Anda di halaman 1dari 5

PENGUKURAN DOUBLE STAND

Hari/tanggal : Senin / 17 April 2017

Waktu : 07.00 – 11.30

Tempat : Jalan menuju MKU

Cuaca : Cerah

1. Landasan Teori
Metode sipat darat adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau
pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan tinggi di
atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang garis vertikal. Perbedaan tinggi antara
titik-titik akan dapat ditentukan dengan garis sumbu pada alat yang ditunjukkan pada
rambu vertikal. Tujuan dari pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi
antara dua titik yang diukur. Misalnya bumi, bumi mempunyai permukaan ketinggian
yang tidak sama atau mempunyai selisih tinggi. Apabila selisih tinggi dari dua buah
titik dapat diketahui maka tinggi titik kedua dan seterusnya dapat dihitung setelah titik
pertama diketahui tingginya.
Sebelum digunakan alat sipat datar mempunyai syarat yaitu : garis bidik harus sejajar
dengan garis jurusan nivo. Dalam keadaan di atas, apabila gelembung nivo tabung
berada di tengah garis bidik akan mendatar.
Oleh sebab itu, gelembung nivo tabung harus di tengah setiap kali akan
membaca skala rambu.

A. Station, merupakan titik dimana rambu ukur ditegakan, bukan tempat alat sipat
datar ditempatkan. Tetapi pada pengukuran horizontal, stasion adalah titik tempat
berdiri alat.
B. Tinggi alat, adalah tinggi garis bidik di atas tanah dimana alat sipat datar
didirikan.
C. Tinggi garis bidik, adalah tinggi garis bidik di atas bidang referensi ketinggian
(permukaan air laut rata-rata)
D. Pengukuran ke belakang, adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di station
yang diketahui ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik.
Rambunya disebut rambu belakang.
E. Pengukuran ke muka, adalah pengukuran ke rambu yang ditegakan di station yang
diketahui ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik.
Rambu di sebut rambu muka.
F. Titik putar (turning point), adalah station dimana pengukuran ke belakang dan ke
muka dilakukan pada rambu yang ditegakan di station tersebut.

Mendirikan laveling di antara dua titik target merupakan pekerjaan yang sering
dijumpai dilapangan. Penempatan laveling di antara dua titik target ini tidak perlu
segaris dengan kedua titik tersebut, yang penting jarak diantara waterpass dan titik-
titik tersebut diusahakan sama atau hampir sama panjangnya. Dalam aplikasi
sesungguhnya jarak-jarak antara titik-titik tersebut panjangnya tidak diukur (secara
optis) dengan alat laveling, tetapi diukur dengan alat ukur jarak langsung (misalnya
pita ukur, EDM dan lainnya). Pengukuran jarak secara optis dengan alatwaterpas ini
digunakan untuk membandingkan dengan hasil yangdiperoleh dari pengukuran jarak
langsung tersebut ataupun untukmengecek bacaan benang tengahnya, apakah telah
memenuhi ketentuan bahwa bt = ½ (ba + bb) Satu kedudukan laveling di antara dua
titik target yang ditegakkan rambu ukur disebut slag, pengukuran dalam satu hari
terdiri dari beberapa slag yang dikenal dengan istilah seksi, sedangkan trayek adalah
panjang pengukuran dari beberapa seksi, yang merupakan panjang dari satupekerjaan
projek.
Spesifikasi teknik pengukuran waterpass adalah sebagai berikut :

A. Maksud pengukuran laveling adalah untuk menentukan ketinggian titik-titik


terhadap bidang referensi tertentu yang akan digunakan sebagai jaring sipat datar
pemetaan.
B. Alat ukur yang dipakai adalah waterpass
C. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi
D. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap
E. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.
F. Pengukuran laveling dilakukan dengan cara double stand, ring.
G. Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2mm
H. Pembacaan rambu dengan tiga benang (benang atas, tengah, dan bawah)

2. Alat dan Bahan


a) Bak ukur
b) Laveling
c) Unting-unting
d) Pita ukur
e) Alat tulis dan buku catatan

3. Keselamatan Kerja
a. Periksa alat-alat / perlengkapan sebelum melakukan praktikum.
b. Perhatikan keadaan lapangan supaya tidak terjadi kecelakaan.
c. Gunakan alat / perlengkapan sesuai dengan fungsinya.
d. Gunakan pakaian / rompi lapangan dan topi pelindung kepala (safety).
e. Berdo’a sebelum melakukan pekerjaan.
4. Langkah Kerja

a) Siapkan alat ukur waterpass di atas kaki tiga, dan siapkan pula alat tulis untuk mencatat
hasil pengukuran
b) Buka kaki tinga dari pengunci
c) Berdirikan dan dalam keadaan tidak terkunci tinggikan sampai kira-kira sebatas dada,
kemudian kuncikan kembali
d) Renggangkan ketiga kakinya membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar kaki
sekitar 60 cm dan kepala kaki tiga dalam keadaan mendatar
e) Keluarkan alat ukur dari tempatnya, kemudian pasang di atas kepala kaki tiga yang
sudah disiapkan tadi, pasang skrup yang ada di kepada kaki tifa pada lubang yang ada di
bagian bawah alat ukur cukup kuat agar antara kaki tiga dan alat betul-betul menjadi satu
kesatuan. Lalu injak alat injakan yang ada di kaki tiga
f) Atur teropong sejajar dengan dua buah skrup pendatar
g) Putar kedua skup pendatar ke atas atau kebawah secara bersamaan dan skrup ketiga
sebagai pengatur sampingan, sampai gelembung nivo tepat ditengah kotak
h) Untuk memenuhi syarat garis bidik sejajar garis nivo, atur gelembung nivo tabungnya
agar tepat ada ditengah dengan menggunakan skrup pengatur nivo tabung
i) Arahkan tropong ke sasaran, berupa rambu ukur yang didirikan tegak diatas titik
pengukuran
j) Cek benang diafragma terlihat atau tidak. Bila tidak terlihat putar-putar skrup pemokus
difragma sampai benang diafragma tersebut terlihat jelas
k) Tentukan dua titik A dan B
l) Bagi panjang PQ dalam beberapa slag
m) Baca benang tengah di tiap slag, dengan menganggap bacaan bt yang berlawanan
dengan arah pengukuran menjadi arah belakang (b), yang searah menjadi arah muka (m)
dan catat pada lembar kerja. Hitung beda tinggi tiap-tiap slag
5. Data Hasil Pengukuran

Nomor titik Bacaan Jarak Ta (m) Beda


Depan Belakang BA BB BT tinggi
(cm )
I 1,850 1,670 1,762 1,8 m
I 2,640 2,438 2,540 1,8 m
II 1,344 1,174 1,252 1,4 m
II 1,543 1,290 1,420 1,4 m
III 1,590 1,190 1,395 1,45 m
III 1,452 1,198 1,318 1,45 m
IV 1,510 1,268 1,393 1,53 m
IV 1,670 1,290 1,480 1,53 m
V 0,638 0,385 0,510 1,46 m
V 1,780 1,542 1,662 1,46 m

6. SKETSA PENGUKURAN
7. KESIMPULAN DAN SARAN

 Kesimpulan

Dalam pembuatan beda tinggi , skala yang digunakan sangat berperan


penting, karena skala tersebutlah yang akan menentukan ukuran bangunan yang
aslinya. Keindahan dalam menggambar juga sangat penting karena orang yang
akan melihat juga harus dapat membedakan antara garis bantu, garis gambar serta
garis ukur.

 Saran

1. Agar waktu pelaksanaan praktikum dapat dipercepat sehingga dalam


pembuatan laporan tidak terburu-buru.
2. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang besar sebaiknya dalam
menjalankan praktikum, praktikan harus dibimbing sebaik-baiknya mengingat
praktikan baru pertama kali melakukan pengukuran seperti ini.
3. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal diperlukan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi.
4. Pembimbing harus lebih paham tentang teori maupun praktek lapangan
dengan mempunyai satu prinsip / ketentuan.

Anda mungkin juga menyukai