Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

FONDASI TIANG PANCANG


UNTUK DERMAGA

Disusun oleh :

Muhammad Nurhadi
18310154
Teknik Sipil (B)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JANABADRA
YOGYAKARTA
2018
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis selaku mahasiswa Teknik Sipil dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun sebagai tugas pembelajaran mata kuliah Struktur Fondasi Dalam. Selain
itu, semoga dengan adanya penyusunan makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dan bahan
pertimbangan untuk menyelesaikan beberapa masalah yang berkaitan dengan fondasi tiang pancang
untuk dermaga.

Penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun pada khususnya dan
pembaca pada umumnya. Penyusun berharap akan adanya kritik, saran, dan masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................................

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................................

2.1 Pengertian Dermaga.........................................................................................................................

2.2 Bagian-bagian Konstruksi Dermaga.................................................................................................

2.3 Jenis-jenis Dermaga..........................................................................................................................

2.4 Contoh Pelaksanaan Fondasi Tiang Pancang Untuk Dermaga........................................................

2.5 Contoh Permasalahan Dalam Pelaksanaan Fondasi Tiang Pancang Untuk Dermaga......................

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................................

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................................

3.2 Daftar Pustaka .................................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Struktur bangunan dermaga adalah bangunan yang digunakan untuk berlabuh, merapat dan
bertambatnya kapal-kapal untuk melakukan bongkar muat (loading-unloading) barang dan
menaikturunkan penumpang. Struktur dermaga merupakan struktur bangunan yang dibuat diatas
perairan (diatas laut) yang menghubungkan bagian darat dan terdiri dari bangunan atas (upper
struktur) yang terbuat dari balok, pelat lantai dan bangunan bawah (sub struktur) yang terdiri dari
pondasi tiang pancang yang mendukung bangunan diatasnya.

Dalam operasinya konstruksi dermaga merupakan struktur bangunan yang cukup menderita karena
selalu dibentur-bentur oleh kapal-kapal saat bersandar dan gaya-gaya lain pada saat kapal
melakukan kegiatan loading-unloading. Bentuk, dimensi dan konfigurasi dermaga didasarkan pada
jenis dan ukuran kapal yang akan merapat dan bertambat pada di dermaga tersebut. Namun dalam
merencanakan bentuk dan dimensi dermaga harus didasarkan pada ukuran-ukuran minimal
sehingga kapal dapat bertambat, bongkar-muat dan meninggalkan dermaga dengan aman, cepat dan
lancar tanpa terjadi tundaan tambat (demurage).

Konstruksi dermaga dibedakan menjadi dua tipe yaitu wharf dan jetty. Wharf adalah dermaga yang
pararel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai. Wharf juga dapat berfungsi
sebagai penahan tanah yang ada dibelakangnya. Sedangkan Jetty adalah dermaga yang menjorok
ke laut. Berbeda dengan wharf yang digunakan untuk merapat satu sisinya, jetty dapat digunakan
pada satu sisi atau dua sisinya, yang biasanya sejajar dengan pantai dan dihubungkan dengan
daratan oleh jembatan (trestle) yang membentuk sudut tegak lurus dengan jetty, sehingga kostruksi
jetty dapat berbentuk T, L atau Jari.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang diajukan :

1) Apa itu Dermaga?


2) Apa Saja Bagian-bagian Konstruksi Dermaga?
3) Apa Saja Jenis-jenis Dermaga?
4) Bagaimana Contoh Metode Pelaksanaan Fondasi Tiang Pancang Untuk Dermaga?
5) Bagaimana Contoh Permasalahan Dalam Pelaksanaan Fondasi Tiang Pancang Untuk
Dermaga?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan sebagai berikut :

1) Mengetahui Pengertian atau Definisi Dermaga


2) Mengetahui Bagian-bagian Konstruksi Dermaga
3) Mengetahui Jenis-jenis Dermaga
4) Mengetahui Contoh Metode Pelaksanaan Fondasi Tiang Pancang Untuk Dermaga
5) Mengetahui Contoh Permasalahan Dalam Pelaksanaan Fondasi Tiang Pancang Untuk
Dermaga dan Penyelesaiannya
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dermaga

Dermaga adalah suatu struktur sipil yang berfungsi sebagai tempat kapal bersandar
melakukan bongkar muat barang/penumpang dari dan ke kapal.
Pemilihan tipe dermaga disesuaikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tipe
struktur dermaga adalah sebagai berikut (Triatmodjo, 1996 : 157-159 dalam HSB,
2009) :
1. Tinjauan topografi daerah pantai
Pada perairan yang dangkal hingga dalam yang berada cukup jauh dari darat,
penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengurukan yang
besar. Sedangkan di lokasi dimana kemiringan dasar cukup curam, pembuatan pier
dengan melakukan pemancangan tiang perairan yang dalam menjadi tidak praktis dan
sangat mahal. Dalam hal ini pembuatan wharf lebih tepat.

2. Jenis kapal yang dilayani


Dermaga yang melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah mempunyai
konstruksi yang ringan dibanding dengan dermaga potongan (general chargo), karena
dermaga tersebut tidak memerlukan perlatan bongkar muat barang yang besar (kran),
jalan kereta api, gudang-gudang, dsb. Untuk melayani kapal tersebut, penggunaan
pier akan lebih ekonomis. Dermaga yang melayani barang potongan dan peti kemas
menemrima beban yang besar di atasnya, seperti kran barang yang dibongkar muat
peralatan transportasi (kereta api dan truk). Untuk keperluan tersebut dermaga tipe
wharf akan lebih cocok.

3. Daya dukung tanah.


Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada umumnya
tanah di dekat daratan mempunyai daya yang lebih besar daripada tanah di dasar lautr.
Dasar laut umumnya terdiri dari endapan yang belum padat. Ditinjau dari daya
dukung tanah, pembuatan wharf atau dinding penahan tanah lebih menguntungkan.
Tetapi apabila tanah dasar berupa karang pembuatan wharf akan mahal karena untuk
memperoleh kedalaman yang cukup di depan wharf diperlukan pengerukan. Dalam
hal ini pembuatan pier akan lebih murah karena tidak diperlukan pengerukan dasar
karang.

Dermaga harus memenuhi beberapa syarat minimal diantaranya :


1. Harus mampu mengakomodasi volume bongkar muat
2. Harus mampu mengakomodasi peralatan bongkar muat
3. Harus bebas dari luapan atau air laut akibat gelombang dan pasang surut
4. Harus mudah didekati kapal
5. Harus bisa berhubungan langsung dengan fasilitas darat di belakangnya
6. Harus kuat dan stabil dari gaya-gaya luar yang bekerja

Aspek Macam Dermaga


Klasifikasi
Posisi letaknya 1. Wharf/Quay (sejajar garis pantai)
2. Pier (tegak atau hampir tegak lurus garis
pantai)
Fungsi 1. Dermaga barang umum
Operasional 2. Dermaga Kontainer
3. Dermaga Penumpang
4. Dermaga Serbaguna (Multipurpose)
5. Dermaga Ro-Ro
6. Dermaga Ferry
7. Dermaga Barang Cair
8. Dermaga Barang curah
Tipe 1. Tipe terbuka (Open deck types): struktur
Strukturnya tiang pancang (biasa, dengan platform)
2. Tipe tertutup (Closed types):
a. Gravity Wall
• Caisson,
• Concrete Block,
• L Shaped Block,
• Celluler Block
b. Sheet Pile Types
3. Tipe terapung (Floating Types)

2.2 Bagian-bagian Konstruksi Dermaga


1. Bangunan Atas
Bangunan atas terdiri dari:
a. Pelat Lantai
Adalah bagian dari plat dermaga untuk dilewati kendaraan yang menuju kapal atau dari kapal
menuju daratan.
b. Balok
Adalah rangkaian dari gelagar memanjang dari konstruksi dermaga tersebut dan merupakan
pengaku serta memikul pelat lantai.
2. Sistem Fender (bantalan sandar)
Pada dasarnya dari segi konstruksi diketahui 3 sistem, yaitu:
a. Fender Pelindung Kayu
Fender jenis ini makin kurang penggunaannya, karena makin langkanya mendapatkan kayu
panjang.
b. Fender Gantung
Bentuk fender ini dari yang paling sederhana sampai yang lebih sulit dalam pelaksanaannya.
Biasanya digunakan untuk konstruksi dermaga yang menampung kapal-kapal jenis kecil.
Dikenal beberapa jenis yaitu:
1) Rantai dilindungi karet
2) Berbobot
Bentuk ini sudah jarang lagi digunakan karena biaya pemeliharaan yang tinggi.
c. Fender Bentur
Guna menyerap energi tinggi yang ditimbulkan benturan kapal pada dermaga, pada saat ini
dikembangkan tiga jenis yaitu:
1) Fender hidraulis
2) Fender per baja
3) Fender karet

Gambar Posisi Kapal Terhadap Fender


Gambar Posisi Kapal Pada Waktu Membentur Fender
3. Alat Penambat
Alat penambat adalah suatu konstruksi yang digunakan untuk keperluan berikut ini:
a. Mengikat kapal pada waktu berlabuh agar tidak terjadi pergeseran atau gerak kapal yang
disebabkan oleh gelombang, arus dan angin.
b. Menolong berputarnya kapal.
Menurut letaknya alat penambat dibagi:
1) Alat penambat di darat
Yaitu: bolder/bollard.
Bolder / bollard Adalah alat penambat yang ditanam di bagian tepi dermaga yang berfungsi
untuk menambat kapal-kapal yang berlabuh, supaya tidak terjadi suatu penggeseran atau
penggoyangan yang besar.
Tipe-tipe Bollard:
a) Bollard/Bitt
Direncanakan untuk menahan gaya tarik 35 ton
b) Double Bitt
Masing-masing bitt direncanakan untuk menahan gaya Tarik sebesar 35 ton.
c) Corner Mooring Post
Alat penambat yang ditanam pada tepi pantai dekat ujung dermaga yang direncanakan untuk
menahan gaya tarik sebesar 50-100 ton.
2) Alat penambat di dalam air
Yaitu: pelampung penambat, dolphin
Pelampung penambat adalah alat penambat yang letaknya diluar dermaga, yaitu didalam kolam
pelabuhan atau di tengah-tengah laut (off share).
a) Di dalam kolam pelabuhan, fungsinya:
 Untuk mengikat kapal-kapal yang sedang menunggu dan berhenti diluar dermaga, karena
dermaga sedang dipakai.
 Sebagai penolong untuk berputarnya kapal.
b) Di tengah-tengah laut, fungsinya:
 Untuk keperluan kapal-kapal yang draftnya besar, dapat membongkar memuat ke/dari
tongkang.
Gambar Konfigurasi Bollard pada Dermaga
4. Bangunan Bawah
Pondasi adalah suatu bagian dari dermaga yang tertanam atau berhubungan dengan tanah, fungsi
dari pondasi adalah untuk menahan beban bangunan di atasnya dan meneruskannya ke tanah
dasar. Tujuannya adalah agar didapat keadaan yang kokoh dan stabil atau dengan kata lain tidak
akan terjadi penurunan yang besar, baik arah vertikal maupun horizontal. Dalam perencanaan
suatu konstruksi untuk bangunan yang kokoh, kuat, stabil dan ekonomis, perlu diperhitungkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Daya dukung dan sifat-sifat tanah.
2. Jenis serta besar kecilnya bangunan yang dibuat.
3. Keadaan lingkungan lokasi pelaksanaan.
4. Peralatan yang tersedia.
5. Waktu pelaksanaan yang tersedia.
Dari kelima faktor tersebut diatas, dalam perencanaan dan pelaksanaan serta jenis pondasi yang
akan dipakai, maka dapat dipilih beberapa alternatif antara lain:
1.  Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah suatu pondasi yang mendukung bangunan bawah secara langsung pada
tanah. Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi:
a. Pondasi tumpuan setempat.
b. Pondasi tumpuan menerus.
c. Pondasi tumpuan pelat.
2. Pondasi dalam
Pondasi dapat dibedakan menjadi:
a. Pondasi tiang pancang
Pondasi tiang pancang digunakan bila tanah pendukung berada pada kedalaman lebih dari 8
meter, bentuk dari pondasi tiang pancang adalah lingkaran, segi empat, segi tiga, dan lainnya.
b. Pondasi sumuran
Pondasi sumuran digunakan apabila tanah pendukung berada pada kedalaman 2-8 meter, pondasi
ini mempunyai bentuk penampang bulat, segiempat, dan oval.

2.3 Jenis-jenis Dermaga

2.3.1. Berdasarkan posisi letaknya


Berdasarkan posisi letaknya, dermaga dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu wharf, pier, dan
jetty. Struktur wharf dan pier bisa berupa struktur tertutup atau terbuka, sementara jetty pada
umumnya berupa struktur terbuka.
a.    Wharf
Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat dibuat berhimpit dengan garis
pantai atau agak menjorok ke laut. Jenis wharf ini biasanya dipilih bila dasar pantai agak curam atau
kedalaman air yang dalam, tidak terlalu jauh dari garis pantai. Kebanyakan digunakan untuk
pelabuhan barang potongan atau peti kemas dimana dibutuhkan suatu halaman terbuka yang cukup
luas untuk menjamin kelancaran angkutan barang.
Perencanaan wharf harus memperhitungkan tambatan kapal, perlatan bongkar muat barang
dan fasilitas transportasi darat, karakteristik kapal yang akan berlabuh mempengaruhi panjang
wharf dan kedalaman yang diperlukan untuk memperatkan kapal.

Gambar Dermaga Wharf


b.    Pier
Pier adalah dermaga yang berada pada garis pantai dan posisinya tegak lurus dengan garis
pantai (berbentuk jari). Berbeda dengan wharf yang digunakan untuk merapat pada satu sisinya,
pier dapat digunakan pada satu sisi atau dua sisinya sehingga dapat digunakan untuk merapatkan
lebih banyak kapal. Perairan di antara dua pier yang berdampingan disebut slip.

Gambar Dermaga Pier


c.    Jetty
Jetty adalah bangunan dermaga yang menjorok ke tengah laut (sungai, danau) untuk mencapai
kedalaman yang diperlukan dan dihubungkan bangunan jembatan ke darat. Sisi muka jetty biasanya
sejajar dengan pantai. Pada umumnya jetty digunakan untuk merapat kapal tanker, kapal LNG, dan
kapal tongkang. Untuk menahan benturan kapal yang merapat, dipasang dolphin penahan benturan
(bresting dholpin) di depan jetty. dolphin-dolphin tersebut dihubungkan dengan catwalk (jembatan
kecil), yang berfungsi sebagai jalan betugas yang akan mengikatkan tali kapal ke dolphin.

Gambar Dermaga Jetty


Gambar Jenis Dermaga Jetty, Wharf, dan Pier

Gambar Pertimbangan dalam Menentukan Tipe Dermaga

2.3.2. Berdasarkan jenis strukturnya

Pemilihan jenis struktur dermaga dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani (dermaga
penumpang ataupun barang yang bisa berupa barang satuan, curah, atau cair), ukuran kapal, arah
gelombang dan angin, kondisi topografi, dan tanah dasar laut.

a. Deck On Pile

Struktur Dermaga Deck On Pile (open type structure) menggunakan serangkaian tiang pancang
(piles) sebagai pondasi untuk lantai dermaga. Seluruh beban di lantai dermaga, termasuk gaya
akibat berthing dan mooring, diterima sistem lantai dermaga dan tiang pancang pada struktur
dermaga ini.

Di bawah lantai dermaga, kemiringan tanah dibuat sesuai dengan kemiringan alaminya serta dilapisi
dengan perkuatan (revement) untuk mencegah tergerusnya tanah akibat gerakan air yang
disebabkan oleh manuver kapal. Untuk menahan gaya lateral yang cukup besar akibat berthing dan
mooring kapal, dapat dilakukan pemasangan tiang pancang miring. Pada umumnya, jenis struktur
tiang pada Struktur Dermaga Deck On Pile sedikit sensitif terhadap getaran-getaran lokal seperti
tumbukan bawah air akibat haluan kapal dibandingkan struktur dermaga lainnya.
Keuntungan Struktur Dermaga Deck On Pile:
(1) Sudah umum digunakan,
(2) Mudah dilaksanakan,
(3) Perawatan lebih mudah.
Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Deck On Pile:
(1) Diperlukan pekerjaan pengerukan dengan volume yang cukup besar,
(2) Diperlukan proteksi pada kemiringan tanah di bawah lantai dermaga,
(3) Diperlukan pemasangan tiang miring apabila gaya lateral cukup besar.

Bentuk Struktur Dermaga Deck On Pile (Sumber: Triatmodjo, 1999)


b. Sheet Pile

Dermaga jenis ini menggunakan sheet pile (turap atau dinding penahan tanah) untuk menahan gaya-
gaya akibat perbedaan elevasi antara lantai dermaga dengan dasar kolam. Struktur Dermaga Sheet
Pile adalah jenis struktur yang tidak memperdulikan kemiringan alami dari tanah. Struktur jenis ini
biasanya dibangun pada garis pantai yang memiliki kemiringan curam dimana, pada umumnya,
tanah pada bagian laut kemudian dikeruk untuk menambah kedalaman kolam pelabuhan. Tiang
pancang masih diperlukan untuk menahan gaya lateral dari kapal yang sedang sandar atau untuk
membantu sheet pile menahan tekanan lateral tanah. Struktur sheet pile ini dapat direncanakan
dengan menggunakan sistem penjangkaran (anchor) ataupun tanpa penjangkaran. Sistem
penjangkaran dapat berupa tiang angkur atau angkur batu. Untuk kondisi perairan dimana
gelombang agak besar, Struktur Dermaga Sheet Pile kurang cocok karena gelombang akan
menghantam dinding dan terjadi olakan air di daerah dimana kapal sandar. Keuntungan Struktur
Dermaga Sheet Pile adalah tidak memerlukan pengerukan tanah di bawah deck.

Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Sheet Pile:


(1) Perlu perlindungan terhadap korosi,
(2) Perlu perbaikan tanah,
(3) Masih memerlukan tiang miring.
Bentuk Struktur Dermaga Sheet Pile (Sumber: Triatmodjo, 1999)

Bentuk Struktur Dermaga Anchored Sheet Pile (Sumber: Triatmodjo, 1999)

c. Diaphragma Wall

Selain sheet pile, diaphragma wall beton juga dapat berfungsi sebagai penahan tekanan lateral
tanah. Struktur Dermaga Diafragma Wall terdiri dari blok-blok beton bertulang berukuran besar
yang diatur sedemikian rupa. Perletakan blok beton dengan kemiringan tertentu dimaksudkan agar
terjadi geseran antara blok beton satu dengan lainnya sehingga dicapai kesatuan konstruksi yang
mampu memikul beban-beban vertikal (dari lantai dermaga) maupun horizontal pada dermaga.
Barrette pile dapat digunakan pada struktur ini, yang berfungsi sebagai anchor untuk diaphragma
wall, keduanya dihubungkan oleh sistem tie beam atau tie slab. Untuk kondisi perairan dimana
gelombang agak besar, Struktur Dermaga Diaphragma Wall kurang cocok karena gelombang akan
menghantam dinding dan terjadi olakan air di daerah dimana kapal sandar.

Keuntungan Struktur Dermaga Diaphragma Wall:


1) Waktu pelaksanaan relatif singkat, dan
2) Dinding dapat dirancang menerima gaya aksial.
Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Diaphragma Wall:
1) Harus dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidang ini,
2) Memerlukan material khusus,
3) Memerlukan peralatan khusus.
Bentuk Struktur Dermaga Diaphragma Wall dengan Barette Pile
(Sumber: Triatmodjo, 1999)
d. Caisson

Struktur ini merupakan salah satu jenis dari dermaga gravity structure. Pada prinsipnya, struktur
dermaga jenis ini memanfaatkan berat sendiri untuk menahan beban-beban vertikal dan horizontal
pada struktur dermaga serta untuk menahan tekanan tanah. Caisson dalah suatu konstruksi blok-
blok beton bertulang berbentuk kotak-kotak yang dibuat di darat dan dipasang pada lokasi dermaga
dengan cara diapungkan dan diatur pada posisi yang direncanakan, kemudian ditenggelamkan
dengan mengisi dinding kamar-kamar caisson dengan pasir laut ataupun batu. Untuk kondisi
perairan dimana gelombang agak besar, Struktur Dermaga Caisson kurang cocok karena gelombang
akan menghantam dinding dan terjadi olakan air di daerah dimana kapal sandar.
Keuntungan Struktur Dermaga Caisson:
1) Blok-blok caisson dapat dibuat di temapt lain
2) Dapat dilaksanakan pada kondisi tanah yang jelek.
3) Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Caisson:
4) Diperlukan perbaikan tanah alas caisson agar mampu menahan berat caisson dan beban yang
akan bekerja
5) Diperlukan keahlian khusus untuk pembuatan blok-blok beton dan penempatan caisson.

Bentuk Struktur Dermaga Caisson (Sumber: Triatmodjo, 1999)

e. Dolphin’s System
Dermaga Sistem Dolphin membutuhkan jetty untuk menghubungkan dermaga dengan darat. Ada
dua jenis Dermaga Sistem Dolphin, yaitu L-jetty dan fingerpier. Struktur Dermaga Sistem Dolphin
dikatagorikan sebagai light structure (struktur ringan) karena Struktur Dermaga Sistem Dolphin
direncanakan hanya untuk menerima beban-beban ringan seperti pipa-pipa penyalur minyak dan gas
sertaconveyors. Struktur Dermaga Sistem Dolhpin biasanya digunakan untuk:
1. Dermaga ferry untuk kapal jenis Ro-Ro
2. Dermaga untuk bulk untuk loading batu bara serta loading-unloading minyak.

Jenis Dermaga Sistem Dolphin

Ciri-ciri Dermaga Sistem Dolphin adalah:


1. Kolam pelabuhan jauh dari garis pantai. Oleh karena itu dibuat jembatan penghubung antara
platform dengan terminal di darat.
2. Berdasarkan fumngsinya, struktur dermaga dibagi menjadi dua bagian:
 Working platform (jetty head), digunakan untuk menempatkan peralatan bongkar muat
(unloading arms dan vapour return line arm), katup-katup pipa, dan lain-lain.
 Berthing dolphins dan mooring dolphins, digunakan untuk bersandar dan mengontrol kapal
yang berlabuh.
3. Working platform (jetty head) tidak dirancang digunakan untuk menahan gaya horizontal
yang ditimbulkan kapala saat bersandar dan berlabuh seperti yang diterima oleh berthing
(breasting) dolphins danmooring dolphins. Jetty head merupakan platform yang terdiri
dariloading/unloading arm, area perbaikan, bangunan perbaikan, jetty crane, menara kebakaran,
jalan, dan lainnya. Biasanya jetty headberukuran 20 x 30 m.
4. Approach bridge terdiri dari jalan darat dengan lebar 2,5-3,5 m, jaringan pipa, saluran
perbaikan, lampu penerangan, dan fasilitas lainnya. Panjang approach bridge ini bervariasi dan
tergantung kondisi sekitar sehingga bisa memcapai beberapa kilometer.
5. Berthing atau breasting dolphin berfungsi untuk menahan energi kinetik saat kapal
bersandar, menahan kapal selama angin pesisr bertiup, dan memperkuat spring lines dari kapal.
6. Mooring dolphins berfungsi untuk memperkuat mooring lines (breast dan stearn line) yang
melintang.
Panjang dermaga ditentukan oleh LOA kapal yang akan dilayani, seperti disebutkan dalam panduan
British Standard Code of Practise for Design of Fendering and Mooring System, yaitu:
1. Jika menggunakan 4 breasting dolphin, spasi antara breasting dolphin bagian terluar
(exterior) berjarak 0,3-0,4 LOA dari kapal terbesar. Untuk breasting dolphin bagian dalam
(interior) berjarak 0,3-0,4 LOA dari kapal terkecil.
2. Jika menggunakan 2 breasting dolphin, spasi antara breasting dolphin berjarak 0,3 LOA dari
kapal terbesar.
3. ``111``Jika menggunakan bow dan stern line, spasi antara mooring dolphinterluar (exterior)
berjarak 1,35 LOA dari kapal terbesar.
4. Spasi antara mooring dolphin dalam (interior) berjarak 0,8 LOA dari kapal terbesar.
5. Jarak aman ujung-ujung dermaga adalah 10 m.

Breasting dolphin (berthing dolphin) diletakkan berhadapan langsung atau menempel dengan badan
kapal pada saat kapal bersandar. Mooring dolphindiletakkan dibelakang berthing line atau garis
sandar kapal, dengan jarak 34,5-49,5 m supaya mooring line tidak terlalu kendor.

Dimensi Struktur Dermaga Sistem Dolphin

2.4 Contoh Metode Pelaksanaan Fondasi Tiang Pancang Untuk Dermaga


Metode pelaksanaan yang akan diuraikan hanya akan membahas mengenai konsep dasar
pelaksanaan dermaga dan tidak membahas secara detail tentang pelaksanaan sesungguhnya di
lapangan.
Metode pelaksanaan dermaga akan dibagi menjadi 3 poin utama, yaitu:
1. Masa Prakonstruksi
Dalam masa prakonstruksi ini hal-hal yang dilakukan adalah persiapan pelaksanaan, baik yang di
darat maupun di laut. Pada umumnya, sebelum pelaksanaan sudah harus disiapkan:
a.       Pembersihan lahan, yaitu membersihkan lahan proyek dan lahan disekitar proyek yang telah
dibebaskan dari hal-hal yang akan mengganggu jalannya proyek secara keseluruhan,
b.      Direksi kit, yang berfungsi sebagai tempat untuk keperluan rapat, konfirmasi antar organisasi
atau personil yang terkait pengawasan dan lain-lain,
c.       Pos jaga, berfungsi sebagai pengawasan alat dan material,
d.      Gudang, sebagai tempat penyimpanan bahan yang akan dipakai,
e.       Pendatangan alat berat seperti crane, pontin, hammer hydraulic untuk keperluan
pemancangan tiang pancang.
2. Masa Konstruksi
Dalam masa konstruksi ini pekerjaan dermaga dilakukan persegmen, pembahasan akan dibagi atas
item-item pekerjaan sebagai berikut:
a.       Pemancangan
Alat yang dipergunakan:
2 buah ponton
1 crane
1 hydraulic hammer
2 teodolit/waterpass
Pemacangan dilakukan dengan 2 ponton, dimana 1 ponton sebagai hydraulic hammer untuk
pemancangan dan satunya sebagai ponton crane untuk pengambilan tiang pancang dari areal
penumpukan ke ponton pancang. Alat teodolit dipergunakan untuk mengukur ketepatan posisi dan
kemiringan tiang saat pemancangan.
1.      Ponton crane mengambil tiang pancang yang berada pada areal penumpukan dan kemudian
memindahkan tiang pancang dari ponton crane ke ponton pancang, lalu kemudian dilaksanakan
pemancangan.
Gambar Proses Pengangkatan Tiang Pancang
2.      Pada saat pemancangan, ponton pancang diarahkan ke titik yang dituju, dengan bantuan alat
teodolit untuk menentukan titik serta kelurusan/kemiringan tiang pancang.
3.      Setelah semuanya sesuai, tali pengikat pada hydraulic hammer dikendorkan sehingga tiang
pancang akan turun sampai seabed dan diukur kembali ketepatannya dengan teodolit.
4.      Apabila sudah sesuai kembali, baru mulai dipancang dengan hydraulic hammer sampai
kedalaman yang direncakan.

Gambar Proses Pemancangan


5.      Setelah beberapa tiang pancang selesai dipasang, dapat dilakukan pemotongan tiang pancang
yang terlebih dengan menggunakan hammer ban sampai pada elevasi tiang yang direncakan.
6.      Apabila pemotongan tiang sudah selesai semua, pekerjaan selanjutnya adalah pengerjaan poer.
b.      Pengecoran Poer
1.      Sebelum merakit bekisting poer, terlebih dahulu dipasang landasan untuk bekisting berupa
sabuk pengikat dibaut sejumlah 2 baut untuk tiap pengikatnya pada tiang pancang/
2.      Kemudian dipasang balok yang menghubungkan antara tiang satu dengan lainnya baik arah
memanjang maupun melintang.
3.      Dilanjutkan dengan perakitan bekisting poer di atas landasan yang telah ada, sesuai dengan
ukurannya. Untuk bagian vertikal dari bekisting poer ditopang dengan kayu perancah ke balok yang
menghubungkan antar tiang pancang.
4.      Setelah bekisting poer selesai, dilakukan pemasangan tulangan beton pengisi tiang dan
tulangan poer. Pengecoran dilakukan sekaligus sehingga antara beton pengisi tiang dan poer
monolit.

Gambar Detail Pengunci Tiang Pancang dan Poer


c.       Pengecoran pelat dan balok
Bekisting balok memanjang dan melintang dipasang sesuai dengan ukuran rencana dan ditopang
dengan kayu ke landasan yang telah terpasang pada langkah sebelumnya, pengecoran dilakukan
monolit (sekaligus) dengan pelat dermaga, balok fender. Sebelum pengecoran dilakukan, angker
bolder dan fender dipasang pada posisinya dengan dilas dengan tulangan balok untuk perkuatan.

Gambar Detail Plat, Balok, dan Tiang Pancang


3. Masa Pasca Konstruksi
Setelah pengecoran selesai dan beton telah mengeras dengan sempurna, dilakukan pekerjaan
tambahan yaitu:
a.       Pemasangan Bolder
Setelah beton mengeras sempurna, bollard dapat dipasang, angker yang sudah tertanam pada saat
pengecoran pelat Bersama tulangannya dibersihkan dan dipasangkan bollard ke posisinya kemudian
dicor setempat.

Gambar Bolder
b.      Pemasangan Fender
Sama halnya dengan bolder, angker fender yang telah tertanah dibersihkan dan fender ditempatkan
di posisinya lalu dipasang pasangan angkernya.

Gambar Felder
c.       Pemasangan Rel Crane
Dalam pemasangan crane harus diawasi dengan ketat, dimana setiap sambungan rel harus dites
dengan ultrasonic, demikian pula dengan kelurusan rel itu sendiri.

2.5 Contoh Permasalahan Dalam Pelaksanaan Fondasi Tiang Pancang Untuk Dermaga
Perlindungan pada Tulangan dan Tiang Pancang Baja

Dalam proses pembuatan baja, oksigen dipisahkan dari biji besi secara paksa. Oleh karena itu,
secara alami ada suatu kecenderungan baja berusaha kembali mencapai bentuk yang lebih stabil
yaitu oksida besi (karat). Perubahan bentuk dari logam menjadi oksida dalam lingkungan yang
induktif dinamakan korosi. Keadaan lingkungan dengan kombinasi air dan oksigen yang berubah-
ubah, mempengaruhi kecepatan dan perkembangan korosi. Berdasarkan SNI-03-2847-2002, tebal
selimut beton yang digunakan haruslah memenuhi ketentuan sebagai berikut untuk melindungi
tulangan pada beton terhadap korosi:

Tabel Tebal Minimum Selimut Beton Bertulang Biasa

Tabel Tebal Minimum Selimut Beton Pracetak


Korosi baja pada air laut sangatlah rumit. Banyak faktor yang mempengaruhi, seperti temperatur,
kadar garam, oksigen yang larut, pH, gaya pukulan ombak dan arus, serta pencemaran biologi.
Kondisi air laut juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan logam.
Lingkungan struktur pantai dapat dibedakan dalam lima macam berdasarkan posisinya terhadap
permukaan air laut, yaitu: daerah atmosfir, darah percikan/deburan (splash zone), daerah permukaan
pasang surut (tidal zone), daerah antara LWS denganseabed (submerged zone), dan daerah lumpur
(mud zone). Splash zone adalah bagian yang mengalami korosi sangat berat, sedangkan tidal zone
relatif ringan untuk suatu batang struktur vertikal tanpa lapisan pelindung, seperti tiang pancang.

Gambar Pembagian Daerah dan Teba Korosi Relatif (Kure, NC)

Perlindungan korosi untuk tiang pancang daerah splash zone dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain:
Sistem concreat jacket/selimut beton. Sistem ini umurnya tidak terlalu lama. Kualitas sistem ini
sangat ditentukan pada saat pengecoran dan jika terjadi kerusakan akan susah untuk memperbaiki.
Sistem jacket HDPE (high density petrolatum). Pada sistem ini, pertama-tama tiang dilapisi dengan
pasta (misalkan denso paste) kemudian dibalut dengan marine piling tape dan bagian luar dilindungi
dengan material HDPE.
Tiang pancang yang berada pada bagian submerged zone dapat dilindungi dengan secara efektif
memakai arus katoda (chatodic protection) karena metal menerima arus searah dari lingkungan
seperti proses pada katoda sel listrik. Korosi pada lingkungan basah biasanya disertai penghentian
arus searah yang ditimbulkan oleh perbedaan potensial listrik pada sel korosi tertentu. Pemakaian
arus dari sumber luar cukup mampu menghentikan arus korosi dan mengembalikan aliran arus ke
metal. Aspek teknologi yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana memberikan arus yang rata
ke setiap bagian tiang pancang pada submerged zone dalam waktu yang lama dan mudah.
Bagianbagian yang tidak cukup menerima arus mulai mengalami korosi, sedangkan bagian yang
menerima arus terlalu banyak akan rusak oleh tutupan bahan organik. Pada beberapa kasus,
kerusakan baja disebabkan oleh hidrogen yang terjadi pada permukaan baja.

Tabel Corrotion Rate of Resistance Seawater Steel and Carbon Steel in The Marine Environment
Corrotion Rate (mm/tahun)

Zone Sea Water Corrotion Resistant Carb


Steel on
Steel
Atmosphere 0,04-0,05 0,2-
0,5
Splash 0,10-0,15 0,3-
0,5
Tidal ~0,10 ~0,1
Submerged 0,15-0,25 0,2-
0,5
Mud ~0,06 ~0,1

Tabel Laju Korosi Berdasarkan Technical Port and Harbour Facilities in Japan, 1991

Pencegahan Kepala dan Badan Tiang Pecah dengan Sepatu Pipa Baja

Desain awal tiang pancang yang menahan beban aksial adalah tiang pancang beton (concrete spun
pile) dengan bottom berupa pensil. Namun karakteristik tanah yang ada di lokasi pekerjaan dapat
digambarkan sebagai lapisan tanah yang sangat keras berada langsung di bawah lapisan tanah yang
lunak, ketika proses pemancangan badan tiang pancang tidak terikat sama sekali dan ujung tiang
bebas. Ujung tiang yang berupa pensil membentur lapisan sangat keras dan bergeser saat terjadi
impact, yang selanjutnya terjadi pergeseran titik koordinat dan kemiringan posisi tiang. Posisi tiang
pancang beton yang tidak tegak tersebut mengakibatkan adanya eksentrisitas gaya pada tiang saat
dipukul, sehingga terjadi kegagalan tiang (pecah).

Gambar Kegagalan tiang pancang beton


Dengan kondisi yang seperti itu maka dibuat terobosan dengan memodifikasi bottom pile yang
berupa pensil menjadi mamira dengan sepatu pipa baja.

Gambar Ilustrasi pemancangan tiang pancang beton yang dimodifikasi Kelebihan dari inovasi yang
dilakukan tersebut adalah :
1. Mampu menembus lapisan tanah keras sehingga tidak terjadi pergeseran koordinat titik
pancang.
2. Mempercepat waktu pelaksanaan pemancangan, karena pontoon pancang tidak perlu
melakukan release dan stressing anchore terlalu sering untuk mengikuti pergerakan tiang pancang.

Gambar Tiang pancang beton dengan modifikasi mamira pipa sepatu baja
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Berbagai pemilihan jenis dermaga dapat disesuaikan dengan berbagai kebutuhan dan kondisi
yang laut yang memungkinkan. Pemilihan jenis pondasi untuk dermaga pula disesuaikan
dengan berbagai pertimbangan seperti jenis kapal yang akan bersandar, besarnya beban yang
akan di tanggung oleh pondasi, kondisi tanah, mobilitas alat berat, efisiensi waktu, metode
yang akan dilaksanakan dan masalah yang mungkin timbul dari pelaksanaan pondasi dermaga.
Untuk itu, dibutuhkan berbagai pertimbangan untuk menentukan jenis pondasi yang akan
digunakan, guna tercapai pondasi yang kuat, efisien dan aman bagi penggunanya.

3.2.Daftar Pustaka

SNI-03-2847-2002

OCDI

Suharlinah, et al., Penanggulangan Korosi Tiang Pancang Pipa Baja Jembatan


dengan Cara Proteksi Katodik Anoda Karbon, Batam.

Triatmodjo, Bambang.Pelabuhan.2008.Yogyakarta: BETA OFFSET.

Dermaga Multipurpose Banten. PT.PP (Persero) Tbk. 2013

Faizul Hakim ( Metode Pelaksanaan Dermaga)


https://civillenial.blogspot.com/2019/12/metode-pelaksanaan-dermaga.html, Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai