Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum warahmatullahi wabarakathu

Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa ALLAH SWT tuhan semesta

alam yang telah melimpahkan Rahmat taufik serta hidayahnya sehingga kami

penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya

Atas tersusunya laporan ini tentu dapat terselesaikan karna bantuan dan

dukungan dari semua pihak dan dalam kesempatan kali ini kami selaku penulis

mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Ir Bapak Eddy Agus Muharyanto, M.T selaku dosen pembimbinng di

matakuliah “Ilmu Ukur Tanah”

2. Mentor dan para senior pembimbing dalam praktek Ilmu Ukur Tanah

yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses

praktikum ini

3. Teman-teman kelompok yang ikut andil dalam proses praktikum dan telah

membantu dalam menyelesaikan praktikum sampai dengan selesai.

Kami penulis menyadari bahwa laporan ini maasih jauh dari kata sempurna

oleh karena itu saran dan juga kritik yang bersifat membangun sangat di harapkan

untuk dapat kami jadikan motivasi dan acuan dalam memperbaiki di masa yang

akan datang. Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Namlea, 2 juni 2023

I
Penyusun

II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................III
BAB 1: PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.2 Sejarah ilmu ukur tanah...............................................................................1
1.1 Tujuan ilmu ukur tanah...............................................................................3
1.3 Pembagian meridian garis melintang..........................................................5
1.4 Peta..............................................................................................................6
1.5 Skala peta.....................................................................................................7
1.5.1 Ditinjau dari skala peta...............................................................................8
1.52 ditinjau dari skala peta dibagi menjadi........................................................9
1.6 Legenda.......................................................................................................11
BAB 2: PENGUKURAN .....................................................................................12
2.1 Pengukuran tinggi dengan penyipat datar...................................................12
2.2 Alat penyipat datar......................................................................................13
2.3 Teknik penyipat datar..................................................................................14
2.4 Penyipat datar yang memanjang .................................................................14
BAB 3: ALAT-ALAT PRAKTIKUM GEODASI ............................................15
3.1 Alat-alat yang digunakan.............................................................................15
3.2 Jalanya praktikum .......................................................................................19
BAB 4: PEMBAHASAN/PERHITUNGAN.......................................................21
BAB 5: KESIMPULAN/SARAN........................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................36

III
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1.1 Garis melintang dan garis bujur.......................................................5
GAMBAR 1.2 gambar peta......................................................................................6
GAMBAR 1.3 legenda ..........................................................................................11

GAMBAR 2.1 Beda tinggi pengukuran penyipat datar.........................................12


GAMBAR 2.2 Waterpass.......................................................................................13

GAMBAR 3.1 Alat waterpass................................................................................15


GAMBAR 3.2 Roll meter......................................................................................15
GAMBAR 3.3 Kompas..........................................................................................16
GAMBAR 3.4 Payung...........................................................................................16
GAMBAR 3.5 Bak ukur........................................................................................17
GAMBAR 3.6 Alat tulis .......................................................................................17
GAMBAR 3.7 Unting-unting................................................................................17
GAMBAR 3.8 Meteran..........................................................................................18
GAMBAR 3.9 Statif..............................................................................................18

IV
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Ilmu Ukur Tanah

Ilmu ukur tanah adalah salah satu metode yang melakukan pekerjaan di

permukaan bumi dan menggambarkannya di atas bidang datar atau dengan

sebutan peta. Ilmu ukur tanah adalah termasuk bagian dari geodesi. Kenapa

saya katakan ilmu ukur tanah termasuk bagian dari geodesai? Sebab, ilmu

geodesi sangat berhubungan dengan bumi.

Geodesi adalah brasal dari yunani, yaitu Geo (γη) bumi dan daisia / daiein

(δαιω) membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Dalam

istilah lain di kenal dengan kata Geometri. Geometri adalah juga berasal dari

yunani, yaitu γεωμετρία geo ( bumi dan metria ) pengukuran. Secara harafiah

berarti pengukuran tentang bumi. Namun, istilah geometri (lebih tepatnya ilmu

spasial atau keruangan) yang merupakan dasar untuk mempelajari ilmu geodesi

telah lazim disebutkan sebagai cabang ilmu matematika.

Dan pada abad 18 dan 19 seni pengkuan tanah maju lebih pesat oleh karena itu,

kebutuhan peta-peta semakin dirasakan terutama Inggris dan Perancis yang

mengembangkan pengkuran geodesi dengan triangulasi teliti. The US Coast

1
and Geodetic Survey , Amerika Serikat melaksanakan pengkuran hidrografi

dan menetapkan titik-titik kontrol nasional.

Pengukuran tanah sudah muncul sejak adanya peradaban manusia, pada

zaman dahulu pengukuran tanah dihitung menggunakan satuan "Depa" (dipa)

yaitu panjang yang diukur dari ujung jari ke ujung jari lain dari kedua lengan

satu orang dewasa yang direntangkan (didepan), setelah itu muncul istilah

"mil" (sekitar 1,6 km) untuk mengukur jarak. Pada abad ke-20 M Pengukuran

Tanah berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi modern. Peralatan-

peralatan konvensional mulai digantikan dengan peralatan otomatis dan

elektronik, dan pengolahan data pengukuran serta penyajiannya menggunakan

metode komputerisasi.

Ilmu ukur tanah merupakan bagian kecil dari ilmu yang lebih luas yang

dinamakan ilmu Geodesi. Ilmu Geodesi mempunyai 2 maksud, yaitu :

1. Maksud Ilmiah : Menentukan bentuk permukaan Bumi

2. Maksud Praktis : Membuat bayangan yang dinamakan peta dari permukaan

bumi

Pada maksud ke-2 itu lah yang sering disebut dengan istilah Pemetaan.

Pengukuran dan pemetaan pada dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Geodetic Surveying

2
Suatu pengukuran untuk menggambarkan permukaan bumi pada bidang

lengkung.

2. Plan Surveying

Ilmu atau seni menyajikan bentuk permukaan bumi dalam bidang datar,

Plan Surveying dibatasi oleh daerah yang sempit sekitar 55km x 55km.Secara

umum ruang lingkup pekerjaan Survey dan Pemetaan meliputi :

1. Pengukuran jarak

2. Pengukuran tinggi/beda tinggi tanah

3. Pengukuran sudut

4. Pengukuran sudut

1.2 Tujuan Ilmu Ukur Tanah

Secara ilmiah, ilmu ukur tanah mempunyai tujuan menentukan bentuk bumi.

Dalam ilmu ukur tanah, pengerjaan pengukuran di bedakan menjadi dua, yaitu:

a) Ukur tanah datar (plane survey) adalah pengukuran yang tidak

memperhitungkan bentuk dan ukuran bumi. Plane survey

dilakukan pada daerah yang tidak luas.

b) Geodesi (geodetic survey) adalah suatu pengukuran yang sudah

memperhitungkan bentuk dan ukuran bumi. Geodetic survey

dilakukan pada daerah yang luas

3
c) Enggeenering surveying merupakan pengukuran tanah yang di

lakukan untuk keperluan Teknik. Tujuan diadakanya pengukuran

ini adalah untuk mendapatkan peta dan data

Adapun maksud dari ilmu ukur tanah yaitu untuk mendapatkan

banyangan dari keadaan lapangan dengan menentukan tempat (unsur,

jarak, dan sudut) di atas permukaan bumi terhadap satu sama lain

secara umum, tujuan ilmu ukur tanah ini adalah untuk :

a. Menentukan posisi sembarang bentuk yang berbeda di

permukaan bumi.

b. Menentukan letak ketinggian ( elevasi ) segala sesuatu yang

berbeda baik di atas atau di bawah sebuah bidang, sebagai

acuanya adalah permukaan air laut yang tenang alias mean sea

level (MSL).

c. Menentukan bentuk (konvigurasi) atau relief permukaan tanah

beserta luasnya.

d. Menentukan Panjang, arah dan kedudukan (posisi) dari suatu

garis yang terdapat pada permukaan bumi yang merupakan

batas dari suatu areal tertentu.

4
1.3 Pembagian Meridian Dan Garis Melintang

Gambar 1.1 Garis melintang dan garis bujur

Dalam geografi, meridian adalah sebuah garis khayal pada permukaan bumi,

tempat kedudukan titik-titik dengan bujur yang sama, menghubungkan kutub

utara dan kutub selatan. Dengan demikian setiap titik di permukaan bumi

memiliki meridiannya sendiri-sendiri. Sebuah titik di suatu meridian ditentukan

posisinya oleh lintang. Setiap meridian selalu tegak lurus dengan lingkaran

lintang. Tiap-tiap meridian memiliki panjang yang sama, yaitu setengah

dari lingkaran besar bola bumi.

Meridian yang melewati instrumen fundamental (lingkaran transit) yang ada

di Observatorium Greenwich, Inggris, berdasarkan persetujuan internasional

dianggap sebagai Meridian Utama atau Meridian Standar. Meridian ini

memiliki arti bujur nol derajat. Meridian lainnya diidentifikasi dengan sebuah

sudut yang dibentuk oleh perpotongan antara bidang meridian tersebut dan

bidang Meridian Utama. Meridian pada sisi bumi yang berlawanan

dengan Greenwich (yang merupakan setengah lingkaran lain dari sebuah

5
lingkaran yang melewati Greenwich) adalah bujur 180°. Meridian lainnya

terletak antara 0° dan 180° bujur barat di hemisfer barat (barat Greenwich) dan

antara 0° dan 180° bujur timur di hemisfer timur (timur Greenwich).

Istilah "meridian" berasal dari bahasa Latin, meridies, yang berarti "tengah

hari" (atau "midday" dalam bahasa Inggris); Matahari melintasi titik di atas

suatu meridian yang merupakan titik setengah jalan lintasannya antara saat

terbit dan tenggelam. Akar kata Latin yang sama digunakan juga untuk

menyebut istilah A.M. dan P.M. yaitu suatu pernyataan waktu untuk

memisahkan jam-jam dalam satu hari ketika dinyatakan dalam sistem 12 jam.

1.4 Peta

Gambar 1.2 gambar peta

Peta adalah gambaran permukaan bumi yang ditampilkan pada suatu

bidang datar dengan skala tertentu Peta bisa disajikan dalam berbagai cara

yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital

yang tampil di layar komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa

6
yang berarti taplak atau kain penutup meja. Namun secara umum pengertian

peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar

yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah

representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari

pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta mempunyai skala, yang

menentukan seberapa besar objek pada peta keadaan yang sebenarnya.

Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.

1.5 Skala Peta

Skala suatu peta adalah perbandingan jarak pada peta terhadap jarak

sebenarnya. Konsep skala tersebut dipersulit oleh bentuk lengkung

permukaan Bumi yang menyebabkan perbedaan skala pada peta datar. Karena

perbedaan itulah, ada dua pengertian tentang skala.

Pengertian pertama adalah perbandingan ukuran globe buatan terhadap ukuran

Bumi. Globe buatan ini adalah model kecil Bumi yang menjadi acuan dalam

pembuatan peta. Perbandingan ini disebut skala nominal/skala utama/pecahan

perwakilan. Beberapa peta menuliskan skala nominal, bahkan dengan skala

batangan untuk menggambarkan skalanya.

Pengertian kedua tentang skala berlaku untuk skala yang berubah-ubah pada

peta. Skala yang dimaksud adalah perbandingan skala pada titik peta dengan

skala nominal. Dalam hal ini, skala berarti faktor skala/skala titik/skala khusus.

7
Jika cakupan peta cukup kecil, seperti peta kota, kelengkungan Bumi dapat

diabaikan sehingga satu skala dapat dipakai tanpa menyebabkan galat dalam

pengukuran. Untuk cakupan luas, bahkan seluruh Bumi, skala peta mungkin

kurang berguna, bahkan tidak bisa dipakai untuk mengukur jarak. Proyeksi

peta penting dalam mengetahui perubahan nilai skala pada peta. [1][2] Ketika

skala berubah banyak, ia dapat disebut sebagai faktor skala. Indikator Tissot

biasa dipakai untuk menggambarkan variasi skala titik pada peta.

Skala peta dapat dinyatakan dalam kata-kata, perbandingan, atau pecahan.

satu sentimeter banding satu kilometer

1 cm = 1 km

1:100.000

1.5.1 Ditinjau Dari Skala Peta

Skala batangan dan skala leksikal[

Skala batangan menggunakan gambar batang untuk menyatakan skala. Skala

leksikal menggunakan kata-kata untuk menyatakan skala.

Skala leksikal dalam bahasa yang diketahui lebih mudah dipahami daripada

perbandingan dengan angka. Namun, skala leksikal bisa bermasalah dalam

bahasa yang tidak diketahui oleh pembaca peta.

Skala besar, menengah, dan kecil]

8
Suatu peta dapat digolongkan ke dalam skala besar, menengah, atau kecil.

Peta skala kecil merujuk kepada peta dunia atau peta daerah besar seperti

benua atau negara besar. Dengan kata lain, peta jenis ini menggambarkan

wilayah besar dalam peta kecil. Peta jenis ini disebut skala kecil karena nilai

pecahan perwakilannya relatif kecil.

Peta skala besar menampilkan daerah-daerah kecil dengan lebih detail

seperti peta kota atau kabupaten. Peta jenis ini disebut skala besar karena nilai

pecahan perwakilannya relatif besar. Untuk peta kota, skala yang dipakai

sekitar 1:10.000, sedangkan, untuk peta dunia, skala yang dipakai sekitar

1:100.000.000.

Berikut tabel rentang umum skala peta. Ingat bahwa tidak ada standar dalam

penggolongan skala peta.

1.5.2 Ditinjau Dari Skala Peta Dibagi Menjadi

Klasifikasi Peta Peta merupakan alat yang diperluan untuk kegiatan

pembangunan di berbagai bidang karena peta dapat memberikan data atau

informasi, seperti informasi tentang posisi, jarak, bentuk muka bumi, atau

informasi geografis lainnya. Perilaku teliti, kerja keras, dan profesional sangat

diperlukan dalam pembuatan peta. Hal itu penting karena kualitas peta yang

dihasilkan akan berpengaruh terhadap kualitas data atau informasi yang

digunakan dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan.

9
Jenis peta berdasarkan skala dibagi menjadi lima, yaitu peta kadaster, peta

skala besar, peta skala sedang, peta skala kecil, dan peta skala geografis.

a. Peta kadaster

Peta kadaster adalah jenis peta yang memiliki skala antara 1 : 100 hingga 1:

5.000. Biasanya, peta ini digunakan untuk menggambarkan luas tanah maupun

sertifikat tanah. IPS - Geografi | 131

b. Peta Skala Besar.

Jenis peta ini adalah peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000 hingga 1 :

250.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan daerah yang sempit,

misalnya peta kelurahan, peta desa, peta kecamatan, dan peta kota.

c. Peta Skala Sedang

Peta skala sedang memiliki skala antara 1:250.001 sampai dengan

1:500.000. Cakupan wilayah yang digambar dalam peta ini termasuk provinsi,

pulau, dan sebagainya.

d. Peta Skala Kecil

Peta jenis ini memiliki skala antara 1:500.001 sampai dengan 1:1.000.000.

Daerah yang digambar pun cukup luas, misalnya satu negara.

e. Peta Skala Geografis

Jenis peta yang terakhir ini memiliki skala yang lebih kecil dari 1:1.000.000.

Karena skalanya yang kecil, wilayah yang termasuk ke dalam peta pun lebih

10
luas. Peta yang memiliki skala sekecil ini biasanya adalah peta benua dan peta

dunia.

1.6 Legenda

Legenda dalam peta berfungsi untuk menuliskan keterangan dari simbol

simbol peta agar lebih mudah dipahami oleh pembaca atau pengguna peta.

Legenda pada peta juga berfungsi sebagai sebuah kunci untuk memahami peta.

legenda peta berisi simbol-simbol pada peta beserta keterangan dan atau cara

membacanya.

Selain itu, legenda dalam sebuah peta juga dapat memuat informasi penting

lainnya yang dapat membantu pengguna dalam memahami isi peta, seperti cara

membaca koordinat (jika dibutuhkan) dan informasi mengenai lembar atau

nomor peta (jika ada).

Gambar 1.3 legenda

11
BAB 2
PENGUKURAN

2.1 Pengukuran Tinggi Dengan Penyipat Datar


Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat sipat datar

optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini, pengukuran beda

tinggi dengan menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara

pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar

vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil

pengukuran sipat datar pergi dan pulang.

GAMBAR 2.1 Beda tinggi pengukuran penyipat datar

Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik.

Beda tinggi h diketahui antara dua titik a dan b, sedang tinggi titik A diketahui

sama dengan Ha dan titik B lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik B, Hb =

Ha + h yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A clan titik B adalah

12
jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang

nivo adalah bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B

dapat dianggap sebagai Bidang yang mendatar.

2.2 Alat penyipat datar waterpass

GAMBAR 2.2 Waterpass

waterpas adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan

sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal

maupun horizontal. Ada banyak jenis alat waterpas yang digunakan dalam

pertukangan, tapi jenis yang paling sering dipergunakan adalah waterpas

panjang 120 cm yang terbuat dari bahan kayu dengan tepi kuningan, dimana

alat ini terdapat dua buah alat pengecek kedataran baik untuk vertikal maupun

horizontal yang terbuat dari kaca dimana didalamnya terdapat gelembung

cairan, dan pada posisi pinggir alat terdapat garisan pembagi yang dapat

dipergunakan sebagai alat ukur panjang.

13
2.3 Teknik Penyipat Datar

Metode sipat datar adalah suatu Teknik pengukuran beda tinggi antara

titik-titik dengan menggunakan alat penyipat datar, untuk menentukan

ketinggian relative dari titik-titik tersebut terhadap suatu bidang referensi/acuan

tertentu. Nilai atau angka ketinggian titik juga di sebut dengan elavasi titik

sipat datar memanjang. Tujuan pengkuran ini umumnya untuk mengetahui

ketinggian di titik-titik yang di lewatinya dan biasanya di perlukan sebagai

kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan . hasil akhir pekerjaan ini adalah

data ketinggian dari pilar pilar sepanjang jalur pengukuran yang bersangkutan.

2.4 Penyipat Datar Yang Memanjang

Sipat datar yang memanjang adalah beda tinggi antara dua titik di

permukaan bumi di definisikan sebagai selisih jarak pendek antara dua bidang

nivo yang melalui dua buah titik diatas permuksssn bumi tersebut.Karna

ketinggian titik referensi titik berefarensi terhadap permukaan air laut rata-rata

yang mengikuti lengkungnya bumi maka setiap bidang nivo yang melalui titik-

titik dipermukaan bumi akan merupakan bidang-bidang atau garis-garis yang

sejajar dengan permukaan air laut rata-rata (relatif sejajar).

14
BAB 3
ALAT-ALAT PRAKTIKUM GEODASI

3.1 Alat-Alat Yang Digunakan

Untuk memahami alat-alat ukur tanah lebih mendalam, berikut ini nama-

nama alat ukur tanah beserta cara penggunaanya:

1. WATERPASS

Gambar 3.1 alat ukur waterpass

Waterpas adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan

sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal

maupun horizontal.

2. ROLL METER

Gambar 3.2 roll meter

15
Roll meter adalah alat ukur yang berfungsi mengukur panjang sebuah objek,

mengukur jarak, mengukur sudut hingga membuat lingarakan. Penggunaan alat

ini biasanya diterapkan untuk berbagai kegiatan yang membutuhkan ukuran

yang akurat.

3. KOMPAS
Kompas adalah sebuah panah penunjuk magnetis yang

bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet

bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah

tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang

navigasi

.4. PAYUNG

Berfungsi untuk melindungi pesawat (waterpass) dari

sinar matahari langsung maupun terpaan hujan

Ganbar 3.4 payung

16
5. BAK UKUR

bak ukur (rambu) berfungsi sebagai objek oleh pesawat

untuk mendapatkan data-data bacaan benang.

Gambar 3.5 bak ukur

6. ALAT TULIS

Berfungsi untuk mencatat hasil pembacaan di lapangan

Gambar 3.6 alat t tulis

7. UNTING-UNTING

17
Berfungsi untuk mendapatkan sumbu

pada patok

8. METERAN

Berfungsi untuk mengukur tinggi pesawat

Gambar 3.8 meteran

9. STATIF (KAKI TIGA)

Berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan

ketiga kakinya dapat menyangga penempatan

alat, pada masing masing ujungnya runcing agar

daapat masuk ke dalam tanah dan dapat

menyangga alat dengan kokoh


Gambar 3.9 statif

18
3.2 Jalannya Praktikum

Pada hari sabtu , tertanggal 20 Mei 2023 kami kelompok 3 melakukan

pengukuran praktikum Ilmu Ukur Tanah di ruas jalan. Prof. Dr. A.

Bassalamah, Namlea dan selanjutnya data yang kami dapatkan bisa kami olah

agar menjadi data secara lengkap berguna sebagai acuan untuk melakukan

input data pada kertas gambar (manual) dengan terperinci.

A. Pelaksanaan pengukuran

Cara pelaksanaan pengukuran di lapangan :

1) Langkah pertama yang harus di lakukan adalah pengecekan alat-alat seperti :

 Pesawat waterpass dan kaki statif

 Rambu ukur / bak ukur

 Patok / paku paying

 Alat pencatat dan papan oles

 Payung

2) Penyetelan alat

Sebelum di gunakan, pesawat harus dilakukan penyetelan terlebih dahulu

dengan cara:

 Pasang statif dan lakukan penyetelan agar mendapat titik sejajar

 Letakan pesawat di atas statif dan kunci pesawat menggunakan skrup pada

bagian bawah statif

19
 Lakukan sentring nivo pada titik tengah acuan agar mendapat hasil yang

sejajar

 Setelah alat di rasa sejajar dan nivo tepat pada tengah titik lakukan

penyetelan derajat pada pesawat dengan memutar piringan kearah sudut 00

3) Cara pengukuran

 Posisikan rambu ukur pada titik yang telah di tentukan

 Lakukan penembakan dengan membaca benang atas (BA) benang tengah

(BT) dan benang bawah (BB) pada rambu ukur

 Apa bila pesawat tidak dapat menjangkau titik yang selanjutnya akan di

tembak maka lakukan pindah alat dengan cara, tembak titik yang akan di

gunakan sebagai titik pindah alat, setelah di peroleh data dari titik pindah

alat kemudian pindahkan pesawat pada titik yang telah di tentukan

selanjutnya back side pada titik awal dengan syarat pesawat telah di

sentring tembak lurus pada titik awal kemudian setting sudut dengan

memutar piringan derajat kearah 00 setelah itu kita dapat melanjutkan

pengukuran hingga selesai

 Apabila pesawat tidak dapat menjangkau titik selanjutnya maka dapat di

lakukan pindah alat kembali

20
BAB 4

PEMBAHASAN/PERHITUNGAN

A. Rumus menghitung jarak datar waterpass

Jarak datar = (D) = (BA-BB) X 100

B. Rumus azimuth pindah alat

Azimuth pindah alat = nilai azimuth utara + nilai sudut horizontal target

pengukuran – 1800

C. Rumus Absis (AX)

Absis (AX) = D X Sin azimuth target pengukuran

D. Rumus ordinat (AY)

Ordinat (AY) = D X Cos azimuth target pengukuran

E. Rumus beda tinggi (AH)

Beda tinggi (AH) = TA+V-BT

F. Rumus jarak vertical (V)

Jarak vertikal (V) = D X Tan (900-sudut vertikal)

G. Rumus koreksi benang bawah (BB)

Benang bawah (BB) = (2 X BT)-BA

Berikut adalah data hasil survey yang kami lakukan :

21
HASIL PERHITUNGAN

A. JARAK DATAR ) X 100


RUMUS: (D) = (BA-BB) X 100
P0 U
STA 00+000 (1,257-1,137) X 100 = 12
1 (1,325-1,195) X 100 = 13
A (1,240-1,128) X 100 = 11,2
STA 00+050 (1,490-1,100) X 100 = 39
1.1 (1,100-1,148) X 100 = 39,4
A.1 (1,542-1,127) X 100 = 38,8
AST 00+090 (1,515-0,872) X 100 = 69,6
A.2 (1,543-0,900) X 100 = 65
1.3 (1,550-0,860) X 100 = 74
1.2 (1,600-0,840) X 100 = 74
P1 (1,580-0,865) X 100 = 7 0

P1 P0
A.3 (1,507-1,423) X 100 = 8,4
1.4 (1,495-1,413) X 100 = 8,2
STA 00+140 (2,530-2,000) X 100 = 53
1.5 (2,490-1,960) X 100 = 53
A.4 (2,600-2,040) X 100 = 53
P2 (2,730-2,110) X 100 = 62

P2 P1
STA 00+190 (1,852-1,448) X 100 = 40,4
1.6 (1,864-1,485) X 100 = 40,6
A.5 (1,875-1,473) X 100 = 40,2
AST 00+216 (1,962-1,296) X 100 = 66,6
1.7 (2,002-1,399) X 100 = 61,4
P3 (1,990-1,350) X 100 = 64

P3 P2
A.6 (1,342-1,256) X 100 = 8,6
A.7 (1,370-1,298) X 100 = 7,2
A.8 (1,420-1,370) X 100 = 5
1.8 (1,444-1,410) X 100 = 3,4
A.9 (1,750-1,270) X 100 = 48
STA 00+266 (1,740-1,262) X 100 = 47,8
1.9 (1,790-1,320) X 100 = 47
P4 (1,816-1,112) X 100 = 70,4

22
P4 P3
STA 00+316 (0,775-0,504) X 100 = 27,4
A.10 (0,790-0,520) X 100 = 27
1.10 (0,770-0,498) X 100 = 27,2
STA 00+366 (0,964-0,192) X 100 = 77,2
P5 (0,947-0,453) X 100 = 49,4

P5 P4
1.11 (1,467-1,189) X 100 = 27,8
A.11 (1,430-1,152) X 100 = 27,8
STA 00+416 (1,170-0,390) X 100 = 78
A.12 (1,210-0,430) X 100 = 78
1.12 (1,188-0,410) X 100 = 77,8
P6 (1,282-0,554) X 100 = 72,8

P6 P5
P7 (0,525-0,091) X 100 = 43,4

P7 P6
STA 00+466 (1,178-1,062) X 100 = 11,6
A.13 (1,195-1,077) X 100 = 11,8
1.13 (1,202-1,080) X 100 = 12,2
STA 00+516 (0,878-0,262) X 100 = 61,6
1.14 (0,872-0,262) X 100 = 61
A.14 (0,883-0,267) X 100 = 61,6

23
HASIL PERHITUNGAN

B. ABSIS ( AX )
RUMUS: ABSIS ( AX ) = D X SIN (AZZIMUTH TARGET PENGUKURAN)
P0 U
STA 00+000 12 X SIN (2850 45” 00’) = -11 ,54
1 13 X SIN (2770 45” 00’) = -12,88
A 11,2 X SIN (2950 15” 00’) = -10,12
STA 00+050 39 X SIN (1370 15” 00’) = 26,47
1.1 39,4 X SIN (1400 15” 00’) = 25,19
A.1 38,8 X SIN (1340 15” 00’) = 27,79
AST 00+09 69,6 X SIN (1340 15” 00’) = 49,64
A.2 65 X SIN (1320 30” 00’) = 47,73
1.3 74 X SIN (1320 45” 00’) = 54,55
1.2 74 X SIN (1350 30” 00’) = 51,86
P1 70 X SIN (1360 30” 00’) = 47,96

P1 P0
A.3 8,4 X SIN (250 30” 00’) = 3,61
1.4 8,2 X SIN (560 15” 00’) = 6,81
STA 00+140 53 X SIN (400 00” 00’) = 34,06
1.5 53 X SIN (420 15” 00’) = 35,63
A.4 53 X SIN (370 30” 00’) = 32,26
P2 62 X SIN (380 30” 00’) = 38,59

P2 P1
STA 00+190 40,4 X SIN (400 30” 00’) =26,23
1.6 40,6 X SIN (430 30” 00’) =27,94
A.5 40,2 X SIN (37 0 15” 00’) =24,33
AST 00+216 66,4 X SIN (39 0 15” 00’) =42,13
1.7 61,4 X SIN (41 0 30” 00’) =40,68
P3 64 X SIN (41 0 00” 00’) =41,98

P3 P2
A.6 8,6 X SIN (60 45” 00’) = 1,01
0
A.7 7,2 X SIN (30 15” 00’) = 3,62
A.8 5 X SIN (750 00” 00’) = 4,82
1.8 3,4 X SIN (1340 45” 00’) = 2,41
A.9 48 X SIN (1270 00” 00’) = 38,33
STA 00+266 47,8 X SIN (1290 45” 00’) = 36,75
1.9 47 X SIN (1320 25’’00’) = 34,79
P4 70,4 X SIN (128 0 45’’00’) = 54,90

24
P4 P3
STA 00+316 27,4 X SIN (1880 00’’00’) = 18,68
A.10 27 X SIN (1840 45’’00’) = 19,82
1.10 27,2 X SIN (1920 30’’00’) = 16,93
STA 00+366 77,2 X SIN (1840 30’’00’) = 55,99
P5 49,4 X SIN (1330 30’’00’) = 35,83

P5 P4
1.11 27,8 X SIN (1370 30’’00’) = 18,78
A.11 27,8 X SIN (1290 15’’00’) = 21,52
STA 00+416 78 X SIN (1320 00’’00’) = 57,96
A.12 78 X SIN (1300 45’’00’) = 59,09
1.12 77,8 X SIN (1330 45’’00’) = 56,19
P6 72,8 X SIN (1380 45’’00’) = 52,02

P6 P5
P7 43,4 X SIN (1340 00’ 00’’) = 31,21

P7 P6
STA 00+466 11 X SIN (14740 15’’00’’) =6,77
A.13 11 X SIN (13840 00’’00’’) =7,89
1.13 12 X SIN (15740 15’’00’’) =4,71
STA 00+516 61 X SIN (13940 30’’00’’) =40,00
1.14 61 X SIN (14140 45’’00’’) =37,76
A.14 61 X SIN (13740 45’’00’’) =41,41

25
HASIL PERHITUNGAN

C. ORDINAT (AY)
RUMUS: ORDINAT (AY) = D X COS (AZZIMUTH TARGET
PENGUKURAN)

P0 U
STA 00+000 12 X COS (2850 45” 00’) = 3,25
1 13 X COS (2770 45” 00’) =1,75
A 11,2 X COS (2950 15” 00’) =4,77
STA 00+050 39 X COS (1370 15” 00’) = -2063,
1.1 39,4 X COS (1400 15” 00’) = -30,29
A.1 38,8 X COS (1340 15” 00’) = -27,07
AST 00+09 69,6 X COS (1340 15” 00’) = -48,78
A.2 65 X COS (1320 30” 00’) = -44,12
1.3 74 X COS (1320 45” 00’) = -49,99
1.2 74 X COS (1350 30” 00’) = -52,78
P1 70 X COS (1360 30” 00’) = -50,98

P1 P0
A.3 8,4 X COS (250 30” 00’) = 7,58
1.4 8,2 X COS (560 15” 00’) = 4,55
STA 00+140 53 X COS (400 00” 00’) = 40,60
1.5 53 X COS (420 15” 00’) = 39,23
A.4 53 X COS (370 30” 00’) = 42,04
P2 62 X COS (380 30” 00’) = 48,52

P2 P1
STA 00+190 40,4 X COS (400 30” 00’) =30,72
1.6 40,6 X COS (430 30” 00’) =29,45
A.5 40,2 X COS (37 0 15” 00’) =31,99
AST 00+216 66,4 X COS (39 0 15” 00’) =53,05
1.7 61,4 X COS (41 0 30” 00’) =45,98
P3 64 X COS (41 0 00” 00’) =48,30

P3 P2
A.6 8,6 X COS (60 45” 00’) = 8,54
0
A.7 7,2 X COS (30 15” 00’) = 6,21
0
A.8 5 X COS (75 00” 00’) = 1,29
1.8 3,4 X COS (1340 45” 00’) = -2,39
A.9 48 X COS (1270 00” 00’) = -28,88

26
STA 00+266 47,8 X COS (1290 45” 00’) = -30,56
1.9 47 X COS (1320 25’’00’) = -31,60
P4 70,4 X COS (128 0 45’’00’) = -44,06

P4 P3
STA 00+316 27,4 X COS (1880 00’’00’) = -20,03
A.10 27 X COS (1840 45’’00’) = -18,83
1.10 27,2 X COS (1920 30’’00’) = -21,28
STA 00+366 77,2 X COS (1840 30’’00’) = -53,14
P5 49,4 X COS (1330 30’’00’) = -34,00

P5 P4
1.11 27,8 X COS (1370 30’’00’) = -20,49
A.11 27,8 X COS (1290 15’’00’) = -17,58
STA 00+416 78 X COS (1320 00’’00’) = -52,19
A.12 78 X COS (1300 45’’00’) = -50,91
1.12 77,8 X COS (1330 45’’00’) = -53,79
P6 72,8 X COS (1380 45’’00’) =-49,88

P6 P5
P7 43,4 X COS (1340 00’ 00’’) = -30,14

P7 P6
STA 00+466 11 X COS (14740 15’’00’’) =-9,75
A.13 11 X COS (13840 00’’00’’) =-8,76
1.13 12 X COS (15740 15’’00’’) =-11,25
STA 00+516 61 X COS (13940 30’’00’’) =-46,84
1.14 61 X COS (14140 45’’00’’) =-47,90
A.14 61 X COS (13740 45’’00’’) =-45,59

27
HASIL PERHITUNGAN

D. BEDA TINGGI
RUMUS: BEDA TINGGI (AH) = TINGGI ALAT (TA) – BENANG TENGAH
(BT)

P0 U
STA 00+000 1,405 – 1,97 = 0,20
1 1,405 – 1,260 = 0,14
A 1,405 – 1,184 = 0,22
STA 00+050 1,405 – 1,295 = 0,11
1.1 1,405 – 1,345 = 0,06
A.1 1,405 – 1,321 = 0,08
AST 00+09 1,405 – 1,195 = 0,21
A.2 1,405 – 1,225 = 0,18
1.3 1,405 – 1,230 = 0,17
1.2 1,405 – 1,210 = 0,19
P1 1,405 – 1,215 = 0,19

P1 P0
A.3 1,42 – 1,465 = -0,04
1.4 1,42 – 1,454 = -0,03
STA 00+140 1,42 – 2,265 = -0,84
1.5 1,42 – 2,225 = -0,80
A.4 1,42 – 2,335 = 0,91
P2 1,42 – 2,420 = -1

P2 P1
STA 00+190 1,40 – 1,650 = -0,25
1.6 1,40 – 1,661 = -0,26
A.5 1,40 – 1,674 = -0,27
AST 00+216 1,40 – 1,629 = -0,22
1.7 1,40 – 1,699 = -0,79
P3 1,40 – 1,670 = -0,27

P3 P2
A.6 1,39 – 1,299 = 0,091
A.7 1,39 – 1,334 = 0,056
A.8 1,39 – 1,395 = -0,005
1.8 1,39 – 1,427 = -0,0037

28
A.9 1,39 – 1,410 = -0,012
STA 00+266 1,39 – 1,510 = -0,111
1.9 1,39 – 1,555 = -0,165
P4 1,39 – 1,464 = -0,074

P4 P3
STA 00+316 1,41 - 0,638 =0,772
A.10 1,41 – 0,655 =0,755
1.10 1,41 – 0,634 = 0,776
STA 00+366 1,41 – 0,578 = 0,832
P5 1,41 – 0,700 = 0,71

P5 P4
1.11 1,42 – 1,328 = 0,092
A.11 1,42 - 1,291 = 0,129
STA 00+416 1,42 – 0,780 = 0,64
A.12 1,42 – 0,820 = 0,6
1.12 1,42 – 0,799 = 0,621
P6 1,42 – 0,918 = 0,502

P6 P5
P7 1,39 – 0,308 = 1,082

P7 P6
STA 00+466 1,42 – 1,120 = -9,75
A.13 1,42 – 1,136 = -8,76
1.13 1,42 – 1,141 = -11,25
STA 00+516 1,42 – 0,570 = -46,84
1.14 1,42 – 0,567 = -47,90
A.14 1,42 – 0,575 = -45,59

29
HASIL PERHITUNGAN
E. KOORDINAT X DAN Y
RUMUS:
Koordinat X awal = koordinat awal + absis
Koordinat X = koordinat lanjut + absis
Koordinat Y awal = koordinat awal + ordinat
Koordinat Y = koordinat lanjut + ordinat
Koordinat awal yang kita pakai, memakai 2 nomor di belakang angka stanbuk
atau NIM di tammbah 200 sebagai acuan beda data masing-masing personal disini
stanbuk saya 72220122033 artinya saya memakai 33, jadi 33 + 200 = 233 adalah
koordinat awal saya
Koordinat X

P0 U 233 + Absis
STA 00+000 233 + -11,24 = 22,146
1 233 + -12,88 = 220,12
A 233 + -10,12 = 222,88
STA 00+050 233 + 26,47 = 259,47
1.1 233 + 25,19 = 258,19
A.1 233 + 27,79 = 260,79
AST 00+09 233 + 49,64 = 282,64
A.2 233 + 47,73 = 280,73
1.3 233 + 54,55 = 287,55
1.2 233 + 51,86 = 284,86
P1 233 + 47,96 = 280,96

P1 P0 280,96 + Absis
A.3 280,96 + 3,61 = 284, 57
1.4 280,96 + 6,81 = 387,77
STA 00+140 280,96 + 34,06 = 315,62
1.5 280,96 + 35,63 = 316,59
A.4 280,96 + 32,26 = 313,22
P2 280,96 + 38,59 = 319,55

P2 P1 3,1955 + Absis
STA 00+190 3,1955 + 26,23 = 345,78
1.6 3,1955 + 27,94 = 347,49
A.5 3,1955 + 24,33 = 343,88

30
AST 00+216 3,1955 + 42,13 = 361,68
1.7 3,1955 + 40,68 = 360,23
P3 3,1955 + 41,98 = 361,55

P3 P2 361,55 + Absis
A.6 361,55 + 1,01 = 362,54
A.7 361,55 + 3,62 = 365,15
A.8 361,55 + 4,82 = 366,355
1.8 361,55 + 2,41 = 363,94
A.9 361,55 + 38,33 = 399,86
STA 00+266 361,55 + 36,75 = 398,28
1.9 361,55 + 34,79 = 396,32
P4 361,55 + 54,90 = 416,43

P4 P3 416,43 + Absis
STA 00+316 416,43 + 18,68 = 435,11
A.10 416,43 + 19,82 = 436,25
1.10 416,43 + 16,93 = 433,36
STA 00+366 416,43 + 55,99 = 472,42
P5 416,43 + 35,83 = 452,26

P5 P4 452,26 + Absis
1.11 452,26 + 18,78 = 471,04
A.11 452,26 + 21,52 = 473,78
STA 00+416 452,26 + 57,96 = 510,22
A.12 452,26 + 59,09 = 511,35
1.12 452,26 + 56,19 = 508,45
P6 452,26 + 52,02 = 504,28

P6 P5 504,28 + Absis
P7 504,28 + 31,21 = 535,6

P7 P6 535,6 + Absis
STA 00+466 535,6 + 6,27 = 541,87
A.13 535,6 + 7,89 = 543,49
1.13 535,6 + 4,71 = 540,31
STA 00+516 535,6 + 40,00 = 575,6
1.14 535,6 + 37,76 = 573,36
A.14 535,6 + 41,41 = 577,1

31
Koordinat Y

P0 U 233 + ordina
STA 00+000 233 + 3,25 = 236,25
1 233 + 1,75 = 233,14
A 233 + 4,77 = 237,77
STA 00+050 233 + -28,63 = 284,37
1.1 233 + -30,29 = 202,01
A.1 233 + -27,07 = 205,93
AST 00+09 233 + -48,78 = 184,22
A.2 233 + -44,12 = 188,88
1.3 233 + -49,99 = 183,01
1.2 233 + -52,78 = 180,22
P1 233 + -50,98 = 182,02

P1 P0 182,02 + ordina
A.3 182,02 + 7,58 = 189,6
1.4 182,02 + 4,55 = 186,57
STA 00+140 182,02 + 40,60 = 222,62
1.5 182,02 + 39,23 = 221,25
A.4 182,02 + 42,04 = 224,06
P2 182,02 + 48,52 = 230,54

P2 P1 230,54 + ordina
STA 00+190 230,54 + 30,72 = 261,22
1.6 230,54 + 29,45 = 259,55
A.5 230,54 + 31,99 = 262,49
AST 00+216 230,54 + 53,01 = 283,51
1.7 230,54 + 45,98 = 276,52
P3 230,54 + 48,30 = 278,84

P3 P2 278,84 + ordina
A.6 230,54 + 8,54 = 287,38
A.7 230,54 + 6,21 = 285,05
A.8 230,54 + 1,29 = 280,13
1.8 230,54 + -2,39 = 276,45
A.9 230,54 + -28,88 = 249,96
STA 00+266 230,54 + -30,56 = 248,28
1.9 230,54 + -31,60 = 247,24
P4 230,54 + -44,06 = 234,78

32
P4 P3 234,78 + ordina
STA 00+316 234,78 + -20,03 = 214,75
A.10 234,78 + -18,83 = 215,95
1.10 234,78 + -21,28 = 213,5
STA 00+366 234,78 + -53,14 = 181,64
P5 234,78 + -34,00 = 200,78

P5 P4 200,78 + ordina
1.11 200,78 + -20,49 = 180,29
A.11 200,78 + -17,58 = 183,2
STA 00+416 200,78 + -52,19 = 148,59
A.12 200,78 + -50,91 = 149,87
1.12 200,78 + -53,79 = 146,99
P6 200,78 + -49,88 = 150,9

P6 P5 150,9 + ordina
P7 150,9 + -30,14 = 120,76

P7 P6 120,76 + ordinat
STA 00+466 120,76 + -9,75 = 111,01
A.13 120,76 + -8,76 = 112,00
1.13 120,76 + -11,25 = 109.51
STA 00+516 120,76 + -46,84 = 73,92
1.14 120,76 + -47,90 = 72,86
A.14 120,76 + -45,59 = 75,17

 Data mentah hasil survey lapangan ( terlampir )

 Hasil olah data dari data mentah ke form perhitungan waterpass ( terlampir)

 Hasil perhitungan manual dari form perhitungan waterpass ( terlampir )

Hasil perhitungan di input menjadi peta gambar topografi dalam skala yang sudah

di tentukan, serta long section dan cross sectionnya ( terlampir )

33
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasaarkan hasil praktikum Ilmu Ukur Tanah kelompok 3 yang berlokasi di

jalan. Prof. Dr. A. Bassalamah, Namlea maka dapat di ambil kesimpulan

sebagai berikut:

1) Praktikum dapat mengenal dan mengoprasikan alat-alat yang di gunakan

dalam pembuatan peta topografi .

2) Menghitung dan mencari data-data yang di perlukan dalam pembuatan

peta kontur seperti jarak horizontal dan vertikal, beda tinggi, sudut dalam

dan azimuth.

3) Membuat plotting kerangka dasar pada milimeter blok dengan

menggunakan system koordinat cartesius.

5.2 SARAN

1) Praktikum Ilmu Ukur Tanah kali ini, banyak sekali hal penting yang perlu

di perhatikan agar proses praktikum dapat berjalan dengan lancar baik,

dan benar.

2) Saat pelaksanaan praktikum sangat di anjurkan untuk bertanya kepada

pembimbing praktikum jika menemukan kesulitan agar tidak terjadi

kesalahan dalam pelaksanaan dalam praktikum.

34
DAFTAR PUSTAKA

 Basuki ,Slamet,2006 . Ilmu Ukur Tanah . Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press.

 Jaelani, lalu Muhammad 2004, Sudut, Arah, dan Azimuth , Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh November.

35
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. FOTO STA

36
37
B. FOTO DOKUMENTASI

38
39

Anda mungkin juga menyukai