Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA V
PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN WATERPASS

Disusun oleh
Kelas L Kelompok 5
1. MUHAMMAD AGUS ALFAZRI NIT 21DI8206
2. MUHAMMAD FARHAN DAFA AL-FAUZIE NIT 21DI8207
3. MUHAMMAD KHAIKAL KHALIDI NIT 21DI8208
4. MUHAMMAD RISKY ARBIANTO NIT 21DI8209
5. MUHAMMAD WAHYU ROMADHONI NIT 21DI8210

Instruktur :

VIDA ANDRIANI. S.T., M.T

19710122 199703 2001

Asisten Instruktur:

AGUS PARMADI, S.T dan DESI SUCI RICHASARI, S.T

PROGRAM DIPLOMA I PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL


SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2021/2022
Waktu Pelaksanaan Pengukuran
Hari/Tanggal : Jum’at, 21 Januari 2022
Waktu : 13.00 – 16.00
Tempat : Area sekitar lapangan sepak bola STPN

A. Alat dan Bahan


1) Waterpass (Topcon AT-B3) : 1 Unit
2) Unting – unting : 1 Unit
3) Statif : 1 Unit
4) Paku Payung : 3 Unit
5) Rambu ukur : 2 Unit
6) Pita ukur : 1 unit
7) Catatan lapangan
B. Dasar Teori
Permukaan bumi tidak beraturan. Sepintas, lautan merupakan permukaan yang teratur,
tetapi ternyata massa tubuh bumi tidak terdistribusi secara seragam sehingga lautan pun
menunjukkan variasi arah vertikal sebagaimana di daratan terdapat gunung-gunung, bukit-bukit,
dan lembah-lembah. Secara sederhana, kita bisa mereferensikan pengukuran-pengukuran
topografi (permukaan tanah) pada permukaan laut rata-rata dan berasumsi bahwa permukaan
bumi datar (level).
Pengukuran tinggi adalah penentuan beda tinggi antara dua titik. Bila beda tinggi antara
titik A dan titik B diketahui sebesar ΔH rumus ΔH adalah :
ΔH = BTbelakang – BTdepan , sedangkan untuk rumus jarak optis menggunakan rumus :
Doptis = 100 x (BA-BB)
Beda tinggi antara titik A dan B diartikan sebagai jarak antara dua bidang nivo yang
melalui titik A dan titik B. Secara global, bidang nivo adalah bidang yang melengkung mengikuti
kelengkungan bumi. Tetapi jika jarak antara A dan B tidak terlalu jauh, maka bidang-bidang nivo
itu bisa dianggap mendatar
C. Tahapan Kegiatan
Kegiatan pengukuran beda tinggi ada 3 skenario, yaitu :
Skenario 1 : Pengukuran beda tinggi 2 titik A dan B alat berada ditengah antara A dan B.
Skenario 2 : Pengukuran beda tinggi 2 titik A dan B alat berada dibelakang titik B sejauh 30 m
Skenario 3 : Pengukuran beda tinggi 2 titik A dan B alat berada di titik B
Titik A dan B di ukur menggunakan pita ukur sejauh 60 meter
 Skenario 1
a) Persiapkan peralatan yang dibutuhkan serta periksa kelengkapannya.
b) Pilih titik dimana alat ingin diletkkan (titik C). Ketika sudah menemukan titik yang
sesuai, ukur dari titik C sejauh 30 meter. Tancapkan paku payu sebagai titik A.
Lakukan hal yang sama, tetapi arahnya berlawanan dengan titik A tadi. Tancapkan
paku paying sebagai titik B.
c) Set up alat di titik C.
d) Jadikan titik B sebagai muka dan titik A sebagai belakang.
e) Bidik rambu yang berada di titik A baca dan catat BA, BB, dan BT-nya
f) Bidik rambu yang berada di titik B baca dan catat BA, BB, dan BT-nya

Sketsa pengukuran skenario 1


 Skenario 2
a) Persiapkan peralatan yang dibutuhkan serta periksa kelengkapannya.
b) Ukur dari titk B kebelakang sejauh 30 meter. Tancapkan paku jadikan sebagai titik
C.
c) Set up alat di titik C.
d) Jadikan titik B sebagai muka dan titik A sebagai belakang.
e) Bidik rambu yang berada di titik A baca dan catat BA, BB, dan BT-nya
f) Bidik rambu yang berada di titik B baca dan catat BA, BB, dan BT-nya
Sketsa pengukuran skenario 2
 Skenario 3
a) Persiapkan peralatan yang dibutuhkan serta periksa kelengkapannya.
b) Set up alat di titik B.
c) Jadikan titik A sebagai muka.
d) Bidik rambu yang berada di titik A baca dan catat BA, BB, dan BT-nya.
e) Bidik rambu yang berada di titik B baca dan catat BA, BB, dan BT-nya.
f) Ukur tinggi alatnya.

D. Hasil Praktikum dan Pembahasan


Jarak Langsung Belakang/Depan Belakang Depan Jarak Optis
Skenari Tinggi Beda
Rata - BA BA Jumlah
o Pergi Pulang BT BT Alat Tinggi
Rata BB BB Jarak Optis
30.200 30.196 30.198 1.690 1.413 30.1
1.540 1.262 1.384 0.278
1 30.422 30.414 30.418 1.389 1.109 30.4
Jumlah 60.616 60.5
60.616 60.616 60.616 1.350 1.372 30
1.200 0.920 1.368 0.280
2 30.230 30.226 30.228 1.050 0.467 90.5
Jumlah 90.844 90.5
60.616 60.616 60.616 1.460 - 60.3
1.160 - 1.424 0.264
3 - - - 0.857 - -
Jumlah 60.616 60.3
Rumus beda tinggi :
ΔH = BTbelakang – BTdepan
Beda tinggi skenario 1 :
ΔH = 1.540 – 1.262 = 0.278
Beda tinggi skenario 2 :
ΔH = 1.200 – 0.920 = 0.280
Beda tinggi skenario 3 :
ΔH = 1.426 – 1.16 = 0.266
Dikarenakan pada skenario 3 hanya membidik ke arah titik A, tinggi alat bisa dijadikan
bacaan rambu BT dari belakang. Jadi, BT belakang = Tinggi alat. Toleransi beda tinggi untuk
praktikum kali ini adalah 2 cm untuk tiap beda tinggi. Pada skenario 3 selisihnya melebihi dari
batas toleransi, yaitu 1,2 cm. Hal tersebut dikarenakan pengukuran tinggi alat yang tidak teliti
dan alat yang digunakan tidak dalam keadaan optimal
E. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini, yaitu :
a) Dalam membaca rambu harus benar-benar fokus dan teliti
b) Pada skenario 3, mengukur tinggi alat harus lurus, karena tinggi alat sangat mempengaruhi
dalam menentukan beda tinggi.
c) Lakukan pengecekan alat terlebih dahulu sebelum digunakan
DAFTAR PUSTAKA
Syaifullah, A., Wahyono, E. B. dan Susmiyanto, A. (2019) ‘Modul Ilmu Ukur Tanah’,
Kementrian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional, 53(9).

ITS Geomatika. 2008. “Pengukuran Beda Tinggi”


https://geomatika07.wordpress.com/2008/07/18/pengukuran-beda-tinggi/ , diakses pada 20
Januari 2022

Hadi, Muhammad. 2018. “Metode Pengukuran Jarak Pada Survey Topografi”


https://www.ilmubeton.com/2018/05/metode-pengukuran-jarak-pada-survey.html , diakses pada
20 Januari 2022
Setiawan, Tomy. 2009. “Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi Secara Optis”
https://grandlindo.wordpress.com/2009/09/22/pengukuran-jarak-dan-beda-tinggi-secara-
optis/ , diakses pada 20 Januari 2022
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai