Anda di halaman 1dari 9

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
==================================================
UJIAN AKHIR
......................................
Mata Kuliah : K3LH
Hari/Tanggal : ......................................
Waktu : 100 menit
Sifat Ujian : Open Books
Dosen Penguji : Ir. Dian Eksana Wibowo, S.T., M. Eng., IPM
==================================================
Jawablah soal di bawah ini dengan tepat, singkat , padat, jelas dan benar. Berdo’a lah sebelum mengerjakan Soal.

1. Apa pengertian K3 berdasarkan: a. Filosofi; b. Keilmuan


2. Mengapa analisa kecelakaan kerja harus dilakukan?; Serta mengapa kecelakaan kerja bisa
terjadi?
3. Jelaskan tentang pemeriksaan penyakit akibat kerja, sebutkan kelompok penyakit yang
dapat ditimbulkan akibat hubungan kerja sesuai Keppres?
4. Jika Saudara adalah seorang ahli K3 Mekanik dan ditempatkan di lingkungan pekerjaan
permesinan (mekanik), sebagai Ahli K3 dari mana Saudara memulai pengawasan K3
Mekanik dimulai? Jelaskan!
5. Terdiri dari apa saja Sistem Deteksi Kebakaran?
6. Apa yang saudara ketahui mengenai K3 Kontruksi, sebut dan jeaskan prinsip-prinsip
kerja pada pekerjaan konstruksi!
7. Jelaskan ruang lingkup pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang
konstruksi bangunan !

Catatan : Bobot Soal : No. 1=10%; 2=10%; 3=10%; 4=15%; 5=10%; 6.=15%

SELAMAT MENGERJAKAN
1

K3 menurut filosofi adalah upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera

Dari segi keilmuan, K3 berarti suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan penyakit akibat kerja
K3 secara praktis diartikan sebagai upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat
dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat kerja termasuk orang lain yang memasuki tempat kerja
maupun proses produk dapat secara aman dan efisien dalam produksinya

K3 merupakan himpunan ketentuan yang mengatur tentang pencegahan kecelakaan untuk melindungi
tenaga kerja agar tetap selama dan sehat

2
3
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan. Ditinjau dari definisinya penyakit
pada karyawan dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
1) Penyakit umum (general diseases),
2) Penyakit akibat hubungan kerja (Work related disease/ Disease afeecting Working Populations), dan
3) Penyakit akibat kerja (Occupational Disease).

Penyakit Akibat Kerja (Occupational Disease).Penyakit akibat kerja didefinisikan sebagai semua
kelainan atau/ penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja atau pekerjaan. Penyakit ini mempunyai
penyebab secara spesifik atau mempunyai hubungan yang kuat dengan pkerjaan, yang ada umumnya
terdiri dari satu gen penyebab yang sudah diakui.
Penyakit yang Berhubungan Dengan Pekerjaan (Work Related Disease).Adalah penyakit yang
mempunyi bebrapa agen penyebab. Faktor pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor
risiko lainnya dalam perkembangan penyakit yang mempunyai etiologi kompleks.
Penyakit yang Mengenai Populasi Pekerja (Occupational Disease/ Disease Affecting Working
Populations). Penyakit yang terhadi pada pupulasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat kerja,
namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaanyang buruk bagi kesehatan.

Di beberapa negara istilah penyakit akibat kerja, bukan penyakit akibat kerja dana penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan diberlakukan sama sebagai penyakit akibat kerja. Ada dua elemen dalam
mengidentifikasi penyakit akibat kerja yaitu
1) Adanya hubungan antara pajanan yang spesifik dengan penyakit, dan
2) Adanya fakta bahwa frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih tinggi daripada
masyarakat umum.

Di negara berkembang termasuk Indonesia, laporan resmi tentang penyakit akibat kerja sampai saat ini
masih sangat terbatas, dan data-data tentang penyakit akibat kerja yang telah ada biasanya diperoleh dari
lembaga pemerintah melalui berbagai studi lapangan.

4
5
Jenis-Jenis Detector Pemadam Kebakaran
Detector pemadam kebakaran adalah suatu alat yang berfungsi mendeteksi secara dini kebakaran, agar
kebakaran yang terjadi tidak berkembang menjadi lebih besar. Dengan terdeteksinya cikal bakal
kebakaran, maka intervensi untuk mematikan api dapat segera dilakukan. Sehingga dapat meminimalisasi
kerugian sejak awal.

Jika dianalogikan detector pemadam kebakaran adalah alat bantu seperti panca indera kita. Untuk
merasakan bau kita memiliki hidung, kalau untuk merasakan adanya kebakaran digunakanlah detector
pemadam kebakaran. Deteksi kebakaran dilakukan pada kemunculan asap, kemunculan panas, dan adanya
kobaran api.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka detector pemadam kebakaran dibedakan menjadi beberapa jenis,
antara lain :
1. ROR (Rate of Rise) Heat Detector
Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling banyak digunakan saat ini,
karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa mencapai 50m2 untuk ketinggian
plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area deteksinya berkurang menjadi 30m2. Ketinggian
pemasangan max. hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan karena detector ini bekerja
berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan panas.
Umumnya pada titik 55oC – 63oC sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran. Dengan
begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat meluas ke area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan
kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server, ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.

Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat mendeteksi panas.
Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah. Dua
kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika dipasang pada panel Fire Alarm,
maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab tidak memiliki plus-
minus. Sedangkan sifatkontaknya adalah NO (Normally Open).

2. Fixed Temperature Detector


Fixed Temperature detector termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR, maka Fixed
Temperature detector baru mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok
ditempatkan pada area yang lingkungannya memang sudah agak-agak “panas”, seperti: ruang genset,
basement, dapur-dapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya. Alasannya, jika pada
area itu dipasang ROR, maka akan rentan terhadap False Alarm (Alarm Palsu), sebab hembusan panasnya
saja sudah bisa menyebabkan ROR mendeteksi. Area efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada
ketinggian plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 – 8m). Seperti halnya ROR, kabel
yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan LC, boleh terbalik dan bisa dipasang langsung
pada panel alarm rumah merk apa saja. Sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).

3. Smoke Detector
Smoke detector adalah alat yang berfungsi mendeteksi asap. Ketika detector mendeteksi asap maka
detektor akan segera mengirimkan sinyal sehingga fire alarm berbunyi. Smoke detektor sendiri memiliki
beberapa type kerja :
 Photoelectric / optical yaitu mendeteksi asap menggunakan sensor cahaya. cahaya (infra red)
diarahkan ke sensor photoelectric, apabila ada asap maka cahaya tidak sepenuhnya diterima
sensor photoelectric. kejadian ini ditangkap sebagai sinyal yang kemudian diteruskan ke fire
alarm. Dari pengalaman lapangan diketahui kelemahan dari detektor ini adalah sering kali
menimbulkan false alarm yang diakibatkan oleh debu.

 Ionization yaitu detektor model ini menggunakan metode ionization chamber. kelemahan dari
detektor ini adalah setelah habis umur pakainya, detektor dikategorikan limbah radioaktif, karena
didalam detektor ini terdapat ameresium.

4. Flame Detector
Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala api.
Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada
hubungannya dengan nyala api (flame).

Flame detector memiliki tiga jenis type yaitu sensor optik, ionisasi dan thermocouple.

5. Gas Detector
Sesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran gas yang kerap terjadi di rumah tinggal. Alat
ini bisa mendeteksi dua jenis gas, yaitu:
 LPG : Liquefied Petroleum Gas.

 LNG : Liquefied Natural Gas.

Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di rumah-rumah. Perbedaan LPG
dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan turun mendekati
lantai (tidak terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi
kebocoran, maka gasnya akan terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan posisi
detector.

Untuk LPG, maka letak detector adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari lantai dengan arah detector
menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar saat bocor, gas elpiji yang turun akan masuk ke dalam
ruang detector sehingga dapat terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber kebocoran tidak melebihi
dari 4m.

Untuk LNG, maka pemasangan detectornya adalah tinggi di atas lantai, tepatnya 30cm di bawah plafon
dengan posisi detector menghadap ke bawah. Sesuai dengan sifatnya, maka saat bocor gas ini akan naik
ke udara sehingga bisa terdeteksi. Jarak dengan sumber kebocoran hendaknya tidak melebihi 8m.

6
7
1.1 Cakupan Masalah Konstruksi Bangunan

Pekerjaan kontruksi bangunan merupakan pekerjaan yang mengandung potensi bahaya,


sehingga dalam memberi perlindungan keselamatan kerja kepad pekerja diperlukan syarat-syarat
keslamatan dan kesehatan kerja yang sangat tinggi. Tahapan dalam konstruksi bangunan berhubungan
dengan seluruh tahapan yang dilakukan di tempat kerja.
Diantara tahapan yang ada yaitu :
 Penggalian : Penyebab kecelakaan yang timbul dari pekerjaan penggalian antara lain,
pekerjan yang disa tertimbun dan terkubur di dalamnya akibat runtuhnya dinding galian,
pekerja tertimpa dan luka akibat terjatuhnya material di dalam galian, kondisi tidak aman baik
di dalam maupun diluar galian akibat licinnya galian.
 Pondasi : Pekerjaan pondasi merupakan suatu kegiatan pemasangan struktur bawah bangunan
yang dapat digunakan untuk menahan beban bangunan.
 Pekerjaan Beton : Pada saat proses pengecoran berlangsung pada umumnya pekerja selalu
pada posisi tetinggian tertentu yang dapat berakibat pekerja terjatuh, material pencampur yang
tidak boleh bersinggungan dengan kulit bahkan terhirup oleh pernapasan pekerja.
 Pekerjaan Baja : Bahaya yang timbul dari pekerjan pemasangan baja pekerja dapat jatuh
dari ketinggian tertentu dari permukaan tanah, terperosok, tertimpa material bangunan.
 Pembongkaran : Bahaya yang di timbulkan dari pembongkaran bangunan adalah pekerja
dapat tertimpa atau runtuhnya bangunan, terperosok dari ketinggian tertentu dari permukaan
tanah.

1.2 Pedoman Dasar Hukum K3 Konstruksi

1. Undang-undang Dasar 1945


2. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Sesuai dengan perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU
13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam
perlindungan pekerja yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja, dan termasuk
juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 1/Men/1980 tentang K3 Konstruksi Bangunan.
Peraturan ini mencakup ketentuan-ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
secara umum maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih ditujukan
untuk konstruksi bangunan, sedangkan untuk jenis konstruksi lainnya masih banyak aspek
yang belum tersentuh. Di samping itu, besarnya sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan
ini sangat minim yaitu senilai seratus ribu rupiah.
4. Surat Keputusan besama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No Kep
174/Men/1986 dan No 104/Kpts/1986 tentang K3 Tempat Kegiatan Kontruksi Bangunan.
Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut, pemerintah
menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi yang disingkat sebagai ”Pedoman K3 Konstruksi”. Pedoman K3
Konstruksi ini cukup komprehensif, namun terkadang sulit dimengerti karena menggunakan
istilah yang tidak umum digunakan dan tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang
memadai. Kekurangan tersebut dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan di
antara pihak pelaksana dan pihak pengawas konstruksi.

1.3 Pengertian atau Istilah K3 Konstruksi

Istilah-istilah tentang K3 kontruksi dan sarana bangunan:


1. Kontruksi bangunan
2. Tempat kerja kegiatan kontruksi bangunan
3. Sarana bangunan
4. Perancah bangunan
5. Kontraktor
6. Sub Kontrakto
7. Pekerja Kontruksi beton
8. Tahapan pekerjaan kontruksi bangunan, yang mengunakan bahan bangunan
9. Pekerjaan konstruksi baja
10. Pekerja penggali
11. Pekerja Pondasi
12. Wajib lapor pekerja konstruksi bangunan
13. Kepala proyek
14. Scaffolder adalah pekerja pemasang, penguna dan pembongkar perancah
15. Safety officer adalah pekerja yang melaksanakan K3 di bidang konstrusi bangunan
16. Ahli K3 kontruksi
17. Instalasi: lift orang, lift barang, listrik, penyalur petir, plambing, tata udara
18. Penanganan bahan
2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan Sarana Bangunan
Dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja pada tempat proyek atau konstruksi, para pelaksana konstruksi
wajib melaksanakan syarat-syarat teknis keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2.4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

1. Pekerjaan penggalian
Ketentuan Umum:
 Stabilitas tanah harus diuji dahulu sebelum dilakukan penggalian
 Melakukan pemeriksaan atas segala instalansi bawah tanah
 Prasarana umum harus dimatikan atau diputuskan alirannya, apabila tidak bisa
maka prasarana tersebut harus dipagari, ditarik ke atas atau dilindungi
 Tanah harus dibersihkan dari pohon, batu besar dan rintangan lain
 Lokasi penggalian harus diperiksa secara teliti setelah pekerjaan terputus
melebihi 1 hari, setelah setiap peledakan, ada longsoran, ada kerusakan pada
konstruksi penyangga dan hujan lebat.
 Jalan keluar masuk yang aman
 Dilarang bekerja di tanah lepas yang kemiringannya terlalu terjal
 Harus ada konstruksi penyangga yang cukup
 Ada penerangan yang cukup
 Galian bebas dari air
 Ada jalan keluar untuk menyelamatkan diri
 Tidak ada yang diizinkan masuk ruang bawah tanah yang belum diuji bebas gas
 Pengujian gas harus dilengkapi dengan sabuk pengaman, tali penyelamat dan
alat-alat pernapasan
 Ventilasi mekanis harus disediakan
 Tindakan penceghan harus diambil untuk melindungi runtuhnya bangunan
Persyaratan K3 pada pekerjaan penggalian :
 Tepi penggalian atau saluran harus dibuat dengan kemiringan tertentu, biasanya
45derajat
 Penggalian diatas 1,2 m harus dipasang perancah bai yang terbuat dari kayu
 Penggalian tidak boleh dilakuakn pada batas bangunan atau suatu struktur.
 Material dan peralatan harus diletakkan berjauhan dari pinggir galian
 Tanah hasil galian atau sampah galian tidak diletakkan di tepi galian
 Meletakkan Stopblock di lokasi tempat kendaraan menurunkan material ke dalam
galian
 Tersedia penerangan yang cukup
 Pekerja harus diinformasikan secara jelas tentang prosedur penggalian
 Menggunakan pelindung kepala dan kaki saat penggalian berlangsung
 Melakukan koordinasi dengan instansi lain mengenai instalansi llistrik, gas, air
dsb
 Tidak menggunakan alat penggalian mesin (excavator) pada jarak 50 cm dari pipa
gas

2. Pekerjaan Pondasi
Persyaratan Umum:
 Mesin pemancang harus ditumpu oleh dasar yang kuat, diberi tali atau rantai
penguat secukupnya dan tidak boleh digunakan di dekat jaringan listrik
 Lantai kerja dan tempat kerja operator harus terlindungi dari cuaca
 Saluran uap atau udara harus dibuat dari pipa baja atau semacamnya
3. Pengerjaan Beton
Persyaratan Umum
 Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan kerangka atas
lainnya harus didasarkan pada gambar rencana
 Selama pembangunan harus dicatat data sehari-hari mengenai kemajuan
pembangunan, termasuk data yang mempengaruhi kekuatan beton menurut
waktunya

4. Pekerjaan Konstruksi Baja


Persyaratan umum
 Penjaminan keselamatan pekerja dengan penyediaan dan pemakaian tangga,
gang, peralatan kerja tetap, pelataran kerja, tali pengaman dan sabuk pengaman
serta jaring pengaman
 Kerangka baja yang sedang dipasang harus disangga dan dikopel secukupnya

2.4.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana Bangunan

1. Perancah
Peraturan umum
 Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bias dikerjakan
secara aman dalam ketinggian
 Perancah hanya dapat dibuat dan dirubah oleh pengawas yang ahli.

2. Pelataran Tempat Kerja


Peraturan umum
 Semua perancah harus dilengkapi dengan platform untuk bekerja
 Pelataran paling sedikit dari tepi luarnya berjarak 60 cm dari sisi dinding
bangunan
 Penyediaan tempat yang bebas dari rintangan dan timbunan
 Pelataran bekerja harus menggunakan papan pengaman kakai berukuran tebal
min 2,5 cm dan lebar min 15 cm
 Harus benar-benar berkonstruksi kuat

3. Plambing/Pemipaan
a. Fungsi instalansi plambing:
 Penyediaan air bersih
 Membuang air kotor
b. Jenis-jenis plambing
 Instalansi plambing air bersih
 Instalansi plambing air kotor
 Instalansi plambing air hujan

4. Pemeriksaan dan pengujian


Objek pemeriksaan dan pengujian adalah instalansi pipa penyalur, tangki, hydrostos, alat-
alat perlengkapan dan pengaman

5. Pengesahan
Sebelum instalansi plambing dipakai, pemilik mengajukan permohonan pengesahan
penggunaan kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota. Sebelum dikeluarkan
pengesahan, harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian pertama.
2.5 Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan

1. Wajib Lapor Pekerjaan/Proyek Konstruksi Bangunan


Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib dilaporkan kepada
direktur atau pejabat yang ditunjuk
2. Akte Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek Konstruksi Bangunan
i. Pengertian
Terdiri dari: data pelaksana konstruksi/pengawas-perencana konstruksi, data
teknis proyek, berita acara pemeriksaan, kartu pemeriksaan dan lembaran
pemeriksaan.
ii. Batasan
Tempat kerja/pekerjaan konstruksi bangunan dengan waktu proyek 6 bulan atau
lebih harus diterbitkan akte ini dan akte harus diserahkan Pelaksana Konstruksi
kepada Pemberi Tugas/Pemilik setelah proyek selesai
iii. Pengesahan Akte
1. Setelah meneliti wajib lapor pekerjaan proyek/konstruksi bangunan.
2. Melakukan pemeriksaan K3 proyek oleh pengawas spesialis K3 konstruksi
3. Menerbitkan akte pengawasan
4. Melakukan pemeriksaan berkala, sampai proyek selesai.

Anda mungkin juga menyukai