Dalam merencanakan interior kapal pada dasarnya sama dengan merencanakan
interior pada bangunan–bangunan darat lainya. Hal yang membedakan adalah lingkungan,
dimana kapal beroperasi di daerah yang korosif, adanya gaya-gaya luar yang bekerja seperti
ombak yang besar, badai dan gangguan dari dari lingkungan lainnya. Selain itu salah satu
yang membedakan adalah bentuk ruangan yang khas dengan bentuk kapal, ruangan yang
terbatas/ kecil dan terkadang dengan bentuk yang tidak tentu seperti melengkung dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam situasi tertentu ruangan yang sempit atau terbatas dituntut
dapat memenuhi kebutuhan sebagai tempat tinggal, tempat bekerja dan istirahat dari krew atau
penumpang kapal selama dalam pelayaran yang terkadang tidak hanya membutuhkan waktu
yang sebentar bahkan bisa berbulan bulan tinggal dikapal. Oleh karena itu sebuah interior
suatu ruangan dikapal haruslah dapat memenuhi tuntutan tersebut diatas.
Sebelum kapal dibangun, ada tahap pembuatan rencana umum (general arrangement). Dalam
rencana umum tersebut telah direncanakan berapa jumlah krew/ penumpang kapal, berapa
jumlah ruangan yang harus disediakan serta ukuran-ukuran dari tiap ruangan dan
penggunaanya (lihat gambar 17.2). Dalam sebuah rencana umum, bahkan telah direncanakan
tataletak dari perabotan, mebel yang akan dipasang serta posisi dari peralatan tersebut.
Pada kapal-kapal dagang seperti general kargo, tanker, kontainer desain interior hampir
sama, dapat dikatakan tidak ada perbedaan karena pada kapal tersebut yang paling utama
adalah ruang muat yang semaksimal mungkin. Manusia yang tinggal hanyalah krew kapal yang
mengoperasikan kapal dengan tujuan perdagangan yang tujuan akhir adalah keuntungan yang
sebesar besarnya. Lain halnya pada kapal kapal penumpang terlebih pada kapal pesiar, desain
interior sangatlah diutamakan, hal tersebut berkaitan dengan tujuan utamanya adalah kepuasan
pelanggan/ penumpang. Sehingga bentuk ruangan dan interior pengisinya pun bisa melebihi
hotel bintang lima.
Bentuk dasar ruangan yang dikapal secara umum mengikuti lengkungan/ bentuk dari
kapal tersebut. Jumlah dan macam ruangan untuk kapal dagang/ merchant ships biasanya
disesuaikan kebutuhan seperti :
Pembagian ruangan – ruangan utama ( main – spaces ) yakni :
- Ruangan Muatan.
- Ruangan mesin.
- Ruangan akomodasi anak buah kapal dan penumpang.
- Ruang Navigasi.
- Tangki – tangki.
- Ruangan lainnya.
Ruangan akomodasi anak buah kapal (ABK) merupakan ruangan dimana dalam
ruangan tempat krew istirahat, mengerjakan tugas dan aktivitas lainya. sehigga dalam
menentukan letak, jumlah, jenis, kapasitas, dan ukuran dari ruangan – ruangan berikut
( termasuk perlengkapan didalamnya ) berdasarkan tingkatan dan jumlah anak buah kapal dan
penumpang dengan memperhatikan super structure dan deck – house yang tersedia.
- Sleeping room.(ruang tidur)
- Mess room ( dining room )/ ruang makan /santai.
- Washing accommodation.(ruang cuci)
- Hospital(klinik/rumahsakit dikapal)
- Galley dan provision store.(dapur dan ruang penyimpan makanan)
- Acces (jalan), ladder(tangga) dan stairs dalam hubungannya dengan means of escape (jalan
menyelamaatkan diri saat terjadi kecelakaan/ kebakaran ) sesuai konvensi SOLAS 1960 /1974.
Dalam merancang sebuah kapal tidak dapat dihindari adanya berbagai macam
kepentingan yang akan saling bertentangan dan itu akan didapatkan pada penyusunan
rencana umum ini.Efisiensi dari suatu kapal salah satunya ditentukan oleh penyusunan
ruangan-ruangan yang tepat serta penempatan pintu-pintu yang efektif di antara
ruangan-ruangan tersebut. Dapat dikatakan bahwa penyusunan ruangan-ruangan yang
baik akan dapat meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis dari sebuah kapal. Hal ini
mempengaruhi pada konstruksi dan biaya operasional kapal tersebut. Langkah-langkah
dalam penentuan cargo spaces adalah:
1) Menentukan kebutuhan volume ruang muatan berdasarkan jenis, jumlah dan specific volume
dari muatan yang akan diangkut.
2) Menentukan panjang ruang muatan dan letak ruangan muatan kapal.
3) Menentukan jumlah dan letak dari transverse watertight bulkhead berdasarkan perhitungan
flodable length (watertight subdivision) dengan memperhitungkan rules klasifikasi mengenai hal
ini, termasuk ketentuan mengenai collision bulkhead (Forepeak bulkhead) dan after peak
bulkhead ( stuffing box bulkhead ).
4) Menentukan tinggi double bottom berdasarkan peraturanklasifikasi.
5) Menentukan frame – spacing berdasarkan peraturan klasifikasi.
6) Menentukan jumlah dan tinggi geladak antara ( tween deck ) dengan memperhatikan jenis dari
muatan yang diangkut kapal.
7) Menentukan jumlah dan ukuran serta letak dari hatchways (lubang palkah).
8) Menentukan jumlah, kapasitas dan letak dari ventilator trunk.