Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ALAT PEMADATAN, PROSEDUR PEMADATAN DAN KONTROL


KEPADATAN DI LAPANGAN

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mekanka Tanah 1

Dosen Pengampu : Ir.H.S.D Roring, S.Pd,. M.T

Disusun Oleh Kelompok 2


Diana Yusup – 16171033
Khaerul Akmal Muttaqin - 16171045
Handi Kurniawan – 17181028

FAKULTAS TEKNIK DAN DESAIN


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NUSA PUTRA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4

2. PEMADATAN TANAH.....................................................................................................4

2.1 CARA PEMADATAN.....................................................................................................5

2.2 SPESIFIKASI PEMADATAN TANAH DILAPANGAN ...........................................10

2.3 VARIASI KEPADATAN HASIL PEMADATAN.........................................................13

2.4 PENGUKURAN KEPADATAN DI LAPANGAN........................................................13

2.5 PENGARUH BERAT MESIN PEMADAT DAN BIDANG KONTAK

RODA PENGGILAS.............................................................................................................17

2.6 INDEKS PEMADATAN (COMPACTION INDEX)....................................................18

2.7 PENGARUH MATERIAL LUNAK SEBAGAI LANDASAN PEMADATAN..........18

2.8 PEMADATAN UNTUK STRUKTUR TIMBUNAN....................................................19

2.9 PERSYARATAN MATERIAL DAN KEPADATAN TIMBUNAN...........................20

BAB III PENUTUP..............................................................................................................24

A. Kesimpulan.....................................................................................................................24

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri
dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasikan (terikat secara
kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel
padat) disertai dengan zat cair dan gas mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-
partikel padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam
pekerjaan teknik sipil, disamping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi
dari bangunan.
Istilah Rekayasa Geoteknis / Mekanika Tanah didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
dan pelaksanaan dari bagian teknik sipil yang menyangkut material- material alam yang
terdapat pada (dan dekat dengan) permukaan bumi. Dalam arti umumnya, rekayasa
geoteknik juga mengikutsertakan aplikasi dari aplikasi-aplikasi dasar mekanika tanah dan
mekanika batuan dalam masalah-masalah perancangan pondasi

3
BAB II
ISI
2. PEMADATAN TANAH
Tanah berfungsi sebagi pendukung pondasi bangunan, juga digunakan
sebagi bahan timbunan seperti :tanggul, bendungan, dan jalan. Maksud dari
pemadatan tanah antara lain :
1. Mempertinggi kuat geser tanah
2. Mengurangi sifat mudah mampat
3. Mengurangi Permeabilitas
4. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air, dan
yang lainnya.
Kepadatan secara kuntitatif diukur dari berat volume kering tanah, yaitu berat
butiran padat atau berat tanah kering oven dibagi dengan volume tanah secara keseluruhan
(yaitu volume tanah termasuk volume butiran padat dan rongga pori). Volume tanah total
(V), pada umumnya relatif tetap oleh perubahan kadar air, kecuali pada lempung ekspansif.
Jika akibat perubahan kadar air volume total tanah (V) tetap, sedangkan berat butiran tanah
kering (Ws) juga tidak berubah, maka nilai berat volume kering (kepadatan) d = Ws/V
tetap, walaupun kadar air berubah
Tanah-tanah granuler paling mudah penanganannya untuk pekerjaan lapangan.
Material ini mampu memberikan kuat geser yang tinggi dengan sedikit perubahan volume
sesudah dipadatkan. Permeabilitas tanah granuler yang tinggi
dapat menguntungkan maupun merugikan.
Tanah lanau yang dipadatkan, umumnya akan stabil dan mampu memberikan
kuat geser yang cukup dan sedikit kecenderungan perubahan volume. Tapi, tanah lanau
sangat sulit dipadatkan bila dalam keadaan basah, karena permeabilitasnya rendah.

4
Tanah lempung yang dipadatkan dengan cara yang benar akan dapat memberikan
kuat geser tinggi. Lempung padat mempunyai permeabilitas yang rendah dan tanah ini tidak
dapat dipadatkan dengan baik pada waktu sangat basah (jenuh). Bekerja dengan tanah
lempung yang sangat basah akan mengalami banyak kesulitan.

2.1 CARA PEMADATAN


Cara pemadatan tanah dilakukan dengan 2 cara. Yakni dengan cara Manual dan
menggunakan Mesin. Cara manual adalah dengan menggunakan tenaga manusia langsung
dalam proses pengerjaannya. Yaitu dengan cara ditumbuk atau digilas dengan alat
seadanya. Salah satu alat yang sering digunakan adalah TAMMPER / RAMMPER.
Dengan cara ini, proses pemadatan tanah membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebab,
tidak cukup bila hanya dilakukan sekali saja, apa lagi bila menghadapi jenis tanah yang
sukar untuk padat.
Sedangkan cara yang kedua adalah dengan menggunakan mesin. Seiring perkembangan
zaman yang semakin modern, banyak alat alat pemadat yang sangat umum dipakai.
Antara lain;

TREE WHEEL ROLLER


Penggilas Roda Tiga (Three wheel roller) merupakan alat penggilas yang tertua
dan sampe sekarng masih digunakan sebagai pekerjaan alat pemampatan tanah. Three
wheel roller ini digunakan untuk memampatkan lapisan yang terdiri dari bahan-bahan
yang berbutir kasar,misalnya untuk pembuatan jalan macadam.Alat ini mempunyai berat
antara 6-12ton

5
SMOOTH WHEEL ROLLER = ROAD ROLLER
Alat pemadat terdiri dari roda baja dengan tekanan kontak sampai dengan 400
kPa, cocok untuk semua jenis tanah. Luas cakupan pemadatan selebar luas roda yang
kontak dengan tanah yang dipadatkan.

SHEEP FOOT ROLLER


Sheepfoot roller termasuk alat pampat yang melindas dari bawah.Bagian utama
roller berupa drum yang sekelilingnya diberi kaki-kaki, sehingga tekanan roller dapat
terpusat pada kepala kaki.Sheepfoot roller merupakan alat pampat yang ditarik,dan pada
waktu ditarik kaki-kaki domba akan masuk kedalam lapisan tanah,dan dinding drum
yang ada pada permukaan lapisan akan memberikan kemampatan sementara.Sehingga
tebal lapisan yang efektif untuk pemampatan dengan sheepfoot roller ini antara 20-25
cm,dan bahan tanah yang cocok untuk sheepfoot roller ini adalah tanah yang banyak
mengandung lempung.

6
PNEUMATIC TIRED ROLLER
Roller ini mempunyai roda - roda dari ban karet (pneumatic) dengan permukaan
yang dibuat rata. Jumlah roda-roda gilas selalu gasal,Misalnya 9 (4 roda depan, 5 roda
belakang), 11 (5 roda depan, 6 roda belakang) atau 13 (6 roda depan, 7 roda belakang).
Penggilasan dengan ban ini mempunyai ciri khusus dengan adanya kneading effect, ialah
air dan udara dapat ditekan ke luar (pada tepi-tepi ban) yang segera akan menguap pada
keadaan udara yang kering. Kneading effect ini sangat membantu dalam usaha
pemampatan bahan- bahan yang banyak mengandung lempung atau tanah liat.
Perlu diperhatikan pada penggilasan bahan berbutir kasar yang tajam ban- ban penggilas
akan cepat rusak, sehingga pneumatic tired roller banyak digunakan dalam pekerjaan
pengasapalan jalan.

VIBRATING ROLLER
Vibration Roller adalah termasuk tandem roller,yang cara pemampatannya
menggunakan efek getaran,dan sangat cocok digunakan pada jenis tanah pasir atau kerikil
pasir. Efisiensi pemampatan yang dihasilkan sangat baik,karena adanya gaya dinamis
terhadap tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Pemampatan dengan vibration roller ialah
frekuensi getaran, amplitude dan gaya sentrifugal

7
Portable Roller dan Trench Roller
Portable roller adalah roller jenis kecil dengan berat hanya 4 sampai 6 ton
saja,salah satu jenisnya ada dilengkapi dengan roda karet yang dapat dinaik-turunkan.
Waktu bekerja roda karet digantung, sehingga yang menyentuh permukaan tanah adalah
roda-roda bajanya.

Trench roller adalah penggilas khusus parit atau lubang galian,


sehingga konstruksinya dibuat khusus sedemikian rupa agar sesuai untuk
pekerjaan tersebut.Kemampuan roller ini untuk memampatkan parit sedalam antara 16
sampai 23 inci.

ENERGI PEMADATAN
Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan pada uji Proctor Standart, dapat dituliskan
sebagai berikut:

E = Nb . Nl . W . H.

V
Dengan :

8
Nb = Jumlah pukulan per lapisan

NI = Jumlah lapisan

W = Berat pemukul

H = Tinggi jatuh pemukul

V = Volume mould

9
2.2 SPESIFIKASI PEMADATAN TANAH DILAPANGAN
Tujuan pemadatan adalah untuk memperoleh stabilitas tanah dan
memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Oleh karena itu, sifat teknis timbunan sangat
penting diperhatikan, tidak hanya kadar air dan berat volume keringnya. Hal ini
sering diabaikan dalam pengontrolan pekerjaan tanah. Penekanan umumnya
diletakan pada pencapaian berat volume kering minimum yang harus dicapai, dan
sedikit saja yang pertimbangan diberikan pada sifat-sifat teknis tanah urug yang
akan dipadatkan. Berat volume kering dan kadar air mempunyai hubungan yang baik
dengan sifat-sifat teknis tanah, dan karena itu dipakai sebagai parameter pengontrol
pekerjaan pemadatan. Prosedur pelaksanaan di lapangan pada umumnya,
diterangkan di bawah ini.
Percobaan di laboratorium dilaksanakan pada contoh tanah yang diambil dari
borrow-material (lokasi pengambilan bahan timbunan), untuk ditentukan sifat- sifat
tanah yang akan dipakai dalam perencanaan. Untuk proyek-proyek besar, tanah dari
tempat pengambilan bahan timbunan ini diambil yang dapat mewakili, yang secara

tipikal diambil setiap 1000 sampai 3000 m3 atau lebih, atau jika material di tempat
pengambilan berubah secara signifikan (Holtz dan Kovacs, 1981).
Sesudah bangunan dari tanah (tanggul, jalan, dan sebagainya) direncanakan, spesifikasi
dibuat. Pengujian untuk kontrol hasil pemadatan di lapangan dispesifikasikan
dan hasilnya menjadi standar untuk pengontrolan proyek.
Terdapat dua kategori spesifikasi untuk pekerjaan tanah :
1) Spesifikasi hasil akhir dari pemadatan.
2) Spesifikasi untuk cara pemadatan.
Untuk spesifikasi hasil akhir, kepadatan relatif atau persen kepadatan tertentu
dispesifikasikan. Kepadatan relatif (Rc) adalah nilai banding dari berat volume kering di
lapangan, d(lap) dengan berat volume kering maksimum di laboratorium

d(lab) menurut percobaan standar, seperti percobaan standar Proctor atau Proctor
dimodifikasi.
Perlu diingat bahwa memadatkan tanah pada sisi basah optimum (wet side of
optimum), umumnya menghasilkan kuat geser tanah hasil pemadatan lebih rendah

10
dibandingkan dengan kadar air pada sisi kering optimum (dry side of optimum).
Sifat-sifat tanah yang lain, seperti permeabilitas dan potensi kembang susut juga

11
dipengaruhi oleh kadar air saat pemadatan. Karena itu, selain persen kepadatan
ditentukan, rentang kadar air tanah yang akan dipadatkan sebaiknya juga
ditentukan.
Dalam metoda spesifikasi cara pemadatan, macam dan berat mesin
pemadat, jumlah lintasan serta ketebalan tiap lapisan ditentukan. Selain itu, ukuran
butiran maksimum sering pula dispesifikasikan. Hal ini banyak dipakai untuk proyek
pekerjaan tanah yang besar seperti bendungan tanah.
Di lapangan hasil pekerjaan pemadatan dispesifikasikan menurut kepadatan maksimum
yang telah ditentukan sebelumnya. Ahli mekanika tanah menyiapkan perancangan
proyek yang di dalamya menyangkut spesifikasi kepadatan tanah yang harus dicapai di
lapangan. Umumnya, uji standar Proctor digunakan sebagai acuan. Kadang-kadang, uji
Proctor dimodifikasi juga digunakan, terutama bila timbunan digunakan untuk
mendukung bangunan-bangunan yang berat.
Spesifikasi untuk pemadatan lapangan harus mendefinisikan tipe uji
laboratorium yang akan digunakan sebagai acuan, dan derajat kepadatan yang
disyaratkan, misalnya kepadatan atau berat volume kering minimum yang harus
dicapai di lapangan 95% kepadatan standar Proctor. Spesifikasi juga harus
menyebutkan dengan jelas prosedur uji pemadatan yang harus diacu, misalnya
ASTM, AASHTO atau yang lain. Namun, dalam hal menemui kondisi pembebanan
atau tipe tanah yang khusus, maka uji coba pemadatan di laboratorium atau di
lapangan (field trial) mungkin dibutuhkan untuk menentukan spesifikasi pemadatan
yang cocok.
Kadar air saat saat pemadatan, umumnya berkisar di antara 1 atau 2% dari kadar
air optimum hasil uji laboratorium. Hal ini adalah untuk kemudahan pekerjaan dan
antisipasi variasi kadar air yang terjadi di lapangan. Namun, untuk proyek- proyek
tertentu, ada pula yang menspesifikasikan kisaran kadar air pada kondisi basah atau
kering optimum.
Frekuensi dan prosedur untuk mengecek kepadatan dan kadar air di lapangan juga
dispesifikasikan, misalnya pengecekan dilakukan dengan uji kerucut pasir (sand cone)
atau yang lain.

12
NAVFAC DM-7.2 (1982) memberikan petunjuk pelaksanaan pada jumlah uji
kontrol kepadatan di lapangan yang sebaiknya dilakukan pada berbagai macam tipe
proyek sebagai berikut

Satu pengujian untuk setiap 380 m3 (500 yd3) material timbunan yang
dihamparkan.

Satu pengujian untuk setiap 380 – 780 m3 (500 – 1000 yd3) material untuk pekerjaan
perlindungan permukaan (lining) saluran atau waduk atau bagian urugan yang relatif
tipis yang lain.
3 3
Satu pengujian untuk setiap 75 – 150 m (100 – 200 yd ) untuk urugan pada
parit atau di sekitar struktur, bergantung pada volume total dari material yang terkait.
Paling tidak satu pengujian untuk setiap satu lapisan penuh pada operasi pekerjaan
tanah.
Satu pengujian yang dilakukan kapan saja, bila terdapat suatu dugaan tentang
adanya perubahan kualitas kontrol dari kadar air atau efektivitas kepadatan
Terdapat banyak petunjuk pelaksanaan terkait dengan jumlah pengujian
kepadatan lapangan yang harus dilakukan. Sebagai contoh, Road Research
Laboratory (1968) menyarankan melakukan uji kepadatan pada setiap luasan

dipadatkan 836 m2 (1000 yd2).


Pelaksana yang akan melakukan pengujian kepadatan di lapangan juga harus
dispesifikasikan (pemilik, kontraktor atau fihak ke tiga).
Tebal tanah urug yang dipadatkan, apakah sebelum atau sesudah dipadatkan juga harus
dispesifikasikan (umumnya dispesifikasikan tebal tanah urug longgar sebelum
dipadatkan sekitar 20 – 30 cm). Kecuali itu, dispesifikasikan pula:
1) Macam tanah timbunan.
2) Derajat kepadatan minimum di lapangan yang harus dicapai
3) Energi pemadatan (tipe dan ukuran mesin pemadat dan jumlah lintasan).
4) Keahlian kontraktor dalam menjaga kadar air supaya tetap.
Hanya sayangnya, parameter-parameter di atas belum dapat diketahui ketika
spesifikasi pekerjaan dibuat. Tebal hamparan material yang dipadatkan dapat
menyebabkan perbedaan kepadatan, yaitu kepadatan yang tinggi di dekat

13
permukaan dan semakin berkurang di bagian bawahnya. Di lain fihak, kontraktor
ingin memadatkan tanah secepat mungkin agar pekerjaan cepat dan hemat.
Suatu syarat yang juga dapat ditetapkan adalah tebal maksimum tanah setelah dipadatkan,
misalnya 15 cm. Tebal tanah dipadatkan yang lebih besar dapat pula diusulkan,
asalkan kontraktor dapat membuktikan bahwa dengan alat pemadat dan cara
penghamparan yang digunakan, seluruh tebal tanah hamparan dapat mencapai kepadatan
yang disyaratkan. Syarat yang paling penting adalah bahwa kepadatan minimum di
lapangan (misalnya diukur dengan metoda uji kerucut pasir) pada bagian bawah
dapat dicapai. Hal ini harus dimonitor dari mulai pekerjaan pemadatan awal, hingga
akhirnya.

2.3 VARIASI KEPADATAN HASIL PEMADATAN


Kepadatan tanah hasil pengukuran akan bervariasi dari tempat ke tempat,
walaupun mungkin pada area yang kecil. Variasi ini, sebagian adalah akibat
perbedaan kepadatan yang dihasilkan oleh alat pemadat, perbedaan kecil jenis tanah
atau kadar air, dan sebagian lagi, oleh kesalahan dalam pengukuran kepadatan
yang menggunakan alat tertentu.
Jika pengontrolan kepadatan dilakukan dengan pengukuran berat volumenya, maka
pengontrolan harus tidak didasarkan hanya pada satu kali pengujian. Sejumlah
pengujian harus dilakukan, dan hasilnya dianalisis dengan menggunakan metoda
statistik untuk menentukan deviasi standar dan batas-batas dari nilai rata- ratanya.
Untuk analisis disarankan menggunakan 10 data hasil pengujian kepadatan. Satu

pengukuran dibuat untuk setiap 836 m2 (1000 yd2) tanah hamparan timbunan (Road
Research Laboratory, 1968). Jumlah data pengukuran yang diperlukan dalam dianalisis
ini, bergantung pada sifat dari pekerjaan dan derajat akurasi dari hasil yang
disyaratkan.
Untuk kebanyakan klasifikasi pekerjaan, deviasi standar yang diijinkan adalah

0,79 kN/m3 untuk tanah berbutir halus, dan 1,57 kN/m3 untuk tanah berbutir kasar,
dan berat volume kering rata-rata harus sama atau melebihi berat volume kering
yang disyaratkan (Road Research Laboratory, 1968)

14
2.4 PENGUKURAN KEPADATAN DI LAPANGAN
Metoda yang umum digunakan untuk mengukur atau memeriksa kepadatan
tanah di lapangan adalah dengan mengukur berat volume kering tanah di tempat.
Seperti telah dipelajari, hal ini karena nilai berat volume kering pada umumnya tidak
berubah oleh akibat perubahan kadar air, misalnya kenaikan kadar air oleh akibat
hujan.
Kepadatan di tempat menunjukkan berat nilai berat volume kering dalam kondisi
tak terganggu di tempat tersebut. Pada proyek-proyek tanah urug, umumnya pengukuran
kepadatan di tempat ini dilakukan untuk mengecek hasil pemadatan yang telah
dilakukan. Pengukuran kepadatan di tempat yang dilakukan pada tempat pengambilan
bahan timbunan (borrow area), dimaksudkan untuk mengetahui volume susut atau
melonggarnya tanah yang akan terjadi, ketika tanah tersebut diangkut menuju ke
lokasi proyek. Untuk tanah-tanah berbutir kasar, umumnya nilai berat volume kering
setelah dipadatkan lebih besar dibandingkan dengan tanah- tanah berbutir halus.
Ada dua macam cara untuk mengontrol kepadatan tanah di lapangan, yaitu dengan
pemindahan tanah dan cara langsung. Cara dengan pemindahan tanah adalah sebagai
berkut:
1. Digali lubang pada permukaan tanah timbunan yang dipadatkan.
2. Ditentukan kadar airnya.
3. Diukur volume dari tanah yang digali. Cara yang biasa dipakai untuk ini adalah
metoda kerucut pasir (sand cone) dan balon karet (rubber baloon). Dalam
cara kerucut pasir, pasir kering yang telah diketahui berat volumenya dituangkan
ke luar lewat kerucut pengukuran ke dalam lubang di permukaan tanah.
Volume lubang dapat ditentukan dari berat pasir di dalam lubang dan berat
volume keringnya. Dalam cara balon karet, volume ditentukan secara langsung
dari pengembangan balon yang mengisi lubang galian.
4. Dihitung berat volume basah ( b). Karena berat dari tanah yang digali dapat
ditentukan dan volumenya telah diperoleh dari butir (3), maka b dapat
ditentukan. Dengan kadar air yang telah ditentukan di laboratorium, berat
volume kering di lapangan dapat ditentukan.
5. Bandingkan berat volume kering lapangan dengan berat volume kering
maksimumnya, kemudian hitung kepadatan relatifnya.
15
Pengukuran kepadatan tanah di lapangan dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai metoda. Di bawah ini akan dibahas metoda-metoda
kerucut pasir, balon karet dan nuklir.

1. Metoda Kerucut Pasir (Sand Cone Method)


Dalam cara ini digunakan pasir untuk mengukur volume lubang di permukaan
tanah yang dibuat pada lokasi pengujian. Kepadatan di lapangan dinyatakan oleh berat
tanah kering dibagi dengan volume lubang yang digali. Berat tanah ditentukan secara
langsung dengan menimbang tanah yang digali dari lubang. Kadar air dapat ditentukan
setelah diperoleh berat basah dan berat kering oven tanah tergali.
Alat kerucut pasir, seperti namanya, terdiri dari corong berbentuk kerucut yang dipasang
pada mulut botol yang berisi pasir. Volume tanah yang digali dari lubang uji,
ditentukan dengan cara menimbang pasir (yang awalnya berada di dalam botol) yang
mengisi lubang uji. Pasir yang digunakan adalah pasir kering, dapat mengalir dengan
bebas, bergradasi seragam di mana berat volumenya telah diketahui. Pasir yang
digunakan, umumnya pasir Ottawa dengan berat volume sekitar 100 lb/cu.ft

(16 kN/m3). Jika berat pasir yang mengisi lubang dapat diperoleh, maka dengan
mudah volume lubang dapat diketahui. Lubang uji yang dibuat umumnya
berdiamater sekitar 15 cm dan kedalaman 15 cm. Prosedur detail mengenai uji
kerucut pasir ini dapat dilihat dalam ASTM D-1556.

2. Metoda balon karet (rubber balloon method)


Seperti halnya pada metoda kerucut pasir, metoda balon karet pada prinsipnya
juga mengukur volume lubang uji. Berat tanah yang digali ditimbang langsung di
lapangan, dan kadar air diperoleh dari menimbang tanah dalam kondisi basah dan
kering oven.

16
Alat uji terdiri dari air yang mengisi silinder kaca vertikal (gelas ukur) yang
mempunyai bukaan di bagian bawah, di mana membran dari karet dapat
menggelembung mengisi lubang. Tanda-tanda dalam silinder kaca digunakan untuk
mengukur volume air yang mengisi lubang uji. Pengisian lubang uji dengan air,
dilakukan dengan menekan pompa tangan. Tekanan atmosfer dari luar memaksa air dan
balon kembali masuk ke dalam silinder, dan alat siap digunakan pada pengujian lokasi
lain.
Alat balon karet tersedia dalam berbagai ukuran. Ukuran yang paling kecil dapat
mengukur lubang berdiameter sekitar 10 cm dengan kedalaman 15 cm. Alat yang lebih
besar digunakan untuk lubang uji yang lebih besar. Prosedur uji balon karet ini dapat
dilihat dalam ASTM D-2167.

3. Metoda Nuklir
Pengukur kepadatan tanah dengan metoda nuklir telah banyak digunakan untuk
mengukur kepadatan tanah di lapangan. Hasil kepadatan tanah di lapangan dapat
diperoleh dengan cepat.
Elemen utama alat pengukur kepadatan adalah sumber nuklir yang
memancarkan sinar gamma (gamma rays), detektor untuk menangkap sinar gamma atau
photon yang melewati tanah yang diuji, dan alat penghitung untuk menentukan
kecepatan sinar gamma untuk mencapai detektor. Ketika alat ini digunakan, sinar
gamma menembus tanah, di mana sebagian terserap tanah, dan sebagian lagi
mencapai detektor dengan tranmisi langsung. Jumlah dari radiasi gamma yang
mencapai detektor berbanding terbalik secara proporsional dengan kepadatan
tanah. Kepadatan ditentukan dengan menggunakan kecepatan sinar yang diterima
detektor dan dengan mengkaitkan pembacaan ini dengan pembacaan kalibrasi yang telah
dibuat pada material yang telah diketahui kepadatannya. Kurva kalibrasi diberika
oleh pabrik alat. Kepadatan yang yang diperoleh adalah kepadatan ”total” atau berat
volume basah.
Kelembaban atau kadar air diperoleh dari hitungan ”thermal neutrons”. Partikel alfa
yang diemisikan dari sumber americium atau radium menyerang target
beryllium. Serangan ini menyebabkan beryllium mengemisikan neutron- neutron
cepat (fast neutrons). Neutron cepat ini kehilangan kecepatannya, jika menabrak
17
atom hidrogen dalam molekul air. Hasil neutron berkecepatan rendah ini adalah thermal
neutrons. Hasil kadar air yang diberikan adalah sebagai berat air per satuan volume.
Berat volume kering diperoleh dengan mengurangkan berat volume basah dengan berat
air persatuan volume ini. Dengan metoda ini, pada penentuan kadar air, kesalahan
signifikan dapat terjadi bila tanah mengandung besi, boron atau cadmium.
Informasi detail mengenai penggunaan alat ini dapat dilihat dalam ASTM D-2922.

4. Metoda Pemotong Inti (Core Cutter Method)


Dalam cara ini suatu pemotong berupa tabung diameter dalam 10 cm (4 in.)
dan tinggi 12,5 cm (5 in.) dipukulkan ke dalam tanah. Pemotong yang telah berisi
tanah, kemudian dikeluarkan dari tanah dengan cara digali. Tanah yang terambil
dalam pemotong diratakan sehingga permukaannya rata dengan permukaan tabung.
Dengan cara ini, volume tanah yang terambil dalam tabung pemotong sama dengan
volume tabung. Kadar air ditentukan dengan mengambil tanah dalam tabung
pemotong. Dari berat, volume tanah dalam tabung, serta kadar air, maka berat
volume kering tanah dapat ditentukan.
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
ketelitian hasil pengukuran di lapangan telah dilaporkan oleh Road Research
Laboratory (1968). Menunjukkan pengaruh tebal dinding silinder pemotong
berdiameter 10 cm (4 in.) dan tinggi 12,5 cm (5 in.) terhadap hasil pengukuran yang
dilakukan di dua lokasi. Hasil dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa pemotong
yang tipis menghasilkan berat volume kering yang lebih tinggi. Hal ini akibat dari
kompresi tanah yang disebabkan oleh masuknya pemotong ke dalam tanah
menyebabkan tanah mengembang. Karena itu, untuk pengukuran yang lebih akurat, maka
sebaiknya digunakan silinder pemotong yang tipis. Hasil berat volume kering terukur
yang tidak begitu berbeda diperoleh pada pemotong dengan diameter silinder
bagian dalam berbeda dari 10 cm dan 15 cm dengan tebal dinding 1/8 in. Hasil ini
menunjukkan bahwa hasil yang lebih baik tidak dapat diperoleh dari penggantian
pemotong dari diameter bagian dalam 10 cm menjadi 15 cm.

2.5 PENGARUH BERAT MESIN PEMADAT DAN BIDANG KONTAK


RODA PENGGILAS
18
Tegangan yang terjadi di dalam tanah oleh melintasnya mesin pemadat akan
menyebabkan tanah memadat. Akan tetapi, dari hubungan distribusi tegangan
dengan kedalaman, diperoleh bahwa faktor lain juga akan mempengaruhi tegangan,
sehingga mempengaruhi kepadatan tanah di sekitar roda. Rasio tegangan yang
terjadi di bawah roda dari 65 psi, untuk pemadat 10 ton menuju ke 150 psi untuk
pemadat proof yang beratnya 60 ton berawal dari nilai 2,3 di permukaan, tapi
kemudian bertambah sampai 2,9 pada kedalaman 5 cm (2”), 7,2 pada 15 cm (6”) dan
13,3 pada 30 cm (12”). Jelaslah, pemadat proof 60 ton jauh lebih efektif dari yang
lain. Hal ini membuktikan bahwa tegangan untuk pemadatan tidak hanya
disebabkan oleh tekanan ban yang lebih tinggi saja.
Tekanan roda sangat berpengaruh untuk pencapaian kepadatan tinggi pada kedalaman
yang dangkal, tapi untuk kedalaman yang lebih dalam, ukuran luasan kontak roda
menjadi lebih penting. Luasan kontak nominal sebuah roda adalah beban roda dibagi
dengan tekanan roda. Berat mesin pemadat dan area kontak roda dalam
Tekanan roda yang tinggi dan area kontak besar merupakan alasan kenapa mesin
pemadat proof 60 ton lebih efektif untuk mencapai kepadatan yang tinggi di
permukaan.

2.6 INDEKS PEMADATAN (COMPACTION INDEX)


Perkerasan landas pacu di bandar udara akan menerima beban roda yang
tinggi, sehingga pemadatan sangat penting diperhatikan. U.S. Corp of Engineers
mengembangkan konsep yang dikaitkan dengan kebutuhan kepadatan untuk
persyaratan kekuatan rencana dengan menggunakan indeks kepadatan (Ci).
Indeks kepadatan (Ci) didefinisikan sama dengan CBR rancangan, yaitu CBR yang
disyaratkan dalam perancangan perkerasan fleksibel, di sembarang kedalaman
dalam perkerasan. Contohnya, jika metoda rancangan membutuhkan CBR = 10 pada
kedalaman perkerasan 30 cm untuk 10.000 lintasan pesawat B-52, maka indeks
pemadatan Ci harus 10. Perubahan istilah dari CBR ke indeks pemadatan, untuk
menekankan bahwa walaupun tingkat tegangan yang timbul dalam material akan
mempengaruhi tahanan geser (CBR) dan tingkat pemadatan (Ci), namun terdapat
perbedaan nyata antara kuat geser dan kebutuhan kepadatan

19
2.7 PENGARUH MATERIAL LUNAK SEBAGAI LANDASAN
PEMADATAN
Suatu hal yang tidak mungkin adalah memadatkan material di atas pondasi
yang lunak. Dalam kasus 1, modulus elastis di bawah roda mesin pengilas dianggap
konstan sebesar 25.000 psi (mewakili material ganuler yang bagus). Pada kasus 2,
mesin penggilas berada di atas material yang tebalnya 15 cm dengan modulus
elastis 25000 psi yang terletak di atas tanah dengan modulus 5.000 psi. Tanah yang di
bawah ini secara pendekatan akan mempunyai CBR sekitar 3 – 4%, yang dapat
mewakili lempung lunak. Pada kasus 2, terlihat bahwa tegangan yang tersedia untuk
memadatkan tanah setebal 15 cm menjadi sangat berkurang akibat lunaknya
landasan di bawahnya. Lendutan di permukaan untuk masing-masing dari empat
penggilas untuk ke dua kasus diperlihatkan dalam Gambar x.26. Terlihat bahwa
landasan yang lebih lunak menyebabkan lendutan di permukaan yang lebih besar.
Pemadatan dengan tingkat kepadatan tinggi sangat tidak mungkin dilakukan pada
lapisan tipis yang berada di atas landasan lunak. Lebih dari itu, tegangan tinggi yang
terjadi pada landasan tanah yang lunak di bawahnya menyebabkan tanah bergeser dan
melendut.
Jika tanah harus dipadatkan di atas tanah lunak, maka tanah pada lapisan
paling awal akan menghasilkan tingkat kepadatan rendah. Dalam kasus demikian,
maka yang pekerjaan yang harus dilakukan adalah membongkar material lunak
tersebut atau memperbaiki material yang ada, dan membangun landasan kerja
sehingga alat-alat pemadat atau yang lainnya dapat bekerja di atasnya

2.8 PEMADATAN UNTUK STRUKTUR TIMBUNAN


Salah satu persyaratan permukaan jalan adalah harus rata. Karena itu, sangat
penting diperhatikan bahwa timbunan yang mendukung permukaan jalan harus
dipadatkan dengan baik. Timbunan harus bebas dari rongga-rongga yang
disebabkan oleh cara penimbunan yang buruk, dan bahan timbunan harus bebas dari
akar-akaran, ranting, jerami dan maerial lain yang mengganggu pemadatan tanah.
Dalam praktek, tebal lapisan penghamparan tanah urug sebelum dipadatkan disyaratkan

20
berkisar 15 – 30 cm untuk seluruh lebar tampang melintang timbunan, dan setiap
lapisan dipadatkan dengan mesin penggilas atau oleh aksi alat berat
Tanah urug dituangkan melalui unit alat angkut, kemudian diratakan dengan
buldozer atau grader. Tipe-tipe alat pemadat, umumnya adalah penggilas roda
halus, penggilas kaki kambing, penggilas roda karet dan sebagainya. Hasil
pemadatan yang baik umumnya dapat diperoleh dengan lintasan mesin pemadat ke
seluruh bagian tanah yang dihamparkan saat proses pelaksanan. Akan tetapi, sangat
sulit untuk menyebarkan lintasan ke seluruh bagian lebar dari timbunan. Bila lintasan
tidak merata, maka akan diperoleh kepadatan yang tidak sama, yang dapat berakibat
penurunan tak seragam pada permukaan jalan di kemudian hari.
Pada bagian pinggir atau lereng timbunan, pemadatan yang baik umumnya sulit
tercapai. Karena, kecuali kurangnya tekanan kekang (confining pressure) di bagian
pinggir, juga mesin pemadat cenderung melintas agak ke tengah. Kadang- kadang
khusus bagian pinggir ini, pemadatan dilakukan dengan mesin pemadatan ringan.
Namun demikian, hasil pemadatan di bagian pinggir timbunan ini umumnya masih
ridak memuaskan. Untuk itu, maka penghamparan tanah urug perlu dibuat lebih lebar
dari tampang timbunannya, kemudian bagian kelebihan ini dipangkas sampai pada
permukaan lereng final. Pada bagian pinggir ini dipadatkan dengan mesin pemadat
ringan.

2.9 PERSYARATAN MATERIAL DAN KEPADATAN TIMBUNAN


Stabilitas timbunan bergantung pada tahanan geser tanah pembentuk
timbunan. Tahanan geser atau kuat geser tanah terdiri dari komponen kohesi (c) dan sudut
gesek dalam (). Nilai kombinasi keduanya bergantung pada jumlah rongga pori tanah
atau kepadatan dan jumlah air yang berada di dalamnya. Tanah yang mengandung
banyak rongga akan menjadi sangat tidak stabil ketika kadar air tinggi, dan sebaliknya
tanah yang berisi sedikit rongga akan menahan masuknya air, dan karena itu lebih
stabil dibandingkan dengan tanah yang banyak rongganya. Banyaknya rongga pori
dalam tanah, bergantung pada derajat kepadatannya.
Pada saat melakukan pemadatan, maka dibutuhkan pengontrolan kadar air dan
kepadatan timbunan. Pada umumnya tanah hasil pemadatan harus sampai mencapai
minimum 90-95% kepadatan maksimum standar pengujian tertentu. Untuk mencapai
21
hasil ini, dibutuhkan pengontrolan kadar air tanah saat pemadatan.
AASHO menyarankan hal-hal berikut ini untuk timbunan
Jika timbunan tingginya tidak lebih dari 3 m dan tidak terletak pada lereng
curam atau dipengaruhi banjir yang lama, maka batas cair (LL) tanah harus kurang dari
65%, indeks plastisitas (PI) tidak lebih dari 0,6(LL) – 9, dan berat volume kering
minimum yang harus dicapai seperti disajikan dalam Tabel x.8.

Tabel x.8 Persyaratan kepadatan material timbunan tinggi >3m, tidak diletakkan pada
lereng atau dipengaruhi banjir lama (AASHO)

Berat Berat volume


volume kering
kering minimum di
minimum lapangan (%)*
(kN/m3) Kategori
< A-5, A-8 Tidak -
14,4 A-5, A-8 memuaskan 95
14,4 – A-6, A-7 Sangat jelek 95
16,0 A-4 Jelek 90

22
16,0 – 17,6 A-3, A-2 Sedang 90
17,6 – 19,2 A-1 Baik 90
19,2 – 20,8 Sempurna
> 20,6

*persen dari berat volume kering maksimum di laboratorium.

Untuk tanah granuler dengan >35% dari beratnya lolos saringan no. 200, dan
serpih (shale) atau batuan dari butiran halus terlaminasi oleh akibat konsolidasi
lempung, lanau, atau campuran pasir halus, dianggap cocok digunakan, bila butiran lolos
saringan no.10 minimum 40%.
Untuk timbunan lebih dari 3 m atau diletakkan pada lereng curam atau
dipengaruhi banjir, batas cair (LL) tanah harus tidak melebihi 50%, dan standar uji
pemadatan harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel x.8.
Tanah granuler (kurang dari 35% lolos saringan no. 200), dan serpih jika 40% lolos
saringan no.10 dan nilai batas cair (LL) dari fraksi lolos saringan no.40 tidak melebihi
50%, dapat digunakan untuk bahan timbunan, dan persyaratan kepadatan minimum
harus seperti ditunjukkan dalam Tabel x.9

Tabel x.9 Persyaratan kepadatan minimum material timbunan tinggi >3 m terletak pada
lereng curam atau dipengaruhi banjir (AASHO)

Berat Berat volume


volume kering
kering minimum di
minimum lapangan (%)*
(kN/m3) Kategori
< A-5, A-8 Tidak -
16,0 A-6, A-7 memuaskan 100
16,0 – A-4 Sangat jelek 95
17,6 A-3, A-2 Jelek 90

23
17,6 – A-1 Sedang 90
19,2 Baik
19,2 –
20,8
>
20,8

*persen dari berat volume kering maksimum di laboratorium.

Jika batuan digunakan untuk tanah urug, penting harus diperhatikan agar
seluruh rongga pori material urugan terisi seluruhnya untuk mencegah penurunan tak
seragam di masa datang. Material batuan, bolder, dan lain-lain harus diletakkan di
bagian bawah urugan dan ketika elevasi urugan akan mendekati final, material
berdiameter lebih kecil harus digunakan.
Karena pemadatan bertujuan untuk meyakinkan stabilitas timbunan, maka
penting untuk mengetahui hubungan kekuatan dan kepadatan. Untuk tanah-tanah
lempungan, kekuatan merupakan fungsi kepadatan dan kadar air. Nilai CBR
umumnya berkurang, bila kadar air bertambah dan kepadatan berkurang. Namun, pada
benda uji CBR yang sama, jika direndam selama 4 hari, maka nilai puncak CBR
terjadi pada kadar air optimumnya atau saat kepadatan tanah mencapai
maksimumnya, karena alur kurva CBR dan kepadatan identik. Alasan nilai puncak ini,
adalah karena terkait dengan penyerapan dan pengembangan saaat
perendaman. Beberapa tanah yang dipadatkan pada kadar air rendah akan
mengembang lebih banyak dengan diikuti oleh turunnya kekuatan, dibandingkan
dengan tanah yang dipadatkan pada kadar air lebih tinggi. Pengembangan
berkurang, ketika kadar air bertambah sampai nilai yang mendekati kadar air
optimum, dan kemudian menjadi relatif konstan untuk kadar air yang melebihi
optimum. Hal ini menunjukkan bahwa bilamana ditemui tanah yang mudah
mengembang, maka lebih baik dipadatkan pada kadar air yang mendekati atau
sedikit melebihi kadar air optimumnya (Yoder dan Witczak, 1975).
Karena kekuatan tanah bergantung pada kadar air dan kepadatan, maka
penting diketahui pengaruh kepadatan pada kadar air yang bervariasi. Data
24
pengujian CBR diambil setelah 4 hari perendaman. Angka-angka disamping kurva
menunjukkan kadar air yang diberikan pada masing-masing contoh tanah. Untuk
tanah CH, pada berat volume kering yang sama (kepadatan konstan), CBR
bertambah dengan naiknya kadar air. Demikian pula, CBR bertambah, jika
kepadatan bertambah sampai ke nilai puncaknya dan setelah itu turun. Fenomena ini
dapat dikaitkan dengan tekanan air pori pada tanah jenuh. Contohnya, pada kadar
air 28% dan berat volume kering 100 lb/cu.ft, tanah tidak stabil, karena sebagian
dari beban yang bekerja ditahan oleh air pori. Kondisi yang sama diperoleh pada tanah
CL, namun pada derajat yang lebih rendah. Fenomena ini ditemui ketika tanah
dipadatkan dengan cara ditumbuk (dinamis), tapi tidak demikian kalau pemadatan
dilakukan secara statis

BAB III
KESIMPULAN

A. Tanah berfungsi sebagi pendukung pondasi bangunan, juga digunakan


sebagi bahan timbunan seperti :tanggul, bendungan, dan jalan. Maksud dari
pemadatan tanah antara lain :
1. Mempertinggi kuat geser tanah
2. Mengurangi sifat mudah mampat
3. Mengurangi Permeabilitas
4. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air, dan

25
yang lainnya.
 Tanah-tanah granuler paling mudah penanganannya untuk pekerjaan lapangan.
 Tanah lanau yang dipadatkan, umumnya akan stabil dan mampu memberikan kuat
geser yang cukup dan sedikit kecenderungan perubahan volume.
 Tanah lempung yang dipadatkan dengan cara yang benar akan dapat memberikan
kuat geser tinggi

B. CARA PEMADATAN dibagi 2 Yakni dengan cara Manual dan menggunakan Mesin.
 Cara manual adalah dengan menggunakan tenaga manusia langsung dalam proses
pengerjaannya. Yaitu dengan cara ditumbuk atau digilas dengan alat seadanya
 Cara menggunakan mesin adalah dengan menggunakan bantuan mesin diantara
mesin yang bisa di gunakan untuk pemadatan adalah :
a) TREE WHEEL ROLLER
b) SMOOTH WHEEL ROLLER = ROAD ROLLER
c) SHEEP FOOT ROLLER
d) PNEUMATIC TIRED ROLLER
e) VIBRATING ROLLER
f) Portable Roller dan Trench Roller

ENERGI PEMADATAN
Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan pada uji Proctor Standart, dapat dituliskan
sebagai berikut:
E = Nb . Nl . W . H
V
Dengan :
Nb=Jumlah pukulan per lapisan
NI=Jumlah lapisan
W= Berat Pemukul
H= Tinggi Jatuh Pemukul
V= Volume mould

26
C. SPESIFIKASI PEMADATAN TANAH DILAPANGAN
Pengujian untuk kontrol hasil pemadatan di lapangan dispesifikasikan dan hasilnya
menjadi standar untuk pengontrolan proyek.
Terdapat dua kategori spesifikasi untuk pekerjaan tanah :
1. Spesifikasi hasil akhir dari pemadatan.
2. Spesifikasi untuk cara pemadatan.
Kadar air saat saat pemadatan, umumnya berkisar di antara 1 atau 2% dari kadar air
optimum hasil uji laboratorium.
Pelaksana yang akan melakukan pengujian kepadatan di lapangan juga harus
dispesifikasikan (pemilik, kontraktor atau fihak ke tiga).
Tebal tanah urug yang dipadatkan, apakah sebelum atau sesudah dipadatkan juga harus
dispesifikasikan (umumnya dispesifikasikan tebal tanah urug longgar sebelum
dipadatkan sekitar 20 – 30 cm). Kecuali itu, dispesifikasikan pula:
1. Macam tanah timbunan.
2. Derajat kepadatan minimum di lapangan yang harus dicapai
3. Energi pemadatan (tipe dan ukuran mesin pemadat dan jumlah lintasan).
4. Keahlian kontraktor dalam menjaga kadar air supaya tetap.

D. VARIASI KEPADATAN HASIL PEMADATAN


Kepadatan tanah hasil pengukuran akan bervariasi dari tempat ke tempat, walaupun
mungkin pada area yang kecil. Variasi ini, sebagian adalah akibat perbedaan
kepadatan yang dihasilkan oleh alat pemadat, perbedaan kecil jenis tanah atau kadar
air, dan sebagian lagi, oleh kesalahan dalam pengukuran kepadatan yang
menggunakan alat tertentu.

E. PENGUKURAN KEPADATAN DI LAPANGAN


Ada dua macam cara untuk mengontrol kepadatan tanah di lapangan, yaitu dengan
pemindahan tanah dan cara langsung. Cara dengan pemindahan tanah adalah sebagai
berkut:
1. Digali lubang pada permukaan tanah timbunan yang dipadatkan.
27
2. Ditentukan kadar airnya.
3. Diukur volume dari tanah yang digali. Cara yang biasa dipakai untuk ini adalah
metoda kerucut pasir (sand cone) dan balon karet (rubber baloon). Dalam cara
kerucut pasir, pasir kering yang telah diketahui berat volumenya dituangkan ke luar
lewat kerucut pengukuran ke dalam lubang di permukaan tanah. Volume lubang
dapat ditentukan dari berat pasir di dalam lubang dan berat volume
keringnya. Dalam cara balon karet, volume ditentukan secara langsung dari
pengembangan balon yang mengisi lubang galian.
4. Dihitung berat volume basah ( b). Karena berat dari tanah yang digali dapat
ditentukan dan volumenya telah diperoleh dari butir (3), maka b dapat ditentukan.
Dengan kadar air yang telah ditentukan di laboratorium, berat volume kering
di lapangan dapat ditentukan.
5. Bandingkan berat volume kering lapangan dengan berat volume kering
maksimumnya, kemudian hitung kepadatan relatifnya.
Pengukuran kepadatan tanah di lapangan dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai metoda. Di bawah ini akan dibahas metoda-metoda kerucut pasir,
balon karet dan nuklir.

E. PENGARUH BERAT MESIN PEMADAT DAN BIDANG KONTAK RODA


PENGGILAS
Rasio tegangan yang terjadi di bawah roda dari 65 psi, untuk pemadat 10 ton menuju ke
150 psi untuk pemadat proof yang beratnya 60 ton berawal dari nilai 2,3 di
permukaan, tapi kemudian bertambah sampai 2,9 pada kedalaman 5 cm (2”), 7,2 pada 15
cm (6”) dan 13,3 pada 30 cm (12”). Jelaslah, pemadat proof 60 ton jauh lebih efektif dari
yang lain. Hal ini membuktikan bahwa tegangan untuk pemadatan tidak hanya
disebabkan oleh tekanan ban yang lebih tinggi saja

F. INDEKS PEMADATAN (COMPACTION INDEX)


Indeks kepadatan (Ci) didefinisikan sama dengan CBR rancangan, yaitu CBR yang
disyaratkan dalam perancangan perkerasan fleksibel, di sembarang kedalaman
dalam perkerasan. Contohnya, jika metoda rancangan membutuhkan CBR = 10 pada
28
kedalaman perkerasan 30 cm untuk 10.000 lintasan pesawat B-52, maka indeks pemadatan
Ci harus 10.

G. PENGARUH MATERIAL LUNAK SEBAGAI LANDASAN PEMADATAN


Suatu hal yang tidak mungkin adalah memadatkan material di atas pondasi yang lunak.
Dalam kasus 1, modulus elastis di bawah roda mesin pengilas dianggap konstan sebesar
25.000 psi (mewakili material ganuler yang bagus).

H. PEMADATAN UNTUK STRUKTUR TIMBUNAN


Timbunan harus bebas dari rongga-rongga yang disebabkan oleh cara penimbunan
yang buruk, dan bahan timbunan harus bebas dari akar-akaran, ranting, jerami dan
maerial lain yang mengganggu pemadatan tanah.

I. PERSYARATAN MATERIAL DAN KEPADATAN TIMBUNAN


Jika timbunan tingginya tidak lebih dari 3 m dan tidak terletak pada lereng curam atau
dipengaruhi banjir yang lama, maka batas cair (LL) tanah harus kurang dari 65%, indeks
plastisitas (PI) tidak lebih dari 0,6(LL) – 9, dan berat volume kering minimum yang harus
dicapai

29
30

Anda mungkin juga menyukai