OLEH :
FIKRINALDI
09320180032
C1
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji hanya bagi-Nya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya, dan juga kepada para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Puji syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan segala rahmat,hidayah,inayah-Nya. Sehingga penulisan
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kerangka Kontrol
Horizontal memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi, Sejarah, dan Pentingnya Pengukuran.................................................3
2.2 Kerangka Kontrol Horizontal.............................................................................4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................11
3.2 Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam ilmu ukur tanah dikenal pemanfaatan terestris lanjut. Salah satu
pekerjaan pengukuran survei tanah adalah survei terestrial. Survei terestrial
merupakan pekerjaan pengukuran yang dilakukan di atas permukaan bumi, dengan
tujuan mengambil data-data ukuran jarak, sudut, arah, serta ketinggian yang nantinya
akan dijadikan dasar pembuatan peta. Dalam pengukuran suatu daerah tentunya
tidak terlepas dari kebutuhan teknis dannonteknis lainnya.
Pengukuran ini menggunakan metode kerangka kontrol horizontal yaitu suatu
metode pengukuran titik detail yang diperoleh dari titik ikat atau poligon tertutup.
Data-data yang diperoleh dari pengukuran detil adalah koordinat X dan Y.Lokasi
titik-titik dan orientasi garis-garis sering bergantung pada pengukuran sudut danarah.
Dalam pengukuran tanah, arah ditentukan oleh sudutarah dan azimuth. Sudut-sudut
yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan sebagai sudut horizontal dan
vertikal,pada bidang datar dimana sudut diukur. Salah satu metode pengukuran sudut
dalam kerangka kontrol horizontal adalah dengan metode poligon, metode ini
digunakanuntuk menentukan posisi titik yang belum diketahui koordinatnya dari titik
yang sudah diketahui koordinatnya dengan mengukur semua sudut dan jarak dalam
poligon.
Jaringan kerangka kontrol horizontal adalah titik kontrol horizontal yangsatu
sama lain survei dengan data GPS, dan koordinatnya ditentukan dengan metode
pengukuran atau pengamatan tertentu dalam suatu sistem referensi koordinat
horizontaltertentu. Dalam pengamatan statik titik-titik pengamatan yang diamati akan
lebih banyaksehingga menyebabkan ketelitian posisi yang diperoleh lebih tinggi
dibandingkanmetode pengamatan yang lain. Metode pengamatan Real-Time
Kinematic (RTK) dapat digunakan untuk posisi objek-objek dengan ketilitian tipikal
posisi sekitar1-5cm.
Selain metode tersebut, juga bisa menggunakan metode perpotongan ke muka
perpotongan ke belakang, triangulasi, trilaterasi, triangulaterasi.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Defenisi
Pengukuran adalah pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan
dengan peralatan dalam suatu lokasi dengan keterbatasan tertentu. Secara umum,
pengukuran tanah dapat dianggap sebagai disiplin yang meliputi semua metode untuk
pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang bumi dan lingkungan fisis.
2.1.2 Sejarah Pengukuran
Ilmu pengukuran tanah bermula di Mesir ±1400 tahun sebelum masehi.
Heredotus menyatakan bahwa Sesostris mempetak-petakkan tanah Mesir menjadi
kapling-kapling untuk tujuan perpajakan. Banjir tahunan sungai Nil menyapu habis
sebagian dari kapling-kapling ini, dan juru ukur ditugasi untuk mengganti batas-batas
tersebut. Juru ukur kuno ini disebut perentang tali (rope stretchers) karena
pengukuran mereka dikerjakan dengan tali yang diberi tanda tiap satuan jarak.
Selanjutnya perkembangan dalam pengukuran tanah datang dari orang –
orang Romawi yang berfikir praktis. Kepraktisan bangsa Romawi ini ditunjukan oleh
pekerjaan – pekerjaan konstruksi di seluruh kekaisaran. Alat ukur yang digunakan
pada masa ini adalah Groma (untuk membidik), Libella (sama seperti waterpass), dan
Chorobates (sebuah tepi lurus horizontal dengan kaki penyangga dan sebuah lekukan
di bagian atas untuk diisi air yang berfungsi sebagai nivo).
Pada abad ke 18 dan 19 M pengukuran tanah maju lebih pesat. Saat itu
Inggris dan Perancis melaksanakan pengukuran yang luas dan memerlukan
triangulasi teliti sehingga pengukuran tanah dilakukan secara geodetik. The U.S
Coast and Geodetic Survey (Sekarang The National Geodetic Survey, bagian dari
Departemen Perdagangan Amerika Serikat) dibentuk dengan UU Kongres di tahun
1807. Dan bertugas untuk melaksanakan pengukuran hidrografik dan menyiapkan
peta – peta laut, dan diperluas mencakup penetapan monumen – monumen titik
kontrol di seluruh negara. Kemajuan berlanjut ke program ruang angkasa diman
peralatan dan sistem baru diperlukan guna menyediakan titik kontrol saksama untuk
pelurusan proyekti dan pemetaan bulan dalam menentukan tempat-tempat pendaratan
3
yang diusulkan. EDM, alat-alat laser, giroskop pencari utara (northseeking
gyroscope), inertial survey, remote sensors hanyalah beberapa produk teknologi masa
kini yang sekarang secara langsung diterapkan dalam pengukuran tanah modern
dengan dampak yang hemat.
2.1.3 Pentingnya Pengukuran
Hasil-hasil pengukuran tanah sangat dibutuhkan dalam :
a. Pembuatan peta permukaan bumi dan laut
b. Mengetahui batas-batas tanah
c. Konstruksi bangunan
d. Penelitian arkeologi
4
keadaan yang sebenarnya dari permukaan bumi. Peta yang disajikan dalam bidang
datar, sehingga posisi titik-titik yang dimuat di dalam peta dinyatakan dengan
kordinat-koordinat pada bidang datar pula. Metode kerangka kontrol horizontal ada 6
metode yaitu :
2.2.1 Poligon
Metode Poligon adalah cara untuk penentuan posisi horizontal banyak titik
dimana titik yang satu dengan lainnya dihubungkan satu dengan yang lain dengan
pengukuran jarak dan sudut sehingga membentuk rangkaian titik-titik (Poligon).
Ditinjau dari cara menyambungkan titik satu dengan yang lainnya. Ditinjau dari cara
menyambungkan titik satu dengan yang lainnya Poligon dapat digolongkan sebagai
Poligon terbuka, Poligon tertutup, Poligon bercabang atau kombinasi dari dua atau
ketiganya. Di dalam perhitungan poligon minimal satu titik diketahui koordinatnya,
satu sudut jurusan atau αi (umumnya sudut jurusan awal), jarak antara masingmasing
titik (dij) dan sudut-sudut mendatar (βi) harus diukur di lapangan. Poligon dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Poligon Tertutup
Pada polygon tertutup, garis-garis kembali ke titik awal, sehingga membentuk
segi banyak, koordinat awal sama dengan koordinat akhir dan azimuth awal
sama dengan azimuth akhir.
5
b. Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah suatu polygon yang titik awal dan titik akhirnya
merupakan titik yang berlainan (tidak bertemu pada satu titik).
c. Poligon Bercabang
Polygon bercabang adalah suatu polygon yang dapat mempunyai simpul satu
atau lebih titik simpul, yaitu titik titik dimana cabang itu terjadi. Cabang ini
biasanya terbuka, tetapi dapat juga cabang itu menutp pada cabang yang lain.
6
Gambar 2.3 Poligon Bercabang
d. Poligon Kombinasi
Bentuk poligon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari
bentukbentuk poligon yang ada.
7
Gambar 2 .5 Perpotongan Ke Muka
8
2.2.4 Triangulasi
Metode Triangulasi adalah titik yang satu dengan yang lainnya dihubungkan
sedemikian hingga membentuk rangkaian segitiga atau jaring segitiga. Adapun
besaran-besaran yang diukur di lapangan adalah setiap sudut dalam setiap segitiga
disamping diperlukan satu titik yang koordinatnya diketahui sebelumnya, satu sisi
segitiga diketahui jarak dan sudut jurusannya. Gambar di bawah memperlihatkan
contoh rangkaian triangulasi.
Gambar 2 .7 Triangulas i
2.2.5 Trialaterasi
Bentuk geometri trilaterasi adalah seperti triangulasi hanya perbedaannya
bukan sudut-sudut yang diukur di lapangan tetapi semua sisi segitiga. Untuk
menyelesaikan atau menghitung titik-titik pada rangkaian trilaterasi minimal harus
diketahui satu koordinat misalnya titik A (XA, YA), sudut jurusan A ke 1 αA1, serta
diukur jarak dari A ke 1 dA1 , dan dA2. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar di
bawah.
9
Gambar 2 .8 Trilaterasi segitiga
2.2.6 Triangulaterasi
Metode Triangulasi adalah titik yang satu dengan yang lainnya dihubungkan
sedemikian hingga membentuk rangkaian segitiga atau jaring segitiga. Adapun
besaran-besaran yang diukur di lapangan adalah setiap sudut dalam setiap segitiga
disamping diperlukan satu titik yang koordinatnya diketahui sebelumnya, satu sisi
segitiga diketahui jarak dan sudut jurusannya. Gambar di bawah memperlihatkan
contoh rangkaian triangulasi.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA