TUGAS AKHIR
Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Oleh
Edward Stephan Sianturi
NIM 15501023
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya,
perlindungan dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Penulis mempersembahkan laporan tugas akhir ini untuk teman-teman mahasiswa yang belajar di
Program Studi Teknik Kelautan ITB, dan seluruh pihak yang telah banyak membantu proses
penyusunan laporan ini. Meskipun perhitungan yang disajikan dalam laporan ini masih jauh dari
sempurna, namun penulis sangat mengharapkan laporan ini bisa memberikan informasi yang cukup
mengenai perhitungan dasar desain struktur dermaga container.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada banyak pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan tugas besar ini , secara khusus penulis juga ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Hang Tuah Salim, M. Oce. Eng, selaku pembimbing tugas akhir, yang telah
memberikan pengajaran dan bimbingan dalam pengerjaan tugas akhir.
2. Bapak Rildova, Ph. D., sebagai dosen penguji pada seminar dan sidang tugas akhir, atas
pengajaran, saran-saran, dan dukungan beliau.
3. Ibu Paramashanti, ST, MT, sebagai dosen penguji pada seminar tugas akhir, atas pengajaran,
saran-saran, dan dukungan beliau.
4. Ibu Ir. Sri Murti Adiyastuti, M. Sc., sebagai dosen penguji dalam sidang tugas akhir, atas
pengajaran, saran-saran, dan dukungan beliau
Penulis memahami bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan tugas akhir ini,
sehingga nantinya diharapkan tugas besar ini bisa bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak lain yang
akan menggunakannya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala
kekurangan yang ada pada laporan ini.
Faktor lingkungan dalam perencanaan strukur dermaga antara lain adalah akibat
beban-beban angin, arus, gelombang, dan beban gempa. Beban-beban ini
diperhitungkan dalam perencanaan dimensi struktur, yang nantinya akan
menentukan kekuatan dan daya dukung struktur. Adapun faktor-faktor lain yang
dipertimbangan akibat beban-beban lingkungan tersebut adalah terjadinya
pemuaian, korosi, dan akibat-akibat lain yang mungkin terjadi.
Beban yang sebetulnya sangat dominan bekerja pada struktur dermaga adalah
beban opersaional dermaga itu sendiri, seperti beban tarik dan tambat kapal
pada arah horizontal dermaga, dan beban vertikal seperti beban container crane,
container box, container truck, dan beban hidup akibat kegiatan operasional
pada lantai dermaga. Beban-beban ini akan menentukan dalam desain dimensi
elemen-elemen penyusun lantai dermaga, seperti pelat lantai, balok, dan tiang
pancang, terutama dalam penentuan kekuatan struktur dan defleksinya.
Pada studi kasus tugas akhir ini, struktur dermaga yang direncanakan akan
dimodelkan dengan menggunakan perangkat lunak Structure Application
Program (SAP), dimana perangkat lunak ini akan melakukan pengecekan
terhadap kekuatan dan defleksi struktur akibat beban yang terjadi, untuk
kemudian dilakukan perubahan-perubahan dimensi struktur yang dianggap perlu.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kaitan dengan pembangunan pelabuhan ini ada beberapa tujuan yang
hendak dicapai, yaitu:
• Membantu kelancaran pengiriman barang, baik ekspor maupun impor yang
pada akhirnya mendukung kemajuan industri di Pulau Batam
• Meningkatkan pendapatan negara dari sektor industri
• Meningkatkan daya saing dengan negara-negara tetangga
• Memberikan lapangan kerja bagi penduduk yang tinggal di sekitar kawasan
pelabuhan
Fungsi pelabuhan barang yang akan dibangun juga harus diperhatikan, agar
tujuan pembangunan pelabuhan dapat tercapai. Pada umumnya fungsi dari
pelabuhan barang meliputi:
• Sebagai tempat berlabuh kapal barang,
• Sebagai tempat bongkar muat barang,
• Sebagai tempat pelayanan dan sarana memperlancar kegiatan operasional
kapal barang,
• Sebagai pusat distribusi barang dan pemasaran,
• Sebagai ujung tombak berkembangnya kawasan industri.
I-1
BAB I PENDAHULUAN
I-2
BAB I PENDAHULUAN
Bollard
Lantai
Fender Dermaga
Pile
Gambar 1.1
Gaya-gaya yang bekerja pada struktur dermaga
I-3
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari laporan Tugas Akhir ini adalah untuk mendapatkan gambaran
mengenai perencanaan pembangunan dermaga terminal peti kemas di
Pelabuhan Batu Ampar di Batam dengan penekanan pada analisis struktur
dermaga, beserta seluruh sasaran yang digunakan sebagai dasar bagi
pelaksanaan kegiatan konstruksi.
• Kolam putar
Kolam putar berfungsi untuk tempat manuver bagi kapal yang masuk kolam
pelabuhan untuk mengarahkan kapal pada tempat tambat (berth) maupun bagi
kapal yang akan meninggalkan pelabuhan. Kolam putar harus cukup dalam
dan lebar.
• Kolam pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah perairan yang berada di dalam area pelabuhan .
Kolam pelabuhan harus memiliki kedalaman minimal yang diperlukan bagi
I-4
BAB I PENDAHULUAN
kapal yang akan berlabuh dan cukup luas, sehingga kapal leluasa bergerak
tanpa bertabrakan dengan kapal yang lain.
• Breakwater
Breakwater adalah struktur yang berfungsi untuk melindungi kolam pelabuhan
dari serangan gelombang.
• Berth
Berth adalah tempat dimana kapal bersandar dan bertambat untuk melakukan
kegiatan bongkar muat.
- Berth harus cukup kuat menahan beban benturan kapal ketika bersandar,
beban akibat gaya tambat kapal, beban akibat aktivitas peralatan bongkar
muat, dan beban akibat aktivitas manusia dan peralatan di atasnya.
- Berth harus cukup panjang sesuai parameter panjang kapal yang akan
bersandar.
- Berth harus cukup tinggi sehingga lantai berth tidak terendam air meskipun
terjadi air pasang.
• Areal darat
Areal darat adalah areal kering di dalam kawasan pelabuhan yang
diperuntukkan bagi tempat aktivitas kerja manusia seperti lapangan
penumpukan kontainer, lapangan kargo, area muatan curah, perkantoran, dan
sarana pendukung lainnya.
I-5
BAB I PENDAHULUAN
I-6
BAB I PENDAHULUAN
I-7
BAB II
KONDISI FISIK DAN
GAMBARAN LOKASI PROYEK
BAB II KONDISI FISIK DAN GAMBARAN LOKASI PROYEK
BAB II
KONDISI FISIK DAN GAMBARAN LOKASI PROYEK
II - 1
BAB II KONDISI FISIK DAN GAMBARAN LOKASI PROYEK
Gambar 2.1
Peta wilayah Batu Ampar, Batam
II - 2
BAB II KONDISI FISIK DAN GAMBARAN LOKASI PROYEK
Kecamatan Batu Ampar memiliki luas ± 22.5 km2, yang terdiri dari 5
Kelurahan, antara lain :
- Kelurahan Batu Merah
- Kelurahan Bukit Senyum
- Kelurahan Bengkong Laut
- Kelurahan Bengkong Harapan
- Kelurahan Harapan Baru
II - 3
BAB II KONDISI FISIK DAN GAMBARAN LOKASI PROYEK
B. Perdagangan
Batam merupakan salah satu daerah perdagangan yang berkembang dengan
pesat, mengingat lokasinya yang dekat dengan Singapura. Laju pertumbuhan
ekonomi kota Batam pada tahun 2006 adalah sebesar 8.13%.
Ada tujuh sektor yang mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, yakni
sektor pertanian, sektor industri, sektor listrik dan air minum, sektor
bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi dan sektor jasa-jasa.
Pendapatan per kapita masyarakat juga menunjukkan peningkatan.
Berdasarkan harga berlaku (current price), pada tahun 2004 pendapatan per
kapita telah mencapai Rp. 17.176.162,49 sedangkan pada tahun 2003
sebesar Rp. 15.935.049,96.
C. Industri
Batam juga merupakan salah satu kawasan industri yang mempunyai nilai
investasi yang besar bagi perekonomian Provinsi Kepulauan Riau.
Adapun kontribusi pendapatan regional pulau Batam masih sangat dominan
berasal dari sektor industri pengolahan sebesar, yakni sekitar 71.28% dari
pendapatan regional.
Jenis industri yang terdapat di pulau Batam antara lain industri barang
elektronik, industri mesin, dan industri peralatan konstruksi.
II - 4
BAB II KONDISI FISIK DAN GAMBARAN LOKASI PROYEK
Gambar 2.2
Peta wilayah Kotamadya Batam, Propinsi Kepulauan Riau
II - 5
BAB II KONDISI FISIK DAN GAMBARAN LOKASI PROYEK
II - 6
BAB II KONDISI FISIK DAN GAMBARAN LOKASI PROYEK
-22. -2
0
8.0
-1
.00
0
7.0
-15
0
-1
.0
0
-16
6.0
-1
Y +800
00 .00 00
-16. -15 -14.
00
-13.
00
-12.
00
-11.
-9.0 00
Y +600
-10.
0
0
-8.0
0
-7.0
-1.0 0
0
-6.0
-2.0
0
+1 0
0
-5.0
0.0
-4.0
.00
-3.0
BA-04.OB
00
-19.
Y +400
BA-03.OB
00
-13.
0
4.0
00
-14.
-1 00
Y +200 -13.
00
-15.
00
-18.
00 -16.
00 00
-12. -17.
00
-17.
00
-16.
Y 000 -15.
00
DLKR-BTA.1
BM-BA.5
-13.00
-12.00
-11.00
-10.00
-9.00
-8.00
-7.00
-14.
-6.00
00 -12.00
-11.00
-10.00
-9.00
0
-8.00
-5.0
-7.00
-6.00
0
-4.0
-5.00
Y -200
0
-4.00
-3.0
0
-13. -3.00
-2.0
00
-12.00
-8
.0
0 BM-BA.4
Y -400 -11.00
0
.0
-7
0
.0
-6
Y -600
00
-10.
0
-8.00
BA-01.OB
-9.0
0
-7.00
.0
-6.00
0
-5.00
.0
-4
-4.00
-3.00
-5
-3.00
-2.00
+1.00
-2.00
-1.00
0.00
-1.00
-10.00
0.00
-7.0
-6.0
Y -800
0
BA-02.OB
Y -1000
Y -1200
BA-05.OB
-10.
00
Y -1400 -9.00
-4.00
-8.00 -3.00
-2.00
-1.00
-7.00 0.00
-6.00
-5.00
Y -1600
-4.00
Y -1800 +1.00
0.00
-1.0
0
-2.0
0
-3.0
0
Y -2000
Gambar 2.3
Peta Bathymetri Batu Ampar, Batam
II - 7
BAB II KONDISI FISIK DAN GAMBARAN LOKASI PROYEK
Data pasang surut di daerah lokasi proyek yang telah dianalisis adalah sebagai
berikut :
Highest Water Spring HWS 3.50 m
Mean High Water Spring MHWS 3.18 m
Mean High Water Level MHWL 2.94 m
Mean Sea Level MSL 2.49 m
Mean Low Water Level MLWL 1.56 m
Mean Low Water Spring MLWS 0.84 m
Lowest Water Spring LWS 0.00 m
II - 8
BAB II KONDISI FISIK DAN GAMBARAN LOKASI PROYEK
Peta Topography Batu Ampar, Batam adalah sebagai berikut. Secara umum,
elevasi tanah bervariasi antara -1.00 meter hingga -5.60 meter.
PELABUHAN
MAGCOBAR
Y +600
BA=04.OB
Y +400
BA=03.OB
PT. MC DERMOTT
Y +200 SEA
Y 000
BA=05.OB
DLKR-BTA.1
Y -200
BM-BA.4.OB
BATAM CENTER
Y -400
Y -600
BA=01.OB
Y -800
BA=02.OB
Y -1000
SEA
Y -1200 BA=05.OB
Y -1400
KE JODOH
Y -1600
KE TJ.
BALOI
X +1400
X +1600
X +1800
X +2000
X +2200
X +2400
X +2600
X +2800
X +3000
X +3200
PANT
UN/
Gambar 2.4
Peta Topography Batu Ampar, Batam
II - 9
BAB II KONDISI FISIK DAN GAMBARAN LOKASI PROYEK
Dari hasil analisis parameter tanah di lokasi proyek yang telah ditentukan, maka
diperoleh data parameter tanah sebagai berikut :
- Lapisan tanah paling atas pada dasar seabed berupa pasir kerikilan dengan
ketebalan 13-15 meter.
- Lapisan kedua berupa pasir padat kelanauan dan kerikilan berwarna abu-abu
tua kecoklatan dengan ketebalan sekitar 7-11 meter.
- Lapisan ketiga berupa pasir padat kelanauan kerikilan dengan sekit kulit
kerang berwarna abu-abu kecoklatan, dengan kedalaman 3.5-8 meter.
- Nilai SPT untuk ketiga lapisan tanah tersebut diatas mencapai lebih dari 60
(>60).
- Nilai Compression Ratio (Cc) untuk lapisan kedua berkisar antara 0.164-0.191.
- Nilai Compression Ratio (Cc) untuk lapisan ketiga berkisar antara 0.093-0.158.
Untuk lebih jelasnya, gambaran visual dari data tanah hasil penyelidikan tersebut
disajikan sebagai berikut :
II - 10
BAB II KONDISI FISIK DAN GAMBARAN LOKASI PROYEK
Gambar 2.5
Data Tanah Lokasi Proyek
II - 11
BAB III
KRITERIA DESAIN DAN
LAYOUT DESAIN AWAL
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
BAB III
KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
III - 1
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
III - 2
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
Gambar 3.1
Bentuk dermaga memanjang
III - 3
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
LOA
Gambar 3.2
Bentuk dermaga menyerupai jari (finger type wharf)
• Bentuk pier
Dermaga berbentuk pier ini dibangun bila garis kedalaman jauh dari pantai
dan tidak diinginkan adanya pengerukan kolam pelabuhan yang besar, yang
berkaitan dengan stabilitas lingkungannya.
Antara dermaga dan pantai dihubungkan dengan jembatan penghubung
(approach trestle) yang berfungsi sebagai penerus dalam lalu-lintas barang.
Jembatan penghubung dapat ditempatkan di tengah, di sisi, ataupun
kombinasi dari keduanya.
III - 4
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
Gambar 3.3
Dermaga berbentuk pier
Panjang Dermaga
Panjang dermaga direncanakan berdasarkan panjang kapal (LOA).
Menurut Standard Design Criteria For Ports In Indonesia, panjang dermaga
ditentukan sebagai berikut :
L = LOA + 10% LOA (1)
L = LOA + 10 meter (2)
Fasilitas sandar dan tambat pada dermaga terminal peti kemas pelabuhan batu
ampar di batam ini di desain untuk 2 buah kapal container besar (LOA = 280
meter) dan 1 buah kapal container sedang (LOA = 248 meter), sehingga
perhitungan panjang dermaga adalah :
L = 2*(280+28) + (210 + 21)
= 888.8 meter (1)
L = 2*(280+10) + (210 + 10)
= 838.0 meter (2)
Dari rumus (1) dan (2) diatas, maka dipilih panjang dermaga yang terbesar, yaitu
888.8 meter, namun untuk perencanaan diambil panjang dermaga sebesar 900
meter.
Lebar Dermaga
Pada perencanaan lebar dermaga pada perencanaan dermaga terminal peti
kemas ini, ada beberapa fasilitas pendukung dermaga yang harus
diperhitungkan, antara lain :
III - 5
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
• Apron
Apron adalah area pada bagian muka dermaga sampai lapangan penumpukan
peti kemas, dimana padanya terdapat pengalihan kegiatan angkutan laut
(kapal) kepada angkutan darat (truk).
• Jalan
Jalan pada dermaga ini adalah sarana untuk transportasi peti kemas oleh
kendaraan pengankut dari dermaga ke lapangan penumpukan ataupun ke luar
dermaga.
Untuk dermaga terminal peti kemas pebuhan Batu Ampar, Batam ini, lebar apron
dermaga diambil sebesar 30 meter, namun karena memperhitungkan adanya
container crane, maka lebar dermaga diambil sebesar 36 meter.
III - 6
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
Pada gambar dibawah ini, dapat dilihat layout awal desain dermaga dengan
keterangan sebagai berikut :
Dermaga ini mneggunakan konstruksi tiang pancang baja (steel pipe pile)
Dimensi demaga adalah 900 x 36 meter = 32400 meter2
Kedalaman perairan di depan dermaga minimum = 16.0 meter
Dan pada gambar berikutnya, dapat dilihat layout awal desain pelabuhan
terminal peti kemas secara keseluruhan
III - 7
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
Gambar 3.4
Layout Dermaga
III - 8
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
Gambar 3.5
Layout Pelabuhan
III - 9
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
Deck On Pile
Struktur Deck On Pile menggunakan tiang pancang sebagai pondasi bagi lantai
dermaga. Seluruh beban di lantai dermaga (termasuk gaya akibat berthing dan
mooring) diterima sistem lantai dermaga dan tiang pancang tersebut.
Dibawah lantai dermaga, kemiringan tanah dibuat sesuai dengan kemiringan
alaminya serta dilapisi dengan perkuatan (revetment) untuk mencegah
tergerusnya tanah akibat gerakan air yang disebabkan oleh manuver kapal.
Untuk menahan gaya lateral yang cukup besar akibat berthing dan mooring
kapal, jika diperlukan dapat dilakukan pemasangan tiang pancang miring.
Gambar 3.6
Dermaga tipe Deck On Pile
Sheet Pile
Struktur Sheet Pile adalah jenis struktur yang tidak menggunakan kemiringan
alami dari tanah. Dalam hal ini, gaya-gaya akibat perbedaan elevasi antara lantai
dermaga dengan dasar alur pelayaran ditahan oleh struktur dinding penahan
tanah.
III - 10
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
Tiang pancang miring masih diperlukan untuk menahan gaya lateral dari kapal
yang sedang sandar atau untuk membantu sheet pile menahan tekanan lateral
tanah.
Struktur sheet pile ini dapat direncanakan dengan menggunakan penjangkaran
(anchor) ataupun tanpa penjangkaran.
Selain sheet pile, diaphragma wall beton juga dapat berfungsi sebagai penahan
tekanan lateral tanah. Selain itu, diaphragma wall juga dapat direncanakan
menerima beban beban vertikal dari lantai dermaga, karena diaphragma wall
juga merupakan suatu dinding beton bertulang yang struktural.
Barrette pile dapat digunakan pada struktur ini, yang berfungsi sebagai ‘anchor’
bagi diaphragma wall, keduanya dihubungkan oleh sistem tie beam atau tie slab.
Sheet Pile
Gambar 3.7
Struktur Dermaga sheet pile
Sheet Pile
Anchor
Gambar 3.8
Struktur Dermaga Anchored Sheet Pile
III - 11
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
Diaphragma Wall
Barrette pile
Gambar 3.9
Struktur Dermaga Diaphragma Wall dengan Barrette pile
Caisson
Struktur caisson merupakan salah satu jenis dari dermaga Gravity Structure,
yang pada prinsipnya menggunakan berat sendiri dari struktur untuk menahan
gaya vertikal dan horizontal, terutama untuk menahan tekanan tanah.
Caisson terdiri dari blok beton bertulang yang dibuat di darat dan dipasang pada
lokasi dermaga dengan cara mengapungkan dan diatur pada posisi yang
direncanakan, kemudian ditenggelamkan dengan mengisi blok-blok tersebut
dengan pasir laut ataupun batuan.
Granular Fill
Concrete
Caisson Rock Fill
Rubber Base
Foundation
Gambar 3.10
Struktur Dermaga Caisson
III - 12
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
1. Tipe Deck On Pile paling memenuhi untuk kondisi layout desain awal
yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Jenis tanah yang terdapat pada seabed adalah jenis pasir lepas kerikilan
yang cukup keras.
3. Tipe Deck On Pile sudah umum digunakan, sehingga akan memudahkan
dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan penggunaan caisson
ataupun diaphragma wall yang memerlukan peralatan dan tenaga
spesialis di khusus bidang ini.
III - 13
BAB III KRITERIA DESAIN DAN LAYOUT DESAIN AWAL
III - 14
BAB IV
PERHITUNGAN BEBAN
PADA STRUKTUR DERMAGA
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
BAB IV
PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
IV - 1
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
C M = 1+ 2BD
K 2 + R 2 cos 2 γ
CE =
K 2 + R2
IV - 2
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
MD
K = [(0,19*CB) + 0.11]*LOA Dimana : CB =
L BP ⋅ B ⋅ D ⋅ ρ SW
⎡ B ⎤
γ = 90 ° − α − a ⋅ sin ⎢ ⎥
⎣2 ⋅ R⎦
2 2
⎡L ⎤ ⎡B⎤
R = ⎢ BP − x ⎥ + ⎢ ⎥
⎣ 2 ⎦ ⎣2⎦
LBP
x=
4
IV - 3
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
IV - 4
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
Dari hasil analisa energi berthing, maka diperoleh energi berthing maksimum
sebesar :
EA = 829.65 kNm
= 84.6 ton.m
• Dari hasil perhitungan energi berthing, maka dipilih fender FENTEK SCN 1300 E3
cone fender, dengan performance sebagai berikut :
IV - 5
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
SCN 1300 E3
Energy : 1330 kNm
Reaction : 1970 kN
Dengan menggunakan performance curve untuk fender SCN 1300 E3, maka
performance dari fender tersebut pada saat terdefleksi sebesar 45% adalah :
Energy : E45 = 900 kJ
Reaction : R45 = 1400 kN
Dimensi dari fender SCN 1300 E3 tersebut dapat dilihat dari tabel dan gambar
spesifikasi sebagai berikut :
IV - 6
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
• untuk menghitung performance dari fender tersebut pada kondisi terdefleksi akibat
bow flares atau berthing angles adalah dengan menggunakan Energy & Reaction
Angular Correction Factors sebagai berikut :
S ≤ R B − (R B − PU + δ F + C )
2 2
1 ⎡⎛ B ⎞ ⎛⎜ LOA ⎞⎤
2
R B = ⋅ ⎢⎜ ⎟ + ⎜ ⎟⎥
2 ⎢⎣⎝ 2 ⎠ ⎝ 8 ⋅ B ⎟
⎠⎥⎦
dimana : S = jarak antar fender
RB = radius bow kapal
PU = proyeksi fender
δF = defleksi fender
C = ruang kebebasan
Dari hasil perhitungan diatas, maka jarak antar fender yang diambil yang
memenuhi kriteria adalah 12 meter.
IV - 7
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
IV - 8
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
Untuk container ship, tekanan izin lambung kapal maksimum yang diizinkan
adalah sebesar 400 kN/m2
P=
∑R ≤ PP
W ⋅H
R W H P PP
(kN) (m) (m) (kN/m2) (kN/m2)
2250 2 5 225 400
Dari hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa tekanan kontak lambung
kapal memenuhi tekanan kontak izin lambung kapal (Hull Pressures)
Berdasarkan kebutuhan yang disajikan pada table diatas, maka ukuran minimal
dimensi frontal fender frame / pad pada dermaga container adalah :
2,20 m x 3,45 m. namun pada perencanaan dermaga ini, diambil ukuran frontal
fender frame sebesar 3,00 m x 4,00 m
IV - 9
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
Koefisien Friksi
Koefisien Friksi mengacu kepada BS 6349 Part 4, seperti yang disajikan pada
tabel berikut :
Untuk perencanaan dermaga ini diasumsikan bahwa material Frontal Pad adalah
Polyethylene dengan koefisien friksi 0.2.
Chain / Rantai
Chain atau rantai direncanakan berdasarkan spesifikasi pabrik.
Untuk memperhitungkan beban pada Chain / rantai pada dermaga Container
dilakukan perhitungan sebagai berikut :
R = 225 ton
Fsh = 0.2 * 225
= 45 ton
T = Fsh / cos 30°
= 51.7 ton
IV - 10
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
Besaran ini akan ditambahkan kepada besaran berat Fender dan Frontal Frame
yang akan dipikul oleh Weight Chain.
IV - 11
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
IV - 12
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
IV - 13
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
Sudut arah
koefisien gaya angin untuk kapal container
IV - 14
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
IV - 15
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
IV - 16
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
Sudut arah
Koefisien koreksi kedalaman untuk gaya arus arah tegak lurus kapal
IV - 17
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
IV - 18
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
Berdasarkan BS 6349, part 4, dapat ditentukan posisi titik tambat kapal (Bollard)
sebagai berikut :
o Stern Line dan Head Line membentuk sudut 45° terhadap axis
memanjang dermaga.
o Spring Line membentuk sudut maksimum 15° terhadap axis memanjang
demaga.
o After dan Forward Breast Line membentuk sudut tegak lurus terhadap
axis memanjang dermaga.
IV - 19
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
dari hasil perhitungan gaya akibat angin dan arus (mooring) pada lampiran,
maka diperoleh :
IV - 20
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
Agar tali dapat menahan beban dengan efektif maka sudut vertikal juga dibuat
sedatar mungkin, dan maksimum besar sudutnya adalah 25°.
Untuk ini perlu diperhatikan posisi tali pada saat terjadinya perubahan muka air
akibat pasang seperti pada gambar sketsa dibawah ini :
Assume "Flai"
A
A B
Assume 0° Spring Lines
Head/Stern Lines
30°
90°
30°
A A
B B
Equal Assume 0°
Length Spring Lines
IV - 21
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
Untuk menghitung sudut vertikal pada tali tambat, terlebih dahulu harus diketahui
perbedaan ketinggian muka air laut takibat pasang surut terhadap lantai
dermaga.
Dari data yang diperoleh, (dengan acuan LWS = 0.0 meter), maka kondisi air
surut terendah terjadi pada elevasi -6.00 meter relatif terhadap lantai dermaga,
sedangkan kondisi air pasang tertinggi terjadi pada elevasi -3.00 meter relatif
terhadap lantai dermaga.
Freeboard = 9.2 m
Water Level = 2.0 m
Deck Level = 5.0 m
Sehingga Freeboard kapal relatif terhadap deck adalah 9.2 + 2.0 – 5.0 meter,
yaitu 6.2 meter.
Untuk sudut mendatar yang harus dibentuk oleh Breast Line adalah:
cos-1 (3.5/13.30) = 74.74 ~ 75°
IV - 22
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
1
P= ⋅ ρ ⋅ A ⋅V 2
2
Dimana : P = gaya angin (kg m/s2)
ρ = berat jenis udara (1.25 kg/m3)
V = kecepatan angin (m/s)
A = luas proyeksi struktur yang terkena gaya angin (m2)
Gaya angin yang bekerja pada struktur dermaga adalah sebagai berikut :
a). Operating
F1 = 0,37 ton (exterior)
F2 = 0,74 ton (interior)
b). Extreme
F1 = 1,875 ton (exterior)
F2 = 3,75 ton (interior)
IV - 23
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
f = fi + f D
Dimana :
πD 2 du
fi = CM ⋅ ρ ⋅ ⋅
4 dt
1
f D = CD ⋅ ⋅ ρ ⋅ D ⋅ u ⋅ u
2
Dermaga yang direncanakan adalah dermaga yang terlindung (sheltered) dari
gelombang karena adanya struktur breakwater sebagai pemecah gelombang,
oleh karena itu, persamaan morison yang dipakai hanya gaya drag (fD).
U max ⋅ D
Re =
ν
Dimana : Re : Reynold number
Umax : Kecepatan arus maksimum (1.75 m/detik)
D : diameter tiang (1 meter)
V : viskositas kinematik (untuk air laut = 9.29 10-7 m2/detik)
Dari perhitungan, diperoleh bilangan Reynolds sebesar :
Re = 1.88 10-6
IV - 24
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
η
1
= ∫ C D ⋅ ⋅ ρ ⋅ D ⋅ u ⋅ u dz
−d
2
Dimana : CD : drag coefficient (0.7)
Ρ : seawater density (1.025 kg m/s2)
D : diameter tiang (1 meter)
U : kecepatan partikel fluida pada sumbu z (1.75 m/s)
Z : kedalaman pondasi tiang yang terkena arus
Namun gaya arus yang bekerja pada tiap tiang berbeda-beda, karena bentuk
pondasi struktur tiang pancang yang menggunakan revetment pada lapisan
tanah di bawahnya menyebabkan panjang tinggi pondasi tiang pancang yang
terkena arus tidak sama.
EL ± 0.00
EL − 16.00
IV - 25
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
Dari gambar sketsa tersebut diatas, maka kedalaman tiang pancang yang
terkena gaya arus pada tiap baris tiang pancang adalah sebagai berikut :
Baris 1 = 15.5 meter
Baris 2 = 13.5 meter
Baris 3 = 11.0 meter
Baris 4 = 8.0 meter
Baris 5 = 4.5 meter
Baris 6 = 1.0 meter
Baris 7 = 0.0 meter (tidak terkena gaya arus)
Baris 8 = 0.0 meter (tidak terkena gaya arus)
Maka gaya arus yang bekerja pada tiang pancang adalah sebagai berikut :
Pile Row SE. HWL L Po
(m) (m) (m) (kN)
1 -15.5 3.5 19 11.74
2 -13.8 3.5 17.3 10.69
3 -10.1 3.5 13.6 8.4
4 -6.7 3.5 10.2 6.3
5 -2.6 3.5 6.1 3.77
6 1.1 3.5 2.4 1.48
7 2.5 3.5 1 0.62
8 2.5 3.5 1 0.62
IV - 26
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
IV - 27
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
Dimensions
General
Manufacturer ZPMC (China)
Description A - Frame
Girder type Twin
Machinery or Rope Trolley RT
Rated load under spreader long tons 50
Lifterd load under cargo beam long tons 60
Performance - Design
Main Hoist w/ Load mpm 74.7
Lowering w/ Load mpm 86
Hosting w/ Spreader mpm 100.6
Lowering w/ Spreader mpm 100.6
Trolley Speed mpm 243.8
Gantry Speed mpm 45.7
Boom Hoist Time minutes 4 to 45 degrees
Crane Geometry
Outreach to W aterside Rail meter 61.3
Setback to Fender meter 3.7
Gage meter 30.5
Backreach to Landside Rail meter 22.9
Lift Height above Rail meter 36.6
Total Lift meter 48.8
Clear Height at Portal meter 16.9
Clearance between Legs meter 18.3
Bumper to Bumper distance meter 27
Average Wheel Spacing meter 1.5
Design Information
DL. Crane Weight tons 1100
TL. Trolley Load tons 24.8
LS. Lift System Load tons 17
LL. Lifted Load tons 50.8
TL+LS+LL tons 92.6
Design Duty Cycles millions 3.5
Operating Wind Speed over full Height mph 55
Stowed Basic wind Speed mph 110
source : www.liftech.net
IV - 28
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
IV - 29
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
IV - 30
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
IV - 31
BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PADA STRUKTUR DERMAGA
5m 4 to 9 m
25 kN 200 kN 200 kN
25 kN 100 kN
125 mm 500 mm
200 mm 200 mm
2.75 m
1.75 m
2.75 m
IV - 32
BAB V
PERANCANGAN STRUKTUR
DERMAGA CONTAINER
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
BAB V
PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
5.1. Material
Material yang digunakan dalam perencanaan struktur dermaga ditetapkan
sebagai berikut :
5.1.1. Beton
Beton dalam hal ini merupakan beton bertulang biasa
a). karakteristik material Beton
karakteristik material beton untuk dermaga ini adalah sebagai berikut :
Beton bertulang :
Pelat Lantai K 300
Balok Cast In Situ K 300
Crane Girder K 600
= 3.350.421,844 tom/m2
= 2,852 Mpa
V-1
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V-2
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V-3
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Atap datar tidak menahan atau berhubungan dengan komponen Lendutan akibat beban hidup L / 180
non struktural yang mungkin akan rusak akibat lendutan yang besar
Lantai tidak menahan atau berhibungan dengan konponen non Lendutan akibat beban hidup L L / 360
struktural yang mungkin rusak akibat lendutan yang besar
Konstruksi atap atau lantai yang menahan atau berhubungan Bagian dari lendutan total yang terjadi L / 480
dengan komponen non struktural yang mungkin rusak setelah pemasangan komponen non
akibat lendutan yang besar struktural (jumlah dari lendutan jangka
panjang akibat semua beban yang bekerja
Konstruksi atau lantai yang menahan atau berhubungan dengan dan lendutan seketika yang terjadi akibat L / 240
komponen non struktural yang mungkin rusak penambahan sebarang beban hidup)
akibat lendutan yang besar
V-4
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
⎢ ⎜ ⎟ ⎥
⎢1,0 − ⎝ r ⎠ ⎥
⎢ 2 CC ⎥
2
⎢ ⎥
fa = ⎣⎢ ⎦⎥ ∗ Fy
3
⎛ kL ⎞ ⎛ kL ⎞
⎜ ⎟ ⎜ ⎟
5 3⎝ r ⎠ ⎝ r ⎠
+ − 3
3 8 CC 8 CC
kL kL y kLx E
Dimana adalah nilai terbesar dari dan dan CC = 2 π 2
r ry rx Fy
V-5
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
2) Tegangan lentur
Tegangan izin lentur untuk penampang pipa diperhitungkan sebagai
berikut :
Fb22 = 0,6 Fy
= 1440 kg/cm2
Fb33 = 0,6 Fy
= 1440 kg/cm2
3) Geser
Tegangan izin geser diperhitungkan sebagai berikut :
Fv = 0,4 Fy
V-6
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dimensi pelat
Panjang Pelat : 5600 mm (5,6 m)
Lebar Pelat : 1000 mm
Tebal Pelat : 400 mm
5.2.1. Pembebanan
Beban – beban yang bekerja pada pelat adalah sebagai berikut :
a). Beban Mati Pelat
b). Beban Hidup Merata
c). Beban Container Truck T45
d). Beban Container Box 2 tumpuk
V-7
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban hidup ini dihitung dengan berbagai kondisi pembebanan pelat sebagai
balok menerus dengan bantuan program SAP 2000, sebagai berikut :
KONDISI 1 M(+) M(-) V
KN-m KN-m KN
BALOK 1 71.65 -97.12 99.72
BALOK 2 30.35 -97.12 86.71
BALOK 3 42.48 -72.84 82.37
BALOK 4 30.35 -97.12 86.71
BALOK 5 71.65 -97.12 99.72
MAX 71.65 -97.12 99.72
V-8
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
M(+) M(-) V
Ton-m Ton-m Ton
9.23 -11.14 10.39
M(+) M(-) V
Ton-m Ton-m Ton
15.96 -17.58 17.82
V-9
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
M(+) M(-) V
Ton-m Ton-m Ton
15.28 -18.18 24.87
V - 10
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dimana :
P[1] : Beban Truck T45
P[2] : Beban Container 2 tumpuk
M(+) M(-) V
Ton-m Ton-m Ton
DEAD LOAD 2.58 -3.49 3.59
LIVE LOAD 9.23 -11.14 10.39
T 45 15.96 -17.58 17.82
CONTAINER BOX 15.28 -18.18 24.87
1,2 (DL) + 1,6 (LL) 17.86 -22.01 20.92
(LL = LIVE LOAD)
KONDISI RENCANA
ULTIMATE 36.02 -41.23 41.13
SERVICE 23.15 -26.64 26.61
KONDISI EKSTRIM
ULTIMATE 27.54 -33.28 44.10
SERVICE 17.86 -21.67 28.46
V - 11
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Data penampang :
b = 1000 mm
h = 400 mm
c= 50 mm
d = 350 mm
Data material :
Beton K-300
fc’ = 0,83 * 300
= 249 kg/cm2
fy = 3900 kg/cm2 (tulangan lentur)
Penulangan lentur
Lapangan
Mu = 36,02 ton-m
Mu Mu
Mn = = = 45,02 ton-m
Φ 0,8
Mn
a1 = = 13,50
0,9 ⋅ fy ⋅ d
a1 ⋅ fy
a2 = = 2,49
0,85 ⋅ fc' ⋅ b
Mn
As perlu = = 34,20 mm2
⎛ a2 ⎞
fy ⋅ ⎜ d − ⎟
⎝ 2 ⎠
try D20 : As = 3,14 cm2
As perlu
n = = 10,88 buah
As
diambil 13 buah tulangan dengan diameter 20 mm (13 D 20)
V - 12
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Tumpuan
Mu = 41,23 ton-m
Mu Mu
Mn = = = 51,54 ton-m
Φ 0,8
Mn
a1 = = 15,46
0,9 ⋅ fy ⋅ d
a1 ⋅ fy
a2 = = 2,85
0,85 ⋅ fc' ⋅ b
Mn
As perlu = = 39,36 mm2
⎛ a2 ⎞
fy ⋅ ⎜ d − ⎟
⎝ 2 ⎠
try D20 : As = 3,14 cm2
As perlu
n = = 12,52 buah
As
diambil 15 buah tulangan dengan diameter 20 mm (15 D 20)
V - 13
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 14
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Container Box
B = 1050 mm
L = 1050 mm
Pr = 2 * (1050 + 300) + 2* (1050 + 300)
= 5400 mm
Beban maksimum diperkirakan akan terbentuk oleh tekanan kaki container box
sebagai berikut :
P = 60,98 * 9,8 kN
= 597.604 kN
= 597604 N
Perbandingan bentuk :
βc = (1050 + 300) / (1050 + 300)
= 1,0
V - 15
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dimensi balok
Panjang Balok : 6000 mm (6 m)
Lebar Balok : 800 mm
Tebal Balok : 1400 mm
5.3.1. Pembebanan
Beban – beban yang bekerja pada Balok Memanjang adalah sebagai berikut :
a). Beban mati Balok
b). Beban Hidup Merata
c). Beban Container Truck T45
d). Beban Container Box 2 tumpuk
V - 16
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Gaya dalam pada Balok dianalisis dengan menggunakan bantuan program SAP
2000, dengan hasil sebagai berikut :
M(+) M(-) V
Ton-m Ton-m Ton
21.90 -29.91 28.55
Beban hidup ini dihitung dengan berbagai kondisi pembebanan pelat sebagai
balok menerus dengan bantuan program SAP 2000, sebagai berikut :
KONDISI 1 M(+) M(-) V
KN-m KN-m KN
BALOK 1 459.37 -627.32 598.81
BALOK 2 199.60 -627.32 522.77
BALOK 3 256.63 -513.26 503.76
BALOK 4 256.63 -513.26 503.76
BALOK 5 199.60 -627.32 522.77
BALOK 6 459.37 -627.32 598.81
MAX 459.37 -627.32 598.81
V - 17
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
M(+) M(-) V
Ton-m Ton-m Ton
59.18 -64.53 61.14
M(+) M(-) V
Ton-m Ton-m Ton
15.53 -14.29 15.54
V - 18
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
M(+) M(-) V
Ton-m Ton-m Ton
23.71 -21.76 15.06
V - 19
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dengan P adalah beban hidup yang memberikan gaya dalam terbesar pada
Balok Memanjang, dalam hal ini adalah beban Container Box 2 tumpuk.
M(+) M(-) V
Ton-m Ton-m Ton
DEAD LOAD 21.90 -29.91 28.55
LIVE LOAD 59.18 -64.53 61.14
T 45 15.53 -14.29 15.54
CONTAINER BOX 23.71 -21.76 15.06
V - 20
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Data penampang :
b = 800 mm
h = 1400 mm
c= 75 mm
d = 1350 mm
Data material :
Beton K-300
fc’ = 0,83 * 300
= 249 kg/cm2
fy = 3900 kg/cm2 (tulangan lentur)
Penulangan Lentur
Lapangan
Mu = 99,94 ton-m
Mu Mu
Mn = = = 124,93 ton-m
Φ 0,8
Mn
a1 = = 27,326
0,9 ⋅ fy ⋅ d
a1 ⋅ fy
a2 = = 6,294
0,85 ⋅ fc' ⋅ b
Mn
As perlu = = 36,47cm2
⎛ a2 ⎞
fy ⋅ ⎜ d − ⎟
⎝ 2 ⎠
try D25 : As = 4,91 cm2
As perlu
n = = 7,43 buah
As
Diambil 8 buah tulangan dengan diameter 25 mm (8 D 25)
V - 21
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Tumpuan
Mu = 110,36 ton-m
Mu Mu
Mn = = = 137,95 ton-m
Φ 0,8
Mn
a1 = = 30,17
0,9 ⋅ fy ⋅ d
a1 ⋅ fy
a2 = = 6,95
0,85 ⋅ fc' ⋅ b
Mn
As perlu = = 36,47 cm2
⎛ a2 ⎞
fy ⋅ ⎜ d − ⎟
⎝ 2 ⎠
try D25 : As = 4,91 cm2
As perlu
n = = 7,95 buah
As
Diambil 8 buah tulangan dengan diameter 25 mm (8 D 25)
Penulangan Geser
Vu = 95,94 ton
1
Φ Vc = 0,6 ⋅ ⋅ fc' ⋅ b ⋅ c
6
= 53,38 ton
Vs = Vu − Φ Vc
= 42,46 ton
Φ ⋅ Av ⋅ fy ⋅ d
s≤
Vu − Φ Vc
≤ 243 mm
V - 22
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 23
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 24
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dimensi balok
Panjang Balok : 5600 mm (5,6 m)
Lebar Balok : 800 mm
Tebal Balok : 1400 mm
5.4.1. Pembebanan
Beban – beban yang bekerja pada Balok Melintang adalah sebagai berikut :
a). Beban mati Balok
b). Beban Hidup Merata
c). Beban Container Truck T45
d). Beban Container Box 2 tumpuk
V - 25
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban hidup ini dihitung dengan berbagai kondisi pembebanan pelat sebagai
balok menerus dengan bantuan program SAP 2000, sebagai berikut :
V - 26
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Sehingga gaya dalam maksimum pada balok melintang akibat berbagai kondisi
pembebanan tersebut diatas adalah sebagai berikut :
M(+) M(-) V
Ton-m Ton-m Ton
20.17 -27.33 28.06
Sehingga gaya dalam maksimum pada balok melintang akibat berbagai kondisi
pembebanan tersebut diatas adalah sebagai berikut :
M(+) M(-) V
Ton-m Ton-m Ton
15.96 -17.58 17.82
V - 27
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Sehingga gaya dalam maksimum pada balok melintang akibat berbagai kondisi
pembebanan tersebut diatas adalah sebagai berikut :
M(+) M(-) V
Ton-m Ton-m Ton
15.28 -18.18 24.87
V - 28
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dimana :
P[1] : Beban Container 2 tumpuk
V - 29
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Data penampang :
b = 800 mm
h = 1400 mm
c= 75 mm
d = 1325 mm
Data material :
Beton K-300
fc’ = 0,83 * 300
= 249 kg/cm2
fy = 3900 kg/cm2 (tulangan lentur)
Penulangan Lentur
Lapangan
Mu = 95,20 ton-m
Mu Mu
Mn = = = 119,0 ton-m
Φ 0,8
Mn
a1 = = 26,03
0,9 ⋅ fy ⋅ d
a1 ⋅ fy
a2 = = 5,99
0,85 ⋅ fc' ⋅ b
Mn
As perlu = = 36,47 cm2
⎛ a2 ⎞
fy ⋅ ⎜ d − ⎟
⎝ 2 ⎠
V - 30
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Tumpuan
Mu = 116,79 ton-m
Mu Mu
Mn = = = 145,98 ton-m
Φ 0,8
Mn
a1 = = 31,93
0,9 ⋅ fy ⋅ d
a1 ⋅ fy
a2 = = 7,35
0,85 ⋅ fc' ⋅ b
Mn
As perlu = = 36,47 mm
⎛ a2 ⎞
fy ⋅ ⎜ d − ⎟
⎝ 2 ⎠
try D25 : As = 4,91 cm2
As perlu
n = = 7,43 buah
As
Diambil 8 buah tulangan dengan diameter 25 mm (8 D 20)
Penulangan geser
Vu = 126,170 ton
1
Φ Vc = 0,6 ⋅ ⋅ fc' ⋅ b ⋅ c
6
= 53,38 ton
Vs = Vu − Φ Vc
= 72,66 ton
1
Av = n ⋅ ⋅ π ⋅ D2
4
= 531,14 mm2
Φ ⋅ Av ⋅ fy ⋅ d
s≤
Vu − Φ Vc
≤ 230 mm
V - 31
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 32
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 33
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dimensi balok
Panjang balok : 6000 mm (6 m)
Lebar penampang : 1000 mm
Tinggi penampang : 1800 mm
5.5.1. Pembebanan
a). Beban Mati Balok Crane
Self Weight :
qsw = ρ * b * h
= 2,4 ton/m3 * 1 m * (1,8 – 0,4) m
= 3,36 ton/m
Pelat :
qplt = ρ * b * h
= 2,4 ton/m3 * 0,4 m* (3,05 + (6,85/2)) m
= 6,216 ton/m
maka beban mati balok crane adalah :
qDL = qsw + qplt
= 9,576 ton/m
V - 34
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
FACTORIZED
LAND SIDE WATER SIDE
Ton Ton
OPERATING 63 113
STOWED 78 144
UNFACTORED
LAND SIDE WATER SIDE
Ton Ton
OPERATING 37.06 66.47
STOWED 45.88 84.71
V - 35
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Sehingga gaya dalam pada Balok Crane untuk Land Side dan Water Side adalah
sebagai berikut :
V - 36
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dimensi penampang :
b= 1m
h= 1,8 m
c = 0,075 m
d = 1,725 m
= 59,58 cm2
V - 37
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Penulangan Geser
Vs = Vu – ΦVc
1
dimana : Φ Vc = 0,6 ⋅ ⋅ fc' ⋅ b ⋅ d
6
= 9,35 ton
Maka,
Vs = 120,49 ton – 9,35 ton
= 111,14 ton
V - 38
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dimensi penampang :
b= 1m
h= 1,8 m
c = 0,075 m
d = 1,725 m
= 59,58 cm2
V - 39
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Penulangan Geser
Vs = Vu – ΦVc
1
dimana : Φ Vc = 0,6 ⋅ ⋅ fc' ⋅ b ⋅ d
6
= 122,84 ton
Maka,
Vs = 198,14 ton – 122,84 ton
= 76,4 ton
V - 40
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 41
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 42
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Pile cap crane section direncanakan berupa balok Beton cast in situ. Perhitungan
perencanaan adalah sebagai berikut :
5.6.1.1. Pembebanan
Beban- beban yang bekerja pada Pile Cap adalah :
a). Beban mati Pile Cap
b). Beban mati akibat Balok Crane
c). Beban Hidup akibat roda Crane pada Balok Crane
Self weight :
qsw = ρ * b * h
= 2,4 ton/m3 * 2 m * (1,5 + 0,4) m
= 9,12 ton/m
Gaya dalam ultimate yang terjadi pada pile cap akibat beban mati balok crane
adalah :
qultimate = 1,2 * qsw
= 10,944 ton/m
V - 43
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Reaksi Balok Crane akibat beban lantai dan berat sendiri diatas adalah :
R = 2 * (1/2 * qDL * L)
= 2 * (1/2 * 10,536 ton/m * 6 m)
= 47,29 ton
Reaksi balok ini dibebankan kepada Pile Cap sebagai beban terpusat dengan
skema pembebanan seperti berikut ini :
47,29 ton
V - 44
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Kondisi 1
Kondisi 2
Kondisi ini memberikan reaksi
perletakan sebagai berikut :
RA = RB = 2,5 * P
Untuk perencanaan Pile Cap sebagai Balok Melintang ini, kondisi beban Roda
Crane yang digunakan adalah Kondisi yang mengakibatkan reaksi perletakan
yang terbesar, yaitu kondisi 2 seperti skema diatas.
Reaksi Balok Crane akibat beban Roda Crane pada kondisi tersebut adalah :
R = 2 * 2,5 * P
Beban Roda Crane yang dihitung adalah pada Water Side, karena beban
rodanya paling besar
Maka reaksi balok crane akibat beban Roda Crane Water Side sebesar 84,71
ton adalah :
R = 2 * 2,5 * 84,71 ton
= 423.53 ton
V - 45
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Reaksi Balok Crane akibat beban Roda Crane ini dibebankan kepada Pile Cap
sebagai Balok Melintang sebagai beban terpusat dengan skema pembebanan
seperti berikut ini :
Sehingga beban aksial yang terjadi pada pile cap akibat beban reaksi roda crane
adalah :
PLL = 423,53 ton
Gaya dalam yang terjadi pada pile cap adalah sebagai berikut :
⎡1 L ⎤ ⎡1 ⎤
M + = ⎢ ⋅ (qu ⋅ Ltotal ⋅ Pu ) ⋅ ⎥ − ⎢ ⋅ qu ⋅ L2 ⎥ ; Ltotal = 4,05 m
⎣2 2 ⎦ ⎣2 ⎦
= 542,87 ton-m L = 3,05 m
2
1 ⎛L⎞
M − = ⋅ qu ⋅ ⎜ ⎟ ;L = 0,5 m
2 ⎝2⎠
= 1,368 ton-m
⎛1 ⎞ ⎛1 ⎞
V = ⎜ ⋅ qu ⋅ Ltotal ⎟ + ⎜ ⋅ Pu ⎟
⎝2 ⎠ ⎝2 ⎠
= 389,36 ton
V - 46
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Data material :
Beton K-300
fc’ = 0,83 * 300
= 249 kg/cm2
fy = 3900 kg/cm2 (tulangan lentur)
Data penampang :
b=2m
h = 2,4 m
c = 0,12 m
d = 2,28 m
kg
fy = 3900
cm 3
Mu = 542,87 ton-m
Mu Mu
Mn = =
Φ 0,8
= 678,59 ton-m
Mn
a1 = = 85,639
0,9 ⋅ fy ⋅ d
a1 ⋅ fy
a2 = = 7,890
0,85 ⋅ fc' ⋅ b
Mn
As =
0,9 ⋅ fy ⋅ d
perlu
= 78,446 cm2
V - 47
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Tulangan Tekan
Mu = 1,368 ton-m
Mu Mu
Mn = =
Φ 0,8
= 1,710 ton-m
Mn
a1 = = 0,216
0,9 ⋅ fy ⋅ d
a1 ⋅ fy
a2 = = 0,02
0,85 ⋅ fc' ⋅ b
Mn
As =
0,9 ⋅ fy ⋅ d
perlu
= 0,194 cm2
Penulangan Geser
Vu = 389,360 ton
1
Φ Vc = 0,6 ⋅ ⋅ fc' ⋅ b ⋅ c
6
= 229,62 ton
Vs = Vu − Φ Vc
= 159,34 ton
Φ ⋅ Av ⋅ fy ⋅ d
s≤
Vu − Φ Vc
≤ 177,587 mm
V - 48
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
beton K – 300
fc’ = 24,402 Mpa
βc = 1,0 (lingkaran)
1 ⎡ 1⎤
Vc = ∗ fc' ∗ bo ∗ d ∗ ⎢1 + ⎥
6 ⎣ βc ⎦
= 505,10 ton
φVc > P
303,06 ton > P = 183,53 ton
Dengan demikian penampang pile cap tersebut cukup memadai.
V - 49
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dimensi Penampang
panjang penampang : 1600 mm
lebar penampang : 1600 mm
tinggi penampang : 1600 mm
Ag = 2.56e+006 mm2
Ix = 5.46133e+011 mm4
Iy = 5.46133e+011 mm4
Xo = 0 m
Yo = 0 mm
V - 50
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 51
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Diagram Interaksi
Diagram interaksi kolom pile cap disajikan sebagai berikut :
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa untuk aksial tekan sebesar 0 atau lentur
murni, momen yang diperoleh mencapai lebih dari 400 ton-m. Dengan momen
maksimum yang diterima oleh pile cap dari hasil analisis struktur adalah sebesar
137,44 ton-m, penulangan pile cap yang direncanakan tersebut sudah memadai.
V - 52
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
beton K – 300
fc’ = 24,402 Mpa
βc = 1,0 (lingkaran)
1 ⎡ 1⎤
Vc = ∗ fc' ∗ bo ∗ d ∗ ⎢1 + ⎥
6 ⎣ βc ⎦
= 399,54 ton
φVc > P
239,73 ton > 183,53 ton
Dengan demikian penampang pile cap tersebut cukup memadai.
V - 53
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 54
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban mati ini diaplikasikan pada joint-joint di lantai dermaga sebagai berikut :
V - 55
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban mati tambahan ini diaplikasikan pada joint-joint di lantai dermaga sebagai
berikut :
Beban hidup ini diaplikasikan pada joint-joint di lantai dermaga sebagai berikut :
V - 56
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban Crane
beban crane yang bekerja pada analisis struktur 2 dimensi dermaga ini adalah
reaksi akibat beban roda crane yang bekerja pada balok crane
berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dalam perencanaan balok crane,
maka beban crane yang bekerja pada struktur dermaga adalah :
Land Side = 423,53 ton
Water Side = 229,40 ton
Beban crane ini diaplikasikan pada balok di lantai dermaga sebagai berikut :
V - 57
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Kh = 0,15 * N
Kh ⋅ D
β =4
4 ⋅ EI
V - 58
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
dimana :
Hi = gaya horizontal didistribusikan ke tiang pancang (tf)
12 EI i
KHi = 3
konstanta pegas horizontal tiang pancang ke-i (tf/m)
⎡ 1⎤
⎢hi + ⎥
⎣ βi ⎦
1
= kedalaman dari permukaan dasar virtual dari tiang pancang ke-i (virtual fixity point)
βi
EIi = kekakuan lentur (bending stifness dari tiang pancang ke-i (tf-m2)
H = gaya horizontal yang bekerja pada sebuah blok (tf)
E = jarak antara sumbu simetris sebuah blok dari dermaga dan garis aplikasi dari gaya
horizontal (m)
Xi = jarak dari sumbu simetris sebuah balok dari dermaga ke tiang pancang (m)
V - 59
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
1
βi
Pusat Gravitasi
kumpulan Tiang Pancang
Sumbu
Simetris
xi
Tiang
pancang
ke-i
V - 60
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Momen kepala tiang pancang dari tiap tiang pancang dihitung dari persamaan
berikut :
1⎡ 1⎤
Mi = ⎢hi + ⎥ H i
2⎣ βi ⎦
dimana : Mi = momen kepala tiang pancang dari tiang pancang ke-i (tf-m)
V - 61
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
dimana :
F1 :energi berthing kapal diserap oleh 1 fender
F2 :energi berthing kapal diserap oleh 12 fender
Diagram tegangan yang terjadi pada struktur portal akibat beban reaksi fender
tersebut adalah sebagai berikut :
200.000
150.000
Beban (kN)
100.000
50.000
0.000
0 10 20 30 40 50
-50.000
Portal
50.000
40.000
Beban (kN)
30.000
20.000
10.000
0.000
0 10 20 30 40 50
Portal
V - 62
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dari grafik diatas, gaya tarik dan tekan pada struktur dermaga akibat beban
reaksi fender adalah sebagai berikut :
Ftekan = 14,70 ton
V - 63
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban Bollard
Beban Bollard untuk peninjauan portal 2 dimensi adalah sebagai berikut :
dimana :
B1 : Beban Head-Stern line dan Spring line akibat Longitudinal Wind-Current
B2 : Beban Stern line dan Bow line akibat Transversal Wind-Current
Diagram tegangan yang terjadi pada struktur portal akibat beban reaksi fender
tersebut adalah sebagai berikut :
10.000
8.000
6.000
Beban (kN)
4.000
2.000
0.000
-2.000 0 10 20 30 40 50
-4.000
Portal
Dari grafik diatas, gaya tarik dan tekan pada struktur dermaga akibat beban
reaksi fender adalah sebagai berikut :
Ftarik = 0,84 ton
V - 64
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban Arus
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, beban arus pada tiang pancang
dengan diameter 914 mm adalah sebagai berikut :
Pile Row SE. HWL L Po
(m) (m) (m) (kN)
1 -15.5 3.5 19 11.74
2 -13.8 3.5 17.3 10.69
3 -10.1 3.5 13.6 8.4
4 -6.7 3.5 10.2 6.3
5 -2.6 3.5 6.1 3.77
6 1.1 3.5 2.4 1.48
7 2.5 3.5 1 0.62
8 2.5 3.5 1 0.62
Beban arus ini akan diaplikasikan pada node tiang pancang sebagai berikut :
V - 65
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban Angin
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, beban angin yang bekerja pada
struktur dermaga adalah sebagai berikut :
A. Operating
F1 = 0,37 ton (exterior)
F2 = 0,74 ton (interior)
B. Extreme
F1 = 1,875 ton (exterior)
F2 = 3,75 ton (interior)
Beban angin ini akan diaplikasikan pada node tiang pancang sebagai berikut :
V - 66
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
f = 30°
ka = 0,279
γ = 0,8 ton/m3
Tekanan tanah aktif pada tiang pancang tersebut diaplikasikan pada pemodelan
2 dimensi struktur dermaga sebagai berikut :
V - 67
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
1) 1,15 (DL) + 1,15 (SDL) + 1,4 (LL) + 1,4 (F1) + 1,4 (W1) + 1,4 (CU1) + 1,4 (CR) + 1,3 (EA)
2) 1,15 (DL) + 1,15 (SDL) + 1,4 (LL) + 1,4 (B1) + 1,4 (W2) + 1,4 (CU2) + 1,4 (CR) + 1,3 (EA)
3) 1,15 (DL) + 1,2 (SDL) + 1,2 (LL) + 1,2 (F1) + 1,2 (W1) + 1,2 (CU1) + 1,2 (CR) + 1,15 (EA)
4) 1,15 (DL) + 1,2 (SDL) + 1,2 (LL) + 1,2 (B1) + 1,2 (W2) + 1,2 (CU2) + 1,2 (CR) + 1,15 (EA)
dimana :
DL = Dead Load (beban mati)
LL = Live Load (beban hidup)
SDL = Superimposed Dead Load
F = Fender Reaction (gaya reaksi fender)
B = Bollard Pull Out Force (gaya tarikan kapal pada bollard)
W = Wind (gaya angin)
CU = Current (gaya arus)
CR = Container Crane (beban container crane)
EA = Earth Active Pressure (tekanan aktif tanah pada tiang)
V - 68
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Balok Melintang
Moment 3-3 :
COMB 1 : 182,19 ton-m
COMB 2 : 113,96 ton-m
COMB 3 : 176,98 ton-m
COMB 4 : 84,41 ton-m
Moment capacity balok melintang adalah 186,20 ton-m (OK)
V - 69
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa rasio tegangan maksimum yang terjadi
pada tiang pancang adalah 1,207 < 1,330
Maka, struktur tiang pancang dermaga secara keseluruhan telah memenuhi
seluruh kondisi pembebanan yang terjadi.
V - 70
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 71
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban Hidup
Beban hidup pada permodelan adalah 3,0 ton/m2.
Berat Rubber Tired Gantry Crane diperhitungkan hanya dalam penentuan
terhadap beban gempa.
Beban Angin
Beban angin pada permodelan struktur diaplikasikan pada joint-joint tiang
pancang sebagai berikut :
Fy = 1,875 ton (exterior)
Fy = 3,75 ton (interior)
V - 72
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban Fender
Beban Fender untuk sisi depan adalah 175 ton dan beban ini terdiri dari
komponen arah tegak lurus dan arah sejajar dermaga sebagai berikut :
- Untuk peninjauan beban 1 fender bekerja :
Fy = 175 ton (reaksi fender)
Fx = 17,5 ton (friksi fender)
Beban Bollard
Beban bollard pada dermaga diaplikasikan pada joint-joint tiang pancang,
besarnya beban bollard ini adalah 86,6 ton, yang terdiri dari komponen arah
tegak lurus dan arah sejajar dermaga sebagai berikut :
V - 73
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban Gempa
Gaya gempa pada struktur diaplikasikan sebagai berikut :
V - 74
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
dimana :
DL = Dead Load (beban mati)
LL = Live Load (beban hidup)
SDL = Superimposed Dead Load
F = Fender Reaction (gaya reaksi fender)
B = Bollard Pull Out Force (gaya tarikan kapal pada bollard)
W = Wind (gaya angin)
CU = Current (gaya arus)
CR = Container Crane (beban container crane)
EA = Earth Active Pressure (tekanan aktif tanah pada tiang)
EQX = Earthquake Load (beban gempa) arah melintang dermaga
EQY = Earthquake Load (beban gempa) arah memanjang dermaga
V - 75
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Kesimpulan :
Beban maksimum yang terjadi tiang pancang akibat seluruh kombinasi
pembebanan adalah :
P = 183,54 ton (tekan)
P= 4,96 ton (tarik)
Beban aksial tarik maksimum yang terjadi pada tiang pancang ini akan
digunakan untuk perencanaan sambungan tiang pancang dengan pile cap.
V - 76
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
5.8.4.2. Defleksi
Defleksi maksimum yang terjadi pada tiap baris tiang pancang dari hasil analisis
struktur terhadap seluruh kombinasi pembebanan yang direncanakan adalah
sebagai berikut :
JOINT DISPLACEMENTS
U1 U2 U3 R1 R2 R3
m m m Radians Radians Radians
BARIS 1 0.069999 0.002689 0.000023 0.003245 0.003379 0.000157
-0.025738 -0.059668 -0.00257 -0.000216 -0.00075 -0.0001
BARIS 2 0.069999 0.002213 0 0.003485 0.003928 0.000157
-0.025738 -0.058921 -0.002645 -0.000264 -0.001209 -0.0001
BARIS 3 0.069999 0.002013 -0.000102 0.003684 0.004214 0.000157
-0.025738 -0.058041 -0.003195 -0.000522 -0.00143 -0.0001
BARIS 4 0.069999 0.002057 0.000011 0.003684 0.003579 0.000157
-0.025738 -0.054126 -0.003118 -0.000518 -0.001064 -0.0001
BARIS 5 0.069999 0.0025 -0.000107 0.002987 0.003709 0.000157
-0.025738 -0.05628 -0.00301 -0.000504 -0.001365 -0.0001
BARIS 6 0.069999 0.002434 -0.000101 0.00231 0.002517 0.000157
-0.025738 -0.055399 -0.002782 -0.00045 -0.00096 -0.0001
BARIS 7 0.069999 0.001912 -0.000091 0.002325 0.002881 0.000157
-0.025738 -0.054519 -0.001949 -0.000176 -0.001074 -0.0001
BARIS 8 0.069999 0.001867 0.000011 0.002383 0.002831 0.000157
-0.025738 -0.054126 -0.002178 -0.000139 -0.001064 -0.0001
Kesimpulan :
Defleksi maksimum yang terjadi pada struktur dermaga adalah :
δ = 5,97 cm untuk arah melintang dermaga
δ = 6,99 cm untuk arah memanjang dermaga
Dari hasil yang diperoleh diatas, maka defleksi maksimum arah melintang yang
terjadi pada permodelan 3 dimensi struktur dermaga tersebut cukup memadai.
V - 77
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa rasio tegangan maksimum yang terjadi
pada tiang pancang adalah 0,808 < 0,950
Maka, struktur tiang pancang dermaga secara keseluruhan telah memenuhi
seluruh kondisi pembebanan yang terjadi.
V - 78
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban-beban ini diaplikasikan pada posisi yang sama seperti pada analisis
struktur 2 dimensi.
V - 79
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Beban-beban ini diaplikasikan pada posisi yang sama seperti pada analisis
struktur 2 dimensi.
dimana :
DL = Dead Load (beban mati)
LL = Live Load (beban hidup)
SDL = Superimposed Dead Load
F = Fender Reaction (gaya reaksi fender)
B = Bollard Pull Out Force (gaya tarikan kapal pada bollard)
W = Wind (gaya angin)
CU = Current (gaya arus)
CR = Container Crane (beban container crane)
EA = Earth Active Pressure (tekanan aktif tanah pada tiang)
V - 80
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
dimana :
CR = rasio tegangan terhadap tegangan izin
CrFa = rasio tegangan akibat beban aksial
CrFb22 = rasio tegangan akibat momen bidang 1-2
CrFb33 = rasio tegangan akibat momen bidang 1-3
Rasio tegangan tiang pancang dengan sistem ‘all vertical piles’ pada masing-
masing terhadap setiap kombinasi pembebanan disajikan pada lampiran.
Hasil perhitungan rasio tegangan oleh SAPSTL disajikan secara lengkap pada
lampiran dan dirangkumkan sebagai berikut :
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa rasio tegangan maksimum yang terjadi
pada tiang pancang adalah 1,207 < 1,330
Maka, struktur tiang pancang dermaga secara keseluruhan telah memenuhi
seluruh kondisi pembebanan yang terjadi.
V - 81
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Data material :
Beton K-300
fc’ = 0,83 * 300
= 249 kg/cm2
= 24,43 Mpa (N/mm2)
fy = 3900 kg/cm2 (tulangan lentur)
V - 82
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 83
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Berdasarkan SK SNI pasal 12.9.1, rasio tulangan minimum pada kolom spiral
adalah : 0.001 ≤ ρ ≤ 0.008
V - 84
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Dimana :
ldc = panjang penyaluran tulangan tekan
0,25 ⋅ d b ⋅ fy
ldbc = nilai terbesar antara = 506,09 mm
fc'
dan 0,04 ⋅ d b ⋅ fy = 400 mm
As perlu
faktor pengali = = 0,596
As terpasang
V - 85
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Cara memperkirakan Ru :
a. berdasarkan data-data penyelidikan lapisan di bawah permukaan tanah /
penyelidikan tanah
b. tes pembebanan (loading test) pada tiang
Kondisi Jembatan Jembatan Konstruksi
Pembebanan Jalan Raya Kereta Api Pelabuhan
Tiang Tiang Tiang Tiang
Pendukung Geser Pendukung Geser
Beban Tetap 3 4 3 > 2,5
Beban Tetap & Sementara 2
Waktu Gempa 2 3 1,5 (1,2) > 1,5 >2
Ru = qd ⋅ A + U ⋅ ∑ li ⋅ fi
dimana :
Qd = daya dukung terpusat tiang
A = luas ujung tiang
U = panjang keliling tiang
li = tebal lapisan tanah dengan memperhitungkan geseran dinding tiang
fi = gaya geser lapisan tanah dengan memperhitungkan geseran dinding tiang
V - 86
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
qd L
qd diperoleh dari grafik hubungan antara vs .
N D
(dibedakan untuk tiang pipa baja yang ujungnya terbuka dan tiang pancang biasa).
dimana :
L = panjang ekivalen pemancangan ke dalam lapisan pendukung
D = diameter tiang
N1 + N 2
N=
2
dimana :
q⋅d
N
30
20
10
Tiang pipa baja
yang terbuka
ujungnya
l
5 10 15 d
V - 87
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
N1 + N 2
Hitung nilai N =
2
Hitung panjang penetrasi tiang (l) sebagai berikut :
e d
a N
N1
b c
V - 88
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 89
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Disamping stiffness factor (faktor kekakuan) dari tiang, perlu diperhatikan juga
ikatan dari ikatan kepala tiang, yang dapat dibedakan antara Free Head atau
Fixed head, seperti pada gambar berikut :
V - 90
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Load H Load H
Flexure
e e
Fracture
Fracture
L L
Sistem ikatan kepala tiang yang terjadi pada tiang pancang pada perencanaan
dermaga ini adalah Free Head.
dimana :
T = karakteristik panjang sistem tiang – tanah (fixity point)
Ep = modulus elastisitas young dari material tiang
Ip = momen inersia penampang tiang
Nh = 0,15 * N-SPT tanah
V - 91
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Pada perencanaan dermaga ini, lapisan tanah dimana tiang diletakkan adalah
pasir atau cohesionless soil, sehingga perhitungan tahanan lateral tiang yang
akan dibahas pada tugas akhir ini adalah untuk kondisi tiang pancang Free Head
Long Pile pada Cohesionless Soil.
Anggapan untuk tiang panjang adalah gaya pasif yang dimobilisasi sepanjang
tiang adalah tak terhingga, dengan anggapan tersebut maka ultimate lateral load
yang bisa ditahan oleh tiang ditahan oleh tiang dinyatakan dalam momen
tahanan maksimum (Mu) dari penampang tiang.
V - 92
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
⎛ π ⎞
Z = ⎜⎜ ( )
⎟⎟ ⋅ OD 4 − ID 4 = 15,105 cm3
⎝ 32 ⋅ OD ⎠
Fy = 2400 ton/m2
E = 210,000 Mpa
Data tanah
C=0
Φ = 36°
γ = 1,95 tom/m3
γ’ = 1,15 ton/m3
N = 60
nh = 0,15 * N
= 9 kN/m3
V - 93
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
φ⎞
2
⎛
Kp = tan⎜ 45 + ⎟ = 3,85
⎝ 2⎠
Mu
Hu =
Hu
e + 0,54
γ ' ⋅ OD ⋅ Kp
Dari iterasi diperoleh nilai Hu = 122,2 ton
Hu
f = 0,82 = 4,504
γ ' ⋅ OD ⋅ Kp
V - 94
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Suatu permukaan tanah yang miring dengan sudut tertentu terhadap bidang
horizontal dinamakan sebagai talud. Talud ini dapat terjadi secara alamiah atau
buatan. Bila permukaan tanah tidak datar, maka komponen berat tanah yang
sejajar dengan kemiringan talud akan menyebabkan tanah bergerak ke arah
bawah seperti yang ditunjukan dalam gambar. Bila komponen berat tanah cukup
besar, kelongsoran talud dapat terjadi, yaitu tanah dalam zona a b c d e a dapat
menggelincir kebawah. Dengan kata lain, gaya dorong (driving force) melampaui
gaya berlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang
longsor.
c d
a b
e
Faktor yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan stabil atau tidaknya suatu talud
tersebut adalah dengan membandingkan tegangan geser yang terbentuk
sepanjang permukaan retak yang paling mungkin dengan kekuatan geser dari
tanah yang bersangkutan. Proses ini disebut dengan analisis stabilitas talud
(Slope Stabilty Analisys).
V - 95
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
B C
Nτ Ta
Tτ Na
R
β θ
A
V - 96
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
1
W = ( H )( H . cot θ − H . cot β )(γ )
2
1 ⎡ sin( β − θ ⎤
W = γ .H 2 ⎢ ⎥
2 ⎣ sin β . sin θ ⎦
1 ⎡ sin( β − θ ⎤
W = γ .H 2 ⎢ ⎥ sin θ
2 ⎣ sin β . sin θ ⎦
tegangan normal (tegangan tegak lurus bidang) rata-rata dan tegangan geser
pada bidang AC diberikan sebagai berikut :
σ = tegangan normal rata-rata
Na Na
= =
( AC )(1) ⎛ H ⎞
⎜ ⎟
⎝ Sinθ ⎠
1 ⎡ sin( β − θ ⎤
= γ .H 2 ⎢ ⎥Cosθ .Sinθ
2 ⎣ sin β . sin θ ⎦
σ = tegangan normal rata-rata
Ta Ta
= =
( AC )(1) ⎛ H ⎞
⎜ ⎟
⎝ Sinθ ⎠
1 ⎡ sin( β − θ ⎤
= γ .H 2 ⎢ ⎥.Sin 2θ
2 ⎣ sin β . sin θ ⎦
V - 97
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Maka angka keamanan terhadap keruntuhan talud dengan bidang longsor rata
tergantung pada
4c ⎡ sin β . cos θ ⎤
Hcr =
γ ⎢⎣1 − cos( β − φ ) ⎥⎦
V - 98
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
c d
a b
c d
a b
c d
a b
a b
V - 99
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
Pada umumnya, prosedur analisis stabilitas talud dengan tinggi terbatas dengan
bidang longsor silindris lingkaran umum dapat dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu:
a. Prosedur Massa
Pada analisis dengan metode ini, massa tanah yang berada diatas bidang
gelincir diambil sebagai suatu kesatuan. Prosedur ini berguna bila tanah yang
membentuk talud dianggap homogen. Namun hal ini jarang terjadi dilapangan.
b. Metode Irisan
Pada metode ini analisis talud dilakukan dengan membagi tanah diatas bidang
gelincir dengan irisan-irisan paralel tegak. Metode ini lebih akurat dalam
perhitungannya karena tanah yang dianalisis tidak homogen dan tekanan air pori
bisa dimasukkan ke dalam perhitungan.
r sin αn
bn
B C
r
2 1
H
Wn
A
αn
bn
Tn
Pn+1 Pn
Wn
Tn+1
Tr Nr
αn
R=Wn
V - 100
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
N τ = Wn .Cosα n
V - 101
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
bn
B C
r
2 1
H
Wn
A
αn
bn
c. ∆Ln
Nr.tanφ. Fs
∆Ln
φd
Tn
Wn
Pn αn
Pn+1
Wn Nr
Tn+1 CT
∆P
Tr Nr
αn
R=Wn
∆Ln
αn
∑
n= p
n =1
Wn sin αn(c.∆Ln + (WnCosαn − un∆Ln)) tan Φ
Fs =
∑
n= p
n =1
Wn sin αn
V - 102
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
beban gempa ini bekerja pada titik pusat massa (centre of gravity) dari masing-
masing irisan talud sebagaimana diilustrasikan pada gambar berikut :
COG
Q
Gambar 5.12.8 beban gempa yang bekerja pada titik berat irisan talud
V - 103
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
R ⋅ ∑ (c ⋅ L + W ⋅ cos α ⋅ tan φ )
Fs =
∑W ⋅ x + ∑ Q ⋅ a
dimana :
Fs = faktor keamanan terhadap keruntuhan talud
R = radius lingkaran keruntuhan (m)
c = kohesi tanah (t/m2)
Φ = sudut geser tanah
l = lebar dasar dari slide yang ditinjau (m)
W = berat efektif dari irisan talud yang ditinjau (t/m)
α = kemiringan dasar dari slide yang ditinjau (°)
x = jarak horizontal dari titik tengah irisan talud yang ditinjau terhadap titik
pusat lingkaran keruntuhan (m)
Q = gaya horizontal yang bekerja pada titik berat (Centre of Gravity) dari
irisan talud yang ditinjau (ton/m)
a = jarak vertikal dari titk berat irisan talud yang ditinjau terhadap titik pusat
lingkaran keruntuhan (m)
Dari hasil perhitungan angka keamanan (Safety Factor) dari talud, diperoleh
angka keamanan sebesar 1,56.
Berdasarkan Technical Standards for port and Harbour Facilities in Japan, angka
keamanan minimum untuk kestabilan talud adalah sebesar 1,3.
Dengan demikian, maka talud dalam kasus perencanaan dermaga container ini
cukup aman terhadap kelongsoran.
V - 104
γ = 16.50 kN/m3 R = 38.71 m
γsat = 19.50 kN/m3 k1 = 0.04195
γwater = 9.81 kN/m3 k2 = 1.06452
β = 31.43 deg k3 = 1.5
c = 0.00 kN/m2
Ø = 33.00 deg
Irisan No γdry γsat γ' γwater β Ln ha hb A Wtanah Wn αn αn (rad) sin(αn) cos(αn) ∆Ln Wsin(αn) Wcos(αn) Q a Q*a
1 16.5 19.5 9.69 9.81 0.55 31.43 6.77 0.00 6.80 23.00 379.46 379.46 -27 -0.47 -0.45 0.89 6.77 -172.27 338.10 25.42 32.44 824.46
2 16.5 19.5 9.69 9.81 0.55 31.43 6.30 6.80 12.40 60.50 998.29 998.29 -18 -0.31 -0.31 0.95 6.30 -308.49 949.43 66.86 31.88 2131.29
3 16.5 19.5 9.69 9.81 0.55 31.43 6.07 12.40 16.98 89.16 1471.08 1471.08 -9 -0.16 -0.16 0.99 6.07 -230.13 1452.97 98.53 30.76 3030.90
4 16.5 19.5 9.69 9.81 0.55 31.43 6.00 16.98 20.65 112.90 1862.83 1862.83 0 0.00 0.00 1.00 6.00 0.00 1862.83 124.77 29.20 3643.77
5 16.5 19.5 9.69 9.81 0.55 31.43 6.08 20.65 23.32 133.71 2206.26 2206.26 9 0.16 0.16 0.99 6.08 345.14 2179.10 147.77 27.06 3998.70
6 16.5 19.5 9.69 9.81 0.55 31.43 6.32 23.32 24.99 152.72 2519.84 2519.84 18 0.31 0.31 0.95 6.32 778.67 2396.51 168.77 24.51 4137.17
7 16.5 19.5 9.69 9.81 0.55 31.43 6.86 24.99 21.79 160.51 2648.34 2648.34 28 0.49 0.47 0.88 6.86 1243.32 2338.35 177.38 22.33 3961.11
8 16.5 19.5 9.69 9.81 0.55 31.43 7.71 21.79 16.95 149.25 2462.68 2462.68 39 0.68 0.63 0.78 7.71 1549.82 1913.86 164.95 20.35 3357.32
9 16.5 19.5 9.69 9.81 0.55 31.43 9.97 16.95 8.71 127.85 2109.46 2109.46 51 0.89 0.78 0.63 9.97 1639.36 1327.53 141.29 17.38 2454.88
10 16.5 19.5 9.69 9.81 0.55 31.43 10.18 8.71 0.00 44.31 731.09 731.09 69 1.20 0.93 0.36 10.18 682.53 262.00 48.97 13.73 672.47
72.26 5527.94 15,020.68 28,212.05
Fs = 1.56
BAB V PERANCANGAN STRUKTUR DERMAGA
V - 105
BAB IV
PENUTUP
BAB VI PENUTUP
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan, analisa dan evaluasi studi kasus diatas dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
2. Dari pemeriksaan terhadap punching shear pada pelat lantai serta pile cap
pada struktur lantai dermaga, keduanya berada pada daerah aman
terhadadap kegagalan struktur.
3. Dari hasil analisa tiang pancang, diperoleh bahwa tegangan yang terjadi
pada tiang pancang baja pada struktur pondasi lantai dermaga masih
dibawah batas tegangan yang diizinkan.
4. Dari hasil analisa daya dukung aksial dan lateral tanah, dapat disimpulkan
bahwa tiang pancang baja dipancang hingga mencapai kedalaman -22.00
meter dari muka tanah asli. Hal ini mengingat daya dukung aksial tanah
pada kedalaman tersebut cukup aman terhadap reaksi perletakan pada
tiang pancang akibat beban aksial yang terjadi pada struktur. Sedangkan
virtual fixity point sedalam -3.00 meter dari garis keruntuhan talud pada
struktur dermaga dinilai cukup memberikan tahanan lateral terhadap
berbagai kombinasi pembebanan arah lateral yang terjadi pada struktur
lantai dermaga.
VI - 1
BAB VI PENUTUP
5. Dari hasil analisa terhadap kestabilan talud (slope stability) pada struktur
dermaga, dapat disimpulkan bahwa talud tersebut mempunyai nilai angka
keamanan (Safety Factor, SF) sebesar 1,56, ini dinilai cukup aman terhadap
kelongsoran, dengan acuan nilai batas aman sebesar 1,3 (Technical
Standards for Portrs and Harbour Facilities in Japan, 2002)
VI - 2
BAB VI PENUTUP
6.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada perancangan struktur dermaga ini
antara lain adalah sebagai berikut :
Untuk memperoleh tahanan lentur yang lebih besar, sebaiknya balok crane
(Crane Girder) pada lantai dermaga menggunakan beton prestressed, mengingat
beban roda crane yang sangat besar, sehingga penggunaan beton dapat
memperkecil dimensi balok crane yang akan digunakan.
Untuk memperoleh tahanan terhadap beban – beban lateral yang lebih besar
pada struktur dermaga, sebaiknya dipancang tiang pancang miring, sehingga
daya dukung lateral struktur dermaga akan lebih besar.
VI - 3
DAFTAR PUSTAKA
BRUUN, PER, Port Engineering, Gulf Publishing Company, Fourth Edition, New
York, 1999.
DAS, BRAJA M., Principles Of Geotechnical Engineering, University Of Texas at
El Paso, 1995.
GERE, JAMES M., and TIMOSHENKO, STEPHEN P., Mechanics of Materials,
Fourth Edition, Stanley Thornes, United Kingdom, 1999.
HUANG, YANG H., Stability Analysis Of Earth Slopes, University Of Kentucky,
Van Nostrand Reinhold Company Inc., 1993.
KRAMADIBRATA, SOEDJONO, Perencanaan Pelabuhan, Penerbit ITB,
Bandung, 2002.
KUSUMA, GIDEON Ir., M. Eng., Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1995.
LE MEHAUTE, BERNARD, An Introduction to Hydrodynamics and Water
Waves, Springer-Verlag, 1976.
LIU, CHENG, and EVETT, JACK B., Soils and Foundations, Prentice-Hall, Inc.,
Englewood Cliffs, New Jersey, 1981.
PAZ, MARIO, Structural Dynamics, Theory and Computation, University of
Louisville, Second Edition, 1985.
SALMON, CHARLES G., and JOHNSON, JOHN E., Steel Structures, Design
and Behavior, University of Wisconsin-Madison, Fourth Edition, Harper Collins
College Publishers, 1996.
THE OVERSEAS AREA DEVELOPMENT INSTITUTE OF JAPAN, Technical
Standards For Port And Harbour Facilities In Japan, 3-2-4 Kasumigaseki,
Chiyoda-ku, Tokyo, Japan, 2002.
www.fentek.net
www.hapag-lloyd.com
www.maersk-sealand.com
www.portofmelbourne.com