Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan dengan masa lalu
atau sejarah terbentuknya kota serta berkaitan dengan masa yang akan datang (Lynch,1992).
Perkembangan kota juga merupakan proses perubahan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan
lain dalam waktu yang berbeda, hal ini menyangkut aspek politik, sosial budaya, teknologi,
ekonomi dan fisik yang akan terlihat langsung pada perkembangan fisik yang berkaitan dengan
penggunaan lahan perkotaan (Umar, 2001) dan juga bertambahnya jumlah perkotaan di Indonesia
hasil pemekaran kabupaten, kotamadya maupun propinsi.

Penduduk perkotaan dewasa ini mencapai lebih dari 50% penduduk Indonesia akibat
bertambahnya penduduk perkotaan (Widiantono,2009), maka salah satu aspek yang berkaitan
dengan padatnya perkotaan adalah semakin banyaknya jumlah kendaraan pribadi di kota baik
mobil maupun motor, pengaruh dari semakin banyaknya kendaraan pribadi yang dimiliki secara
individual adalah kemacetan. Jumlah jalan yang tersedia diperkotaan juga tidak mampu
menampung jumlah kendaraan yang bertambah banyak, dan ketika sistem one family one car tidak
optimal, maka sebagai solusi pemerintah dari tidak berjalannya sistem tersebut adalah upaya
pelebaran jalan atau penambahan luas dan jalur jalan.

Bundaran stainless merupakan jalan yang terletak di kecamatan mandonga sepanjang Jl.
Made Sabara sampai Jl. Edi Sabara. Berdasarkan pengatamatan kami lokasi ini merupakan salah
satu titik kemacetan di kota kendari. kemacetan tersebut tidak lepas dari tingginya volume
kendaraan terutama kendaraan roda empat khususnya kendaraan pribadi dan lokasi ini juga
merupakan titik temu dari beberapa jalan. Perencanaan jalan layang dari By pass merupakan salah
satu solusi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas .

Untuk mengatasi masalah tersebut diatas maka perlu peningkatan jalan khususnya untuk
jalan akses teluk kendari melalui proyek Pembangunan jalan laying.

1
Pembangunan suatu konstruksi jalan layang (flyover) bertujuan mengurai kemacetan jalan,
dengan merubah persimpangan sebidang menjadi persimpangan tidak sebidang. Pelaksanaan
pembangunan konstruksi jalan layang (fly over) seringkali terkendala dengan pembebasan lahan
(suatu masalah yang umum dihadapi pada pembangunan jalan layang), sehingga menyebabkan
pembongkaran bangunan di kanan dan kiri lokasi pembangunan jalan layang sulit dilaksanakan.
Umumnya suatu konstruksi jalan layang dibangun di tengah jalan raya, dengan pelebaran kanan
dan kiri bangunan oprit sebagai jalan samping. Pelaksanaan struktur pilar pada pembangunan jalan
layang harus menggunakan metode yang efisien dan aman, dengan memperhitungkan terbatasnya
lahan, karena struktur pilar berada di tengah jalan raya. Untuk metode pelaksanaan footing pilar
dibutuhkan penggalian yang cukup dalam. Lalu lintas yang padat, lokasi yang sempit dan lahan
kerja yang terbatas menyebabkan penggalian berbatasan langsung dengan jalan harus dilaksanakan
secara tegak lurus, sehingga dibutuhkan dinding penahan untuk mengamankan galian agar tidak
terjadi longsor.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari paparan latar belakang diatas di peroleh rumusan masalah sebagai berikut ;

a. Bagaimna peran jalan layang dikota dalam hal kemacetan di kota kendari
b. Bagaimna pengaruh jalan layang dalam perkembangan infrastruktur kota
c. Bagaimana dampak yang timbul akibat pembangunan jalan layang dikota kendari
d. Bagaimana peran jalan layang dalam hal estetika kota

1.3 TUJUAN

Tujuan dilakukannya perencanaan Jalan Layang di sepanjang Jalan Bay Pass Kendari adalah :

a. Mengurangi tingkat kemacetan yang terjadi di bundaran stainless dan bundaran tapak kuda.

b. Meningkatkan perkembangan infrastruktur di kota kendari.


c. Mengatasi dampak yang ditimbulkan dari perencanaan jalan layang teluk kendari terhadap
lingkungan sekitarnya.
d. Menambah estetika kota kendari.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

2.1.1.Pengertian Jalan
Menurut KBB, Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dan/atau air, serta
diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
2.1.2 Pengertian FlyOver
Menurut kamus Bahasa Inggris Indonesia Flyover adalah jembatan
layang.Menurut Wikipedia jalan layang adalah jalan yang dibangun tidak sebidang
melayang menghindari kawasan/ daerah yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan
lalu lintas, melewati persilangan kereta api untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan
efisiensi. Jalan layang merupakan perlengkapan jalan bebas hambatan untuk mengatasi
hambatan karena konflik dipersimpangan, melalui kawasan kumuh yang sulit ataupun
melalui kaawasan rawa-rawa.
Jalan layang yaitu jalan yang dibuat melayang diatas jalan lain terutama pada
persimpangan dengan tujuan mengurangi penggunaan lampu merah.
2.1.3 Pengertian by pass atau jalan elak
Menurut wikipedia By pass adalah jalan yang dibuat untuk mengelak dari kawasan
yang padat, kota, kampung atau desa tertentu sehingga lalu lintas terusan dapat melewati
kawasan tersebut dengan gangguan samping yang minimal sehingga dapat meningkatkan
keselamatan lalu lintas.
2.1.4 Pengertian underpass
Menurut Wikipedia, Underpass adalah tembusan dibawah sesuatu terutama bagian
dari jalan atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.
Underpass merupakan jalur lalu lintas yang berbentuk terowongan yang dibangun
dibawah tanah. Jalur lalu lintas ini biasanya dibangun dibawah jalur perlintasan kereta api.
Tujuannya adalah untuk mengurangi penumpukan kendaraan dan kemacetan yang
disebabkan ketika kereta api melintas.

3
Untuk melaksanakan pekerjaan ini perencana menggunakan Pedoman/Spesifikasi Teknis
sesuai Master Plan Pengembangan jalan layang yang ada serta mengacu pada standar-standar
Bidang Pekerjaan Umum/Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku.
Konstruksi yang digunakan pada jalan akses tersebut berupa konstruksi jalan layang, dengan
beberapa pertimbangan sebagai berikut :
 Keadaan lokasi di sekitar proyek merupakan daerah rawa, tambak dan bersebelahan dengan
laut sehingga fluktuasi terjadinya rob cukup tinggi, agar lalu lintas tidak terganggu hal tersebut,
maka digunakan konstruksi jalan layang.
 Aspek estetika.

2.2 RUANG LINGKUP

Pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini memberikan


petunjuk dan penjelasan tentang ketentuan-ketentuan yang harus diacu pada pelaksanaan
pembangunan jalan.

Lingkup dari pedoman ini menguraikan mengenai kegiatan pembangunan jalan yang
berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup dan penerapan kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup pada: penyiapan dokumen lelang, kegiatan pengadaan tanah,
pelaksanaan konstruksi jalan, pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Di samping itu juga
membahas mengenai pelaksana, biaya dan koordinasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup.

Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan bagi pihak yang
bertanggung jawab dan terkait dalam penyelenggaraan jalan, baik di tingkat pusat, provinsi,
maupun di tingkat kabupaten dan kota, guna mempermudah dan memperlancar tugasnya dalam
mengantisipasi dan menangani dampak yang diakibatkan pembangunan jalan.

Tujuan disusunnya pedoman ini adalah agar kinerja dari para pihak yang terkait dengan
pelaksanaan pembangunan bidang jalan dapat ditingkatkan, dalam upaya mewujudkan
pembangunan jalan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

4
2.3 ACUAN NORMATIF

Acuan dalam penyusunan pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang


jalan antara lain adalah:

• Undang-Undang

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber


Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2007 tentang Perkereta Apian
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

• Peraturan Pemerintah

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan

• Peraturan Presiden

- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum - Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

• Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri

5
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis
Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi Dengan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2003 tentang Pedoman
Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup
- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup
- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 tahun 2006 tentang Pedoman
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14/Menhut-II/2006 tentang Pinjam Pakai
Kawasan Hutan
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2006 tentang Perubahan Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.14/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan
- Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 2007 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006 tentang Perubahan atas Perubahan Peraturan
Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum

• Pedoman

- Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan (08/BM/05)


- Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan (011/PW/04)
- Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan (012/PW/04)
- Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan (013/PW/04)

6
2.4 . PEMBANGUNAN JALAN DAN POTENSI DAMPAK TERHADAP

LINGKUNGAN HIDUP

2.4.1 Kegiatan Pembangunan Jalan yang Berpotensi Menimbulkan Dampak Lingkungan


Hidup

Sebelum melaksanakan pekerjaan konstruksi, pemrakarsa pembangunan jalan


menyiapkan dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi jalan. Dokumen lelang
dan dokumen kontrak disiapkan dalam rangka menetapkan ketentuan dalam pelaksanaan
konstruksi jalan yang harus d ilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan konstruksi jalan.

Dokumen lelang dan dokumen kontrak perlu memuat gambar-gambar dan desain teknis
sebagai hasil penjabaran RKL-RPL atau UKL-UPL. Dokumen lelang dan dokumen kontrak
yang memuat aspek pengelolaan lingkungan hidup tersebut perlu disiapkan dalam menunjang
kelancaran pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup. Apabila penjabaran RKL-RPL
atau UKL-UPL tidak dimasukkan dalam dokumen lelang dan dokumen kontrak, maka akan
berpotensi terhambatnya atau terabaikannya pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pada
saat pekerjaan konstruksi.

Komponen kegiatan pembangunan jalan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap


lingkungan hidup, berdasarkan jenis kegiatan adalah sebagai berikut:

a. Pengadaan Tanah

Pengadaan tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan tanah dalam rangka pembangunan
jalan dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah,
bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah.

Kegiatan pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan, dilakukan sesuai


peraturan yang berlaku, yaitu berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum dan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 36 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum.

7
Kegiatan pengadaan tanah berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap sosial
ekonomi budaya masyarakat yang terkena pembebasan tanah, antara lain hilangnya aset,
hilangnya mata pencaharian, terganggunya kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat,
terjadinya keresahan masyarakat dan dapat mengganggu kamtibmas.

Pengadaan tanah dilaksanakan mengacu pada Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan
Pemukiman Kembali dan perlu dilakukan secara tuntas sebelum pekerjaan konstruksi jalan
dimulai agar tidak terjadi kendala pada pelaksanaan konstruksi.

b. Pelaksanaan Konstruksi Jalan

Potensi dampak yang ditimbulkan saat pelaksanaan konstruksi jalan mencakup kegiatan
yang berlokasi di daerah yang tergolong bukan sensitif dan di daerah sensitif. Karena
karakteristiknya yang khas/spesifik, maka dampak negatif yang akan timbul oleh suatu kegiatan
di daerah sensitif potensinya lebih besar dibandingkan di daerah bukan sensitif. Bila kegiatan
pembangunan jalan melalui daerah sensitif, maka harus memenuhi ketentuan perizinan yang
diatur oleh pemerintah daerah menurut kewenangan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

A) Persiapan Pekerjaan Konstruksi Jalan

1) Mobilisasi Tenaga Kerja

Kegiatan mobilisasi tenaga kerja mencakup pengadaan tenaga kerja oleh


kontraktor pelaksana proyek. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan
proyek dengan berbagai kualifikasi keahlian dan atau keterampilan maka pemrakarsa dan
atau kontraktor memberi kesempatan yang sama bagi masyarakat setempat yang ada di
lokasi proyek maupun dari luar lokasi proyek.

Penerimaan tenaga kerja berpotensi menimbulkan dampak terjadinya


kecemburuan sosial dan keresahan masyarakat. Di samping itu juga berpotensi terjadinya
penyebaran penyakit menular antara lain HIV/AIDS, hepatitis, penyakit genitalis terhadap
masyarakat setempat akibat interaksi sosial.

2) Mobilisasi Peralatan Berat

8
Kegiatan mobilisasi peralatan berat mencakup pengadaan peralatan berat yang akan
dipakai untuk pelaksanaan proyek, diantaranya: bulldozer, exacavator, wheel
loader, dump truck, vibrator roller, truck mixer, dan lain-lain.

Termasuk dalam mobilisasi peralatan berat adalah kegiatan demobilisasi peralatan


berat setelah pelaksanaan proyek selesai. Potensi dampak lingkungan yang terjadi adalah
kerusakan jalan dan terganggunya lalu lintas.

3) Pembangunan Jalan Masuk atau Jalan Akses

Pembangunan jalan masuk atau jalan akses diperlukan untuk mobilisasi peralatan
dan kendaraan masuk ke lokasi proyek.

Pembangunan jalan akses ini dapat berupa pembuatan jalan baru atau peningkatan
kondisi jalan yang ada, sehingga dapat dilalui oleh peralatan dan kendaraan proyek.
Dampak lingkungan yang potensial terjadi adalah pencemaran udara (sebaran debu),
meningkatnya kebisingan dan terganggunya lalu lintas.

4) Pembangunan Base Camp

Pembangunan base camp untuk menunjang kegiatan pelaksanaan konstruksi jalan


umumnya dibangun di sekitar lokasi proyek. Pembangunan base camp mencakup kantor
proyek, gudang material, bengkel, stone crusher, batching plan, stockpile, penyimpanan
peralatan berat dan barak untuk pekerja.

Potensi dampak lingkungan akibat pembangunan base camp antara lain


berubahnya penggunaan lahan, pencemaran udara (sebaran debu) dan meningkatnya
kebisingan.

B) Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Jalan

a. Di Lokasi Tapak Proyek

1) Pembersihan Lahan

Pekerjaan pembersihan lahan merupakan tahap awal pelaksanaan konstruksi jalan


yang mencakup pembersihan vegetasi (semak belukar, perdu dan pohonpohon),
bangunan, saluran dan utilitas (jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, jaringan air
bersih/air minum, jaringan gas, jaringan bahan bakar minyak dan gas) dan penanganan

9
sisa pembersihan lahan. Peralatan yang digunakan adalah alat manual (antara lain
gergaji, kapak, sabit dan lainlain) dan peralatan mekanik (chain saw dan buldozer) untuk
pembersihan lahan yang relatif luas.

Potensi dampak akibat pembersihan lahan adalah hilangnya vegetasi, rusak dan
atau terganggunya utilitas umum, pencemaran udara, meningkatnya kebisingan dan
pencemaran kualitas air permukaan. Dampak lanjut dari terganggunya atau rusaknya
utilitas umum adalah terganggunya kegiatan sosial ekonomi masyarakat pengguna
utilitas umum.

2) Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah mencakup pengupasan tanah atas (top soil), penggalian dan
penimbunan tanah. Pengupasan tanah atas dilakukan sebelum pekerjaan galian dan
timbunan yaitu dengan cara memindahkan atau menyingkirkan lapisan tanah atas yang
subur biasanya dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman pada pekerjaan lansekap.
Penggalian dan penimbunan dimaksudkan untuk mengurangi atau menambah tanah atau
batuan dari elevasi tanah asli, sehingga mencapai tanah dasar yang direncanakan.

Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan tanah antara lain: bulldozer, loader,
penggilas, motor grader, scraper, dump truck dan excavator. Pada kondisi lahan berbatu
biasanya dilakukan peledakan untuk selanjutnya memudahkan dalam perataan
(grading).

Potensi dampak lingkungan pada pekerjaan tanah adalah pencemaran udara


(debu), meningkatnya kebisingan, pencemaran air permukaan dan air tanah,
terganggunya stabilitas lereng (longsor dan erosi), perubahan bentang alam dan
terganggunya situs atau cagar budaya.

3) Pekerjaan Drainase

Pembuatan saluran drainase bertujuan untuk menyalurkan air dari badan jalan ke
pembuangan. Saluran drainase terletak pada tepi jalan (side drain), memotong jalan
(cross drain) dan median jalan (median drain) dengan jenis bangunannya berupa parit
dan gorong-gorong (box culvert dan pipe culvert). Peralatan yang digunakan antara lain
adalah peralatan manual yaitu pacul, sekop dan peralatan mekanis yaitu excavator.

10
Pada waktu pelaksanaan pekerjaan drainase dibuatkan saluran sementara untuk
mengalirkan air yang ada di sekitar lokasi proyek, untuk mencegah terjadinya genangan
atau banjir. Pekerjaan galian saluran dilakukan dengan excavator dan tenaga manusia,
kemudian tanah galian pekerjaan ini diangkut dengan dump truck untuk ditempatkan di
tempat yang telah ditentukan sesuai dengan perencanaan.

Potensi dampak lingkungan akibat pekerjaan drainase adalah terganggunya pola


aliran permukaan alami, pencemaran kualitas air permukaan dan gangguan lalu lintas.

4) Pekerjaan Badan Jalan

Pekerjaan konstruksi badan jalan dan lapis perkerasan dengan jenis dan ketebalan
yang disesuaikan dengan rencana dapat berupa: a) Lapis atas permukaan;
b) Lapis pondasi atas;
c) Lapis pondasi bawah;
d) Tanah dasar.

Pekerjaan pondasi mencakup penghamparan material, pencampuran, penataan


dan pemadatan material. Peralatan yang digunakan antara lain alat penghampar, alat
perata dan alat pemadat material.

Potensi dampak lingkungan akibat pekerjaan konstruksi badan jalan adalah


pencemaran udara (debu), meningkatnya kebisingan dan terganggunya lalu lintas.

5) Pekerjaan Jembatan

Pekerjaan jembatan mencakup pembuatan bangunan bawah/pondasi (antara lain


yaitu tiang pancang, abutment, poer, pilar, oprit) dan bangunan atas/rangka baja atau
beton termasuk lantai jembatan.

Pemancangan tiang pancang umumnya menggunakan bor (bor pile) atau paku
bumi (pile hummer). Bor pile umumnya digunakan atas pertimbangan kondisi tanah
dan kondisi lingkungan di sekitarnya yang relatif dekat dengan bangunan rumah, dan
utilitas umum. Pile hummer umumnya digunakan berdasarkan pertimbangan kondisi
lapisan tanah dan kondisi eksisting kegiatan sekitarnya yang relatif jauh dari bangunan
rumah dan utilitas umum, sehingga dapat terhindar dari gangguan getaran yang dapat
menimbulkan kerusakan terhadap bangunan dan utilitas umum.
11
Potensi dampak lingkungan pada pekerjaan jembatan adalah meningkatnya
kebisingan, meningkatnya getaran, terganggunya lalu-lintas dan pencemaran kualitas
air permukaan.

6) Penghijauan dan Pertamanan

Penghijauan dan pertamanan mencakup pemasangan gembalan rumput,


penanaman tanaman berupa semak, perdu dan pohon di tepi jalan dan median jalan serta
pulau jalan. Jenis tanaman yang ditanam harus memenuhi kriteria manfaatnya dan
pertimbangan keselamatan pengguna jalan. Tujuan penghijauan ini adalah untuk
mengurangi pencemaran udara, mengurangi tingkat kebisingan, mencegah erosi dan
longsor serta fungsi estetika.

Potensi dampak positif lingkungan pada penghijauan dan pertamanan adalah


mencegah dan mengurangi longsor dan erosi, mengurangi kebisingan, mengurangi
pencemaran udara, meningkatkan estetika lingkungan dan kenyamanan para pemakai
jalan.

7) Pemasangan Perlengkapan Jalan

Pemasangan perlengkapan jalan antara lain adalan pemasangan pagar, guard rail,
trotoir, rambu lalu lintas, penerangan jalan dan marka jalan. Tujuannya adalah untuk
melancarkan lalu lintas dan mencegah kecelakaan lalu lintas. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan ini adalah arus lalu lintas di sekitar lokasi kegiatan yang
dapat terganggu.

Potensi dampak lingkungan akibat pekerjaan ini adalah terganggunya lalulintas


dan kecelakaan lalu lintas.

8) Pembuangan Material Sisa Pembersihan Lahan dan Sisa Pekerjaan Konstruksi

Material sisa pembersihan lahan yang berupa vegetasi (semak belukar dan pohon),
puing-puing sisa bangunan yang telah dibongkar ditangani dengan cara dibuang atau
ditempatkan sesuai ketentuan atau memanfaatkan material sisa yang masih bisa
dimanfaatkan. Demikian juga halnya terhadap material sisa pekerjaan konstruksi antara
lain kayu, kerikil, batu, material timbun, aspal, pasir, baja dan lain-lain dapat
dimanfaatkan kembali (re use) atau tidak dibuang.

12
Potensi dampak dari material sisa tersebut bila tidak ditangani, maka akan
menimbulkan genangan air dan menurunnya estetika lingkungan serta terganggunya
kenyamanan masyarakat.

b. Di Lokasi Quarry dan Jalur Pengangkutan Material

1) Pengambilan Material Bangunan dari Quarry

Pengambilan material bangunan yaitu tanah, agregat (pasir dan batu) dari lokasi
quarry atau borrow area yang ditangani proyek dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, di antaranya tidak membahayakan kestabilan lereng yang terbentuk, tidak
mencemari badan air yang berada di hilirnya, serta melakukan reklamasi setelah
kegiatan selesai.

Lokasi quarry dan borrow area bisa berada di sungai, darat atau bukit. Peralatan
yang digunakan untuk pengambilan material ini antara lain exavator, peralatan manual
atau menggunakan bahan peledak.

Potensi dampak lingkungan akibat pengambilan material di sungai adalah


degradasi dasar sungai, pencemaran kualitas air sungai dan terganggunya biota air serta
longsor tebing sungai. Bila pengambilan material dari bukit atau gunung maka potensi
dampaknya adalah perubahan bentang lahan, erosi dan longsor. Sedangkan bila
pengambilan material di daratan maka dapat menimbulkan dampak perubahan bentang
alam, terbentuknya lubang-lubang besar, longsor dan genangan air.

2) Pengangkutan Material Bangunan

Pengangkutan material bangunan yang diperlukan dalam pekerjaan konstruksi


jalan umumnya diangkut menggunakan truk dari sumbernya ke lokasi proyek melalui
jalan akses dan/atau jalan umum.

Potensi dampak akibat kegiatan ini adalah terganggunya lalu-lintas, pencemaran


udara (debu), meningkatnya kebisingan dan terganggunya kenyamanan masyarakat.

c. Di Lokasi Base Camp

- Pengoperasian Base Camp

13
Di dalam base camp terdapat kegiatan kantor kontraktor, gudang, bengkel, batching
plant, stone crusher, stockpile dan mungkin pembuatan beton pracetak, penyimpanan
peralatan berat, dan barak tempat istirahat tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan
konstruksi jalan.

Base camp juga dilengkapi dengan bangunan sanitasi antara lain tempat sampah,
jamban (MCK) dengan spesifikasi yang mengacu kepada standar yang ada mengenai
kapasitas, sistem penyediaan air bersih, bahan bangunan, konstruksi, plumbing (air bersih,
air kotor, drainase).

Kegiatan karyawan kantor di base camp umumnya menghasilkan limbah domestik


berupa sampah padat, cair dan tinja, hasil pencucian peralatan dan kendaraan proyek dan
ceceran sisa pelumas.

Pada pengoperasian base camp juga umumnya dilakukan pengaturan lalu lintas di
sekitarnya, karena banyaknya kendaraan dan peralatan proyek yang keluar masuk ke base
camp, di antaranya dengan rambu-rambu, alat pemberi isyarat lalu lintas dan petugas
pengatur lalu lintas.

Potensi dampak pengoperasian base camp terhadap lingkungan adalah pencemaran


udara, meningkatnya kebisingan, pencemaran air, pencemaran tanah dan menurunnya
estetika.

C) Pengoperasian Jalan dan Pemeliharaan Jalan

Pengoperasian jalan dan pemeliharaan jalan yang telah selesai tahap konstruksinya
berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.

a. Pengoperasian Jalan

Pengoperasian jalan merupakan kegiatan penggunaan jalan untuk melayani lalu


lintas jalan. Pengoperasian jalan harus memenuhi standar pelayanan minimal jalan. Pada
awal pengoperasian jalan, frekuensi lalu lintas di jalan masih belum terlalu padat tetapi
seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan daerah sekitar, volume
kendaraan makin meningkat, yang akan mempengaruhi pelayanan jalan .

14
Pertumbuhan lalu lintas yang meningkat akan berpotensi menimbulkan
peningkatan pencemaran kualitas udara (debu, partikel, CO2, SO2, NO2, CO, HC) dan
meningkatnya kebisingan serta meningkatnya getaran akibat kendaraan bermotor. Dampak
lain adalah terhadap mobilitas penduduk, perubahan penggunaan lahan dan kegiatan
informal di sekitar RUMIJA menimbulkan pengurangan atau gangguan kapasitas jalan (side
friction) yang berpotensi mengakibatkan kemacetan lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas.

b.Pemeliharaan Jalan

Setelah dioperasikan beberapa waktu, jalan akan mengalami kerusakan dengan


demikian perlu dilakukan upaya pemeliharaan agar tidak terjadi kerusakan yang lebih
lanjut. Kegiatan pemeliharaan pada umumnya ditujukan untuk mencegah setiap kerusakan
lebih lanjut sehingga fungsi pelayanan jalan tidak menurun.

Kegiatan pemeliharaan jalan meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan


rehabilitasi jalan.

Potensi dampak akibat pemeliharaan jalan adalah terjadinya gangguan lalu-lintas,


kecelakaan lalu lintas dan berkurangnya kenyamanan pengguna jalan.

2.4.2 Komponen Lingkungan Hidup yang Berpotensi Terkena Dampak Pembangunan


Jalan

Komponen lingkungan hidup yang berpotensi dapat terkena dampak akibat kegiatan
pembangunan jalan yaitu komponen fisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan kesehatan
masyarakat.

A) Komponen Fisik Kimia

a. Kualitas udara

Kualitas udara yang dimaksud adalah kualitas udara ambien yaitu udara bebas di
permukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan
manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.

Kualitas udara yang dimaksud dalam pedoman ini mencakup parameter gas, partikel
dan debu.

15
- Parameter gas mencakup Sulfur Dioxida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen
Dioksida (NO2), Hidrokarbon (HC) dalam µg/Nm3.
- Parameter partikulat mencakup Partikulat Matter (PM10) < 10 µm dan Partikulat
Matter (PM2.5) < 2.5 µm. - Parameter debu (µg Nm3).

Parameter-paremeter tersebut di atas adalah komponen unsur yang akan


terpengaruh/terkena dampak langsung akibat kegiatan pembangunan jalan. Kadar unsur-
unsur tersebut akan meningkat jika dalam pelaksanaan pembangunan jalan tidak diikuti
upaya pengelolaan dampak.
Kualitas udara dapat terganggu oleh sumber pencemar antara lain mesin yang
menggunakan bahan bakar minyak (BBM) yang penyebarannya berasal dari sumber
bergerak (kendaraan bermotor) dan sumber tidak bergerak (antara lain generator set, mesin
pemecah batu/ stone crusher dan lain-lain). Dampak lanjut dari terganggunya kualitas udara
terhadap kesehatan dan kenyamanan manusia antara lain:

- Debu : menyebabkan iritasi kulit, iritasi mata, sesak nafas, bronchitis dan fibriosis
paru-paru.
- SO2 : menyebabkan bau yang tidak enak, konjungtiva mata, pusing, mual, batuk dan
oedema paru-paru.
- CO : mengurangi kandungan O2 dalam darah, sehingga menimbulkan nafas pendek,
sakit kepala, pusing, melemahnya daya penglihatan dan pendengaran.
- NO2 : mengganggu sistem pernafasan.
- HC : menyebabkan leukemia dan kanker.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 19991 tentang


Pengendalian Pencemaran Udara menjelaskan antara lain: setiap orang atau penanggung
jawab kegiatan yang mengakibatkan terjadinya pencemaran udara wajib menanggung biaya
penanggulangan pencemaran udara dan biaya

pemulihannya atau diancam dengan pidana. Tindakan penanggulangan dan


pemulihan pencemaran udara tersebut diatur dengan Pedoman Teknis yang dikeluarkan oleh

16
Kepala Instansi yang bertanggung jawab menetapkan pedoman tersebut. Apabila akibat
pencemaran udara tersebut ada pihak-pihak yang dirugikan maka penanggung jawab
kegiatan wajib membayar ganti rugi kepada pihak yang dirugikan. Tata cara penetapan
besarnya ganti rugi dan cara pembayarannya ditetapkan oleh menteri.

b. Kebisingan

Kebisingan yang dimaksud adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu kegiatan
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan manusia. Tingkat
kebisingan dinyatakan dalam satuan desibel (Db(A)).

Kegiatan yang dapat menimbulkan kebisingan antara lain pengoperasian kendaraan


dan peralatan. Dampak dari kebisingan adalah terganggunya kesehatan dan kenyamanan
antara lain: gangguan pendengaran, gangguan percakapan, gangguan tidur, gangguan
psikologis, gangguan produktivitas kerja dan gangguan emosional.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep 48/MENLH/ XI/1996 2


tentang Baku Tingkat Kebisingan menjelaskan bahwa setiap penanggung jawab kegiatan
wajib mentaati baku tingkat kebisingan, memasang alat pencegah kebisingan dan
melaporkan hasil pemantauan tingkat kebisingan.

c. Getaran

Getaran yang dimaksud adalah getaran mekanik yang ditimbulkan oleh peralatan
kegiatan. Getaran dapat menimbulkan gangguan kesehatan, gangguan kenyamanan dan
gangguan keutuhan bangunan.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep 49/MENLH/XI/19961


menjelaskan antara lain bahwa setiap penanggung jawab kegiatan wajib mentaati baku
tingkat getaran, memasang alat pencegah getaran dan melaporkan hasil pemantauan tingkat
getaran.

d. Kualitas air

17
Kualitas air yang dimaksud adalah kondisi kualitas air yang diukur dan diuji
berdasarkan parameter-parameter dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Parameter kualitas air berdasarkan kelas yang tercantum dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 82 tahun 20011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air mencakup parameter fisik, kimia organik, mikrobiologi, radioaktivitas dan
kimia organik. Parameter kualitas air yang terkait dengan kegiatan pembangunan jalan
antara lain adalah parameter fisik (residu terlarut, residu tersuspensi), kimia organik (Ph,
BOD, DO, NO3, NH3), mikrobiologi (coliform dan coli tinja), kimia organik (minyak dan
lemak, detergen) dan parameter lain yang relevan.

Pencemaran air dapat terjadi di sungai, danau, rawa, di laut akibat pekerjaan
konstruksi jalan, pengambilan material bangunan dan pengoperasian base camp.

Dampak lanjut pencemaran kualitas air antara lain gangguan kehidupan biota
air dan terhadap penduduk yang menggunakan perairan dalam kehidupannya. e. Tanah

 Tanah yang dimaksud adalah salah satu komponen lahan berupa lapisan atas bumi yang
terdiri dari bahan mineral dan bahan organik yang mempunyai sifat fisik, kimia, biologi
dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia. Kerusakan tanah atau
pencemaran tanah terjadi bila suatu kegiatan menimbulkan perubahan sifat dasar tanah
yang melampaui baku kerusakan tanah.
 Parameter tanah mencakup ketebalan solum, kebatuan permukaan, komposisi fraksi,
berat isi, porositas total, derajat pelulusan air, Ph, daya hantar listrik (DHL), redoks dan
jumlah mikroba serta jumlah erosi.
 Pembangunan jalan yang berpotensi dapat merusak atau mencemari tanah adalah
pembersihan tanah, pekerjaan tanah dan pengoperasian base camp.

f. Lahan

Lahan yang dimaksud adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya mencakup
semua sifat biosfer, atmosfer, tanah, geologi, topografi, hidrologi, populasi flora, fauna dan
hasil kegiatan manusia. Pembangunan jalan yang berpotensi menimbulkan dampak

18
terjadinya perubahan penggunaan lahan adalah pengadaan lahan, pekerjaan tanah,
pembangunan base camp, pengambilan material dan pengoperasian jalan.

B) Komponen Biologi

Komponen biologi yang dimaksud dalam pedoman ini mencakup flora dan fauna
yang ada di dalam lokasi dan sekitar lokasi pembangunan jalan.

a. Flora

Flora yang dimaksud adalah tumbuhan dan tanaman yang hidup pada suatu
ekosistem, di antaranya hutan, sungai, pantai, rawa, mangrove, perkebunan, sawah,
pekarangan dan lainnya.

Parameter flora mencakup keberadaan jenis, status keberadaan jenis, kelimpahan


(populasi), fungsi dan habitat.

- Status keberadaan jenis yang dimaksud adalah status dari jenis tumbuhan atau tanaman
tergolong langka, dilindungi undang-undang atau endemik.
- Manfaat atau fungsi mencakup fungsi ekologis, ekonomis dan estetis.
- Kelimpahan atau jumlah jenis (populasi) yang dimaksud adalah perkiraan jumlah jenis
yang ada berdasarkan hasil penghitungan menggunakan metode ilmiah yang lazim
melalui observasi atau berdasarkan informasi yang telah ada dari data sekunder.
- Habitat yang dimaksud adalah tempat hidup tumbuhan termasuk melangsungkan daur
hidupnya.

b. Fauna

Fauna yang dimaksud adalah hewan atau satwa yang tergolong liar (tidak di
budidaya) dan satwa budidaya:

- Status keberadaan jenis yang dimaksud adalah status jenis satwa yang ada pada suatu
daerah antara lain langka, dilindungi undang-undang atau endemik.
- Manfaat atau fungsi mencakup fungsi sebagai satwa mempunyai nilai ekologis,
ekonomi dan estetis.

19
- Kelimpahan atau jumlah jenis (populasi) yang dimaksud adalah perkiraan jumlah jenis
yang ada berdasarkan hasil penghitungan menggunakan metode ilmiah yang lazim
melalui survai observasi atau informasi data sekunder.
- Habitat yang dimaksud adalah tempat hidup satwa termasuk melangsungkan daur
hidupnya.

c. Biota Air

Biota air yang dimaksud adalah organisme (makhluk hidup) yang hidup di air
baik di dalam air (submerged), di dasar (benthic) atau di permukaan air (emerged) yang
termasuk flora maupun fauna. Komponen biota air yang mencakup plankton, nekton dan
benthos.

- Plankton adalah organisme air yang hidup melayang di dalam atau permukaan air baik
hewan atau tumbuhan yang mempunyai ukuran mikroskopis atau dapat dilihat langsung.
Plankton berperan dalam keseimbangan ekosistem perairan antara lain dalam rantai
makanan (food web).
- Benthos adalah organisme air yang hidup di dasar perairan (media dasar perairan) baik
hewan atau tumbuhan yang berukuran mikroskopis atau dapat dilihat langsung. Benthos
berperan dalam keseimbangan ekosistem perairan antara lain dalam rantai makanan.
- Nekton adalah organisme air yang hidup melayang dan aktif di dalam air. Pada pedoman
ini yang termasuk nekton adalah difokuskan pada perikanan. Nekton berperan dalam
keseimbangan ekosistem perairan antara lain dalam rantai makanan.
- Kelimpahan biota air yang dimaksud adalah perkiraan jumlah jenis (populasi) yang
dapat dihitung berdasarkan hasil perhitungan dengan mengambil cuplikan (sampel)
maupun informasi data sekunder menggunakan metode yang lazim.
- Status keberadaan jenis yang dimaksud adalah status jenis yang ada pada daerah tertentu
yang tergolong langka, dilindungi undang-undang atau endemik.
- Manfaat atau fungsi dari biota air mencakup fungsi ekologis, ekonomis atau estetis.
- Habitat yang dimaksud adalah tempat biota air hidup termasuk melangsungkan daur
hidupnya.

20
C) Komponen Sosial Ekonomi Budaya

a. Keresahan masyarakat

Keresahan masyarakat yang dimaksud adalah perasaan resah yang timbul karena
khawatir sehingga menimbulkan tidak tenang, tidak nyaman, tertekan dan gelisah yang
terjadi pada orang atau sekelompok orang (penduduk).

b. Kecemburuan sosial

Kecemburuan sosial yang dimaksud adalah perasaan yang timbul pada orang atau
sekelompok orang yang merasa hak-haknya tidak diperoleh atau berkurang dan
beranggapan hak tersebut diambil oleh orang lain atau sekelompok orang lain.

c. Utilitas Umum

Utilitas yang dimaksud adalah fasilitas umum yang menyangkut kepentingan


masyarakat banyak yang mempunyai sifat pelayanan lokal maupun wilayah di luar
bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan. Termasuk dalam utilitas adalah jaringan
listrik, jaringan telekomunikasi, jaringan air bersih, jaringan distribusi gas dan bahan bakar
minyak, jaringan sanitasi dan lain-lain.

d. Mata pencaharian

Mata pencaharian adalah kegiatan pokok untuk menopang kehidupan seseorang


atau keluarga.

e. Aset

Aset yang dimaksud adalah lahan, bangunan, tanaman dan benda-benda yang
terkait dengan tanah yang mempunyai nilai finansial atau sosial.

f. Kegiatan sosial ekonomi budaya

Kegiatan sosial ekonomi budaya yang dimaksud adalah kegiatan orang atau
sekelompok orang yang terkait dengan aspek sosial ekonomi budaya. g. Lalu lintas

Lalu lintas yang dimaksud adalah lalu lintas kendaraan pada suatu ruas
jalan. h. Mobilitas .Mobilitas yang dimaksud adalah pergerakan atau mobilitas orang
atau sekelompok orang sesaat atau rutin pada suatu tempat ke tempat lain.

21
D) Kesehatan Masyarakat

a. Kesehatan

Kesehatan yang dimaksud adalah kesehatan yang berkaitan dengan kondisi


organorgan tubuh yang mencakup sistem pernafasan (respirasi), sistem peredaran darah
(transportasi), sistem pencernaan (digestiva), sistem syaraf (neuron), sistem hormonal dan
sistem lainnya.

b. Kenyamanan

Kenyamanan yang dimaksud adalah keadaan lingkungan dari orang atau


kelompok orang yang dapat menimbulkan rasa tenang, aman, sehat sehingga dapat
melakukan kegiatan setiap saat dengan sebaik-baiknya tanpa merasa khawatir.

22
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 IDENTIFIKASI MASALAH

Pada dasarnya kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan pasti


mengakibatkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun dampak negatif, sebagai
contoh pembangunan jalan pada daerah yang tidak stabil dapat mengakibatkan kejadian tanah
longsor

Jalan layang dibangun untuk mengatasi permasalahan lalu lintas namun tak mungkin
diperlebar; menghindari beberapa persimpangan sekaligus; melewati kawasan kumuh/pasar
ataupun melewati lembah, daerah rawa-rawa yang selalu terendam air dengan tanah dasar yang
yang tidak kuat untuk dibangun jalan dengan cara konvensional.

Gambar artistik Jalan Layang Blok M -Antasari

Beberapa hal yang selalu muncul dengan pembangunan jalan layang, yang pada gilirannya
merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam pembangunan jalan layang. Adapun dampak
posotif dan negatif yang sering kita temui dalam pembangunan jalan dan jembatan adalah :
a. Dampak Positif
1. Kelancaran lalu lintas
Manfaat langsung dari pembangunan jalan dan Jembatan adalah meningkatnya kelancaran
arus lalu lintas atau angkutan barang dan orang khususnya dalam menghubungkan Daerah satu

23
kedaerah lainnya. Dengan semakin lancarnya arus lalu lintas berarti lebih mengefisiensikan waktu
dan biaya.
2. Merangsang tumbuhnya aktivitas perekonomian
Manfaat langsung ini sudah langsung terasa ketika pertama kali jembatan dan jalan dibuka.
Diantaranya adalah tumbuhnya aktivitas perekonomian di sekitar jembatan dan jalan yang
dibangun. Sebagai contoh adanya aktivitas PKL di sekitar kaki jembatan dan dipinggir jalan
banyak masyarakat setempat yang mulai membuka warung.
3. Pertumbuhan PDRB (Produk Domestic Regional Bruto) daerah
Semakin lancarnya transportasi akan menimbulkan dampak pergerakan orang maupun
barang. Dengan demikian akan memicu peningkatan jumlah penduduk. Meningkatnya jumlah
penduduk akan merangsang naiknya permintaan barang dan jasa. Selanjutnya akan merangsang
meningkatnya kegiatan perekonomian, berkembangnya usaha di sektor pertanian, industri,
perdagangan, jasa dan meningkatnya arus barang masuk ke Pulau Madura.
4. Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Sesuai fakta yaitu adanya peningkatan jumlah penduduk yang dibangun jalan dan jembatan.
Maka akan diimbangi dengan penyediaan infrastruktur khususnya di Daerah tempat pembangunan
tersebut dalam rangka memfasilitasi kebutuhan penduduk.

Selain itu, beberapa hal positif yang diperoleh dengan pembangunan jalan layangyaitu :

 Memecahkan permasalahan mobilitas dan aksesibiltas guna peningkatan kinerja lalu lintas,
karena terjadi peningkatan kecepatan lalu lintas pada jalan layang karena biasanya jumlah
akses jalan layang terbatas, sehingga konflik merging dan konflik diverging berkurang pada
ramp masuk ataupun keluar.
 Kelancaran mengakibatkan penurunan emisi gas buang, karena kendaraan yang jalan pada
kecepatan rendah akan lebih tinggi ketimbang berjalan pada kecepatan yang lebih tinggi.

b. Dampak Negatif
1. Menurunnya Pendapatan Industri Jasa Penyeberangan di sekitar Jembatan yang dibangun.
2. Pertumbuhan PKL kurang terkendali yang merusak keindahan lingkungan jembatan khususnya.
3. Jalan yang bagus, terkadang sering terjadi kecelakaan.
4. Dampak majunya suatu daerah akan berpengaruh pada Budaya lokal.

24
Adapun dampak negative dari pembuatan jalan layang yaitu:

a. Pembangunan jalan baru di wilayah perkotaan akan meningkatkan mobilitas kendaraan


pribadi yang akan menarik masyarakat untuk menggunakan kendaraan pribadi, sehingga
dalam waktu hanya beberapa tahun jalan sudah terjadi kemacetan lalu lintas lagi,
b. Mengganggu estetika kota, struktur baik jalan layangnya maupun tiang penyangga (pier)
jalan layang yang mengganggu pandangan, yang mengakibatkan cahaya matahari
terganggu untuk sampai kepermukaan tanah,
c. Dapat menimbulkan kekumuhan kalau penghuni liar tidak bisa dikendalikan.
d. Digunakan sebagai tempat parkir oleh pengguna sepeda motor pada saat hujan, yang
sering-sering mengakibatkan kemacetan lalu lintas karena lintasan dibawah jalan layang
digunakan untuk parkir sepeda motor menunggu hujan reda.

3.2 DESAIN JALAN LAYANG

Jembatan box girder[3]

Berbagai metoda digunakan dalam pembangunana jalan layang, diantaranya dengan box
girder menggunakan beton prategang (Prestressed Concrete) , yang lebih elok karena bisa
dibangun dengan bentang yang lebih panjang namun biaya pembangunannya lebih besar,

25
dibanding dengan metoda gelagar PCI Girder prategang yang dibangun dengan bentang yang lebih
pendek, namun biaya pembangunannya jauh lebih murah.

Kemampuan dan kehandalan sebuah jembatan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kekuatan
balok girder. Girder merupakan balok struktural yang langsung menerima beban lalulintas setelah
slab, yang kemudian menyalurkan beban tersebut ke kolom dan diteruskan ke pondasi.

Beton prategang pada dasarnya adalah beton dimana tegangan-tegangan internal dengan
besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga tegangan-tegangan yang
diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu tingkat yang diinginkan. Pada umumnya
pemberian tegangan pada batang beton bertulang dilakukan dengan menarik baja tulangannya.
Beton prategang merupakan inovasi menjawab yang tantangan penggunaan balok beton bertulang
pada bentang panjang.

3.3 CONTOH DESAIN JALAN LAYANG

Gambar jalan layang di kota makassar

26
gambar jalan layang dikota makaasar

gambar Jalan Layang Baru Semanggi

27
Shanghai, Republik Rakyat Tiongkok

Florida, Amerika Serikat

Gambar jalan layang los angeles , amerika serikat

28
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN DAN SARAN

Pembangunan jalan layang by pass – Teluk kendari, akan bisa menjadi solusi mengatasi
kemacetan lalu lintas jika diikuti dengan pembangunan sarana transportasi massal, sehingga
penggunaan kendaraan pribadi dapat dibatasi.
Menurut peneliti Lembaga Studi Sosial, Lingkungan dan Perkotaan (LS2LP) Paulus
Londo, kemacetan lalu lintas, tidak bisa diatasi hanya dengan membangun jaringan jalan baru,
baik jalan di atas permukaan maupun jalan bersusun tingkat. Karena berapapun ruas jalan yang
dibangun, jika tidak diikuti dengan pengaturan lainnya seperti pembatasan kendaraan pribadi
dengan memaksimalkan sarana transportasi massal, kemacetan akhirnya akan kembali
menghantui.
Selain itu, ruang kota juga harus ditata dengan baik dengan menyebarkan pusat-pusat
aktivitas masyarakat. Dan yang paling penting adalah perubahan sistem dan perilaku masyarakat
dalam berkendaraan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Adillah, Silvi. 2017. KTI Perencanaan Jalan Layang.


https://www.academia.edu/35467840/KTI_perancangan_jalan_layang.docx. Diakses
Pada : 10 September 2019.

Hartono, Yulia. 2017. Bab I Pendahuluan Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan
Kota Tergantung Dari Lokasi, Kepadatan Kota, Dan Berkaitan. 2017.
https://docplayer.info/53621003-Bab-i-pendahuluan-latar-belakang-latar-belakang-
obyek-perkembangan-kota-tergantung-dari-lokasi-kepadatan-kota-dan-berkaitan.html.
Diakses Pada: 11 September 2019.

May, Fathonah. 2014. Pedoman umum pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan.
https://www.slideshare.net/fathonah/pedoman-umum-pengelolaan-lingkungan-hidup-
bidang-jalan. Diakses Pada: 11 September 2019.

Viva. 2010. 10 Flyover Non Tol Terpanjang di Jakarta.


https://www.viva.co.id/berita/metro/195034-10-flyover-non-tol-terpanjang-di-jakarta-1.
Diakses Pada: 11 September 2019.

30
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar : pengerjaan tugas makah

Gambar; pencarian data bahan makalah

31
Gambar : proses pengerjaan tugas makalah

Gambar : pengerjaan tugas makalah

32
Gambar; pengerjaan tugas makalah

gambar : pengerjaan tugas makalah

33

Anda mungkin juga menyukai