DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4
2. PEMADATAN TANAH.....................................................................................................4
RODA PENGGILAS.............................................................................................................17
A. Kesimpulan.....................................................................................................................24
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
ISI
2. PEMADATAN TANAH
Tanah berfungsi sebagi pendukung pondasi bangunan, juga digunakan
sebagi bahan timbunan seperti :tanggul, bendungan, dan jalan. Maksud dari
pemadatan tanah antara lain :
1. Mempertinggi kuat geser tanah
2. Mengurangi sifat mudah mampat
3. Mengurangi Permeabilitas
4. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air, dan
yang lainnya.
Kepadatan secara kuntitatif diukur dari berat volume kering tanah, yaitu berat
butiran padat atau berat tanah kering oven dibagi dengan volume tanah secara keseluruhan
(yaitu volume tanah termasuk volume butiran padat dan rongga pori). Volume tanah total
(V), pada umumnya relatif tetap oleh perubahan kadar air, kecuali pada lempung ekspansif.
Jika akibat perubahan kadar air volume total tanah (V) tetap, sedangkan berat butiran tanah
kering (Ws) juga tidak berubah, maka nilai berat volume kering (kepadatan) d = Ws/V
tetap, walaupun kadar air berubah
Tanah-tanah granuler paling mudah penanganannya untuk pekerjaan lapangan.
Material ini mampu memberikan kuat geser yang tinggi dengan sedikit perubahan volume
sesudah dipadatkan. Permeabilitas tanah granuler yang tinggi
dapat menguntungkan maupun merugikan.
Tanah lanau yang dipadatkan, umumnya akan stabil dan mampu memberikan
kuat geser yang cukup dan sedikit kecenderungan perubahan volume. Tapi, tanah lanau
sangat sulit dipadatkan bila dalam keadaan basah, karena permeabilitasnya rendah.
4
Tanah lempung yang dipadatkan dengan cara yang benar akan dapat memberikan
kuat geser tinggi. Lempung padat mempunyai permeabilitas yang rendah dan tanah ini tidak
dapat dipadatkan dengan baik pada waktu sangat basah (jenuh). Bekerja dengan tanah
lempung yang sangat basah akan mengalami banyak kesulitan.
5
SMOOTH WHEEL ROLLER = ROAD ROLLER
Alat pemadat terdiri dari roda baja dengan tekanan kontak sampai dengan 400
kPa, cocok untuk semua jenis tanah. Luas cakupan pemadatan selebar luas roda yang
kontak dengan tanah yang dipadatkan.
6
PNEUMATIC TIRED ROLLER
Roller ini mempunyai roda - roda dari ban karet (pneumatic) dengan permukaan
yang dibuat rata. Jumlah roda-roda gilas selalu gasal,Misalnya 9 (4 roda depan, 5 roda
belakang), 11 (5 roda depan, 6 roda belakang) atau 13 (6 roda depan, 7 roda belakang).
Penggilasan dengan ban ini mempunyai ciri khusus dengan adanya kneading effect, ialah
air dan udara dapat ditekan ke luar (pada tepi-tepi ban) yang segera akan menguap pada
keadaan udara yang kering. Kneading effect ini sangat membantu dalam usaha
pemampatan bahan- bahan yang banyak mengandung lempung atau tanah liat.
Perlu diperhatikan pada penggilasan bahan berbutir kasar yang tajam ban- ban penggilas
akan cepat rusak, sehingga pneumatic tired roller banyak digunakan dalam pekerjaan
pengasapalan jalan.
VIBRATING ROLLER
Vibration Roller adalah termasuk tandem roller,yang cara pemampatannya
menggunakan efek getaran,dan sangat cocok digunakan pada jenis tanah pasir atau kerikil
pasir. Efisiensi pemampatan yang dihasilkan sangat baik,karena adanya gaya dinamis
terhadap tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Pemampatan dengan vibration roller ialah
frekuensi getaran, amplitude dan gaya sentrifugal
7
Portable Roller dan Trench Roller
Portable roller adalah roller jenis kecil dengan berat hanya 4 sampai 6 ton
saja,salah satu jenisnya ada dilengkapi dengan roda karet yang dapat dinaik-turunkan.
Waktu bekerja roda karet digantung, sehingga yang menyentuh permukaan tanah adalah
roda-roda bajanya.
ENERGI PEMADATAN
Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan pada uji Proctor Standart, dapat dituliskan
sebagai berikut:
E = Nb . Nl . W . H.
V
Dengan :
8
Nb = Jumlah pukulan per lapisan
NI = Jumlah lapisan
W = Berat pemukul
V = Volume mould
9
2.2 SPESIFIKASI PEMADATAN TANAH DILAPANGAN
Tujuan pemadatan adalah untuk memperoleh stabilitas tanah dan
memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Oleh karena itu, sifat teknis timbunan sangat
penting diperhatikan, tidak hanya kadar air dan berat volume keringnya. Hal ini
sering diabaikan dalam pengontrolan pekerjaan tanah. Penekanan umumnya
diletakan pada pencapaian berat volume kering minimum yang harus dicapai, dan
sedikit saja yang pertimbangan diberikan pada sifat-sifat teknis tanah urug yang
akan dipadatkan. Berat volume kering dan kadar air mempunyai hubungan yang baik
dengan sifat-sifat teknis tanah, dan karena itu dipakai sebagai parameter pengontrol
pekerjaan pemadatan. Prosedur pelaksanaan di lapangan pada umumnya,
diterangkan di bawah ini.
Percobaan di laboratorium dilaksanakan pada contoh tanah yang diambil dari
borrow-material (lokasi pengambilan bahan timbunan), untuk ditentukan sifat- sifat
tanah yang akan dipakai dalam perencanaan. Untuk proyek-proyek besar, tanah dari
tempat pengambilan bahan timbunan ini diambil yang dapat mewakili, yang secara
tipikal diambil setiap 1000 sampai 3000 m3 atau lebih, atau jika material di tempat
pengambilan berubah secara signifikan (Holtz dan Kovacs, 1981).
Sesudah bangunan dari tanah (tanggul, jalan, dan sebagainya) direncanakan, spesifikasi
dibuat. Pengujian untuk kontrol hasil pemadatan di lapangan dispesifikasikan
dan hasilnya menjadi standar untuk pengontrolan proyek.
Terdapat dua kategori spesifikasi untuk pekerjaan tanah :
1) Spesifikasi hasil akhir dari pemadatan.
2) Spesifikasi untuk cara pemadatan.
Untuk spesifikasi hasil akhir, kepadatan relatif atau persen kepadatan tertentu
dispesifikasikan. Kepadatan relatif (Rc) adalah nilai banding dari berat volume kering di
lapangan, d(lap) dengan berat volume kering maksimum di laboratorium
d(lab) menurut percobaan standar, seperti percobaan standar Proctor atau Proctor
dimodifikasi.
Perlu diingat bahwa memadatkan tanah pada sisi basah optimum (wet side of
optimum), umumnya menghasilkan kuat geser tanah hasil pemadatan lebih rendah
10
dibandingkan dengan kadar air pada sisi kering optimum (dry side of optimum).
Sifat-sifat tanah yang lain, seperti permeabilitas dan potensi kembang susut juga
11
dipengaruhi oleh kadar air saat pemadatan. Karena itu, selain persen kepadatan
ditentukan, rentang kadar air tanah yang akan dipadatkan sebaiknya juga
ditentukan.
Dalam metoda spesifikasi cara pemadatan, macam dan berat mesin
pemadat, jumlah lintasan serta ketebalan tiap lapisan ditentukan. Selain itu, ukuran
butiran maksimum sering pula dispesifikasikan. Hal ini banyak dipakai untuk proyek
pekerjaan tanah yang besar seperti bendungan tanah.
Di lapangan hasil pekerjaan pemadatan dispesifikasikan menurut kepadatan maksimum
yang telah ditentukan sebelumnya. Ahli mekanika tanah menyiapkan perancangan
proyek yang di dalamya menyangkut spesifikasi kepadatan tanah yang harus dicapai di
lapangan. Umumnya, uji standar Proctor digunakan sebagai acuan. Kadang-kadang, uji
Proctor dimodifikasi juga digunakan, terutama bila timbunan digunakan untuk
mendukung bangunan-bangunan yang berat.
Spesifikasi untuk pemadatan lapangan harus mendefinisikan tipe uji
laboratorium yang akan digunakan sebagai acuan, dan derajat kepadatan yang
disyaratkan, misalnya kepadatan atau berat volume kering minimum yang harus
dicapai di lapangan 95% kepadatan standar Proctor. Spesifikasi juga harus
menyebutkan dengan jelas prosedur uji pemadatan yang harus diacu, misalnya
ASTM, AASHTO atau yang lain. Namun, dalam hal menemui kondisi pembebanan
atau tipe tanah yang khusus, maka uji coba pemadatan di laboratorium atau di
lapangan (field trial) mungkin dibutuhkan untuk menentukan spesifikasi pemadatan
yang cocok.
Kadar air saat saat pemadatan, umumnya berkisar di antara 1 atau 2% dari kadar
air optimum hasil uji laboratorium. Hal ini adalah untuk kemudahan pekerjaan dan
antisipasi variasi kadar air yang terjadi di lapangan. Namun, untuk proyek- proyek
tertentu, ada pula yang menspesifikasikan kisaran kadar air pada kondisi basah atau
kering optimum.
Frekuensi dan prosedur untuk mengecek kepadatan dan kadar air di lapangan juga
dispesifikasikan, misalnya pengecekan dilakukan dengan uji kerucut pasir (sand cone)
atau yang lain.
12
NAVFAC DM-7.2 (1982) memberikan petunjuk pelaksanaan pada jumlah uji
kontrol kepadatan di lapangan yang sebaiknya dilakukan pada berbagai macam tipe
proyek sebagai berikut
Satu pengujian untuk setiap 380 m3 (500 yd3) material timbunan yang
dihamparkan.
Satu pengujian untuk setiap 380 – 780 m3 (500 – 1000 yd3) material untuk pekerjaan
perlindungan permukaan (lining) saluran atau waduk atau bagian urugan yang relatif
tipis yang lain.
3 3
Satu pengujian untuk setiap 75 – 150 m (100 – 200 yd ) untuk urugan pada
parit atau di sekitar struktur, bergantung pada volume total dari material yang terkait.
Paling tidak satu pengujian untuk setiap satu lapisan penuh pada operasi pekerjaan
tanah.
Satu pengujian yang dilakukan kapan saja, bila terdapat suatu dugaan tentang
adanya perubahan kualitas kontrol dari kadar air atau efektivitas kepadatan
Terdapat banyak petunjuk pelaksanaan terkait dengan jumlah pengujian
kepadatan lapangan yang harus dilakukan. Sebagai contoh, Road Research
Laboratory (1968) menyarankan melakukan uji kepadatan pada setiap luasan
13
permukaan dan semakin berkurang di bagian bawahnya. Di lain fihak, kontraktor
ingin memadatkan tanah secepat mungkin agar pekerjaan cepat dan hemat.
Suatu syarat yang juga dapat ditetapkan adalah tebal maksimum tanah setelah dipadatkan,
misalnya 15 cm. Tebal tanah dipadatkan yang lebih besar dapat pula diusulkan,
asalkan kontraktor dapat membuktikan bahwa dengan alat pemadat dan cara
penghamparan yang digunakan, seluruh tebal tanah hamparan dapat mencapai kepadatan
yang disyaratkan. Syarat yang paling penting adalah bahwa kepadatan minimum di
lapangan (misalnya diukur dengan metoda uji kerucut pasir) pada bagian bawah
dapat dicapai. Hal ini harus dimonitor dari mulai pekerjaan pemadatan awal, hingga
akhirnya.
pengukuran dibuat untuk setiap 836 m2 (1000 yd2) tanah hamparan timbunan (Road
Research Laboratory, 1968). Jumlah data pengukuran yang diperlukan dalam dianalisis
ini, bergantung pada sifat dari pekerjaan dan derajat akurasi dari hasil yang
disyaratkan.
Untuk kebanyakan klasifikasi pekerjaan, deviasi standar yang diijinkan adalah
0,79 kN/m3 untuk tanah berbutir halus, dan 1,57 kN/m3 untuk tanah berbutir kasar,
dan berat volume kering rata-rata harus sama atau melebihi berat volume kering
yang disyaratkan (Road Research Laboratory, 1968)
14
2.4 PENGUKURAN KEPADATAN DI LAPANGAN
Metoda yang umum digunakan untuk mengukur atau memeriksa kepadatan
tanah di lapangan adalah dengan mengukur berat volume kering tanah di tempat.
Seperti telah dipelajari, hal ini karena nilai berat volume kering pada umumnya tidak
berubah oleh akibat perubahan kadar air, misalnya kenaikan kadar air oleh akibat
hujan.
Kepadatan di tempat menunjukkan berat nilai berat volume kering dalam kondisi
tak terganggu di tempat tersebut. Pada proyek-proyek tanah urug, umumnya pengukuran
kepadatan di tempat ini dilakukan untuk mengecek hasil pemadatan yang telah
dilakukan. Pengukuran kepadatan di tempat yang dilakukan pada tempat pengambilan
bahan timbunan (borrow area), dimaksudkan untuk mengetahui volume susut atau
melonggarnya tanah yang akan terjadi, ketika tanah tersebut diangkut menuju ke
lokasi proyek. Untuk tanah-tanah berbutir kasar, umumnya nilai berat volume kering
setelah dipadatkan lebih besar dibandingkan dengan tanah- tanah berbutir halus.
Ada dua macam cara untuk mengontrol kepadatan tanah di lapangan, yaitu dengan
pemindahan tanah dan cara langsung. Cara dengan pemindahan tanah adalah sebagai
berkut:
1. Digali lubang pada permukaan tanah timbunan yang dipadatkan.
2. Ditentukan kadar airnya.
3. Diukur volume dari tanah yang digali. Cara yang biasa dipakai untuk ini adalah
metoda kerucut pasir (sand cone) dan balon karet (rubber baloon). Dalam
cara kerucut pasir, pasir kering yang telah diketahui berat volumenya dituangkan
ke luar lewat kerucut pengukuran ke dalam lubang di permukaan tanah.
Volume lubang dapat ditentukan dari berat pasir di dalam lubang dan berat
volume keringnya. Dalam cara balon karet, volume ditentukan secara langsung
dari pengembangan balon yang mengisi lubang galian.
4. Dihitung berat volume basah ( b). Karena berat dari tanah yang digali dapat
ditentukan dan volumenya telah diperoleh dari butir (3), maka b dapat
ditentukan. Dengan kadar air yang telah ditentukan di laboratorium, berat
volume kering di lapangan dapat ditentukan.
5. Bandingkan berat volume kering lapangan dengan berat volume kering
maksimumnya, kemudian hitung kepadatan relatifnya.
15
Pengukuran kepadatan tanah di lapangan dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai metoda. Di bawah ini akan dibahas metoda-metoda
kerucut pasir, balon karet dan nuklir.
(16 kN/m3). Jika berat pasir yang mengisi lubang dapat diperoleh, maka dengan
mudah volume lubang dapat diketahui. Lubang uji yang dibuat umumnya
berdiamater sekitar 15 cm dan kedalaman 15 cm. Prosedur detail mengenai uji
kerucut pasir ini dapat dilihat dalam ASTM D-1556.
16
Alat uji terdiri dari air yang mengisi silinder kaca vertikal (gelas ukur) yang
mempunyai bukaan di bagian bawah, di mana membran dari karet dapat
menggelembung mengisi lubang. Tanda-tanda dalam silinder kaca digunakan untuk
mengukur volume air yang mengisi lubang uji. Pengisian lubang uji dengan air,
dilakukan dengan menekan pompa tangan. Tekanan atmosfer dari luar memaksa air dan
balon kembali masuk ke dalam silinder, dan alat siap digunakan pada pengujian lokasi
lain.
Alat balon karet tersedia dalam berbagai ukuran. Ukuran yang paling kecil dapat
mengukur lubang berdiameter sekitar 10 cm dengan kedalaman 15 cm. Alat yang lebih
besar digunakan untuk lubang uji yang lebih besar. Prosedur uji balon karet ini dapat
dilihat dalam ASTM D-2167.
3. Metoda Nuklir
Pengukur kepadatan tanah dengan metoda nuklir telah banyak digunakan untuk
mengukur kepadatan tanah di lapangan. Hasil kepadatan tanah di lapangan dapat
diperoleh dengan cepat.
Elemen utama alat pengukur kepadatan adalah sumber nuklir yang
memancarkan sinar gamma (gamma rays), detektor untuk menangkap sinar gamma atau
photon yang melewati tanah yang diuji, dan alat penghitung untuk menentukan
kecepatan sinar gamma untuk mencapai detektor. Ketika alat ini digunakan, sinar
gamma menembus tanah, di mana sebagian terserap tanah, dan sebagian lagi
mencapai detektor dengan tranmisi langsung. Jumlah dari radiasi gamma yang
mencapai detektor berbanding terbalik secara proporsional dengan kepadatan
tanah. Kepadatan ditentukan dengan menggunakan kecepatan sinar yang diterima
detektor dan dengan mengkaitkan pembacaan ini dengan pembacaan kalibrasi yang telah
dibuat pada material yang telah diketahui kepadatannya. Kurva kalibrasi diberika
oleh pabrik alat. Kepadatan yang yang diperoleh adalah kepadatan ”total” atau berat
volume basah.
Kelembaban atau kadar air diperoleh dari hitungan ”thermal neutrons”. Partikel alfa
yang diemisikan dari sumber americium atau radium menyerang target
beryllium. Serangan ini menyebabkan beryllium mengemisikan neutron- neutron
cepat (fast neutrons). Neutron cepat ini kehilangan kecepatannya, jika menabrak
17
atom hidrogen dalam molekul air. Hasil neutron berkecepatan rendah ini adalah thermal
neutrons. Hasil kadar air yang diberikan adalah sebagai berat air per satuan volume.
Berat volume kering diperoleh dengan mengurangkan berat volume basah dengan berat
air persatuan volume ini. Dengan metoda ini, pada penentuan kadar air, kesalahan
signifikan dapat terjadi bila tanah mengandung besi, boron atau cadmium.
Informasi detail mengenai penggunaan alat ini dapat dilihat dalam ASTM D-2922.
19
2.7 PENGARUH MATERIAL LUNAK SEBAGAI LANDASAN
PEMADATAN
Suatu hal yang tidak mungkin adalah memadatkan material di atas pondasi
yang lunak. Dalam kasus 1, modulus elastis di bawah roda mesin pengilas dianggap
konstan sebesar 25.000 psi (mewakili material ganuler yang bagus). Pada kasus 2,
mesin penggilas berada di atas material yang tebalnya 15 cm dengan modulus
elastis 25000 psi yang terletak di atas tanah dengan modulus 5.000 psi. Tanah yang di
bawah ini secara pendekatan akan mempunyai CBR sekitar 3 – 4%, yang dapat
mewakili lempung lunak. Pada kasus 2, terlihat bahwa tegangan yang tersedia untuk
memadatkan tanah setebal 15 cm menjadi sangat berkurang akibat lunaknya
landasan di bawahnya. Lendutan di permukaan untuk masing-masing dari empat
penggilas untuk ke dua kasus diperlihatkan dalam Gambar x.26. Terlihat bahwa
landasan yang lebih lunak menyebabkan lendutan di permukaan yang lebih besar.
Pemadatan dengan tingkat kepadatan tinggi sangat tidak mungkin dilakukan pada
lapisan tipis yang berada di atas landasan lunak. Lebih dari itu, tegangan tinggi yang
terjadi pada landasan tanah yang lunak di bawahnya menyebabkan tanah bergeser dan
melendut.
Jika tanah harus dipadatkan di atas tanah lunak, maka tanah pada lapisan
paling awal akan menghasilkan tingkat kepadatan rendah. Dalam kasus demikian,
maka yang pekerjaan yang harus dilakukan adalah membongkar material lunak
tersebut atau memperbaiki material yang ada, dan membangun landasan kerja
sehingga alat-alat pemadat atau yang lainnya dapat bekerja di atasnya
20
berkisar 15 – 30 cm untuk seluruh lebar tampang melintang timbunan, dan setiap
lapisan dipadatkan dengan mesin penggilas atau oleh aksi alat berat
Tanah urug dituangkan melalui unit alat angkut, kemudian diratakan dengan
buldozer atau grader. Tipe-tipe alat pemadat, umumnya adalah penggilas roda
halus, penggilas kaki kambing, penggilas roda karet dan sebagainya. Hasil
pemadatan yang baik umumnya dapat diperoleh dengan lintasan mesin pemadat ke
seluruh bagian tanah yang dihamparkan saat proses pelaksanan. Akan tetapi, sangat
sulit untuk menyebarkan lintasan ke seluruh bagian lebar dari timbunan. Bila lintasan
tidak merata, maka akan diperoleh kepadatan yang tidak sama, yang dapat berakibat
penurunan tak seragam pada permukaan jalan di kemudian hari.
Pada bagian pinggir atau lereng timbunan, pemadatan yang baik umumnya sulit
tercapai. Karena, kecuali kurangnya tekanan kekang (confining pressure) di bagian
pinggir, juga mesin pemadat cenderung melintas agak ke tengah. Kadang- kadang
khusus bagian pinggir ini, pemadatan dilakukan dengan mesin pemadatan ringan.
Namun demikian, hasil pemadatan di bagian pinggir timbunan ini umumnya masih
ridak memuaskan. Untuk itu, maka penghamparan tanah urug perlu dibuat lebih lebar
dari tampang timbunannya, kemudian bagian kelebihan ini dipangkas sampai pada
permukaan lereng final. Pada bagian pinggir ini dipadatkan dengan mesin pemadat
ringan.
Tabel x.8 Persyaratan kepadatan material timbunan tinggi >3m, tidak diletakkan pada
lereng atau dipengaruhi banjir lama (AASHO)
22
16,0 – 17,6 A-3, A-2 Sedang 90
17,6 – 19,2 A-1 Baik 90
19,2 – 20,8 Sempurna
> 20,6
Untuk tanah granuler dengan >35% dari beratnya lolos saringan no. 200, dan
serpih (shale) atau batuan dari butiran halus terlaminasi oleh akibat konsolidasi
lempung, lanau, atau campuran pasir halus, dianggap cocok digunakan, bila butiran lolos
saringan no.10 minimum 40%.
Untuk timbunan lebih dari 3 m atau diletakkan pada lereng curam atau
dipengaruhi banjir, batas cair (LL) tanah harus tidak melebihi 50%, dan standar uji
pemadatan harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel x.8.
Tanah granuler (kurang dari 35% lolos saringan no. 200), dan serpih jika 40% lolos
saringan no.10 dan nilai batas cair (LL) dari fraksi lolos saringan no.40 tidak melebihi
50%, dapat digunakan untuk bahan timbunan, dan persyaratan kepadatan minimum
harus seperti ditunjukkan dalam Tabel x.9
Tabel x.9 Persyaratan kepadatan minimum material timbunan tinggi >3 m terletak pada
lereng curam atau dipengaruhi banjir (AASHO)
23
17,6 – A-1 Sedang 90
19,2 Baik
19,2 –
20,8
>
20,8
Jika batuan digunakan untuk tanah urug, penting harus diperhatikan agar
seluruh rongga pori material urugan terisi seluruhnya untuk mencegah penurunan tak
seragam di masa datang. Material batuan, bolder, dan lain-lain harus diletakkan di
bagian bawah urugan dan ketika elevasi urugan akan mendekati final, material
berdiameter lebih kecil harus digunakan.
Karena pemadatan bertujuan untuk meyakinkan stabilitas timbunan, maka
penting untuk mengetahui hubungan kekuatan dan kepadatan. Untuk tanah-tanah
lempungan, kekuatan merupakan fungsi kepadatan dan kadar air. Nilai CBR
umumnya berkurang, bila kadar air bertambah dan kepadatan berkurang. Namun, pada
benda uji CBR yang sama, jika direndam selama 4 hari, maka nilai puncak CBR
terjadi pada kadar air optimumnya atau saat kepadatan tanah mencapai
maksimumnya, karena alur kurva CBR dan kepadatan identik. Alasan nilai puncak ini,
adalah karena terkait dengan penyerapan dan pengembangan saaat
perendaman. Beberapa tanah yang dipadatkan pada kadar air rendah akan
mengembang lebih banyak dengan diikuti oleh turunnya kekuatan, dibandingkan
dengan tanah yang dipadatkan pada kadar air lebih tinggi. Pengembangan
berkurang, ketika kadar air bertambah sampai nilai yang mendekati kadar air
optimum, dan kemudian menjadi relatif konstan untuk kadar air yang melebihi
optimum. Hal ini menunjukkan bahwa bilamana ditemui tanah yang mudah
mengembang, maka lebih baik dipadatkan pada kadar air yang mendekati atau
sedikit melebihi kadar air optimumnya (Yoder dan Witczak, 1975).
Karena kekuatan tanah bergantung pada kadar air dan kepadatan, maka
penting diketahui pengaruh kepadatan pada kadar air yang bervariasi. Data
24
pengujian CBR diambil setelah 4 hari perendaman. Angka-angka disamping kurva
menunjukkan kadar air yang diberikan pada masing-masing contoh tanah. Untuk
tanah CH, pada berat volume kering yang sama (kepadatan konstan), CBR
bertambah dengan naiknya kadar air. Demikian pula, CBR bertambah, jika
kepadatan bertambah sampai ke nilai puncaknya dan setelah itu turun. Fenomena ini
dapat dikaitkan dengan tekanan air pori pada tanah jenuh. Contohnya, pada kadar
air 28% dan berat volume kering 100 lb/cu.ft, tanah tidak stabil, karena sebagian
dari beban yang bekerja ditahan oleh air pori. Kondisi yang sama diperoleh pada tanah
CL, namun pada derajat yang lebih rendah. Fenomena ini ditemui ketika tanah
dipadatkan dengan cara ditumbuk (dinamis), tapi tidak demikian kalau pemadatan
dilakukan secara statis
BAB III
KESIMPULAN
25
yang lainnya.
Tanah-tanah granuler paling mudah penanganannya untuk pekerjaan lapangan.
Tanah lanau yang dipadatkan, umumnya akan stabil dan mampu memberikan kuat
geser yang cukup dan sedikit kecenderungan perubahan volume.
Tanah lempung yang dipadatkan dengan cara yang benar akan dapat memberikan
kuat geser tinggi
B. CARA PEMADATAN dibagi 2 Yakni dengan cara Manual dan menggunakan Mesin.
Cara manual adalah dengan menggunakan tenaga manusia langsung dalam proses
pengerjaannya. Yaitu dengan cara ditumbuk atau digilas dengan alat seadanya
Cara menggunakan mesin adalah dengan menggunakan bantuan mesin diantara
mesin yang bisa di gunakan untuk pemadatan adalah :
a) TREE WHEEL ROLLER
b) SMOOTH WHEEL ROLLER = ROAD ROLLER
c) SHEEP FOOT ROLLER
d) PNEUMATIC TIRED ROLLER
e) VIBRATING ROLLER
f) Portable Roller dan Trench Roller
ENERGI PEMADATAN
Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan pada uji Proctor Standart, dapat dituliskan
sebagai berikut:
E = Nb . Nl . W . H
V
Dengan :
Nb=Jumlah pukulan per lapisan
NI=Jumlah lapisan
W= Berat Pemukul
H= Tinggi Jatuh Pemukul
V= Volume mould
26
C. SPESIFIKASI PEMADATAN TANAH DILAPANGAN
Pengujian untuk kontrol hasil pemadatan di lapangan dispesifikasikan dan hasilnya
menjadi standar untuk pengontrolan proyek.
Terdapat dua kategori spesifikasi untuk pekerjaan tanah :
1. Spesifikasi hasil akhir dari pemadatan.
2. Spesifikasi untuk cara pemadatan.
Kadar air saat saat pemadatan, umumnya berkisar di antara 1 atau 2% dari kadar air
optimum hasil uji laboratorium.
Pelaksana yang akan melakukan pengujian kepadatan di lapangan juga harus
dispesifikasikan (pemilik, kontraktor atau fihak ke tiga).
Tebal tanah urug yang dipadatkan, apakah sebelum atau sesudah dipadatkan juga harus
dispesifikasikan (umumnya dispesifikasikan tebal tanah urug longgar sebelum
dipadatkan sekitar 20 – 30 cm). Kecuali itu, dispesifikasikan pula:
1. Macam tanah timbunan.
2. Derajat kepadatan minimum di lapangan yang harus dicapai
3. Energi pemadatan (tipe dan ukuran mesin pemadat dan jumlah lintasan).
4. Keahlian kontraktor dalam menjaga kadar air supaya tetap.
29
30