Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa ALLAH SWT tuhan semesta
alam yang telah melimpahkan Rahmat taufik serta hidayahnya sehingga kami
Atas tersusunya laporan ini tentu dapat terselesaikan karna bantuan dan
dukungan dari semua pihak dan dalam kesempatan kali ini kami selaku penulis
2. Mentor dan para senior pembimbing dalam praktek Ilmu Ukur Tanah
praktikum ini
3. Teman-teman kelompok yang ikut andil dalam proses praktikum dan telah
Kami penulis menyadari bahwa laporan ini maasih jauh dari kata sempurna
oleh karena itu saran dan juga kritik yang bersifat membangun sangat di harapkan
untuk dapat kami jadikan motivasi dan acuan dalam memperbaiki di masa yang
akan datang. Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
I
Penyusun
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................III
BAB 1: PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.2 Sejarah ilmu ukur tanah...............................................................................1
1.1 Tujuan ilmu ukur tanah...............................................................................3
1.3 Pembagian meridian garis melintang..........................................................5
1.4 Peta..............................................................................................................6
1.5 Skala peta.....................................................................................................7
1.5.1 Ditinjau dari skala peta...............................................................................8
1.52 ditinjau dari skala peta dibagi menjadi........................................................9
1.6 Legenda.......................................................................................................11
BAB 2: PENGUKURAN .....................................................................................12
2.1 Pengukuran tinggi dengan penyipat datar...................................................12
2.2 Alat penyipat datar......................................................................................13
2.3 Teknik penyipat datar..................................................................................14
2.4 Penyipat datar yang memanjang .................................................................14
BAB 3: ALAT-ALAT PRAKTIKUM GEODASI ............................................15
3.1 Alat-alat yang digunakan.............................................................................15
3.2 Jalanya praktikum .......................................................................................19
BAB 4: PEMBAHASAN/PERHITUNGAN.......................................................21
BAB 5: KESIMPULAN/SARAN........................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................36
III
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1.1 Garis melintang dan garis bujur.......................................................5
GAMBAR 1.2 gambar peta......................................................................................6
GAMBAR 1.3 legenda ..........................................................................................11
IV
BAB 1
PENDAHULUAN
Ilmu ukur tanah adalah salah satu metode yang melakukan pekerjaan di
sebutan peta. Ilmu ukur tanah adalah termasuk bagian dari geodesi. Kenapa
saya katakan ilmu ukur tanah termasuk bagian dari geodesai? Sebab, ilmu
Geodesi adalah brasal dari yunani, yaitu Geo (γη) bumi dan daisia / daiein
(δαιω) membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Dalam
istilah lain di kenal dengan kata Geometri. Geometri adalah juga berasal dari
yunani, yaitu γεωμετρία geo ( bumi dan metria ) pengukuran. Secara harafiah
berarti pengukuran tentang bumi. Namun, istilah geometri (lebih tepatnya ilmu
spasial atau keruangan) yang merupakan dasar untuk mempelajari ilmu geodesi
Dan pada abad 18 dan 19 seni pengkuan tanah maju lebih pesat oleh karena itu,
1
and Geodetic Survey , Amerika Serikat melaksanakan pengkuran hidrografi
yaitu panjang yang diukur dari ujung jari ke ujung jari lain dari kedua lengan
satu orang dewasa yang direntangkan (didepan), setelah itu muncul istilah
"mil" (sekitar 1,6 km) untuk mengukur jarak. Pada abad ke-20 M Pengukuran
metode komputerisasi.
Ilmu ukur tanah merupakan bagian kecil dari ilmu yang lebih luas yang
bumi
Pada maksud ke-2 itu lah yang sering disebut dengan istilah Pemetaan.
1. Geodetic Surveying
2
Suatu pengukuran untuk menggambarkan permukaan bumi pada bidang
lengkung.
2. Plan Surveying
Ilmu atau seni menyajikan bentuk permukaan bumi dalam bidang datar,
Plan Surveying dibatasi oleh daerah yang sempit sekitar 55km x 55km.Secara
1. Pengukuran jarak
3. Pengukuran sudut
4. Pengukuran sudut
Secara ilmiah, ilmu ukur tanah mempunyai tujuan menentukan bentuk bumi.
Dalam ilmu ukur tanah, pengerjaan pengukuran di bedakan menjadi dua, yaitu:
3
c) Enggeenering surveying merupakan pengukuran tanah yang di
jarak, dan sudut) di atas permukaan bumi terhadap satu sama lain
permukaan bumi.
acuanya adalah permukaan air laut yang tenang alias mean sea
level (MSL).
beserta luasnya.
4
1.3 Pembagian Meridian Dan Garis Melintang
Dalam geografi, meridian adalah sebuah garis khayal pada permukaan bumi,
utara dan kutub selatan. Dengan demikian setiap titik di permukaan bumi
posisinya oleh lintang. Setiap meridian selalu tegak lurus dengan lingkaran
memiliki arti bujur nol derajat. Meridian lainnya diidentifikasi dengan sebuah
sudut yang dibentuk oleh perpotongan antara bidang meridian tersebut dan
5
lingkaran yang melewati Greenwich) adalah bujur 180°. Meridian lainnya
terletak antara 0° dan 180° bujur barat di hemisfer barat (barat Greenwich) dan
Istilah "meridian" berasal dari bahasa Latin, meridies, yang berarti "tengah
hari" (atau "midday" dalam bahasa Inggris); Matahari melintasi titik di atas
suatu meridian yang merupakan titik setengah jalan lintasannya antara saat
terbit dan tenggelam. Akar kata Latin yang sama digunakan juga untuk
menyebut istilah A.M. dan P.M. yaitu suatu pernyataan waktu untuk
memisahkan jam-jam dalam satu hari ketika dinyatakan dalam sistem 12 jam.
1.4 Peta
bidang datar dengan skala tertentu Peta bisa disajikan dalam berbagai cara
yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital
yang tampil di layar komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa
6
yang berarti taplak atau kain penutup meja. Namun secara umum pengertian
peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar
representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari
Skala suatu peta adalah perbandingan jarak pada peta terhadap jarak
permukaan Bumi yang menyebabkan perbedaan skala pada peta datar. Karena
Bumi. Globe buatan ini adalah model kecil Bumi yang menjadi acuan dalam
Pengertian kedua tentang skala berlaku untuk skala yang berubah-ubah pada
peta. Skala yang dimaksud adalah perbandingan skala pada titik peta dengan
skala nominal. Dalam hal ini, skala berarti faktor skala/skala titik/skala khusus.
7
Jika cakupan peta cukup kecil, seperti peta kota, kelengkungan Bumi dapat
diabaikan sehingga satu skala dapat dipakai tanpa menyebabkan galat dalam
pengukuran. Untuk cakupan luas, bahkan seluruh Bumi, skala peta mungkin
kurang berguna, bahkan tidak bisa dipakai untuk mengukur jarak. Proyeksi
peta penting dalam mengetahui perubahan nilai skala pada peta. [1][2] Ketika
skala berubah banyak, ia dapat disebut sebagai faktor skala. Indikator Tissot
1 cm = 1 km
1:100.000
Skala leksikal dalam bahasa yang diketahui lebih mudah dipahami daripada
8
Suatu peta dapat digolongkan ke dalam skala besar, menengah, atau kecil.
Peta skala kecil merujuk kepada peta dunia atau peta daerah besar seperti
benua atau negara besar. Dengan kata lain, peta jenis ini menggambarkan
wilayah besar dalam peta kecil. Peta jenis ini disebut skala kecil karena nilai
seperti peta kota atau kabupaten. Peta jenis ini disebut skala besar karena nilai
pecahan perwakilannya relatif besar. Untuk peta kota, skala yang dipakai
sekitar 1:10.000, sedangkan, untuk peta dunia, skala yang dipakai sekitar
1:100.000.000.
Berikut tabel rentang umum skala peta. Ingat bahwa tidak ada standar dalam
informasi, seperti informasi tentang posisi, jarak, bentuk muka bumi, atau
informasi geografis lainnya. Perilaku teliti, kerja keras, dan profesional sangat
diperlukan dalam pembuatan peta. Hal itu penting karena kualitas peta yang
9
Jenis peta berdasarkan skala dibagi menjadi lima, yaitu peta kadaster, peta
skala besar, peta skala sedang, peta skala kecil, dan peta skala geografis.
a. Peta kadaster
Peta kadaster adalah jenis peta yang memiliki skala antara 1 : 100 hingga 1:
5.000. Biasanya, peta ini digunakan untuk menggambarkan luas tanah maupun
Jenis peta ini adalah peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000 hingga 1 :
misalnya peta kelurahan, peta desa, peta kecamatan, dan peta kota.
1:500.000. Cakupan wilayah yang digambar dalam peta ini termasuk provinsi,
Peta jenis ini memiliki skala antara 1:500.001 sampai dengan 1:1.000.000.
Jenis peta yang terakhir ini memiliki skala yang lebih kecil dari 1:1.000.000.
Karena skalanya yang kecil, wilayah yang termasuk ke dalam peta pun lebih
10
luas. Peta yang memiliki skala sekecil ini biasanya adalah peta benua dan peta
dunia.
1.6 Legenda
simbol peta agar lebih mudah dipahami oleh pembaca atau pengguna peta.
Legenda pada peta juga berfungsi sebagai sebuah kunci untuk memahami peta.
legenda peta berisi simbol-simbol pada peta beserta keterangan dan atau cara
membacanya.
Selain itu, legenda dalam sebuah peta juga dapat memuat informasi penting
lainnya yang dapat membantu pengguna dalam memahami isi peta, seperti cara
11
BAB 2
PENGUKURAN
optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini, pengukuran beda
tinggi dengan menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara
pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar
vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil
Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik.
Beda tinggi h diketahui antara dua titik a dan b, sedang tinggi titik A diketahui
sama dengan Ha dan titik B lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik B, Hb =
Ha + h yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A clan titik B adalah
12
jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang
nivo adalah bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B
sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal
maupun horizontal. Ada banyak jenis alat waterpas yang digunakan dalam
panjang 120 cm yang terbuat dari bahan kayu dengan tepi kuningan, dimana
alat ini terdapat dua buah alat pengecek kedataran baik untuk vertikal maupun
cairan, dan pada posisi pinggir alat terdapat garisan pembagi yang dapat
13
2.3 Teknik Penyipat Datar
Metode sipat datar adalah suatu Teknik pengukuran beda tinggi antara
tertentu. Nilai atau angka ketinggian titik juga di sebut dengan elavasi titik
kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan . hasil akhir pekerjaan ini adalah
data ketinggian dari pilar pilar sepanjang jalur pengukuran yang bersangkutan.
Sipat datar yang memanjang adalah beda tinggi antara dua titik di
permukaan bumi di definisikan sebagai selisih jarak pendek antara dua bidang
nivo yang melalui dua buah titik diatas permuksssn bumi tersebut.Karna
ketinggian titik referensi titik berefarensi terhadap permukaan air laut rata-rata
yang mengikuti lengkungnya bumi maka setiap bidang nivo yang melalui titik-
14
BAB 3
ALAT-ALAT PRAKTIKUM GEODASI
Untuk memahami alat-alat ukur tanah lebih mendalam, berikut ini nama-
1. WATERPASS
sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal
maupun horizontal.
2. ROLL METER
15
Roll meter adalah alat ukur yang berfungsi mengukur panjang sebuah objek,
yang akurat.
3. KOMPAS
Kompas adalah sebuah panah penunjuk magnetis yang
navigasi
.4. PAYUNG
16
5. BAK UKUR
6. ALAT TULIS
7. UNTING-UNTING
17
Berfungsi untuk mendapatkan sumbu
pada patok
8. METERAN
18
3.2 Jalannya Praktikum
Bassalamah, Namlea dan selanjutnya data yang kami dapatkan bisa kami olah
agar menjadi data secara lengkap berguna sebagai acuan untuk melakukan
A. Pelaksanaan pengukuran
Payung
2) Penyetelan alat
dengan cara:
Letakan pesawat di atas statif dan kunci pesawat menggunakan skrup pada
19
Lakukan sentring nivo pada titik tengah acuan agar mendapat hasil yang
sejajar
Setelah alat di rasa sejajar dan nivo tepat pada tengah titik lakukan
3) Cara pengukuran
Apa bila pesawat tidak dapat menjangkau titik yang selanjutnya akan di
tembak maka lakukan pindah alat dengan cara, tembak titik yang akan di
gunakan sebagai titik pindah alat, setelah di peroleh data dari titik pindah
selanjutnya back side pada titik awal dengan syarat pesawat telah di
sentring tembak lurus pada titik awal kemudian setting sudut dengan
20
BAB 4
PEMBAHASAN/PERHITUNGAN
Azimuth pindah alat = nilai azimuth utara + nilai sudut horizontal target
pengukuran – 1800
21
HASIL PERHITUNGAN
P1 P0
A.3 (1,507-1,423) X 100 = 8,4
1.4 (1,495-1,413) X 100 = 8,2
STA 00+140 (2,530-2,000) X 100 = 53
1.5 (2,490-1,960) X 100 = 53
A.4 (2,600-2,040) X 100 = 53
P2 (2,730-2,110) X 100 = 62
P2 P1
STA 00+190 (1,852-1,448) X 100 = 40,4
1.6 (1,864-1,485) X 100 = 40,6
A.5 (1,875-1,473) X 100 = 40,2
AST 00+216 (1,962-1,296) X 100 = 66,6
1.7 (2,002-1,399) X 100 = 61,4
P3 (1,990-1,350) X 100 = 64
P3 P2
A.6 (1,342-1,256) X 100 = 8,6
A.7 (1,370-1,298) X 100 = 7,2
A.8 (1,420-1,370) X 100 = 5
1.8 (1,444-1,410) X 100 = 3,4
A.9 (1,750-1,270) X 100 = 48
STA 00+266 (1,740-1,262) X 100 = 47,8
1.9 (1,790-1,320) X 100 = 47
P4 (1,816-1,112) X 100 = 70,4
22
P4 P3
STA 00+316 (0,775-0,504) X 100 = 27,4
A.10 (0,790-0,520) X 100 = 27
1.10 (0,770-0,498) X 100 = 27,2
STA 00+366 (0,964-0,192) X 100 = 77,2
P5 (0,947-0,453) X 100 = 49,4
P5 P4
1.11 (1,467-1,189) X 100 = 27,8
A.11 (1,430-1,152) X 100 = 27,8
STA 00+416 (1,170-0,390) X 100 = 78
A.12 (1,210-0,430) X 100 = 78
1.12 (1,188-0,410) X 100 = 77,8
P6 (1,282-0,554) X 100 = 72,8
P6 P5
P7 (0,525-0,091) X 100 = 43,4
P7 P6
STA 00+466 (1,178-1,062) X 100 = 11,6
A.13 (1,195-1,077) X 100 = 11,8
1.13 (1,202-1,080) X 100 = 12,2
STA 00+516 (0,878-0,262) X 100 = 61,6
1.14 (0,872-0,262) X 100 = 61
A.14 (0,883-0,267) X 100 = 61,6
23
HASIL PERHITUNGAN
B. ABSIS ( AX )
RUMUS: ABSIS ( AX ) = D X SIN (AZZIMUTH TARGET PENGUKURAN)
P0 U
STA 00+000 12 X SIN (2850 45” 00’) = -11 ,54
1 13 X SIN (2770 45” 00’) = -12,88
A 11,2 X SIN (2950 15” 00’) = -10,12
STA 00+050 39 X SIN (1370 15” 00’) = 26,47
1.1 39,4 X SIN (1400 15” 00’) = 25,19
A.1 38,8 X SIN (1340 15” 00’) = 27,79
AST 00+09 69,6 X SIN (1340 15” 00’) = 49,64
A.2 65 X SIN (1320 30” 00’) = 47,73
1.3 74 X SIN (1320 45” 00’) = 54,55
1.2 74 X SIN (1350 30” 00’) = 51,86
P1 70 X SIN (1360 30” 00’) = 47,96
P1 P0
A.3 8,4 X SIN (250 30” 00’) = 3,61
1.4 8,2 X SIN (560 15” 00’) = 6,81
STA 00+140 53 X SIN (400 00” 00’) = 34,06
1.5 53 X SIN (420 15” 00’) = 35,63
A.4 53 X SIN (370 30” 00’) = 32,26
P2 62 X SIN (380 30” 00’) = 38,59
P2 P1
STA 00+190 40,4 X SIN (400 30” 00’) =26,23
1.6 40,6 X SIN (430 30” 00’) =27,94
A.5 40,2 X SIN (37 0 15” 00’) =24,33
AST 00+216 66,4 X SIN (39 0 15” 00’) =42,13
1.7 61,4 X SIN (41 0 30” 00’) =40,68
P3 64 X SIN (41 0 00” 00’) =41,98
P3 P2
A.6 8,6 X SIN (60 45” 00’) = 1,01
0
A.7 7,2 X SIN (30 15” 00’) = 3,62
A.8 5 X SIN (750 00” 00’) = 4,82
1.8 3,4 X SIN (1340 45” 00’) = 2,41
A.9 48 X SIN (1270 00” 00’) = 38,33
STA 00+266 47,8 X SIN (1290 45” 00’) = 36,75
1.9 47 X SIN (1320 25’’00’) = 34,79
P4 70,4 X SIN (128 0 45’’00’) = 54,90
24
P4 P3
STA 00+316 27,4 X SIN (1880 00’’00’) = 18,68
A.10 27 X SIN (1840 45’’00’) = 19,82
1.10 27,2 X SIN (1920 30’’00’) = 16,93
STA 00+366 77,2 X SIN (1840 30’’00’) = 55,99
P5 49,4 X SIN (1330 30’’00’) = 35,83
P5 P4
1.11 27,8 X SIN (1370 30’’00’) = 18,78
A.11 27,8 X SIN (1290 15’’00’) = 21,52
STA 00+416 78 X SIN (1320 00’’00’) = 57,96
A.12 78 X SIN (1300 45’’00’) = 59,09
1.12 77,8 X SIN (1330 45’’00’) = 56,19
P6 72,8 X SIN (1380 45’’00’) = 52,02
P6 P5
P7 43,4 X SIN (1340 00’ 00’’) = 31,21
P7 P6
STA 00+466 11 X SIN (14740 15’’00’’) =6,77
A.13 11 X SIN (13840 00’’00’’) =7,89
1.13 12 X SIN (15740 15’’00’’) =4,71
STA 00+516 61 X SIN (13940 30’’00’’) =40,00
1.14 61 X SIN (14140 45’’00’’) =37,76
A.14 61 X SIN (13740 45’’00’’) =41,41
25
HASIL PERHITUNGAN
C. ORDINAT (AY)
RUMUS: ORDINAT (AY) = D X COS (AZZIMUTH TARGET
PENGUKURAN)
P0 U
STA 00+000 12 X COS (2850 45” 00’) = 3,25
1 13 X COS (2770 45” 00’) =1,75
A 11,2 X COS (2950 15” 00’) =4,77
STA 00+050 39 X COS (1370 15” 00’) = -2063,
1.1 39,4 X COS (1400 15” 00’) = -30,29
A.1 38,8 X COS (1340 15” 00’) = -27,07
AST 00+09 69,6 X COS (1340 15” 00’) = -48,78
A.2 65 X COS (1320 30” 00’) = -44,12
1.3 74 X COS (1320 45” 00’) = -49,99
1.2 74 X COS (1350 30” 00’) = -52,78
P1 70 X COS (1360 30” 00’) = -50,98
P1 P0
A.3 8,4 X COS (250 30” 00’) = 7,58
1.4 8,2 X COS (560 15” 00’) = 4,55
STA 00+140 53 X COS (400 00” 00’) = 40,60
1.5 53 X COS (420 15” 00’) = 39,23
A.4 53 X COS (370 30” 00’) = 42,04
P2 62 X COS (380 30” 00’) = 48,52
P2 P1
STA 00+190 40,4 X COS (400 30” 00’) =30,72
1.6 40,6 X COS (430 30” 00’) =29,45
A.5 40,2 X COS (37 0 15” 00’) =31,99
AST 00+216 66,4 X COS (39 0 15” 00’) =53,05
1.7 61,4 X COS (41 0 30” 00’) =45,98
P3 64 X COS (41 0 00” 00’) =48,30
P3 P2
A.6 8,6 X COS (60 45” 00’) = 8,54
0
A.7 7,2 X COS (30 15” 00’) = 6,21
0
A.8 5 X COS (75 00” 00’) = 1,29
1.8 3,4 X COS (1340 45” 00’) = -2,39
A.9 48 X COS (1270 00” 00’) = -28,88
26
STA 00+266 47,8 X COS (1290 45” 00’) = -30,56
1.9 47 X COS (1320 25’’00’) = -31,60
P4 70,4 X COS (128 0 45’’00’) = -44,06
P4 P3
STA 00+316 27,4 X COS (1880 00’’00’) = -20,03
A.10 27 X COS (1840 45’’00’) = -18,83
1.10 27,2 X COS (1920 30’’00’) = -21,28
STA 00+366 77,2 X COS (1840 30’’00’) = -53,14
P5 49,4 X COS (1330 30’’00’) = -34,00
P5 P4
1.11 27,8 X COS (1370 30’’00’) = -20,49
A.11 27,8 X COS (1290 15’’00’) = -17,58
STA 00+416 78 X COS (1320 00’’00’) = -52,19
A.12 78 X COS (1300 45’’00’) = -50,91
1.12 77,8 X COS (1330 45’’00’) = -53,79
P6 72,8 X COS (1380 45’’00’) =-49,88
P6 P5
P7 43,4 X COS (1340 00’ 00’’) = -30,14
P7 P6
STA 00+466 11 X COS (14740 15’’00’’) =-9,75
A.13 11 X COS (13840 00’’00’’) =-8,76
1.13 12 X COS (15740 15’’00’’) =-11,25
STA 00+516 61 X COS (13940 30’’00’’) =-46,84
1.14 61 X COS (14140 45’’00’’) =-47,90
A.14 61 X COS (13740 45’’00’’) =-45,59
27
HASIL PERHITUNGAN
D. BEDA TINGGI
RUMUS: BEDA TINGGI (AH) = TINGGI ALAT (TA) – BENANG TENGAH
(BT)
P0 U
STA 00+000 1,405 – 1,97 = 0,20
1 1,405 – 1,260 = 0,14
A 1,405 – 1,184 = 0,22
STA 00+050 1,405 – 1,295 = 0,11
1.1 1,405 – 1,345 = 0,06
A.1 1,405 – 1,321 = 0,08
AST 00+09 1,405 – 1,195 = 0,21
A.2 1,405 – 1,225 = 0,18
1.3 1,405 – 1,230 = 0,17
1.2 1,405 – 1,210 = 0,19
P1 1,405 – 1,215 = 0,19
P1 P0
A.3 1,42 – 1,465 = -0,04
1.4 1,42 – 1,454 = -0,03
STA 00+140 1,42 – 2,265 = -0,84
1.5 1,42 – 2,225 = -0,80
A.4 1,42 – 2,335 = 0,91
P2 1,42 – 2,420 = -1
P2 P1
STA 00+190 1,40 – 1,650 = -0,25
1.6 1,40 – 1,661 = -0,26
A.5 1,40 – 1,674 = -0,27
AST 00+216 1,40 – 1,629 = -0,22
1.7 1,40 – 1,699 = -0,79
P3 1,40 – 1,670 = -0,27
P3 P2
A.6 1,39 – 1,299 = 0,091
A.7 1,39 – 1,334 = 0,056
A.8 1,39 – 1,395 = -0,005
1.8 1,39 – 1,427 = -0,0037
28
A.9 1,39 – 1,410 = -0,012
STA 00+266 1,39 – 1,510 = -0,111
1.9 1,39 – 1,555 = -0,165
P4 1,39 – 1,464 = -0,074
P4 P3
STA 00+316 1,41 - 0,638 =0,772
A.10 1,41 – 0,655 =0,755
1.10 1,41 – 0,634 = 0,776
STA 00+366 1,41 – 0,578 = 0,832
P5 1,41 – 0,700 = 0,71
P5 P4
1.11 1,42 – 1,328 = 0,092
A.11 1,42 - 1,291 = 0,129
STA 00+416 1,42 – 0,780 = 0,64
A.12 1,42 – 0,820 = 0,6
1.12 1,42 – 0,799 = 0,621
P6 1,42 – 0,918 = 0,502
P6 P5
P7 1,39 – 0,308 = 1,082
P7 P6
STA 00+466 1,42 – 1,120 = -9,75
A.13 1,42 – 1,136 = -8,76
1.13 1,42 – 1,141 = -11,25
STA 00+516 1,42 – 0,570 = -46,84
1.14 1,42 – 0,567 = -47,90
A.14 1,42 – 0,575 = -45,59
29
HASIL PERHITUNGAN
E. KOORDINAT X DAN Y
RUMUS:
Koordinat X awal = koordinat awal + absis
Koordinat X = koordinat lanjut + absis
Koordinat Y awal = koordinat awal + ordinat
Koordinat Y = koordinat lanjut + ordinat
Koordinat awal yang kita pakai, memakai 2 nomor di belakang angka stanbuk
atau NIM di tammbah 200 sebagai acuan beda data masing-masing personal disini
stanbuk saya 72220122033 artinya saya memakai 33, jadi 33 + 200 = 233 adalah
koordinat awal saya
Koordinat X
P0 U 233 + Absis
STA 00+000 233 + -11,24 = 22,146
1 233 + -12,88 = 220,12
A 233 + -10,12 = 222,88
STA 00+050 233 + 26,47 = 259,47
1.1 233 + 25,19 = 258,19
A.1 233 + 27,79 = 260,79
AST 00+09 233 + 49,64 = 282,64
A.2 233 + 47,73 = 280,73
1.3 233 + 54,55 = 287,55
1.2 233 + 51,86 = 284,86
P1 233 + 47,96 = 280,96
P1 P0 280,96 + Absis
A.3 280,96 + 3,61 = 284, 57
1.4 280,96 + 6,81 = 387,77
STA 00+140 280,96 + 34,06 = 315,62
1.5 280,96 + 35,63 = 316,59
A.4 280,96 + 32,26 = 313,22
P2 280,96 + 38,59 = 319,55
P2 P1 3,1955 + Absis
STA 00+190 3,1955 + 26,23 = 345,78
1.6 3,1955 + 27,94 = 347,49
A.5 3,1955 + 24,33 = 343,88
30
AST 00+216 3,1955 + 42,13 = 361,68
1.7 3,1955 + 40,68 = 360,23
P3 3,1955 + 41,98 = 361,55
P3 P2 361,55 + Absis
A.6 361,55 + 1,01 = 362,54
A.7 361,55 + 3,62 = 365,15
A.8 361,55 + 4,82 = 366,355
1.8 361,55 + 2,41 = 363,94
A.9 361,55 + 38,33 = 399,86
STA 00+266 361,55 + 36,75 = 398,28
1.9 361,55 + 34,79 = 396,32
P4 361,55 + 54,90 = 416,43
P4 P3 416,43 + Absis
STA 00+316 416,43 + 18,68 = 435,11
A.10 416,43 + 19,82 = 436,25
1.10 416,43 + 16,93 = 433,36
STA 00+366 416,43 + 55,99 = 472,42
P5 416,43 + 35,83 = 452,26
P5 P4 452,26 + Absis
1.11 452,26 + 18,78 = 471,04
A.11 452,26 + 21,52 = 473,78
STA 00+416 452,26 + 57,96 = 510,22
A.12 452,26 + 59,09 = 511,35
1.12 452,26 + 56,19 = 508,45
P6 452,26 + 52,02 = 504,28
P6 P5 504,28 + Absis
P7 504,28 + 31,21 = 535,6
P7 P6 535,6 + Absis
STA 00+466 535,6 + 6,27 = 541,87
A.13 535,6 + 7,89 = 543,49
1.13 535,6 + 4,71 = 540,31
STA 00+516 535,6 + 40,00 = 575,6
1.14 535,6 + 37,76 = 573,36
A.14 535,6 + 41,41 = 577,1
31
Koordinat Y
P0 U 233 + ordina
STA 00+000 233 + 3,25 = 236,25
1 233 + 1,75 = 233,14
A 233 + 4,77 = 237,77
STA 00+050 233 + -28,63 = 284,37
1.1 233 + -30,29 = 202,01
A.1 233 + -27,07 = 205,93
AST 00+09 233 + -48,78 = 184,22
A.2 233 + -44,12 = 188,88
1.3 233 + -49,99 = 183,01
1.2 233 + -52,78 = 180,22
P1 233 + -50,98 = 182,02
P1 P0 182,02 + ordina
A.3 182,02 + 7,58 = 189,6
1.4 182,02 + 4,55 = 186,57
STA 00+140 182,02 + 40,60 = 222,62
1.5 182,02 + 39,23 = 221,25
A.4 182,02 + 42,04 = 224,06
P2 182,02 + 48,52 = 230,54
P2 P1 230,54 + ordina
STA 00+190 230,54 + 30,72 = 261,22
1.6 230,54 + 29,45 = 259,55
A.5 230,54 + 31,99 = 262,49
AST 00+216 230,54 + 53,01 = 283,51
1.7 230,54 + 45,98 = 276,52
P3 230,54 + 48,30 = 278,84
P3 P2 278,84 + ordina
A.6 230,54 + 8,54 = 287,38
A.7 230,54 + 6,21 = 285,05
A.8 230,54 + 1,29 = 280,13
1.8 230,54 + -2,39 = 276,45
A.9 230,54 + -28,88 = 249,96
STA 00+266 230,54 + -30,56 = 248,28
1.9 230,54 + -31,60 = 247,24
P4 230,54 + -44,06 = 234,78
32
P4 P3 234,78 + ordina
STA 00+316 234,78 + -20,03 = 214,75
A.10 234,78 + -18,83 = 215,95
1.10 234,78 + -21,28 = 213,5
STA 00+366 234,78 + -53,14 = 181,64
P5 234,78 + -34,00 = 200,78
P5 P4 200,78 + ordina
1.11 200,78 + -20,49 = 180,29
A.11 200,78 + -17,58 = 183,2
STA 00+416 200,78 + -52,19 = 148,59
A.12 200,78 + -50,91 = 149,87
1.12 200,78 + -53,79 = 146,99
P6 200,78 + -49,88 = 150,9
P6 P5 150,9 + ordina
P7 150,9 + -30,14 = 120,76
P7 P6 120,76 + ordinat
STA 00+466 120,76 + -9,75 = 111,01
A.13 120,76 + -8,76 = 112,00
1.13 120,76 + -11,25 = 109.51
STA 00+516 120,76 + -46,84 = 73,92
1.14 120,76 + -47,90 = 72,86
A.14 120,76 + -45,59 = 75,17
Hasil olah data dari data mentah ke form perhitungan waterpass ( terlampir)
Hasil perhitungan di input menjadi peta gambar topografi dalam skala yang sudah
33
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
sebagai berikut:
peta kontur seperti jarak horizontal dan vertikal, beda tinggi, sudut dalam
dan azimuth.
5.2 SARAN
1) Praktikum Ilmu Ukur Tanah kali ini, banyak sekali hal penting yang perlu
dan benar.
34
DAFTAR PUSTAKA
University Press.
35
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. FOTO STA
36
37
B. FOTO DOKUMENTASI
38
39