Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah yang
diampu oleh
Disusun Oleh :
BANDUNG
2018
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
i
Daftar Isi
ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Survey atau surveying didefinisikan sebagai pengumpulan data yang
berhubungan dengan pengukuran permukaan bumi dan digambarkan melalui peta
atau digital. Sedangkan pengukuran didefinisakan peralatan dan metode yang
berhubungan dengan kelangsungan survey tersebut. jadi, surveying adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan pengumpulan data. Mulai dari pengukuran
permukaan bumi hingga penggambaran bentuk bumi. Sedangkan pengukuran
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan alat mulai dari pita
ukur hingga pengukuran jarak dengan metode elektro magnetik.
1
5) Pengukuran kerangka dasar horizontal
6) Pengukuran titik-titik detail
2
Bab II Pembahasan
2.1 Plan Surveying dan Geodetic Surveying
llmu ukur tanah merupakan bagian rendah dari ilmu yang lebih luas yang
dinamakan ilmu Geodesi.
1) Geodetic Surveying
2) Plane Surveying
Perbedaan prinsip dari dua jenis pengukuran dan pemetaan di atas adalah :
Bentuk bumi merupakan pusat kajian dan perhatian dalam Ilmu ukur
tanah. Proses penggambaran permukaan bumi secara fisiknya adalah berupa
bola yang tidak beraturan bentuknya dan mendekati bentuk sebuah jeruk. Hal
tersebut terbukti dengan adanya pegunungan, Lereng-lereng, dan jurang
jurang. Karena bentuknya yang tidak beraturan maka diperlukan suatu bidang
matematis. Para pakar kebumian yang ingin menyajikan informasi tentang
bentuk bumi, mengalami kesulitan karena bentuknya yang tidak beraturan ini,
3
oleh sebab itu, mereka berusaha mencari bentuk sistematis yang dapat
mendekati bentuk bumi. Awalnya para ahli memilih bentuk bola sebagai
bentuk bumi. Namum pada hakekatnya, bentuk bumi mengalami pemepatan
pada bagian kutub-kutubnya, hal ini terlihat dari Fenomena lebih panjangnya
jarak lingkaran pada bagian equator di bandingkan dengan jarak pada
lingkaran yang melalui kutub utara dan kutub selatan dan akhirnya para ahli
memilih Ellipsoidal atau yang dinamakan ellips yang berputar dimana sumbu
pendeknya adalah suatu sumbu yang menghubungkan kutub utara dan sumbu
kutub selatan yang merupakan poros perputaran bumi, sedangkan sumbu
panjangnya adalah sumbu yang menghubungkan equator dengan equator yang
lain dipermukaan sebaliknya.
Bidang Ellipsoide adalah bila luas daerah lebih besar dari 5500 Km2,
ellipsoide ini didapat dengan memutar suatu ellips dengan sumbu kecilnya
sebagai sumbu putar a = 6377.397, dan sumbu kecil b = 6356.078 m. Bidang
bulatan adalah elips dari Bessel mempunyai sumbu kurang dari 100 km. Jari-
jari bulatan ini dipilih sedemikian, sehingga bulatan menyinggung permukaan
bumi di titik tengah daerah. Bidang datar adalah bila daerah mempunyai
ukuran terbesar tidak melebihi 55 km (kira-kira 10 jam jalan).
Terbukti, bahwa bentuk bumi itu dapat dianggap sebagai bentuk ruang
yang terjadi dengan memutar suatu ellips dengan sumbu kecilnya sebagai
sumbu putar.
a = 6.37788.116660,000 m
b = 6.356.774, 5161 m
e2 = 0, 006.694.605.329, 56
e’2 = 0, 006..739.725.182, 32
1/x = 298,247.167.427
Salah satu hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan ellipsoidal bumi
adalah bahwa ellipsoide bumi itu mempunyai komponen – komponen sebagai
berikut :
4
a adalah sumbu setengah pendek atau jari-jari equator,
v b adalah setengah sumbu pendek atau jari-jari kutub,
pemepatan atau penggepengan yaitu sebagai parameter untuk
menentukan bentuk ellipsoidal/ ellips,
eksentrisitet pertama dan eksentrisitet kedua.
Untuk skala yang lebih luas, asumsi ini tidak dapat diterapkan mengingat
pada kenyataannya permukaan bumi berbentuk lengkungan bola. Asumsi
bumi datar hanya dapat diterapkan sejauh kesalahan jarak dan sudut yang
terjadi akibat efek kelengkungan bumi masih dapat diabaikan.
Bentuk bumi yang asli tidaklah bulat sempurna (agak lonjong) namun
pendekatan bumi sebagai bola sempurna masih cukup relevan untuk sebagian
besar kebutuhan, termasuk penentuan kedudukan dengan tingkat presisi yang
relatif rendah. Pada kenyataannya kita ingin menyajikan permukaan bumi
dalam bentuk bidang datar. Oleh sebab itu, bidang bola atau bidang ellipsoide
yang akan dikupas pasti ada distorsi atau ada perubahan bentuk karena harus
ada bagian dari bidang speroid itu yang tersobekan dengan kenyataan tersebut
didekati dengan perantara bidang proyeksi.
5
Dari bidang perantara ini ada aspek geometric dari permukaan bumi
matematis itu ke bidang datar berhubungan dengan luas, maka dinamakan
proyeksi equivalent, berhubungan dengan jarak (jarak di permukaan bumi
sama dengan jarak pada bidang datar dalam perbandingan skalanya)
dinamakan proyeksi equidistance dan berhubungan dengan sudut (sudut
permukaan bumi sama dengan sudut di bidang datar) dinamakan proyeksi
conform.
6
sipil. Titik-titik kerangka dasar pemetaan yang akan ditentukan tebih dahulu
koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan kerapatan
tertentu, permanen, mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik
sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya.
Staking Out
Untuk memindahkan titik - titik yang ada pada peta perencanaan suatu
bangunan sipil ke lapangan (permukaan bumi) dalam pelaksanaanya
pekerjaan sipil ini dibuat dengan pematokan/staking out, atau dengan
perkataan lain bahwa pematokan merupakan kebalikan dari pemetaan.
7
Metode Poligon
Metode Triangulasi
Metode Trilaterasi
Metode kuadrilateral
Metode Pengikatan ke muka
Metode pengikatan ke belakang cara Collins dan cassini
Metode Offset
8
Cara gabungan keduanya.
Metode Tachymetri
9
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan
sebagai berikut :
1. llmu ukur tanah merupakan bagian rendah dari ilmu yang lebih luas yang
dinamakan ilmu Geodesi.
2. Geodetic surveying adalah llmu, seni, teknologi untuk menyajikan
informasi bentuk kelengkungan bumi atau pada kelengkungan bola..
3. Plan surveying adalah llmu seni, dan teknologi untuk menyajikan bentuk
permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada
bidang yang dianggap datar.
4. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal adalah teknik dan cara pengukuran
kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi
vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian
tertentu.
5. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal adalah pengukuran untuk
mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas
permukaan bumi
6. Pengukuran Titik-Titik Detail adalah pengukuran untuk menentukan
koordinat dan tinggi titik-titik detail dari titik-titik ikat.
3.2 Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut:
10
Daftar Pustaka
Purwaamijaya I. M. (2008). Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1. Jakarta. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.