JTS. 1707
PERENCANAAN DERMAGA
BAB V
Pertemuan ke – 10 & 11
Tipe Pier
Dermaga yang dibangun menjorok ke arah laut, tegak lurus
atau membentuk sudut terhadap garis pantai.
JENIS DERMAGA
2.0 Geotechnical 2
2.1 Geotechnical Reports 2
Design Criteria
for Marine Structures
Section Subject Page
3.0 Structural 3
3.1 Codes 3
3.2 Materials 3
3.3 Loads on Dock Platform 4
3.4 Design Vessels 4
3.5 Allowable Stresses 6
3.6 Fenders 6
3.7 Foundation Design 6
3.8 Breasting Dolphins Design 7
3.9 Breasting Dolphins Arrangement 8
3.10 Mooring Design Criteria 9
Codes and Specifications
(Latest Edition and All Supplements)
Code Specification
3.1.1 ACI-318, Building Code Requirements for Reinforced
3.1.2 ACI-301, Specifications for Structural Concrete for Buildings
3.1.3 ACI-543, Recommendations for Design, Manufacture, and
Installation of Concrete Piles
3.1.4 AISC Specifications for Design, Fabrication, and Erection of
Structural Steel for Buildings
3.1.5 AASHTO, Standard Specification for Highway Bridges
3.1.6 Uniform Building Code, UBC
3.1.7 AWS D1.1, Structural Welding Code
3.1.8 NAVFAC DM-25, Design Manual, Waterfront Operational
Facilities
3.1.9 British Ship Research Association, Report NS 256
3.1.10 ________ Standard Engineering Specifications
Environmental Criteria
Geotechnical Criteria
Ship and Barge Loading Conditions
Container Terminals
Aimcor Dock
Break Bulk Terminals
1. Biaya Total (titik B) lebih rendah daripada BOR (Berth Occupancy Ratio)
berdasarkan Biaya Pelabuhan (titik A). adalah perbandingan antara
waktu penggunaan dermaga
2. Terdapat hubungan satu sama lain antara jumlah
dengan waktu yang tersedia
dermaga, nilai BOR, Waktu Tunggu dan Waktu (dermaga siap operasi)
Pelayanan Kapal.
3. Terdapat kontradiksi antara penyelenggara
pelabuhan yang ingin meningkatkan nilai BOR
nya dengan pemilik kapal yang menginginkan
Waktu Tunggu serendah mungkin.
4. Mengingat pelabuhan sebagai penyedia
pelayanan bagi kapal dan muatan maka
penyelenggara pelabuhan harus
menyeimbangkan jumlah dermaga, nilai BOR,
Waktu Tunggu dan Waktu Pelayanan Kapal
untuk mencapai tingkat pelayanan yang baik.
Berth Occupancy Ratio (BOR) :
Kinerja Pelabuhan ditunjukkan oleh BOR.
BOR adalah tingkat pemakaian dermaga, yaitu Perbandingan antara waktu dermaga
digunakan kapal untuk bongkar/muat (B/M) dengan waktu dermaga tersebut tersedia
untuk digunakan selama kurun waktu (bulan/tahun).
Indikator kinerja pelabuhan digunakan untuk mengukur sejauh mana fasilitas dermaga
dan sarana penunjang dimanfaatkan secara intensif.
Kapal rencana 300 DWT, memiliki 1 lubang palka sehingga hanya dilayani 1 gang. Apabila
kapasitas B/M gang tersebut untuk menangani muatan konvensional diambil 200/4 = 50
ton/shift/kapal dan jumlah shift diasumsikan 2x dalam sehari maka Waktu Pelayanan Kapal ukuran
300 DWT adalah sebesar :
300/50/2 = 3 hari
Kapal rencana 1,000 DWT memiliki 2 lubang palka sehingga dilayani 2 gang dan kapasitas B/M
gang untuk kapal tersebut menjadi 100 ton/shift/kapal. Maka Waktu Pelayanan Kapal ukuran 1,000
DWT adalah sebesar :
1,000/100/2 = 5 hari
Dengan data-data di atas dapat dihitung nilai BOR 1 unit dermaga tersebut untuk masing-masing
kapal rencana sebagai berikut :
Tb = 3 hari Tb = 5 hari
Nb = 1 unit Nb = 1 unit
Apabila jumlah dermaga bagi kapal rencana 300 DWT ditambah menjadi 2 unit dan Waktu
Pelayanan Kapal dipersingkat menjadi 2 hari maka nilai BOR nya menjadi :
Tabel. Perhitungan BOR Kapal Rencana 300 DWT
Muatan BOR
Tahun
2010 35,000 0.32
2015 40,250 0.37 Dari perhitungan di atas nilai BOR kapal
2020 46,288 0.43 rencana 300 DWT dengan 2 unit dermaga
2025 53,231 0.49 dan Waktu Pelayanan Kapal 2 hari baru
2030 61,215 0.57 mencapai batas optimal pada tahun 2030
2035 70,398 0.65 yaitu sebesar 57%.
DWT = 300
Tb = 2 hari
Nb = 2 unit
Penambahan dermaga untuk kapal
rencana 1,000 DWT akan
menimbulkan penambahan biaya
awal yang cukup besar. Untuk
Muatan BOR Tahun Muatan BOR mendapatkan nilai BOR yang
Tahun optimal dengan biaya yang lebih
2010 35,000 0.39 2010 35,000 0.29 hemat dapat dicapai dengan
mempersingkat Waktu Pelayanan
2015 40,250 0.45 2015 40,250 0.34 Kapal. Apabila Waktu Pelayanan
Kapal ukuran 1,000 DWT
2020 46,288 0.51 2020 46,288 0.39
dipersingkat menjadi 4 dan 3 hari
maka nilai BOR nya menjadi :
Tabel. Perhitungan BOR Kapal
2025 53,231 0.59 2025 53,231 0.44
Rencana 1,000 DWT
Contoh :
Pada dermaga kapal rencana 300 DWT yang memiliki panjang LOA 48
m direncanakan 2 tempat sandar yang berada di sisi kiri dan kanan
dermaga, sehingga panjangnya membutuhkan :
L dermaga = 48 + (2x15) = 78 m (kapal 300 DWT)
Sedangkan panjang 1 dermaga kapal 1,000 DWT adalah :
L dermaga = 72 + (2x15) = 102 m (kapal 1,000 DWT)
KONSTRUKSI DERMAGA
KONSTRUKSI TERTUTUP
KONSTRUKSI DERMAGA
KONSTRUKSI TERBUKA
Berth 5 Cross Section
Constructability
Timber Structures
Concrete Structures
Concrete Structures
Concrete Deterioration
Concrete Deterioration
Steel Structures
Steel Mini-Jacket Structures
Steel Corrosion
HDPE Pipe Coatings
Steel Pile Corrosion
Coal Tar Epoxy Coatings
Coal Tar Epoxy Coatings
Coal Tar – Severe Corrosion
Severe Corrosion SSP
SSP Bulkhead
GUDANG MUATAN
Pergerakan muatan dapat terjadi dari tempat asalnya langsung menuju ke kapal
atau sebaliknya dari kapal langsung menuju tempat tujuan. Namun pada
perubahan moda transportasi ini terjadi perubahan yang cukup besar dari segi
volume (lihat Gambar di bawah). Di sisi lain pihak penyelenggara pelabuhan dan
pemilik kapal menginginkan proses B/M yang sesingkat mungkin, sehingga
dibutuhkanlah fasilitas gudang atau lapangan terbuka untuk menyimpan
sementara muatan tersebut.
Gudang merupakan tempat penyimpanan muatan dengan konstruksi tertutup
untuk melindungi muatan dari faktor alam dan pencurian. Ada dua jenis gudang di
pelabuhan yaitu Gudang Transit (Shed) dan Gudang Tetap (Warehouse).
Gudang Transit untuk menyimpan sementara muatan setelah B/M dalam
waktu yang singkat, sedangkan Gudang Tetap untuk menyimpan muatan dalam
waktu yang lama.
Luas yang dibutuhkan untuk tempat menyimpan muatan ini dapat dihitung
dengan rumus (Velsink, 1994) :
f1 f 2 Tts t av
Ots
mts h 365
dimana :
Ots = luas tempat penyimpanan (gudang, lapangan terbuka)
Tts = jumlah muatan yang menggunakan tempat tersebut dalam setahun (ton)
tts = rata-rata lama penyimpanan muatan (hari)
= rata-rata berat jenis muatan (ton/m3)
h = rata-rata tinggi penumpukan (meter)
mts = tingkat pemakaian tempat penyimpanan muatan
f1 = rasio luas keseluruhan dengan luas terpakai
f2 = faktor volume muatan karena cara pengemasan
Contoh :
Jika data-data di atas direncanakan bagi suatu pelabuhan sebagai berikut :
Tidak semua muatan melalui gudang sehingga jika diambil 2/3 nya maka jumlah muatan yang
melalui gudang adalah Tts = 2/3 x 35,000 = 23,333 23,500 ton/tahun
Rata-rata lama penyimpanan muatan diambil tts = 10 hari
Jika berat jenis kacang mete 0.5 ton/m3 dan batu apung 0.4 ton/m3 maka diambil rata-rata berat
jenis muatan = 0.5 ton/m3
Rata-rata tinggi penumpukan diambil h = 2.5 meter
Tingkat pemakaian tempat penyimpanan muatan pada awal beroperasinya pelabuhan
kemungkinan tidak 100% dalam setahun sehingga diambil nilai mts = 0.75
Selain ruang untuk menumpuk muatan diperlukan pula ruang antara untuk ruang jalan B/M dan
kantor sehingga diambil nilai f1 = 1.5
Faktor pengemasan muatan diambil f2 = 1.2
Maka luas gudang yang dibutuhkan adalah : Tahun Muatan Ots
(ton) (m2)
2010 35,000 1,227.40
2015 40,250 1,411.51
Tav = 10 hari
Mts = 0.75
H= 2.5 meter
Jika dihitung dengan memperhatikan pertumbuhan Phi = 0.5 ton/m3
jumlah muatan sampai tahun 2035 adalah sebagai f1 = 1.5
berikut : f2 = 1.2
rasio 0.666667
Tabel. Perhitungan Luas Gudang muatan =
Lapangan Penumpukan Muatan
Apabila muatan tidak perlu terlindungi atau tidak dapat masuk ke dalam gudang
karena ukurannya maka dibutuhkan Lapangan Penumpukan Muatan (Open
Storage). Luas lapangan ini dapat dihitung dengan rumus di atas.