Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOMATIKA I

PENGUKURAN SIPAT DATAR OPTIS

Dosen Pengampu:

Dr. Ir. SunarRochmadi, M.E.S.

Disusun oleh :

Alfian Fahri Akbar (16510134007)


Yeganando Cahyo P. (16510134012)
Satriarda Dirgantara S. (16510134013)
Ridwan Kurniawan (16510134014)
Hanindya Fatihatun N. (16510134018)
Rangga Maulana A. (16510134020)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara mengukur sipat datar secara
optis dan membandingkannya dengan pengukuran sipat datar sederhana.

II. Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu:
1. Mahasiswa mampu melakukan survei ke lapangan berkenaan dengan tugas yang
diberikan.
2. Mahasiswa dapat menentukan letak patok-patok pengukuran dan pengkondisian
dalam jumlah slag yang genap.
3. Mahasiswa mampu mematok rencana pematokan itu di lapangan.

III. Kajian Teori


Metode sipat datar prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di
lapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi dengan
menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara pengukuran beda tinggi
yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (KDV) dinyatakan
sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan
pulang.
Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Beda
tinggi h diketahui antara dua titik a dan b, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan
Ha dan titik B lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h yang diartikan
dengan beda tinggi antara titik A clan titik B adalah jarak antara dua bidang nivo yang
melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung, tetapi bila
jarak antara titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai Bidang yang mendatar.
Tinggi titik pertama ( h1) dapat di definisikan, sebagai koordonat lokal ataupun
terikat dengan titik yang lain yang telah diketahui tingginya, sedangkan selisih tinggi
atau lebih di kenal dengan beda tinggi ( h ) dapat diketahui/diukur dengan
menggunakan prinsip sipat datar.
Prosedur Lapangan Menggunakan Waterpass:
Operasi sifat datar membutuhkan kerja sama dari dua petugas, yaitu pemegang alat
dan pemegang rambu ukur pada saat pembacaan demi dicapainya hasil yang konsisten.
Ketepatan survey tergantung dari ketelitian membuat garis bidik horizontal,
kemampuan pemegang rambu ukur dalam memegang rambu ukur secara vertical, dan
presisi rambu ukur yang dibaca. Ketepatan alat yang memakai nivo gelembung gas
juga harus memperhatikan penyetelan tabung nivo dan presisi sejajar suatu nivo dan
garis bidik. Tidak boleh terjadi penurunan alat di antara waktu bidik belakang dan
bidik muka pada stasiun alat. (Wirshing, 1995)
Pengoperasian Alat:
Waterpass harus disetel sebelum memulai operasi sifat datar. Setelah alat disetel,
operasi waterpass terdiri dari memasang, mendatarkan, dan melakukan pembacaan
sampai ketepatan tertentu. Pembacaan terdiri dari penentuan posisi dimana salib sumbu
tampak memotong rambu ukur dan mencatat hasil pembacaan tersebut. Tiap alat yang
dipasang memerlukan satu pembacaan bidik belakang untuk menetapkan tinggi alat
dan paling sedikit satu pembacaan bidik muka untuk menentukan elevasi titik di
sebelah muka ( sebuah titik stasiun atau elevasi ). Pembacaan halus biasanya sampai
0,01 ft kecuali digunakan target pada rambu ukur. Target tunggal yang dibaca dapat
menimbulkan kesalahan tak sengaja. Tambahan bidik muka dapat dilakukan terhadap
titik-titik lain yang dsapat dilihat dari tempat alat dipasang apabila elevasi titik-titiki ini
juga diperlukan. Tergantung pada tipe survei dan alat yang dipakai, baik benang
tengah, semua ketiga benang salib sumbu, atau cara dengan mikrometer dapat
digunakan untuk melakukan pembacaan. (Wirshing, 1995)

IV. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Waterpass
2. Rambu ukur
3. Pita ukur
4. Payung
V. Butir-Butir Kunci
1. Semua garis diukur arahnya.
2. Garis yang ada jangan dianggap sejajar.
3. Garis-garis yang berpotongan menyudut jangan dianggap siku-siku.

VI. Keselamatan Kerja


1. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
2. Baut pada pita ukur jangan sampai lepas.
3. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional.

VII. Langkah Kerja


1. Menyiapkan peralatan yang digunakan.
2. Meninjau areal yang akan diukur dan membuat sket pengukuran.
3. Menentukan dua titik P dan Q sejauh 200m - 500m.
4. Membagi panjang PQ dalam beberapa slag.
5. Mendirikan waterpass ditiap-tiap slag.
6. Membaca benang tengah disetiap slag, dengan menganggap bacaan bt yang
berlawanan dengan arah pengukuran menjadi arah belakang, yang searah menjadi
arah muka, dan mencatatnya dalam lembar kerja.
7. Menghitung beda tinggi tiap-tiap slag.
8. Menghitung koreksi beda tinggi dengan rumus koreksi (C) = 1/n W
Dimana, n = jumlah slag
W= kesalahan penutup
Untuk WP keliling W dihitung dengan e=menjumlahkan hasil beda tinggi setiap
slag sampai menutup, sedangkan untuk WP memanjang W diperoleh dengan
menghitung beda tinggi dari dua titik ujung dan pangkat yang telah diketahui
ketinggiannya (dianggap benar).
9. Mengukur jarak antar titik yang dipetakan dan mencatat hasil pada sket.
10. Mencatat hasil pengukuran dan menggambarnya sesuai pengukuran dalam bentuk
peta situasi dengan skala tertentu.
VIII. Hasil Pengukuran
Tabel 1. Hasil Pengukuran Sipat Datar Optis

Benang Tengah Koreksi Beda


(m) Beda Jarak
No Jarak Beda Tinggi Tinggi
Tinggi Kumulatif
Titik Belakang Muka (m) Tinggi Terkore (m)
(m) (m)
(m) (m) (m) ksi (m)
1 0,413 100 0
14,87 -1,699 -0,0003 -1,699
2 1,755 2,112 98,301 14,870
10,75 0,959 -0,0002 0,959
3 1,432 0,796 99,259 25,620
17 0,081 -0,0004 0,081
4 1,242 1,351 99,340 42,620
10,92 -0,136 -0,0002 -0,136
5 1,587 1,378 99,204 53,540
5,1 0,963 -0,0001 0,963
6 1,344 0,624 100,167 58,640
29,73 -0,166 -0,0007 -0,167
1 1,51 100,000 88,370

Σ Koreksi Σ Beda
Σ Σ Σ Σ Beda
Beda Tinggi
Belakang Muka Jarak Tinggi
Tinggi Terkoreksi

7,773 7,771 88,370 0,002 -0,002 0,000


Δ
Belakang-
Muka
0,002
IX. Pembahasan
Pengukuran situasi dilakukan di wilayah Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta menggunakan alat utama yaitu waterpass, serta menggunakan alat bantu
pita ukur. Pengukuran situasi dilakukan pada daerah yang telah ditentukan. Data yang
diambil adalah jarak dalam satuan meter. Hasil pengukuran situasi dicatat dalam skets.
Jarak garis diukur dengan pita ukur.
Praktikum sipat datar optis ini prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat
datar di lapangan menggunakan alat waterpass. Pengukuran beda tinggi menggunakan
metode sipat datar optis ini dianggap lebih teliti dibanding pengukuran sipat datar
sederhana yang menggunakan selang. Beda tinggi h diketahui antara dua titik a dan b.

X. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengukuran sipat
datar sederhana di wilayah Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta dapat
dilakukan dengan baik. Hasil pengukuran sipat datar optis tertera dalam tabel hasil
pengukuran dan dianggap hasilnya lebih telili dibandingkan dengan pengukuran sipat
datar sederhana. Kendala dalam melakukan praktikum ini yaitu cuaca yang kurang
mendukung.
DAFTAR PUSTAKA

Himawan Ridwanda. 2017. Laporan Geomatika.


http://ridwandah.blogspot.co.id/2017/03/laporan-geomatika.html?m=1 (diakses pada 3
Januari 2018)
http://mohamadrizki13.blogspot.co.id/2012/11/pengukuran-sipat-datar.html (diakses pada 8
Oktober 2017, pukul 10.30 WIB)

Anda mungkin juga menyukai