Anda di halaman 1dari 63

TEKNIK PELABUHAN

JTS. 1707

PERENCANAAN DERMAGA

BAB V
Pertemuan ke – 10 & 11

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS MATARAM
No. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Estimasi Pertemuan
Waktu Ke-
1 2 3 4 5
1. Pengertian Teknik  Definisi pelabuhan 2 x 50 1
Pelabuhan  Pengertian Teknik Pelabuhan
 Keadaan pelabuhan di Indonesia
2. Karakteristik Kapal Laut  Dimensi kapal laut 2 x 50 2
 Jenis kapal laut
 Olah gerak kapal laut
 Kapal desain
3. Perencanaan Fasilitas  Perencanaan alur pelabuhan 4 x 50 3, 4
Basah Pelabuhan  Perencanaan kolam pelabuhan
4. Proses Alam di Pantai  Karakteristik gelombang laut 6 x 50 5, 6, 7
 Karakteristik pasang surut
 Analisa dan prediksi pasang surut
UJIAN TENGAH SEMESTER (8, 9)
5. Perencanaan Fasilitas  Jenis-jenis dermaga 4 x 50 10, 11
Kering Pelabuhan  Perencanaan jumlah dermaga
 Perencanaan dimensi dan
konstruksi dermaga
6. Perencanaan Fasilitas  Gaya benturan kapal 2 x 50 12
Kering Pelabuhan  Jenis-jenis fender
 Perencanaan fender
7. Perencanaan Fasilitas  Jenis-jenis terminal 4 x 50 13, 14
Kering Pelabuhan  Perencanaan terminal
8. Perencanaan  Jenis- dan fungsi breakwater 4 x 50 15, 16
Breakwater  Perencanaan breakwater

UJIAN AKHIR SEMESTER (17, 18)


1. Prinsip Umum

Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat


memenuhi semua aktifitas-aktifitas di Pelabuhan, antara lain :

 merapat, menambatkan dan melepaskan kapal dengan aman


 menaik-turunkan penumpang atau kargo dengan aman dan
lancar
 menghubungkan angkutan dari-ke darat atau dari-ke laut
 tempat penyimpanan kargo yang cukup dan aman
2. Rancangan Dermaga
 Dimensi dermaga ditentukan oleh jenis, ukuran dan
jumlah kapal yang menggunakannya

 Daerah perairan disekelilingnya harus tenang, dan tidak


mudah mengalami pendangkalan.

 Ditempatkan pada daerah yang memungkinkan kapal


dapat beroperasi dengan lancar dari alur masuk
pelabuhan sampai ke dermaga yang bersangkutan,
 Lokasi Dermaga harus berada dalam koordinasi
dengan rencana pemanfaatan lahan untuk area-area
disekelilingnya

 Dermaga harus ditempatkan pada area dengan akses


lalu lintas darat dan fasilitas penyimpanan yang baik

 Dermaga harus dikonstruksikan dengan cara yang


mudah, kuat dan murah

 Lokasi Dermaga harus memungkinkan untuk


pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut.
3. Tipe Dermaga :
 Tipe Paralel ( Wharf )
dermaga yang dibuat sejajar garis pantai, atau berimpit
garis pantai

 Tipe Pier
Dermaga yang dibangun menjorok ke arah laut, tegak lurus
atau membentuk sudut terhadap garis pantai.
JENIS DERMAGA

Dermaga Sistem Quay Wall


JENIS DERMAGA

Dermaga Sistem Jetty


JENIS DERMAGA

Dermaga Sistem Dolphin


Design Criteria
for Marine Structures
Section Subject Page
1.0 Elevation, Oceanography and Meterology 1
1.1 Dredge Elevations 1
1.2 Current 1
1.3 Waves 1
1.4 Winds 1
1.5 Temperature 2
1.6 Precipitation 2

2.0 Geotechnical 2
2.1 Geotechnical Reports 2
Design Criteria
for Marine Structures
Section Subject Page
3.0 Structural 3
3.1 Codes 3
3.2 Materials 3
3.3 Loads on Dock Platform 4
3.4 Design Vessels 4
3.5 Allowable Stresses 6
3.6 Fenders 6
3.7 Foundation Design 6
3.8 Breasting Dolphins Design 7
3.9 Breasting Dolphins Arrangement 8
3.10 Mooring Design Criteria 9
Codes and Specifications
(Latest Edition and All Supplements)
Code Specification
3.1.1 ACI-318, Building Code Requirements for Reinforced
3.1.2 ACI-301, Specifications for Structural Concrete for Buildings
3.1.3 ACI-543, Recommendations for Design, Manufacture, and
Installation of Concrete Piles
3.1.4 AISC Specifications for Design, Fabrication, and Erection of
Structural Steel for Buildings
3.1.5 AASHTO, Standard Specification for Highway Bridges
3.1.6 Uniform Building Code, UBC
3.1.7 AWS D1.1, Structural Welding Code
3.1.8 NAVFAC DM-25, Design Manual, Waterfront Operational
Facilities
3.1.9 British Ship Research Association, Report NS 256
3.1.10 ________ Standard Engineering Specifications
Environmental Criteria
Geotechnical Criteria
Ship and Barge Loading Conditions
Container Terminals

Port of Houston Authority – Barbour’s Cut Terminal


Liquid Bulk Terminals

Citgo Refining Dock 3


Liquid Bulk Terminals
Dry Bulk Terminals

Port of Corpus Christi – Bulk Materials Dock 1


Dry Bulk Terminals

Aimcor Dock
Break Bulk Terminals

Port of Corpus Christi Authority – Cargo Dock 8


Break Bulk Terminals

Port of Houston Authority – Turning Basin City Dock 23


JUMLAH DERMAGA
BIAYA PELABUHAN
Biaya Pelabuhan (Port Cost) yang terdiri dari :
~ Biaya Investasi/Konstruksi (Capital Cost)
~ Biaya Operasional (Operational Cost)

Grafik Biaya Pelabuhan vs Muatan


1. Biaya Pelabuhan, 2. Biaya Operasional, 3. Biaya Investasi
JUMLAH DERMAGA
BIAYA KAPAL
Biaya Kapal di Pelabuhan (Ship Cost) yang terdiri dari :
~ Biaya Tunggu Kapal (Ship Waiting Cost)
~ Biaya Kapal di Dermaga (Ship Berth Cost)

Grafik Biaya Kapal vs Muatan


1. Biaya Kapal di Pelabuhan, 2. Biaya Tunggu Kapal, 3. Biaya Kapal di Dermaga
JUMLAH DERMAGA
BIAYA OPTIMUM

1. Biaya Total (titik B) lebih rendah daripada BOR (Berth Occupancy Ratio)
berdasarkan Biaya Pelabuhan (titik A). adalah perbandingan antara
waktu penggunaan dermaga
2. Terdapat hubungan satu sama lain antara jumlah
dengan waktu yang tersedia
dermaga, nilai BOR, Waktu Tunggu dan Waktu (dermaga siap operasi)
Pelayanan Kapal.
3. Terdapat kontradiksi antara penyelenggara
pelabuhan yang ingin meningkatkan nilai BOR
nya dengan pemilik kapal yang menginginkan
Waktu Tunggu serendah mungkin.
4. Mengingat pelabuhan sebagai penyedia
pelayanan bagi kapal dan muatan maka
penyelenggara pelabuhan harus
menyeimbangkan jumlah dermaga, nilai BOR,
Waktu Tunggu dan Waktu Pelayanan Kapal
untuk mencapai tingkat pelayanan yang baik.
Berth Occupancy Ratio (BOR) :
Kinerja Pelabuhan ditunjukkan oleh BOR.
BOR adalah tingkat pemakaian dermaga, yaitu Perbandingan antara waktu dermaga
digunakan kapal untuk bongkar/muat (B/M) dengan waktu dermaga tersebut tersedia
untuk digunakan selama kurun waktu (bulan/tahun).
Indikator kinerja pelabuhan digunakan untuk mengukur sejauh mana fasilitas dermaga
dan sarana penunjang dimanfaatkan secara intensif.

Nilai BOR tergantung pada parameter-parameter :


1. Jenis barang ditangani di dermaga
2. Ukuran kapal
3. Produktivitas kerja bongkar/muat
4. Jumlah gang bekerja
5. Jam kerja dan shift kerja
6. Panjang dermaga
7. Hari kerja efektif
8. Waktu tidak bekerja selama kapal bersandar (Not Operating Time): kegiatan
inspeksi, operator istirahat, pengurusan dokumen, persiapan muatan, menunggu
pandu untuk lepas sandar dll
Berth Occupancy Ratio (BOR)
Tingkat pemakaian dermaga dihitung dengan rumus

Waktu Tunggu Kapal (Ship Waiting Time) :


Waktu ketika kapal sedang menunggu untuk merapat karena dermaga sedang
digunakan oleh kapal lain.
Waktu Pelayanan Kapal (Ship Service Time) :
Waktu kapal sedang menggunakan dermaga untuk melaksanakan B/M.
Waktu Putar Kapal (Ship Turn-round Time) :
Jumlah Waktu Tunggu Kapal dan Waktu Pelayanan Kapal.
Tabel. Rekomendasi nilai optimal BOR (United Nation Conference on Trade
and Development UNCTAD, 1984)
Contoh :
Tabel berikut menunjukkan data kapal berlabuh di pelabuhan khusus PT
Pupuk Kaltim Methanol Industri (KMI) di Kalimantan Timur, yang melayani
pemuatan tanker-tanker methanol.
Dermaga dapat digunakan kapal dengan bobot sampai 30.000 DWT.
Perlatan loading arm untuk memuat methanol dengan menggunakan
pompa sebanyak 2 buah, dengan kapasitas 1.000 ton/jam/pompa.
Jumlah tambatan: 1 buah
Waktu operasi pelabuhan dalam 1 tahun adalah 350 hari.
Waktu operasi pelabuhan hanya siang hari.
Hitung nilai BOR pelabuhan tersebut.
Jumlah kebutuhan tambatan dan panjang dermaga dihitung menggunakan
persamaan berikut, yang didasarkan pada arus kunjungan kapal, service
time, dan BOR
•Contoh :
Asumsi jumlah muatan awal yang akan ditangani suatu pelabuhan adalah  35,000
ton/tahun, direncanakan jumlah dermaga sebanyak 1 unit dermaga.
Menurut Velsink (1994), kapasitas B/M berbagai jenis muatan berdasarkan 3~4
kelompok kerja (gang) per kapal umumnya seperti tersaji dalam tabel berikut :
Tabel. Kapasitas B/M Kelompok Kerja
Kapasitas B/M
Jenis Muatan (ton/shift/kapal)
Muatan umum konvensional (break bulk) 200 ~ 300
Produk kayu (bundel) 300 ~ 600
Produk baja (bundel) 500 ~ 1,000
Muatan palet 300 ~ 500
Kontainer 800 ~ 1,300

Kapal rencana 300 DWT, memiliki 1 lubang palka sehingga hanya dilayani 1 gang. Apabila
kapasitas B/M gang tersebut untuk menangani muatan konvensional diambil 200/4 = 50
ton/shift/kapal dan jumlah shift diasumsikan 2x dalam sehari maka Waktu Pelayanan Kapal ukuran
300 DWT adalah sebesar :
300/50/2 = 3 hari
Kapal rencana 1,000 DWT memiliki 2 lubang palka sehingga dilayani 2 gang dan kapasitas B/M
gang untuk kapal tersebut menjadi 100 ton/shift/kapal. Maka Waktu Pelayanan Kapal ukuran 1,000
DWT adalah sebesar :
1,000/100/2 = 5 hari
Dengan data-data di atas dapat dihitung nilai BOR 1 unit dermaga tersebut untuk masing-masing
kapal rencana sebagai berikut :

Tabel. Perhitungan BOR 1 Unit Dermaga


Muatan BOR Tahun Muatan BOR
Tahun

2010 35,000 0.97 2010 35,000 0.49

Perhitungan awal di atas


2015 40,250 1.12 2015 40,250 0.56
dapat dilihat nilai BOR untuk
kapal rencana 300 DWT pada
2020 46,288 1.29 2020 46,288 0.64
awal tahun sudah cukup
tinggi yaitu 97% sehingga
2025 53,231 1.48 2025 53,231 0.74
sangat tidak optimal.
Sedangkan nilai BOR untuk
2030 61,215 1.70 2030 61,215 0.85 kapal rencana 1,000 DWT
pada awal tahun sudah
2035 70,398 1.96 2035 70,398 0.98 mendekati batas maksimum
optimal yaitu 50% untuk 1 unit
dermaga.

DWT = 300 DWT = 1000

Tb = 3 hari Tb = 5 hari

Nb = 1 unit Nb = 1 unit
Apabila jumlah dermaga bagi kapal rencana 300 DWT ditambah menjadi 2 unit dan Waktu
Pelayanan Kapal dipersingkat menjadi 2 hari maka nilai BOR nya menjadi :
Tabel. Perhitungan BOR Kapal Rencana 300 DWT

Muatan BOR
Tahun
2010 35,000 0.32
2015 40,250 0.37 Dari perhitungan di atas nilai BOR kapal
2020 46,288 0.43 rencana 300 DWT dengan 2 unit dermaga
2025 53,231 0.49 dan Waktu Pelayanan Kapal 2 hari baru
2030 61,215 0.57 mencapai batas optimal pada tahun 2030
2035 70,398 0.65 yaitu sebesar 57%.

DWT = 300

Tb = 2 hari
Nb = 2 unit
Penambahan dermaga untuk kapal
rencana 1,000 DWT akan
menimbulkan penambahan biaya
awal yang cukup besar. Untuk
Muatan BOR Tahun Muatan BOR mendapatkan nilai BOR yang
Tahun optimal dengan biaya yang lebih
2010 35,000 0.39 2010 35,000 0.29 hemat dapat dicapai dengan
mempersingkat Waktu Pelayanan
2015 40,250 0.45 2015 40,250 0.34 Kapal. Apabila Waktu Pelayanan
Kapal ukuran 1,000 DWT
2020 46,288 0.51 2020 46,288 0.39
dipersingkat menjadi 4 dan 3 hari
maka nilai BOR nya menjadi :
Tabel. Perhitungan BOR Kapal
2025 53,231 0.59 2025 53,231 0.44
Rencana 1,000 DWT

2030 61,215 0.68 2030 61,215 0.51 Berdasarkan pembahasan di atas


maka jumlah dermaga pelabuhan
2035 70,398 0.78 2035 70,398 0.59 tersebut direncanakan 2 unit untuk
kapal rencana 300 DWT dan 1 unit
untuk kapal rencana 1,000 DWT.
Apabila diperhitungkan dalam
DWT = 1000 DWT = 1000 Rencana Jangka Panjang maka
Pembangunan Tahap I dapat
Tb = 4 hari Tb = 3 hari
dimulai pada tahun 2010 dengan 2
unit dermaga untuk kapal 300 DWT
dan Pembangunan Tahap II pada
Nb = 1 unit Nb = 1 unit
tahun 2030 dengan 1 unit dermaga
untuk kapal 1,000 DWT.
Design Vessels - Ships
The largest vessel to berth at the dock shall have the following
physical properties:
_____________ DWT _____________________ (type of vessel)
LEBAR DERMAGA
• Dermaga adalah fasilitas tempat merapatnya kapal di pelabuhan untuk melakukan
bongkar muat barang atau penumpang.
• Lebar dermaga atau apron adalah bagian muka dermaga dari sisi kapal sampai ke
sisi depan gudang. Pada bagian ini terjadi kegiatan pengalihan dari angkutan laut ke
angkutan darat dan sebaliknya.
• Dalam merencanakan lebar dermaga ini banyak ditentukan oleh jenis dan volume
muatan yang akan ditangani serta metode dan fasilitas B/M yang digunakan di
pelabuhan tersebut.

• Menurut Kramadibrata (2002) lebar apron dermaga pelabuhan umum berkisar


antara 3 ~ 25 m.
PANJANG DERMAGA
Panjang dermaga secara umum adalah sepanjang kapal rencana
ditambah 15 m di depan dan belakang kapal (Kramadibrata, 2002).

Contoh :
Pada dermaga kapal rencana 300 DWT yang memiliki panjang LOA 48
m direncanakan 2 tempat sandar yang berada di sisi kiri dan kanan
dermaga, sehingga panjangnya membutuhkan :
L dermaga = 48 + (2x15) = 78 m (kapal 300 DWT)
Sedangkan panjang 1 dermaga kapal 1,000 DWT adalah :
L dermaga = 72 + (2x15) = 102 m (kapal 1,000 DWT)
KONSTRUKSI DERMAGA
KONSTRUKSI TERTUTUP
KONSTRUKSI DERMAGA
KONSTRUKSI TERBUKA
Berth 5 Cross Section

Berth 7 Cross Section


Construction Material
• Timber
• Concrete
• Steel
• Coatings
• Cathodic Protection

Constructability
Timber Structures
Concrete Structures
Concrete Structures
Concrete Deterioration
Concrete Deterioration
Steel Structures
Steel Mini-Jacket Structures
Steel Corrosion
HDPE Pipe Coatings
Steel Pile Corrosion
Coal Tar Epoxy Coatings
Coal Tar Epoxy Coatings
Coal Tar – Severe Corrosion
Severe Corrosion SSP
SSP Bulkhead
GUDANG MUATAN
Pergerakan muatan dapat terjadi dari tempat asalnya langsung menuju ke kapal
atau sebaliknya dari kapal langsung menuju tempat tujuan. Namun pada
perubahan moda transportasi ini terjadi perubahan yang cukup besar dari segi
volume (lihat Gambar di bawah). Di sisi lain pihak penyelenggara pelabuhan dan
pemilik kapal menginginkan proses B/M yang sesingkat mungkin, sehingga
dibutuhkanlah fasilitas gudang atau lapangan terbuka untuk menyimpan
sementara muatan tersebut.
Gudang merupakan tempat penyimpanan muatan dengan konstruksi tertutup
untuk melindungi muatan dari faktor alam dan pencurian. Ada dua jenis gudang di
pelabuhan yaitu Gudang Transit (Shed) dan Gudang Tetap (Warehouse).
Gudang Transit untuk menyimpan sementara muatan setelah B/M dalam
waktu yang singkat, sedangkan Gudang Tetap untuk menyimpan muatan dalam
waktu yang lama.
Luas yang dibutuhkan untuk tempat menyimpan muatan ini dapat dihitung
dengan rumus (Velsink, 1994) :

f1  f 2  Tts  t av
Ots 
mts  h    365
dimana :
Ots = luas tempat penyimpanan (gudang, lapangan terbuka)
Tts = jumlah muatan yang menggunakan tempat tersebut dalam setahun (ton)
tts = rata-rata lama penyimpanan muatan (hari)
 = rata-rata berat jenis muatan (ton/m3)
h = rata-rata tinggi penumpukan (meter)
mts = tingkat pemakaian tempat penyimpanan muatan
f1 = rasio luas keseluruhan dengan luas terpakai
f2 = faktor volume muatan karena cara pengemasan
Contoh :
Jika data-data di atas direncanakan bagi suatu pelabuhan sebagai berikut :
Tidak semua muatan melalui gudang sehingga jika diambil 2/3 nya maka jumlah muatan yang
melalui gudang adalah Tts = 2/3 x 35,000 = 23,333  23,500 ton/tahun
Rata-rata lama penyimpanan muatan diambil tts = 10 hari
Jika berat jenis kacang mete 0.5 ton/m3 dan batu apung 0.4 ton/m3 maka diambil rata-rata berat
jenis muatan  = 0.5 ton/m3
Rata-rata tinggi penumpukan diambil h = 2.5 meter
Tingkat pemakaian tempat penyimpanan muatan pada awal beroperasinya pelabuhan
kemungkinan tidak 100% dalam setahun sehingga diambil nilai mts = 0.75
Selain ruang untuk menumpuk muatan diperlukan pula ruang antara untuk ruang jalan B/M dan
kantor sehingga diambil nilai f1 = 1.5
Faktor pengemasan muatan diambil f2 = 1.2
Maka luas gudang yang dibutuhkan adalah : Tahun Muatan Ots
(ton) (m2)
2010 35,000 1,227.40
2015 40,250 1,411.51

1.5 1.2  23,500 10 2020 46,288 1,623.23

Ots   1,236m 2 2025 53,231 1,866.72

0.75  2.5  0.5  365


2030 61,215 2,146.73
2035 70,398 2,468.73

Tav = 10 hari
Mts = 0.75
H= 2.5 meter
Jika dihitung dengan memperhatikan pertumbuhan Phi = 0.5 ton/m3
jumlah muatan sampai tahun 2035 adalah sebagai f1 = 1.5
berikut : f2 = 1.2
rasio 0.666667
Tabel. Perhitungan Luas Gudang muatan =
Lapangan Penumpukan Muatan
Apabila muatan tidak perlu terlindungi atau tidak dapat masuk ke dalam gudang
karena ukurannya maka dibutuhkan Lapangan Penumpukan Muatan (Open
Storage). Luas lapangan ini dapat dihitung dengan rumus di atas.

Fasilitas Bongkar Muat


Dalam proses B/M kapal satu lubang palka dilayani oleh 1 kelompok kerja (gang).
Bagi kapal rencana 1,000 DWT yang memiliki 2 lubang palka dibutuhkan 2 gang.
Bila jarak antara dermaga dengan gudang cukup jauh (75 ~ 100 m) dibutuhkan
peralatan forklift ukuran 3 ton. Satu lubang palka membutuhkan 3 forklift sehingga
total 6 forklift untuk 1 kapal. Bila terjadi kerusakan maka perlu ditambah 1 forklift
lagi sebagai cadangan sehingga total 7 unit forklift yang dibutuhkan. Proses B/M
dapat pula langsung dari truk ke kapal dan sebaliknya (truck loosing) tanpa melalui
gudang.
Apabila kapal tidak memiliki alat derek sendiri untuk proses B/M (gearless) maka
pelabuhan harus memiliki mobile crane atau fixed crane.
Layout Fasilitas Darat / Terminal
Dalam penentuan layout fasilitas darat ini, perlu mempertimbangkan beberapa hal
seperti berikut :
1. Luasan-luasan areal yang disediakan untuk fasilitas darat, luasan-luasan yang
perlu disediakan telah dikaji ulang dengan memperhatikan kemungkinan
perkembangan kapasitas layan pelabuhan.
2. Pengaturan lalu lintas kendaraan.

Anda mungkin juga menyukai