Oleh:
Retno febrima yenti
(2014510032)
Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Padang
2017
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapakan puji syukur atas karunia Tuhan yang maha esa yang telah
menolong hamba-Nya dengan hidayah-Nya sehingga saya dapat membuat makalah ini karena
adanya keakuratan data dari berbagai sumber.
Makalah ini berjudul tentang “ jaring kontrol vertikal“.Sehingga para pembaca dapat
mempelajari baik seacara langsung maupun tidak langsung.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca nya.
Makalah ini adalah makalah yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah geodesi
geometri II oleh mahasiswa jurusan teknik geodesi institude teknologi padang.
Kami tahu manusia tak luput dari kesalahan,begitu pula dengan makalah kami ini.Jika
ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf,dan kami menerima saran
dan kritikan dari pembaca untuk penyempurnaan nya di kemudian hari.
Keterangan:
A, B = titik yang akan dicari beda tingginya
hA, hB = tingg ititik A dan B di atas permuka an air laut ( M.S.L )
Rambu A = rambu belakang
Rambu B = rambu depan
a, b = bacaan rambu belakang dan rambu depan
d1, d2 = jarak intrumen ke rambu belakang dan rambu depan
Ϫ hAB = beda tinggi antara titik A danB
Pengukuran beda tinggi dengan cara sipat datar dalam satu “slag” adalah sebagai
berikut :
a. Letakkan instrument diantara rambu/baak ukur belakang dan depan diusahakan
berjarak sama terhadap rambu/baak belakang dan rambu/baak depan.
b. Dibaca tinggi garis “visier” pada rambu A, sebagai a kemudian dibaca garis vizier
pada rambu B dengan bacaan b. Sehingga didapat selisih tinggi antara titik A dan
titik B adalah :
Ϫ hAB = a – b = hA – hB
Jika, hA<hB, maka Ϫ hAB negatif, berarti titik B lebih rendah dari titik A. Jika
hA>hB, maka Ϫ hAB positif, berarti titik B lebih tinggi dari titik A. Apabila jarak
kedua titik A dan B sangat jauh, maka pengukuran dilakukan dengan sipat datar
memanjang.
Berikut merupakan hasil perhitungan pengukuran jaring kontrol vertikal
BEDA
STATION BACAAN RAMBU I BACAAN RAMBU II
TINGGI ∆T
(∆T) TINGGI
SASARA
JARAK
RATA² TITK
BELAKANG MUKA BELAKANG MUKA T1 T2
N
2.09
BM 1 2.060 0.000
2 1.91 921.190
0.31 1.391 10.80 0.663 0.590 0.627
1 0.280 0.367
0.25 1.343 0.301 1.32 - 920.780
0.72 2.552 18.20 2.211 -2.217 -2.214
2 0.828 0.491
0.935 2.43 0.613 2.518 - 910.703
2.7 2.871 34.40 2.164 -2.197 -2.181
3 2.025 2.792
2.38 2.712 1.372 2.81 909.392
2.571 1.323 18.60 0.150 0.110 0.130
4 2.401 2.275
1.37 1.227 1.481 1.262 909.522
1.475 0.861 32.30 0.671 0.679 0.675
5 1.423 1.800
1.37 0.739 1.328 0.802 - 919.187
3.56 1.583 20.40 0.111 -0.112 -0.112
6 3.498 3.534
3.436 1.484 3.39 1.44 909.085
1.395 1.743 21.70 1.802 1.805 1.803
7 1.656 1.697
1.617 1.65 1.65 1.585 911.789
1.54 24.30 0.199 0.195 0.197
BM 2 0.000 1.458
1.375 0 1.455 910.065
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa jaring
kontrol geodesi di antaranya jaring kontrol vertikal (JKV) jaring kontrol horizontal
(JKH).dan untuk pembangunan maupun pengukuran jalan dapat kita gunakan jaring
kontrol vertikal.
DAFTAR PUSTAKA
http://rupabumiindonesia.blogspot.co.id/2014/04/jaring-kontrol-geodesi.html
http://mazprie82geodesi.blogspot.co.id/2010/11/pengukuran-jaring-kontrol-vertikal.html
http://SNI