Anda di halaman 1dari 127

KATA PENGANTAR

Mekanika Teknik/Mekanika Rekayasa merupakan mata kuliah dasar teknik yang


dipelajari oleh mahasiswa Jurusan Teknik Sipil. Tujuan pembelajaran matakuliah ini
adalah mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar mekanika teknik yang
berkaitan dengan sistem gaya, konsep keseimbangan, dan konsep gaya dalam untuk
menghitung dan merancang konstruksi sederhana dalam bidang mekanika teknik statis
tertentu.
Buku ini merupakan kumpulan dari beberapa buku penulis ahli yang
dikombinasikan dengan kreatifitas penulis selama mengajar. Materinya diberikan
berdasarkan kebutuhan pengajaran bagi mahasiswa terutama semester I. Materi yang
diberikan disesuaikan dengan kurikulum mata kuliah mekanika rekayasa pada Program
Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Konstruksi Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Penulisan Buku Ajar ini kiranya telah menambah khasanah ilmu pengetahuan
dibidang proses belajar mengajar dan kami sarankan kepada mahasiswa Politeknik
untuk dapat menggunakan Buku Ajar ini sebagai pegangan dan petunjuk dalam
memahami Mekanika Rekayasa I. Isi Buku Ajar ini sangatlah mudah dimengerti dan
dipelajari karena penyampaiannya menggunakan bahasa yang sederhana dan sistematis
dalam menguraikan teori serta penyelesaian contoh perhitungan. Mahasiswa diharapkan
dapat mengenal serta dapat menghitung gaya-gaya dalam yang bekerja pada konstruksi
balok dan portal statis tertentu. Kami mengucapkan selamat atas pembuatan/penulisan
Buku Ajar ini dan terima kasih.

Lhokseumawe, Juli 2022

Muhammad Reza, M.Eng.


Nip: 19880709 201404 1 002

iii
PRAKATA

A. Deskripsi Mata Kuliah


Mekanika Rekayasa I adalah ilmu dasar yang mempelajari tentang menghitung
gaya-gaya dalam pada struktur balok dan portal statis tertentu. Mata kuliah ini menjadi
pijakan awal bagi mahasiswa sebelum mempelajari mata kuliah mekanika lanjutan.
Pada bagian awal mata kuliah ini membahas tentang gaya, momen, tumpuan,
beban/muatan, sistem satuan dan konversi satuan. Materi selanjutnya membahas tentang
reaksi tumpuan, gaya lintang, gaya normal dan momen yang bekerja masing-masing
pada balok yang ditumpu oleh dua tumpuan, balok kantilever dan balok gerber dengan
berbagai cara penyelesaian termasuk penyelesaian dengan garis pengaruh. Pada bagian
akhir akan dibahas konstruksi portal tiga sendi yaitu konstruksi balok yang disangga
oleh tiang dan ditumpu oleh tumpuan sendi serta dibantu dengan sendi tambahan. Pada
setiap bagian akan diberikan contoh-contoh soal dan penyelesaiannya.

B. Prasyarat Mata Kuliah


Mata kuliah Mekanika Rekayasa I ini adalah mata kuliah yang diajarkan pada
semester I sehingga tidak ada mata kuliah prasyarat untuk mata kuliah ini. Namun
demikian pemahaman matematika yang kuat akan sangat membantu untuk mempelajari
mata kuliah ini.

C. Rencana Pembelajaran
Mata kuliah ini direncanakan dalam 16 kali pertemuan. Pada pertemuan awal
dijelaskan metode pengajaran, bobot penilaian, penjelasan gambaran umum materi yang
akan dipelajari pada matakuliah ini dan dilanjutkan dengan penyampaian materi bab I.
Pertemuan selanjutnya diawali dengan review dan tanya jawab dari materi yang
dipelajari pada pertemuan sebelumnya, Selanjutnya diberikan penjelasan materi sesuai
pertemuan beserta contoh soal dan penyelesaian dan diakhiri dengan soal latihan dan
pemberian tugas untuk dikerjakan di rumah. Setiap akhir dari bab yang dipelajari akan
dilakukan tes (quiz) untuk mengukur tingkat pemahaman materi yang telah dipelajari.
Pada pertengahan semester (pertemuan ke 8) mahasiswa diberikan ujian tengah
semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS) diberikan pada pertemuan ke 16.

iv
D. Petunjuk Penggunaan Buku Ajar
Buku Ajar ini disusun sedemikian rupa sehingga pembaca dapat memahaminya
langsung dengan mudah terhadap arahan teori yang diberikan disertai dengan sketsa
gambar struktur untuk kemudahan perhitungan sebagai aplikasi terhadap penjelasan
teori-teori sebelumnya. Untuk memudahkan memahami isi dari buku ini, mahasiswa
diharuskan mempelajari teori dan dilanjutkan dengan mengerjakan contoh soal
perhitungan. Mahasiswa harus mempelajari secara berurutan dari satu bab ke bab
berikutnya. Hal ini dikarenakan materi yang disajikan pada bab berikutnya memiliki
keterkaitan dalam pembahasan pada bab sebelumnya.
Peran Dosen dalam mengajarkan matakuliah ini adalah memberikan penjelasan-
penjelasan terkait dengan materi dan membimbing mahasiswa untuk mengerjakan soal
perhitungan. Pada akhir pertemuan dosen memberikan soal latihan untuk dikerjakan
secara mandiri oleh mahasiswa.

E. Capaian Pembelajaran
Mengerti sistem-sistem satuan dan dapat melakukan konversi dari sistem satuan
satu ke lainnya, mengerti jenis-jenis beban pada struktur dan dapat menentukan beban
perencanaan, dapat menghitung reaksi-reaksi pada struktur statis tertentu, dan
menguraikan gaya arah diagonal menjadi gaya dalam arah horizontal dan vertikal.
Mahasiswa diharapkan mampu untuk menghitung gaya lintang, gaya normal dan
momen untuk struktur balok sederhana, struktur dengan kantilever, portal tiga sendi dan
dapat menggambar diagram gaya lintang, momen dan gaya normal.

F. Bentuk Evaluasi/Umpan Balik Aktivitas Belajar


Evaluasi yang dilakukan oleh dosen untuk mengukur tingkat pemahaman
mahasiswa terhadap materi yang disampaikan dapat dilakukan dengan memberikan
soal-soal latihan, quiz, ujian tengah semester dan ujian akhir semester.

Ucapan terima kasih kami yang tak terhingga kepada Direktur Politeknik Negeri
Lhokseumawe dan Pusat Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (P4M)
yang telah mendukung penyediaan dana untuk pembuatan Buku Ajar ini. Demikian juga
ucapan terima kasih penulis kepada semua pihak yang turut membantu proses

v
penulisan Buku Ajar ini sampai selesai. Terima kasih yang teramat tulus terhadap
keluarga penulis yang telah banyak membantu dan memberi dorongan semangat.

Lhokseumawe, Juli 2022


Penyusun,

Syukri, S.T., M.T.


NIP. 19770603 200212 1 003

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN INSTITUSI ………………………………… i


HALAMAN PENGESAHAN REVIEWER ………………………………… ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iii
PRAKATA …………………………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... xii

BAB I GAYA DAN KESEIMBANGAN …………………………………. 1


a) Deskripsi Singkat …………………………………………….. 1
b) Relevansi …………………………………………………….. 1
c) Capaian Pembelajaran ………………………………………… 1
1.1 Pendahuluan ………………………………………..…………… 1
1.2 Gaya ……………………………..…………………………….. 3
1.2.1 Garis kerja gaya …………………………..…………… 5
1.2.2 Keseimbangan gaya ……………………..…………… 6
1.2.3 Sifat gaya ………………………………………………. 7
1.2.4 Resultan gaya …………………………..…………… 7
1.3 Momen ............………………………………………………. 13
1.4 Tumpuan ............………………………………………………. 16
1.5 Beban/Muatan .........…………………………………………… 18
1.6 Besaran dan Satuan ……………………………………………. 19
1.6.1 Konversi satuan ……………………………………… 21
1.7 Rangkuman …………………………………………………… 24
1.8 Tes Formatif …………………………………………………... 25

BAB II BALOK SEDERHANA ………………………..…………………. 26


a) Deskripsi Singkat …………………………………………….. 26
b) Relevansi …………………………………………………….. 26
c) Capaian Pembelajaran ………………………………………… 26
2.1 Pendahuluan ………………………………………..…………… 26

vii
2.2 Reaksi Tumpuan …………………………………..…………… 27
2.2.1 Reaksi tumpuan beban terpusat ……………………….. 27
2.2.2 Reaksi tumpuan beban terbagi rata …………………….. 33
2.3 Bidang Momen …..……………..…………………………….. 38
2.3.1 Kesepakatan tanda …………………………………….. 38
2.3.2 Penggambaran bidang momen …………………………. 39
2.4 Gaya Lintang ……….……………………………..…………… 44
2.4.1 Kesepakatan tanda …………………………………….. 44
2.4.2 Penggambaran bidang normal ……..…………………. 44
2.5 Gaya Normal …..………………………………………………. 46
2.5.1 Kesepakatan tanda …………………………………….. 46
2.5.2 Penggambaran bidang gaya lintang …………………. 46
2.6 Rangkuman …..……………………………………………….. 48
2.7 Tes Formatif ………………………………………………….. 48

BAB III KONSTRUKSI KANTILEVER ……………………………………. 49


a) Deskripsi Singkat …………………………………………….. 49
b) Relevansi …………………………………………………….. 49
c) Capaian Pembelajaran ………………………………………… 49
3.1 Pendahuluan ………………………………………..…………… 49
3.2 Kantilever Beban Terpusat …………………………………….. 50
3.3 Kantilever Beban Terbagi Rata ……………………………….. 53
3.4 Konstruksi Gabungan Balok Sederhana dan Kantilever ……… 57
3.5 Rangkuman ……………………………………………………. 60
3.6 Tes Formatif ………………………………………………….. 60

BAB IV BALOK GERBER …………………………………………………. 61


a) Deskripsi Singkat …………………………………………….. 61
b) Relevansi …………………………………………………….. 61
c) Capaian Pembelajaran ………………………………………… 61
4.1 Pendahuluan ………………………………………..…………… 61
4.2 Konstruksi Diatas Tiga Tumpuan ………………..…………… 62
4.2.1 Reaksi tumpuan ………………..……………………….. 63

viii
4.3 Konstruksi Diatas Empat Tumpuan Atau Lebih …..…………… 68
4.4 Rangkuman ……………………………………………………. 74
4.5 Tes Formatif ………………………………………………….. 74

BAB V GARIS PENGARUH …………………………………………. 76


a) Deskripsi Singkat …………………………………………….. 76
b) Relevansi …………………………………………………….. 76
c) Capaian Pembelajaran ………………………………………… 76
5.1 Pendahuluan ………………………………………..…………… 76
5.2 Garis Pengaruh Reaksi Tumpuan ………………..…………… 77
5.3 Garis Pengaruh Momen dan Gaya Lintang ….……………….. 80
5.4 Garis Pengaruh Momen dan Gaya Lintang Beban Terbagi Rata … 85
5.5 Momen Maksimum ……………..…………………………….. 87
5.6 Rangkuman ……………………………………………………. 91
5.7 Tes Formatif ………………………………………………….. 92

BAB VI PORTAL ………………….…………………………………………. 93


a) Deskripsi Singkat …………………………………………….. 93
b) Relevansi …………………………………………………….. 93
c) Capaian Pembelajaran ………………………………………… 93
6.1 Pendahuluan ………………………………………..…………… 93
6.2 Variasi Bentuk Portal ……………………………..…………… 94
6.3 Portal Kaki Tegak dan Sama Tinggi ………….……………….. 96
6.4 Portal Kaki Tegak dan Tidak Sama Tinggi ….……………….. 101
6.5 Gabungan Portal Dengan Balok Gerber ……………………..… 107
6.6 Rangkuman ……………………………………………………. 107
6.7 Tes Formatif ………………………………………………….. 108

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 109


GLOSARIUM ……………………………………………………………….. 110
INDEKS ………………………………………………………………………. 112
LAMPIRAN …………………………………………………………………. 114

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jembatan dan beban yang dilalui ..…………………………….. 3


Gambar 1.2 Karakteristik gaya …………..…………………………….….…. 4
Gambar 1.3 Gaya vertikal …………..…………………………….….…..…. 4
Gambar 1.4 Gaya horizontal ………..…………………………….….…..…. 5
Gambar 1.5 Gaya dan tumpuan ………………………………………….. 5
Gambar 1.6 Gaya aksi dan gaya reaksi …………………………………….. 6
Gambar 1.7 Pemindahan gaya ……………………………………………….. 7
Gambar 1.8 Resultan gaya …..…………………………………………….. 8
Gambar 1.9 Resultan gaya tegak lurus ……………………………………….. 9
Gambar 1.10 Resultan gaya yang membentuk sudut ………………………….. 11
Gambar 1.11 Gaya dan momen …………………………………………….. 13
Gambar 1.12 Ilustrasi kerja momen ……………………………………….. 14
Gambar 1.13 Tumpuan rol …………………………………………………….. 17
Gambar 1.14 Tumpuan sendi ………………………………………………….. 17
Gambar 1.15 Tumpuan jepit ………………………………………………….. 18
Gambar 1.16 Beban terpusat ………………………………………………….. 19
Gambar 1.17 Beban terbagi rata ……………………………………………….. 19
Gambar 2.1 Reaksi tumpuan balok sederhana dengan beban terpusat …….. 27
Gambar 2.2 Reaksi tumpuan beban terpusat lebih dari satu beban …………. 28
Gambar 2.3 Reaksi tumpuan beban terpusat salah satu miring …………….. 29
Gambar 2.4 Reaksi Tumpuan beban terbagi rata penuh …………………….. 33
Gambar 2.5 Pusat berat beban terbagi rata ………………………………….. 33
Gambar 2.6 Reaksi tumpuan beban terbagi rata sebagian ………………….. 35
Gambar 2.7 Penentuan momen positif dan momen negatif ………………….. 38
Gambar 2.8 Balok dan beban yang dipikul ………………………………….. 39
Gambar 2.9 Bidang momen beban terpusat ………………………………….. 40
Gambar 2.10 Penentuan bidang momen beban terbagi rata …………………… 40
Gambar 2.11 Bidang momen beban terbagi rata …………………………….. 42
Gambar 3.1 Konstruksi kantilever dengan beban terpusat ………………….. 50
Gambar 3.2 Bidang M dan bidang D …………………………………..……. 51

x
Gambar 3.3 Konstruksi kantilever dengan beban terbagi rata …………..……. 53
Gambar 3.4 Bidang momen dan bidang gaya lintang beban terbagi rata ……. 55
Gambar 4.1 Balok diatas tiga tumpuan dengan sendi tambahan …………..… 62
Gambar 4.2 Pelimpahan beban Rs ke konstruksi balok primer …………..… 63
Gambar 4.3 Penempatan sendi tambahan dan pelimpahan beban. ………….. 68
Gambar 5.1 Garis pengaruh reaksi tumpuan …………..…….…………..… 77
Gambar 5.2 Garis pengaruh momen dan gaya lintang …………..…….…… 80
Gambar 5.3 Garis pengaruh momen dan gaya lintang beban terbagi rata …… 85
Gambar 5.4 Beban roda dan resultan gaya …………..…….…………..……. 87
Gambar 5.5 Penentuan momen maksimum …………..…….…………..……. 88
Gambar 6.1 Konstruksi portal …………..…….…………..…….………….. 94
Gambar 6.2 Konstruksi portal tunggal …………..…….…………..…….… 95
Gambar 6.3 Gabungan konstruksi portal dengan balok gerber …………..… 95
Gambar 6.4 Portal kaki tegak …………..…….…………..…….………….. 95
Gambar 6.5 Portal kaki miring …………..…….…………..…….………….. 96
Gambar 6.6 Portal kaki tidak sama tinggi ..…….…………..…….………….. 101

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Satuan Turunan Yang Dinyatakan Dengan Satuan Dasar………….. 20


Tabel 1.2 Konversi Panjang ………………………………………………. 21
Tabel 1.3 Konversi Luas ……………………………………………………. 21
Tabel 1.4 Konversi Volume ……………………………………………… 21
Tabel 1.5 Konversi Tekanan ……………………………………………… 22
Tabel 1.6 Konversi Massa ………………………………………………… 22
Tabel 1.7 Konversi Gaya …………………………………………………… 22
Tabel 1.8 Perkalian Desimal SI ……………………………………………… 23
Tabel 1.9 Konversi Satuan SI dan Sistim Lama …………………………… 23

xii
BAB 1
GAYA DAN KESEIMBANGAN

a) Deskripsi Singkat
Bab ini menjelaskan tentang kategori struktur, beban/gaya, konsep
keseimbangan gaya, jenis-jenis tumpuan dan sistem satuan. Selain itu bab ini juga
membahas tentang perhitungan gaya resultan gaya dan momen. Penjebaran teori pada
bab ini juga diperkuat dengan contoh soal dan penelesaiannya. Pada akhir pertemuan
dilakukan test formatif untuk mengetahui daya serap dan pemahaman mahasiswa
terhadap materi yang diberikan.

b) Relevansi
Materi yang disajikan pada bab ini merupakan pengetahuan dasar yang harus
dikuasai oleh mahasiswa untuk menganalisa struktur statis tertentu.

c) Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan :


- Mahasiswa dapat menyebutkan maksud struktur statis tertentu dan struktur statis
tak tentu.
- Mahasiswa dapat menyebutkan pengertian gaya, macan jenis gaya, sifat gaya
serta dapat menghitung resultan gaya.
- Mahasiswa dapat menyebutkan syarat-syarat keseimbangan struktur.
- Mahasiswa dapat menyebutkan pengertian dari momen.
- Mahasiswa dapat menyebutkan jenis-jenis tumpuan dan menjelaskan karakter
dari masing-masing tumpuan tersebut.
- Mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam satuan.

1.1 Pendahuluan
Mekanika Rekayasa merupakan ilmu yang mempelajari tentang gaya-gaya yang
bekerja pada konstruksi dengan prinsip keseimbangan gaya dan perilaku struktur
terhadap beban yang bekerja padanya. Perilaku struktur tersebut umumnya mencakup
keseimbangan gaya, uraian gaya, gaya reaksi dan gaya internal yang ada pada struktur.

1
Dalam ilmu mekanika rekayasa terdapat dua kategori struktur yaitu struktur
statis tertentu dan struktur statis tak tentu. Struktur statis tertentu dan struktur statis tak
tentu berbeda pada jumlah reaksi perletakannya. Struktur statis tertentu hanya memiliki
3 buah reaksi perletakan, sedangkan struktur statis tak tentu jumlah reaksi perletakannya
lebih dari 3. Untuk menyelesaikan soal struktur statis tak tentu, biasanya struktur statis
tak tentu terlebih dahulu diubah menjadi struktur statis tertentu sehingga jumlah reaksi
perletakannya adalah 3. Bila jumlah reaksi perletakannya 3, maka penyelesaiannya akan
lebih mudah karena sudah merupakan struktur statis tentu. Dalam buku ini yang akan
dibahas hanya dibatasi pada penyelesaian struktur statis tertentu saja, untuk struktur
statis tak tentu akan dibahas pada buku lainnya.
Secara umum, sebuah konstruksi dirancang untuk mampu menahan gaya-gaya
yang bekerja serta harus kokoh sehingga tidak hancur dan rusak. Konstruksi dikatakan
kokoh apabila berada dalam keadaan stabil. Kestabilan sebuah konstruksi dapat dicapai
apabila penjumlahan gaya-gaya yang bekerja dalam arah vertikal dan horizontal sama
dengan nol, demikian juga halnya dengan momen-momen dimana penjumlahan momen
yang bekerja pada suatu titik buhul atau titik kumpul sama dengan nol.
Secara umum buku ini membahas tentang gaya lintang, gaya normal dan momen
yang bekerja masing-masing pada balok yang ditumpu oleh dua tumpuan, balok gerber
dan balok kantilever dengan berbagai cara penyelesaian termasuk penyelesaian dengan
garis pengaruh. Pada bagian akhir akan dibahas konstruksi portal yaitu konstruksi balok
yang ditumpu oleh tiang dibantu oleh sendi tambahan. Pada setiap bagian akan
diberikan contoh-contoh soal dan penyelesaiannya.
Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami oleh mahasiswa sebelum
mempelajari buku ini, diantaranya adalah :
1. Hukum Paralelogram.
Dua buah gaya yang bereaksi pada suatu partikel, dapat digantikan dengan satu
gaya (gaya resultan) yang diperoleh dengan menggambarkan diagonal jajaran
genjang dengan sisi kedua gaya tersebut. Prinsip ini dikenal dengan Hukum Jajaran
Genjang.
2. Hukum Transmisibilitas Gaya.
Kondisi keseimbangan atau gerak suatu benda tegar tidak akan berubah jika gaya
yang bereaksi pada suatu titik diganti dengan gaya lain yang sama besar dan

2
arahnya tapi bereaksi pada titik berbeda, asal masih dalam garis aksi yang sama.
Prinsip ini dikenal dengan Hukum Garis Gaya.
3. Hukum I Newton.
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel sama dengan nol (tidak ada
gaya), maka partikel diam akan tetap diam dan atau partikel bergerak akan tetap
bergerak dengan kecepatan konstan. Dikenal dengan Hukum Kelembaman.
4. Hukum III Newton.
Gaya aksi dan reaksi antara benda yang berhubungan mempunyai besar dan garis
aksi yang sama, tetapi arahnya berlawanan. Dengan kata lain Aksi = Reaksi.

1.2 Gaya
Gaya serta sifat-sifatnya perlu dipahami dalam ilmu Mekanika Rekayasa karena
dalam ilmu ini, mayoritas membicarakan tentang gaya. Sedangkan Mekanika Rekayasa
merupakan mata kuliah dasar keahlian yang perlu dimengerti oleh semua mahasiswa
Teknik Sipil. Sehingga, dengan memahami sifat-sifat gaya, mahasiswa akan lebih
mudah memahami permasalahan yang terjadi pada pelajaran Mekanika Rekayasa.
Misalnya pada suatu jembatan, kendaraan yang lewat adalah suatu beban luar yang
ditampilkan dalam bentuk gaya. Contoh : Suatu kendaraan yang terletak diatas
jembatan, beban roda kendaraan tersebut merupakan suatu beban atau gaya.

struktur jembatan
gaya

Gambar 1.1 Jembatan dan Beban Yang Dilalui

Sebagai sebuah vektor, gaya mempunyai tiga karakteristik, yaitu besarnya, arahnya dan
juga titik/lokasi bekerjanya yang biasanya direpresentasikan garis bertanda panah
seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Titik aplikasi bisa direpresentasikan oleh
pangkal atau ujung/kepala dari gambar anak panah.

3
Titik Aplikasi Gaya

Besar Gaya F

Sudut / Arah Gaya

Titik Aplikasi Gaya

Gambar 1.2 Karakteristik Gaya

Artinya jika satu atau lebih dari tiga karakteristik ini dirubah, maka efeknya terhadap
objek yang dikenakan gaya tersebut akan berubah juga. Besarnya gaya jelas
pengaruhnya. Sebagai contoh, kalau kita berusaha mendorong mobil yang relative besar
sendirian, kemungkinan besar mobil tidak bergerak karena gaya yang kita berikan ke
mobil tidak cukup besar. Tetapi jika kita minta bantuan dua orang lagi untuk membantu
mendorong mobil, maka besar kemungkinan mobil bisa didorong oleh tiga orang
tersebut karena gaya yang ditimbulkan oleh ketiga orang tersebut lebih besar
dibandingkan dengan gaya yang dihasilkan oleh satu orang. Arah dari gaya jelas
mempunyai efek terhadap benda yang dikenai gaya tersebut seperti terlihat pada gambar
dibawah ini dimana sebuah gaya diaplikasikan terhadap sebuah peti dalam dua arah
berbeda, horisontal dan vertikal. Walaupun kedua gaya tersebut mempunyai besar dan
titik aplikasi yang sama, akan tetapi reaksi peti tersebut terhadap gaya horisontal akan
berbeda jika dibandingkan dengan reaksi terhadap gaya vertikal.

Gambar 1.3 Gaya Vertikal

4
F

Gambar 1.4 Gaya Horizontal

Sedangkan titik aplikasi bisa di gambarkan sebagai berikut dimana sebuah jembatan
sederhana yang didukung oleh tumpuan kiri dan tumpuan kanan. Jika gaya yang bekerja
posisinya dekat dengan tumpuan yang sebelah kiri (gaya direpresentasikan oleh garis
penuh) maka kita dapat merasakan bahwa tumpuan yang kiri akan menerima gaya yang
lebih besar dari tumpuan yang sebelah kanan. Sebaliknya jika gaya yang bekerja
dekat dengan tumpuan yang sebelah kanan (gaya direpresentasikan oleh garis putus-
putus) maka tumpuan sebelah kanan yang akan menerima gaya yang lebih besar. Disini
terlihat bagaimana merubah titik aplikasi dari gaya merubah reaksi yang terjadi dari
sistem struktur.

Gambar 1.5 Gaya dan Tumpuan

1.2.1 Garis Kerja Gaya


Gaya merupakan kekuatan yang dapat membuat benda yang dalam keadaan
diam menjadi bergerak. Gaya biasanya dilambangkan sebagai besaran yang mempunyai

5
arah dan digambarkan seperti vektor. Gaya bekerja sepanjang bidang/jejak yang
dilaluinya dan disebut dengan garis kerja gaya. Titik tangkap gaya adalah titik awal
bermulanya gaya tersebut. Titik tangkap dari sebuah gaya dapat dipindahkan sepanjang
garis kerja gaya.
Apabila pada sebuah benda dikerjakan sebuah gaya baik diangkat, ditarik atau
didorong maka akan ada perlawanan terhadap gaya tersebut dan gaya perlawanan
tersebut disebut dengan Reaksi. Besarnya reaksi sama dengan besarnya gaya yang
dikerjakan (aksi).

Garis kerja gaya


A B
Aksi

Reaksi

Gambar 1.6 Gaya Aksi dan Gaya Reaksi

Dari Gambar 1.6 dapat disimpulkan bahwa sebuah benda yang mula-mulanya
pada posisi A diberi gaya aksi yang mengakibatkan benda berpindah tempat ke posisi B,
hal ini terjadi karena gaya aksi lebih besar dari gaya reaksi. Apabila gaya reaksi sama
dengan gaya aksi maka benda akan tetap dalam keadaan diam. Gaya reaksi ditimbulkan
dari gaya gesekan antara berat benda dengan lantai tempat benda tersebut berada.

1.2.2 Keseimbangan Gaya


Konsep dasar dari statika adalah kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja pada
suatu struktur. Artinya semua gaya-gaya yang bekerja pada suatu struktur adalah dalam
keadaan setimbang, baik struktur itu ditinjau secara keseluruhan maupun sebagian. Jadi
hukum Newton ketiga, yaitu jika ada aksi maka akan diimbangi oleh reaksi. Artinya
jumlah gaya-gaya yang bekerja adalah nol. Keseimbangan gaya-gaya dalam arah
vertikal dan horizontal dan keseimbangan momen pada tumpuan dapat dinyatakan
sebagai berikut :
 V = 0 .................................................... (1.1)
 H = 0 .................................................... (1.2)
 M = 0 .................................................... (1.3)

6
Keterangan:
V = Gaya-gaya dalam sumbu vertikal
H = Gaya-gaya dalam sumbu horizontal
M = Momen

Ketiga persamaan tersebut diatas merupakan syarat dari keseimbangan dari


suatu konstruksi. Dapat dinyatakan bahwa jumlah aljabar gaya-gaya pada arah vertikal
haruslah sama dengan nol (persamaan 1.1), jumlah aljabar gaya-gaya dalam arah
horizontal haruslah sama dengan nol (persamaan 1.2) dan jumlah momen pada titik
tumpuan haruslah sama dengan nol (persamaan 1.3). Dengan demikian terdapat 3
variabel yang akan diselesaikan dengan 3 buah persamaan. Secara matematis variabel
tesebut dapat diselesaikan dengan cara persamaan linear.

1.2.3 Sifat Gaya


Gaya dan titik tangkap gaya dapat bisa dipindah-pindahkan selama masih dalam
daerah garis kerja gaya. Contoh dalam gambar F dan P adalah merupakan gaya.

Garis kerja gaya

Posisi gaya F lama Posisi gaya F baru

(a)

Garis kerja gaya


Posisi gaya P lama

Posisi gaya P baru


(b)

Gambar 1.7 Pemindahan Gaya

1.2.4 Resultan Gaya


Apabila ada dua buah gaya atau lebih yang bekerja pada sebuah benda maka
dapat dilakukan penggabungan gaya-gaya tersebut yang disebut dengan Resultant Gaya

7
(R). Jika gaya-gaya yang bekerja searah maka resultantenya adalah penjumlahan dari
gaya-gaya tersebut dan jika gaya-gaya yang bekerja berlawanan arah maka resultannya
adalah pengurangan dari gaya-gaya tersebut atau secara matematis dinyatakan dengan
jumlah aljabar dengan pengertian besaran mutlak dari gaya tersebut dijumlahkan antara
yang bertanda positif dengan yang bertanda negatif dan arah gaya resultan tergantung
dari arah gaya yang mempunyai besaran mutak yang lebih besar.

Contoh 1.1
Pada sebuah benda (seperti diperlihatkan Gambar 1.8) bekerja gaya P1= 2,5 ton dan P2
= 4 ton. Apabila gaya P1 bekerja ke arah kanan dan P2 bekerja ke arah kanan juga
(Gambar 1.8.a) tentukan besarnya gaya resultan dan arahnya. Apabila gaya P1 bekerja
ke arah kiri dan P2 bekerja ke arah kanan (Gambar 1.8.b) tentukan besarnya gaya
resultan dan arahmya.

P1 P2 P1 P2

(a) (b)

Gambar 1.8 Resultan Gaya

Penyelesaian :
Pada kondisi 1 (Gambar 1.8.a) gaya P1 bekerja arahnya ke kanan sebesar 2,5 ton dan P2
arahnya ke kanan juga sebesar 4 ton. Apabila arah ke kiri dinyatakan negatif (-) dan
arah ke kanan dinyatakan positif (+) maka beasarnya resultan gaya dan arahnya adalah :
R = P1 + P2
= 2,5 ton + 4 ton
= 6,5 ton
(karena nilai yang diperoleh adalah positif, maka arah resultan gaya adalah
ke kanan)

8
Dengan cara yang sama, resultan gaya untuk kondisi seperti pada Gambar 1.8.b
adalah :
R = - P1 + P2
= - 2,5 ton + 4 ton
= 1,5 ton
(Karena nilai yang diperoleh adalah positif, maka arah resultan gaya adalah
ke kanan)

Apabila pada seuatu benda bekerja dua buah gaya yang saling tegak lurus maka
penggabungan gaya-gaya tersebut (resultan gaya R) dapat dilakukan dengan
membentuk empat persegi dari kedua gaya tersebut dan besarnya resultan sebesar
diagonal dari empat persegi tersebut atau jumlah kuadrat dari akar gaya-gaya tersebut.
R
P1



P2
Gambar 1.9 Resultante Gaya Tegak Lurus

Dari Gambar 1.9 dapat dilihat bhwa gaya P1 tegak lurus dengan gaya P2,
penggabungan dari kedua gaya tersebut diperoleh resultan sebesar :

R = …………………....…………… (1.4)

Keterangan:
R = Resultan gaya
P1 = Gaya vertikal
P2 = Gaya horizontal

Arah gaya yang bekerja adalah membentuk sudut sebesar  terhadap sumbu x
yaitu sebesar :

9
tg = …………………....…………… (1.5)

Keterangan:
 = Sudut kemiringan resultan gaya
P1 = Gaya vertikal
P2 = Gaya horizontal

Contoh 1.2
Pada sebuah benda bekerja dua buah gaya saling tegak lurus di mana P1= 3 ton dan P2
= 4 ton. Apabila gaya P1 bekerja ke arah atas dan P2 bekerja ke arah kanan tentukan
besarnya gaya resultan dan arahnya.

Penyelesaian :
P1 arah ke atas sebesar 3 ton dan P2 arah ke kanan sebesar 4 ton, maka besarnya gaya
Resultante dan arahnya adalah :
R =

= 5 ton

Arah resultan gaya adalah :


tg=

  = arc.tg

  = 36.87o

Untuk 2 buah gaya yang bekerja membentuk sudut dengan bidang datar maka
penggabungan dari kedua gaya tersebut dilakukan dengan melukiskan jajaran genjang
dan resultan gaya tersebut adalah diagonal dari jajaran genjang tersebut seperti
diperlihatkan pada Gambar 1.10 berikut.

10
Y
Px R

P1
P1y

Py

P2
P2y

X
P1x P2x

Gambar 1.10 Resultante Gaya Yang Membentuk Sudut

Gaya P1 diproyeksikan ke sumbu x dan sumbu y menjadi P1x dan P1y. Begitu juga
halnya dengan gaya P2 diproyeksikan ke sumbu x dan sumbu y menjadi P2 x dan P2 y,
sehingga :

Px = P1x + P2x …………………....…………… (1.6)

Py = P1y + P2y …………………....…………… (1.7)

Resultan gaya tersebut adalah sebesar :

R = …………………....…………… (1.8)

Keterangan:
R = Resultan gaya
Px = Jumlah gaya dalam arah sumbu x
Py = Jumlah gaya dalam arah sumbu y

Besar sudut resultan gaya terhadap bidang datar x menjadi :

tg = …………………....…………… (1.9)

11
Keterangan:
 = Sudut kemiringan resultan gaya
Px = Jumlah gaya dalam arah sumbu X
Py = Jumlah gaya dalam arah sumbu Y

Contoh 1.3
Pada sebuah benda bekerja dua buah gaya yaitu gaya P1 = 2,25 ton yang membentuk
sudut 55° dengan bidang datar sumbu x dan gaya P2 = 3,75 ton yang membentuk sudut
25° dengan bidang datar sumbu x. Tentukan besar resultan gaya dan besar sudut
resultan gaya terhadap sumbu x.

Penyelesaian :
P1 sebesar 2,25 ton membentuk sudut 55° dan P2 sebesar 3,75 ton membentuk sudut
25°, maka proyeksi P1 dan P2 adalah sebagai berikut :
P1x = P1.cos  P1y = P1.sin 
= 2,25.cos 55° = 2,25.sin 55°
= 1,291 ton = 1,843 ton

P2x = P2.cos  P2y = P2.sin 


= 3,75.cos 25° = 3,75.sin 25°
= 3,399 ton = 1,585 ton

Sehingga :
Px = P1x + P2x = 1,291 + 3,399 = 4,690 ton
Py = P1y + P2y = 1,843 + 1,585 = 3,428 ton

Resultante Gaya tersebut menjadi :

R =

= 5,809 ton

Besar sudut resultan gaya terhadap bidang datar x menjadi :


tg =

12
=

= 0,731
Sehingga :
 = arc.tan 0,731
= 36,168°

1.3 Momen

Momen terjadi apabila sebuah gaya bekerja mempunyai jarak tertentu dari titik
yang akan menahan momen tersebut dan besarnya momen tersebut adalah besarnya
gaya dikalikan dengan jaraknya. Momen akan bernilai positif apabila arah putarannya
berputar searah jarum jam, sedangkan untuk arah putaran yang berlawanan dengan arah
putaran jarum akan bernilai negatif.

A B A B
L L P
(a) (b)

Gambar 1.11 Gaya dan Momen

Perhatikan Gambar 1.11(a), dapat dijelaskan bahwa apabila gaya sebesar P


bekerja pada titik B, maka akan timbul momen di titik A sebesar :
MA = P . L (+) ..................................................... (1.10)
dan momen yang timbul pada titik B sebesar :
MB = 0 ..................................................... (1.11)
Momen pada titik A bernilai positif karena arah putaran gaya P terhadap titik A
adalah searah dengan arah putaran jarum jam. Momen pada titik B adalah nol sebab
tidak ada jarak antara posisi gaya P dengan titik B.
Sekarang perhatikan Gambar 1.11(b), akibat gaya sebesar P yang bekerja pada
titik B, maka akan timbul momen di titik A sebesar :
MA = P . L (-) ..................................................... (1.12)

13
dan momen yang timbul pada titik B sebesar :
MB = 0 ..................................................... (1.13)

Momen pada titik A bernilai negatif karena arah putaran gaya P terhadap titik A
bergerak berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam. Momen pada titik B adalah
nol sebab tidak ada jarak antara posisi gaya P dengan titik B.
Dalam bentuk skalar, besarnya momen adalah gaya dikali lengan momen yang
merupakan jarak tegak lurus antara titik yang ditinjau dan garis kerja gayanya. Gambar
berikut mengilustrasikan sebuah moment.

Gambar 1.12 Ilustrasi Kerja Momen

Jadi besarnya momen tergantung pada dua faktor, yaitu lengan momen dan gaya
yang bekerja. Jika gaya yang bekerja besarnya tetap, maka besarnya momen akan
berbanding lurus dengan lengan momen. Lengan momen besar, maka momen yang
dihasilkan juga besar dan sebaliknya. Lengan momen adalah jarak tegak lurus antara
gaya yang bekerja dengan titik tinjauan.
Jarak gaya terhadap titik momen yang ditinjau sangat besar pengaruhnya
terhadap besarnya momen yang timbul. Hal ini dapat diilustrasikan pada keadaan
apabila kita ingin membuka ban mobil yang bocor maka kita akan mengunakan kunci
roda. Pada saat kita membuka baut (mur) ban mobil tersebut pasti terasa berat maka kita
akan menambahkan besi bulat yang bisa dimasukkan kekunci roda tersebut sehingga
jarak tangan kita pada saat menekan kunci roda tersebut menjadi lebih jauh sehingga

14
untuk membuka ban mobil tadi akan semakin ringan, hal ini terjadi disebabkan karena
jarak antara gaya yang diberikan dengan baut ban mobil menjadi semakin besar
sehingga momen yang ditimbulkan juga akan semakin besar meskipun gaya yang
diberikan tetap sama. Dari ilustrasi di atas dapat dinyatakan bahwa jarak dari gaya yang
bekerja terhadap titik momennya sangat mempengaruhi besarnya momen.

Contoh 1.4
Diketahui konstruksi seperti tergambar, hitunglah momen yang terjadi pada titik A dan
titik B akibat beban P yang bekerja.
P=2t

A B
4m 2m

Penyelesaian :
Untuk titik A, arah putaran gaya P yang bekerja ditinjau dari titik A adalah searah
putaran jarum jam, sehingga nilai untuk momen di titik A adalah positif, maka :
MA = + P.L
=+2t.4m
= 6 t.m (+)

Untuk titik B, arah putaran gaya P yang bekerja ditinjau dari titik B adalah berlawanan
arah putaran jarum jam, sehingga nilai untuk momen di titik B adalah negatif, maka :
MB = - P.L
=-2t.2m
= 4 t.m (-)

Contoh 1.5
Diketahui konstruksi seperti tergambar, hitunglah momen yang terjadi pada titik A dan
titik B akibat beban q yang bekerja.
3 t/m'

A B
5m

15
Penyelesaian :
Sebelum menghitung momen yang terjadi, terlebih dahulu beban terbagi rata q diubah
menjadi beban terpusat Q. Karena beban terbagi rata q terbebani sepanjang bentang,
maka letak beban terpusat Q berada pada tengah-tengah bentang, sehingga
pembebanannya dapat dilihat pada gambar berikut :

A B
Q
2,5 m 2,5 m

Besarnya beban Q yang bekerja adalah :


Q = q.L
= 3 t/m' . 5 m
= 15 ton
Perhitungan momen :
Untuk titik A, arah putaran gaya Q yang bekerja ditinjau dari titik A adalah searah
putaran jarum jam, sehingga nilai untuk momen di titik A adalah positif, maka :
MA = + Q.L
= + 15 t . 2,5 m
= 37,5 t.m (+)

Untuk titik B, arah putaran gaya Q yang bekerja ditinjau dari titik B adalah berlawanan
arah putaran jarum jam, sehingga nilai untuk momen di titik B adalah negatif, maka :
MB = - Q.L
= - 15 t . 2,5 m
= 37,5 t.m (-)

1.4 Tumpuan

Tumpuan merupakan tempat perletakan konstruksi atau dukungan bagi


konstruksi dalam meneruskan gaya-gaya yang bekerja ke pondasi. Dalam ilmu
mekanika rekayasa dikenal 3 jenis tumpuan yaitu tumpuan rol, tumpuan sendi dan
tumpuan jepit.

16
a. Tumpuan Rol

Tumpuan rol adalah tumpuan yang dan dapat bergeser ke arah horizontal
sehingga tumpuan ini tidak dapat menahan gaya horizontal. Selain itu tumpuan rol juga
dapat berputar sehingga tumpuan rol dan tidak dapat menahan momen. Pada tumpuan
rol terdapat roda yang dapat bergeser yang gunanya untuk mengakomodir pemuaian
pada konstruksi sehingga honstruksi tidak rusak.Tumpuan rol hanya mampu
memberikan reaksi arah vertikal artinya tumpuan rol hanya dapat menahan gaya vertikal
saja sehingga hanya terdapat 1 buah variabel yang akan diselesaikan (RV). Tumpuan
Rol seperti diperlihatkan pada Gambar 1.13.

RV

Gambar 1.13 Tumpuan Rol


b. Tumpuan Sendi
Tumpuan sendi sering disebut dengan engsel karena cara bekerja mirip dengan
cara kerja engsel. Tumpuan sendi mampu memberikan reaksi arah vertikal dan reaksi
horizontal artinya tumpuan sendi dapat menahan gaya vertikal dan gaya
horizontal atau terdapat 2 buah variabel yang akan diselesaikan (RV dan RH). Tumpuan
sendi ini bisa berputar sehingga tidak dapat menahan momen. Tumpuan Sendi seperti
diperlihatkan pada Gambar 1.14.

RV

RH

Gambar 1.14 Tumpuan Sendi

17
c. Tumpuan Jepit
Tumpuan Jepit berupa balok yang terjepit pada tiang (kolom) seperti
diperlihatkan pada Gambar 1.15 di mana pada tumpuan ini mampu memberikan reaksi
terhadap gaya vertikal, gaya horizontal bahkan mampu memberikan reaksi terhadap
putaran momen. Sehingga pada tumpuan jepit terdapat 3 buah variabel yang akan
diselesaikan (RV dan RH dan M).

RV

RH

Gambar 1.15 Tumpuan Jepit

1.5 Beban/Muatan
Muatan atau beban yang bekerja pada suatu struktur dapat berupa beban hidup
manusia, beban kendaraan, beban angin, beban gempa, beban hidrolis air, beban aktif
tanah dan lain-lain. Beban yang bekerja pada struktur secara umum dibagi menjadi dua
yaitu muatan tetap dan muatan sementara. Beban tetap bekerja sepanjang umur struktur,
beban ini juga dikenal sebagai beban mati atau berat mati struktur. Sebagai contoh berat
mati struktur dari beton 2400 kN/m3, berat mati struktur baja 7200 kN/m3, berat mati
struktur kayu 960 kN/m3, berat tegel di atas lantai 75 kN/m2. Beban sementara adalah
beban yang bekerja tidak tetap pada strukur, beban ini juga dikenal sebagai beban tidak
tetap (beban hidup) seperti beban gempa, angin, kendaraan, orang dan lain-lain.
Beban merupakan aksi/gaya yang mengenai struktur. Beban dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis berdasarkan cara bekerja dari beban tersebut.
1) Beban titik/beban terpusat adalah beban yang mengenai struktur hanya pada satu
titik tertentu secara terpusat. Notasi untuk beban terpusat adalah P. Sedangkan
satuan untuk beban terpusat adalah kg, ton, Newton, Pa dan lain sebagainya.

18
P P1 P2 P3

Gambar 1.16 Beban Terpusat

2) Beban terdistribusi merata/terbagi rata adalah beban yang mengenai struktur tidak
terpusat tetapi terdistribusi baik kearah memanjang maupun ke arah luas, baik
terdistribusi merata ataupun tidak merata. Sebagai contoh beban angin, air dan
tekanan.

q t/m'

Gambar 1.17 Beban Terbagi Rata

3) Beban momen dapat berupa adanya beban titik pada konstruksi menimbulkan
momen atau momen yang memang diterima oleh konstruksi seperti momen puntir
(torsi).

1.6 Besaran dan Satuan


Besaran adalah gambaran secara kuantitatif (ukuran) dari benda, proses atau
suatu keadaan, contohnya : massa, panjang, tekanan, tegangan, kecepatan, dan
sebagainya. Dalam suatu pengukuran nilai suatu besaran adalah harga ukuran itu.
Besaran dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Besaran vektor : yaitu besaran yang mempunyai besar (nilai) dan arah, seperti:
gaya, kecepatan, dan sebagainya.

19
b. Besaran skalar : yaitu besaran yang hanya mempunyai besar tetapi tidak punya
arah, contohnya : massa, panjang, waktu, suhu, dan sebagainya.
Satuan adalah cara mengungkapkan suatu ukuran dengan menggunakan
bilangan. Ada tiga macam sistim satuan yaitu :
a. British Gravitational System (BGS)
b. Metric System (MKSA)
c. System International D’ Unites (SI)
Sistim Satuan International (SI) adalah suatu sistim yang telah diolah dan
dikembangkan oleh komisi teknik dan ISO (International Organization for
standardization). Standar satuan ini tercantum dalam International Standard ISO R31.
Ada tiga macam kategori satuan yaitu :
a. satuan dasar
b. satuan tambahan
c. satuan turunan
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, dihitung, memiliki nilai dan
satuan. Besaran menyatakan sifat dari benda. Sifat ini dinyatakan dalam angka melalui
hasil pengukuran. Satuan juga menunjukkan bahwa setiap besaran diukur dengan cara
berbeda. Mengukur sebenarnya adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan
besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan.
Contoh : panjang balok adalah 2 meter. Panjang adalah besaran, 2 disini menyatakan
nilai ukuran (nilai besaran), dan meter adalah satuan.

Tabel 1.1 Satuan Turunan Yang Dinyatakan Dengan Satuan Dasar.

Besaran Nama Lambang


Luas Meter persegi m2
Volume (isi) Meter kubik m3
kecepatan Meter per detik m/s
percepatan Meter per detik kuadrat m/s2
Massa jenis, density Kilogram per meter kubik Kg/m3
Volume spesifik Meter kubik per kilogram m3/kg

Sumber : Mekanika Teknik Semester I.

20
1.6.1 Konversi Satuan
Untuk memudahkan memahami konversi dari masing-masing satuan dapat dilihat
langsung pada table dibawah ini.
Tabel 1.2 Konversi Panjang

cm m km in ft mil
-2 -5
1 centimeter 1 10 10 0,3937 32,81x10-3 6,214x10-6
1 meter 100 1 10-3 39,3 3,931 6,214x10-4
1 kilometer 105 1000 1 39370 3,231 0,6214
-3 -6 -3
1 inchi 2,540 25,4x10 25,4x10 1 88,33x10 15,79x10-6
1 feet 30,48 0,3048 0,3048x10-3 12 1 0,1894x10-3
1 mill 160,9x103 1609 1,609 63,36x 103 5280 1

1 yard = 3 ft = 36 in
Sumber : Mekanika Teknik Semester I.

Tabel 1.3 Konversi Luas


m2 cm2 ft2 in2
1 meter persegi 1 104 10,76 1550
1 centimeter persegi 10-4 1 1,076x10-3 0,1550
1 foot persegi 92,9x10-3 929 1 144
1 inchi persegi 0,6452x10-3 6,452 6,944x10-3 1

Sumber : Mekanika Teknik Semester I.

Tabel 1.4 Konversi Volume


m3 cm3 l in3
1 meter kubik 1 106 1000 61,02x103
1 centimeter kubik 10-6 1 10-3 61,02x10-3
1 liter 10-3 1000 1 61,02
1 inchi kubik 16,39x10-6 16,39 16,39x10-3 1

Sumber : Mekanika Teknik Semester I.

21
Tabel 1.5 Konversi Tekanan
atm dyne/cm2 cm Hg Pa lb/in2
1 atmosfer 1 1,013 76 101,3x103 14770
2 -9 -6
1 dyne/cm 936,9x10 1 75,01x10 0,1 14,5x10-6
1 cm air raksa 13,16x10-3 13330 1 1333 0,1934
-6 -6
1 pascal (1 Pa) 9,869x10 10 750,1x10 1 145x10-6
1 lb/in2 = 1 psi 68,0 x10-3 68950 5,171 6895 1

Sumber : Mekanika Teknik Semester I.

Tabel 1.6 Konversi Massa


g kg slug oz Lb
-3 -6 -3
1 gram 1 10 68,52x10 35,27x10 2,205x10-3
1 kilogram 1000 1 68,52x10-3 35,27 2,205
1 slug 14,59x103 14,59 1 514,8 32,17
1 once 28,35 28,35x10-3 1,943x10-3 1 62,5x10-3
1 pounce 453,6 0,4536 31,08x10-3 16 1

Sumber : Mekanika Teknik Semester I.

Tabel 1.7 Konversi Gaya


dyne N lb pdl gf
-5 -6
1 dyne 1 10 72,33x10 1,02x10-3
1 newton 105 1 7,233 102
1 pound 4,448x103 4,448 1 32,17 543,6
1 poundal 13830 0,1383 1 14,10
1 gram gaya 980,7 9,807x10-3 70,93x10-3 1

Sumber : Mekanika Teknik Semester I.

22
Tabel 1.8 Perkalian Desimal SI
Faktor Singkatan Simbol
Perkalian
1012 Tera T
109 Giga G
106 Mega M
103 kilo K
102 hecto H
101 deca Da
10-1 deci Di
10-2 centi c
10-3 mili m
10-6 mikro
10-9 nano n
10-12 pico p

Sumber : Mekanika Teknik Semester I.

Konversi (pengubahan) satuan harus dilakukan terutama akibat masih banyak


dipakai “sistem satuan lama” pada buku-buku rujukan tertentu. Berikut dapat dilihat
hubunganantara Satuan SI dan “sistem satuan lama”.
Tabel 1.9 Konversi Satuan SI dan Sistim Lama
Besaran Satuan “lama” Satuan SI
Gaya 1 kgf 10 N
1 tf 10 kN
Gaya per satuan panjang 1 kgf/m 10 N/m
1 tf/m 10 kN/m
Gaya per satuan luaspenampang 1 kgf/m2 10 N/m2
1 tf/m2 10 kN/m2
1 kgf/cm2 0,1 N/mm2
Gaya per satuan volume (isi) 1 kgf/m3 10 N/m3
1 tf/m3 10 kN/m3
1 tf/cm3 0,01 MN/m3
Momen dari gaya 1 kgf.m 10 N.m
1 tf.m 10 kN.m
Keterangan: f adalah singkatan dari force (gaya)
Sumber : Mekanika Teknik Semester I.

23
1.7 Rangkuman
1. Struktur statis tertentu adalah suatu struktur yang memiliki jumlah reaksi
tumpuan sebanyak tiga buah, sehingga besarnya reaksi tersebut dapat
diselesaikan dengan menggunakan persamaan keseimbangan.
2. Gaya adalah besarnya beban yang bekerja pada suatu konstruksi.
3. Garis kerja gaya adalah bidang/jejak yang dilalui oleh sebuah gaya.
4. Gaya mempunyai tiga karakteristik, yaitu besarnya, arahnya dan juga
titik/lokasi bekerjanya yang biasanya direpresentasikan garis bertanda panah
seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Titik aplikasi bisa direpresentasikan
oleh pangkal atau ujung/kepala dari gambar anak panah.
5. Syarat-syarat keseimbangan :
V = 0
H = 0 
M = 0
6. Momen adalah hasil perkalian antara gaya dengan jarak. Momen akan bernilai
positif apabila arah putarannya berputar searah jarum jam, sedangkan untuk
arah putaran yang berlawanan dengan arah putaran jarum akan bernilai negatif.

7. Ada tiga jenis tumpuan yaitu :


- Tumpuan rol : hanya mampu memikul beban vertikal
- Tumpuan sendi : mampu memikul beban vertikal dan beban horizontal
- Tumpuan jepit : mampu memikul beban vertikal, beban horizontal dan
momen.
8. Besaran adalah gambaran secara kuantitatif (ukuran) dari benda, proses atau
suatu keadaan. Ada dua macam besaran yaitu : Besaran Vektor (besaran yang
mempunyai besar (nilai) dan arah, seperti gaya, kecepatan, dan sebagainya),
serta Besaran Skalar (besaran yang hanya mempunyai besar tapi tidak punya
arah, contohnya : massa, panjang, waktu, suhu, dan sebagainya).
9. Satuan adalah cara mengungkapkan suatu ukuran dengan menggunakan
bilangan. Ada tiga macam sistim satuan yaitu : British Gravitational system
(BGS),Metric system (MKSA), dan System International Des Unites (SI).

24
1.8 Tes Formatif
1. Jelaskan tentang Mekanika Rekayasa
2. Jelaskan maksud struktur statis tertentu dan struktur statis tak tentu
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gaya
4. Apa yang dimaksud dengan resultan gaya
5. Sebutkan syarat-syarat keseimbangan struktur
6. Apa yang dimaksud dengan momen
7. Sebutkan jenis-jenis tumpuan dan jelaskan
8. Apabila diketahui besarnya gaya yang bekerja adalah 10 ton, konversikan gaya
tersebut dalam satuan kN.

25
BAB II
BALOK SEDERHANA

a) Deskripsi Singkat
Bab ini menjelaskan tentang analisa dari balok sederhana berupa reaksi tumpuan,
momen, gaya lintang, dan gaya normal. Bab ini juga membahas tentang perhitungan
sekaligus penggambaran bidang momen (M), bidang gaya lintang (D) dan bidang gaya
normal (N). Penjabaran teori pada bab ini juga diperkuat dengan contoh soal dan
penyelesaiannya. Pada akhir pertemuan dilakukan tes formatif untuk mengetahui daya
serap dan pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diberikan.

b) Relevansi
Materi yang disajikan pada bab ini merupakan lanjutan dari materi sebelumnya.
Mahasiswa diwajibkan untuk memahami materi pada bab I sebelum melanjutkan untuk
mempelajari materi pada bab ini.

c) Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan :


- Mahasiswa dapat menyebutkan definisi dari balok sederhana.
- Mahasiswa dapat menghitung reaksi tumpuan akibat beban terpusat dan/atau
beban terbagi rata.
- Mahasiswa dapat menghitung momen.
- Mahasiswa mampu menggambarkan bidang momen, bidang gaya lintang dan
bidang normal.

2.1 Pendahuluan
Balok sederhana merupakan balok yang ditumpu diatas dua tumpuan. Semua
beban yang berada diatas balok sederhana sepenuhnya dipikul oleh balok dan selanjutnya
akan diteruskan ke tumpuan. Tumpuan merupakan tempat perletakan balok yang akan
meneruskan gaya-gaya tersebut ke pondasi. Tumpuan yang menyangga balok sederhana
adalah tumpuan sendi dan tumpuan rol.

26
2.2 Reaksi Tumpuan
Reaksi tumpuan /reaksi perletakan merupakan sebuah gaya yang timbul akibat
adanya aksi yang bekerja. Balok sederhana dengan tumpuan sendi dan rol memiliki tiga
buah reaksi tumpuan. Dengan menggunakan tiga buah persamaan yang ada pada syarat
keseimbangan, maka besarnya reaksi tumpuan tersebut dapat dihitung.

2.2.1 Reaksi tumpuan beban terpusat


Balok sederhana dengan panjang bentang L seperti diperlihatkan pada Gambar
2.1 dibebani dengan beban terpusat sebesar P dengan jarak x dari titik A, reaksi
tumpuannya dapat dihitung sebagai berikut :
P

A B

x L-x
RA
RB

Gambar 2.1 Reaksi tumpuan balok sederhana dengan beban terpusat

MB = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik B, sehingga :


RA . L - P . (L - x) = 0
RA . L = P . (L - x)
𝑃 .(𝐿−𝑥)
RA =
𝐿
𝑃.𝐿 𝑃.𝑥
RA = −
𝐿 𝐿
𝑃.𝑥
RA =P− ...................................................... 2.1
𝐿
di mana :
RA = Reaksi tumpuan pada titik A
P = Beban terpusat yang bekerja pada balok AB
x = Jarak beban P dari titik A
L = Panjang bentang balok AB

27
MA = 0semua gaya distatismomenkan ke titik A, sehingga :
-RB . L + P . x = 0
RB . L = P . x
𝑃.𝑥
RB = ...................................................... 2.2
𝐿

di mana :
RB = Reaksi tumpuan pada titik B
P = Beban terpusat yang bekerja pada balok AB
x = Jarak beban P dari titik A
L = Panjang bentang balok AB
Untuk balok sederhana yang dibebani lebih dari 1 beban terpusat P (Gambar 2.2),
maka reaksi tumpuan dapat diselesaikan sebagai berikut :
P1 P2

A B

x L-x
RA y L-y RB

Gambar 2.2 Reaksi tumpuan beban terpusat lebih dari satu beban

MB = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik B, sehingga :


RA . L - P1 . (L - x) - P2 . (L - y) = 0
RA . L = P . (L - x) + P2 . (L - y)
𝑃1.(𝐿−𝑥) 𝑃2.(𝐿−𝑦)
RA = + ...................................................... 2.3
𝐿 𝐿

di mana :
RA = Reaksi tumpuan pada titik A
P1, P2 = Beban terpusat yang bekerja pada balok AB
x, y = Jarak beban P dari titik A
L = Panjang bentang balok AB
MA = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik A, sehingga :
- RB . L + P1 . x + P2 . y = 0
RB . L = P1 . x + P2 . y

28
𝑃1 . 𝑥 𝑃2 . 𝑦
RB = + ...................................................... 2.4
𝐿 𝐿

di mana :
RB = Reaksi tumpuan pada titik B
P1, P2 = Beban terpusat yang bekerja pada balok AB
x, y = Jarak beban P dari titik A
L = Panjang bentang balok AB

Untuk memastikan bahwa hasil perhitungan reaksi tumpuan sudah benar, maka
dapat dikontol dengan menggunakan Persamaan 1.1
V= 0
P1 + P2 = RA + RB ...................................................... 2.4

Untuk balok yang dibebani lebih dari 1 beban terpusat P dan terdapat beban miring
dengan sudut tertentu (Gambar 2.3), maka reaksi tumpuan dapat dihitung sebagai berikut
:
P3.Sin 
P1 P2 P3
RAH 
P3.Cos 
A B
x L-x
RAV y L-y RB
z L-z

L
Gambar 2.3 Reaksi tumpuan beban terpusat salah satu miring
Langkah penyelesaian untuk kondisi di atas (Gambar 2.3) adalah dengan
menguraikan terlebih dahulu beban P3 kearah vertikal dan horizontal masing-masing
menjadi P3 Sin α untuk arah vertikal dan P3 Cos α untuk arah horizontal. Penyelesaian
reaksi tumpuannya adalah sebagai berikut :
MB = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik B, sehingga :
RAV . L - P1 . (L - x) - P2 . (L - y) - P3 . sin  . (L - z) = 0
RAV . L = P1 . (L - x) + P2 . (L - y) + P3 . sin  . (L - z)
𝑃1.(𝐿−𝑥) 𝑃2.(𝐿−𝑦) 𝑃3.sin 𝑎(𝐿−𝑧)
RAV = + + ............................................ 2.6
𝐿 𝐿 𝐿

di mana :
RAV = Reaksi vertikal tumpuan pada titik A

29
P1, P2 = Beban terpusat yang bekerja pada balok AB
P3 = Beban terpusat miring yang bekerja pada balok AB
x, y, z = Jarak beban P dari titik A
L = Panjang bentang balok AB

MA = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik A, sehingga :


- RB . L + P1 . x + P2 . y + P3 . sin  . z = 0
RB . L = P1 . x + P2 . y + P3 . sin  . z
𝑃1 . 𝑥 𝑃2 . 𝑦 𝑃3 .sin 𝑎 . 𝑧
RB = + + ............................................ 2.7
𝐿 𝐿 𝐿

di mana :
RB = Reaksi vertikal tumpuan pada titik B
P1, P2 = Beban terpusat yang bekerja pada balok AB
P3 = Beban terpusat miring yang bekerja pada balok AB
x, y, z = Jarak beban P dari titik A
L = Panjang bentang balok AB

H = 0, maka :
RAH - P3 . cos  = 0
RAH = P3 . cos   ................................................... 2.8

Contoh 2.1
Sebuah Balok AB dengan panjang 7 m, dibebani dengan beban terpusat sebesar P 1=2,5
ton pada jarak 2 m dari titik A dan P2 = 4 ton pada jarak 4 m dari titik A. Tentukan reaksi
tumpuan balok tersebut.

Penyelesaian :
Dari persoalan di atas dapat digambarkan konstruksi balok AB adalah sebagai berikut :

P1 = 2,5 t P2 = 4 t

A B
2,5 m 4,5 m
RA 4m 3m RB
 7m

30
MB = 0 (semua gaya distatismomenkan ke titik B)
RA . L - P1 . (L - x) - P2 . (L - y) = 0
RA . 7 - 2,5 . 4,5 - 4 . 3 = 0
RA . 7 - 11,25 - 12 = 0
23,25
RA = 7

RA = 3,321 ton

MA = 0 semua gaya distatismomenkan ke titik A)


- RB . L + P1 . x + P2 . y = 0
- RB . 7 + 2,5 . 2,5 + 4 . 4 = 0
- RB . 7 + 6,25 + 16 = 0
RB . 7 = 22,25
22,25
RB = = 3,179 ton
7

Kontrol :
RA + RB = P1 + P2
3,321 + 3,179 = 2,5 + 4
6,5 = 6,5 (OK)

Contoh 2.2
Sebuah Balok AB dengan panjang 7 m, dibebani dengan gaya terpusat sebesar P 1= 2 ton,
P2 = 3 ton dan P3 = 4 ton bekerja miring dengan sudut 30° terhadap bidang balok dengan
jarak masing-masing 2 m, 4m dan 6 m dari titik A. Hitunglah reaksi tumpuan pada balok
tersebut.

Penyelesaian :
Dari persoalan di atas dapat digambarkan konstruksi balok AB adalah sebagai berikut :
P1 = 2 t P2 = 3 t P3.Sin  P3 = 4 t

RAH 
P3.Cos 
A B
2m 5m
RAV 4m 3m RB
6m 1m
7m

31
Gaya P3 diuraikan terlebih dahulu kearah vertikal dan horizontal sebagai berikut :
P3 . sin  = 4 . sin 30
= 4 . 0,5 = 2 ton
P3 . cos  = 4 . cos 30
= 4 . 0,866 = 3,464 ton
MB = 0(semua gaya distatismomenkan ke titik B)
RAV . L - P1 . (L - x) - P2 . (L - y) - P3 . sin  . (L - z) = 0
RAV . 7 - 2 . 5 - 3 . 3 - 2 . 1 = 0
RAV . 7 - 10 - 9 - 2 = 0
21
RAV = 7

RAV = 3 ton

MA = 0(semua gaya distatismomenkan ke titik A)


- RB . L + P1 . x + P2 . y + P3 . sin  . z = 0
- RB . 7 + 2 . 2 + 3 . 4 + 2 . 6 = 0
- RB . 7 + 4 + 12 + 12 = 0
- RB . 7 + 28 = 0
28
RB = 7

RB = 4 ton

H = 0, maka :
RAH - P3 . cos  = 0
RAH - 4 . cos 30 = 0
RAH - 4 . 0,866 = 0
RAH = 3,464 ton
 
Kontrol :
RA + RBV = P1 + P2 + P3.sin 
3+4=2+3+2
7 = 7 (OK)

32
2.2.2 Reaksi tumpuan beban terbagi rata
Beban terbagi rata adalah beban yang bekerja terdistribusi secara merata baik
dalam meter panjang maupun dalam meter luas. Sebuah balok sederhana sepanjang L
seperti diperlihatkan pada Gambar 2.4 dibebani dengan beban terbagi rata sebesar q (t/m’)
disepanjang balok, reaksi tumpuannya dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.

q t/m'

A B

L
RA RB

Gambar 2.4 Reaksi Tumpuan beban terbagi rata penuh

Reaksi tumpuan dapat ditentukan dengan cara menentukan berat beban terbagi
rata seluruhnya dan pusat beratnya sebagai berikut :

q t/m'

A B

Q = q . L (ton)

Gambar 2.5 Pusat berat beban terbagi rata

Pusat berat beban terbagi rata ditentukan berdasarkan diagonalnya maka beban
terbagi rata bekerja ditengah-tengah bentang L. Berat Beban terbagi rata ditentukan
besarnya dengan persamaan :

Q = q.L ................................................... (2.9)

di mana :
Q = Berat beban terbagi rata pada pusat beratnya
q = Beban terbagi rata per satuan panjang
L = Panjang beban terbagi rata

33
Reaksi tumpuan di titik A:
MB = 0 (semua gaya distatismomenkan ke titik B)
1
RA . L - Q . 2 . L = 0
1
RA . L - (q.L) . 2 . L = 0
1
RA . L - . q . L2 = 0
2
1
RA . L = . q . L2
2
1
RA = .q.L ...................................................... 2.10
2

di mana :
RA = Reaksi tumpuan pada titik A
q = Beban terbagi rata per satuan panjang
Q = Berat beban terbagi rata pada pusat beratnya
L = Panjang bentang balok AB

Reaksi tumpuan di titik B:


MA = 0 (semua gaya distatismomenkan ke titik A)
1
- RB . L + Q . 2 . L = 0
1
- RB . L + (q.L) . 2 . L = 0
1
- RB . L + . q . L2 = 0
2
1
RB . L = . q . L2
2
1
RB = .q.L ...................................................... 2.11
2

di mana :
RB = Reaksi tumpuan pada titik B
q = Beban terbagi rata per satuan panjang
Q = Berat beban terbagi rata pada pusat beratnya
L = Panjang bentang balok AB

Sebuah balok sederhana sepanjang L seperti diperlihatkan pada Gambar 2.6


dibebani dengan sebuah beban terbagi rata sebesar q (t/m’) di sebagian panjang balok.

34
q t/m'

A B
Q
L1
RA L RB

Gambar 2.6 Reaksi Tumpuan beban terbagi rata sebagian

Reaksi tumpuan dapat ditentukan dengan cara menentukan berat beban terbagi
rata seluruhnya dan pusat beratnya sebagai berikut :

Q = q.L1 ................................................. (2.12)

di mana :
Q = Berat beban terbagi rata pada pusat beratnya
q = Beban terbagi rata per satuan panjang
L1 = Panjang beban terbagi rata
Reaksi tumpuan di titik A:
MB = 0 (semua gaya distatismomenkan ke titik B)
1
RA . L - Q . (L - . L1) = 0
2
1
RA . L - (q . L1) . (L - . L1) = 0
2
1
RA . L - (q . L . L1 - . q . L12) = 0
2
1
RA . L = q . L . L1 - . q . L12
2
1
RA = q . L1 - . q . L1 .......................................... 2.13
2𝐿

di mana :
RA = Reaksi tumpuan pada titik A
q = Beban terbagi rata per satuan panjang
Q = Berat beban terbagi rata pada pusat beratnya
L = Panjang bentang balok AB

Reaksi tumpuan di titik B:


MA = 0 (semua gaya distatismomenkan ke titik A)
1
- RB . L + Q . 2 . L1 = 0

35
1
- RB . L + (q . L1) . 2 . L1 = 0
1
- RB . L + . q . L12 = 0
2
1
RB . L = . q . L12
2
1
RB = . q . L12 ...................................................... 2.11
2𝐿

di mana :
RB = Reaksi tumpuan pada titik B
q = Beban terbagi rata per satuan panjang
Q = Berat beban terbagi rata pada pusat beratnya
L = Panjang bentang balok AB

Contoh 2.3
Diketahui sebuah konstruksi yang ditumpu diatas tumpuan sendi dan rol memiliki
panjang bentang 5 m. Hitunglah reaksi tumpuannya jika beban yang bekerja adalah 2 t/m'.

Penyelesaian :

2 t/m'

A B
Q

RA RB
L=5m

Menghitung reaksi tumpuan :


MB = 0 (semua gaya distatismomenkan ke titik B)
1
RA . L - Q . 2 . L = 0
1
RA . L - (q.L) . 2 . L = 0
1
RA . 5 - . 2 . 52 = 0
2

RA . 5 - 25 = 0
RA . 5 = 25
RA = 5 ton

MA = 0 (semua gaya distatismomenkan ke titik A)

36
1
- RB . L + Q . 2 . L = 0
1
- RB . L + (q.L) . 2 . L = 0
1
- RB . 5 + . 2 . 52 = 0
2

RB . 5 = 25
RB = 5 ton

Contoh 2.4
Diketahui sebuah konstruksi memiliki panjang bentang 7 m. Hitunglah reaksi
tumpuannya jika beban yang bekerja adalah 2 t/m' sepanjang 3 m dari tumpuan A.

Penyelesaian :
2 t/m'

A B
Q
3
RA 7 RB

MB = 0 (semua gaya distatismomenkan ke titik B)


1
RA . L - Q . (L - . L1) = 0
2
1
RA . 7 - (2 . 3) . (7 - . 3) = 0
2

RA . 7 - 6 . 5,5 = 0
RA . 7 = 33
RA = 4,714 ton

MA = 0 (semua gaya distatismomenkan ke titik A)


1
- RB . L + Q . 2 . L1 = 0
1
- RB . 7 + (2 . 3) . 2 . 3 = 0

- RB . 7 + 9 = 0
RB . 7 = 9
RB = 1,286 ton

37
2.3 Bidang Momen
Momen terjadi apabila sebuah gaya bekerja mempunyai jarak tertentu dari titik
yang akan menahan momen tersebut dan besarnya momen tersebut adalah besarnya gaya
dikalikan dengan jaraknya. Satuan untuk momen adalah satuan berat jarak (tm, kgm,
kgcm dsb).
Secara umum momen yang terjadi pada suatu titik bisa dibagi dalam dua jenis
yaitu momen positif dan momen negatif. Momen positif adalah momen yang bekerja yang
menyebabkan serat bawah balok tertarik. Sedangkan momen negatif adalah memoen
yang menyebabkan serat bawah tertarik.

2.3.1 Kesepakatan tanda


Untuk memberikan perbedaan antara momen-momen yang mempunyai arah yang
berbeda, maka perlu diadakan kesepakatan tanda untuk momen tersebut, yaitu sebagai
berikut :
1. Momen yang berputar searah putaran jarum jam bertanda positif.
2. Momen yang berputar berlawanan arah putaran jarum jam bertanda negatif.
Untuk lebih dapat dilihatpada Gambar 2.7 di mana pada kondisi A momen akibat
beban P terhadap titik A berputar searah dengan jarum jam maka momen yang
ditimbulkan adalah momen positif sedangkan pada kondidi B momen akibat beban P
terhadap titik B berputar berlawanan arah dengan jarum jam maka momen yang
ditimbulkan adalah momen negatif.
P

A
A B

RA x L-x RB

B A B

RA x L-x RB

L
Gambar 2.7 Penentuan momen positif dan momen negatif

38
2.3.2 Penggambaran bidang momen
Bidang momen adalah gambar yang menunjukkan nilai momen pada segmen atau
titik-titik di sepanjang bentang balok. Bidang momen positif digambarkan dibawah garis
referensi nol dan diarsir tegak lurus terhadap garis referensi nol. Sebaliknya apabila
momen negatif digambarkan diatas garis referensi nol dan diarsir sejajar dengan garis
referensi nol.
Pada Sebuah balok sederhana sepanjang L bekerja beban terpusat P seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.8 maka momen yang timbul dapat diselesaikan dengan cara
sebagai berikut :
P1 P2

A C D B

x L-x

RA y L-y RB

Gambar 2.8 Balok dan Beban Yang Dipikul

Momen pada ujung batang sama dengan Nol


MA = MB = 0 ...................................................... 2.12

pada titik C dan titik D diselesaikan dengan persamaan :


MC = RA . x ...................................................... 2.13
MD = RA . y - P1.(y - x) ...................................................... 2.14

Hasil hitungan momen tersebut digambarkan dalam bentuk gambar bidang


momen seperti diperlihatkan pada Gambar 2.9

39
P1 P2

A C D B

x L-x
y L-y
RA RB
L

(+)
MC = RA.x
MD = RA.y - P1.(y-x)

Gambar 2.9 Bidang momen beban terpusat

Pada sebuah balok sederhana sepanjang L seperti diperlihatkan pada Gambar 2.10
dibebani dengan beban terbagi rata sebesar q (t/m’) disepanjang balok, perlintasan bidang
momen dapat dihitung sebagai berikut :
q t/m'

A B
Qx X
x
L
RA RB

Gambar 2.10 Penentuan bidang momen beban terbagi rata

Anggaplah momen yang dihitung berada pada sembarang titik sejauh x meter dari
titik A, namakan dengan titik ini dengan titik X (seperti pada gambar 2.10), sehingga :
1
Mx = RA . x - Qx.2.x
1 1
Mx = (2 . q . L) . x - (q . x) . 2 . x
1 1
Mx = 2 . q . L . x - 2 . q . x2 ...................................................... 2.15

di mana :
Mx = Momen dititik sejauh x dari titik A (tm)

40
q = Beban terbagi rata per satuan panjang (t/m’)
L = Panjang bentang balok (m)
x = Jarak titik tinjauan dari tumpuan A (m)

Dari rumus lintasan bidang momen pada Persamaan 2.15 diatas dapat dilihat
bahwa persamaan yang dihasilkan adalah berbentuk persamaan kuadrat. Dengan
demikian, lintasan bidang momen untuk beban terbagi rata merupakan lintasan berupa
garis lengkung.
Penentuan momen maksimum dapat dilakukan dengan mengikuti kaidah yang
pada pada persamaan kuadrat, yaitu letak titik balik (dalam hal ini lokasi momen
maksimum) dari diperoleh pada turunan pertamanya sama dengan nol, sehingga :
𝑑𝑀𝑥
=0
𝑑𝑥
𝑑 1 1
( . q . L . x - 2 . q . x2) = 0
𝑑𝑥 2
1
.q.L-q.x=0
2
1
x=2.L ...................................................... 2.16

di mana :
x = Jarak tinjauan dari titik A (m)
L = Panjang bentang balok(m)
Besarnya momen maksimum adalah :
1 1 1 1
Mmaks = 2. q . L . ( 2. L) - 2. q . (2.L)2
1 1 1
= 4 . q . L2 - 2 . q . 4 . L2
1 1
= 4 . q . L2 - 8 . q . L2
1
Mmaks = 8 . q . L2 ...................................................... 2.17

dimana :
Mmaks = Momen dititik sejauh x dari titik A (tm)
q = Beban terbagi rata per satuan panjang (t/m’)
L = Panjang bentang balok (m)

Hasil hitungan momen tersebut digambarkan dalam bentuk gambar bidang


momen seperti diperlihatkan pada Gambar 2.9 berikut :

41
q t/m'

A B
Qx
x
L
RA RB

(+)

x = L/2

Gambar 2.11 Bidang momen beban terbagi rata

Contoh 2.5
Diketahui sebuah balok AB sebagai mana tergambar, memiliki panjang bentang 7 meter
dan dibebani oleh beban q = 2 t/m dan beban P = 3 ton. Hitung dan gambarkan bidang
momen balok tersebut.

2 t/m' P = 3 ton

A B
Q C D
L1 =3 m L2=2 m L3=2 m
RA L =7 m RB

Penyelesaian :
MB = 0 (semua gaya distatismomenkan ke titik B)
1
RA . L - Q . (L - . L1) - P . L3 = 0
2
1
RA . 7 - (2 . 3) . (7 - . 3) - 3 . 2= 0
2

RA . 7 - 6 . 5,5 - 6= 0
RA . 7 = 39
RA = 5,571 ton

MA = 0 (semua gaya distatismomenkan ke titik A)


1
- RB . L + Q . 2 . L1 + P . (L1 + L2) = 0

42
1
- RB . 7 + (2 . 3) . 2 . 3 + 3 . (3 + 2)= 0

- RB . 7 + 24 = 0
RB = 3,429 ton

Momen :
MA = MB = 0 (ujung batang)
1
MC = RA . L1 - Q . 2 .L1
1
= 5,571 . 3 - (2 . 3) . 2 .3

= 7,714 t.m

1
MD = RA . (L1 + L2) - Q . (2 .L1 + L2)
1
= 5,571 . (3 + 2) - (2 . 3) . (2 .3 + 2)

= 27.857 - 21
= 6,857 ton.
Mencari momen maksimum sepanjang bentang AC (0 < x < 3) :
1
Persamaan bidang momen : Mx = RA . x - Qx.2.x
1
Mx = 5,571. x - (2 . x) . 2 . x

Mx = 5,571.x - x2
𝑑𝑀𝑥
Jarak momen maksimum : =0
𝑑𝑥
𝑑
(5,571. x - x2) = 0
𝑑𝑥

5,571 - 2 x = 0
x = 2,786 m (berada dalam range 0 < x < 3)
Besarnya momen maksimum :
Mmaks = 5,571.x - x2 ------> x = 2,786
= 5,571.(2,786) - (2,786)2
= 7,760 t.m

43
Penggambaran bidang momen :

2 t/m' P = 3 ton

A B
C D
3m 2m 2m
RA 7m RB
x = 2,786 m

Bid. M

6,857 tm
7,714 tm
7,760 tm

2.4 Gaya Lintang


Gaya lintang adalah gaya yang bekerja tegak lurus dengan serat/sumbu batang.
Jika mengacu pada konstruksi yang ada pada contoh soal 2.5, maka dapat disebutkan
bahwa gaya-gaya yang bekerja secara tegak lurus dengan sumbu batang adalah : R A, RB,
P dan q.

2.4.1 Kesepakatan tanda


Gaya lintang dibedakan atas dua jenis, yaitu gaya lintang positif dan gaya lintang
negatif. Dalam hal ini perlu adanya kesepakatan tanda untuk gaya lintang, yaitu sebagai
berikut :
1. Gaya lintang yang arah kerjanya ke atas bertanda positif (+)
2. Gaya lintang yang arah kerjanya ke bawah bertanda negatif (-)

2.4.2 Penggambaran bidang gaya lintang


Penggambaran bidang gaya lintang baru bisa dilakukan setelah perhitungan reaksi
tumpuan selesai dikerjakan. Untuk beban terpusat bidang gaya lintang digambarkan tepat
dititik dimana gaya terpusat tersebut bekerja. Sedangkan untuk beban terbagi rata,
digambarkan sepanjang beban terbagi rata tersebut bekerja. Penggambaran bidang gaya
lintang yang berada diatas garis referensi nol menandakan gaya lintang tersebut bernilai

44
positif dan diarsir tegak lurus terhadap garis referensi nol, sedangkan yang berada
dibawah garis referensi nol bernilai negatif (diarsir sejajar dengan garis referensi nol).

Contoh 2.6
Diketahui sebuah konstruksi seperti pada contoh 2.5, Hitung dan gambarkanlah gaya
lintang yang terjadi.

Penyelesaian :
2 t/m' P = 3 ton

A B
x Q C D
3m 2m 2m
RA 7m RB

Besarnya reaksi tumpuan telah diketahui pada perhitungan sebelumnya (contoh 2.5),
yaitu sebesar : RA = 5,571 ton dan RB = 3,429 ton.

Menghitung gaya lintang :


Dari titik A ke titik C bekerja beban terbagi rata, maka gaya lintang yang terjadi adalah
sepanjang bentang titik A ke titik C. Besarnya gaya lintang yang terjadi pada titik X yang
berada sejauh x meter dari titik A (lihat gambar), adalah sebagai berikut :
Dx = RA - q . x , dimana 0 < x < 3
= 5,571 - 2 . x
Untuk x = 0 :
DA = 5,571 - 2 . (0)
= 5,571 ton (+)
Untuk x = 3 :
DC = 5,571 - 2 . (3)
= 0,429 ton (-)
DD = DC - P
= -0,429 - 3
= 3,429 ton (-)
DB = DD + RB
= -3,429 + 3,429 = 0 ton

45
Penggambaran bidang gaya lintang :

2 t/m' P = 3 ton

A B
x Q C D
3m 2m 2m
RA 7m RB

DA = 5,571 t

(+)

DC = - 0,429 t (-)

DD = - 3,429 t

2.5 Gaya Normal


Gaya normal adalah gaya yang bekerja sejajar dengan serat balok untuk
memberikan reaksi dari gaya luar yang bekerja juga sejajar serat balok. Bidang normal
biasanya terjadi akibat beban terpusat. Apabila gaya normal tersebut akibat beban terbagi
rata maka beban tersebut di asumsikan menjadi beban terpusat.

2.5.1 Kesepakatan tanda


Perlu adanya kesepakatan tanda terhadap gaya normal yang bekerja, yaitu sebagai
berikut :
1. Apabila gaya normal yang bekerja menyebabkan serat batang tertarik, maka bertanda
positif (+)
2. Apabila gaya normal yang bekerja menyebabkan serat batang tertekan, maka bertanda
negatif (-).

2.5.2 Penggambaran bidang normal


Bidang normal dapat digambarkan apabila dalam sebuah konstruksi bekerja gaya
horizontal sejajar serat balok atau gaya miring yang membentuk sudut tertentu.
Penggambaran bidang normal diarsir tegak lurus terhadap garis referensi nol untuk yang
positif dan diarsir sejajar dengan garis referensi nol untuk yang negatif.

46
Contoh 2.6
Diketahui sebuah konstruksi seperti pada contoh 2.2, Hitung dan gambarkanlah gaya
normal yang terjadi.

Penyelesaian :
P1 = 2 t P2 = 3 t P3 = 4 t

RAH  P3.cos 

A B
2m 5m
RAV 4m 3m RB
6m 1m

 7m

H = 0 (penjumlahan gaya-gaya dalam sumbu horizontal)


RAH - P3 . cos  = 0
RAH - 4 . cos 30 = 0
RAH - 4 . 0,866 = 0
RAH = 3,464 ton
Dari konstruksi dapat dilihat bahwa tumpuan yang mampu memikul gaya horizontal
adalah tumpuan A (sendi), sedangkan tumpuan yang satu lagi tidak mampu memikul gaya
horizontal (tumpuan rol). Sehingga sepenuhnya gaya horizontal yang bekerja dipikul oleh
tumpuan A. Dilihat dari arah gaya yang bekerja (menuju titik A), dapat disimpulkan
bahwa gaya normal yang bekerja menyebabkan serat batang tertekan. Dengan demikian,
gaya normal yang bekerja bertanda negatif. Besarnya gaya normal yang bekerja adalah :
N = RAH
= 3,464 ton (-)

Penggambaran bidang normal :

- 3,464 t
Bid. N
(-)

47
2.6 Rangkuman
1. Balok sederhana merupakan balok yang ditumpu diatas dua tumpuan. Tumpuan
yang menyangga balok sederhana adalah tumpuan sendi dan tumpuan rol.
2. Reaksi tumpuan /reaksi perletakan merupakan sebuah gaya yang timbul akibat
adanya aksi yang bekerja.
3. Penyelesaian perhitungan reaksi tumpuan beban terpusat miring adalah dengan
melakukan proyeksi terlebih dahulu beban miring terhadap sumbu x dan sumbu y
dengan memanfaatkan fungsi trigonometri.
4. Perhitungan reaksi tumpuan untuk beban terbagi rata dilakukan dengan terlebih
dahulu mengubah beban terbagi rata q menjadi beban terpusat Q = q.l dan
menempatkannya pada posisi ditengah-tengah beban terbagi rata.
5. Garis bidang momen untuk beban terpusat berupa garis lurus, sementara untuk
beban terbagi rata bidang momen digambarkan berbentuk parabolik.
6. Momen yang berputar searah putaran jarum jam bertanda positif sedangkan
momen yang berputar berlawanan arah putaran jarum jam bertanda negatif.
7. Gaya lintang yang arah kerjanya ke atas bertanda positif (+), sedangkan gaya
lintang yang arah kerjanya ke bawah bertanda negatif (-).
8. Gaya normal yang bekerja menyebabkan serat batang tertarik, maka bertanda
positif (+), sedangkan gaya normal yang bekerja menyebabkan serat batang
tertekan, maka bertanda negatif (-).

2.7 Tes Formatif


Diketahui konstruksi balok sederhana sebagaimana tergambar, hitung dan gambarkan
bidang M, N dan D.

P1 = 2 t P2 = 3 t q = 1 t/m

RAH 

A B
1m 3m
RAV 2m 2m RB
3m 1m

4m

48
BAB III
KONSTRUKSI KANTILEVER

a) Deskripsi Singkat
Bab ini menjelaskan tentang perhitungan reaksi tumpuan, momen, gaya lintang,
dan gaya normal untuk konstruksi kantilever. Kantilever adalah suatu konstruksi yang
yang hanya ditumpu pada salah satu ujungnya dengan tumpuan jepit, sedangkan ujung
yang satunya bebas tanpa tumpuan. Penjabaran teori pada bab ini juga diperkuat dengan
contoh soal dan penyelesaiannya. Pada akhir pertemuan dilakukan test formatif untuk
mengetahui daya serap dan pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diberikan.

b) Relevansi
Materi yang disajikan pada bab ini merupakan pengetahuan yang harus dikuasai
oleh mahasiswa untuk menganalisa konstruksi kantilever dimana konstruksi ini berbeda
dengan materi sebelumnya, namun dalam perkembangannya balok kantilever nantinya
bisa digabungkan dengan balok diatas tumpuan sederhana.

c) Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan :
- Mahasiswa dapat menyebutkan pengertian konstruksi kantilever serta dapat
memberikan contohnya
- Mahasiswa dapat menghitung reaksi tumpuan konstruksi kantilever.
- Mahasiswa dapat menghitung dan menggambarkan bidang momen, bidang gaya
lintang dan bidang normal konstruksi kantilever.

3.1 Pendahuluan
Konstruksi kantilever (overstek) sering juga disebut overhang adalah suatu
kondisi dimana pada konstruksi ini terdapat salah satu ujung baloknya terjepit
sementara ujung balok yang lainnya bebas atau tanpa tumpuan. Konstruksi seperti ini
sering dijumpai pada bagian dari sebuah konstruksi gedung.

49
3.2 Kantilever Beban Terpusat
Konstruksi kantilever dengan panjang bentang L pada ujung balok yang bebas
bekerja beban terpusat sebesar P seperti diperlihatkan pada Gambar 3.1 maka
penyelesaian terhadap momen, gaya lintang dan gaya normal adalah sebagai berikut :

A B

RA L

Gambar 3.1 Konstruksi Kantilever Dengan Beban Terpusat


Reaksi Tumpuan :
 V = 0
RA - P = 0
RA = P ...................................................... 3.1

Momen :
Dilihat dari letak tumpuan dan beban yang bekerja, dapat dipastikan bahwa momen
yang terjadi akibat beban menyebabkan serat atas balok mengalami tarik. Dengan
demikian, momen yang terjadi adalah momen negatif, sehingga penyelesaian momen
pada konstruksi overstek terlebih dulu diberi tanda negatif didepannya.
MA = - P * L ................................................... 3.2
MB = - P * 0 = 0

Gaya lintang :
DA = RA ................................................... 3.3
DB = DA - P = 0

Gaya normal :
Pada kondisi ini tidak terdapat gaya normal karena tidak ada beban horizontal atau
beban sejajar serat balok.

50
Gambar bidang momen dan bidang gaya lintang adalah sebagai berikut :

A B

(-)
Bid. M

(+)
Bid. D

Gambar 3.2 Bidang M dan Bidang D

Contoh 3.1
Sebuah balok dengan panjang bentang 5 m pada salah satu ujung balok terjepit dan pada
ujung lainnya bebas, dibebani dengan gaya terpusat sebesar P = 2 ton yang membentuk
sudut 60° terhadap balok. Hitunglah momen, gaya lintang dan gaya normal pada balok
tersebut dan gambarkan masing-masing bidangnya.

Penyelesaian :
Dari soal di atas dapat digambarkan konstruksi balok yang memikul beban sebagai
berikut :
P=2t
P.sin 

RAH 
A B P.cos 
RAV 5m

Gaya P yang membentuk sudut dapat diuraikan menjadi :


PV = P . sin 

51
= 2 . sin 60
= 2 . 0,866
= 1,732 ton
PH = P . cos 
= 2 . cos 60
= 2 . 0,5
= 1 ton
Reaksi tumpuan :
 V = 0
RAV - PV = 0
RAV = PV
= 1,732 t

 H = 0
RAH - PH = 0
RAH = PH
=1t

Momen :
M A = - PV . L
= - 1,732 . 5
= 8,660 t.m (-)
MB = 0

Gaya lintang :
DA = RAV
= 1,732 t
DB = DA - PV
= 1,732 - 1,732 = 0

Gaya normal :
NA = - RAH
=-1t

52
Gambar bidang M, D dan N
P=2t
P.sin 

RAH 
A B P.cos 
RAV 5m

(-)
Bid. M

MA = -8.660 t.m

DA = 1.732 t

Bid. D (+)

NA = - 1.000 t

Bid. N (-)

3.3 Kantilever Beban Terbagi Rata


Konstruksi kantilever dengan panjang bentang L bekerja beban terbagi rata q
seperti diperlihatkan pada Gambar 3.3, maka penyelesaian terhadap momen, gaya
lintang dan gaya normal adalah sebagai berikut :

q (t/m')

A B
x
RA L

Gambar 3.3 Konstruksi Kantilever Dengan Beban Terbagi Rata

53
Berat beban terbagi rata :
Q =q.L

Reaksi Tumpuan :
 V = 0
RA - Q = 0
RA = Q
RA = q.L ...................................................... 3.4

Momen :
Dilihat dari letak tumpuan dan beban yang bekerja, dapat dipastikan bahwa
momen yang terjadi akibat beban menyebabkan serat atas balok mengalami tarik.
Dengan demikian, momen yang terjadi adalah momen negatif, sehingga penyelesaian
momen pada konstruksi overstek terlebih dulu diberi tanda negatif didepannya.
Tinjaulah potongan pada sembarang titik, yaitu sejauh x meter dari tumpuan B,
maka besarnya momen pada titik tersebut adalah :
1
Mx = - Qx . 2 x
1
= - q.x. x
2
1
= - 2 q.x2 ................................................... 3.5
1
Untuk x = 0, MB = - 2 q.02

MB = 0
1
Untuk x = L, MA = - 2 q.(L)2
1
MB = - 2 q.L2 ................................................... 3.6

Gaya Lintang :
DA = RA ................................................... 3.7
DB = DA - Q
=0

54
Gaya Normal : Pada kondisi ini tidak terdapat gaya normal karena tidak ada beban
horizontal atau beban sejajar serat balok.

Gambar Bidang Momen dan Bidang Gaya Lintang sebagai berikut :


q (t/m')

A B

Bid. M (-)

Bid. D (+)

Gambar 3.4 Bidang Momen dan Bidang Gaya Lintang Beban Terbagi Rata

Contoh 3.2
Sebuah balok dengan panjang bentang 5 m, salah satu ujung balok terjepit dan pada
ujung lainnya bebas, dibebani dengan beban terbagi rata sebesar q = 1 t/m'. Tentukan
momen, gaya lintang dan gaya normal pada balok tersebut dan gambarkan masing-
masing bidangnya
Penyelesaian :
Dari soal di atas dapat digambarkan konstruksi balok yang memikul beban sebagai
berikut :
1 t/m'

A B
x
RA 5m

55
Berat beban terbagi rata :
Q =q.L
=1.5
=5t

Reaksi Tumpuan :
 V = 0
RA - Q = 0
RA = Q
=5t

Momen :
Dengan meninjau potongan pada sembarang titik, yaitu sejauh x meter dari
tumpuan B, maka besarnya momen pada titik tersebut adalah :
1
Mx = - Qx . 2 x
1
= - q.x. 2 x
1
= - 2 q.x2 =
1
= - (1)(x)2
2
1
= - 2 x2
1
Untuk x = 0, MB = - 2 .02

MB = 0
1
Untuk x = L, MA = - 2 .(5)2
1
MA = - 2 . 25

= - 12,5 t.m

Gaya Lintang :
DA = RA
=5t
DB = DA - Q
=5-5
=0

56
Gambar Bidang Momen dan Bidang Gaya Lintang sebagai berikut :
q (t/m')

A B

Bid. M (-)

MA = -12,5 tm

DA = 5 t

Bid. D
(+)

3.4 Konstruksi Gabungan Balok Sederhana dan Kantilever


Sebagaimana telah dipelajari bahwa balok sederhana hanya mengalami momen
positif. Sedangkan pada konstruksi kantilever mengalami momen negatif. Sehingga
tidaklah mengherankan jika pada sebuah konstruksi gabungan balok sederhana dengan
kantilever akan menimbulkan momen positif dan momen negatif. Penjelasan mengenai
gabungan balok sederhana dengan kantilever dapat diikuti melalui contoh soal berikut
ini.

Contoh 3.3
Sebuah balok seperti diperlihatkan pada Gambar 3.5. Menahan beban P 1 = 2 ton dan P2
= 1 ton. Hitung dan gambarkan bidang momen dan bidang gaya lintang.

57
P1 P2

A
C B D

2m 3m 1,5 m
RB
RA 5m

Penyelesaian :
MB = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik B, sehingga :
RA . 5 - P1 . 3 + P2 . 1,5 = 0
RA . 5 - (2)(3) + (1)(1,5) = 0
RA . 5 = 4,5
RA = 0,9 t

MA = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik A, sehingga :


- RB . 5 + P2 . 6,5 + P1 . 2 = 0
- RB . 5 + (1)(6,5) + (2)(2) = 0
RB . 5 = 10,5
RB = 2,1 t

Kontrol :
 MA = 0
RA + RB - P1 - P2 = 0
0,9 + 2,1 - 2 - 1 = 0
0 = 0 (OK)

Momen :
MA = MD = 0 (Ujung batang)
MC = RA . 2
= 0,9 . 2
= 1,8 t.m
MB = RA . 5 - P1 . 3
= 0,9 . 5 - 2 . 3
= 4,5 - 6
= - 1,5 t.m

58
Gaya lintang :
DA = RA = 0,9 t
DC = DA - P1
= 0,9 - 2 = - 1,1 t
DB = DC + RB
= - 1,1 + 2,1 = 1 t
DD = DB - P2
=1-1=0

Gambar bidang momen dan bidang gaya lintang :


P1 P2

A
C B D

2m 3m 1,5 m
RB
RA 5m
1,0 t
0,9 t
(+)
(+)
Bid D

(-)

-1,1 t

MB = -1,5 t.m

Bid M

MC = 1,8 t.m

59
3.5 Rangkuman
Konstruksi kantilever (overstek) sering juga disebut overhang adalah suatu
konstruksi yang yang hanya ditumpu pada salah satu ujungnya dengan tumpuan jepit,
sedangkan ujung yang satunya bebas tanpa tumpuan. Reaksi tumpuan konstruksi
kantilever dapat dihitung dengan menggunakan persamaan V = 0 dan H = 0.
Momen yang terjadi sepanjang konstruksi kantilever adalah momen negatif. Hal
ini terjadi kareta beban yang bekerja menyebabkan serat atas mengalami tarik. Momen
terbesar terjadi pada ujung yang ada tumpuan dan terus mengecil sampai tidak memikul
momen pada ujung yg bebas.

3.6 Tes Formatif


1. Sebutkan definisi kantilever
2. Mengapa momen yang terjadi pada balok kantilever bernilai negatif.
3. Diketahui : konstruksi seperti tergambar, P = 2 ton, q = 1 t/m.
Ditanya :hitunglah reaksi tumpuan serta gambarkan bidang momen dan gaya lintang.
P
q

A
B C

4m 1,2 m
RB
RA

4. Diketahui Konstruksi seperti digambar.

P1 = 2 t P2 = 3,5 t 2 t/m'

C A D B D
1,5 m 2m 3m 2m
RA 5m RB

Ditanya : Hitung dan gambarkan bidang momen dan bidang gaya lintang

60
BAB IV
BALOK GERBER

a) Deskripsi Singkat
Bab ini menjelaskan tentang konstruksi balok diatas banyak tumpuan dengan
sndi tambahan atau disebut juga dengan balok gerber. Menganalisa reaksi tumpuan,
momen, gaya lintang, dan gaya normal untuk konstruksi balok gerber. Penjabaran teori
pada bab ini juga diperkuat dengan contoh soal dan penyelesaiannya. Pada akhir
pertemuan dilakukan test formatif untuk mengetahui daya serap dan pemahaman
mahasiswa terhadap materi yang diberikan.

b) Relevansi
Materi yang disajikan pada bab ini merupakan pengetahuan yang harus dikuasai
oleh mahasiswa untuk menganalisa konstruksi balok gerber dimana untuk mempelajari
materi ini mahasiswa diharuskan mempelajari terlebih dahulu tentang balok sederhana
dan kantilever.

c) Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan :
- Mahasiswa dapat menyebutkan pengertian balok gerber serta dapat memberikan
contohnya
- Mahasiswa dapat menghitung reaksi tumpuan balok gerber.
- Mahasiswa dapat menghitung dan menggambarkan bidang momen, bidang gaya
lintang dan bidang normal balok gerber.

4.1 Pendahuluan
Balok gerber adalah suatu kondisi dimana balok berada diatas lebih dari dua
buah tumpuan. Hal ini dapat terjadi jika balok dibuat dengan panjang bentang yang
besar. Pada kondisi ini pilihannya adalah menggunakan konstruksi bersendi banyak
yaitu pada konstruksi tersebut mempunyai banyak tumpuan atau lebih dari dua buah
tumpuan. Balok di buat menjadi beberapa bagian balok dan dihubungkan satu sama

61
lainnya dengan konstruksi sendi atau adanya persendian tambahan sehingga konstruksi
tersebut dapat dihitung dengan prinsip statis tertentu.
Apabila balok tersebut dibuat dengan cara balok menerus yang ditumpu oleh
lebih dari 2 tumpuan maka perhitungan pada balok tersebut harus dihitung dengan
prinsip Konstruksi Statis Tak Tentu karena bilangan yang tidak diketahui berdasarkan
prinsip keseimbangan gaya (ΣV=0, ΣH=0 dan ΣM=0) lebih dari 3 bilangan.
Pada konstruksi bersendi banyak perlu ditetapkan jumlah sendi tambahan
berdasarkan jumlah tumpuan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
S =(n - 2) ................................................... (4.1)
di mana :
S = Jumlah sendi tambahan
n = Jumlah tumpuan

4.2 Konstruksi Diatas Tiga Tumpuan


Suatu konstruksi balok menerus yang terdiri dari tiga buah tumpuan tidak akan
bisa diselesaikan dengan statis tertentu. Hal ini disebabkan karena jumlah reaksi
perletakan sebagai bilangan yang belum diketahui lebih banyak dari persamaan
keseimbangan yang ada. Oleh karena itu, pada balok tersebut harus diberikan sendi
tambahan. Dengan menggunakan persamaan 4.2, jumlah sendi tambahan yang
diperlukan untuk konstruksi dengan tiga buah tumpuan adalah :
S =n-2
= 3 - 2 = 1 sendi tambahan.
Sendi tambhan tersebut diletakkan pada titik S seperti yang diperlihatkan pada gambar
4.1 berikut ini.

(a)
S
A B C

(b)
S
A B C

Gambar 4.1 Balok diatas tiga tumpuan dengan sendi tambahan

62
4.2.1 Reaksi Tumpuan
Pada prinsipnya perhitungan reaksi tumpuan untuk balok gerber hampir sama
dengan perhitungan reaksi tumpuan pada balok sederhana. Yang membedakannya
adalah balok gerber membutuhkan sedikit analisa terlebih dahulu sebelum melakukan
perhitungan reaksi tumpuan. Analisa yang dimaksud adalah penentuan konstruksi balok
primer dan konstruksi balok sekunder.
Perhatikan konstruksi balok ABC pada gambar 4.1, dapat dilihat bahwa
tumpuan sendi tambahan S merupakan pemisah konstruksi balok tersebut menjadi dua
bagian. Untuk konstruksi pada gambar 4.1.a, balok ABC dipisahkan menjadi balok AS
dan balok SBC. Sedangkan konstruksi pada gambar 4.1.b, balok ABC dipisahkan
menjadi balok ABS dan balok SC. Dalam hal ini ada bagian konstruksi balok yang
membebani dan bagian konstruksi balok yang terbebani. Konstruksi balok yang
terbebani adalah konstruksi balok primer dan konstruksi balok yang membebani adalah
konstruksi balok sekunder.

S S
A B C A B C

RA RS RS RC

RS RS

RB RC RA RB

(a) (b)

Gambar 4.2 Pelimpahan beban Rs ke konstruksi balok primer

Perhitungan reaksi tumpuan harus dilakukan terlebih dahulu pada konstruksi


balok sekunder. Karena reaksi tumpuan sendi tambahan S pada konstruksi balok
sekunder menjadi beban terpusat di titik sendi tambahan S pada konstruksi balok
primer. Penjabaran beban yang terjadi pada titik sendi tambahan S dapat dilihat pada
gamabar 4.2.

63
Secara umum perhitungan reaksi tumpuan untuk balok gerber dilakukan dalam
dua tahap yaitu :
Tahap I : Terlebih dahulu diselesaikan perhitungan reaksi untuk konstruksi balok
sekunder yaitu RA dan RS untuk konstruksi balok seperti Gambar 4.2.a serta
RS dan RC untuk konstruksi balok seperti Gambar 4.2.b.
Tahap II : Reaksi tumpuan RS yang telah diperoleh, selanjutnya akan menjadi beban
pada konstruksi balok primer. Reaksi tumpuan untuk konstruksi balok
primer sudah bisa dihitung dengan adanya penambahan beban akibat R S
pada konstruksi balok sekunder.

Contoh 4.1
Diketahui : Sebuah konstruksi balok memikul beban q = 1 t/m' dan P = 2 ton
sebagaimana terlihat pada gambar.
Diminta : Hitung dan gambarkan bidang momen dan bidang gaya lintang.
q P

S
A C
3m 1m B 5m

Penyelesaian :
Dari hasil telaah gambar konstruksi pada soal, dapat disimpulkan bahwa konstruksi AS
membebani/menumpu diatas konstruksi SBC, sehingga penjabaran gaya dapat
dilukiskan sebagai berikut :
q P

S
A C
3m q 1m B 5m

RA RS
RS
P
RB RC

64
Tahap I, menyelesaiakan konstruksi sekunder

q = 1 t/m'
Reaksi tumpuan :
MS = 0
RA x Q RA . 3 - Q . 1,5 = 0
RS
3m RA . 3 - (1)(3) . 1,5 = 0
RA . 3 = 4.5

x = 1,5 m
RA = 1,5 t
MA = 0

(+) Bid. M - RS . 3 + Q . 1,5 = 0


- RS . 3 + (1)(3) . 1,5 = 0
1,125 tm
- RS . 3 = - 4.5
1,5 t
RS = 1,5 t
(+) Kontrol :
Bid. D
(-) V = 0
RA + RB - Q = 0
1,5 t
1,5 + 1,5 - (1)(3) = 0
0 = 0 (OK)
Momen :
Persamaan bidang momen sepanjang AS
MX = RA . x - Qx .1/2 . x
= 1,5 . x - (1)(x).1/2.x
= 1,5x - 1/2.x2
Pada x = 0 ==> MA = 1,5(0) - 1/2.(0)2 = 0
Pada x = 3 ==> MS = 1,5(3) - 1/2.(3)2
= 4,5 - 4,5 = 0
Mencari letak momen maksimum :
∂Mx/∂x = 1,5 - x = 0
x = 1,5 meter dari titik A
Momen maksimum :
Mmaks = 1,5(1,5) - 1/2.(1,5)2
= 1,125 t.m

65
Gaya Lintang :
DA = RA = 1,5 t
DSs = DA - Q
= 1,5 - (1)(3) = -1,5 t
DSe = DS1 + RS
= -1,5 + 1,5 = 0

Tahap II, menyelesaiakan konstruksi primer

P=2t Reaksi tumpuan :


RS = 1,5 t
MC = 0
D - RS . 6 + RB . 5 - P . 2,5 = 0
RB RC
1m 2,5 m 2,5 m - 1,5 . 6 + RB . 5 - 2 . 2,5 = 0
- 9 + RB . 5 - 5 = 0

-1,5 tm
RB . 5 = 14
RB = 2,8 t
(-)
MB = 0

(+) - RC . 5 + P . 2,5 - RS . 1 = 0
- RC . 5 + 2 . 2,5 - 1,5 . 1 = 0
1,75 tm - RC . 5 + 5 - 1,5 = 0
1,3 tm - RC . 5 = - 3.5

(+) RC = 0,7 t
Kontrol :
(-)
(-) V = 0
-0,7 tm
-1,5 tm RB + RC - RS - P = 0
2,8 + 0,7 - 1,5 - 2 = 0
0 = 0 (OK)

Momen :
MS = MC = 0 (Ujung batang)
MB = - RC . 1
= - 1,5 . 1 = - 1,5 t.m

66
MD = - RS . 3,5 + RB . 2,5
= - 1,5 . 3,5 + 2,8 . 2,5
= 1,75 t.m

Gaya Lintang :
DS = -RS = -1,5 t
DB = DS + RB
= -1,5 + 2,8 = 1,3 t
DD = DB - P
= 1,3 - 2 = -0,7 t
DC = DD + RC
= -0,7 + 0,7 = 0

Gambar bidang momen dan bidang gaya lintang secara keseluruhan :

q P

S
A C
3m 1m B 5m

-1,5 tm

(-)
Bid. M
(+) (+)

1,125 tm
1,75 tm

1,5 t 1,3 t

(+) (+)
Bid. D
(-) (+)

- 0,7 t
- 1,5 t

67
4.3 Konstruksi Diatas Empat Tumpuan Atau Lebih
Untuk konstruksi bersendi banyak dengan 4 tumpuan atau lebih, cara
penyelesaiannya sama/identik dengan yang telah dijelaskan di atas. Hanya saja perlu
diperhatikan penempatan sendi tambahan yaitu dengan memperhatikan pembebanan
yang bekerja pada konstruksi tersebut. Hal ini penting karena akan mempengaruhi
posisi dari konstruksi balok primer dan konstruksi balok sekunder. Urutan dari
konstruksi ini nantinya akan menjadi pegangan dalam menentukan urutan tahapan
penyelesaiannya.
P1 P2 P3

A S1 B C S2 D

(A) P1 P3

A S1 S2 D

RS1 P2 RS2

S1 B C S2

P1 P2 P3

A B S1 S2 C D

P2
(B)
S1 S2

P1 RS1 RS2 P3

A B C D
S1 S2

Gambar 4.3 Penempatan sendi tambahan dan pelimpahan beban.

68
Secara umum penyelesaiannya adalah dengan menentukan terlebih dahulu
jumlah sendi tambahan yang diperlukan dengan menggunakan persamaan 4.1.
Konstruksi diatas empat buah tumpuan, memerlukan (4 - 2) yaitu 2 buah sendi
tambahan yaitu S1 dan S2. Jika 4 buah tumpuan utama pada konstruksi masing-masing
notasinya A, B, C dan D, maka alternatif penempatan sendi tambahan S1 dan S2 dapat
dilakukan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.3. Dengan cara yang sama dapat
dilakukan penentuan jumlah sendi tambahan dan penempatannya untuk konstruksi yang
ditumpu oleh lebih dari 4 buah tumpuan.
Penyelesaian perhitungan untuk konstruksi yang ditumpu oleh 4 buah tumpuan
atau lebih, dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
Tahap I : Terlebih dahulu diselesaikan perhitungan untuk konstruksi balok sekunder.
Berbeda halnya dengan balok yang ditumpu oleh 3 buah tumpuan yang
hanya terdapat satu buah konstruksi balok sekunder, balok yang ditumpu
oleh 4 buah tumpuan memiliki kemungkinan terdapat satu atau lebih
konstruksi balok sekunder (tergantung dari jumlah tumpuan utama pada
konstruksi). Untuk konstruksi yang memiliki lebih dari satu buah konstruksi
balok sekunder, penyelesaiannya dapat dilakukan secara bersamaan atau
dimulai dari salah satu konstruksi balok sekunder. Hal ini dikarenakan
masing-masing balok sekunder berdiri sendiri baik dari beban yang diterima
maupun reaksi perlawanan yang diberikan.
Tahap II : Reaksi tumpuan dari sendi tambahan pada konstruksi balok sekunder yang
telah diperoleh pada tahap I, selanjutnya akan menjadi beban tambahan pada
konstruksi balok primer. Sebagaimana halnya jumlah konstruksi balok
sekunder, konstruksi balok primer yang dimiliki pada konstruksi ini juga
biasa terdiri dari satu buah atau lebih (tergantung dari jumlah tumpuan
utama pada konstruksi). Untuk konstruksi yang memiliki lebih dari satu
buah konstruksi balok primer, penyelesaiannya dapat dilakukan secara
bersamaan atau dimulai dari salah satunya. Hal ini dikarenakan masing-
masing balok primer berdiri sendiri baik dari beban yang diterima maupun
reaksi perlawanan yang diberikan.

69
Contoh 4.2
Diketahui : Sebuah konstruksi balok memiliki bentang 21 meter, ditumpu oleh 4 buah
tumpuan dan memikul P1 = 2 ton, P2 = 3 ton dan P3 = 4 ton sebagaimana
terlihat pada gambar.
P1 P2 P3

A S1 B C S2 D

6m 1m 7m 1m 6m

Diminta : Hitung dan gambarkan bidang momen dan bidang gaya lintang.

Penyelesaian :
Dari hasil telaah gambar konstruksi pada soal, dapat disimpulkan bahwa konstruksi A-
S1 dan konstruksi S2-D membebani konstruksi S1-B-C-S2, sehingga konstruksi A-S1 dan
konstruksi S2-D merupakan konstruksi balok sekunder, sedangkan konstruksi S 1-B-C-
S2 merupakan konstruksi balok primer. Dengan demikian, penyelesaian perhitungan
untuk contoh soal diatas dimulai dari konstruksi konstruksi S2-D atau konstruksi S2-D.

Konstruksi A-S1 :
P1 = 2 t

Reaksi Tumpuan
A S1
E MS1 = 0
6m RA . 6 - P1 . 3 = 0
RA RS1
6. RA - 2 . 3 = 0
6. RA = 6
Bid. M RA = 1 t
(+)

3 tm MB = 0

1t
- RS1 . 6 + P1 . 3 = 0
-6.RS1 + 2 . 3 = 0
(+)
-6.RS1 = - 6
Bid. D
(-) RS1 = 1 t

-1 t

70
Momen :
MA = MS1 = 0 (Ujung batang)
ME = RA . 3
= 1 . 3 = 3 t.m
Gaya Lintang :
DA = RA = 1 t
DE = DA - P1
= 1 - 2 = -1 t
DS1 = DE + RS1
= -1 + 1 = 0

Konstruksi S2-D :
P3 = 4 t Reaksi Tumpuan
MD = 0
S2 D
RS2 . 6 - P3 . 3 = 0
G
6m
6.RS2 - 4 . 3 = 0
6.RS2 = 12
RS2 RD
RS2 = 2 t

Bid. M
MS2 = 0
(+)
- RD . 6 + P3 . 3 = 0
-6.RD + 4 . 3 = 0
6 tm
-6.RD = - 12
RD = 2 t
2t
Momen :
(+) MS2 = MD = 0 (Ujung batang)
MG = RS2 . 3
Bid. D
= 2 . 3 = 6 t.m
(-)

-2 t

71
Gaya Lintang :
DS2 = RS2 = 2 t
DG = DS2 - P3
= 2 - 4 = -2 t
DD = DG + RD
= -2 + 2 = 0

Konstruksi S1-B-C-S2 :
RS1 = 1 t P2 = 3 t RS2 = 2 t Reaksi Tumpuan
MC = 0
B C
S1 S2 -RS1 . 7 + RB . 6 - P2 . 3 + RS2 . 1= 0
F
6m 1m
- 1 . 7 + RB . 6 - 3 . 3 + 2 . 1 = 0
1m
RB RC - 7 + 6.RB - 9 + 2 = 0

-2 tm
6.RB = 14

-1 tm RB = 2,333 t
Bid. M MB = 0
RS2 . 7 - RC . 6 + P2 . 3 - RS1 . 1= 0
(+)
2 . 7 - RC . 6 + 3 . 3 - 1 . 1 = 0
14 - 6.RC + 9 - 1 = 0
-6.RC = - 22
11 tm
2t
RC = 3,667 t
1,33 t
(+)
(+) Momen :
Bid. D
(-) MS2 = MD = 0 (Ujung batang)
(-)
-1 t MB = -RS1 . 1
-1,67 t
= -1 . 1 = -1 t.m
MF = -RS1 . 4 + RB . 3
= -1 . 4 + 2,333 . 3 = 11 t.m
MC = -{RS2 . 1}
= -{2 . 1}
= -2 t.m

72
Gaya Lintang :
DS1 = -RS1 = -1 t
DB = DS1 + RB = -1 + 2,333 = 1,333 t
DF = DB - P2 = 1,333 - 3 = -1,667 t
DC = DF + RC = -1,667 + 3,667 = 2 t
DC = DC - RS2 = 2 - 2 = 0

Gambar bidang momen dan bidang gaya lintang secara keseluruhan :


P1 P2 P3

A S1 B C S2 D

6m 1m 7m 1m 6m

-2 tm

-1 tm
(-)

(+) Bid. M
(+)
(+)
3 tm

6 tm

11 tm

2t

1,33 t
1t (+)
Bid. D
(+) (+)

(-)
(-)
(-)
-1 t
-1,67 t
-2 t

73
4.4 Rangkuman
Balok gerber atau disebut juga konstruksi bersendi banyak adalah balok berada
diatas lebih dari dua buah tumpuan dan dibantu dengan sendi tambahan. Pada balok
gerber perlu ditetapkan jumlah sendi tambahan berdasarkan jumlah tumpuan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
S =(n - 2)
di mana :
S = Jumlah sendi tambahan
n = Jumlah tumpuan
Pada prinsipnya perhitungan reaksi tumpuan untuk balok gerber hampir sama
dengan perhitungan reaksi tumpuan pada balok sederhana. Yang membedakannya
adalah balok gerber membutuhkan sedikit analisa terlebih dahulu sebelum melakukan
perhitungan reaksi tumpuan. Analisa yang dimaksud adalah penentuan konstruksi balok
primer dan konstruksi balok sekunder.
Pada konstruksi balok gerber ada bagian konstruksi balok yang membebani dan
bagian konstruksi balok yang terbebani. Konstruksi balok yang terbebani adalah
konstruksi balok primer dan konstruksi balok yang membebani adalah konstruksi balok
sekunder.
Perhitungan reaksi tumpuan harus dilakukan terlebih dahulu pada konstruksi
balok sekunder. Karena reaksi tumpuan sendi tambahan S pada konstruksi balok
sekunder menjadi beban terpusat di titik sendi tambahan S pada konstruksi balok
primer.

4.5 Tes Formatif

1. Sebutkan pengertian balok gerber.


2. Diketahui konstruksi seperti tergambar.

A B C D E

Diminta : Hitung jumlah sendi tambahan yang diperlukan pada konstruksi tersebut

74
3. Diketahui konstruksi seperti tergambar

P1 = 4 t q = 1 t/m' P2 = 5 t

A B C D
S1 S2
5m 1m 4m 1,5 m 6m

Diminta : Hitung dan gambarkan bidang momen dan bidang gaya lintang.

75
BAB V
GARIS SPENGARUH

a) Deskripsi Singkat
Bab ini menjelaskan tentang penggunaan metode garis pengaruh untuk
menganalisa reaksi tumpuan, momen dan gaya lintang akibat beban yang bergerak pada
konstruksi balok. Garis pengaruh adalah sebuah grafik yang menunjukkan nilai
pengaruh dari suatu satuan beban untuk setiap kedudukan beban yang bergerak.
Penjabaran teori pada bab ini juga diperkuat dengan contoh soal dan penyelesaiannya.
Pada akhir pertemuan dilakukan test formatif untuk mengetahui daya serap dan
pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diberikan.

b) Relevansi
Materi yang disajikan pada bab ini merupakan pengetahuan yang harus dikuasai
oleh mahasiswa untuk menganalisa beban bergerak pada konstruksi balok. Untuk
mempelajari materi ini mahasiswa diharuskan mempelajari terlebih dahulu tentang
balok sederhana.

c) Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan :
- Mahasiswa dapat menyebutkan pengertian garis pengaruh.
- Mahasiswa dapat menghitung garis pengaruh reaksi tumpuan.
- Mahasiswa dapat menghitung garis pengaruh bidang momen dan garis pengaruh
bidang gaya lintang.

5.1 Pendahuluan
Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab I bahwa secara umum beban dapat
dibagi dua yaitu beban mati dan beban hidup. Beban mati adalah beban yang sifatnya
tetap suatu konstruksi, biasanya beban ini lebih didominasi oleh berat sendiri
konstruksi. Beban hidup adalah beban yang sifatnya hanya bekerja pada saat-saat
tertentu saja, misalnya hujan, angin, gempa dan lain sebagainya. Beban yang bergerak
juga digolongkan ke dalam beban hidup. Manusia yang berjalan diatas sebuah

76
konstruksi merupakan beban bergerak. Begitu juga halnya dengan kenderaan yang
melintasi diatas sebuah jembatan.
Menghitung besarnya reaksi tumpuan, momen dan gaya lintang akibat beban
yang bergerak pada sebuah konstruksi balok, dapat dilakukan dengan menggunakan
garis pengaruh. Garis pengaruh adalah sebuah grafik yang menunjukkan nilai pengaruh
dari suatu satuan beban untuk setiap kedudukan beban yang bergerak. Pembahasan garis
pengaruh lebih dominan terhadap konstruksi jembatan yang dilalui oleh beban bergerak.

5.2 Garis Pengaruh Reaksi Tumpuan


Penyelesaikan perhitungan reaksi tumpuan pada balok akibat beban
bergerak dengan garis pengaruh dilakukan dengan memperhatikan Gambar 5.1 dan
penjelasan langkah perhitungannya sebagaimana diuraikan dibawah ini.
S
P1 P2
A B
x
RA L RB

x S
P1 P2

1t
y1 y2

S
P1 P2
1t
y3 y4

Gambar 5.1 Garis pengaruh reaksi tumpuan

Beban bergerak bekerja sejarak x dari tumpuan A maka reaksi tumpuan dapat
dihitung sebesar beban dikalikan dengan ordinatnya, dapat dirumuskan sebagi berikut :
R = P.y ...................................................... 5.1

77
di mana :
R = Reaksi tumpuan
P = Beban
y = Ordinat grafik

Garis Pengaruh RA
Muatan bergerak P diasumsikan dengan P = 1 t
Bila beban P = 1 t diletakkan di tumpuan B, maka :
 MB = 0
RA.L = 0
RA =0 ................................................ 5.2
 MA = 0
- RB.L + P.L = 0
RB =P ................................................ 5.3

Garis Pengaruh RB
Beban P = 1 t diletakkan di tumpuan A, maka :
 MB = 0
RA.L - P.L = 0
RA =P ................................................ 5.4
 MA = 0
- RB.L = 0
RB =0 ............................................... 5.5
Berdasarkan muatan yang melewati balok sejarak x dari tumpuan A maka RA
dan RB dapat dinyatakan dengan :
RA = P1.y1 + P2.y2 ............................................... 5.6
RB = P1.y3 + P2.y4 ............................................... 5.7

Contoh soal 5.1


Diketahui : Konstruksi seperti tergambar.
Ditanya : Hitung reaksi tumpuan RA dan RB dengan menggunakan garis pengaruh.

78
2m

P1 = 1 t P2 = 2 t
A B
3m

RA 10 m RB

Penyelesaian :
2m

P1 = 1 t P2 = 2 t
A B
3m

RA 10 m RB

P1 P2

1t
y1
y2

P1 P2
1t

y3 y4

Ordinat y1 dan y2 :
y1 / 1 = 7 / 10 ----------> y1 = 0,7
y2 / 1 = 5 / 10 ----------> y1 = 0,5
Ordinat y3 dan y4 :
y3 / 1 = 3 / 10 ----------> y1 = 0,3
y4 / 1 = 5 / 10 ----------> y1 = 0,5
Reaksi tumpuan :
RA = P1.y1 + P2.y2
= 1 . 0,7 + 2 . 0,5
= 1,7 ton

79
RB = P1.y3 + P2.y4
= 1 . 0,3 + 2 . 0,5
= 1, 3 ton

5.3 Garis Pengaruh Momen dan Gaya Lintang


Penyelesaikan perhitungan momen dan gaya lintang pada balok akibat beban
bergerak dengan garis pengaruh dilakukan dengan memperhatikan Gambar 5. 2 dan
penjelasan langkah perhitungannya sebagaimana diuraikan dibawah ini.
Untuk melukis garis pengaruh momen pada konstruksi balok dilakukan dengan
langkah sebagai berikut :
1. Buatkan garis bantu vertikal masing-masing dibawah titik A, titik B dan titik C.
2. Buatkan busur dengan menggunakan jangka dimulai dari titik C ke titik A’
(berpotongan dengan garis bantu vertikal A), berpusat pada titik A dan jari-jari
sebesar AC.
P
x
A B
a C b

RA L RB

C
A B

C'
A'

1t
y1

y2
1t

Gambar 5.2 Garis pengaruh momen dan gaya lintang

80
3. Buatlah garis yang menghubungkan titik A’ ke titik B sehingga didapat perpotongan
garis ini dengan garis bantu vertikal C, namakan titik perpotongan ini dengan titik
C’.
4. Buatkan garis dari titik A ke titik C’, sehingga diperoleh Δ ABC’ yang disebut
dengan garis pengaruh MC dengan ordinat Y berupa C-C’.

Beban sebesar P = 1 ton diletakkan pada balok AB sejarak x dari tumpuan B,


maka reaksi tumpuan di A sebesar :
Tinjauan terhadap titik B maka
 MB = 0
RA = P.x/L ............................................... 5.8
Mc = (P.x/L).a ............................................... 5.9
Momen pada titik C merupakan garis lurus karena fungsi x variabelnya
berpangkat satu (berupa persamaan linear).

Jika beban sebesar P bekerja sejauh b, maka x = b, sehingga :


Mc = (P.x/L).a
Mc = P.a.b/L ............................................... 5.10

Untuk P = 1 satuan, maka :


Mc = 1.a.b/L
Mc = a.b / L ............................................... 5.11
 
Tinjauan terhadap titik A, maka :
 MA = 0
RB = P.(L - x)/L ............................................... 5.12
Mc = {P.(L-x)/L}.b ............................................... 5.13
Momen pada titik C merupakan garis lurus karena fungsi x variabelnya
berpangkat satu (berupa persamaan linear).

Jika beban sebesar P bekerja sejauh b, maka x = b, sehingga :


Mc = {(P.(L-b)/L).b
Mc = P.a.b/L ............................................... 5.14

81
Untuk P = 1 satuan, maka :
Mc = 1.a.b/L
Mc = a.b / L ............................................... 5.15
Ordinat y dapat diselesaikan dengan perbandingan segitiga pada Δ ABC’ sehingga
diperoleh persamaan :
CC' / AA' = b / L ------> CC' = y, maka :
y = AA'. b / L ............................................... 5.16

Garis pengaruh gaya lintang di titik C dilukiskan dengan cara membuat garis
netral di titik A dan menarik garis vertikal 1 ton pada bagian atas garis netral kemudian
pada bagian titik B dilukiskan hal yang sama 1 ton di bawah garis netral dan dari
masing-masing titik tersebut di tarik garis ke arah titik A atau titik B.
Apabila perletakan beban P berada pada bagian CB dari balok AB maka gaya
lintang DC sebesar RA maka garis pengaruh RA diambil sampai batas BC. Garis
pengaruh RA dan RB sampai batas titik C. Dalam penyelesaian garis pengaruh gaya
lintang maka ordinat y1 dan y2 dapat diselesaikan dengan cara perbandingan segitiga.
Dari Gambar 3.2 dapat dicari ordinat y1 berdasarkan perbandingan segitiga sebangun
yaitu :
y1 /1 = b / L
y1 = b / L ............................................... 5.17
Dengan cara yang sama dihitung besarnya ordinat y2 yaitu sebagai berikut :
y2 /1 = a / L
y2 = a / L ............................................... 5.18

Contoh Soal 5.2


Diketahui : Konstruksi seperti tergambar.
2m

P1 = 2 t P2 = 4 t

A B
C 7m
5m

RA 12 m RB

82
Ditanya : Hitunglah momen dan gaya lintang pada titik C dengan
menggunakan garis pengaruh
Penyelesaian :

2m

P1 = 2 t P2 = 4 t
5m 7m

C
A B
Kondisi I
y1
y

C'

Kondisi II
A'
P1 = 2 t P2 = 4 t
C
A B

y2
y

C'

P1 = 2 t P2 = 4 t

1t
y3
y1 y4

y5 y6
y2
1t

Pada kedudukan I :
Menghitung ordinat y menggunakan persamaan 5.16.
y = AA'. b / L

y = 5.7 / 12

y = 2,917 m

83
Ordinat y1 :

y1 / y = 5 / 7

y1 = (2,917) . 5 / 7

y1 = 2,083 m

Maka momen maksimum yang terjadi adalah :

MC maks = P1.y + P2.y1


= 2 . 2,917 + 4 . 2,083
= 14,167 tm

Pada kedudukan II :
y = 5.7 / 12

y = 2,917

Ordinat y2 :

y2 / y = 3 / 5

y2 = (2,917) . 3 / 5

y2 = 1,750 m

Maka momen maksimum yang terjadi adalah :

MC maks = P1.y2 + P2.y


= 2 . 1,750 + 4 . 2,197
= 15,167 tm
Momen maksimum pada titik C diambil nilai tersebesar dari kedua kedudukan tersebut
diatas yaitu pada kedudukan II sebesar MC maks =15,167 tm.

Mencari Gaya Lintang Dc maksimum dan Dc minimum


Mencari ordinat y3, y4, y5 dan y6
y3 / 1 = 7 / 12 ----------> y3 = 0,583
y4 / 1 = 5 / 12 ----------> y4 = 0,417
y5 / 1 = 5 / 12 ----------> y5 = 0, 417
y6 / 1 = 7 / 12 ----------> y6 = 0, 583

84
Besarnya Dc Minimum :
DC min = P1.y3 + P2.y4
= 2 . 0,583 + 4 . 0,417
= 2,833 ton
Besarnya Dc Maksimum :
DC maks = P1.y5 + P2.y6
= 2 . 0,417 + 4 . 0,583
= 3,167 ton

5.4 Garis Pengaruh Momen dan Gaya Lintang pada Beban Terbagi Rata
Momen dan gaya lintang yang terjadi pada suatu titik disepanjang bentang balok
akibat beban bergerak terbagi rata dapat diselesaikan dengan memperhitungkan luas
bidang pada area yang dilewati oleh muatan bergerak tersebut. Untuk hal di atas maka
perlu dipahami dan dimengerti tentang luas bidang-bidang seperti luas trapesium, luas
segitiga agar memudahkan penyelesaian persoalan tesebut.
q t/m'

C L1
A B
a b
RA L RB

x L1 L-L1-x
A B
y1 y2
y

C'

A'

1t
y3
y4
y5 y6
1t

Gambar 5.3 Garis pengaruh momen dan gaya lintang pada beban terbagi rata

85
Langkah pertama, beban terbagi rata diletakkan sedemikian rupa sehingga
ordinat :
y1 = y2 ................................................ 5.19
Berdasarkan letak tersebut di atas maka jarak beban terbagi rata adalah sejarak x
dari titik A, sementara jarak muatan terbagi rata dari titik B adalah sejauh (L-L1-x).
Langkah berikutnya adalah mencari ordinat y, y1 dan y2 berdasarkan perletakan
tersebut di atas. Ordinat tersebut adalah :
y = a.b / L ................................................ 5.20
y1 = x.y / a ................................................ 5.21
y2 = (L-L1-x).y / b ................................................ 5.22
Langkah selanjutnya adalah mencari jarak x dengan menggunakan persamaan
(3.19) :
y1 = y2
Nilai y1 dan y2 disubstitusikan sehingga persamaan menjadi :
x.y / a = (L-L1-x).y / b
x . b = (L-L1-x) . a
x = (L-L1-x).a / b .
Selanjutnya persamaan disederhanakan menjadi :
x = a.L / b - a.L1 / b - a.x / b .
x + a.x / b = a.L / b - a.L1 / b
x (1 + a/b) = (a.L - a.L1) / b
x (b/b + a/b) = (a.L - a.L1) / b
x ((a+b)/b) = (a.L - a.L1) / b
x (a+b) = (a.L - a.L1) .
x.L = (a.L - a.L1) .
Sehingga :
x = (a.L - a.L1) / L ............................................... 5.23

Setelah nilai x diperoleh selanjutnya dapat dihitung momen maksimum pada


titik C sebagai berikut :
MC maks = q.(F1 + F2)
Dimana :

86
F1 = (y1 + y)(a - x) / 2 ............................................... 5.24
F2 = (y1 + y)(b - (L-L1-x) / 2 ............................................... 5.25
Setelah nilai Momen Maksimum pada titik C diperoleh selanjutnya dapat
dihitung gaya lintang maksimum dan gaya lintang minimum pada titik C sebagai
berikut :
Mencari ordinat,
y3 = b / L ............................................... 5.26
y3 = (b - L1) / L ............................................... 5.27
y5 = a / L ............................................... 5.28
Selanjutnya dihitung gaya lintang maksimum dan minimum sebagai
berikut :
DC maks = q . F3 ............................................... 5.29
DC min = q . F4 ............................................... 5.30

Dimana :
F3 = (y3 + y4) (b - (L-L1-x)/2 ............................................... 5.31
F4 = (y5 + y6) (a - L1) / 2 ............................................... 5.32

5.5 Momen Maksimum


Sebuah balok yang ditumpu oleh 2 buah tumpuan dan dilewati oleh beban
bergerak seperti kenderaan dengan sumbu roda muka P1 dan sumbu roda belakang P2.
Kondisi ini dapat digambarkan seperti pada Gambar berikut :

L1

P1 x P2
R

Gambar 5.4 Beban roda dan resultan gaya

Langkah Penyelesaiannya adalah sebagai berikut :


1. Menentukan letak resultan dari gaya atau beban bergerak.
Besarnya resultan gaya adalah :
R = P 1 + P2 ............................................... 5.33

87
Menentukan jarak x :
R . x = P1 . L1
x = P1 . L1 / R ............................................... 5.34
2. Titik tengah antara resultan R dan P2 diletakkan pada tengah-tengah batang balok
AB.
L1

P1 P2
A B

RA L RB

L1

P1 x P2

L1

P1 P2
D C
A B
y1
y

C'

B'

Gambar 5.5 Penentuan momen maksimum

3. Gambarkan letak pembebanan tersebut sehingga didapat titik C dan D di mana jarak
AD dan BC adalah sebagai berikut :
BC = 1/2.L - 1/2.x
BC = 1/2 (L - x) ............................................... 5.35
AD = L - BC - L1
AD = L - 1/2.L + 1/2.x - L1
AD = 1/2.L + 1/2.x - L1
AD = (L + x - 2.L1) / 2 ............................................... 5.36

88
4. Buatkan busur dari titik C ke B’ dengan jari-jari BC dan titik pusat lingkaran pada
titik B.
5. Hubungkan garis antara titik A ke titik B’ berpotongan di C’.
6. Hubungkan garis antara titik C’ ke titik B, sehingga diperoleh garis pengaruh momen
di titik C.
7. Mencari ordinat y :
y / BB' = (L - BC) / L
y / BB' = (L - 1/2.L + 1/2.x) / L
Karena BB' = BC, maka :
y / BC = (L - 1/2.L + 1/2.x) / L
y = BC .(L - 1/2.L + 1/2.x) / L
y = 1/2.( L - x).1/2.(L + x) / L
y = (L-x)(L+x) / 4L
y = (L2 - x2) / 4L ............................................... 5.37
y1 / BB' = (L - L1 - BC) / L
y1 / BB' = (L - L1 - 1/2.L + 1/2.x) / L
y1 / BB' = 1/2.(L - 2.L1 + x) / L
y1 = BC . 1/2L . (L - 2.L1 + x)
y1 = 1/2(L - x).1/2L.(L - 2.L1 + x)
y1 = 1/4L . (L-x)(L-2.L1 + x) ............................................... 5.38
Mencari momen maksimum :
Mmaks = P1. y1 + P2.y ............................................... 5.39

Contoh Soal 5.3


Diketahui : Konstruksi seperti tergambar.
3m
P1 = 1 t P2 = 2 t

A B

RA 8m RB

Ditanya : Hitung momen maksimum akibat kenderaan tersebut dan lokasi momen
maksimum tersebut bekerja.

89
Penyelesaian :
Mencari resultan gaya dan letak resultan gaya
3m
D C
P1 = 1 t 3-x x P2 = 2 t

Besarnya resultan gaya adalah :


R = P 1 + P2
= 1 + 2 = 3 ton
Menentukan jarak x :
M C = 0
R . x = P1 . 3
x = P1 . 3 / R
=1.3/3
=1m

3m

P1 = 1 t P2 = 2 t
A B

RA 8m RB

3m

P1 P2
R

3m
D C
1,5 m x=1m 3,5 m

A P1 CP2 B
y1
y

C'

B'

90
Jarak BC :
BC = 1/2 (L - x)
= 1/2 (8 - 1) = 3,5 m
Jarak AD :
AD = (L + x - 2.L1) / 2
= (8 + 1 - 2.3) / 2
= 1,5 m
Diperoleh titik potong C pada jarak 3,5 m dari titik B
Mencari ordinat y dan y1 :
y / BB' = 4,5 / 8 -------------------> y = 4,5 / 8 (3,5) = 1,969
y1 / BB' = 1,5 / 8 -------------------> y = 1,5 / 8 (3,5) = 0,656
Mencari momen maksimum :
Mmaks = P1. y1 + P2.y
= 1 . 1,969 + 2 . 0,656
= 3,281 tm (terletak 3,5 m dari titik B)

5.6 Rangkuman
Garis pengaruh adalah sebuah grafik yang menunjukkan nilai pengaruh dari
suatu satuan beban untuk setiap kedudukan beban yang bergerak. Menghitung besarnya
reaksi tumpuan, momen dan gaya lintang akibat beban yang bergerak pada sebuah
konstruksi balok, dapat dilakukan dengan menggunakan garis pengaruh.
Beban bergerak bekerja sejarak x dari tumpuan A pada sebuah balok sederhana,
maka reaksi tumpuan dapat dihitung sebesar beban dikalikan dengan ordinatnya, dapat
dirumuskan sebagi R = P.y, di mana R = Reaksi tumpuan; P = Beban; dan y = Ordinat
grafik.
Momen dan gaya lintang yang terjadi pada suatu titik disepanjang bentang balok
akibat beban bergerak terbagi rata dapat diselesaikan dengan memperhitungkan luas
bidang pada area yang dilewati oleh muatan bergerak tersebut.
Langkah penggambaran garis pengaruh momen konstruksi balok dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Buatkan garis bantu vertikal masing-masing dibawah titik A, titik B dan titik C.

91
2. Buatkan busur dengan menggunakan jangka dimulai dari titik C ke titik A’
(berpotongan dengan garis bantu vertikal A), berpusat pada titik A dan jari-jari
sebesar AC.
3. Buatlah garis yang menghubungkan titik A’ ke titik B sehingga didapat perpotongan
garis ini dengan garis bantu vertikal C, namakan titik perpotongan ini dengan titik
C’.
4. Buatkan garis dari titik A ke titik C’, sehingga diperoleh Δ ABC’ yang disebut
dengan garis pengaruh MC dengan ordinat Y berupa C-C’.

Garis pengaruh gaya lintang di titik C dilukiskan dengan cara membuat garis
netral di titik A dan menarik garis vertikal 1 ton pada bagian atas garis netral kemudian
pada bagian titik B dilukiskan hal yang sama 1 ton di bawah garis netral dan dari
masing-masing titik tersebut di tarik garis ke arah titik A atau titik B.

5.8 Tes Formatif


1. Apa yang dimaksud dengan garis pengaruh ?
2. Apa manfaat garis pengaruh ?
3. Uraikan langkah-langkah penggambaran garis pengaruh untuk menghitung momen
akibat beban bergerak.
4. Uraikan langkah-langkah menghitung momen maksimum menggunakan garis
pengaruh.

92
BAB VI
PORTAL

a) Deskripsi Singkat
Bab ini menjelaskan tentang analisa reaksi tumpuan, momen dan gaya lintang
pada konstruksi portal. Portal adalah sebuah konstruksi hasil gabungan balok bersendi
banyak yang dilengkapi dengan tiang penyangga. Penjabaran teori pada bab ini juga
diperkuat dengan contoh soal dan penyelesaiannya. Pada akhir pertemuan dilakukan test
formatif untuk mengetahui daya serap dan pemahaman mahasiswa terhadap materi yang
diberikan.

b) Relevansi
Materi yang disajikan pada bab ini merupakan pengetahuan yang harus dikuasai
oleh mahasiswa untuk menganalisa gaya-gaya dalam pada konstruksi portal tiga sendi.
Untuk mempelajari materi ini mahasiswa diharuskan mempelajari terlebih dahulu
tentang balok sederhana dan balok gerber.

c) Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan :
- Mahasiswa dapat menyebutkan bentuk dan variasi konstruksi portal
- Mahasiswa dapat menghitung reaksi tumpuan, momen dan gaya lintang pada
konstruksi portal.
- Mahasiswa dapat menggambarkan bidang momen (M), bidang gaya lintang (D)
dan bidang gaya normal (N) untuk konstruksi portal.

6.1 Pendahuluan
Portal adalah sebuah konstruksi hasil gabungan balok bersendi banyak yang
dilengkapi dengan tiang penyangga. Konstruksi portal dengan kondisi seperti ini
diselesaikan dengan prinsip statis tertentu. Keseimbangan gaya (keseimbangan gaya-
gaya dalam arah vertikal dan horizontal dan keseimbangan momen pada tumpuan)
masih berlaku untuk penyelesaian konstruksi portal. Persamaan tersebut menyatakan
bahwa jumlah aljabar gaya-gaya pada arah vertikal harus sama dengan nol, jumlah

93
aljabar gaya-gaya dalam arah horizontal sama dengan nol dan jumlah momen pada titik
tinjauan sama dengan nol. Secara matematis, dengan menggunakan 3 syarat
keseimbangan tersebut diatas akan mampu untuk memberikan solusi terhadap
permasalahan linear yang memiliki persamaan dengan 3 variabel.

q (t/m') P (ton)

C D
S
Q

RAH RBH B
A

L
RAV RBV

Gambar 6.1 Konstruksi portal

Berbeda halnya dengan konstruksi balok, sebuah konstruksi portal masih


memiliki kemungkinan terjadinya reaksi arah horizontal, walaupun pada konstruksi
tersebut tidak terdapat beban horizontal yang bekerja secara langsung.
Hal ini dapat terjadi karena ketidaksimetrisan dari konstruksi portal maupun
ketidaksimetrisan beban vertikal yang bekerja. Karena itu pada sebuah konstruksi portal
akan timbul reaksi tumpuan dalam arah vertikal dan arah horizontal.

6.2 Variasi Bentuk Portal


Secara umum, bentuk dan variasi konstruksi portal dibagi dua yaitu portal
tunggal sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.2 dan konstruksi gabungan portal
dengan balok gerber sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.3. Portal tunggal itu
sendiri bentuknya bervariasi yaitu :
1. Portal dengan kaki tegak dan sama tinggi, seperti diperlihatkan pada Gambar 6.4(a)
2. Portal dengan kaki tegak dan tidak sama tinggi, seperti diperlihatkan pada Gambar
6.4.(b)

94
3. Portal dengan kaki miring sebelah dan sama tinggi, seperti diperlihatkan pada
Gambar 6.5.(a)
4. Portal dengan kedua kakinya miring dan sama tinggi, seperti diperlihatkan pada
Gambar 6.5.(b)
5. Portal dengan kaki miring sebelah dan tidak sama tinggi, seperti diperlihatkan pada
Gambar 6.5.(c)
6. Portal dengan kedua kakinya miring dan tidak sama tinggi, seperti diperlihatkan pada
Gambar 6.5.(d)

C D
S

A B

L
Gambar 6.2 Konstruksi portal tunggal

S1 C S D S2

A B

L1 L L2
Gambar 6.3 Gabungan konstruksi portal dengan balok gerber

C D C D
S S

H1
H
H2
A
A B
L
L B

A B
Gambar 6.4 Portal kaki tegak

95
C D D
S C
S

H H

A B A B

L1 L2 L3
L1 L2

A B

C D C D
S
S

H H
H2 H
1
1
A A 2

B B

L1 L2 L1 L2 L3

C D

Gambar 6.5 Portal kaki miring

6.3 Portal Kaki Tegak Dan Sama Tinggi


Pada portal dengan kaki tegak dan sama tinggi merupakan bentuk portal yang
sederhana dan penyelesaiannyapun cenderung lebih sederhana. Untuk lebih mudah
memahaminya berikut diberikan beberapa contoh soal yang dapat dijadikan referensi
untuk penyelesaian pada persoalan yang mempunyai kemiripan dan cenderung serupa.

Contoh 6.1
Diketahui : Konstruksi portal seperti gambar.
q = 2 t/m' P = 4 ton

C D Ditanya : Hitung dan gambarkan


S E
Q
bidang M, bidang D dan bidang N
3m

A RAH RBH B

RAV 4m 2m 2m RBV

96
Penyelesaian :
Reaksi tumpuan :
MB = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik B, sehingga :
RAV . 8 - Q . 6 - P . 2 = 0
8. RAV - (2.4) . 6 - 4 . 2 = 0
8. RAV - 56 = 0
8. RAV = 56
RAV = 7 ton.
MA = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik A, sehingga :
- RBV . 8 + P . 6 - Q . 2 = 0
- 8.RBV + 4 . 6 + (2.4) . 2 = 0
- 8.RBV + 40 = 0
- 8.RBV = -40
RBV = 5 ton.

Untuk menghitung reaksi horizontal R AH, tinjaulaah konstruksi ACS.


MS = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik S, sehingga :
RAV . 4 - RAH . 3 - Q . 2 = 0
7 . 4 - 3.RAH - (2.4) . 2 = 0
- 3.RAH + 12 = 0
-3.RAH = -12
RAH = 4 ton.

Untuk menghitung reaksi horizontal RBH, tinjaulaah konstruksi SEDB.


MS = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik S, sehingga :
- RBV . 4 + RBH . 3 + P . 2 = 0
-5 . 4 + 3.RBH + 4 . 2 = 0
3.RAH - 12 = 0
3.RBH = 12
RBH = 4 ton.

97
Momen (M) :
MA = MS = MB = 0
MC = - RAH . 3
=-4.3
= - 12 t.m.
Menghitung momen maksimum sepanjang bentang CS :
Mx = RAV . x - RAH . 3 - Qx . 1/2x
= 7.x - 4 . 3 - (2.x) . 1/2x
= 7x - 12 - x2
𝑑𝑀𝑥
Letak momen maksimum : =0
𝑑𝑥
𝑑
(7.x - 12 - x2) = 0
𝑑𝑥

7-2x =0
x = 3,5 m
Besarnya momen maksimum :
Mmaks = 7.x -12 - x2 ------> x = 3,5
= 7.(3,5) - 12 - (3,5)2
= 0,25 t.m
ME = - {- RBV . 2 + RBH . 3}
= -{- 5(2) + 4(3)}
= - 2 t.m
MD = - {RBH . 3}
= -{4(3)}
= - 12 t.m

Gaya lintang (D) :


Batang AC :
DA = - RAH
= - 4 ton
Batang CSED
DC = RAV
= 7 ton

98
DS = DC - Q
= 7 - (2.4)
= - 1 ton
DE = DS - P
=-1-4
= -5 ton
DD = DE + RBV
=-5+5=0
Batang DB :
DB = - RAH
= - 4 ton

Gaya Normal (N) :


Batang AC :
NA = - RAV
= - 7 ton
Batang CSED
NC = - RAH
= - 4 ton
Batang DB :
NB = - RBV
= - 5 ton

99
Penggambaran bidang momen, gaya lintang dan gaya normal :
q = 2 t/m' P = 4 ton

C D
Q S E

3m

A RAH RBH B
RAV 4m 2m 2m RBV

x = 3,5 m
- 12 - 12
-2
- 12
- 12
2,5 Bid. M

7t

-1 t
Bid. D
-4t

-4t

-5 t

-4t
-5 t

Bid. N
-7t

100
6.4 Portal Kaki Tegak Dan Tidak Sama Tinggi
Pada portal dengan kaki tegak dan tidak sama tinggi penyelesaiannya sedikit
lebih komplek dari portal dengan kaki tegak dan sama tinggi. Dalam perhitungannya
portal ini dipengaruhi oleh pengurangan/penambahan reaksi vertikal akibat perbedaan
tinggi.
q (t/m')

P (t) S D
C

H1 

f H2

A RAH
R'AH
RAV1
L R'BH
RBH B

RBV1

Gambar 6.6 Portal kaki tidak sama tinggi

Reaksi tumpuan yang terjadi pada konstruksi portal kaki tidak sama tinggi
dihitung dua kali, yaitu :
1. Reaksi vertikal yang terjadi akibat beban luar (RAV1 dan RBV1)
2. Reaksi penguraian gaya miring akibat beda tinggi (RAV2, RBV2, RAH dan RBH).
Reaksi vertikal total yang terjadi adalah :
RAV = RAV1 + RAV2 ......................................................... 6.1
RBV = RBV1 + RBV2 ......................................................... 6.2
Menentukan nilai f (menggunakan prinsip segitiga sebangun):
𝐿/2(𝐻2 − H1 )
f = H1 + ......................................................... 6.3
𝐿

Menentukan sudut kemiringan  :


(𝐻2 − 𝐻1 )
tan = ......................................................... 6.4
𝐿

Menghitung nilai f ' :


f ' = f . cos  ......................................................... 6.5

101
Untuk memudahkan pemahaman perhitungan konstruksi portal kaki tegak tidak
sama tinggi, diberikan contoh soal sebagai berikut.

Contoh 6.2
Diketahui : Konstruksi seperti tergambar
q = 2 t/m' P = 4 ton

C S D
E
Q

H1 = 3 m f
RAH H2 = 5 m
A
R'AH
RAV1 R'BH
B
RBH

4m 2m 2m RBV1

Diminta : Gambarkan Bidang Momen (M), Bidang Gaya Lintang (D) dan Bidang
Normal (N)
Penyelesaian :
Menentukan nilai f (menggunakan prinsip segitiga sebangun):
𝐿/2(𝐻2 − H1 )
f = H1 + 𝐿
4(5 − 3)
=3+ 8

=3+1=4m
Menentukan sudut kemiringan  :
(𝐻2 − 𝐻1 )
tan = 𝐿
(5 − 3)
= 8

= 0,25 ------>  = 14,036o


Menghitung nilai f ' :
f ' = f . cos 14.036o
= 4 . 0,970
= 3,881 m

102
Reaksi tumpuan :
MB = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik B, sehingga :
RAV1 . 8 - Q . 6 - P . 2 = 0
8.RAV1 - (2.4) . 6 - 4 . 2 = 0
8.RAV1 - 56 = 0
RAV1 = 7 ton.
MA = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik A, sehingga :
- RBV1 . 8 + P . 6 - Q . 2 = 0
- 8.RBV1 + 4 . 6 + (2.4) . 2 = 0
- 8.RBV1 + 40 = 0
RBV1 = 5 ton.

Untuk menghitung reaksi horizontal R'AH, tinjaulah konstruksi ACS.


MS = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik S, sehingga :
RAV1 . 4 - Q . 2 + R'AH . f ' = 0
7 . 4 - (2.4) . 2 + R'AH . 3,881 = 0
3,881.R'AH + 12 = 0
R'AH = 3.092 ton.
Untuk menghitung reaksi horizontal R'BH, tinjaulaah konstruksi SEDB.
MS = 0maka semua gaya distatismomenkan ke titik S, sehingga :
- RBV1 . 4 + R'BH . 3,881 + P . 2 = 0
-5 . 4 + 3,881.R'BH + 4 . 2 = 0
3,881.R'BH - 12 = 0
R'BH = 3,092 ton.
Penguraian horizontal R'AH :
RAH


RAV2 R'AH

RAH = R'AH . cos 


= 3,092 . cos 14,036o
= 3 t (ke kanan)

103
RAV2 = R'AH . sin 
= 3,092 . sin 14,036o
= 0,75 t (ke bawah)

Penguraian horizontal R'BH :


R'BH RBV2



RBH
RBH = R'BH . cos 
= 3,092 . cos 14,036o
= 3 t (ke kiri)
RBV2 = R'BH . sin 
= 3,092 . sin 14,036o
= 0,75 t (ke atas)
Sehingga diperoleh reaksi tumpuan adalah sebagai berikut :
RAV = RAV1 + RAV2
= 7 + (-0,75) = 6,25 t
RBV = RBV1 + RBV2
= 5 + 0,75 = 5,75 t

Momen (M) :
MA = MS = MB = 0
MC = - RAH . 3
= - 3 . 3 = - 9 t.m.
Menghitung momen maksimum sepanjang bentang CS :
Mx = RAV . x - RAH . 3 - Qx . 1/2x
= 6,25.x - 3 . 3 - (2.x) . 1/2x
= 6,25.x - 9 - x2
𝑑𝑀𝑥
Letak momen maksimum : =0
𝑑𝑥
𝑑
(6,25.x - 9 - x2) =0
𝑑𝑥

6,25 - 2 x =0
x = 3,125 m

104
Besarnya momen maksimum :
Mmaks = 6,25.x - 9 - x2 ------> x = 3,125
= 6,25.(3,125) - 9 - (3,125)2
= 0,7656 t.m
ME = - {- RBV . 2 + RBH . 5}
= -{- 5,75(2) + 3(5)}
= - 3,5 t.m
MD = - {RBH . 5}
= -{3(5)}
= - 15 t.m

Gaya lintang (D) :


Batang AC :
DA = - RAH = - 3 ton
Batang CSED
DC = RAV = 6,25 ton
DS = DC - Q
= 6,25 - (2.4) = - 1,75 ton
DE = DS - P
= - 1,75 - 4 = - 5,75 ton
DD = DE + RBV
= - 5,75 + 5,75 = 0
Batang DB :
DB = - RAH = - 3 ton

Gaya Normal (N) :


Batang AC :
NA = - RAV = - 6,25 ton
Batang CSED
NC = - RAH = - 3 ton
Batang DB :
NB = - RBV = - 5,75 ton

105
Penggambaran bidang momen, gaya lintang dan gaya normal :

q = 2 t/m' P = 4 ton

C S D
Q E

H1 = 3 m

A H2 = 5 m
RAH
RAV
B
RBH
4m 2m 2m RBV
x = 3,125
-9 - 15
m
-3,5
- 15
-9
0,7656

Bid. M

6,25 t

-1,75 t
-3t

-3t

-5,75 t
Bid. D

-3t
- 6,25 t

-5,75 t

Bid. N

106
6.5 Gabungan Portal Dengan Balok Gerber
Penyelesaian perhitungan konstruksi portal yang digabungkan dengan balok
gerber pada prinsipnya merupakan gabungan dari 2 langkah perhitungan secara terpisah,
yaitu perhitungan balok gerber dan perhitungan portal itu sendiri. Tatacara perhitungan
untuk balok gerber telah pernah dibahas pada BAB IV, sementara tatacara perhitungan
konstruksi portal sebagaimana yang telah diuraikan pada BAB VI.
Sebagaimana halnya penyelesaian perhitungan pada balok gerber, pada
konstruksi gabungan portal dengan balok gerber juga dibutuhkan analisa terlebih dahulu
untuk menentukan konstruksi sekunder dan konstruksi primer. konstruksi sekunder
adalah konstruksi yang ikut membebani konstruksi primer. Dalam hal penyelesaian
perhitungan, konstruksi sekunder harus dikerjakan terlebih dahulu, kemudian baru
dilanjutkan dengan perhitungan untuk konstruksi primer.

6.6 Rangkuman
Portal adalah sebuah konstruksi hasil gabungan balok bersendi banyak yang
dilengkapi dengan tiang penyangga. Secara matematis, dengan menggunakan 3 syarat
keseimbangan yang ada akan mampu untuk memberikan solusi terhadap permasalahan
linear yang memiliki persamaan dengan 3 variabel pada penyelesaian perhitungan
konstruksi portal.
Secara umum, bentuk dan variasi konstruksi portal dibagi dua yaitu portal
tunggal dan konstruksi gabungan portal dengan balok gerber. Portal tunggal itu sendiri
bentuknya bervariasi yaitu :
1. Portal dengan kaki tegak dan sama tinggi.
2. Portal dengan kaki tegak dan tidak sama tinggi.
3. Portal dengan kaki miring sebelah dan sama tinggi.
4. Portal dengan kedua kakinya miring dan sama tinggi.
5. Portal dengan kaki miring sebelah dan tidak sama tinggi.
6. Portal dengan kedua kakinya miring dan tidak sama tinggi.
Pada portal dengan kaki tegak dan tidak sama tinggi penyelesaiannya sedikit
lebih komplek. Dalam perhitungannya portal ini dipengaruhi oleh kemiringan gaya
horizontal akibat perbedaan tinggi. Akibat perbedaan tinggi, reaksi tumpuan yang
terjadi pada konstruksi portal kaki tidak sama tinggi dihitung dua kali, yaitu :

107
 Reaksi vertikal yang terjadi akibat beban luar (RAV1 dan RBV1)
 Reaksi penguraian gaya miring akibat beda tinggi (RAV2, RBV2, RAH dan RBH).
Sementara itu, perhitungan konstruksi portal yang digabungkan dengan balok
gerber pada prinsipnya merupakan gabungan dari 2 langkah perhitungan secara terpisah,
yaitu perhitungan balok gerber dan perhitungan portal itu sendiri. Yang perlu
diperhatikan disini adalah penentuan konstruksi primer dan konstruksi sekunder.
Konstruksi sekunder akan membebani konstruksi primer. Oleh karena itu penyelesaian
perhitungan mesti dimulai dari konstruksi sekunder karena reaksi perletakan pada
konstruksi ini akan membebani konstruksi primer.

6.7 Tes Formatif


1. Apa yang dimaksud dengan konstruksi portal.
2. Sebutkan macam-macam variasi bentuk portal
3. Apa perbedaan mendasar perhitungan antara portal kaki sama tinggi dengan portal
kaki tidak sama tinggi.
4. Diketahui konstruksi seperti tergambar.
P1 = 2 t P2 = 3 t
q = 1,5 t/m'

A
D S1 E F S G

RAV
4m

RBH RCH
B C

RBV RCV

3m 3m 2m 4m 4m 2m

Ditanya : Hitung dan gambarkan bidang M, N & D.

108
DAFTAR PUSTAKA

Beer, Ferdinand P., E. Russell Johnston, 2012. Vector Mechanics for Engineers :
STATICS. 12th edition, McGraw Hall, India.

Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.

Husin Bustam, 1989. Mekanika Teknik Statis Tertentu, Penerbit : Asona.

Kamarwan, Sidharta S., 1995. STATIKA Bagian Dari Mekanika Teknik Edisi ke-2,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Ma'arif Faqih, 2012. Modul Pembelajaran : Mekanika Teknik 02. Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yokyakarta.

Murfihenni, W., 2013. Mekanika Teknik Semester 1, Kementrian Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia.

Popov, E.P., 1984. Mekanika Teknik. Terjemahan Zainul Astamar. Penerbit Erlangga.
Jakarta. 1984.

Shigly, Joseph Edward, 1989. Mechanical Engineering Design. Fifth Edition. McGraw-
Hill Book Co. Singapore.

Timoshenko, S.,D.H. Young, 1996. Mekanika Teknik. Terjemahan, edisi ke-4, Penerbit
Erlangga. Jakarta.

Wesli, 2010. Mekanika Rekayasa. Penerbit : Graha Ilmu. Yokyakarta.

109
GLOSARIUM

Balok gerber : Balok yang berada diatas lebih dari dua buah tumpuan
disertai dengan adanya sendi tambahan.
Balok kantilever : Konstruksi dimana terdapat salah satu ujung baloknya
terjepit sementara ujung balok yang lainnya bebas
atau tanpa tumpuan, konstruksi ini juga disebut
overhang/overstek.
Balok primer : Balok utama dimana pada balok ini ikut memikul
beban yang berada pada balok sekunder.
Balok sederhana : Balok yang ditumpu diatas dua tumpuan
Balok sekunder : Balok yang memikul beban untuk seterusnya
mebebani balok primer.
Beban : Aksi/gaya yang mengenai struktur.
Beban bergerak : Beban yang melintasi pada suatu konstruksi.
Beban mati : Beban yang sifatnya tetap pada suatu struktur.
Beban sementara : Beban yang bekerja tidak tetap pada strukur, beban ini
juga dikenal sebagai beban tidak tetap (beban hidup).
Beban titik/beban terpusat : Beban yang mengenai struktur hanya pada satu titik
tertentu secara terpusat.
Beban terbagi rata : Beban yang mengenai struktur tidak terpusat tetapi
terdistribusi baik kearah memanjang maupun ke arah
luas, baik terdistribusi merata ataupun tidak merata.
Garis kerja gaya : Garis yang dilalui oleh sebuah gaya.
Garis pengaruh : Grafik yang menunjukkan nilai pengaruh dari suatu
satuan beban untuk setiap kedudukan beban yang
bergerak.
Gaya lintang : Gaya yang bekerja tegak lurus dengan batang.
Gaya normal : Gaya yang bekerja sejajar dengan batang.
Keseimbangan : Suatu kondisi dimana besarnya gaya luar yang bekerja
sama besar dengan gaya-gaya dalam yang timbul.
Momen : Perkalian gaya dengan jarak.

110
Momen negatif : Momen yang menyebabkan serat bagian atas balok
mengalami tekan.
Momen positif : Momen yang menyebabkan serat bagian atas balok
mengalami tarik.
Perletakan : Tumpuan/penahan gaya-gaya yang bekerja pada
struktur.
Portal : Konstruksi hasil gabungan balok bersendi banyak
yang dilengkapi dengan tiang penyangga.
Reaksi : Gaya yang menahan aksi yang bekerja.
Reaksi horizontal : Gaya yang menahan aksi dalam sumbu horizontal
Reaksi vertikal : Gaya yang menahan aksi dalam sumbu vertikal
Resultan gaya : Gaya yang mewakili dari satu atau lebih baik dalam
sisi besarnya maupun arah gaya.
Struktur statis tak tentu : Suatu struktur yang gaya-gaya dalam dan reaksi
perletakannya tidak dapat diselesaikan hanya dengan
persamaan-persamaan statika.
Struktur statis tertentu : Suatu struktur yang gaya-gaya dalam dan reaksi
perletakannya dapat diselesaikan hanya dengan
persamaan-persamaan statika.
Tumpuan : Tempat perletakan konstruksi atau dukungan bagi
konstruksi dalam meneruskan gaya-gaya yang bekerja
ke pondasi
Tumpuan jepit : Tumpuan yang mampu memberikan reaksi terhadap
gaya vertikal, gaya horizontal dan momen.
Tumpuan rol : Tumpuan yang hanya memikul beban vertikal (tidak
memikul gaya horizontal dan momen).
Tumpuan sendi : Tumpuan yang memikul gaya vertikal dan horizontal
tetapi tidak sanggup memikul momen.

111
INDEKS

B Gaya normal, 2, 26, 46-53, 55, 61, 93,


Balok gerber, 2, 61, 63-64, 74, 94-95, 99, 105-106.
107-108.
K
Balok kantilever, 2, 49, 60.
Keseimbangan, 1-2, 6-7, 24-25, 27, 62,
Balok primer, 63-64, 68-70, 74.
93-94, 107.
Balok sederhana, 26-28, 33-34, 39-40,
48, 61, 63, 74, 76, 91, 93.
M
Balok sekunder, 63-64, 68-70, 74.
Momen, 1-2, 6-7,13-19, 23-32, 34-44,
Beban, 1, 3, 15-16, 18-19, 24, 26-31, 33-
48-61, 64-67, 70-73, 75-77, 80-
42, 44-46, 48, 50-51, 53-57, 60,
81, 83-89, 91-94, 97-98, 100,
63-64, 68-70, 74, 76-78, 80-82,
102-106.
85-88, 91-94, 101, 107, 108.
Momen negatif, 38-39, 50, 54, 57, 60.
Beban bergerak, 76-77, 80, 85, 87, 91-
Momen positif, 38-39, 57.
92.
Beban mati, 18, 76. P
Beban sementara, 18. Perletakan, 2, 16, 26-27, 48, 62, 82, 86,
Beban titik/beban terpusat, 16, 18-19, 108
26-30, 33, 40, 44, 46, 48, 50, 63, Portal, 2, 93-96, 101-102, 107-108.
74.
R
Beban terbagi rata, 16, 19, 26, 33-36, 40-
Reaksi, 1-6, 17-18, 25-31, 33-37, 44-46,
42, 44-46, 48, 53-56, 85-86.
48, 49-50, 52, 54, 56, 60-66, 69-
G 72, 74, 76-79, 81, 91, 93-94, 97,
Garis kerja gaya, 5-7, 14, 24. 101, 103-104, 107-108.
Garis Pengaruh, 2, 76-78, 80-83, 85, 89, Reaksi horizontal, 17, 97, 103.
91-92. Reaksi vertikal, 29-30, 101, 108.
Gaya lintang, 2, 26, 44-46, 48-57, 59-61, Resultan gaya, 1, 3, 7-12, 25, 87, 90.
64, 66-67, 69,70-73, 75-77, 80, S
82-85, 87, 91-93, 98, 100, 102, Struktur statis tak tentu, 1-2, 25.
105-106. Struktur statis tertentu, 1-2, 24-25.

112
T
Tumpuan, 1-2, 5-7, 16-18, 24, 25-31, 33-
37, 41, 44-45, 47-50, 52, 54, 56,
60-66, 68-72, 74, 76-79, 81, 87,
91, 93-94, 97, 101, 103-104, 107.
Tumpuan jepit, 16, 18, 24, 49, 60.
Tumpuan rol, 16, 24, 26, 47-48.
Tumpuan sendi, . 16-17, 24, 26-27, 36,
48, 63, 74.

113
Lampiran 1. Silabus Matakuliah Mekanika Rekayasa I

SILABUS

Mata Kuliah : Mekanika Rekayasa I


Semester :I
SKS :2
Jam/minggu :5
Prasyarat :-

Tujuan Mata Kuliah


 Mengerti sistem-sistem satuan dan dapat mengkonversi satuan.
 Mengerti jenis-jenis beban pada struktur dan dapat menentukan beban perencanaan.
 Dapat menghitung reaksi-reaksi pada struktur statis tertentu, dan menguraikan gaya arah
diagonal menjadi gaya dalam arah vertikal dan horizontal.
 Dapat menghitung reaksi pada struktur dengan kantilever.
 Dapat menghitung dan menggambar diagram gaya lintang, momen dan gaya aksial.

Pokok Bahasan
 Pengertian mekanika dan sistem satuan.
 Analisa struktur dan perencanaan struktur.
 Pengertian beban, beban hidup dan beban mati.
 Definisi keseimbangan.
 Jenis-jenis perletakan.
 Keseimbangan dan struktur statis tertentu.
 Free body diagram.
 Perhitungan gaya lintang, normal dan momen statis tertentu.
 Kantilever.
 Diagram gaya lintang, momen dan gaya normal.

114

Anda mungkin juga menyukai