Anda di halaman 1dari 26

Cara Perhitungan Profil Memanjang (Long Section) dan

Profil Melintang (Cross Section)


1. Perhitungan Profil Memanjang Perhitungan beda tinggi (Δh)
Pada titik P0 ke P1 data yang didapat sesuai tabel di atas adalah sebagai berikut :
Diketahui : Bt1 belakang = 1.215 m (bacaan rambu)
Bt2 muka = 1.230 m (bacaan rambu)
Rumus: Δh = Btmuka - Btbelakang

penyelesaian :
Δh = 1.215 - 1.230
= -0.015 m

Perhitungan Elevasi (H)


Perhitungan elevasi titik P0 ke P1 adalah:
Dik : Elevasi awal = 10 m (elevasi lokal)
Δh = -0.015 m
penyelesaian :
H = elevasi awal + Δh
H = 10 + (-0.015)
= 4.985 m

2. Perhitungan Profil Melintang Perhitungan Beda Tinggi (Δh)


Pada titik P0 terhadap titik - titik detailnya.
Diketahui : TGB = 1.466 (bacaan rambu)
Detail2 = 1.549 (bacaan rambu)
RUMUS Δh = TGB - Bt detail
penyelesaian :
Δh = TGB - Bt detail
= 1.466 - 1.549
= - 0.083 m

Perhitungan Elevasi (H)


Pada titik P0 terhadap titik - titik detailnya.
Diketahui : Elevasi awal = 10 m (elevasi lokal)
Δh = -0.083 m
RUMUS : H = elevasi awal + Δh
penyelesaian :
H = elevasi awal + Δh
= 10 + (-0.083)
= 4.917 m
KATA PENGANTAR

Puiji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan karena anugerah-
anugerahnyalah tugas laporan ilmu ukur tanah ini dapat kami selesaikan dengan baik.

Praktik ini merupakan suatu kewajiban bagi kami sebagi mahasiswa fakultas teknik sipil dan
perencanaan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, yang mengambil mata kuliah tersebut. Tugas
praktikum ilmu ukur tanah ini kami susun secara praktis, yang merupaka realisasasi dari praktik ukur
tanah yang telah di lakasanakan di lokasi kampus.

Dalam proses penyusuna tugas praktikum ilmu ukur tanah tentunya kami tahu banyak
terdapat kekurangan untuk itu kritikan dan saran yang bersifat membantu dan membangun dari
rekan-rekan pembaca sekalian sangat kami harapkan. Kami berharap dengan adanya tugas ini dapat
menambah dan meningkatkan pengalaman maupun penalaran dalam kesalahan ilmu teknik
Arsitektur.

Akhir kata kami sebagai penulis penyusunan laporan ini mengicapkan terima kasih yang
sebesr-besarnya kepada Bpk. Didik Riyadi Mabui,ST dan Bpk.Meidi, yang telahmembantu dalam
penyelesain tugas ini serta rekan-rekan yang telah membantu kami demi untuk tercapai dan
selesainya tugas laporan ini.

Jayapura,

Penyusun:

Patricia.M.A
Nim. 02 122
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ilmu ukur tanah adalah bagian ilmu yang lebih luas yang disebut " Geodesi " sedangkan
geodesi sendiri mempunyai dua tujuan antara lain :

a) Tujuan Ilmiah : Menentukan tinggi permuka

b) Tujuan Praktis : Membuat gambar dari sebagian kecil atau sebagian besar dan permukaan
bumi yang dinamakan peta.

Mata kuliah ilmu ukur tanah jurusan Arsitektur hanya mempelajari praktisnya saja, yaitu
membuat peta bagian keperluan – keperluan Arsitektur. Tujuan tersebut diatas dapat tercapai dengan
melakukan pekerjaan sebagai berikut :

a) Melaksanakan Praktikum, yaitu mengadakan pengukuran - pengukuran diatas permukaan


bumi biasa disebut pekrjaan lapangan

b) Menghitung hasil pengukuran dan menggambarkannya diatas kertas yang disebut


pekerjaan kantor.

Karena bumi ini tidak berbentuk bulat namun lonjong dan diketahui bahwa permukaan bumi
tidaklah rata yang disebabkan oleh adanya gunung – gunung dan lembah – lembah, maka untuk
dapat melukiskan suatu bagian permukaan bumi diperlukan suatu bidang persamaan ( bidang refensi
).

Proyeksi berdasarkan bidang dapat diategorikan sebagai berikut:

a) Bidang elipsoide, apabila luas daerah pengukuran lebih besar dari 5.300 km 2.

b) Bidang bulatan, apabila luas daerah pengukuran lebih besar dari 100 km 2

c) Bidang datar, apabila luas daerah tidak melebihi 55km2.

d) Bidang elipsoide dan bidang bulatan dipelajari dalam geodesi yang bertujuan ilmiah Dengan
demikian referensi bidang datar dipraktekkan didalam ilmu ukur tanah ini.

Dalam menjalankan praktikum ilmu ukur tanah ini mahasiswa sebagai calon engineering civil
diharapkan agar mampu mengenal, menggunakan alat sekaligus dapat melakukan pengukuran
dalam menentukan perbedaan leta ketinggian (Elevasi) tanah dimana dapat nemberikan bentuk
konfigurasi tanah (Relief) permukaan tanah serta menentukan luas dari area pengukuran.

Praktikum ilmu ukur tanah merupakan praktikum wajib bagi jurusan Arsitektur yang lulus mata
kuliah uur tanah yang tujuannya adalah untuk dapat membuat peta atau kondisi geografis dari suatu
daerah atau tempat bagi keperluan Arsitektur.

Tujuan tersebut diatas dapat tercapai dengan melakukan pekerjaan sebagai berikut:
a) Melaksanakan praktikum Yaitu meengadakan pengukuran diatas permukaan bumi yang
biasa disebut pekerjaan.

b) Menghitung dan mengelola data Yaitu menghitung hasil pengukuran dan menggambarkan
diatas kertas yang lazim disebut pekerjaan kantor.

1.2 Permasalahan

 Mahasiswa telah mendapatkan pemahaman materi secara teoritis tentang pengukuran dan
pemetaan, tetapi belum mengetahui lebih lanjut bagaimana penerapan dilapangan.

 Perlunya aplikasi ilmu tantang pemahaman teori mengenai pengukuran dan pemetaan

( mata kuliah ilmu ukur tanah ), bagaimana membuat peta / kondisi geografis dari suatu
daerah bagi keperluan Arsitektur.

1.3 Batasan Masalah

Didalam penulisan laporan ini penulis membatasi masalah, yaitu:

 Pengukuran pada penyipat datar ( Waterpass ) dengan pengukuran pergi dan profil
memanjang.

 Pengukuran pada penyipat sudut ( Theodolit ) dengan pengukuran Polygon tertutup.

1.4 Maksud dan Tujuan

Pratikum ini dimaksudkan untuk melatih mahasiswa sebagai pratikan dalam melakukan
pengukuran, pengambilan data, pengolahan data dan penggambarannya di atas kertas. Sedangkan
tujuan dari diadakannya pratikum Ilmu Ukur Tanah adalah:

Tujuan Umum : 1. Mengenal dan mengetahui cara penggunaan pesawat ukur tanah waterpas dan
teodolith.

Tujuan Khusus : 1. Untuk menentukan beda tingi dari suatu titik yang sudah diketahui
ketinggiannya dengan titik lain yang belum diketahui ketinggiannya
dengan waterpass;

2. Untuk mengetahui pengukuran sudut suatu lokasi serta curaman-


curamannya dengan alat theodolit;

3. Dapat mengolah hasil pengukuran dan penggambarannya.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

 Waktu data dilapangan adalah dua hari yaitu hari sabtu, 7 Juni dan hari Selasa, 10 Juni
2003.

 Lokasi pengukuran adalah areal Perumahan Dosen Universitas Sains dan Teknologi
Jayapura.


1.6 Metodologi

 Penjelasan teori.

 Penetapan lokasi yang akan diukur.

 Memeriksa semua perlengkapan dari peralatan yang akan dibutuhkan untuk keperluan
pengukuran, mengkonsutasikan dengan asisten dan staf laboratorium, setelah lengkap dan
dengan persetujuan dari asisten maka selanjutnya diadakan kegiatan pengukuran dilokasi
yang ditentukan.

 Kegiatan dilapangan ( pengukuran ).

 Pelaporan kegitan pengukuran yang berupa analisa data yang dilakukan setelah pengukuran
padilangan.

1.7 Sistematika Laporan

BAB I. Memuat tentang Pendahuluan, yang terdiri dari latarbelakang, Permasalahan, Batasan
Masalah, Maksud dan Tujuan, Waktu dan Tempat Pelaksanaan, Metodologi,
Sistematika Laporan.

BAB II Memuat tentang Teori, yang terdiri dari Teori Pengukuran, Teori Penyipat Datar, Teori
Penyipat Sudut.

BAB III Memuat tentang Prosedur Pengukuran dan Langkah- langkah Perhitungan, yang terdiri
dari Penyipat Datar ( Waterpass ), Penyipat Sudut ( Theodolit ).

BAB IV Memuat tentang Analisa, yang terdiri dari Data, Perhitungan Kesimpulan dari penyipat
datar ( Waterpass ), dan Data, Perhitungan, Kesimpulan dari Penyipat Sudut.

BAB V Memuat tentang Penutup, yang berupa Kesimpulan dan Saran.

BAB II
TEORI

2.1 Teori Pengukuran

Pekerjaan Pengukuran dapat dibagi berdasar atas luas serta bentuk dari daerah yang diukur
yaitu:

 Geodesi ( Geodetic Survey )

 Ukur tanah datar ( Surveying )

Didalam bidang bidang ukur tanah datar ( surveying ) daerah yang dicakup adalah kecil
sehingga permukaan bumi dapat dianggap sebagai bidang datar. Berdasar atas keperluan atau
tujuan dari pengukuran, maka dapat digolongkan menjadi:

 Pengukuran Topografi ( Topographic Survey) : untuk memperoleh gambaran dari


permukaan tanah yang diukur, yaitu keadaan medan ( tinggi / rendahnya ), serta
semua benda-benda / yang ada diatasnya.
 Pengukuran Kadaster ( Cadastral Survey ) : Pengukuran yang ada hubungannya dengan
pemilikan tanah, pihak tanah, balas tanah.

 Pengukuran Teknik Sipil ( Construction Survey ) : Pengukuran yang ada hubunganya


dengan pelaksanaan pembuatan bangunan gedung, jalan raya, bendungan dan
bangunan-bangunan lainnya.

 Fotogrammetri : Pengukuran dengan menggunakan foto udara.

 Pengukuran Hidrografi ( Hydrographic Survey ) : Pengukuran untuk mendapatkan


gambaran dari dasar laut, dataran, danau, sungai dan bentuk-bentuk perairan lainnya.

2.2 Teori Penyipat Datar ( Waterpass )

Penyipat datar adalah menentukan atau mengukur beda tinggi antara dua titik atau
lebih. Ketelitian penentuan ukuran tergantung pada alat-alat yang digunakan serta ketelitian
pengukuran yang dapat dilaksanakan. Pengukuran dengan alat penyipat datar ini untuk
penggambaran Long Section dan Cross Section. Alat yang digunakan pada penyipat datar ini adalah
Waterpass.

Penentuan selisih tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara penempatan alat
datar tergantung pada keadaan lapangan.

Warterpass adalah alat untuk mengukur arah horizontal dengan maksud untuk
mencari beda tinggi antara dua titik.

Jenis-jenis pengukuran sipat datar :

1. Menyipat datar memanjang, yang dibedakan menjadi : memanjang terbuka, memanjang


keliling ( tertutup ), memanjang terbuka terikat sempurna, memanjang pergi pulang,
memanjang double stand.

2. Menyipat datar profil, yang dibedakan menjadi : Profil memanjang dan profil melintang.

3. Menyipat datar resiprokal.

4. Menyipat datar luas.

2.2.1 Rumus-Rumus Yang Dipakai Pada Perhitungan


a. Perhitungan jarak

D= (Ba-Bb ) X 100

Dimana : D = jarak datar

Ba = benang atas

Bb = benang bawah

b. perhitungan beda tinggi

∆h = Tp – Bt

Dimana : ∆h = Beda tinggi

Tp = b. Tinggi pesawat

Bt = Benang tengah

c. Koreksi beda tinggi

∆h Koreksi = ∆h ± ( D / ∑D X ∆H )

Dimana : ∆h Koreksi = koreksi beda tinggi

D / ∑D = jarakdatar / jumlah jarak

∑∆h = jumlah perhitungan beda tinggi

d. Perhitungan tinggi titik

H = Tp + ∆h koreksi

2.3 Teori Penyipat Sudut ( Theodolit )

Penyipat sudut merupakan alat ukur yang dapat menghitung koordinat dan absisi dari titik
yang diukur. Dan juga dapat menentukan luas suatu daerah.

Dengan alat ukur sudut, kita dapat mengukur sudut arah dua titik atau lebih dan sudut curam
terhadap bidang horizontal dan suatu yang vertical. Ada dua cara pengukuran sudut:

1. Jaringan segitiga ( triangulusi )


2. Rangkai segi banyak ( Poligon ) terbuka dan tertutup

2.3.1 Rumus-Rumus Yang Dipakai Dalam Perhitungan

a. Cara koordinat

Untuk dapat menghitung koordinat titik-titik kerangka dasar dilapangan diperlukan data-data
seperti: azimuth awal, sudut lurus ( baik sudut dalam maupun luar ), Jarak horizontal dan ketinnggian.

Koordinat suatu titik dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

Rumus umum: Xn = X( n-1 ) + Dt( n- ).n sin α( n-1 ).n

Yn = Y( n-1 )+ Dt( n-1 ).n cos α( n-1).n

b. Perhitungan polygon tertutup (loop)

Ket :

α 1,2 : Azimuth awal

β: sudut dalam

Dt :jarak datar 1,2… : No. titik

Syarat geometri polygon tertutup ( untuk sudut dalam ) :


a. ∑ β : ( n-1 ).180°
b. ∑( Dt . Sin α ): 0
c. ∑( Dt . cos α ) : 0
Azimuth titik berikutnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
An ( n+1 ) =[α ( n-1 ) n+180° ]- βn

Jika diketahui koordinat dua titik, maka azimuth suatu titik dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :

An ( n + 1 ) = Arc Tan . [ X ( n – 1 ) – Xn ]

Y ( n + ) – Yn

Kesalahan jumlah total sudut dalam untuk polygon tertutup :

f ( β ) = ( n-2 ) . 180° - Σβ

Koreksi sudut dalam ( Kβ ) diberikan secara merata kepada setiap titik

Kβ = fβ

Kesalahan linier jarak untuk absis ( fX ) dan ordinat ( fY )

( fX ) : Σ( Dt . sin α )

( fy ) : Σ( Dt . cos α )

Koreksi yang diberikan untuk absis ( KX ):

KX = Dtn ( fX )

ΣDt

Koreksi yang diberikan untuk ordinat ( KY ) :

KY = Dtn ( fy )

ΣDt

Secara sistematis tahapan hitungan / koreksi koordinatuntuk polygon adalah sebagai berikut :

1. Besarnya kesalahan sudut dalam :

fβ = (n-2) . 180° - ∑β

2. Besarnya koreksi sudut dalam:

Kβ = fβ

3. Sudut dalam terkoreksi :

β'η = βη ± Kβ

4. Azimuth setiap titik polygon berikutnya :

( n + 1 ) = [ α ( n – 1 ) n ± 180° ] β'n

5. Kesalahan linier jarak untuk absisdan ordinat

( fX ) : ∑ ( Dt . sin α )

( fY ) : ∑( Dt . cos ∑ )
6. Koreksi absis dan ordinat tiap titik :

Kxn : Dtn ( fx )

∑Dt

Kyn : Dtn ( fy )

ΣDt

7.Absis dan ordinat terkoreksi :

∆yn : ∑(Dt .sin α ) + Kyn

∆xn : ∑( Dt . cos α )

8. koordinat tiap titik polygon :

Xn = X ( n – 1 ) ± ∆yn

Yn = Y ( n – 1 ) ± ∆yn

c. Perhitungan tinggi titik untuk polygon tertutup

Jika pengukuran dan perhitungan tinggi titik dilakukan dengan benar, maka
jumlah beda tinggi antara titik polygon awal sampai dengan titik polygon akhir = 0, atau ∑∆h = 0.

Koreksi beda tinggi : Kh = ∑∆h

Tahapan perhitungan / koreksi tinggi titik polygon adalah sebagai berikut :

1. Kesalahan beda tinggi :

Kh = ∆h1 + ∆h2 + ∆h3 + ∆h4…+ ∆hn

2. Beda tinggi terkoreksi :

∆h'n = ∆hn + [(Dtn)Kh]

∑Dt

3. Tinggi tiap titik

Hn =H ( n – 1 ) ± ∆h'n

BAB III
PROSEDUR PENGUKURAN
DAN LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN
3.1 Penyipat datar (waterpass)

3.1.1 Prosedur pengukuran

1.Menyiapkan alat perlengkapan pengukuran berupa :

 Pesawat penyipat datar (waterpass)

 Statip (kaki tiga)

 Unting-unting

 Bak ukur (rambu ukur)

 Roll meter > Patok kayu dan paku

 Kompas

 Payung

2. menentukan lokasi pengukurann

3. Menggambarkan sketsa lokasi pengukuran

4. Menentukantitik lokasi pengukuran pada sketsa yang ada

5. Meletakkan alat pada titik awal yang telah ditentukan, meliputi :

 memasang titik patok awal

 Memansang titik statip

 Memasang pesawat

 Memasang unting-unting

 Menyetel nipo

6. Mengukur tinggi pesawat dengan roll meter

7. Menembak titik pengukuran pertama dengan sudut 0°

8. Menentukan azimuth awal dari yang telah dinolkan

9. Membaca BA,BB dan BT pada bak ukur

10. Mengukur jarak antara pesawat dengan roll meter

11. Memutar alat ke titik selanjutnya dan melakukan hal yang sama pada point 9,10

12. Memindahkan pesawat dan mengulang point 6,7,9,10,11,12

3.1.2 Langkah-langkah perhitungan

1. Membuat tabel pengukuran


2. Mengisi data pengukuran

3. Mengolah data pengukuran berupa :

 Mencari jarak optis : D = (BA-BB)X100

 >Mencari beda tinggi : ∆h – Tpn – Btn

 Mencari tinggi titik koreksi : Hpn = Hp (yang diket) + ∆h pn

 Melakukan koreksi sudut : ∆h koreksi =∆h ±(D/∑DX∑∆h)

3.2 Penyipat Sudut (theodolit)

3.2.1 Prosedur Pengukuran

1. Menyiapkan alat perlengkapan pengukuran berupa :

 Pesawat penyipat datar (waterpass)

 Statip (kaki tiga)

 Unting-unting

 Bak ukur (rambu ukur)

 Roll meter

 Patok kayu dan paku

 Kompas

 Payung

2. Menentukan lokasi pengukuran

3. Menggambarkan sketsa lokasi pengukuran

4. Menentukan titik lokasi Pengukuran pada sketsa yang ada

5. Meletakkan alat pada titik awal yang telah ditentukan, meliputi :

 Memasang titik patok awal

 Memasang titik statip

 Memasang pesawat

 Memasang unting-unting

 Menyetel nipo

6. Mengukur tinggi pesawat dengan roll meter

7. Mencari sudut horizontal 0°, kemudian menekan hold lalu menembak ketitik pengukuran

8. Menentukan azimuth awal dari yang telah dinolkan


9. Membaca BA, BB dan BT pada bak ukur

10. Mengukur jarak antara pesawat dengan rooll meter

11.Melepas hold pada pesawat lalu memutar alat ketitik selanjutnya dan melakukan hal yang
sama dengan point 9,10

12. Memindahkan pesawat dan mengulang point 6,7,9,10,11.

3.2.2 Lankah-langkah Perhitungan

1. Mencari tabel pengukuran

2. Mengisi data pengukuran

3. Mengolah data pengukuran berupa :

 mencari jarak optis : Do = (BA-BB) X 100

 Mencari beda tinggi : (BA_BB) X 100 X sin² α + Tps-BT

 Mencari elavasi : Hpn = Hp (yang diket) + ∆h

BAB IV
ANALISA

PERHITUNGAN SUDUT AZIMUTH ( Sudutu terhadap utara)

P0
P0
1730 01' 20''

> Nilai Azimuth, P0-P1 =

P1

> Nilai Azimuth, P1 – P2 = Azimuth awal ± x ( x = 1800 -1790 19' 00")


= 1800 01' 20" - 00 41' 00"

= 1720 20' 20"

> Nilai Azimuth , P2 – P3 = Azimuth awal ± x ( x = 2680 34' 20" - 1800)

= 1720 20' 20" + 880 34' 20"

= 2600 54' 40"


> Nilai Azimuth , P3 – P4 = Azimuth awal ± x ( x = 2690 13' 00" - 1800)

= 2600 54' 40" + 890 13' 00"

= 3500 07' 40"

> Nilai Azimuth , P4 – P1 = Azimuth awal ± x ( x = 2750 40' 40" - 1800)

= 350007' 40" + 950 40' 40"

= 350007' 40" + 950 40' 40"

= 850 48' 20"

U
1720 20' 20''

> Sudut dalam

= 1800-172020'
20" + 85048' 20"
930 28' 00''

P1

= 930 28' 00"

265048' 20''

Nilai Azimuth

= 1720 20' 20" + 930 28' 00"

= 2650 48' 20"

850 48' 20''


Kesalahan Sudut Dalam

 Sudut dalam = (n-2)x180-∑β

= (4-2)x180-3600 00' 00"

=0

∑β dalam

= P1 - P2 = 930 28' 00"

= P2 - P3 = 910 25' 40"

= P3 - P4 = 900 47' 00"

= P4 - P1 = 840 19' 20"

= 3600 00' 00"

Kesalahan Sudut Luar

 Sudut luar = (n+2)x180-∑β

= (4+2)x180-9920 47' 00"

= 6320 47' 00"

= 1580 11' 45"

∑β dalam

= P1 - P2 = 1790 19' 00"

= P2 - P3 = 2680 34' 20"

= P3 - P4 = 2690 13' 00"

= P4 - P1 = 840 40' 40"

= 9920 47' 00"

Perhitungan Jarak Horizontal


Rumus = D.Sin. dimana : d = jarak datar

= sudut azimuth

P1 – P2 42.381xsin 1720 20' 20" = 5.649

P2 – P3 69.471xsin 2600 54' 40" = 68.598

P3 – P4 48.598xsin 3500 07' 40" = -8.332

P4 – P1 72.142xsin 850 48' 20" = 71.948

Azimuth 232.814 = 0.667

Perhitungan Jarak Sudut Vertical

Rumus = D.cos. dimana : d = jarak datar

= sudut azimuth

P1 – P2 42.381xcos 1720 20' 20" = -42.002

P2 – P3 69.471xsin 2600 54' 40" = -10.974

P3 – P4 48.598xsin 3500 07' 40" = 47.878

P4 – P1 72.142xsin 850 48' 20" = 5.276

232.814 = 0.178

Perhitungan Koreksi Jarak Patok Utama Sudut Horizontal

Rumus = d x J.Hor., dimana = d = jarak datar


d d = jumlah jarak datar

J. Hor. = jumlah jarak horizontal

P1 – P2 42.381 x 0.667 = 0.1214

232.818

P2 – P3 69.471 x 0.667 = 0.199

232.814

P3 – P4 48.598 x 0.667 = 0.1413

232.814

P4 – P1 72.142 x 0.667 = 0.2066

232.818

Perhitungan Koreksi Jarak Patok Utama Sudut Vertical

Rumus = d x J.Vert,

P1 – P2 42.381 x 0.178 = 0.032

232.818

P2 – P3 69.471 x 0.178 = 0.053

232.814

P3 – P4 48.598 x 0.178 = 0.037

232.814

P4 – P1 72.142 x 0.178 = 0.055

232.818

Sudut horizontal

P0 – P1 = d x sin

= 75.979xsin1730 01' 20"


= 9.230

Sudut vertical

P0 – P1 = d xcos

= 75.979xcos1730 01' 20"

= -75.416

Perhitungan koordinat

 1000 sudut horizontal P0 – P1

1000 9.230 = 1009.23

 1000 sudut vertical P0 – P1

1000 – 75.416 = 924.584

Horizontal

P0 – X = 1000

P0 – P1 X = 1000+9.230 = 1009.23

P1 – P2 X = 1009.23 5.649 = 1014.879

P2 – P3 X = 1014.879 (-68.598)= 946.281

P3 – P4 X = 946.281 (-8.332) = 937.949

P4 – P1 X = 937.949 71.948 = 1009.89


Vertical

P0 – Y = 1000

P0 – P1 Y = 1000+(-75.416) = 924.584

P1 – P2 Y = 924.584 (-42.002) = 882.582

P2 – P3 Y = 882.582 (-10.974)= 871.608

P3 – P4 Y = 871.608 47.878 = 919.486

P4 – P1 Y = 919.468 5.276 = 924.762

Perhitungan Luas Areal

Rumus = L=0.5x{(X0xY1+Hn)-(Y0XX1+Hn)}
= (2688612.799)-(2577698.549)x0.5

= 0.5x110914.25

= 55457.125

4.1 Penyipat Datar (Waterpass)

4.1.1 Perhitungan pada waterpass

a. perhitungan jarak masing-masing patok

Rumus : D = (BA-BB) X 100

contoh perhitungan :

D P0-P1 = (1.420-1.380)X100 = 4.0m

D P1-P2 = (1.218-1.182)X100 = 3.6m


(perhitungan titik yang lain dapat dilihat pada table data)

b. Perhitungan beda tinggi

rumus : ∆h = Tp-Bt

Contoh perhitungan :

∆h P0 – P1 = 1.33-1.400= 0.070

∆h P1 –P2 = 1.32-1.200 = 0.143

c. Perhitungan koreksi beda tinggi

Rumus : ∆h koreksi = ∆h ± (D/∑DX∑∆h)

(perhitungan titik yang lain dapat dilihat pada table data)

d. Perhitungan tinggi titik (elevasi)

Rumus : Hpn = Hp yang diket +∆h pn koreksi

Contoh perhitungan :

Dirumuskan tinggi patok di P0 = 1.33m,

PENUTUP

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan karena hanya denga
pertolongan Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik,

kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bpk. Didik Riyadi Mabui,ST dan
Bpk.Meidi, yang telah membimbing kami selama ini untuk mengerjakan tugas yang di bebankan
kepada kami, dari waktu pengambilan data di lapangan (pengukuran) sampai dengan penyusunan
laporan hingga selesai, dan kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman atas
bantuan dan kerjasamanya selama ini karena kami yakin bahwa tugas ini tidak mungkin terselesaikan
tanpa adanya kerjasama kita yang baik, walaupun kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam tugas ini, itu semua karena masih minimnya pengetahuan kami
tentang Ilmu Pengukuran Tanah. Tetapi kami berharap semoga hasil penulisan kami ini bias
bermanfaat bagi teman-teman pembaca untuk sedikit menambah pengalaman tentang Ilmu
Pengukuran Tanah, dan akhirnya kritik dan saran yan membangun dari teman-teman pemnaca
sangat kami harapkan untuk bahan referensi kami dalam mengerjakan outgas-tugas selanjutnya.

KESIMPULAN
Setiap proses perhitungan dari satu titik ke titik yang lain ataupun dari perhitunga satu keperhungan
yang lain mempunyai suatu keterkaitan yang erat, jika salah dalam proses
perhitungan pertama(langkah pertama) maka akan berakibat salah pula pada berhitungan
selanjutnya, bahkan semua perhitungan yang kita lakukan bisa salah hanya karena sedikit kesalahan
pada langkah pertama.

Sebaiknya setiap kali melakukan perhitungan harus dilakukan dengan hati-hati dan pastikan itu benar,
saat dilapangan juga begitu kerjasama yang baik sangat dibutuhkan guna untuk mendapatkan data
yang akurat, usahakan setiap kali melakukan pengukuran dikerjakan dengan teliti,hati-hati dan
semaksimal mungkin agar pada saat perhitungan tidak mendapatkan koreksi kesalahan yang terlalu
besar.

Anda mungkin juga menyukai