Anda di halaman 1dari 11

 

 
 

PERTEMUAN KE 3
TEGANGAN GABUNGAN

9.1 Beban Gabungan


Pada kebanyakan struktur, elemennya harus mampu menahan lebih
dari satu jenis beban, misalnya suatu balok dapat mengalami aksi simultan
momen lentur dan gaya aksial. Kondisi pembebanan gabungan banyak
terjadi pada struktur gedung dan jenis struktur lainya.
Suatu elemen struktur yang mengalami pembenan gabungan seringkali
dapat dianalisis dengan superposisi tegangan dan regangan yang diakibatkan
oleh setiap beban yang bekerja secara terpisah. Namun superposisi
tegangan dan regangan hanya diizinkan pada kondisi tertentu.
Salah satu persyaratannya adalah bahwa tegangan dan regangan harus
merupakan fungsi linier dari beban yang bekerja, yang pada gilirannya
mengharuskan bahannya mengikuti hukum Hooke dan peralihannya tetap
kecil. Persyaratan lain adalah tidak boleh ada interaksi antara berbagai
beban, artinya tegangan dan regangan akibat satu beban tidak boleh
dipengaruhi oleh adanya beban lain. Kebanyakan struktur biasanya
memenuhi kondisi-kondisi ini, sehingga penggunaan superposisi sangat
umum dalam dunia teknik.

9.2 Metode Analisis


Ada banyak cara untuk menganalsis suatu struktur yang mengalami
lebih dari satu jenis beban. Prosedur yang biasa dilakukan meliputi
beberapa langkah :
1. Pilih titik pada struktur dimana tegangan dan regangan akan ditentukan
(titik pada penampang yang tegangannya besar, yaitu pada penampang
yang momen lentur mencapai harga maksimum).

2. Untuk setiap beban pada struktur, tentukan resultan tegangan di


penampang yang mengandung titik yang dipilih. (resultan tegangan yang

IX‐1 
 
 
 
 

mungkin adalah gaya aksial, momen puntir, momen lentur, dan gaya
geser).

3. Hitunglah tegangan normal dan geser di titik yang telah dipilih akibat
setiap kondisi tegangan, dengan persamaan :

P
σ= .......... (9.1a)
A

Tp
τ= .......... (9.1b)
Ip

M .y .......... (9.1c)
σ=
I

V .Q .......... (9.1d)
τ=
I .b
.......... (9.1e)
pr
σ=
t

4. Gabungkan masing-masing tegangan untuk mendapatkan tegangan


resultan di titik yang dipilih, dengan perkataan lain dapatkan tegangan :
σx, σy, dan τxy yang bekerja dielemen tegangan di titik tersebut.

5. Tentukan tegangan utama dan tegangan geser maksimum di titik yang


dipilih dengan menggunakan persamaan transformasi atau lingkaran
Mohr. Jika perlu tentukan tentukan tegangan-tegangan yang bekerja di
bidang miring lain.

6. Tentukan regangan di titik tersebut dengan menggunakan huku Hooke


untuk tegangan bidang.

7. Pilih titik lain dan ulangi prosedurnya. Teruskan sampai informasi


tegangan dan regangan cukup memadai untuk maksud analisis.

IX‐2 
 
 
 
 

9.3 Tegangan Pokok


Pada umumnya jika satu elemen bidang dipindahkan dari induk
(body), maka akan dikenai tegangan normal σx, dan σy, bersama dengan
tegangan geser τxy. Untuk tegangan normal, tegangan tarik diberi tanda
positif dan tegangan tekan diberi tanda negatif. Untuk tegangan geser, arah
positif.

Gambar 9.1 Konvensi Tanda Tegangan Gabungan

Apabila σx, σy, dan τxy sudah diketahui, maka untuk penjabaran suatu
bidang miring dengan sudut ϴ terhadap sumbu x berada pada suatu balok,
seperti pada Gambar 10.1 di atas. Tegangan normal dan tegangan geser
untuk bidang tersebut dinyatakan dengan σ dan τ seperti ditunjukkan pada
Gambar 9.2, dan diperoleh Persamaan 9.2.

IX‐3 
 
 
 
 

Gambar 9.2 Tegangan Gabungan Pada Bidang Miring

σ x +σ y σ x −σ y
σ= − cos 2θ + τ xy sin θ .......... (9.2a)
2 2

σ x −σ y .......... (9.2b)
τ= sin 2θ + τ xy cosθ
2
Tegangan pokok, dimana terdapat beberapa nilai sudut ϴ yang
memberikan nilai tegangan maksimum untuk satu kumpulan tegangan σx, σy,
dan τxy. Nilai maksimum dan minimum tegangan ini disebut tegangan
pokok (principal stresses) dan dinyatakan dengan persamaan :

σ x +σ y ⎛ σ x −σ y
2

σ mak = + ⎜⎜ ⎟⎟ + (τ xy )2
2 ⎝ 2 ⎠ .......... (9.3a)

σ x +σ y ⎛ σ x −σ y
2

σ min = − ⎜⎜ ⎟⎟ + (τ xy )2 ......... (9.3b)
2 ⎝ 2 ⎠

Arak tegangan pokok, dalam hal ini suatu sudut dilambangkan dengan
ϴp, yang terletak antara sumbu-x dan suatu bidang dimana terjadi tegangan
pokok yang dinyatakan denga persamaan :
− τ xy
tan 2θ p =
⎛ σ x −σ y ⎞ .......... (9.4)
⎜⎜ ⎟⎟
⎝ 2 ⎠

9.4 Tegangan Geser


Tegangan geser maksimum, yang mana terdapat beberapa nilai sudut
ϴ yang memeberikan nilai tegangan geser maksimum untuk suatu kumpulan
teganagan σx, σy, dan τxy. Nilai maksimum dan minimum tegangan geser ini
dinyatakan dengan persamaan :

⎛σ x −σ y
2

τ mk . min = ± ⎜⎜ ⎟⎟ + (τ xy )2 .......... (9.5)
⎝ 2 ⎠

IX‐4 
 
 
 
 

Arah tegangan geser maksimum, dalam hal ini suatu sudut


dilambangkan dengan ϴs, yang terletak antara sumbu-x dan suatu bidang
dimana terjadi tegangan geser maksimum yang dinyatakan denga persamaan
:
⎛σ x −σ y ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ .......... (9.6)
tan 2θ s = ⎝ ⎠
2
τ xy

9.5 Lingkaran Mohr


Informasi-informasi yang terkandung dalam persamaaan-persamaan di
atas dapat dinyatakan dalam bentuk grafis yang dikenal dengan Lingkaran
Mohr. Tegangan normal digambarkan di sepanjang sumbu horisontal dan
tegangan geser digambarkan di sepnjang sumbu vertikal. Tegangan-
tegangan σx, σy, dan τxy diplot dalam skala dan suatu lingkaran digambarkan
mellui titik dimana pusatnya terletak pada sumbu horisontal. Pada Gambar
9.3 ditunjukkan lingkaran mohr untuk suatu elemen yang dikenai berbagai
bentuk tegangan.

Gambar 9.3 Lingkaran Mohr Elemen Dengan Berbagai Tegangan

IX‐5 
 
 
 
 

Konvensi tanda pada lingkaran Mohr, dimana tegangan tarik adalah


positif dan tegangan tekan adalah negatif. Tegangan tarik diplotkan di
sebelah kanan titik pusat dan tegangan tekan di sebelah kiri titik pusat.
Untuk tegangan geser terdapat perbedaan dengan tanda yang digunkan pada
persamaan-persamaan di atas. Tegangan geser adalah positif jika cendrung
memutar elemen searah jarum jam, dan negatif jika memutar elemen
berlawanan jarum jam. Untuk elemen tersebut tegangan geser pada
permukaan vertikal adalah positif, dan pada permukaan horisontal adalah
negatif.

9.6 Contoh-Contoh Soal dan Pembahasan


Soal 1. Sebuah papan tanda yang berukuran 2,0 m x 1,2 m ditumpu oleh
tiang lingkaran berlubang yang mempunyai diameter luar 220 mm
dan diameter dalam 180 mm. Papan tanda ini berjarak 0,5 m dari
tiangnya dan tepi bawahnya terletak 0,6 di atas permukaan tanah.
Tentukanlah tegangan utama dan tegangan geser di titik A dan B di
dasar tiang akibat tekanan angin sebesar 2,0 kPa terhadap papan
tanda.

IX‐6 
 
 
 
 

Penyelesaian :
W = p . A = 2 .( 2 x1, 2 ) = 4 ,8 .kN

T = W .b = 4 ,8 x1,5 = 7 , 2 .kNm

M = W .h = 4 ,8 x 6 , 6 = 31 , 68 .kNm

π π
I =
64
(d 4
2 − d c4 = ) 64
(220 4
)
− 180 4 = 63 , 48 x10 − 6 m 4

M .d 2 31 , 68 x 220
σA = = = 54 ,92 .MPa
2I 2 ( 63 , 48 x10 − 6 )

π
Ip =
32
(d 4
2 )
− d 14 = 2 I = 126 ,92 x10 − 6 m 4

τ1 =
T .d 2
=
(7 , 2 x 220 ) = 6 , 24 .MPa
2I p 2 (126 ,92 x10 − 6 )

r2 = d 2 / 2 = 110 .mm → r1 = d 1 / 2 = 90 .mm

( )
A = π r22 − r12 = 12 . 570 .mm 2

4V ⎛ r22 + r2 r1 + r12 ⎞
τ2 = =⎜ ⎟⎟ = 0 , 76 .MPa
3 A ⎜⎝ r22 + r12 ⎠

σ x = 0 → σ y = σ A = 54 ,91 .MPa → τ xy = τ 1 = 6 , 24 .MPa

σ x = σ y = 0 → τ xy = τ 1 + τ 2 = 7 , 0 .MPa

IX‐7 
 
1

Deformasi Benda Karena Gaya Yang Bekerja


Misalkan sebuah benda mendapat tegangan tarik.
P = Beban atau gaya yang bekerja pada benda
l = Panjang benda
A = Luas penampang benda
σ = Tegangan yang timbul pada benda
E = Modulus Elastisitas material benda
ε = Regangan
δl = Deformasi benda

Tegangan:
P
σ=
A
Regangan:

σ P
ε= =
Deformasi: E AE

σ.l Pl
δl = ε.l = =
E AE
Catatan

1. Rumus di atas baik juga digunakan untuk tekanan


2. Untuk sebagian besar material, modulus elastisitas untuk kompresi sama dengan
tarikan.
3. Kadang-kadang dalam perhitungan, tegangan dan regangan tarik
diberi tanda positif, dan tegangan dan regangan tekan/kompresi
diberi tanda negatif.
2 BAB 1. TEGANGAN DAN REGANGAN SEDERHANA

Contoh soal 1.1. Sebuah batang dari baja dengan panjang 1 m dan
penampang 20 mm × 20 mm mendapat gaya tarik sebesar 40 kN.
Carilah perpanjangan batang, jika modulus elastisitas material batang
adalah 200 GPa.

Jawab.

Diketahui: panjang (l) = 1 m = 1 ×103 mm

luas penampang (A) = 20×20 = 400 mm2

gaya tarik (P) = 40 kN = 40 ×103 N

Modulus elastisitas (E) = 200 GPa = 200 ×103 N/mm2

Perpanjangan batang:

δl = P.l
A.E

(40 × 103 ) × (1 × 103 )


=
400×(200x103)
×
= 0, 5 mm
3
Contoh Soal 1.2. Silinder berlobang dengan panjang 2 m mempunyai
diameter luar 50 mm dan diameter dalam 30 mm. Jika silinder memikul
beban sebesar 25 kN, carilah tegangan pada silinder. Cari juga deformasi
yang terjadi pada silinder jika harga modulus elastisitas material silinder
adalah 100 GPa.

Jawab.

Diketahui: panjang (l) = 2 m = 2 ×103 mm


diameter luar (D) = 50 mm
diameter dalam (d) = 30 mm

beban (P) = 25 kN = 25 ×103 N/mm2

modulus elastisitas (E) = 100 GPa = 100 ×103 N/mm2

Tegangan Pada Silinder

π π
A= × (D2 − d2) = × [(50)2 − (30)2] = 1257 mm2
4 4

dan tegangan pada silinder:

P 25 103
σ= × = 19, 9 N/mm2 = 19, 9 MPa
=
A
1257

Deformasi pada silinder

P.l (25 × 10³ ) × (2 × 10³ )


δl =
A.E = 1257 ×(100 103)
= 0, 4 mm

Anda mungkin juga menyukai