Harga a0 diambil sebesar ............ meter. (Dipilih jarak yang lebih kecil atau sama
dengan jarak maksimum yang telah ditentukan oleh kelas berdasar hasil perhitungan).
Jarak Gading di Depan Sekat Tubrukan Dan di Belakang Sekat Ceruk Buritan
Menurut BKI vol II section 9 A.1.1.2, jarak antara 2 gading yang terdapat di
belakang Sekat Ceruk Buritan dan di depan Sekat Tubrukan tidak boleh melebihi 600
mm.
30
1 buah : Sekat depan Kamar Mesin
1 buah : Sekat kamar pompa
5 buah : Sekat antar ruang muat
Sekat Tubrukan
Menurut peraturan BKI yang tercantum pada buku peraturan konstruksi lambung, untuk
semua kapal barang dengan L≤ 200 m, sekat tubrukan diletakkan tidak kurang dari 0,05
L dari FP dan tidak boleh lebih dari 0.08 L dari FP.
0,07 L = 0,07 x (.........................)
= .........................m ≈ .................. m
Diantara kedua angka tersebut diambil ....................jarak gading dengan
panjang ................mm yaitu terletak pada frame nomor ....................
31
Terutama pada kapal tanker, ruang pompa masuk di dalam daerah ruang muat
yang terletak di depan kamar mesin. Ruang ini berfungsi sebagai pemisah atau
pengisolasi kamar mesin dengan tangki ruang muat, selain itu ruangan ini juga
digunakan sebagai tempat peletakan pompa untuk keperluan bongkar muat kapal.
Ruang pompa memiliki konstruksi sekat dan geladak yang kedap gas atau, gas-
tight deck and bulkhead, dan tidak berhubungan dengan langsung dengan kamar mesin.
Ruang pompa disyaratkan memiliki sistem bilga tersendiri yang berhubungan dengan
daerah ruang muatan. Kecuali jika kapal mengangkut muatan dengan titik nyala atau
flash point dibawah 60°° C, sistem pompa dapat dihubungkan dengan sistem bilga dari
kamar mesin.
32
= 350 + 45(............)
=............... mm
Untuk kapal tanker, tinggi double bottom minimum adalah B / 15, tapi tidak boleh
kurang dari 1000 mm dan tak boleh melebihi 3000 mm.
Untuk kapal ini tinggi double bottom diambil 1200 mm.
33
tahan menerima tegangan-tegangan tekan yang bekerja dalam arah menurut sisi
panjangnya (memotong sisi pendeknya) daripada menerima tegangantegangan tekan
yang bekerja menurutarah sisi pendeknya (memotong sisi panjangnya). Pada panel pelat
yang menerima beban kompresif yang bekerja menurut arah sisi pendeknya tekukan
akan terjadi pada beban yang hanya sebesar 25% beban yang dapat menimbulkan
tekukan pada panel pelat tersebut bila beban tersebut bekerja menurut arah sisi
panjangnya. Bila hal ini dipandang menurut tumpuannya maka berarti bahwa
panel pelat yang mendapatkan tumpuan yang membujur mempunyai kekuatan tekuk
yang lebih besar daripada panel pelat yang mempunyai tumpuan yang melintang, atau
dengan kata lain tumpuan membujur memberikan kekuatan tekuk yang lebih besar
daripada tumpuan melintang.
Dalam sistem membujur panel-panel pelat berada pada kekuatan dimana sisi-sisi
pendeknya berada di muka dan di belakang (sesuai arah hadap kapal), sedangkan pada
sistem melintang sisi-sisi panjangnyalah yang berada pada posisi muka-belakang. Ini
berarti, untuk kapal yang sama, bahwa untuk mendapatkan kekuatan/kekuatan tekuk
yang sama seperti yang diperoleh dari sistem membujur maka sistem melintang akan
memerlukan pelat yang lebih tebal, atau jarak gading-gading yang lebih rapat.
Dengan kata lain, dengan mendapatkan tambahan bukuus penampang dan
kekakuan pelat dari pembujur-pembujur maka untuk mendapatkan bukuus penampang
dan kekuatan tekuk yang dibutuhkan untuk menahan beban-beban lengkung
longitudinal badan kapal yang dibuat dengan sistem kerangka membujur akan lebih
ringan daripada bila badan kapal tersebut dibuat dengan sistem melintang, karena untuk
menyamai bukuus penampang dan kekuatan tekuk pelat yang diberikan oleh sistem
membujur maka sistem melintang memerlukan penguatanpenguatan yang lebih banyak
dan/atau pelat-pelat yang lebih tebal.
Sekalipun keuntungan yang diberikan oleh sistem membujur sudah jelas, yaitu
konstruksi yang lebih ringan untuk memenuhi kekuatan memanjang yang dibutuhkan,
tetapi jenis sistem membujur ini tidak /bukan merupakan suatu standar bahwa setiap
kapal harus dibuat dengan sistem ini. Untuk kapal-kapal kecil, seperti misalnya kapal-
kapal pelayaran pantai (coaster), kapal-kapal tunda (tug boat), kapal penangkap ikan
(trawler), dsb., keuntungan yang diberikan oleh sistem membujur dipandang tidak
34
terlalu berarti dan kurang praktis (lebih rumit atau berhubungan dengan fasilitas
galangan yang ada, misalnya peralatan otomatis yang diperlukan untuk pengerjaan
pelat-pelat tipis, dsb.). Hal ini disebabkan karena bebanbeban longitudinal pada kapal-
kapal kecil relatif ringan. Di lain pihak pelatpelat kulit (alas, sisi maupun geladak) untuk
kapal-kapal kecil demikian itu yang diperhitungkan untuk kekuatan melintang
pada umumnya sudah memenuhi kebutuhan kekuatan memanjang, bahkan boleh
dikatakan jauh melebihi yang dibutuhkan karena penambahan-penambahan tebal untuk
pertimbangan-pertimbangan korosi, keausan, dsb. Di bagian-bagian tertentu pada badan
kapal. Disamping itu pengerjaan sistem kerangka melintang dalam banyak hal relatif
lebih sederhana daripada sistem membujur.
Di samping itu, tidak hanya pada kapal-kapal kecil saja, pada kapalkapal
besar dalam beberapa hal sistem membujur juga menimbulkan problema-problema
tertentu. Pada kapal-kapal barang dan kapal-kapal muatan dingin (refrigerated cargo)
pelintang-pelintang sisi dan geladak merupakan kerugian utama dalam pemakaian
sistem ini. Pelintangpelintang tersebut menjadikan ruang muat kurang efisien dan
mengganggu/menghambat penempatan muatan, bahkan dapat merusakkan muatan di
dalam ruang muat tersebut. Pada kapal-kapal penumpang sistem ini menyulitkan
pekerjaan/penataan interior di dalam ruang-ruang/kabin-akbin penumpang maupun
ruang-ruang lainnya. Di samping itu, pada kapal-kapal penumpang, pembujur-pembujur
juga menimbulkan problema; yaitu menyulitkan pengaturan sistem saluran dan
pemipaan (AC, kabel-kabel listrik, pipa-pipa air, dsb). Saluran induk sistemsistem
tersebut merupakan saluran yang memanjang kapal, sedangkan saluran-saluran
cabangnya, yaitu yang menuju ruangan-ruangan, merupakan saluran-saluran yang
melintang kapal. Dengan demikian saluran-saluran cabang ini harus melintasi /
memotong / menembus pembujur-pembujur. Oleh karena itu pada kapal-kapal barang,
atau lainnya, yang memang harus menggunakan sistem pembujur untuk memenuhi
kekuatan memanjangnya dengan konstruksi / material yang efisien, pada umumnya
digunakan sistem kombinasi; yaitu alas dan geladak atasnya dibuat dengan sistem
membujur, sedangkan sisi-sisi dan geladak-geladak lainnya dengan sistem melintang.
Kapal-kapal tangki (tanker)pada umumnya dibuat dengan sistem membujur
sepenuhnya, kecuali kapalkapal tangki kecil atau untuk daerah pelayaran terbatas,
35
karena tidak dihadapkan pada problema sebagaimana pada kapal-kapal barang. Dan,
dapat dikatakan bahwa penggunaan sistem membujur yang paling awal adalah pada
kapal-kapal tangki.
RANGKUMAN
Sistem kerangka/konstruksi kapal (framing system)
- sistem kerangka melintang (transverse framing system)
- sistem membujur atau memanjang (longitudinal framing system).
- sistem kombinasi (combination/mixed framing system)
Dasar Pertimbangan Umum Dalam Pemilihan Sistem Konstruksi Kapal
- sistem membujur panel-panel pelat berada pada kekuatan dimana sisi-sisi
pendeknya berada di muka dan di belakang (sesuai arah hadap kapal).
- sistem melintang sisi-sisi panjangnyalah yang berada pada posisi muka-
belakang. Ini berarti, untuk kapal yang sama.
REFERENSI
Carlton, J.S., (1994). Marine Propellers and Propulsion, Butterworth-Heinemann,
Oxford,.
Soekarsono N.A., (1995). Sistem dan Perlengkapan Kapal, Penerbit PT. Pamator
Pressindo, Jakarta.
Schneekluth, H., Bertram V., (1998). Ship Design for Efficiency and Economy, 2nd
Ed.,Butterworth-Heinemann, Oxford.
Watson, D.G.M., (1998). Practical Ship Design, Elsevier, Amsterdam.
LATIHAN SOAL
3. Sebutkan jenis sistem layanan pada main engine dan auxiliary engine.
4. Sebutkan dan jelaskan sistem layanan umum yang ada pada kapal.
36
LEMBAR KERJA
Kerjakan cara menghitung kapasitas pompa pada setiap sistem baik pada sistem layanan
motor induk dan mesin bantu maupun pada layanan umum pada kapal.
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
....
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
....
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
....
BAB V
PENENTUAN JUMLAH ANAK BUAH KAPAL (ABK)
37
5.1. Penentuan Jumlah Abk dan Tugasnya
Jumlah ABK merupakan fungsi terkait dari pelayanan terhadap system –
system yang berada di dalam kapal. Penentuan jumlah ditentukan oleh pemilik
kapal dan badan – badan terkait dengan pembuatan kapal. Tingkat otomatisasi
sebuah kapal juga akan sangat berpengaruh pada jumlah ABKnya.
Penentuan Jumlah Crew kapal dapat menggunakan rumus pendekatan sebagai berikut :
a. Penentuan Jumlah Crew
Dengan rumus pendekatan (Santosa, I.G.M., Diktat Perencanaan Kapal) sebagai
berikut:
Zc = Cst x [Cdk(L.B.H x 35/105)1/16 + Ceng(BHP/105)1/5 + Cadet]
Dimana:
Zc = jumlah crew
Cst = Coefficient for steward department (1,2 – 1,33), diambil Cst = 1,2
Cdk = Coefficient for deck department (11,5 – 14,5), diambil Cdk = 11,5
Ceng = Coefficient for engine department (8,5 – 11), diambil Ceng = 8,5
Cadet = 1
Maka:
Zc = Cst x [Cdk(L.B.H x 35/105)1/16 + Ceng(BHP/105)1/5 + Cadet]
38
3. Boatswain (Kepala Kelasi) :........ orang
3. Engine Departement
Perwira :
1. Chief Engineer ( Kepala Kamar Mesin ) : 1 orang
2. Second Engineer : 1 orang
3. Electrican : 1 orang
Bintara :
1. Fireman : 1 orang
2. Oiler : … orang
3. Pumpman : 1 orang
4. Service Crew
Perwira :
1. Chief Cook : 1 orang
Bintara :
1. Assist. Cook : 1 orang
2. Steward : 1 orang
3. Boys : ……. orang +
5. Deck Departement
Departement deck menguasai masalah yang berkaitan dengan geladak seperti
pembersihan dan perawatan geladak, penanganan dan pengoperasian peralatan
keselamatan,administrasi pelabuhan, komunikasi dan navigasi, labuh dan sandar,
bongkar – muat dan penanganan muatan dikapal.
Master
Merupakan kedudukan tertinggi dikapal.menjadi pemberi komando, mengambil
keputusan dan penangung jawab secara umum.
Deck Officer ( 1st , 2nd , 3rd ).
Merupakan kedudukan dibawah master.Pada kondisi master tidak aktif ( istirahat, sakit
dan sebagainya ), menjadi pemegang komando dengan pertanggungjawaban kepada
39
master. Juga melakukan fungsi mengatur anak buah kapal di departementnya serta
melakukan pekerjaan administrasi di kapal.
Quartermaster.
Juru mudi bertugas untuk mengendalikan jentara untuk mendapatkan arah kapal yang
ditentukan.
Seaman.
Anak buah kapal yang bertugas menangani pengoperasian dan perawatan mesin
geladak, penggoperasian peralatan bongkar muat, penanganan muatan di kapal dan
pengoperasian serta perawatan peralatan keselamatan.
Radio Operator.
Bukan termasuk perwira,tetapi juga tidak dapat digolongkan sebagai anak buah biasa
dikarenakan tugas dan fungsinya yang khusus. Sehingga sering kali digolongkan ke
dalam staf.fungsinya adalah untuk melakukan komunikasi baik dengan daratan ataupun
dengan kapal lain. Tidak memiliki tugas jaga, tetapi harus selalu sedia (standby).Karena
itu kamar tidur untuk markonis harus diletakkan dekat dengan tempat kerjanya dengan
akses yang harus baik.
6. Engineering Departement
Chief Engineer.
Dalam kapal memiliki kedudukan yang hampIr setara dengan nahkoda atau master.
Bertanggungjawab penuh atas kamar mesin dan operasionalnya besrta segala isinya.
Engineer
Mempunyai kedudukan diatas mekanik. Bertanggungjawab terhadap operasional
kamar mesin.
Technician.
Bertugas menangani workshop dan pengoperasian peralatan – peralatan
didalamnya.Sebagai tugas sekundernya adalah memberikan bantuan pada mekanik
untuk pekerjaan – pekerjaan tertentu.
Mechanic.
40
Bertugas menangani pengoperasian, pemantauan, perawatan dan perbaiakan
permesinan dikamar mesin dan system penunjangnya.Waktu tugas normalnya adalah 8
jam.
7. Service Departement
Chief Cook.
Mengepalai departemen pelayanan bagian hidangan / memasak makanan untuk seluruh
anak buah kapal, bertanggungjawab kepada nahkoda ( master ).
Assistent Cook.
Bertugas membantu Chief cook memasak makanan untuk seluruh anak buah kapal dan
menyajikannya ke pantry.
Utility Man / Boys.
Melakukan tugas – tugas kerumahtanggaan seperti membersihkan kabin anak buah
kapal, laundry dan setrika.
41
1. Sleeping room
Kapal dengan BRT antara 800 – 7.000 ton, luas lantai ruang tidur
minimal adalah 2,35 m2/orang.
Tinggi ruangan dalam keadaan bebas minimum 190 cm. Menurut British
Regulation untuk kapal lebih besar atau sama dengan 1.600 BRT adalah 7
feet 6 inces atau 228,6 cm 2,3 m. Tinggi ruangan direncanakan 2,4 m.
Jumlah pemakaian sleeping room:
- Master, chief officer, chief engineer dan radio officer masing-masing 1
kamar tidur untuk 1 orang.
- Untuk perwira lain 1 orang 1 kamar tidur atau kalau tidak cukup
maksimal 2 orang 1 kamar tidur.
- Untuk kelasi 1 ruang tidur untuk 2 orang atau kalau tidak memungkinkan
dapat dipakai maksimal untuk 3 orang.
Untuk tempat tidur minimum 190 cm x 68 cm, direncanakan 200 cm x
80 cm.
Susunan tempat tidur maksimum 2 tingkat, dimana tempat tidur bawah
jaraknya terhadap lantai minimal 30 cm, dan tempat tidur atas terletak di
tengah-tengah antara tempat tidur bawah dengan langit-langit.
2. Mess room
Setiap kapal harus tersedia mess room yang cukup.
Untuk kapal yang lebih besar dari 1.000 BRT harus tersedia mess room
terpisah untuk perwira, bintara dan kelasi.
Mess room harus dilengkapi dengan meja kursi dan perlengkapan lain
yang dapat menampung seluruh jumlah pemakai dalam waktu yang
bersamaan.
3. Sanitary accomodation
Setiap kapal harus dilengkapi dengan sanitary accomodation minimal 1
toilet, 1 wash basin, 1 bath tub/shower untuk 8 orang ABK.
Jumlah minimum kamar kecil (WC) di atas kapal 4 buah untuk kapal
dengan BRT 800 – 3.000 ton.
42
Untuk kapal dengan tempat radio officer terpisah maka fasilitas sanitary
harus tersedia di sana.
Toilet dan shower untuk deck engine dan steward department harus
disediakan secara terpisah.
Fasilitas sanitair umum.
- 1 tub atau bath maksimal untuk 8 orang.
- 1 WC maksimal untuk 8 orang.
- 1 wash basin maksimal untuk 8 orang.
4. Hospital accomodation
Untuk kapal yang ABK-nya lebih dari 15 orang atau kapal berlayar lebih
dari 3 hari harus dilengkapi dengan satu ruang hospital accomodation
dengan perlengkapan khusus.
Dilengkapi dengan toilet, wash basin dan bath tub/shower sendiri.
Harus tersedia minimal 1 tempat tidur, maksimal 6 buah.
5. Provision store
Dry provision store room.
Gudang tempat penyimpanan makanan kering dan harus diletakkan dekat
dengan galley dan pantry. Ruang dry provision store ini luasnya 7,5 m2,
dengan tinggi ruangan 2,4 m, cukup untuk menyimpan persediaan
makanan 1 ton.
Cold provision store room.
Untuk menyimpan bahan makanan yang memerlukan pendinginan agar
tetap segar dan baik selama pelayaran. Terdiri dari meat room dengan
temperatur maksimal 18 F dan vegetable room dengan temperatur
maksimal 35 F.
6. Galley
Diletakkan dekat dengan mess room.
Tidak ada opening/hubungan langsung antara galley dan sleeping room.
Harus terhindar dari asap, debu dan tempat penimbunan bahan bakar.
43
Luas galley diperkirakan sebesar 0,5 m2/ABK, jadi luas galley
diperkirakan 14 m2.
44
Instalasi darurat ini akan tetap bekerja dalam berbagai kondisi darurat
kapal.
Terdapat sebuah battery accumulator yang mampu menampung beban
darurat tanpa pengisian kembali atau penurunan tegangan yang berlebih.
5. Pintu dan jendela
Ukuran pintu
- Ukuran tinggi ambang pintu di atas deck 600 mm (di luar).
- Lebar pintu 600 mm dan tinggi 1800 mm.
Ukuran jendela
- Untuk bridge deck dan navigation deck berbentuk segi empat, sedangkan
poop deck dan main deck berbentuk lingkaran.
- Semua jendela untuk wheel house bagian depan harus membentuk sudut
keluar sebesar 15.
- Jarak antara jendela tidak boleh lebih dari 100 mm dan bagian sisi bawah
jendela 1,2 m – 2 m di atas deck.
6. Perencanaan flying bridge
Aturan BKI volume II tahun 1996, Bab 24 menyebutkan bahwa jalan atau
gang yang menghubungkan bangunan atas di haluan (akil) dan buritan
(kimbul) diletakkan setinggi poopdeck. Pada kapal yang tidak memiliki
anjungan (bangunan atas di tengah), perencanaan flying bridge hendaknya
menyangkut faktor keamanan crew kapal supaya dapat menjangkau seluruh
bagian kapal saat melakukan pekerjaan di atas geladak diluar area flying
bridge.
Menurut Practical Ship Building seri B, terdapat beberapa persyaratan
perencanaan gang sebagai berikut, dimana ukuran ini dibuat untuk mencegah
selip karena jalanan yang licin, mengingat letak flying bridge di tempat
terbuka.:
a. lebar minimum 56 cm, direncanakan lebar flying bridge 80 cm.
b. tinggi minimum 85 cm, direncanakan tinggi flying bridge 1 m.
Sebagai contoh penempatan ruangan tersebut untuk suatu kapal ialah sebagai berikut :
45
1. Ruang Tidur (Sleeping Room)
Ruang tidur harus diletakkan diatas garis air muat di tengah / dibelakang kapal.
46
- Tempat tidur ( single bed dan double bed ), lemari pakaian, meja tulis dengan
kursi putar
d. Ruang tidur spare:
- Tempat tidur ( single bed ), lemari pakaian, meja tulis dengan kursi putar.
Ukuran perabot
a. Tempat tidur
Ukuran tempat tidur minimal 190 x 68 cm
Direncanakan ukuran tempat tidur :
- Perwira : 200 x 95 cm
- Tingkatan lain : 200 x 80 cm
Syarat untuk tempat tidur bersusun :
- Tempat tidur yang bawah berjarak 40 cm dari lantai.
- Jarak antara tempat tidur bawah dan atas 60 cm.
- Jarak antara tempat tidur atas dan langit-langit 60 cm.
- Jarak antar deck diambil 240 cm.
b. Lemari pakaian
Direncanakan ukuran lemari pakaian : 60 x 40 x 60 cm.
c. Meja tulis
Direncanakan ukuran meja tulis : 80 x 50 x 80 cm.
47
3. Sanitary Accomodation
Jumlah wc minimum untuk kapal lebih dari 3000 BRT adalah 6 buah.
Untuk kapal dengan radio operator terpisah maka harus tersedia fasilitas sanitary
di tempat itu.
Toilet dan shower untuk deck department, catering departement harus disediakan
terpisah.
Fasilitas sanitary umum minimum:
- 1 Bath tub atau shower untuk 8 orang atau kurang.
- 1 wc untuk 8 orang atau kurang.
- 1 washbasin untuk 6 orang atau kurang.
Dari semua persyaratan diatas maka direncanakan :
a. Di Main Deck :
- 3 shower
- 3 Wc .
- 3 Washbasin.
b. Di Poop Deck :
- 2 Kamar mandi
- 2 Washbasin di ruang makan Perwira.
c. Di Boat Deck :
- 1 Kamar mandi di ruang Kapten (shower, washbasin dan wc).
- 1 Washbasin di office room.
d. Di Wheel House
- 1 Lavatory (washbasin dan wc).
48
5. Dry Provision and Cold Store Room
A. Dry Provision
Dry provision berfungsi untuk menyimpan bahan bentuk curah yang tidak
memerlukan pendinginan dan harus dekat dengan galley dan pantry.
B. Cold store
Untuk bahan yang memerlukan pendinginan agar bahan-bahan tersebut tetap
segar dan baik selama pelayaran.
Temperatur ruang pendingin dijaga terus dengan ketentuan :
- Untuk menyimpan daging suhu maximum adalah -18 C.
- Untuk menyimpan ikan suhu maximum adalah -18 C.
- Untuk menyimpan sayuran suhu maximum adalah 4 C.
Luas provision store yang dibutuhkan untuk satu orang ABK adalah (0,8 s/d 1) m2
Untuk 18 orang ABK dibutuhkan luas ruangan antara 15 m2 - 18 m2.
Perinciannya sebagai berikut :
- 1/2 s/d 2/3 luas digunakan untuk cold store
- Sisanya digunakan untuk dry store.
Direncanakan Dry Store dan Cold Store :
- Letak di Main Deck dekat dapur.
- Luas 19 m2
- 1/3 ruangan untuk dry store, 2/3 untuk cold store
- Cold store terdiri dari ruang penyimpan daging dan ikan(-18C) dan ruang
penyimpansayur (+4C).
6. Dapur (Galley)
Letaknya berdekatan dengan ruang makan, cold dan dry store.
Luas lantai 0.5 m2 /ABK
Harus dilengkapi dengan exhause fan dan ventilasi untuk menghisap debu
dan asap
Harus terhindar dari asap dan debu serta tidak ada opening antara galley
dengan sleeping room.
49
Direncanakan dapur :
- Letak di Main Deck, disamping dry and cold store, disamping ruang makan
bintara.
- Luas 28 m2
- Dilengkapi sarana lift ke pantry di Poop deck yang tepat diatas dapur.
Terletak pada deck yang paling tinggi sehingga pandangan ke depan dan ke
samping tidak terhalang (visibility 3600)
Flying wheel house lebarnya dilebihkan 0,5 meter dari lebar kapal. Untuk
mempermudah waktu berlabuh.
Jenis pintu samping dari wheel house merupakan pintu geser.
50
8. Battery Room
Terletak di tempat yang jauh dari pusat kegiatan karena suara bising akan
mengganggu.
Harus mampu mensupply kebutuhan listrik minimal 3 jam pada saat darurat.
Instalasi ini masih bekerja jika kapal miring sampai 22,50 atau kapal mengalami
trim 100 .
Lebar
Lebar mesin……………. mm diambil lebar ………………. m.
51
= 0,6 ( 7425,622) = 4455,37 ton
BRT =LxBxT
3,5
= ............................... BRT
52
4. Lampu Sisi (Side Light)
Jumlah : Starboard Side : 1 buah.
Port Side : 1 buah
Warna : Starboard Side : Hijau
Port Side : Merah
Visibilitas : 2 mil ( minimal )
Sudut Sinar : 112,50 horizontal
Letak : Navigation deck (pada Fly Wheel House)
5. Morse Light
Warna : putih.
Sudut Sinar : 3600 horisontal
Letak di Top Deck, satu tiang dengan mast head light, antena UHF dan radar.
6. Tanda Suara
Tanda suara ini dilakukan pada saat kapal melakukan manuver di pelabuhan dan
dalam keadaan berkabut atau visibilitas terbatas. Setiap kapal dengan panjang lebih
dari 12 m harus dilengkapi dengan bel dan peluit.
53
utama dari radio direction finder adalah untuk menentukan posisi kapal sedangkan
radar berfungsi untuk menghindari tubrukan
B. Pintu Dalam
Tinggi : 1800 mm
Lebar : 750 mm
Tinggi ambang : 200 mm
54
- Semua jendela bagian depan boleh membentuk sudut 150.
- Bagian sisi bawah jendela harus 1,2 meter diatas deck
- Jarak antara jendela tidak boleh kurang dari 100 mm
5.5.3.Ladder / Tangga
A. Accomodation ladder
Accomodation ladder diletakkan menghadap kebelakang kapal. Sedang
untuk menyimpannya diletakkan diatas main deck (diletakkan segaris dengan
railing/miring). Sudut kemiringan diambil 450 ‘
BAB. VI
PERHITUNGAN TANGKI –TANGKI & RUANG MUAT
55
Penentuan Tangki – tangki dan ruang muat ditentukan setelah jenis engine dan
jumlah awak kapal ditentukan dan dipastikan. Perubahan terhadap ke dua parameter itu
akan sangat mempengaruhi bobot dan tonase dari tangki yang akan berdampak pada
kekeliruan penentuan tonase kapal secara keseluruhan.
Beberapa parameter yang dihitung pada bagian ini ialah melakukan perhitungan
Consumable Weight berupa:
6.1. Perhitungan DWT
1. Berat Bahan Bakar Mesin Induk (Whfo)
2. Berat Bahan Bakar Mesin Bantu (Wmdo)
3. Berat minyak Pelumas (Wlo)
4.Berat Air Tawar (Wfw)
5. Berat Bahan Makanan (Wp )
6. Berat Crew dan Barang Bawaan (Wcp)
7. Berat Cadangan (Wr )
8. Berat Muatan Bersih (Wpc)
56
=..................... = 0,85 ton/m3
= 74,537 m3
Volume Bahan Bakar Mesin Induk terdapat penambahan dikarenakan
1. Double Bottom =2%
2. Exspansi karena panas =2%
=4%
Jadi Volume = ……………+ (4% x ……………)
= …………………m3
57
Tangki ini digunakan untuk mengedapkan kotoran pada bahan bakar. Biasanya
waktu pengedapan berkisar 10 – 20 jam, sehingga dalam perencanaan ini volume
satling tank direncanakan untuk .................... jam operasi.
Vstt = ( BHP x SFOC x 10-6 x H ) / r
= .......................... m3
Kapasitas service tank (Vsvt):
Dalam perencanaan kapasitas service tank atau tangki harian berdasarkan asumsi
sebagai berikut, jam kerja crew dibagi dalam 3 shiff ( pergantian tiap 4 jam ),
sehingga kapasitas tangki ini harus mampu untuk mensuplai konsumsi bahan bakar
motor induk selama 5 jam pada saat operasi beban penuh.
Vsvt = ( BHP x SFOC x 10-6 x H ) / r
= ................................ m3
58
WlO= ........................ ton
Volume tangki minyak pelumas ( VlO ):
WLO
VlO =
........................Ton
= 0.89Ton / m 3
= .................................. m3
Volume pelumas auxilary engine = 25 % x volume pelumas motor induk
= 0,25 x .................................
= ............................................ m3
59
Kebutuhan air untuk sanitasi ( mandi dan cuci ) perorang satu hari antara 60 -
200 Kg/orang/hari. Diambil sebesar ........................... Kg/orang/hari
Berat air = crew x lama pelayaran x konsumsi ........Kg
= ............................... kg
= ............................... Ton
Kebutuhan untuk Memasak
Kebutuhan air untuk keperluan memasak satu hari antara 3 - 4 Kg/orang/hari.
Diambil sebesar ...................Kg/orang/hari
Berat air = crew x lama pelayaran x konsumsi.........Kg
= ...................................... kg
= ...................................... Ton
Kebutuhan untuk Pendingin Mesin
Kebutuhan air untuk pendingin mesin antara 2 - 5 Kg/kWh. Diambil
sebesar ................ Kg/BHP
Berat air = ............................ Ton
Jadi kebutuhan total air tawar( Wfw ) =
.......................... ton
r = 1 Ton/m3
VolumeTotal air tawar Vtot = ........................ m3
5. Berat Bahan Makanan (Wp)
Wp = 5 kg/orang hari
= ............................... ton
6. Berat Crew dan Barang Bawaan
Kebutuhan :
Diasumsikan berat crew dan barang bawaannya = 200 kg/orang
Wcp = 200 x ....................................
= …………………. ton
7. Berat Cadangan (Wr)
Terdiri dari peralatan di gudang , antara lain :
- cat
- peralatan reparasi kecil yang dapat diatasi oleh ABK.
60
- peralatan lain yang diperlukan dalam pelayaran.
Maka :
Wr = (0.5 s/d 1.5 ) % x Disp
= 0.5 % x .....................................
= .............................. ton
61
Wballast
Vtb = air laut
.................Ton
3
= 1.025Ton / m
= ........................... m3
62
Total Volume Ruang Muat = 2 x (CT1 + CT2 +CT3 + CT4 + CT5) m3
Sedangkan untuk contoh perhitungan volume tangki ballast ialah sebagai berikut :
TANGKI BALLAST 5
NO JARAK ½ LEBAR
FRAME WL 0,000 WL 0,600 WL 1,200 A Fl A x Fl
1 4 1
34 4.735 4.735 6.07 24.28 6.70 6.70 7.136 1 7.136
36 5.45 5.45 6.68 26.72 7.19 7.19 7.864 4 31.457
38 6.13 6.13 7.26 29.04 7.67 7.67 8.559 2 17.119
40 6.73 6.73 7.73 30.92 8.10 8.10 9.141 4 36.563
42 7.24 7.24 8.12 32.48 8.46 8.46 9.626 2 19.253
44 7.64 7.64 8.44 33.76 8.73 8.73 10.016 4 40.064
46 7.93 7.93 8.69 34.76 8.96 8.96 10.320 2 20.639
48 8.15 8.15 8.90 35.6 9.14 9.14 10.567 4 42.270
50 8.31 8.31 9.07 36.28 9.30 9.30 10.767 2 21.534
52 8.42 8.42 9.21 36.84 9.44 9.44 10.929 4 43.716
54 8.50 8.50 9.32 37.28 9.55 9.55 11.055 2 22.110
56 8.56 8.56 9.40 37.6 9.63 9.63 11.147 4 44.587
58 8.63 8.63 9.48 37.92 9.70 9.70 11.239 1 11.239
TOTA 357.687
L
63
28 0.6 0.6 1.51 6.04 2.24 2.24 2.957 1 2.957
29 0.82 0.82 1.69 6.76 2.41 2.41 3.327 4 13.307
30 1.06 1.06 1.86 7.44 2.55 2.55 3.680 2 7.359
31 1.31 1.31 2.03 8.12 2.68 2.68 4.033 4 16.131
32 1.55 1.55 2.19 8.76 2.8 2.8 4.366 2 8.731
33 1.79 1.79 2.35 9.4 2.91 2.91 4.695 4 18.781
34 2.01 2.01 2.5 10 3.03 3.03 5.008 1 5.008
TOTA 72.274
L
BAB VII
PERMESINAN GELADAK
64
= ...............................x 1,025 = ..................... ton
h tinggi efektif yang diukur dari garis air muat pada musim panas sampai
pada ujung deck tertinggi (top uppermost house)
= .......................... meter
B Lebar kapal sebesar : ......................... meter
A Luasan (m2) merupakan penampakan profil lambung, superstructure dan
houses yang memiliki lebar lebih besar dari B/4 yang berada diatas garis
air muat pada musim panas termasuk panjang L dan diatas dari tinggi h,
yang besarnya :
= .......................................... m2
Maka : Z = ...........................................
Karakteristik peralatan jangkar dapat ditentukan atau dilihat berdasarkan harga Z pada
table BKI volume II 2001 section 18, maka dengan nilai Z = ...................... dimana nilai
tersebut termasuk dalam range Z= ................– ...............,sehingga diperoleh data jangkar
sebagai berikut
a. Jumlah jangkar Bower : ...........buah (........cadangan)
b. Type jangkar : ............. (Tentukan jenis jangkar yang anda pilih
berdasar spesifikasinya)
c. Berat jangkar haluan (Ga) / Bower anchor : .................. kg
d.Rantai jangkar :
Type : ..................... chain cables (tentukan jenis rantai jangkarnya)
Panjang : ..................... m
Diameter : .................. mm dengan ordinary quality
e. Tali tarik :
1) Panjang = ........................... m
2) Beban putus = .......................... kN
f. Tali Tambat :
1) Jumlah = ...................... buah
2) Panjang = ....................... m
3) Beban putus = ....................... kN
65
Kemudian dari data tersebut dapat diambil ukuran yang ada pada jangkar, pada
table yang ada pada buku PRACTICAL SHIP BUILDING dapat diambil pemilihan
jangkar seperti di bawah ini (Tabel untuk Hall Anchor) :
Berat jangkar diambil ....................Kg, dari table dimensi jangkar dapat diketahui
jangkar yang akan dipakai pada kapal ini yaitu :
a. .................mm (Basic Dimension) = a
b. 0,779 x a = ............... mm
c. 1,05 x a = ............... mm
d. 0,412 x a = ............... mm
e. 0,857 x a = ............... mm
f. 9,616 x a = ............... mm
g. 4,803 x a = ............... mm
h. 1,1 x a = ............... mm
i. 2,401 x a = ............... mm
j. 3,412 x a = ............... mm
k. 1,323 x a = ............... mm
l. 0,701 x a = ............... mm
7.1.2. Penentuan Rantai Jangkar
Setelah diketahui data-data dari jangkar, maka dipilih rantai jangkar dari buku
Practical Ship Building, yaitu dengan :
a. Panjang total dipilih = ................... m
b. Diameter rantai jangkar dipilih = .......... mm
Komposisi dan kontruksi dari rantai jangkar meliputi :
a. Ordinary link
1). 1,00 d = ............ mm
2). 6,00 d = .............mm
3). 3,60 d = .............. mm
b. Large Link
1) 1,1 d = .................mm
2) 6,5 d = ..................mm
66
3) 4,0 d = ...................mm
c. End Link
1) 1,2 d = ....................mm
2) 6,75 d = .....................mm
3) 4,0 d = ......................mm
d. Connecting shackle
1) 1,3 d = ......................mm
2) 7,1 d = ......................mm
3) 4,0 d = ......................mm
4) 0,8 d = ......................mm
e. Shackle bolt
1) 1,6 d = ......................mm
2) 0,5 d = ......................mm
3) 0,6 d = ......................mm
4) 0,2 d = ......................mm
f. Anchor kenter shackle
Untuk hal ini dipilih anchor kenter shackle pada Tabel di Buku Practical Ship
Building Vol. III B part 1, dengan anchor chain diameter ................mm.
1) A = 8,00 d = ........... mm
2) B = 5,95 d = ........... mm
3) b = 1,08 d = ............ mm
4) c = 1,54 d = .............. mm
5) d = 2,7 d = ..............mm
6) e = 0,75 d = ..............mm
7) f = 1,21 d = ...............mm
8) g = 3,4 d = ..............mm
9) h = 1,05 d = ..............mm
10) k = 1,75 d = ..............mm
g. Swivel
1) 9,7 d = ........................mm
2) 2,8 d = ........................mm
67
3) 1,2 d = ........................mm
4) 2,9 d = ........................mm
5) 3,4 d = .........................mm
6) 1,75 d = .........................mm
h. Kenter shackle
Untuk hal ini dipilih kenter shackle pada Tabel di Buku Practical Ship
Building Vol. III B part 1, dengan anchor chain diameter 58 mm.
1) A = 6,00 d = .................. mm
2) B = 4,20 d = ...................mm
3) b = 0,67 d = .................. mm
4) c = 1,83 d = .................. mm
5) d = 1,52 d = .................. mm
68
Tcl = 2fn x ( Ga + (Pa x La )) x (1 – (γw/γa))
= .....................................................Kg
Gaya Tarik untuk satu jangkar :
Tcl = 1,175(Ga + Pa.La) Kg
= .......................................................Kg
69
2). ha = Efisiensi peralatan untuk mekanisme penggerak, dipilih type worm
gearing dengan efisiensi 0,7 – 0,85 diambil .......................................
70
direncanakan ada 2 buah chain locker dengan ukuran ( dimensi ) sebagai berikut :
untuk 1 chain locker sebagai berikut : (tentukan dimensi panjang, lebar, tinggi
dari chain locker sehingga memiliki volume sesuai dengan volume yang telah
ditentukan)
P= (m)
L= (m)
T= (m)
sehingga Volume untuk 2 buah chain locker : ............................... m³
71
a. Gaya Tarik pada Capstan (Twb) :
Twb = Rbr / 6 ,Kg
Dimana :
Rbr : Beban putus tali tambat = ............................ Kg
Harga Twb harus lebih besar dari perkiraan kekuatan tarik tali tambat
untuk mesin capstan/warping winch.
Sedang beban putus talitambat, sekurangnya 6 kali harga gaya tarik
capstan . Beban Putus Tali tambat diperoleh dari spek tali tambat.
72
..........................(................... ......................)
Mm = 2 x.......................x0.9
= ................................... Kgm
d. Daya Motor Capstan (Ne) :
MmxNm
Ne = 716,2 ,HP
.....................x......................
= 716.2
= ........................ HP ..
A = [ (TxLPP)/100] /[ 1 + 25 ( B/LPP )2 ]
= ………………m2
Luas ballansir
A' = 23% x A
= 23% x
= ………………….. m2
73
= 1,8 x b2
b 2 = A/1,8
b = ……………. m
Maka : h = ……………….
= ………………. m
b' = A'/h = …………… m
X1
2
3
X1
........................ 2
3
..................................
74
= 12,5 knots = 6,43 m/s
sehingga ;
CR = ................ x ................... x ................... x .............. x ............. x
( .............. )2 x ...........
= ............... N
= ................ kN
Dimana :
Kr : Faktormaterial = (ReH/235)0,75 ,dipakai bahan St-45 (ReH=441 N/mm2)
= (441/235)0,75
75
= 1,6
Sehingga :
Nrs
Q .2. .
R
t.1800.75
Nrs
....................x2 x35 x3.14
0
0
...............x180 x75
...............................HP
f. Daya Mesin Kemudi :
Nsg
Nrs
sg
Nrs
...............
.......................
..........................HP
M mak
13.D .k t
3
r
1000
76
= 1,6
M mak
13.D .k
t
3
r
1000
Mmak
13 x ............... 3
x ...................
1000
............................. Nm
........................... kNm
BAB VIII
PERALATAN BONGKAR MUAT
8.1 Crane.
Digunakan untuk mengangkat Cargo / Container. Daya angkut maksimal crane
ditentukan berdasarkan spesifikasi crane. Bila crane tersebut merupakan provisional
crane yang digunakan untuk mengangkut perbekalan awak kapal dan perlengkapan
perpipaan pada kapal tangker maka daya angkut maksimal crane dapat diasumsikan
sebesar 2,5 ton.
77
Crane diletakkan di atas geladak utama di tengah badan kapal
(konvensional).Bila crane tersebut merupakan provisional crane, maka dapat
diletakkan pada samping kiri dan kanan.
Untuk crane provisional direncanakan menggunakan low platform
crane, sedangkan untuk crane cargo menyesuaikan dengan spesifikasi yang ada .
Jangkauan maksimum 7 – 10 m untuk provisional crane, sedang untuk
cargo crane menyesuaikan dengan spesifikasi.
Jangkauan minimum 4 m untuk provisional crane, sedang untuk cargo
crane menyesuaikan dengan spesifikasi.
Berat crane 16 ton untuk provisional crane, sedang untuk cargo crane
menyesuaikan dengan spesifikasi.
78
Sin 60
= 0,5 (0,5 x .................. )+3
Sin 60
= ……………….. m
8.4. Derrick Boom.
Winch Power (Pe)
Pe =WxV dimana
75 x 60 Pe = effective power
W =Rated load =……….kg
Pe = ........................HPV = Rated hoisting speed
(diambil antara 20- 50m/min)
Input of motor power (Ip)
Ip= f x Pe dimana f = 1,05 s/d 1.1
= ................ HP
79
memutar panel 90o ketika panel telah mencapai sisi penopang demikian seterusnya
untuk panel berikutnya. Sewaktu hatch telah terbuka seluruhnya, maka semua panel
akan bersandar vertikal pada ruang stowage (stowage space). Panel tersebut diikat
dengan bantuan rantai dan kait.
Untuk melepaskan single pull cover, rantai pengikat dilepaskan dan tali penarik
disiapkan, selama pengoperasian tersebut harus dipastikan panel terletak pada lajurnya
seperti ketika akan membuka. Ketika panel pertama meninggalkan stowage position,
panel akan berputar 90o sehingga akan merebah pada coaming. Panel tersebut
kemudian bergerak diatas hatch way dengan roda penopang (eccentric wheel) dengan
bantuan rantai maka memungkinkan panel yang dibelakangnya bergerak hingga semua
panel telah merebah dan menutupi hatch coaming.
Konstruksi dari masing masing panel dari jenis penutup palka single cover
biasanya dirancang dari bahan mild steel plate. Stowage space untuk menempatkan
panel harus diberikan pada sisi dari hatch way.
Dikarenakan panel biasanya membuka secara vertikal, panjang ruangan pelipatan panel
untuk suatu panel hatch cover bagian depan atau belakang dinyatakan sebagai :
Stowage length : ((0,05 x S x N) + (0.37 x L))
Dimana :
S : Panjang Bagian melintang dari panel (umulmnya dinyatakan dengan lebar
dari panel.
N : Jumlah Panel yang direncanakan.
L : Panjang Panel (m)
80
Untuk penentuan harga N dipilih dalam batasan 2 -11 buah. Akan tetapi biasanya
Stowage Length
L
Stowage Height
Coaming Height
L
coaming kurang lebih sebesar 2 . Biasanya harga tersebut lebih besar daripada tinggi
coaming pada umumnya yaitu sekitar 450–600 mm (mengacu pada ILLC; International
Load Line Convension 1966). Masing masing panel dari jenis penutup palka single
cover biasanya dirancang dari bahan mild steel plate. Stowage space untuk
menempatkan panel harus diberikan pada sisi dari hatch way. Coaming frame yang
81
tinggi memungkinkan penggunan panel yang sedikit. Sehingga terjadi penurunan
jumlah cross join. Sebaliknya dalam beberapa kasus di kapal dapat saja ditemui tinggi
dari coaming frame yang rendah, lebih rendah dari ketentuan standar. Pengaturan yang
tidak lazim ini akan menghasilkan panel panel yang relatif pendek, sehingga
konsekwensinya ruangan peletakan akan menjadi panjang.
82
Gambar 2. Jenis Single Pull Type M
Jenis Single Pull Type M mengalami penurunan pada bingkai swowednya. Hal ini
menyebabkan panel dapat disusun lebih rendah (stowed height) lebih rendah.. Dampak
dari jenis penarikan ini ialah penurunan ukuran ruangan penarikan.
83
penggendong) yang mana akan menghampiri panel yang telah terangkat. Setelah berada
pada posisi yang tepat, panel yang terangkat tersebut diturunkan ke panel penggendong.
Pergerakan atau pemindahan posisi panel baik itu ke depan atau ke belakang ambang
palka (hatch coaming) dilakukan dengan bantuan chain drive motor. Dengan
menggunakan sistim ini maka luasan bukaan palka dapat terbuka sekitar 50%.
Qe
Db = 0,0189 Vc Qe = debit pompa
Volume
= waktu
= .............................. m3 / j
= .................................. m/s
Vc = Standar kecepatan aliran minyak /oil dalam pipa (0,75 – 2) m/s
Diambil ............... m/s
Db = ............................... mm
84
Perhitungan Head Mayor Pipa Utama
Re = (Vc x Db) / υ ; υ = viskositas kinematik muatan (1,4x10-6)
= ( ................ x ................) / 1,4x10-6
=
Dari diagram moody didapatkan factor gesekan f = ......................................
L Vc 2
f. x
Hf = Db 2.g
= ...................................................
= .................................................. m
Perhitungan Head Ketinggian Permukaan
Untuk menentukan ketinggian ini digunakan pada saat bongkar, karena
membutuhkan head lebih besar dari pada saat muat. Dengan pertimbangan hal –
hal sebagai berikut :
a. Pompa diletakkan ................................. m dari base line.
b. Ketinggian pipa diatas deck ....................... m
sehingga,
Z = ...................... + .........................
= ........................... m
Head Total
HT = Hm + Hf + Z
= ............ + ................... + .................
= .................................. m
85
= Effisiensi pompa (0,6 – 0,9) diambil 0,8
Maka,
N = .................... x 0,8 x 103 x (................../ 3600) x 75 x .............
= .......................... Kw
Qe
Ds = 0,0189 Vc
Dimana ,
Qs = debit pompa
Qs = 0,25 x Qe utama
= 0,25 x ..................................
= ......................................... m3/j
Vc = kecepatan aliran Vc = (0,75-2) m/s
Diambil ............................................. m/s
Maka,
Ds = .....................................................
=.................................................... m
Perencanaan Pipa Bantu
Panjang pipa Bantu .................................................... m
Bahan pipa cast iron ε/d = .......................................
86
= ......................
= ........................... m
Perhitungan Head Mayor Pipa Bantu
Re = (Vc x Ds) / υ ; υ = viskositas kinematik muatan 1,4x10-6
= ..............................
= ..............................
Dari diagram moody didapatkan factor gesekan f = ......................
L Vc 2
f. x
Hf = Ds 2.g
= ......................................
= ............................................ m
Perhitungan Head Ketinggian Permukaan
Dengan asumsi yang sama dengan pipa utama, maka akan didapat harga z
adalah .............................. m
Head Total
HT = Hm + Hf + Z
= ............. + ................... + ...............
= ............................. m
Perhitungan Daya Pompa Bantu
N = Qs x x ( HT/3600 )x 75 x
Dimana ,
= Massa jenis muatan ( 0,8 – 0,9 ) 103 kg/lt
HT = Head total
= Effisiensi pompa (0,6 – 0,9) diambil .....................
Maka,
N = ..................................... Kw
87
BAB IX
PERLENGKAPAN KESELAMATAN
88
3. Cukup kuat dan tidak berubah bentuknya saat mengapung dalam air ketika
dimuati ABK beserta perlengkapannya.
4. Stabilitas dan lambung timbul yang baik.
5. Mampu diturunkan ke dalam air meskipun kapal dalam kondisi miring 15o.
6. Perbekalan cukup untuk waktu tertentu.
7. Dilengkapi dengan peralatan navigasi, seperti kompas radio komunikasi.
Gambar 5.1. Posisi life boat disimpan dan saat menurunkan orang
89
Jumlah orang yang diijinkan menempati sebuah sekoci penolong harus sama dengan
ketentuan bahwa jumlah sekali-sekali tidak boleh melebihi jumlah orang dewasa yang
menggunakan baju penolong yang dapat duduk dalam sekoci tersebut tampa
menggangu penggunaan dayung atau perelengkapan penggerak yang lain.
Ditiap kapal penumpang harus dibawa ditiap sisi kapal sekurang-kurangnya satu sekoci
penolong bermotor yang memenuhi syarat. Di tiap kapal barang dengan isi kotor 1600
ton atau lebih , kecuali kapal-kapal tangki , kapal yang digunakan sebagai kapal-kapal
pabrik ikan paus , kapal- kapala yang digunakan untuk pengolahan ikan, dan kapal-
kapal yang digunakan untuk orang-orang yang di pekerjakan dalam penangkapan ikan
paus , industri-industri pengolahan ikan , harus membawa sekurang-kurangnya 1 sekoci
penolong bermotor.
Semua Anak Buah Kapal (ABK) maupun penumpang harus dapat terangkut oleh
sekoci penyelamat pada satu sisi kapal saja, jadi pada masing-masing sisi kapal
kapasitas sekoci adalah sejumlah ABK dan penumpang kapal. Maksudnya apabila kapal
trim (miring) berlebih, dengan sendirinya sekoci pada salah satu sisi akan tidak bisa
diturunkan; maka masih dapat menggunakan sekoci penyelamat pada sisi kapal yang
lain.
Syarat Sekoci Penolong Bermotor
1. Harus dilengkapi dengan mesin penyalaan kompresi dan diatur sedemikian
sehingga pada setiap saat dalam keadaan siap pakai, harus tersedia bahan bakar
cukup untuk 24 jam operasi secara terus menerus.
2. Mesin dan peralatannya harus ditutup dengan baik unutk menjamin operasi
dalam keadaan cuaca yang buruk , dan tutup mesin harus tahan api.
3. Gerak Mundur harus dapat dilakukan .
4. Kecepatan maju di air tenang jika di muati penuh dengan jumlah orang yang
diijinkan dan perlengkapannya sekurang-kurangnya 6 Knot ( kapal-kapal
penumpang , kapal-kapal tangki , kapal-kapal yang digunakan pabrik ikan paus
dsb)
5. Untuk sekoci penolong bermotor lainnya , sekurang-kurangnya 4 Knot.
Perlengkapan Sekoci Penolong
Perlengkapan normal tiap sekoci penolong harus terdiri dari :
90
1. Seperangkat dayung apung, 2 dayung apung cadangan dan sebuah dayung apung
kemudi., sebuah gancu sekoci .
2. Sebuah kemudi terpasang di sekoci penolong.
3. 2 buah Kapak , satu di masing-masing ujung sekoci penolong.
4. Sebuah lampu dengan minyak untuk 12 jam , 2 kotak geretan yang baik dalam
wadah kedap air.
5. Sebuah tiang atau lebih berikut layar-layarnya ( warna jingga ).
6. Tali keselamatan di ikat berumbai keliling sisi luar sekoci penolong.
7. Sebuah jangkar apung.
8. Sebuah bejana berisi 1 galon berisi minyak nabati, minyak ikan .
9. Makanan , untuk tiap orang yang diangkut dalam sekoci penolong . Makanan
disimpan dalam wadah kedap udara dan dimasukkan dalam wadah kedap air.
10. Wadah air tawar yang berisi 3 liter untuk tiap orang yang diangkut oleh sekoci
penolong.
11. 4 buah suar yang menghasilkan cahaya terang berwarna merah pada ketinggian
yang tinggi, obor tangan yang dapat menghasilkan cahaya terang berwarna
merah.
12. 2 buah isyarat asap (digunakan pada siang hari ) yang dapat menyebarkan
sejumlah asap berwarna jingga.
13. PPPK dalam sebuah kotak kedap air , sebuah lampu senter kedap air dengan 1
pasang baterai cadangan dan 1 bola lampu cadangan dalam sebuah wadah kedap
air.
14. Sebuah cermin untuk memberi isyarat pada siang hari .
15. Sebuah pisau lipat dilengkapi dengan pembuka kaleng yang harus terikat di
sekoci.
16. Sebuah pompa tangan.
17. 2 buah tali buangan yang ringan dan dapat mengapung.
18. Seperangkat kail penangkap ikan.
19. Satu suling atau alat isyarat bunyi yang sepadan.
20. Satu tutup sekoci dengan warna sangat menyolok.
21. Untuk sekoci penolong bermotor harus membawa alat pemadam kebakaran.
91
Dari peraturan SOLAS 1974 syarat untuk sekoci penolong :
Dapat diturunkan ke air dengan selamat dan cepat, sekalipun keadaan kapal
tidak menguntungkan
Memungkinkan berhasilnya embarkasi ke dalam sekoci-sekoci penolong dengan
cepat dan tertib
Tata susunan masing-masing sekoci ditata sedemikian sehingga tidak
mengganggu operasi
Perlengkapan normal sekoci penolong terdiri dari :
1. seperangkat dayung apung
2. dua sumbat
3. sebuah kemudi dan sebuah celaga
4. dua buah kapak
5. sebuah lampu minyak cukup untuk 12 jam, dua kotak korek yang tersimpan
dalam wadah kedap air
6. sebuah tiang berikut layar berwarna jingga
7. sebuah kompas
8. tali keselamatan
9. sebuah jam terapung
10. dua tali tangkap yang cukup panjang
11. satu galon minyak nabati (4,5 liter)
12. jatah makanan dalam wadah kedap air
13. wadah kedap air berisi tiga liter air tawar untuk tiap orang
14. empat buah cerawat parasut berwarna terang dan enam obor
15. dua buah isyarat asap berwarna jingga
16. sarana yang memungkinkan orang berpegangan saat sekoci terbalik
17. perlengkapan P3K dalam wadah kedap air
18. sebuah lampu senter kedap air
19. sebuah cermin untuk memberi isyarat pada siang hari
20. sebuah pisau lipat
21. sebuah tali buangan
22. sebuah pompa tangan
92
23. sebuah suling
24. seperangkat kail
25. satu tutup dengan warna mencolok
26. satu lembar daftar isyarat-isyarat kecelakan
93
Gambar 5.3. Posisi devits mulai menurunkan life boat
Gambar diatas adalah suatu Gravity davits, davits ini akan menurunkan posisi kapal
begitu pengamannya dilepaskan (gambar titik-titik). davits tersebut harus tetap dapat
menurunkan sekoci (pada posisi siap dilepaskan) meskipun kapal miring (heeled) 15
derajad pada sisi kapal yang lain.
Pada davits tipe ini sekoci dipegang oleh tali yang dinamakan ‘gripes’. tali yang
lain baik terpisah maupun dikombinasikan dengan gripes, memegang pegangan pada
sisi atas. Bila gripes dan pegangan (cradle) di lepaskan maka winch handbrake dapat
dilepaskan untuk memungkinkan pegangan bergeser kebawah melewati tepi kapal;
sehingga memungkinkan sekoci dapat diturunkan.
Bowsing line yang dikencangkan pada tepi sekoci digunakan untuk memegang
sekoci agar menempel di tepi kapal, tricing pendant kemudian dilepaskan; setelah ABK
maupun penumpang naik sekoci, bowsing line dilepaskan dan sekoci diturunkan ke air.
Tali untuk menaikkan maupun menurunkan sekoci dinamakan ‘falls’ dan kecepatan
jatuh bebas dari sekoci di batasi pada 36 meter/detik dengan menggunakan rem
centrifugal. rem tangan (hand brake) yang digunakan untuk menurunkan sekoci tadi
mempunyai ‘dead man’s handle’ bila di turunkan akan mengaktifkan rem
centrifugal.Dalam pembahasan life boat launching gear kita akan membahas dulu
mengenai dewi-dewi (davits).
Pengertian dari dewi-dewi adalah alat untuk meluncurkan sekoci dari kapal ke air.
Ditinjau dari cara kerjanya dewi-dewi dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
Dewi-dewi dengan sistem berputar (radial)
Dewi-dewi dengan sistem menuang / berengsel (luffing davits)
Dewi-dewi dengan sistem gravitasi (gravity davits)
94
Gambar 5.4. Penurunan sekoci dengan cara berputar
Gambar 5.5. Sistem kerja devits cara menuang dan cara gravitasi
95
g. sumbu putar dewi-dewi
h. rol pengatur tali
i. penyangga sekoci
Dewi-dewi ini konstruksinya sederhana, dan umumnya dipergunakan untuk
menurunkan sekoci kerja, sekoci untuk melayani tali-tali dan sebagainya. Karena sekoci
kerja tidak memerlukan waktu tergesa-gesa, sehingga sekoci ini hanya akan
dipergunakan pada waktu tertentu saja. Dewi-dewi ini di bagian atasnya melengkung
dan terbuat dari besi cor yang tak berongga (pejal) yang berputar keliling porosnya
sendiri.
Jarak tiang dewi-dewi satu dengan yang lainnya lebih pendek dari panjang
sekoci, sehingga untuk mengeluarkan sekocinya harus digerakkan miring bergantian
(zig-zag) terlebih dahulu, dengan jalan memutar dewi-dewinya mengelilingi
sumbunya.Bagian belakang diputar lebih dahulu ke kanan sehingga bagian depan juga
bergerak sedikit ke dalam mengikuti gerakan bagian belakang setelah bagian belakang
keluar maka bagian depan keluar mengikuti bagian belakang. Hal ini mudah dilakukan
jika kapal tidak dalam keadaan miring / bahaya.Untuk mengencangkan pada kedudukan
tertentu, maka dilengkapi dengan pengikatan tengah dengan kawat baja dan bagian
muka dan belakang dengan kabel dobel atau tabel mata tiga.Dewi ini sering dipasang
pada penumpu dari besi cor yang kuat yang dilengkapi dengan cincin untuk menjaga
jangan sampai dewi-dewi tersebut terangkat dari penumpunya.
Untuk menentukan diameter dewi-dewi radial ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :
d =
3 (( L x B x D (h + 4a)) / C)
Dimana : d = diameter dewi-dewi (inches)
L = panjang sekoci (feet)
B = lebar sekoci (feet)
D = tinggi sekoci (feet)
h = tinggi dewi-dewi di atas tumpuan B (feet)
a = jarak bentang dewi-dewi (feet)
C = konstanta
Harga daripada C ditentukan sebagai berikut :
96
C = 144 apabila dewi-dewi tersebut dibuat dari besi tempa (wrought iron)
dengan jumlah penumpang cukup di dalam sekoci pada saat
diluncurkan.
C = 174 apabila dewi-dewi tersebut terbuat dari batang baja tempa (wrought
ingot steel) dengan daya mulur (eloungation strength) 27-32 ton/m 2 atau
4300-5000 kg/cm2
C = 86 apabila dewi-dewi tersebut terbuat dari besi tempa (wrought iron) dengan
jumlah penumpang maximum dalam sekoci pada saat diluncurkan.
C = 104 apabila dewi-dewi tersebut terbuat dari batang baja tempa (wrought
ingot steel) dengan day mulur (eloungation strength) 27-32 ton/in 2 atau
4300-5000 kg/cm2
Catatan-catatan
Berat 1 orang penumpang = 75 kg
Rumus tersebut di atas hanya berlaku untuk koefisien jumlah beban dewi-dewi tidak
lebih dari 2 cuts (101,6 kg) per orang.
Dapat dirumuskan sebagai berikut :
CW = W / N
Dimana : CW = koefisien jumlah beban dewi-dewi
W = jumlah beban maximum dewi dalam cruts
N = jumlah penumpang maximum
Apabila harga CW > 2 cruts per orang maka harga konstanta C harus diadakan
reduksi.
Apabila kabel dari dewi-dewi terdiri dari satu atau dua kawat baja, maka diameter
dewi-dewi yang didapt dari rumus di atas harus dikalikan dengan 9/8
Apabila dipergunakan dewi-dewi dengan penampang berlobang (hollow davits)
maka diameter dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :
d3 = (Dh4 – dh4) / Dh
dimana :
d = diameter dewi-dewi dengan penampang pejal (solid dovit)
Dh = diameter luar dari hollow davits
97
dh = diameter dalam dari hollow davits
98
Kombinasi kedua sistem (difinisi) itu sering pula digunakan.
Keuntungan-keuntungan sistem ini dibandingkan dewi-dewi dengan sistem
berputar (radial) adalah sebagai berikut :
Dapat mengerem sendiri artinya dapat dengan mudah dikuasai
Tidak terdapat kesukaran yang berarti untuk menurunkan sekoci pada sisi
sebelah atas pada waktu kapal miring 150
Dewi-dewi bergerak dapat pula dibedakan atas dua bagian yaitu :
1. Dewi-dewi berengsel dengan titik putar yang tetap
2. Dewi berengsel dengan titik putar yang berpindah (biasanya dilengkapi dengan
kuadrat)
Dewi-dewi berengsel dengan titik putar yang tetap berputar ke arah melintang
keliling porosnya yang dipasang di tempat tumpuannya. Perputaran kearah melintang
ini dilakukan dengan stang berukir yang teleskopis. Dengan memutar engkol akan
memutar pula skrup stang melalui poros cacing, di dalamnya terdapat pen yang gunanya
untuk menahan stang tersebut supaya tidak dapat berputar keseluruhannya.
Dewi-dewi dengan sistem ini dipasang di muka dan di belakang sekocinya. Jadi
titik gantungnya dari sekoci-sekoci itu terletak pada ujung-ujungnya, sehingga dapat
menimbulkan momen lengkung apabila sekoci itu tergantung pada takelnya.
Karena penempatan dewi-dewi ini di belakang dan muka sekoci maka memakan
banyak tempat, sehingga pada kapal-kapal penumpang yang membutuhkan banyak
sekoci penolong, akan menimbulkan kesukaran. Kerugian-kerugian itu dapat diperkecil
atau diatasi dengan menggunakan dewi-dewi yang melengkung.
99
diatur sedemikian rupa, hingga otomatis dapat terlepas sendiri setelah motornya
berhenti. Apabila diperlukan maka sekoci itu segera dapat diturunkan kembali.
Pemakaian dewi-dewi di kapal pada prinsipnya dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1. untuk 2,25 ton (2300 kg) dipergunakan luffing atau gravity davits dalam kondisi
menggantung keluar tanpa penumpang (turning out condition)
2. untuk sekoci penolong yang beratnya di atas 2,25 ton (2300 kg) dipergunakan
gravity davits pada kondisi-kondisi menggatung ke luar tanpa penumpang
(turning out condition)
100
Diharuskan mampu menampung seluruh ABK pada salah satu sisi kapal dan
ditempatkan di sisi kiri dan kanan kapal. Sedangkan untuk perencanaan dapat dipakai
sekoci dengan standart Boat of Trade England,
101
Kn = Koefisien distribusi ketidakseimbangan beban (non Equal
distribution of movable load) dikarenakan terdapatnya orang di sekoci.
e.Tegangan maksimum dari tali penurun sekoci di winch head
0,5(Qb1,1Qp)Qf
T max = m f r s
a
…… (Kg)
Dimana :
m = jumlah total block pada alat penurun sekoci (diambil sebanyak 4
–6 buah)
= 1,04 – 1,06 (steel wire rope)
= 1,1 untuk tali anyaman rami/serat
1( m 1)
f = m ( 1)
m
102
(Boat Length) (mm) (Breaking Strength)
(m) (Circ. Tackle fail) (Kg)
8.25 – 9.14 95 6.100
7.62 – 8.25 89 5.400
7.35 – 7.62 83 4.600
6.72 – 7.35 73 3.900
Sumber : Marine Auxiliary Machines, Khetagurov. Hal 438
Maka dari tabel diatas dapat diketahui untuk ukuran keliling tackle (c) serta
breaking strength dari tali. Selanjutnya diambil jumlah penarik tali serta
diameter tali df. Untuk ukuran diamater tali dapat diambil antara 16 – 24 mm
h. Diameter Winch Head
Diameter dari Winch Head dinyatakan dengan :
Dh = ( 5 - 8 ) df
Dimana :
Dh : Diameter Winch Head (mm)
df : Diameter Tali (mm)
i. Perhitungan Kecepatan
Kecepatan pengangkatan
Untuk tipe sekoci yang diluncurkan rumus - rumus perhitungan yang ada
dipakai untuk melakukan pengangkatan sekoci. Untuk pengangkatan diambil
perencanaan kecepatan pada tackel fall atau vf = 0,3 m/detik (300 mm/s).
Kecepatan winch head
pp x ( Dh + df ) x nh = 60 x vf
60 x v f
x Dh D f
nh = … (Rpm)
19,1 x vf
=
Dh D f … (Rpm)
j. Perbandingan Putaran
Putaran motor listrik
nm = 500 - 1600
Diambil nm sebesar 1500 rpm
103
Perbandingan Putaran
Karena kecepatan putaran antara motor listrik terhadap putaran kerja
boat winch, maka perlu ditambahkan suatu gigi reduksi dengan rasio
sebagai berikut :
nm
ibw
nh
Karena telah diketahui perbandingan putaran yang besar, maka dipakai
pereduksi tipe worm gear dengan rasio gigi sebesar 24 sampai 54.
k. Momen Torsi Winch Head (Mh) :
Jumlah beban tali kondisi maksimal dan minimal pembebanan (T)
T = Tmaks +Tmin (kg)
Momen torsi dari Winch Head (Mh) ialah :
T x (Dh df)
Mh = 2 (Kg m)
Torsi poros Motor Penggerak (Mmb)
Mh
Mmb = bw x ibw (Kg m)
Dimana :
Mmb : Torsi poros motor penggerak
bw : Efisiensi bower Winch (diambil 0,5)
I bw : Gear ratio
k. Daya Motor Penggerak (Ne)
Daya Motor Tackel fall :
Mmb x nm
Ne = 716.2 (Hp)
Daya Motor boat hoisting
(TmaksT min)Vb
Ne = bw …….. ( Watt )
Dimana :
Vb = Kecepatan menurunkan sekoci (Boat hoisting)
(Tergantung syarat klasifikasi untuk Klasifikasi Rusia
104
ditetapkan 0,15 m/dt)
bw = Efisiensi bower winches diambil sebesar 0,5
105
9.5. Perlengkapan Apung (Bouyant Apparatus)
1. Pelampung Penolong ( Life Buoy )
Persyaratan pelampung penolong :
- Dibuat dari bahan yang ringan (gabus dan bahan semacam plastik)
- Berbentuk lingkaran atau tapal kuda
- Harus mampu mengapung dalam air selama 24 jam dengan beban sekurang-
kurangnya 14,5 kg besi
- Tahan pada pengaruh minyak, berwarna menyolok dan diberi tali pegangan,
keliling pelampung dilengkapi dengan lampu yang menyala secara otomatis
serta ditempatkan pada dinding atau pagar yang mudah terlihat dan dijangkau
- Jumlah pelampung untuk kapal dengan panjang 60 - 122 m minimal 12 buah
106
Hose yang kita gunakan bukan merupakan alat yang sederhana, yang berarti
harus dioperasikan oleh orang yang terlatih. Dengan pertimbangan panjang 60 ft. hose
dipasang sesuai dengan standar yang ada yang bekerja dengan nosel terkecil yang
diperbolehkan (1/2 in) dan dengan tekanan terkecil yang beralasan (35lb/in 2). Dengan
ukuran hose dan nosel yang demikian, maka dari nosel tersebut bisa menghasilkan daya
dorong, hal ini yang perlu diperhatikan oleh operator ketika memadamkan api terutama
di tangga yang basah atau di lantai baja. Untuk jet yang lebih kuat atau lebih besar dari
standar minimum diatas, perlu diperhatikan bahwa kesulitan akan muncul akibat
bertambahnya ukuran diameter dan tekanan. Output dari nosel/kapasitas bervariasi
sesuai dengan kuadrat dimeter dan akar dari tekanan, sedangkan untuk daya dorong dari
nossel berbanding lurus dengan kuadrat diameter dan tekanan.
Instalasi lain yang biasanya digunakan di kapal adalah system springkel. Sistem
ini secara otomatis akan bekerja menyemprotkan air di tempat terjadinya kebakaran.
Biasanya system ini ditempatkan di ruangan tertentu, ruang akomodasi, dan ruang
penyimpanan, serta dalam prakteknya menggunakan air tawar, ini dipilih karena
mempunyai efek berbahaya yang kecil
Instalasinya terdiri dari pipa dengan katup shut-off dan katup non-return.
Springkel head ditempatkan di tempat yang strategis dan setiap unit harus bisa
menjamin deckhead dari daerah yang direncanakan untuk dilindungi. Sistem ini juga
menggunakan kompresor untuk pengoperasiannya.
107
Sistem pemadaman dengan inert gas
Gas yang bisa digunakan adalah CO2. CO2 disimpan dibawah tekanan berupa
cairan dan dikeluarkan melalui tabung dengan internal siphon. Tabung–tabung
penyimpanan ini dibuat dari bahan yang tahan panas, seperti yang disyaratkan, dengan
batas yang diperbolehkan 145 F.
Ketika cairan tersebut dikeluarkan, volume dari gas sekitar 450 dari volume
cairan .Pertama kali dikelurkan CO2 cenderung untuk memenuhi compartemen
tejadinya kebakaran dan tingkat dibawahnya, sehingga ini merupakan batas untuk
menjauhi ruangan tersebut, untuk itu setelah kejadian disarankan untuk memakai alat
Bantu pernafasan untuk masuk kedalam kompartemen yang baru terbakar.Setelah gas
mulai bersih , sebuah lampu penyelamat harus digunakan untuk memeriksa atmosfer
ruangan
Kuantitas dari free gas yang disyaratkan untuk fire protection adalh 30% dari
volume kompartemen atau 40% dihitung tiga meter diatas mesin.
108
Sistem pemadaman dengan extinguisher
Pembahasan di sini akan menitik beratkan kepada alat-alat yang portable dan
macam-macamnya.
1. Water/carbon dioxide extinguisher
Jenis ini mempunyai bagian dalam yang terbuat dari baja tahan karat. Noselnya tidak
pernah tertutup, tetapi dapat dikontrol dengan sentuhan ibu jari. Alat ini dapat
mencakup area sampai dengan 400 ft2 .
Alat ini begitu mudah dioperasikan, karena
cukup dengan membuka pengamannya dan mengarahkannya ketempat yang
dikehendaki
2. Foam extinguisher
Pembentukan foam adalah berasal dari larutan soda bikarbonat yang terletak di
bagian luar dan aluminium sulfat di bagian dalam, biasanya pembagian ini diberi tanda
dengan perbedaan warna,untuk bagian luara ditandai dengan kuning dan bagian dalam
berwarn
3. Dry powder extinguisher
Alat ini dikatakan cocok untuk kebakaran yang disebabkan minyak , kebakaran
alat-alat listrik, dan cairan-cairan yang mudah terbakar lainnya. Isinya terdiri dari soda
bikarbonat, dan diberi tekanan oleh CO2 sebesar 300lb/in2 . Alat ini dikonsentrasikan
untuk memutus reaksi berantai dari proses pembakaran dari satu molekul yang terbakar
ke molekul yang lain.
109
maka akan terjadi ledakan.
Peralatan Pemadam
Peralatan pemadam kebakaran yang meliputi :
Alat pemadam api ringan (APAR)
Pompa pemadam,
Selang pemadam api .
Detektor
Alat pemadam api ringan, dalam penempatannya harus disesuaikan dengan kondisi
sekitar tempatnya, selain itu juga secara periodik harus dilakukan pengecekan.
110
Untuk pompa pemadam kebakaran harus memenuhi persyaratan dapat memancarkan 2
pancaran setinggi 12 m secara vertikal. Dan juga hydrant yang tersedia diatas kapal
minimal setiap 25 m harus tersediakan.
Detektor pemadam merupakan alat pemberitahu dini bila suatu tempat terdapat
111
kebakaran, detektor ini terdiri dari :
Detektor asap ( Smooke Detector)
Detektor termo
Detektor fotocell
Alat ini biasanya dihubungkan dengan peralatan elektronik, sehingga dapat
direncanakan secara otomatis atau secara semi otomatis.
112
Bahan yang digunakan sebagai lantai bulkhead lining, atap atau geladak ruang
pengendali dengan tangki minyak haruslah tidak mudah terbakar. Dimana bila
terjadi bahaya yang mana minyak dapat terserap ke bahan penyekat, penyekat
tersebut harus dapat terlindungi dari serapan minyak atau uap minyak.
3. Perlindungan dari jalur dan peraltan yang melalui temperatur yang tinggi.
113
Semua bagiann yang memiliki temperatur diatas 220oC seperti uap, minyak panas
dan jalur gas buang, dan silencers, dsb, harus dilindungi oleh bahan tidak yang
tidak mudah terbakar dan tidak dapat menyerap minyak.
Pelindung harus dapat dipastikan tidak akan menjadi retak atau robek karena
getaran.
4. Daerah Bulkhead
Semua pipa dengan kelas A atau B menurut SOLAS 1974 harus tahan terhadap
suhu yang mana telah dirancang sebelumnya. Pipa uap, gas dan minyak termal yang
melalui bulkhead harus diberi isolasi tahan panas dan harus terlindungi dari
pemanasan yang berlebihan.
5. Ruang Darurat
Untuk ruangan permesinan dan boiler, kanal sirkulasi udara ke ruangan tersebut
harus dilengkapi dengan fire damper yang dibuat dari bahan tidak mudah terbakar
yang mana dekat dengan gelada. Bukaan kamar mesin (sky light), pintu dan hatch
serta bukaan lainnya diatur sehigga dekat dengan ruangan lainnya.
6. Peralatan Stop Darurat (Emergency Stop)
Pompa bahan bakar dengan tenaga listrik, purifier , motor fan, fan boiler minyak
termal dan pompa kargo harus dilengkapi dengan peralatan pemutus darurat,
sepraktis mungkin, yang dikelompokkan secara bersama diluar ruangan yang mana
peralatan tersebut dipasang dan harus dapat dijangkau meskipun dalam kondisi
terputus akses karena api.
7. Peralatan pemutus dengan remote control.
Alat ini dipasang pada Pompa bahan bakar dengan penggerak uap, jalur pipa bahan
bakar ke motor induk, motor bantu dan pipa keluaran dari tanki bahan bakar yang
diletakkan di double bottom. Tempat dan pengelompokkan dari peralatan pemutus
ini diatur seperti bagian sebelumnya.
114
- Katup pemutus untuk ruang kamar mesin, penghembus boiler, pompa transfer bahan
bakar purifier, dan pompa minyak termal.
- Perhatian diberikan khusus pada:
a. Katup penutup singkat bahan bakar
b. Pintu kedap aiar yang dikendalikan pada ruang permesinan.
- Kondisi kerja dari peralatan pemadam api.
- Jenis pemadaman yang terlihat dalam sistim ini ialah:
Sedang berdasar peraturan BKI yang ditentukan, dalam hal ini kami mengambil
pembatasan tinjauan peraturan hanya untuk kapal yang dirancang yaitu kapal kargo.
Menurut peraturan BKI III 1996 mengenai Peralatan pemadaman api dengan air ialah ;
9.6.4. Pompa Pemadam
1. Jumlah pompa
Untuk kapal cargo dengan bobot 500 GRT atau lebih dapat dipasang dengan
sekurangnya dua dan kapal kergo dengan bobot kurang dari 500 GRT sekurangnya
satu buah.
Kapal kargo dengan bobot 500 GRT atau lebih dipasang suatu pompa darurat yang
berguna jika terjadi kebakaran disuatu kompartemen pompa ini dapat mengambil
alih kerja pompa pemadam service. Pompa darurat juga diperlukan jika pompa
pemadam utama dipasang di dekat kompartemen, dan bagian antara kompartemen
diantara lebih dari satu bulkhead atau deck.
Untuk kapal kargo,di setiap ruangan permesinan yang terdiri dari ballast, bilga atau
pompa air lainnya, pasokan air harus dibuat sekurangnya untuk menghubungkan
satu dari pompa tersebut untuk pompa pemadaman api. Beberapa sambungan dapat
didijikan bila mana tidak ada satupun pompa yang mampu untuk memenuhi
kapasitas yang dibutuhkan atau tekanan yang dibutuhkan.
Ruangan dan Tempat Jenis Pemadam
Kamar Mesin yang terdiri dari Boiler dengan CO2, halon, dan busa
bahan bakar minyak. Pembangkit lain dengan ekspansi tinggi atau sistim
bahan bakar minyak dan sistim persiapan penyemburan air bertekanan
bahan bakar(fuel preparation system)
Ruangan yang berisi motor bakar yang tidak
digunakan untuk menggerakkan kapal
Ruang cat dan ruang cairan yang mudah
terbakar
115
Ruang permesinan tunggal yang
menggunakan uap
Peralatan dengan resiko terbakar yang tinggi Unit pemadam api lokal
tambahan
Penghangat bahan bakar dengan Sistim pemadam semprot air
menggunakan panas gas buang bertekanan (spraying water
Pressure.)
Geladak Pendaratan Helicopter Sistim busa dengan ekspansi
rendah.
Ruangan dapur dengan saluran buang Sistim CO2 atau sistim
pemadam yang sebanding.
Tabel VI. Spesifikasi Pemadam dengan ruangan dan Tempat yang harus
dilindungi untuk Kapal Kargo dengan bobot lebih dari 500 GRT.
116
Pada kapal kargo yang kurang dari 100 GRT, salah satu dari pompa pemadam dapat
disambungkan dengan motor induk yang mana tidak seterusnya akan demikian.
Pompa pemadam dan sumber dayanya tidak boleh ditaruh di depan coolosion bulk
head. Untuk kapal kargo BKI dapat memberikan dispensasi.
Pompa pemadam dan sambungan keluarnya (ke laut) dibuat sedalam mungkin
dibawah garis air muat kapal. Bila mana hal ini tidak praktis pompa harus berupa
self primming pump atau bila tidak dihubungkan dengan suatu sistim primming.
Provisi yang dibuat untuk menyuplai sekurangnya salah satu dari pompa pemadam
dalam tuang mesin dengan air dari dua sea chest .
Pompa bilga,ballast dan pompa lainnya yang digunakan untukmempompa air laut
dan memiliki kapasitas yang mencukupi dapat digunakan sebagai pompa pemadam
yang dilengkapi sekurangnya dengan satu pompa yang sudah tersedia untuk tujuan
pemadaman.
Pompa sentrifugal yang disambung dengan jalur utama diberi suatu katup shut off
dan peralatan non return.
117
berbahan bakar minyak, dan sistim penyiapan bahan bakar atau ruangan dimana
dipasang pompa pemadam utama. Bilamana hal ini tidak berhasil pembagian
ruangannya tidak boleh dibentukk hanya dari satu bulhead. Ruangan sisa harus
dibuat seminimum mungkin dan pintu antara ruangan dirancang kedap udara.
Pompa darurat dipasang sehingga jalan edar air pada kapasitas dan tekanan yang
ditentukan tetap pada semua kondisi trim lilst dan pitch.
Sisi isapan air laut diletakkan sedalam mungkin, diluar ruangan mesin.
Katup air laut harus dapat dioperasikan dari tempat yang dekat dengan pompa
darurat atau dengan pengendali pompa pada pompa yang menggunakan pengendali.
Jika ruangan di mana pompa pemadam api utama, suplai catu dayanya dikunci oleh
suatu sistim tekanan air tetap, pompa pemadam darurat dapat digunakan untuk
memasok sejumlah air yang diperlukan.
Sistim ventilasi dari ruangan pada mana pompa pemadam api darurat dipasang harus
dirancang sehingga asap tidak dapat terhisap ke dalam ruang kamar mesin.
Ventilasi paksa disambung dengan suplai daya darurat.
118
mengolah ikan hasil tangkapan) dapat diabaikan. Berdasar ini maka adalah mudah
untuk menutup jalaur langsung dari pompa pemadam. Katup isolasi ini dipasang
tanda peringatan mengatur awak kapal untuk selalu menutup setelah menggunakan.
7. Hydrants
Hydrants dipasang sehingga air dari dua nozel dapat secara simultan mengalir, salah
satunya dari selang pemadam dapat mencapai:
a. Tiap bagian dari kapal yang mana tiap crew dan penumpang secara normal
dapat mencapainya selama perjalanan.
b. Tiap bagian dari rangan kosong kargo.
c. Tiap bagian dari ruang ro-ro.
Adalah mungkin untuk mencapai tiap bagian dari ruangan khusus dengan dua
nozzles pada salah satu selang pemadam tersebut.
Dek untuk penempatan hidrant diatur sehingga tetap dapat terjangkau meskipun
tempat tersebut digunakan untuk mengangkut barang. Hydrant diletakan dekat
kepada tempat yang mudah terjangkau .
Hydrant pada posisi di kamar mesin dan ruang ketel :
a. Jumlah dan posisi dari hydrant untuk kapal kurang dari 500 GRT suatu
hydrant tunggal ialah sudah cukup
b. Hydrant diletakkan pada titik yang mudah terjangkau diatas pelat lantai dan
sisi. Salah satu dari hydrant diletakkan pada bagian masuk paling bawah
dari pintu keluar darurat dari ruangan.
119
suatu sambungan cabang (coupling spanner). Selang tersebut terikat dengan
nozelnya dan siap untuk digunakan dan terletak pada posisi yang mudah dijangkau
dekat dengan hydrant.
Kapal kargo dengan bobot 1000 GRT atau lebih diiperlengkapi dengan suatu selang
api untuk tiap 30 m dari panjang kapal dan dengan satu tambahan selang pemadam.
Tetapi minimal lima buah tempat. Gambaran ini tidak termasuk selang yang
ditentukan untuk ruangan mesin dan boiler (jika ada).
9. Nozzel
Hanya nozel dengan dua fungsi semburan jet/ spray dengan suatu katup shut off
yang digunakan.
Ukuran datri nozzle seharusnya 12,16 dan 19 mm atau yang mendekati. Ukuran
nozel untuk ruang akomodasi ialah 12 mm. Untuk ruangan mesin dan dek terbuka
ukuran nozzle dapar lebih besar sehingga air dapat diedarkan dan diatur tekanannya
oleh suatu pompa pemadam yang lebih kecil
120
9.6.7. Media Uap
Uap ini juga merupakan media yang dapat menutupi sumber kebakaran dari
udara luar. Instalasinya terdiri dari pipa-pipa yang disusun sedemikian rupa sehingga
titik keluarannya berada di bagian yang rendah dari kompartemen yang dilindunginya,
kecuali di kapal tanker dimana harus ditempatkan diatas minyak
Ketika uap digunakan untuk pemadam, dapat dikatakan bahwa supply harus
dirawat/dipelihara. Ini dimaksudkan untuk menjaga uap dari peristiwa kondensasi. Hal
lain yang perlu dihindarkan adalah keadaan vacuum yang dapat menyebabkan
kemungkinan ledakan. Uap ini cocok untuk kapal yang penggeraknya memakai boiler,
karena ruang dari boiler yang panas, maka kondensasi merupakan hal yang sesuai dan
merupakan hal yang menguntungkan bila hal tersebut ada.
Uap adalah alat pemadam kebakaran yang esensial di kapal yang berlayar di
laut, dan merupakan orbit yang tertentu dari seorang marine engineer, karena hal ini
sangat akrab denganya dan dimungkinkan karena orang lain tidak dapat diharapkan
mempunyai kesempatan yang sama untuk memgenalnya.Uap jenuh, tentu sebagai uap
yang super panas mungkin saja menyebabkan mulainya kebakaran.
121
kebakaran serta pencegahannya untuk kondisi diluar engine room.Api merupakan hasil
dari reaksi kimia yang diikuti oleh pengeluaran cahaya dan panas. Ada 3 unsur utama
yang dapat memungkinkan terjadinya api yaitu : Bahan bakar, Panas dan Oksigen.
Proses ini dikenal dengan istilah segitiga api. Bahan baker adalah suatu bahan yang
mudah terbakar, yang secara fisik terbagi atas tiga bagian yaitu :
Bahan bakar berbentuk gas seperti: Gas asitelin, metan, hydrokarbon dll.
Bahan bakar berbentuk cair seperti kerosene, bensin, solar dll
Bahan bakar berbentuk padat seperti kayu, kertas logam karet batu bara, dll.
Panas yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya api haruslah cukup
mencapai temperatur minimum untuk menghasilkan uap dari bahan bakar tersebut.
Panas dapat berasal dari gesekan, bunga api listrik, busur listrik, petir, sinar matahari,
nyala puntung rokok, listrik statis dll.
Ada dua istilah yang perlu diketahui yang berhubungan dengan temperatur, yaitu titik
nyala (Flash point) dan titik bakar (Fire Point). Titik nyala adalah adalah suatu tingkat
temperature yang terendah dari suatu zat (bahan bakar) untuk dapat mengeluarkan uap
dan dapat menyala dengan sekejap bila diberikan sumber panas yang cukup.
Titik bakar adalah suatu tingkat temperature yang terendah dari suatu zat (bahan bakar)
untuk dapat mengeluarkan uap dan dapat menyala terus menerus bila diberi sumber
panas yang memadai. Masing masing zat memiliki titik nyala dan dan titik bakar yang
berbeda. Sedangkan oksigen merupakan unsure yang terdapat pada udara atau yang
dihasilkan melalui proses kimia yang memiliki kandungan di atmosfir sekitar 16-21%.
122
1. Minyak mentah : 1% - 10%
2. Gasoline : 1.4% - 7.6 %
3. Kerosene : 0.7% - 5 %
4. Butane : 1.6% - 8.4 %
Daerah dapat terbakar dapat dinyatakan dengan gambar berikut :
Konsentrasi Uap
%
LEL = 1
21 16 % O2
Dari uraian tersebut maka Api tidak akan terjadi bila konsentrasi uap bahan bakar itu
rendah atau tinggi.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terjadinya api adalah melalui suatu proses
kimia yang sering disebut kimia api. Hal ini digambarakan seperti pada grafik berikut :
Bahan Bakar
Titik nyala /Bakar ...
Uapnya
Daerah Dapat
Terbakar
Udara
Cukup Oksigen
API
Panas
Cukup Oksigen
123
Klasifikasi Kebakaran
Kebakaran dapat diklasifikasikan berdasar jenis bahan yang terbakar yaitu :
Kelas Jenis Kebakaran
Kebakaran pada bahan padat bukan logam seperti kayu, batu bara,
A
kain karet dll
Kebakaran pada bahan bakar cair dan gas seperti bensin, tiner, cat,
B
bahan kimia, LNG dll
C Kebakaran pada instalasi listrik
Kebakaran pada logam logam yang mudah tebakar seperti
D
magnesium, natrium dll
Hasil Pembakaran
Hasil dari pembakaran ialah ;
1. Pembakaran sempurna Karbon Dioksida + Air
2. Pembakaran Tidak sempurna Karbon Monoksida + Hidrogen + Air
3. Asap yang berwarna, dimana warna ini tergantung pada sifat material yang
terbakar . Misal :
a. Putih atau abu abu ringan menandakan pembakaran bebas (Free burning)
b. Hitam atau abu abu gelap menandakan pembakaran yang pansa sekali dan
kurang oksigen.
c. Kuning, merah, ungu, hijau dan lain lain menandakan adanya gas yang
beracun.
4. Nyala adalah hasil dari perubahan bahan bakar yang terbakar
5. Panas, yang dihasilkan melalui oksidasi yang cepat dari bahan yang terbakar.
6. Gas, sebagai hasil lain dari pembakaran.
7. Partikel partikel lain.
124
Metode pemadaman api dapat dipelajari dari metode terjadinya api. Dengan memutus
salah satu faktor dari segitiga api maka dapat dijadikan acuan untuk memadamkan serta
menghindari “LAHIRNYA” api.
Berikut akan dipaparkan langkah pemutusan/eliminasi dari faktor pembentuk “lahirnya”
api dengan cara :
1. Mengurangi panas
Panas dapat dikurangi dengan cara pendinginan (cooling) untuk menghindari
terjadinya panas.
2. Memisahkan Oksigen dari kebakaran. Dilakukan untuk menghindari kontak
dengan oksigen. Penggunaan gas inert merupakan salah satu contoh dari
langkah pemisahan oksigen dari bahan bakar serta kondisi lingkungan yang
panas di tangki muat.
3. Penutupan aliran bahan bakar (starvation).
125
Tepung kering terbuat dari Natrium Bicarbonat atau Kalium Carbonat. Tepung kering
ini sangat efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C serta dapat
juga untuk memadamkan kebakaran dengan kelas A. Kerugian dari penggunaan tepung
ini ialah memiliki sifat korosif.
126
4. Harus diisolasi dengan bahan yang tidak dapat terbakar yang mana
temperature rata rata dari sisi yang tidak terbakar tidak meningkat
sebanyak 139OC diatas temperatur awal. Atau pada temperature pada
sembarang titik termasuk hubungan antar panel (Joint) tidak meningkat
lebih dari 180oC, diatas temperatur awal. Kedua syarat kenaikan
temperatur tersebut harus selama :
Kelas A - 60 : 60 Menit
Kelas A - 30 : 30 Menit
Kelas A - 15 : 15 Menit
Kelas A – 0 : 0 Menit
b. Kelas B.
Pada kelas B digunakan pada daerah bulk head, decks, ceiling (langit langit),
atau linings (Pelapis), dengan persyaratan :
1. Harus dipasang pada kondisi untuk dapat mencegah laluan asap lidah
api (flame) kurang lebih sekitar ½ jam pertama dari pengujian api.
2. Harus memiliki harga isolasi untuk harga rata-rata pada sisi yang tidak
terbakar tidak meningkat sebanyak 139oC diatas temperature awal dan
kenaikan suhu pada sembarang titik dan sambungan tidak meningkat
sebanyak 225oC diatas temperature awal sesuai dengan waktu pengujian
yang telah ditentukan sebagai berikut :
Kelas B -15 : 15 Menit
Kelas B -0 : 0 Menit
c. Kelas C.
Pembagian pada kelas C digolongkan atas material yang tidak dapat terbakar
serta tidak dapat dilalui oleh asap dan lidah api akan tetapi tidak dibatasi
seberapa besar kenaikan temperaturnya. Penggunaan cover pelapis yang dapat
terbakar merupakan jenis material pada kelas C ini.
127
DAFTAR PUSTAKA
Germanischer Lloyd, Regulations for the construction and survey of lifting appliances,
1992.
Resistance and Propulsion of Ship by SV.AA. Harvald published by Jon Wiley and
Sons, New York, 1992.
128