Anda di halaman 1dari 88

PROPOSAL TUGAS AKHIR

UJI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS PADA BETON


MENGGUNAKAN MATERIAL SUNGAI BULA KEL. BULA KEC.
TERNATE BARAT

Di susun guna melengkapi persyaratan Memperoleh


gelar sarjana S-1 Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

M. Rizki Andi Pratama


Npm. 121052220114092

DOSEN PEMBIMBING
Joni Hermanto, ST.,MT
Muhammad Usamah, ST.,MT

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA
TERNATE
2020
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

UJI

Dipersiapkan dan disusun oleh:

M. Rizki Andi Pratama


NPM. 12105 22201 14092

Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji pada Sidang Ujian
Tugas Akhir pada Tanggal, 19 maret 2019

Susunan Dewan Penguji

Dosen Penguji I Dosen Pembimbing I

Santospriadi, ST., MT Joni Hermanto, ST., MT


NIDN. 1229057401 NIDN. 1227078701

Dosen Penguji II Dosen Pembimbing II

Mohammad Said, ST.,MT Muhammad Usamah, ST., MT


NIDN : 1225047002 NIDN. 1204107701

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST)
Tanggal, 19 maret 2019
Mengetahui
Program Studi Teknik Sipil Dekan Fakultas Teknik

Susanti Rahman, ST.,M.Eng M. Marshus Hi. Ibrahim, S.Si.,MT


NIDN. 1212128401 NIDN.1224117501

ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
PROPOSAL TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara,


saya bertanda tangan di bawah ini :
Nama : M. Rizki Andi Pratama
NPM : 12105 22201 14092
Fakultas : Teknik
Program Studi : Teknik Sipil
Jenis Karya : Proposal
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ( Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya
berjudul :
“STUDI PERBANDINGAN UJI KUAT TEKAN BETON DENGAN
MENGGUNAKAN MATERIAL DI KOTA TERNATE DAN DI KOTA
TIDORE”beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Maluku Utara berhak
menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelolah dalam bentuk pangkalan
data (database), merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Ternate
Pada tanggal : 19 maret 2019
Yang Menyatakan

M. Rizki Andi Pratama


NPM. 12105 22201 14092

iii
PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan


sesungguhnya bahwa skripsi saya dengan judul :
“STUDI PERBANDINGAN UJI KUAT TEKAN BETON
DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL DI KOTA TERNATE
DAN DI KOTA TIDORE” yang disusun untuk melengkapi sebagian
persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, sejauh yang saya ketahui
bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan
atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara maupun di perguruan tinggi atau
instansi manapun, kecuali di bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.

Ternate, 19 Maret 2019

M. Rizki Andi Pratama


NPM. 12105 22201 14 092

iv
PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan baik, dan tak lupa tugas akhir ini penulis persembahkan untuk :

Kedua Orang Tuaku Tercinta

“Terima kasih selama ini telah memberikan doa yang tulus, kesabaran,
pengorbanan, nasihat-nasihat serta kasih sayang dan selalu penulis jadikan tempat
berkeluh kesah yang takkan mampu rasanya penulis membalas semua kebaikan
yang telah mereka berikan selama ini, semoga ayah dan ibu mendapatkan balasan
yang lebih baik dari Allah SWT”

Kakak Tercinta
“Terima kasih atas bantuan,dukungan dan doanya”

v
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, yang telah memberikan nikmat
terutama kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikanTugas
Akhir ini dengan judul“Studi Perbandingan Uji Kuat Tekan Beton dengan
Menggunakan Material di Kota Ternate dan di Kota Tidore”.
Shalawatsertasalamtaklupa pula dihaturkankepadakekasih Allah RasulullahNabi
Muhammad SAW besertakeluargadanparasahabatnya, yang
telahmembawakitadarizamanjahiliyahkepadazaman yang
penuhdenganilmupengetahuan.
DalampenyusunanTugasAkhirini, penulisbanyakmemperolehbantuandan
saran dariberbagaipihak,
makadalamkesempataninipenulismengucapkanbanyakterimakasih yangsebesar –
besarnyakepada :
1. Bapak Dr. Saiful Deni, M.Si., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Maluku Utara.
2. Bapak M. Marshus Hi. Ibrahim, S.Si, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
3. Ibu Susanti Rahman, ST., M.Eng Selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
4. Ibu Sary Shandi, ST., MT Selakau Sekretaris Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
5. Bapak Joni Hermanto, ST., MT Selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis dalam
penyusunan tugas akhir ini

vi
6. Bapak Muhammad Usamah, ST., MT Selaku Kepala Laboratorium Teknik
Sipil Universitas Muhammadiyah Maluku Utara. Sekaligus Pembimbing II
yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyusunantugas akhir ini.
7. Bapak Rais D Hi Yusuf, ST., M.Sc Selaku Penasehat Akademik Yang
Selama ini telah memberikan banyak motivasi kepada penulis
8. Teman – teman mahasiswa seperjuangan Guper Study Clab 015 Wahyudin
A.M, Safril S.Folabas, M.Muslim, Rifky A, Fadlan Safrudin, Al Iksan,
Akmal Djiko, Lowandi Hadi, Irham Yunus, Faris A, Sunarto, Kk Toch,
Rifaldi Rusli, Taken, Fahri, Bang Fano, Iksan U, Rustandi Mokam, yang
telah memberikan dukungan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
tugasakhir ini.
9. Senior Arisya Saleh, Rizaldi Lut, Parman, Fikram, Fahmi yang selalu
meluangkan waktunya untuk bersama-sama menyelesaikan tugas akhir ini
10. Junior Sufantri Sararik, Hamza safrin, Pardi Saleh, Ibnu Abas, dan Study
Clab Rumah Ijo, yang selalu menemani penulis agar dapat
menyelesaikantugas akhir ini
Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

Ternate, 19 maret 2019

M. Rizki Andi Pratama

vii
STUDI PERBANDINAN UJI KUAT TEKAN BETON DENGAN
MENGGUNAKAN MATERIAL DI KOTA TERNATE DAN DI
KOTA TIDORE
Nama : M. Rizki Andi Pratama
NPM : 12105 22201 14 092
Pembimbing I : Joni Hermanto, ST., MT
Pembimbing II : M. Usamah, ST., MT

ABSTRAK
Pada umumnya material yang digunakan pada pekerjaan beton di Kota
Ternate. Perbedaan itu terjadi dikarekan bedanya lokasi kedua material, serta
bahan pendukung beton antara lain agregat kasar (kerikil/batuh pecah) dan agregat
halus (pasir), dalam hal ini dapat mempengaruhi kualitas atau mutu beton.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagai mana kekuatan
agregat halus dan agregat kasar dalam kuat tekan alat uji beton untuk umur beton
28 hari.
Dalam penelitian ini metode yang dapat di gunakan adalah SNI 03-2834-
2000, kuat tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan
persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur.
Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula
mutu beton yang dihasilkan.
Hasil yang di harapkan dalam penelitian ini adalah bagaimana agregat
dapat memenuhi standar yang di harapkan. Kuat tekan beton yang di rencanakan
(f’c) adalah kuat tekan yang di tetapkan oleh perencanaan struktur (berdasarkan
benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm).
Dari hasil pengujian kuat tekan beton yang dilakukan Nilai kuat tekan
beton yang di rencanakan adalah K 275 atau 24 Mpa,

Kata kunci : Kuat tekan beton dengan Menggunakan Material di Kota Ternate
dan di Kota Tidore, SNI 03-2834-2000

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.........................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR/SKRIPSI............................iv
PERSEMBAHAN..............................................................................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................vi
ABSTRAK.........................................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiii
DAFTAR TABEL..............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................2
1.5. Batasan Masalah..........................................................................3
BAB II TIJAUAN PUSTAKA........................................................................4
2.1. Pengertian Beton.........................................................................4
2.1.1. Sifat-sifat Beton.................................................................4
2.1.2. Kelebihan dan Kekurangan Beton.....................................5
2.2. Kinerja Beton...............................................................................6
2.3. Bahan Penyusun Beton................................................................6
2.3.1. Agregat..............................................................................7
2.3.2. Air......................................................................................8
2.3.3. Semen Portland..................................................................9
2.4. Pegujian Slump............................................................................9
2.5. Kualitas Beton.............................................................................10
2.6. Kuat Tekan Beton........................................................................11
2.7. Mix Design..................................................................................12

ix
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................21
3.1. Lokasi Material Penelitian...........................................................21
3.1.1. Lokasi Material Agregat Halus Kel.Tabangan Kota
Ternate..............................................................................21
3.1.2. Lokasi Material Agregat Kasar Kel.Togafo Kota
Ternate..............................................................................21
3.1.3. Lokasi Material Agregat Halus dan Kasar Kel.Bobo
Kota Tidore.......................................................................22
3.2. Alat dan Bahan Penelitian...........................................................22
3.2.1. Peralatan yang digunakan dalam Penelitian......................22
3.2.2. Bahan yang digunakan dalam Penelitian...........................26
3.3. Pelaksanaan Penelitian................................................................27
3.4. Analisa Karakteristik Bahan........................................................27
3.4.1. Analisa Agregat.................................................................27
3.5. Pembuatan Benda Uji..................................................................27
3.6. Teknik Analisis Data...................................................................28
3.7. Lokasi Pengujian.........................................................................28
3.8. Bagan Alir Penelitian..................................................................29
3.9. Jadwal Penelitian.........................................................................30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................31
4.1. Analisa Saringan Agregat Halus (Pasir)......................................31
4.1.1. Alat dan Bahan..................................................................31
4.1.2. Prosedur Percobaan...........................................................31
4.1.3. Data Pengamatan...............................................................32
4.2. Berat Jenis dan Penyerapan Air...................................................33
4.2.1. Alat dan Bahan..................................................................33
4.2.2. Prosedur Pengujian............................................................33
4.2.3. Data Pengamatan...............................................................34
4.3. Berat Volume Agregat Halus......................................................35
4.3.1. Alat dan Bahan..................................................................35
4.3.2. Prosedur Percobaan...........................................................35
4.3.3. Data Pengamatan...............................................................36

x
4.4. Kadar Air Agregat Halus...................................................37
4.4.1. Alat dan Bahan..................................................................37
4.4.2. Prosedur Pengujian............................................................37
4.4.3. Data Pengamatan...............................................................38
4.5. Kadar Lumpur Agregat Halus.....................................................38
4.5.1. Alat dan Bahan..................................................................38
4.5.2. Prosedur Pengujian............................................................39
4.5.3. Data Pengamatan...............................................................39
4.6. Rekapitulasi Agregat Halus.........................................................40
4.7. Analisa Saringan Agregat Kasar (Krikil)....................................41
4.7.1. Alat dan Bahan..................................................................41
4.7.2. Prosedur Percobaan...........................................................42
4.7.3. Data Pengamatan...............................................................42
4.8. Berat Jenis dan Penyerapan Air...................................................43
4.8.1. Alat dan Bahan..................................................................43
4.8.2. Prosedur Pengujian............................................................43
4.8.3. Data Pengamatan...............................................................44
4.9. Berat Volume Agregat Kasar......................................................45
4.9.1. Alat dan Bahan..................................................................45
4.9.2. Prosedur Percobaan...........................................................45
4.9.3. Data Pengamatan...............................................................46
4.10. Kadar Air Agregat Kasar.............................................................47
4.10.1. Alat dan Bahan................................................................47
4.10.2. Prosedur Pengujian..........................................................47
4.10.3. Data Pengamatan.............................................................47
4.11. Kadar Lumpur Agregat Kasar.....................................................48
4.11.1. Alat dan Bahan................................................................48
4.11.2. Prosedur Pengujian..........................................................48
4.11.3. Data Pengamatan.............................................................49
4.12. Rekapitulasi Agregat Kasar.........................................................50
4.13. Perhitungan Proporsi Campuran Beton Normal..........................51
4.14. Hasil Penelitian Kuat Tekan Beton.............................................51

xi
BAB V PENUTUP ............................................................................................57
5.1. Kesimpulan..................................................................................57
5.2. Saran............................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

2.1.Skema Bahan susunan Beton........................................................................7


2.2. Grafik Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan dengan
Ukuran Butir Maksimum 40 mm (SNI 03-2834-2000)...............................17
2.3. Grafik Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan dengan
Ukuran Butir Maksimum 20 mm (SNI 03-2834-2000)...............................18
2.4. Grafik Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan dengan
Ukuran Butir Maksimum 10 mm (SNI 03-2834-2000)...............................18
2.5. Hubungan antara Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran dan
Berat Beton...................................................................................................19
3.1. Lokasi Material Agregat Halus Kel.Tabanga Kota Ternate.........................21
3.2. Lokasi Material Agregat Kasar Kel.Togafo Kota Ternate...........................21
3.3. Lokasi Material Agregat Halus dan Kasar Kel.Bobo Kota Tidore..............22
3.4. Ayakan Standar ASTM................................................................................22
3.5. Cetakan Silinder 15 cm x 30 cm..................................................................23
3.6. Mesin Abrasi (Los Angeles)........................................................................23
3.7. Drying Oven ............................................................................................24
3.8. Molen Beton ............................................................................................24
3.9. Electronic Weighing Scale...........................................................................25
3.10.Heay Duty Balance.....................................................................................25
3.11.Alat Uji Nilai Slump....................................................................................26
3.12.Alat Uji Kuat Tekan Beton.........................................................................26
3.13.Bagan Alir Penelitian..................................................................................29
4.1. Silinder Pengujian........................................................................................52
4.2. Hasil Pengujian Silinder Untuk Umur Rencana 7 Hari...............................53
4.3.Hasil Pengujian Silinder Untuk Umur Rencana 14 Hari..............................54
4.4. Hasil Pengujian Silinder Untuk Umur Rencana 28 Hari.............................55

xiii
DAFTAR TABEL

2.1. Jenis beton menurut kuat tekannya..............................................................5


2.2. Penetapan Nilai Slump................................................................................10
2.3. Faktor Pengali Untuk Deviasi Standar........................................................12
2.4. Nilai Margin jika Data Tidak Tersedia untuk menetapkan Deviasi
Standar..........................................................................................................13
2.5. Persyaratan Nilai Fas Maksimum................................................................13
2.6. Ketentuan Minimum untuk Beton Bertulang dalam Air..............................14
2.7. Ketentuan untuk Beton yang Berhubungan dengan Air Tanah yang
Mengandung Sulfat......................................................................................15
2.8. Perkiraan Kebutuhan Air untuk setiap Meter Kubik Beton (liter)...............16
2.9. Gradasi Agregat Kasar.................................................................................16
2.10.Gradasi Agregat Halus................................................................................17
4.1. Analisa Saringan Agregat Halus Kel.Tabanga Kota Ternate.......................32
4.2. Analisa Saringan Agregat Halus Kel.Bobo Kota Tidore.............................32
4.3. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Kel.Tabanga Kota Ternate34
4.4. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Kel.Bobo Kota Tidore......35
4.5. Berat Volume Agregat Halus Kel.Tabanga Kota Ternate...........................36
4.6. Berat Volume Agregat Halus Kel.Bobo Kota Tidore..................................37
4.7. Kadar Air Agregat Halus Kel.Tabanga Kota Ternate..................................38
4.8. Kadar Air Agregat Halus Kel.Bobo Kota Tidore.........................................38
4.9. Kadar Lmpur Agregat Halus Kel.Tabanga Kota Ternate............................39
4.10.Kadar Lmpur Agregat Halus Kel.Bobo Kota Tidore..................................40
4.11.Hasil Pengamatan Agregat Halus Kel.Tabanga Kota Ternate....................40
4.12.Hasil Pengamatan Agregat Halus Kel.Bobo Kota Tidore...........................41
4.13.Analisa Saringan Agregat Kasar Kel.Togafo Kota Ternate........................42
4.14.Analisa Saringan Agregat Kasar Kel.Bobo Kota Tidore............................43
4.15.Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar Kel.Togafo Kota Ternate.44
4.16.Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar Kel.Bobo Kota Tidore.....45
4.17.Berat Volume Agregat Kasar Kel.Togafo Kota Ternate.............................46
4.18.Berat Volume Agregat Kasar Kel.Bobo Kota Tidore.................................46

xiv
4.19.Kadar Air Agregat Kasar Kel.Togafo Kota Ternate...................................47
4.20.Kadar Air Agregat Kasar Kel.Bobo Kota Tidore........................................48
4.21.Kadar Lmpur Agregat Kasar Kel.Togafo Kota Ternate..............................49
4.22.Kadar Lmpur Agregat Kasar Kel.Bobo Kota Tidore..................................49
4.23.Hasil Pengamatan Agregat Kasar Kel.Togafo Kota Ternate......................50
4.24.Hasil Pengamatan Agregat Kasar Kel.Bobo Kota Tidore...........................50
4.25.Proporsi Campuran Beton Normal Kota Ternate........................................51
4.26.Proporsi Campuran Beton Normal Kota Tidore.........................................51
4.27.Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kota Ternate Untuk Umur
Rencana 7 Hari..........................................................................................52
4.28.Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kota Tidore Untuk Umur
Rencana 7 Hari..........................................................................................53
4.29.Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kota Ternate Untuk Umur
Rencana 14 Hari........................................................................................53
4.30.Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kota Tidore Untuk Umur
Rencana 14 Hari........................................................................................54
4.31.Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kota Ternate Untuk Umur
Rencana 28 Hari........................................................................................55
4.32.Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kota Tidore Untuk Umur
Rencana 28 Hari........................................................................................55

xv
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di era globalisasi ini, perkembangan konstruksi di Indonesia terus
mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan
masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur, seperti pembangunan gedung
bertingkat tinggi, jalan, lapangan terbang, pemecah gelombang, bendungan dan
jembatan antar pulau yang memiliki bentang sangat panjang.
Salah satu unsur utama dalam pembangunan itu adalah beton. Beton
merupakan unsur yang sangat penting, keadaan ini dapat dimaklumi, karena
sistem konstruksi beton mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan
bahan lain. Keunggulan beton sebagai bahan konstruksi antara lain mempunyai
kuat tekan yang tinggi, tahan terhadap api dan biaya perawat yang relatif murah.
Beton terbentuk dari campuran, semen, agregat halus, agregat kasar, serta
air dengan proporsi tertentu. Tetapi apabila ingin membuat beton yang bagus
harus memperhatikan kualitas bahan dasar pembuat beton, maupun saat cara
pelaksanaan pembuatan beton. Jika bahan dasar pembuat beton bagus, dan juga
cara pelaksanaan pembuatan campuran beton sesuai yang direncanakan (mix
design) maka kualitas beton yang dihasilkan bagus kuatnya sesuai yang
direncanakan.
Kualitas beton bergantung pada bahan-bahan penyusunnya, besarnya kuat
beton dipengaruhi beberapa hal antara lain jenis semen, gradasi agregat, sifat
agregat, dan pengerjaan (pencampuran, pemadatan, dan perawatan), serta umur
beton. Untuk mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai yang
disyaratkan maka pelaksanaan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan
sesuai prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti disyaratkan disini
adalah kuat tekan beton pada umur 28 hari.
Kuat tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan
persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur.

1
Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula
mutu beton yang dihasilkan.
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar,
menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat pada
benda uji silinder beton (diameter 15 cm , tinggi 30 cm) sampai hancur. 
Modulus elastisitas sering disebut sebagai Modulus Young yang merupakan
perbandingan antara tegangan dan regangan aksial dalam deformasi yang elastis,
sehingga modulus elastisitas menunjukkan kecenderungan suatu material untuk
berubah bentuk dan kembali lagi kebentuk semula bila diberi beban (SNI 2826-
2008). Modulus elastisitas merupakan ukuran kekakuan suatu material, sehingga
semakin tinggi nilai modulus elastisitas bahan, maka semakin sedikit perubahan
bentuk yang terjadi apabila diberi gaya. Jadi, semakin besar nilai modulus ini
maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi atau semakin kaku
Besarnya pertambahan panjang yang di alami oleh setiap benda ketika
merenggang adalah berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung dari
elastisitas bahannya. Sebagai contoh, akan lebih mudah untuk meregangkan
sebuah karet gelang dari pada besi pegas. Untuk merenggangkan sebuah besi
pegas membutuhkan ratusan kalilipat dari tenaga yang dibutuhkan untuk
merenggangkan sebuah karet gelang. Ketika diberi gaya tarik, karet ataupun pegas
akan meregang dan mengakibatkan pertambahan panjang  baik pada karet gelang
ataupun besi pegas. 
Besarnya pertambahan yang terjadi tergantung pada elastisitas bahannya
dan seberapa besar gaya yang bekerja padanya. Semakin elastis sebuah benda,
maka semakin mudah benda tersebut untuk dipanjangkan atau dipendekan.
Semakin besar gaya yang bekerja pada suatu benda, maka semakin besar pula
tegangan dan regangan yang terjadi pada benda itu, sehingga semakin besar pula
pemanjangan atau pemendekan dari benda tersebut. Jika gaya yang  bekerja
berupa gaya tekan, maka benda akan mengalami pemendekan, sedangkan jika
gaya yang bekerja berupa beban tarik, maka benda akan mengalami perpanjangan.
Bisa disimpulkan bahwa regangan (ε) yang terjadi pada suatu benda berbanding
lurus dengan tegangannya (σ) dan berbanding terbalik terhadap ke

2
elastisitasannya. Ini dinyatakan dengan rumus: Bila nilai E semakin kecil, maka
akan semakin mudah bagi bahan untuk mengalami

Elastisitas merupakan kemampuan suatu benda untuk kembali kebentuk


awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepadanya dihilangkan
(dibebaskan). Misalnya karet, pegas dari logam, pelat logam dan lain-lain.
Benda-benda elastis ini mempunyai batas elastisitas tertentu. Benda yang
tidak elastis disebut dengan plastik misalnya kayu, tanah liat atau plastisin.
Umumnya setiap benda yang mempunyai sifat elastis juga akan memiliki sifat
plastis, sifat plastis dari benda-benda elastis muncul jika gaya yang diberikan pada
benda elastis itu sudah melewati batas elastisitas benda.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan sifat karakteristik dari
material dasar pembentuk beton yang nantinya dilakukan pengujian.
Maka dari latar belakang masalah diatas penulis mengambil judul Tugas
Akhir ini, yaitu “UJI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS PADA
BETON MENGGUNAKAN MATERIAL SUNGAI BULA KEL. BULA
KEC. TERNATE BARAT”

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana dan pengaruh metarial sungai bula pada campuran beton
terhadap nilai kuat tekan modulus elastisitas ?

1.3. Tujuan Penelitian


Untuk mengtahui dan pengaruh mertarial sungai bula pada campuran beton
terhadap nilai kuat tekan modulus elastisitas.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian Tugas Akhir ini yaitu :
1. Manfaat dari penyusun Tugas Akhir ini adalah agar penulis mendapatkan
pengetahuan dalam hal uji kuat tekan beton dan modulus elasititas.
2. Penulisan Tugas Akhir ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Maluku Utara khususnya jurusan
Teknik Sipil.

3
1.5. Batasan Masalah
1. Material pasir dan kerikil berasal dari kelurahan bula Kota Ternate barat .
2. Semen yang digunakan adalah Semen Portland.
3. Mutu baton yang direncanakan adalah K-275.
4. Pengujian di lakukan pada umur beton 7,14,28 hari.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Beton


Beton adalah material konstruksi yang diperoleh dari pencampuran pasir,
kerikil/batuh pecah, semen serta air. Terkadang beberapa macam bahan tambahan
dicampurkan ke dalam campuran tersebut. (Setiawan Agus. 2017).

2.1.1. Sifat-Sifat Beton


Campuran beton direncanakan berdasarkan asumsi adanya hubungan
antara sifat-sifat komposisi campuran dan sifat-sifat beton setelah mengeras.
Untuk dapat bertahan dengan sifat-sifat ini, maka beton harus dipadatkan secara
seragam pada cetakannya. Dengan demikian, pengetahuan tentang sifat beton
merupakan hal penting dalam upaya menghasilkan beton yang berkualitas baik
setelah mengeras.
Menurut Sugiyanto dan Sebayang (2005) dan Tjokrodimuljo (2007), sifat-
sifat beton yang perlu diketahui antara lain :
1. Keawetan ( Durability)
Merupakan kemampuan beton bertahan seperti kondisi yang direncanakn
tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan
2. Kuat tekan
Dintentukan berdasarkan pembebanan benda uji silinder beton diameter
150 mm dan tinggi 300 mm dengan satuan Mpa (N/mm2) untuk SK SNI 91
dan ACI. Sedangkan British Standar menggunakan benda uji kubus
dengan sisi ukuran 150 mm. Jenis beton menurut kuat tekannya dapat
dilihat pada tabel 2.1.

5
Tabel 2.1 Jenis beton menurut kuat tekannya
Jenis Beton Kuat Tekan (MPa)
Beton Sederhana Sampai 10 MPa
Beton Normal 15-30 MPa
Beton Pra Tegang 30-40 MPa
Beton Kuat Tekan Tinggi 40-80 MPa
Beton Kuat Tekan Sangat Tinggi >80 MPa
Sumber : Tjokrodimuljo, 2007

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton yaitu sifat


agregat, kepadatan beton, umur beton, faktor air semen (fas), proporsi
semen dan jenis semen yang digunakan
3. Kelecekan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan
oleh kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran,
pemadatan, dan finishing.
2.1.2. Kelebihan dan Kekurangan Beton
Dalam keadaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang
dengan kekuatan tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat diberi
bermacam bentuk, sehingga dapat digunakan untuk membentuk seni
arsitektur atau semata-mata untuk tujuan dekoratif. Beton juga akan
memberikan hasil akhir yang bagus jika pengelolaan akhir dilakukan
dengan cara khusus, umpanya diekspose agregatnya. Selain tahan terhadap
api, beton juga tahan terhadap korosi,
Menurut Ir. Tri Mulyono, M.T Kelebihan dan Kekuranganbeton
antara lain
1. Kelebihan
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
b. Mampu memikul beban yang berat.
c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
d. Biaya pemeliharaan yang kecil.
2. Kekurangan
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.

6
b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
c. Berat.
d. Daya pantul suara yang besar.
Beton juga dapat dicampur dengan bahan lain seperti composite atau
baha lainsesuai dengan perilaku yang akan diberikan terhadap beton
tresebut, misalnya beton pra-tekan atau beton pra-tegang (pre-stressing),
beton pra-cetak (pre-cast). Beton juga dapat digunakan untuk struktur
yang memerlukan bahan struktur yang ringan, misalnya beton ringan
struktural, yaitu beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai
massa kering udara yang sesuai dengan syarat seperti yang ditentukan oleh
“Testing Method for Unit Weigh of Structural Lightweight Concrete”
(ASTM C-567). Beratnya tidak lebih dari 1900 kg/m3.

2.2. Kinerja beton


Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pebuatan
struktur. Selain karena kemudahan dalam mendapat material penyusunnya,
hal ini juga diseabakan oleh penggunaan tenaga yang cukup besar
sehingga dapat mengurangi masalah penyeediaan lapangan kerja. Selain
dua kinerja utama yang telah disebut diatas, yaitu kekuatan tekan yang
tinggi dan kemudahan pekerjaannya, kelangsungan proses pengadaan
baton pada proses produksinya juga menjadi salah satu hal yang
dipertimbangkan.
Tiga kinerja beton yang dibutuhkan dalam pembuatan beton adalah
1. Memenuhi kriteria konstruksi yaitu dapat dengan mudah dikerjakan dan
dibentuk serta mempunyai nilai ekonomis
2. Kekuatan tekan
3. Durabilitas atau keawetan
Kinerja yang dihasilkan pada proses pengadaan beton haruslah seragam.

2.3. Bahan Penyusun Beton


Bahan penyusun beton meliputi air, semen portland, agregat kasar
dan agregat halus seta bahan tambahan, dimana setiap bahan penyusun
mempunyai fungsi dan pengaruh yang berbeda-beda. Sifat yang penitng

7
pada beton adalah kuat tekan, bila kuat tekan tinggi maka sifat-sifat yang
lain pada umumnya baik. (Tjokrodimuljo, 1996).

Semen Pasir

Pasta Beton Agregat

Air Krikil

Gambar 2.1.Skema Bahan susunan Beton

2.3.1. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai pengisi dalam
campuran beton. Komposisi agregat dalam campuran berkisar 70-75% dari
volume campuran beton. Dari komposisinya yang banyak dari total volume beton,
maka kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton. Dengan
agregat yang baik, beton dapat dikerjakan (workability), kuat dan tahan lama
(durable), dan ekonomis (Paul Nugraha dan Antoni,2007).
1. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih dari 5 mm.
Agregat kasar dapat diperoleh dari batu pecah atau kerikil alam. Agregat
kasar adalah agregat yang butirannya tertahan di atas ayakan 4,8 mm
(ASTM C33,1982) tetapi lolos ayakan 40 mm. Agregat kasar yang baik
dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai campuran pada pembuatan
beton, yaitu:.
a. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak
berpori.

8
b. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %
(ditentukan terhadap berat kering). Lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0,063 mm, apabila kadar lumpur lebih dari 1 %
maka agregat kasar harus dicuci lagi.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton, seperti zat-zat reaktif alkali.
d. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
ukurannya.
2. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang semua butirannya menembus ayakan
dengan lubang 4,8 mm (ASTM C33, 1982). Agregat halus dapat berupa
pasir galian atau pasir sungai. Agregat halus dan baik dan memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beton harus
mempunyai sifat-sifat yaitu:
a. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-
butir agregat halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %
(ditentukan terhadap berat kering). Apabila kadar lumpurnya lebih dari
5 %, maka agregat harus dicuci.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik.

2.3.2. Air
Air merupakan bahan penyusun beton yang diperlukan untuk bereaksi
dengan semen, yang juga berfungsi sebagai pelumas antara butiran-butiran
agregat agar dapat dekerjakan dan dipadatkan. Kelebihan air dari proses hidrasi
diperlukan untuk syarat-syarat kekentalan (consistency) agar dapat dicapai suatu
kelecakan (workability).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada air yang akan digunakan sebagai
bahan pencampuran beton meliputi kandungan lumpur 2 gr/lt, kandungan garam
yang dapat merusak beton maksimal 15 gr/lt, tidak mengandung khorida lebih dari
0,5 gr/lt serta kandungan senyawa sulfat maksima 1 gr/lt (Tjokrodimuljo 1996).

9
Secara praktis air yang baik untuk digunakan sebagai bahan campuran beton
adalah air yang layak diminum, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

2.3.3. Semen Portland


Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium
yang bersifat hidrolis dengan gibs sebagai bahan tambahan.
Semen portland di buat dengan beberapa langkah, sehingga sangat
halus dan memiliki sifat adesif maupun kohesif. Semen di peroleh dengan
membakar secara bersamaan, suatu campuran dari calcareous (yang
mengandung kalsium karbonat atau batu gamping) dan argillaceous (yang
mengandung luminia) dengan perbandingan tretentu. Secara umum
kandungan semen portlad ialah : kapur, silica, dan alumina.
Sesuaidengan standar industri di Amerika (ASTM) maupun di
indonesi (SII) tujuanpemakaiannyasemen portland dibagi menjadi 5
(lima)tipe,yaitu :
1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus.
2. Jenis II, yaitu semen portland untuk penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
3. Jenis III, yaitu semen portland untuk penggunaannya menuntut persyaratan
kekuatan awal yag tinggi setelah pengikatan terjadi.
4. Jenis IV, yaitu semen portland untuk penggunaannya menuntut panas
hidrasi yang rendah.
5. Jenis V, yaitu semen portland untuk penggunaan memerlukan ketahanan
terhadap sulfat yang baik.

2.4. Pengujian Slump


Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk
menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak)dari campuran
beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya. Kekakuan
dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan.

10
Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan,
atau cukup air.Alat utama yang dipakai untuk pengujian slump, yaitu :
1. Kerucut Abrams, dengan diameter lubang atas 10 cm, diameter lubang
bawah 20 cm, dan tingginya 30 cm. Kerucut ini terbuat dari baja, sehingga
peresapan air ke dinding tidak dimungkinkan.
2. Tongkat baja yang ujungnya dibulatkan, dengan diameter 16 mm dan
panjangnya 60 cm.
3. Talam atau tempat adukan yang tidak menyerap air.
Nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton menurut Peraturan Beton Bertulang
Indonesi 1971 disajikan pada tabel 2.2. Penetapan Nilai Slump berikut :

Tabel 2.2. Penetapan Nilai Slump


Slump (mm)
Jenis Konstruksi maksimum Minimu
m
1) Dinding Penahan dan Pondasi 76,2 25,4
2) Pondasi sederhana, sumuran, dan dinding sub
struktur 76,2 25,4
3) Balok dan dinding beton 101,6 25,4
4) Kolom struktural 101,6 25,4
5) Perkerasan dan slab 76,2 25,4
6) Beton masal 50,8 25,4

Sumber : Ir. Tri Mulyono, M.T 2003 : 161

2.5. Kualitas Beton


Menurut SNI.03–2847-2002 tentang Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung, beton harus dirancang sedemikian hingga menghasilkan kuat
tekan sesuai dengan aturan-aturan dalam tata cara dan tidak boleh kurang daripada
17,5 Mpa. Beton struktural merupakan beton yang didesain untuk dijadikan
sebagai bagian dari struktur bangunan agar dapat memikul beban yang bekerja
pada bangunan itu sendiri. Selain itu, beton dapat dikategorikan memenuhi syarat
evaluasi dan penerimaan beton yang disyaratkan oleh SNI.03–2847-2002 tentang
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung jika setiap nilai rata rata
dari tiga uji kuat tekan yang berurutan mempunyai nilai yang sama atau lebih
besar dari f’c dan tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rata

11
rata dari dua hasil uji contoh silinder mempunyai nilai di bawah f’c melebihi 3,5
Mpa.
Beton baik dalam menahan tegangan tekan daripada jenis tegangan lainnya
dan umumnya pada perencanaan struktur beton memanfaatkan sifat ini, karena itu
kekuatan tekan dari beton dianggap merupakan sifat paling penting dalam banyak
kasus. Dengan demikian, pada dasarnya kualitas beton ditentukan oleh kuat tekan
maupun kuat tarik belah beton.

2.6. Kuat Tekan Beton


Kinerja dalam sebuah beton dapat dibuktikan dengan nilai kuat tekan beon.
Kuat tekan beton merupakan kemampuan beton untuk menerima beban persatuan
luas (Mulyono.2004). benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan
tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Faktor yang berpengaruh pada nilai
kuat tekan beton biasanya adalah
1. Umur beton, karena semakin lama umur beton maka kualitasnya akan
menurun hal ini tidak dapat dilihat pada umur beton muda seperti 28 hari
karena biasanya pada umur tersebut beton masih mengalami peningkatan,
tetapi jika beton suda berumur 360 hari baru akan terlihat penurunan
tersebut.
2. Workability pada saat pengerjaan beton, karena biasanya pada beton normal
beton yang memiliki workability yang tinggi akan cenderung mengalami
segregasi dan bleeding yang menyebabkan kuat tekan beton menurun.
3. Gradasi butiran, pada saat pembuatan sample beton tentu dibutuhkan
gradasi yang tidak seragam dari gradasi yang paling kecil sampai yang
paling besar untuk mengisi rongga-rongga atau cela pada saat pembuatan
Cetakan/Silinder beton.
Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan maksimum f’c dengan satuan
kg/cm2 atau MPa (mega pascal) yang biasa didapatkan pada SNI 031974-1990.
Nilai kuat tekan beton umumnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat
tarik, oleh karena itu untuk meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya
ditinjau kuat tekannya saja (Tjokrodimuljo,2007). Kuat tekan beton mengalami
kenaikan seiring bertambahnya hari sampai umur 28, menurut (Mulyono,2004)

12
kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton. Kekuatan
beton akan naik secara cepat sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya
akan mengecil.
Perhitungan untuk memperoleh nilai kuat tekan beton adalah sebagai
berikut:
P
f’c = …………………………………………………………………
A
(2.1)

Keterangan :

f’c = Kuat tekan beton (kg/cm2)


P = Beban maksimum (kg)
A = Luas penampang (cm2)
2.7. Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas didefiniskin sebagai kemiringan dari diagram tegangan
regangan masih dalam keadan elastisita. Modulus elastisitas yang besar
menunjukan kemampuan menahan tegangan yang cukup besar dalam kondisi
regangan yang masih kecil, artinya bahwa beton tersebut mampu menahan
tegangan (desak utama) yang cukup besar akibat beban-beban yang terjadi pada
suatu rengangan (sebangai kemampuan terjadi retak) kecil, tolak ukur yang
umum dari sifat elastisitas yang merupakan perbandingan dari desakan diberikan
dengan bentuk persatuan panjang sebagai akibat dari desakan yang diberikan
Harga seberanya dari modulus elatisitas (E) untuk beton bergantung pada faktor
yang berkaitan dengan adukan, tetapi hubungan yang lazim dipertimbangan
diantara moduluschord. Adapun perhitungan kuat tekan beton dan modulus
elastisitas
Pergertian modulus elasititas dalam penelitan ini berdasakan rekomendasi
dari ASTM-C 469-94 yaitu modulus chord perhitungan modulus elastisitas (Ec)
adalah;
s 2−s1
Ec= ....................................................................(2.2)
E1−0,0005
Dengan:

13
Ec = Modulus Elastitas (Mpa)
S2 = Tegangan sebesar 40% fc (Mpa)
S1 =Tengangan yang bersesuaian dengan rengangan arah longitudinal
sebesar 0.00005 (Mpa)
E2 = Regangan longitudinal akibat tengangan S2
△L
Ԑ = .10 ……………………………………………………………….
L
(2.3)
Dengan:
△L= penurunan arah longitudinal (mm)
L = Tinggi beton relative (jarak antara dua strain gaugc )(mm)
10-3=Konversi satuan dial (dari inchi ke mm)
Untuk validasi modulus elastisitas beton formula SK SNI T-15-1991 yaitu:
E= 700 √ fc…………………………………………………………….(2.4)
Kekuatan beton yang lebih tinggi biasanya mempunyai herga E yang tinggi pula.
Hubungan tersebut disajikan pada table 2.5 yang menyatakan perkiraan besarnya
modulus elastitas pada beberapa nilai kuat desak beton.
Table. 2.3 Tabel hubungan Mutu Beton dengan modulus elastisitas
Mutu beton (fc’=Mpa) Modulus Elastisitas (Ec=Mpa)
17 19.500
20 21.000
25 23.500
30 25.700
35 27.800
40 29.700
Sumber: Istimawan Dipohusoda (1996:157)

14
Tengangan ,regangan, dan modulus elastisitas terjadi pada
benda yang dikenai gaya tertentu akan mengalami perubahan bentuk.
Perubahan bentuk bergantung pada arah dan letak gaya-gaya tersebut
diberikan. Ada tiga jenis perubahan bentuk yaitu regangan, mampatan, dan
geseran.

1. Renggangan. Renggangan merupakan perubahan bentuk yang dialami


sebuah benda jika dua buah gaya yang berlawanan arah (menjauhi pusat
benda) dikenakan pada ujung-ujung benda.
2. Mampatan. Mampatan adalah perubahan bentuk yang dialami sebuah
benda jika dua buah gaya yang berlawanan arah (menuju pusat benda)
dikenakan pada ujung-ujung benda.
3. Geseran. Geseran adalah perubahan bentuk yang dialami sebuah benda
jika dua buah gaya yang berlawanan arah dikenakan pada sisi-sisi bidang
benda.
1. Tegangan (stress)
Tegangan (stress) pada benda, misalnya kuat tekan, didefinisikan sebagai gaya
persatuan luas penampang benda tersebut. Tegangan diberi simbol σ (dibaca
sigma). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
F
o=
A ………………………………………………………………..(2.5)
Keterangan:
F : besar gaya tekan ( N)
A : luas penampang (mm2)
σ : tegangan (N/mm2)

15
Bila dua buah kawat dari bahan yang sama tetapi luas
penampangnya berbeda diberi gaya, maka kedua kawat tersebut akan
mengalami tegangan yang berbeda. Kawat dengan penampang kecil
mengalami tegangan yang lebih besar dibandingkan kawat dengan
penampang lebih besar. Tegangan benda sangat diperhitungkan dalam
menentukan ukuran dan jenis bahan penyangga atau penopang suatu
beban, misalnya penyangga jembatan gantung dan bangunan bertingkat.
2. Ragangan (strain)
Regangan (strain) didefinisikan sebagai perbandingan antara
penambahan panjang benda ΔX terhadap panjang mula-mula X. Regangan
dirumuskan sebagai berikut.
△×
Ԑ= …………………………………………………………………
A
(2.6)
Keterangan:
Ε :regangan strain (tanpa satuan)
ΔX :pertambahan panjang (m)
X : panjang mula-mula (m)

Gamabar 2.1 Hubungan antara Tengangan dan Rengangan Tekan Beton

2.8. Mix Design


Langkah-langkah perencanaan komposisi campuran adukan beton
normal, adalah sebagai berikut :

16
1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan sesuai dengan persyaratan
perencanaan struktur dan kondisi setempat. Untuk struktur bangunan tahan
gempa disyaratkan kuat tekan beton lebih dari 20 MPa.
2. Penetapan nilai devaisi standar (s). Devaisi standar ditetapkan berdasarkan
tingkat mutu pengendalian dalam pelaksanaan pencampuran beton. Semakin
baik tingkat pengendalian mutu, semakin kecil nilai devisi standarnya.

Tabel 2.4. Faktor Pengali Untuk Deviasi Standar


Jumlah Pengujian Faktor Pengali Deviasi Standar
Kurang Dari 15 -
15 1,16
20 1,08
25 1,03
30 atau lebih 1,00
Sumber : Ir. Tri Mulyono, M.T 2003 : 182

3. Menentukan nilai tambah atau margin (m) ;


m = 1,64 x s MPa
Dimana :
m = Nilai tambahan
s = Standar Deviasi

Apabila tidak tersedia catatan hasil uji terdahulu untuk perhitungan devaisi
standar yang memenuhi ketentuan, maka nilai margin harus didasarkan pada tabel
2.4. berikut :

Tabel 2.5. Nilai Margin jika Data Tidak Tersedia untuk menetapkan devisi standar
Persyaratan kuat tekan f’c MPa Margin (m), MPa
Kurang dari 21 MPa 7,0
21 s/d 35 8,5
Lebih dari 35 10,0
Sumber : SNI 03-2834-1993

4. Menetapkan nilai kuat tekan rata-rata yang harus direncanakan dengan


menggunakan rumus :
f’cr = f’c + m

17
Dimana :
f’cr = Kuat tekan rata-rata MPa
f’c = Kuat tekan yang direncanakan MPa
m = Nilai tambahan
5. Menetapkan jenis semen (Semen Tipe I, II, III, IV atau V)
6. Menetapkan jenis agregat yang akan digunakan, baik untuk agregat halus
maupun agregat kasar, harus jelas menggunakan agregat alami atau batu
pecah/batuan
7. Menetapkan nilai faktor air semen (fas), penentuan nilai fas dapat dilihat
pada tabel 2.5. berikut :

Tabel 2.6. Persyaratan Nilai fas maksimum


Jenis beton Fas Maksimum Semen minimum
(kg/m3)

18
Beton didalam ruangan
bangunan :
a. Keadaan sekeliling 0,60 275
non- korosif
b. Keadaan sekelilingi
korosif akibat
kondensasi atau 0,52 325
korosi

Beton di luar ruangan


bangunan :
a.Tidak terlindungi dari
hujan dan terik 0,55 325
matahari langsung
b.Terlindung dari hujan
dan tidak terlindung 0,60 275
terik matahari
langsung

Beton diluar ruangan


bangunan
a. Mengalami keadaan 0,55 325
basah dan kering ber-
ganti-ganti
b. Mendapatkan pengar-
uh sulfat dan alkali Lihat tabel 2.7
dari tanah

Beton yang selalu


berhubungan dengan air Lihat tabel 2.6
tawar/payau/laut

Sumber : SNI 03-2847-2002

Tabel 2.7. Ketentuan Minimum Untuk Beton Bertulang Dalam Air


Jenis Kondisi Faktor Air Tipe Kandungan
Beton Lingkungan Semen Semen Semen Minimum
berhubungan Maksimum (kg/m3)

19
dengan Agregat maks
40 mm 20 mm
Air Tawar 0,50 Semua Tipe 280 300
Bertulang I-V
atau
Prategang Air Payau 0,45 Tipe I +
Pozolan
(15-40%) 340 380
atau PPC
Air Laut 0,50 Tipe II atau 290 330
V
0,45 Tipe II atau 330 370
V
Sumber : SNI 03-2847-2002

Tabel 2.8. Ketentuan untuk Beton yang Berhubungan dengan Air Tanah yang
Mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat sebagai Kandungan Nilai
SO3 semen fas

20
Sulfat minimum maks
Dalam Tanah (SO3) berdasarkan
Kadar dalam Tipe ukuran agregat
gangga air Semen maksimum
n sulfat tanah (kg/m3)
Total SO3 dalam g/l 40 20 10
SO3 campuran mm mm mm
(%) Air:Tanah
= 2:1 g/l
Tipe I
1. Kuran Kurang Kurang dengan
g dari dari 1,0 dari atau 80 300 350 0,50
0,2 0,3 tanpa
pozzolan
(15-40%)
Tipe I 290 330 350 0,50
Tipe I
pozzolan 270 310 360 0,55
2. 0,2-0,5 1,0-1,9 0,3-1,2 (15-40%)
atau PPC
Tipe II 250 290 340 0,55
atau IV
Tipe I
pozzolan 340 380 430 0,45
3. 0,5-1,0 1,9-3,1 1,2-2,5 (15-40%)
atau PPC
Tipe II 290 330 380 0,50
atau V
4. 1,0-2,0 3,1-5,6 2,5-5,0 Tipe II 330 370 420 0,45
atau V
Tipe II
Lebih Lebih dari Lebih atau V
5. dari 5,6 dari dengan 330 370 420 0,45
2,0 5,0 lapisan
pelindung
Sumber : SNI 03-2847-2002

8. Menetapkan nilai Slump dengan memperhatikan jenis strukturnya agar


proses pembuatan, pemadatan mudah dilakukan.
9. Menentukan jumlah air yang dibutuhkan untuk setiap m3 adukan beton
berdasarkan ukuran agregat maksimum, jenis agregat, dan nilai slump yang
diinginkan.

21
Tabel 2.9. Perkiraan Kebutuhan Air untuk setiap Meter Kubik Beton
(liter)
Besar Ukuran Jenis Slump (mm)
Maksimum Batuan
0-10 10-30 30-60 60-180
Agregat (mm)
Alami 150 180 205 225
10 Batu Pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 195
20 Batu Pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40 Batu Pecah 155 175 190 205
Sumber : SNI 03-2834-2002
Apabila digunakan jenis agragat halus dan agregat kasar yang berbeda
(alami dan atau batu pecah), maka perkiraan kebutuhan jumlah air per-m3
beton harus disesuaikan menggunakan persamaan berikut :
A = 0,67 . Ah + 0,33.Ak
Dimana : A = Perkiraan kebutuhan air per-m3 beton
Ah = Kebutuhan air berdasar jenis agregat halus
Ak = Kebutuhan air berdasarkan jenis agregat kasar

10. Menghitung berat semen yang diperlukan setiap m3 beton


11. Menentukan kebutuhan semen minimum berdasarkan tabel 2.4, 2.5, dan
2.6, agar diperoleh beton yang awet dan tahan terhadap zat agresif yang
terdapat dilingkungan sekitarnya
12. Menyesuaikan kebutuhan semen yang diperoleh dari langkah 11
13. Menentukan daerah gradasi agregat berdasarkan Table berikut :
Tabel 2.10. Gradasi Agregat Kasar

Sumber : SNI 03-2834-200


Tabel 2.11. Gradsi Agregat Halus

22
No. Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
gradas
Saringa ata Bawa ata bawa ata bawa ata bawa
i
n s h s h s h s h
No. 200 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
No. 100 10 0 10 0 10 0 15 0 12,50
No. 50 20 5 30 8 40 12 50 15 14,53
10
No. 30 34 15 59 35 79 60 80 34,09
0
10 10
No. 16 70 30 90 55 75 90 69,71
0 0
10 10 10
No. 8 95 60 75 85 95 99,77
0 0 0
10 10 10 10 100,0
No. 4 90 90 90 95
0 0 0 0 0
10 10 10 10 100,0
3/8" 100 100 100 100
0 0 0 0 0
Sumber : SNI 03-2834-2000

14. Menentukan perbandingan antara agregat halus dengan agregat campuran


berdasarkan ukuran butir maksimum agregat kasar, nilai slump, faktor air
semen dan daerah gradasi agregat halus dengan menggunakan gambar
berikut :

Gambar
2.2.GrafikPersentaseAgregatHalusTerhadapAgregat
KeseluruhandenganUkuranButirMaksimum40mm
(SNI 03-2834-2000)

23
Gambar 2.3.Grafik Persentase Agregat Halus Terhadap
Agregat
Keseluruhan dengan Ukuran Butir Maksimum 20 mm
(SNI 03-2834-2000)

Gambar 2.4.Grafik Persentase Agregat Halus Terhadap


Agregat
Keseluruhan dengan Ukuran Butir Maksimum 10 mm
(SNI 03-2834-2000)

24
15. Menghitung berat jenis agregat campuran
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus :
Kk kk
Bjcamp=( xbjh)+( xbjk )
100 100
Dimana :
Bj camp = Berat jenis agregat campuran
Bj h = Berat jenis agregat halus
Bj K = Berat jenis agregat kasar
Kh = Presentase berat agregat agregat halus terhada campuran
Kk = Presentase berat agregat agregat kasar terhada campuran
Berat jenis agregat halus dan kasar diperoleh dari
pemeriksaan laboratorium, namun jika belum ada.
Bj = 2,60 untuk agregat tak dipecah/alami
Bj = 2,70 untuk agregat pecah

16. Menentukan berat jenis beton menurut gambar 2.5, sesuai dengan data
kebutuhan air dan dari berat jenis campuran yang didapat.

Gambar2.5. Hubungan antara kandungan air, berat jenis


agregat
campuran dan berat beton

25
(SNI 03-2834-2000)

17. Menghitung kebutuhan agregat gabungan yang didapat dari berat jenis
beton dikurangi jumlah kebutuhan semen dan dikurangi jumlah kebutuhan
air

26
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Material Penelitian


3.1.1. Lokasi Material Agregat Halus Kel.Bula Kota Ternate
Lokasi Material Agregat halus berasal dari Kel. Bula merupakan
material yang banyak digunakan oleh masyarakat guna untuk membuat
bangunan.

Gambar 3.1. Lokasi Material Agregat Halus Kel.Bula (Kota


Ternate)

3.1.2. Lokasi Material Agregat Kasar Kel. Bula Kota Ternate


Lokasi Material Agregat kasar berasal dari Kel. Bula merupakan
material yang banyak digunakan oleh masyarkat guna untuk membuat
bangunan.

28
Gambar 3.2. Lokasi Material Agregat Kasar Kel. Bula (Kota Ternate)
3.2. Alat dan Bahan Penelitian.
3.2.1. Peralatan yang di gunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. 1 set ayakan standar ASTM
Ayakan atau saringan adalah alat yang digunakan untuk memisahkan
bagian yang tidak diinginkan berdasarrkan ukurannya

Gambar 3.4.Ayakan Standar ASTM

2. Cetakan slinder 15 cm x 30 cm
Cetakan beton ini digunakan untuk mempersiapkan contoh beton
berbentuk silinder.

29
Gambar 3.5. Cetakan Slinder 15 cm x 30 cm

3. Mesin abrasi ( Los Angeles )


Mesin Los Angeles merupakan salah satu mesin umtuk pengujian
keausan/abrasi agregat kasar. Fungsinya adalah kemampuan agregat untuk
menahan gesekan, dihitung berdasarkan kehancuran agregat tersebut.

Gambar 3.6. Mesin Abrasi (Los Angeles)


4. Drying Oven
Drying Oven adalah alat untuk mengeringkan material yang basah untuk
suhu tertentu.

Gambar 3.7. Drying Oven

30
5. Moleng Beton
Mesin moleng merupakan salah satu peralatan yang digunakan Konstruksi. 
untuk membantu pekerjaan untuk mengaduk semen. Dengan mesin ini
hasil adukan akan tercampur secara merata dan lebih bagus hasilnya.

Gambar 3.8. Moleng Beton

6. Electronic Weighing Scale


Fungsi dari timbangan digital atau electronic weighing scale adalah untuk
menimbang material.

Gambar 3.9. Electronic Weighing Scale

31
7. Heay Duty Balance
Heay Duty Balance adalah alat untuk mengukur berat penyerapan air dan
berat jenis agregat kasar.

Gambar 3.10.Heay Duty Balance


8. Pengujian Slump
Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk
menentukan konsistensi/kekuatan (dapat dikerjakan atau tidak) dari
campuran beton (fresh concrete) untuk menentukan workability nya.

Gambar 3.11. Alat Uji Nilai Slump

32
9. Comperessive Test atau alat uji kuat tekan beton
Tujuan dilakukan uji kuat tekan beton supaya tidak ada kegagalan struktur
beton pada bangunan. Pengujian ini dilakukan pada beton yang masi segar
(fresh concrete) K-275 yang mewakili campuran beton.

Gambar 3.12. Alat Uji Kuat Tekan Beton


10. Pengujian modulus eelastisita
Pengujian modulus elastisitas dilakukan setelah beton berumur 28 hari.
Benda uji digunakan dalam pengujian ini adalah silinderr beto dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm

33
Gamabr 3.13. Alat modulus elastisitas

3.2.2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :


1. Semen portland (PCC)
2. Agregat Halus ( Kota Ternate)
3. Agregat Kasar (Kota Ternate)
4. Air

3.3. Pelaksanaan Penelitian


Secara garis besar langkah – langkah yang ditempuh dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaan terhadap bahan – bahan pembentuk beton.
2. Merencanakan proporsi campuran (mix design ).
3. Melakukan pengujian nilai Slump.
4. Mempersiapkan benda uji beton berbentuk slinder 15 cm x 30 cm.
5. Melakukan perawatan benda uji sampai mencapai umur rencana.
6. Melakukan pengujian kuat tekan dan modulus elastisitas beton K 275.

3.4. Analisa Karakteristik Bahan


3.4.1. Analisa agregat
Analisa yang dilakukan pada agregat baik agregat halus dan kasar adalah sebagai
berikut :
1. Agregat Halus
a. Berat Jenis (ASTMC 128 – 93)
b. Analisa Saringan (ASTMC 33 – 92a )
c. Berat isi ( ASTMC 29 )
d. Modulus Kehalusan (ASTMC 136 – 92)
2. Agregat Kasar
a. Berat Jenis
b. Analisa Saringan
c. Berat Isi
d. Kadar Air

34
3.5. Pembuatan Benda Uji

Adapun cara pembuatan cara pembuatan benda uji sebagai berikut :


1. Menyiapkan cetakan silinder 15 x 30 cm yang telah di olesi dengan oli.
2. Memasukan campuran beton tadi kedalam cetakan dalam 3 lapis. Masing-
masing lapis di tumbuk dengan alat penumbuk sebanyak 25 kali.
3. Kemudian di ketuk-ketuk dengan palu karet pada bagian luar cetakan
dengan tujuan untuk menghilangkan gelembung-gelembung udara yang ada
dalam cetakan.
4. Meratakn bagian samping dengan catok, agar rata dan padat.
5. Setelah penuh, meratakan dan memadatkan bagian atas cetakan dengan
cetok, dengan jalan agak di tekan ke bawah.
6. Memberikan label pada cetakan untuk mengetahui masing-masing sampel.

3.6. Teknik Analisa Data


Dari data hasil penelitian kemudian dilakukan analisa serta perhitungan
sebagai berikut :
1. Menghitung nilai kuat tekan beton.
2. Melakuan perhitungan analisa statistik berupa analisa varians untuk
menghitung perbedaan hasil pengujian kuat tekan masing – masing sampel
beton.
3. Menganalisis data hasil perbandingan pengujian yang diperoleh dari hasil
uji kuat tekan beton K 275.

3.7. Lokasi Pengujian


Proses pernguji Kuat Tekan Beton dan modulus elastitas, di lakukan pada
Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Ternate.

35
3.8. Bagan Alir Penelitian

Mulai

Persiapan Material dan Peralatan

Uji Karakteristik Material

Rencana Mix Design

Pembuatan campuran Beton

Pengujian Slump
Tidak

Slump

Ya

Pembuatan Benda Uji Slinder 15 cm x 30


cm

Perawatan
Perawatan

Uji kuat Tekan dan


Uji kuat Tekan beton
kaut lentur beton
Dan Modulus Elastisitas

Analisa Data
Analisa Data

Kesimpulan
Kesimpulan

Selesai
Selesai

36
Gambar 3.13. Bagan Alir Penelitian
3.9. Jadwal Penelitian

Tabel 3.9.1. Jadwal Penelitian

37
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Saringan Agregat Halus (Pasir)


Tujuan dilakukannya percobaan analisa saringan yakni untuk
mengetahui susunan butir agregat dari yang besar sampai halus untuk
keperluan desain beton.

4.1.1. Alat dan Bahan


1. Mesin penggunacang saringan (sieve shaker)
2. Saringan untuk agregat halus dengan ukuran : No 3/8, 4, 8, 16, 30, 50, 100
dan no 200
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
6. Pasir 1500 gram

4.1.2. Prosedur Percobaan


1. Persiapan bahan
a. Ambil contoh agregat halus sebanyak 1500 gram
b. Oven selama 24 jam
c. Timbang pasir kering oven sebanyak 1500 gr
2. Analisa saringan
a. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan.
Mulai dari pan, saringan terkecil sampai saringan terbesar
b. Masukan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang
saringan pada mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama
15 menit
c. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu
mengendap
d. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan
beserta isinya

38
4.1.3. Data Pengamatan
1. Data pengamatan analisa saringan agregat halus Kel. Tabanga Kota Ternate
dan Kel. Bobo Kota Tidore dapat dilihat pada tabel 4.1. dan 4.2. berikut :
Tabel 4.1. Analisa Saringan Agregat Halus Kel. Tabanga Kota Ternate

ANALISA SARINGAN
Pekerjaan Penelitian Tugas Akhir Dikerjakan : Fikhy Ningkeula
Tanggal Pengujian 12/01/2019 Diperiksa Oleh : Joni Hermanto, ST., MT
Jenis Material Agregat halus (Pasir) Berat Contoh Agregat (A): 1500 gram
Lokasi Sumber Material Tabanga Berat Contoh Agregat (B): 1500 gram

Berat Berat
Rata-rata
Ukuran Saringan tertahan Kumulatif (A) tertahan Kumulatif (B)
A&B
setiap saringan siap saringan Spesifikasi
Tertahan % % Tertahan % % %
ASTM (mm) (gr) (gr)
(gr) Tertahan Lolos (gr) Tertahan Lolos Lolos
3/8 0,525 0 0 0,00 100,00 1 0 0,00 100,00 100,00 100
No. 4 0,440 3 3 0,23 99,77 1 1 0,08 99,92 99,85 90 - 100
No. 8 0,429 198 201 15,25 84,75 206 207 16,07 83,93 84,34 85 - 100
No. 16 0,390 358,0 559 42,41 57,59 355,000 562 43,63 56,37 56,98 75 - 100
No. 30 0,387 286,0 845 64,11 35,89 276,0 838 65,06 34,94 35,41 60 - 79
No. 50 0,394 172,0 1017 77,16 22,84 155,0 993 77,10 22,90 22,87 12 - 40
No. 100 0,398 232,0 1249 94,76 5,24 226,0 1219 94,64 5,36 5,30 0 - 10
No. 200 Pan 69,0 1318 100,00 0,00 68,00 1287 99,92 0,08 0,04 0
Jumlah 1318 393,93 1288,000 396,51
393,93 - 100
Modulus Kehalusan ( F ) contoh A = = 2,94
100
Rata - Rata = 2,95
396,51 - 99,9223602484472
Modulus Kehalusan ( F ) contoh B = = 2,97
100
Sumber : Hasil pengujian laboratorium : 2019

Tabel 4.2. Analisa Saringan Agregat Halus Kel. Bobo Kota Tidore

ANALISA SARINGAN
Pekerjaan Penelitian Tugas Akhir Dikerjakan : Fikhy Ningkeula
Tanggal Pengujian 12/01/2019 Diperiksa Oleh : Joni Hermanto, ST., MT
Jenis Material Agregat halus (Pasir) Berat Contoh Agregat (A): 1500 gram
Lokasi Sumber Material Bobo Berat Contoh Agregat (B): 1500 gram

Berat Berat
Rata-rata
Ukuran Saringan tertahan Kumulatif (A) tertahan Kumulatif (B)
A&B
setiap saringan siap saringan Spesifikasi
Tertahan % % Tertahan % % %
ASTM (mm) (gr) (gr)
(gr) Tertahan Lolos (gr) Tertahan Lolos Lolos
3/8 0,525 0 0 0,00 100,00 0 0 0,00 100,00 100,00 100
No. 4 0,440 0 0 0,00 100,00 0 0 0,00 100,00 100,00 90 - 100
No. 8 0,429 0 0 0,00 100,00 1 1 0,07 99,93 99,97 85 - 100
No. 16 0,390 39,0 39 2,73 97,27 54,000 55 3,85 96,15 96,71 75 - 100
No. 30 0,387 328,0 367 25,72 74,28 357,0 412 28,81 71,19 72,74 60 - 79
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium : 2019
No. 50 0,394 331,0 698 48,91 51,09 303,0 715 50,00 50,00 50,54 12 - 40
No. 100 0,398 440,0 1138 79,75 20,25 440,0 1155 80,77 19,23 19,74 0 - 10
No. 200 Pan 289,0 1427 100,00 0,00 275,00 1430 100,00 0,00 0,00 0
Jumlah 1427 257,113 1430 263,50
257,11 - 100
Modulus Kehalusan ( F ) contoh A = = 1,57
4.2. Berat Jenis dan Penyerapan Air 100
Rata - Rata = 1,60
263,50 - 100
Modulus Kehalusan ( F ) contoh B = = 1,63
100

39
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan nilai berat jenis yag
diperlukan untuk menentukan besarnya volume agregat dalam adukan beton.

4.2.1. Alat dan Bahan


1. Pasir 1000 gram
2. Talang (wadah)
3. Aquades
4. Piknometer dengan kapasitas 500 gram
5. Timbangan
6. Oven
7. Cetakan kerucut
8. Penumbuk

4.2.2. Prosedur pengujian


1. Timbang pasir seberat 1500 gram.
2. Rendam selama ± 24 jam.
3. Setelah direndam ± 24 jam, keringkan pasir hingga mencapai keadaan
kering permukaan. Untuk mengetahui kondisi tercapai, ambil kerucut
kuningan tempatkan di tempat yang rata kemudian masukkan sampel 1/3
bahagian, gunakan penumbuk untuk memadatkan tumbuk 8 kali dengan
tinggi jatuh kurang lebih 5 cm. Untuk lapis kedua ditumbuk 8 kali dan lapis
ketiga 7 kali.
4. Timbang kondisi Agregat sebanyak 500 gr, ambil 2 sampel.
5. Timbang piknometer (dalam keadaan kosong).
6. Isi piknometer dengan aquades, lalu timbang piknometer yang berisi
aquades tersebut, tuangkan kembali aquades apabila sudah ditimbang.
7. Masukkan pasir kondisi kering permukaan sebanyak 500 gram tadi ke
dalam piknometer, lalu tambahkan aquades, kocok selama ± 5 menit.
8. Diamkan selama 24 jam untuk mengeluarkan gelembung udara didalamnya.
9. Setelah 24 jam, timbang piknometer + pasir + aquades.
10. Timbang talang (wadah) kosong
11. Tuangkan pasir dari piknometer ke dalam talang (wadah) tersebut lalu oven
selama 24 jam.

40
12. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan
berat kering.

4.2.3. Data Pengamatan


1. Data pengamatan berat jenis dan penyerapan air agregat halus Kel. Tabanga
Kota Ternate dan Kel. Bobo Kota Tidore dapat dilihat pada tabel 4.3. dan
4.4. berikut :
Tabel 4.3. Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus Kel. Tabanga Kota
Ternate

PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR


Pekerjaan : Penelitian Tugas Akhir Dikerjakan : Fikhy Ningkeula
Tanggal Pengujian : 13/01/2019 Diperiksa Oleh : Joni Hermanto, ST., MT
Jenis Material : Agregat halus (Pasir) Berat Contoh Agregat (A) : 500,00 gram
Lokasi Sumber Material : Tabanga Berat Contoh Agregat (B) : 500,00 gram

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Spesifikasi


Berat Picnometer A 161,00 166,00
Berat Contoh Jenuh Air, Kering Permukaan (SSD) B 500,00 500,00
Berat Picnometer + Air + Contoh SSD C 932,00 937,00
Berat Picnometer + Air D 645,00 650,00
Berat Contoh Kering Oven E 452,00 442,00
E / (B + D- C) 2,12 2,08
Berat Jenis Bulk Kering Oven
Rata - Rata 2,10 1.6 - 3.2
Sumber B / (B + D- C) 2,35 2,35
Berat Jenis :Bulk
Hasil
JenuhPengujian Laboratorium :
Air, Kering Permukaan 2019
Rata - Rata 2,35 1.6 - 3.2
E / (E + D- C) 2,74 2,85
Berat Jenis Semu
Rata - Rata 2,80 1.6 - 3.2
(B-E)/Ex100 0,11 0,13
Penyerapan Air
Rata - Rata 0,12 0.2 - 2

PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR


Pekerjaan : Penelitian Tugas Akhir Dikerjakan : Fikhy Ningkeula
Tanggal Pengujian : 13/01/2019 Diperiksa Oleh : Joni Hermanto, ST., MT
Jenis Material : Agregat halus (Pasir) Berat Contoh Agregat (A) : 500,00 gram
Lokasi Sumber Material : Bobo Berat Contoh Agregat (B) : 500,00 gram
Tabel 4.4. Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus Kel. Bobo Kota Tidore
Sampel Sampel (A) Sampel (B) Spesifikasi

Berat Picnometer A 152,00 160,00


Berat Contoh Jenuh Air, Kering Permukaan (SSD) B 500,00 500,00
Berat Picnometer + Air + Contoh SSD C 938,00 931,00
Berat Picnometer + Air D 638,00 644,00
Berat Contoh Kering Oven E 486,00 482,00
E / (B + D- C) 2,43 2,26
Berat Jenis Bulk Kering Oven
Rata - Rata 2,35 1.6 - 3.2
B / (B + D- C) 2,50 2,35
Berat Jenis Bulk Jenuh Air, Kering Permukaan 41 Rata - Rata 2,42 1.6 - 3.2
E / (E + D- C) 2,61 2,47
Berat Jenis Semu
Rata - Rata 2,54 1.6 - 3.2
(B-E)/Ex100 0,03 0,04
Penyerapan Air
Rata - Rata 0,03 0.2 - 2
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium : 2019

4.3. Berat Volume Agregat Halus


Untuk menetukan berat isi agregat halus baik dalam kondisi lepas maupun
kondisi padat

4.3.1. Alat dan Bahan


1. Agregat halus (pasir)
2. Kontainer/wadah baja
3. Timbangan
4. Tongkat pemadat

4.3.2. Prosedur Percobaan


1. Kondisi Lepas
a. Ukur volume kontainer.
b. Timbang kontainer dalam keadaan kosong.
c. Isi kontainer dengan pasir sampai penuh.
d. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata.
e. Timbang berat kontainer + pasir.
2. Kondisi Padat
a. Ukur volume kontainer.
b. Timbang berat kontainer
c. Masukkan agregat halus (pasir) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian lalu
tumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
d. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2.
e. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan
atas kontainer lalu tumbuk kembali sebanyak 25 kali.
f. Ratakan permukaannya dengan alat perata.
g. Timbang berat kontainer + pasir.

42
4.3.3. Data Pengamatan
1. Data pengamatan berat volume agregat halus Kel. Tabanga Kota Ternate
dan Kel. Bobo Kota Tidore dapat dilihat pada tabel 4.5. dan 4.6. berikut :
Tabel 4.5. Berat Volume Agregat Halus Kel. Tabanga Kota Ternate

PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT


Pekerjaan :Penelitian Tugas Akhir Dikerjakan : Fikhy Ningkeula
Tanggal Pengujian :14/01/2019 Diperiksa Oleh : Joni Hermanto, ST., MT
Jenis Material :Agregat halus (Pasir)
Lokasi Sumber Material:Tabanga

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Rata - RataSpesifikasi


Berat Container (gram) A 1.644,00 1.644,00 1.644,00
3
Volume Container (cm ) V 2.739,08 2.739,08 2.739,08
Berat Container + Pasir Lepas (gram) B 5.503,00 5.846,00 5.674,50
Berat Container + Pasir Padat (gram) C 6.197,00 6.177,00 6.187,00
3
Berat Volume Lepas (gr/cm ) D = (B-A)/V 1,41 1,53 1,47 1.4 - 1.9
3
Berat Volume Padat (gr/cm ) D = (C-A)/V 1,66 1,65 1,66 1.4 - 1.9
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019

Tabel 4.6. Berat Volume Agregat Halus Kel. Bobo Kota Tidore

PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT


Pekerjaan :Penelitian Tugas Akhir Dikerjakan : Fikhy Ningkeula
Tanggal Pengujian :14/01/2019 Diperiksa Oleh : Joni Hermanto, ST., MT
Jenis Material :Agregat halus (Pasir)
Lokasi Sumber Material:Bobo

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Rata - Rata Spesifikasi


Berat Container (gram) A 1.641,00 1.641,00 1.641,00
3
Volume Container (cm ) V 3.216,99 3.216,99 3.216,99
Berat Container + Pasir Lepas (gram) B 5.180,00 5.386,00 5.283,00
43
Berat Container + Pasir Padat (gram) C 5.792,00 5.754,00 5.773,00
3
Berat Volume Lepas (gr/cm ) D = (B-A)/V 1,10 1,16 1,13 1.4 - 1.9
3
Berat Volume Padat (gr/cm ) D = (C-A)/V 1,29 1,28 1,28 1.4 - 1.9
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019

4.4. Kadar Air Agregat Halus


Untuk menentukan kadar air agregat halus (pasir) dengan cara
pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dalam keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk
menyesuaikan berat kadar air beton apabila terjadi perubahan kadar
kelembaban beton.

4.4.1. Alat dan bahan


1. Pasir 2000 gram
2. Timbangan
3. Talang (wadah)
4. Oven

4.4.2. Prosedur Pengujian


1. Timbang talang kosong yang digunakan.
2. Pasir ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan).
3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100 0C.
4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat
kering.

4.4.3. Data Pengamatan


1. Data pengamatan kadar air agregat halus Kel. Tabanga Kota Ternate dan
Kel. Bobo Kota Tidore dapat dilihat pada tabel 4.7. dan 4.8. berikut :
Tabel 4.7. Kadar Air Agregat Halus Kel. Tabanga Kota Ternate
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT
Pekerjaan : Penelitian Tugas Akhir Dikerjakan : Fikhy Ningkeula
Tanggal Pengujian : 15/01/2019 Diperiksa Oleh : Joni Hermanto, ST., MT
Jenis Material : Agregat halus (Pasir) Berat Contoh Agregat (A) : 2.000,00 gram
Lokasi Sumber Material : Tabanga Berat Contoh Agregat (B) : 2.000,00 gram

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Spesifikasi

Berat Contoh Pasir


44 A 2.000,00 2.000,00
Berat Contoh Kering Oven B 1.987,00 1.988,00
(A-B)/Ax100 0,65 0,60
Kadar Air (%)
Rata - Rata 0,63 3-5
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019
Tabel 4.8. Kadar Air Agregat Halus Kel. Bobo Kota Tidore
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT
Pekerjaan : Penelitian Tugas Akhir Dikerjakan : Fikhy Ningkeula
Tanggal Pengujian : 15/01/2019 Diperiksa Oleh : Joni Hermanto, ST., MT
Jenis Material : Agregat halus (Pasir) Berat Contoh Agregat (A) : 2.000,00 gram
Lokasi Sumber Material : Bobo Berat Contoh Agregat (B) : 2.000,00 gram

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Spesifikasi

Berat Contoh Pasir A 2.000,00 2.000,00


Berat Contoh Kering Oven B 1.914,00 1.920,00
(A-B)/Ax100 4,30 4,00
Kadar Air (%)
Rata - Rata 4,15 3-5

Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019

4.5. Kadar Lumpur Agregat Halus


Untuk mengetahui kadar lumpur (lempung) pada pasir dengan cara
pencucian.

4.5.1. Alat dan Bahan


1. Pasir dengan berat kering 2000 gram
2. Talang (wadah)
3. Oven
4. Timbangan
5. Aquades
6. Saringan no. 200

4.5.2. Prosedur Pengujian


1. Oven pasir sebanyak 2000 gram selama 24 jam.
2. Setelah 24 jam timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat
kering.

45
3. Setelah ditimbang cucilah pasir dengan cara :
a. Masukkan kedalam saringan no. 200 dan diberi air pencuci secukupnya,
sehingga benda uji terendam.
b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit.
c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih
(lumpur hilang).
4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu 100 o
C.
5. Setelah dioven, timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat
kering.

4.5.3. Data Pengamatan


1. Data pengamatan kadar lumpur agregat halus Kel. Tabanga Kota Ternate
dan Kel. Bobo Kota Tidore dapat dilihat pada tabel 4.9. dan 4.10. berikut :
Tabel 4.9. Kadar Lumpur Agregat Halus Kel. Tabanga Kota Ternate

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT


Pekerjaan : Penelitian Tugas Akhir Dikerjakan : Fikhy Ningkeula
Tanggal Pengujian : 16/01/2019 Diperiksa Oleh : Joni Hermanto, ST., MT
Jenis Material : Agregat halus (Pasir) Berat Contoh Agregat (A) : 2.000,00 gram
Lokasi Sumber Material : Tabanga Berat Contoh Agregat (B) : 2.000,00 gram

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Spesifikasi


Berat Contoh Kering sebelum dicuci (gram) A 1994,00 1994,00
Berat Contoh Kering setelah dicuci (gram) B 1898,00 1900,00
(A-B)/Ax100 4,81 4,71
Kadar Lumpur (%)
Rata - Rata 4,76 2.5 - 5
Sumber: Hasil pengujian Laboratorium : 2019

Tabel 4.10. Kadar Lumpur Agregat Halus Kel. Bobo Kota Tidore

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT


Pekerjaan : Penelitian Tugas Akhir Dikerjakan : Fikhy Ningkeula
Tanggal Pengujian : 16/01/2019 Diperiksa Oleh : Joni Hermanto, ST., MT
Jenis Material : Agregat halus (Pasir) Berat Contoh Agregat (A) : 2.000,00 gram
Lokasi Sumber Material : Bobo Berat Contoh Agregat (B) : 2.000,00 gram

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Spesifikasi


Berat Contoh Kering sebelum dicuci (gram) A 1914,00 1920,00
Berat Contoh Kering setelah dicuci (gram) B 1902,00 1907,00
46 (A-B)/Ax100 0,63 0,68
Kadar Lumpur (%)
Rata - Rata 0,65 2.5 - 5
Sumber: Hasil pengujian Laboratorium : 2019

4.6. Rekapitulasi Hasil Agregat Halus


1. Hasil pengamatan agregat halus Kel. Tabanga Kota Ternate dan Kel. Bobo
Kota Tidore dapat dilihat pada tabel 4.11. dan 4.12. berikut
Tabel 4.11. Hasil Pengamatan Agregat Halus Kel. Tabanga Kota Ternate

Spesifikasi Pengujian Agregat Halus


No Pemeriksaan atau Pengujian Spesifikasi / Hasil
Standar Keterangan
interval Pengujian
ASTM C 556
1 Kadar Air ( Water Contents ) 3 - 5 % 0,63 % Tidak Memenuhi
SNI 03-1971-1990
ASTM C 117-84
2 Kadar Lumpur 0,2 - 5 % 4,76 % Memenuhi
SNI 03-4142-1996
3 Berat Volume
ASTM C 29-78
a. Kondisi Lepas 1,6 - 1,9 gr/cm3 1,47 gr/cm3 Tidak Memenuhi
SNI 03-4804-1998
ASTM C 29-78
b. Kondisi Padat 1,6 - 1,9 gr/cm3 1,66 gr/cm3 Memenuhi
SNI 03-4804-1998
4 Berat Jenis dan Penyerapan Air
ASTM C 127
a. Penyerapan Air ( Water Absorption ) 0,2 - 2 % 0,12 % Tidak Memenuhi
SNI 1970:2008
ASTM C 127
b. Berat Jenis Kering Oven ( Bulk Specific on Dry Basic ) 1,6 - 3,2 gr/cm3 2,10 gr/cm3 Memenuhi
SNI 1970:2008
ASTM C 127
c. Berit Jenis Kering Permukaan, Jenuh Air ( Bulk Specific on SSD Basic ) 1,6 - 3,2 gr/cm3 2,35 gr/cm3 Memenuhi
SNI 1970:2008
ASTM C 127
d. Berat Jenis Semu ( Apparent Specific Gravity ) Spesifikasi
1,6 - 3,2Pengujian
gr/cm3Agregat Halus Memenuhi
2,80 gr/cm3
SNI 1970:2008
No Pemeriksaan atau Pengujian
C 33 & C 136 Spesifikasi /
ASTMStandar Hasil
5 Analisa Saringan / Modulus Kehalusan ( Fine Modulus ) 1,5 -interval
3,8 % 2,95 % Keterangan
Pengujian Memenuhi
SNI 1968 - 1990
Sumber: ASTM C 556
1 Kadar AirHasil Pengujian
( Water Contents ) Laboratorium : 2019 3 - 5 % 4,15 % Memenuhi
SNI 03-1971-1990
Tabel 4.12. Hasil Pengamatan Agregat Halus ASTMKel.
C 117-84Bobo Kota Tidore
2 Kadar Lumpur 0,2 - 5 % 0,65 % Memenuhi
SNI 03-4142-1996
3 Berat Volume
ASTM C 29-78
a. Kondisi Lepas 1,6 - 1,9 gr/cm3 1,13 gr/cm3 Tidak Memenuhi
SNI 03-4804-1998
ASTM C 29-78
b. Kondisi Padat 1,6 - 1,9 gr/cm3 1,28 gr/cm3 Tidak Memenuhi
SNI 03-4804-1998
4 Berat Jenis dan Penyerapan Air
ASTM C 127
a. Penyerapan Air ( Water Absorption ) 0,2 - 2 % 0,03 % Tidak Memenuhi
SNI 1970:2008
ASTM C 127
b. Berat Jenis Kering Oven ( Bulk Specific on Dry Basic ) 1,6 - 3,2 gr/cm3 2,35 gr/cm3 Memenuhi
SNI 1970:2008
ASTM C 127
c. Berit Jenis Kering Permukaan, Jenuh Air ( Bulk Specific on SSD Basic ) 1,6 - 3,2 gr/cm3 2,42 gr/cm3 Memenuhi
47 SNI 1970:2008
ASTM C 127
d. Berat Jenis Semu ( Apparent Specific Gravity ) 1,6 - 3,2 gr/cm3 2,54 gr/cm3 Memenuhi
SNI 1970:2008
ASTM C 33 & C 136
5 Analisa Saringan / Modulus Kehalusan ( Fine Modulus ) 1,5 - 3,8 % 1,60 % Memenuhi
SNI 1968 - 1990
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019

4.7. Analisa Saringan Agregat Kasar (Krikil)


Tujuan dilakukannya percobaan analisa saringan yakni untuk
mengetahui susunan butir agregat dari yang besar sampai halus untuk
keperluan desain beton.

4.7.1. Alat dan Bahan


1. Mesin penggunacang saringan (sieve shaker)
2. Saringan untuk agregat halus dengan ukuran : No 1, ¾, 3/8, 4, 8, 16, 30, 50,
dan >100
3. Pan
4. Timbangan
5. Oven
6. Krikil 2500 gram

4.7.2. Prosedur Percobaan


1. Persiapan bahan
a. Ambil contoh agregat kasar sebanyak 2500 gram
b. Oven selama 24 jam
c. Timbang krikil kering oven sebanyak 1500 gr
2. Analisa saringan
a. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan.
Mulai dari pan, saringan terkecil sampai saringan terbesar.

48
b. Masukan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang
saringan pada mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama
15 menit.
c. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu
mengendap.
d. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan
beserta isinya
4.7.3. Data Pengamatan
1. Data pengamatan analisa saringan agregat kasar Kel. Togafo Kota Ternate
dan Kel. Bobo Kota Tidore dapat dilihat pada tabel 4.13. dan 4.14. berikut :
Tabel 4.13. Analisa Saringan Agregat Kasar Kel. Togafo Kota Ternate

Jenis Material Agregat Kasar (Batu Pecah) Berat Contoh Agregat (A) : 2500 gram
Lokasi Sumber Material Togafo Berat Contoh Agregat (B) : 2500 gram

Berat Berat
Rata-rata
Ukuran Saringan tertahan Kumulatif (A) tertahan Kumulatif (B)
A&B
siap saringan siap saringan Spesifikasi
Tertahan % % Tertahan % % %
ASTM (mm) (gr) (gr)
(gr) Tertahan Lolos (gr) Tertahan Lolos Lolos
1" 0,614 623 623 25,01 74,99 725,000 725 29,19 70,81 72,90 100
3/4" 0,519 1098 1721 69,09 30,91 1089 1814 73,03 26,97 28,94 20 -- 55
3/8'' 0,525 708 2429 97,51 2,49 642 2456 98,87 1,13 1,81 -
No. 4 0,439 33 1754 70,41 29,59 1,000 1815 73,07 26,93 28,26 0 10
No. 8 0,430 6,000 1760 70,65 29,35 3,000 1818 73,19 26,81 28,08 -
No. 16 0,390 5,000 1765 70,86 29,14 4,000 1822 73,35 26,65 27,90
No. 30 0,388 6,000 1771 71,10 28,90 4,000 1826 73,51 26,49 27,70
No. 50 0,393 5,000 1776 71,30 28,70 4,000 1830 73,67 26,33 27,52
> No. 100 0,340 7,000 1783 71,58 28,42 12,000 1842 74,15 25,85 27,13 0 0
Jumlah 2491 671,22 -
642,513 2484,000
262,02 + 500
Modulus Kehalusan ( F ) contoh A = = 7,62
100
Rata - Rata = 7,68
274,15 + 500
SumberModulus: Kehalusan
Hasil (pengujian
F ) contoh B = laboratorium
100
: 2019
= 7,74

Tabel 4.14. Analisa Saringan Agregat Kasar Kel. Bobo Kota Tidore

Jenis Material Agregat Kasar (Batu Pecah) Berat Contoh Agregat (A) : 2500 gram
Lokasi Sumber Material Bobo Berat Contoh Agregat (B) : 2500 gram

Berat Berat
Rata-rata
Ukuran Saringan tertahan Kumulatif (A) tertahan Kumulatif (B)
A&B
siap saringan siap saringan Spesifikasi
Tertahan % % Tertahan % % %
ASTM (mm) (gr) (gr)
(gr) Tertahan Lolos (gr) Tertahan Lolos Lolos
1" 0,614 1562 1562 62,58 37,42 1454,000 1454 59,23 40,77 39,10 100
1'' 1/2" 0,606 0 1562 62,58 37,42 0 1454 59,23 40,77 39,10 90 - 100
3/4" 0,519 752 2314 92,71 7,29 837 2291 93,32 6,68 6,99 20 - 55
3/8'' 0,525 161 2475 99,16 0,84 139 2430 98,98 1,02 0,93 -
No. 4 0,439 3 2317 92,83 7,17 3,000 2294 93,44 6,56 6,86 0 10
No. 8 0,430 2,000 2319 92,91 7,09 2,000 2296 93,52 6,48 6,78 -
No. 16 0,390 2,000 2321 92,99 7,01 2,000 2298 93,60 6,40 6,70
No. 30 0,388 3,000 2324 93,11 6,89 3,000 2301 93,73 6,27 6,58
No. 50 0,393 3,000 2327 93,23 6,77 4,000 2305 93,89 6,11 6,44
> No. 100 0,340 8,000 2335 93,55 6,45 4911,000 2316 94,34 5,66 6,06 0 0
Jumlah 2496 873,28 -
875,641 2455,00
347,28 + 500
Modulus Kehalusan ( F ) contoh A = = 8,47
100
Rata - Rata = 8,46
344,97 + 500
Modulus Kehalusan ( F ) contoh B = = 8,45
100
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium : 2019

4.8. Berat Jenis dan Penyerapan Air


Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan nilai berat jenis yag
diperlukan untuk menentukan besarnya volume agregat dalam adukan beton

4.8.1. Alat dan Bahan


1. Krikil 2000 gram
2. Talang (wadah)
3. Aquades
4. Timbangan
5. Timbnagan Heay Duty Balance
6. Oven

4.8.2. Prosedur pengujian


1. Timbang pasir seberat 2500 gram.
2. Rendam selama ± 24 jam.
3. Setelah direndam ± 24 jam, keringkan pasir hingga mencapai keadaan
kering permukaan.
4. Timbang kondisi Agregat sebanyak 2000 gr, ambil 2 sampel.
5. Setelah ditimbang contoh kering permukaan, kemudian di timbang
menggunakan Heay Duty Balance untuk mengukur berat jenis agregat kasar
6. Timbang talang (wadah) kosong.
7. Tuangkan Krikil dari keranjang ke dalam talang (wadah) tersebut lalu oven
selama 24 jam.
8. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan
berat kering.

4.8.3. Data Pengamatan


1. Data pengamatan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Kel. Bula
Kota Ternate dan Kel. Bula Kota Ternate dapat dilihat pada tabel 4.15. dan
4.16. berikut :

Tabel 4.15. Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar Kel. Bula Kota

50
Ternate
Jenis Material : Agregat Kasar (Batu Pecah) Berat Contoh Agregat (A) : 2.000 gram
Lokasi Sumber Material : Togafo Berat Contoh Agregat (B) : 2.000 gram

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Spesifikasi


Berat Contoh Kering Oven A 1.939,00 1.938,00
Berat Contoh Jenuh Air, Kering Permukaan B 2.000,00 2.000,00
Berat Contoh Dalam Air C 1.245,00 1.243,00
A / (B - C) 2,57 2,56
Berat Jenis Bulk Kering Oven
Rata - Rata 2,56 1.6 - 3.2
B / (B - C) 2,65 2,64
Berat Jenis Bulk Jenuh Air, Kering Permukaan
Rata - Rata 2,65 1.6 - 3.2
A / (A - C) 2,79 2,79
Sumber
Berat Jenis :Semu
Hasil Pengujian Laboratorium : 2019
Rata - Rata 2,79 1.6 - 3.2
(B-A)/A x100 3,15 3,20
Penyerapan Air
Rata - Rata 3,17 0.2 - 4

Tabel 4.16. Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar Kel. Bula Kota
Ternate

Jenis Material : Agregat Kasar (Batu Pecah) Berat Contoh Agregat (A) : 2.000 gram
Lokasi Sumber Material : Bobo Berat Contoh Agregat (B) : 2.000 gram

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Spesifikasi


Berat Contoh Kering Oven A 1.957,00 1.946,00
Berat Contoh Jenuh Air, Kering Permukaan B 2.000,00 2.000,00
Berat Contoh Dalam Air C 1.245,00 1.242,00
A / (B - C) 2,59 2,57
Berat Jenis Bulk Kering Oven
Rata - Rata 2,58 1.6 - 3.2
Sumber : Hasil B / (B - C) 2,65 2,64
Berat Jenis Bulk JenuhPengujian Laboratorium : 2019
Air, Kering Permukaan
Rata - Rata 2,64 1.6 - 3.2
4.9. Berat A / (A - C) 2,75 2,76
Berat Jenis Semu Volume Agregat Kasar
Rata - Rata 2,76 1.6 - 3.2
Untuk menetukan berat isi agregat kasar baik dalam
(B-A)/A x100 kondisi
2,20 lepas
2,77 maupun
Penyerapan Air
kondisi padat. Rata - Rata 2,49 0.2 - 4

4.9.1. Alat dan Bahan

51
1. Agregat halus (pasir)
2. Kontainer/wadah baja
3. Timbangan
4. Tongkat pemadat

4.9.2. Prosedur Percobaan


1. Kondisi Lepas
a. Ukur volume kontainer.
b. Timbang kontainer dalam keadaan kosong.
c. Isi kontainer dengan krikil sampai penuh.
d. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata.
e. Timbang berat kontainer + pasir.
2. Kondisi Padat
a. Ukur volume kontainer.
b. Timbang berat kontainer
c. Masukkan agregat kasar (krikil) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian lalu
tumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
d. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2.
e. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan
atas kontainer lalu tumbuk kembali sebanyak 25 kali.
f. Ratakan permukaannya dengan alat perata.
g. Timbang berat kontainer + pasir.

4.9.3. Data Pengamatan


1. Data pengamatan berat volume agregat kasar Kel. Bula Kota Ternate dan
Kel. Bula Kota Ternate dapat dilihat pada tabel 4.17. dan 4.18. berikut :
Tabel 4.17. Berat Volume Agregat Kasar Kel. Bula Kota Ternate

Jenis Material :Agregat Kasar (Batu Pecah)


Lokasi Sumber Material:Togafo

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Rata - Rata Spesifikasi

Berat Container (gram) A 1.644,00 1.644,00 1.644,00


3
Volume Container (cm ) V 2.739,08 2.739,08 2.739,08
Berat Container + Pasir Lepas (gram) B 5.149,00 5.122,00 5.135,50
Berat Container + Pasir Padat (gram) C 5.604,00 5.805,00 5.704,50
3
Berat Volume Lepas (gr/cm ) D = (B-A)/V 1,28 1,27 1,27 1.6 - 1.9
3
52
Berat Volume Padat (gr/cm ) D = (C-A)/V 1,45 1,52 1,48 1.6 - 1.9
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019
Tabel 4.18. Berat Volume Agregat Kasar Kel. Bula Kota Ternate
Jenis Material :Agregat Kasar (Batu Pecah)
Lokasi Sumber Material:Bobo

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Rata - Rata Spesifikasi


Berat Container (gram) A 1.641,00 1.641,00 1.641,00
3
Volume Container (cm ) V 3.216,99 3.216,99 3.216,99
Berat Container + Pasir Lepas (gram) B 5.056,00 5.095,00 5.075,50
Berat Container + Pasir Padat (gram) C 5.325,00 5.492,00 5.408,50
3
Berat Volume Lepas (gr/cm ) D = (B-A)/V 1,06 1,07 1,07 1.6 - 1.9
3
Berat Volume Padat (gr/cm ) D = (C-A)/V 1,15 1,20 1,17 1.6 - 1.9
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019

4.10. Kadar Air Agregat Kasar


Untuk menentukan kadar air agregat kasar (krikil) dengan cara
pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dalam keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk
menyesuaikan berat kadar air beton apabila terjadi perubahan kadar
kelembaban beton.

4.10.1. Alat dan bahan


1. Pasir 1500 gram
2. Timbangan
3. Talang (wadah)
4. Oven

4.10.2. Prosedur Pengujian


1. Timbang talang kosong yang digunakan.
2. Pasir ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan).
3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100 0C.
4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat
kering.

53
4.10.3. Data Pengamatan
1. Data pengamatan kadar air agregat kasar Kel. Bula Kota Ternate dan Kel.
Bula Kota Ternate dapat dilihat pada tabel 4.19. dan 4.20. berikut :
Tabel 4.19. Kadar Air Agregat Kasar Kel. Bula Kota Ternate

Jenis Material : Agregat Kasar (Batu Pecah) Berat Contoh Agregat (A) : 1.500,00 gram
Lokasi Sumber Material : Togafo Berat Contoh Agregat (B) : 1.500,00 gram

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Spesifikasi


Berat Contoh Kerikil A 1.500,00 1.500,00
Berat Contoh Kering Oven B 1.498,00 1.498,00
(A-B)/Ax100 0,13 0,13
Kadar Air (%)
Rata - Rata 0,13 0.5 - 2
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019

Tabel 4.20. Kadar Air Agregat Kasar Kel. Bula Kota Ternate

Jenis Material : Agregat Kasar (Batu Pecah) Berat Contoh Agregat (A) : 1.500,00 gram
Lokasi Sumber Material : Bobo Berat Contoh Agregat (B) : 1.500,00 gram

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Spesifikasi

Berat Contoh Kerikil A 1.500,00 1.500,00


Berat Contoh Kering Oven B 1.498,00 1.494,00
(A-B)/Ax100 0,13 0,40
Kadar Air (%)
Rata - Rata 0,27 0.5 - 2
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019

4.11. Kadar Lumpur Agregat Kasar


Untuk mengetahui kadar lumpur (lempung) pada pasir dengan cara
pencucian.

4.11.1. Alat dan Bahan


1. Pasir dengan berat kering 1500 gram

54
2. Talang (wadah)
3. Oven
4. Timbangan
5. Aquades
6. Saringan no. 200

4.11.2. Prosedur Pengujian


1. Oven krikil sebanyak 1500 gram selama 24 jam.
2. Setelah 24 jam timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
3. Setelah ditimbang cucilah pasir dengan cara :
a. Masukkan kedalam saringan no. 200 dan diberi air pencuci secukupnya,
sehingga benda uji terendam.
b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit.
4. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih (lumpur
hilang).
5. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu
100o C.
6. Setelah dioven, timbang kembali krikil tersebut untuk mendapatkan berat
kering.

4.11.3. Data Pengamatan


1. Data pengamatan kadar lumpur agregat kasar Kel. Bula Kota Ternate dan
Kel. Bula Kota Ternate dapat dilihat pada tabel 4.21. dan 4.22. berikut :
Tabel 4.21. Kadar Lumpur Agregat Kasar Kel. Bula Kota Ternate

Jenis Material : Agregat Kasar (Batu Pecah) Berat Contoh Agregat (A) : 1.500,00 gram
Lokasi Sumber Material : Togafo Berat Contoh Agregat (B) : 1.500,00 gram

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Spesifikasi


Berat Contoh Kering sebelum dicuci (gram) A 1498,00 1498,00
Berat Contoh Kering setelah dicuci (gram) B 1496,00 1495,00
(A-B)/Ax100 0,13 0,20
Kadar Lumpur (%)
Rata - Rata 0,17 0.2 - 1

55
Sumber: Hasil pengujian Laboratorium : 2019

Tabel 4.22. Kadar Lumpur Agregat Kasar Kel. Bula Kota Ternate

Jenis Material : Agregat Kasar (Batu Pecah) Berat Contoh Agregat (A) : 1.500,00 gram
Lokasi Sumber Material : Bobo Berat Contoh Agregat (B) : 1.500,00 gram

Sampel Sampel (A) Sampel (B) Spesifikasi


Berat Contoh Kering sebelum dicuci A (gram) 1498,00 1494,00
Berat Contoh Kering setelah dicuci B (gram) 1490,00 1472,00
(A-B)/Ax100 0,53 1,47
Kadar Lumpur (%)
Rata - Rata 1,00 0.2 - 1
Sumber: Hasil pengujian Laboratorium : 2019

4.12. Rekapitulasi Hasil Agregat Kasar


1. Hasil pengamatan agregat kasar Kel. Bula Kota Ternate dan Kel. Bula Kota
Ternate dapat dilihat pada tabel 4.23. dan 4.24. berikut
Tabel 4.23. Hasil Pengamatan Agregat Kasar Kel. Bula Kota Ternate
Spesifikasi Pengujian Agregat Kasar
No Pemeriksaan atau Pengujian Spesifikasi / Hasil
Standar Keterangan
interval Pengujian
ASTM C 556
1 Kadar Air ( Water Contents ) 0,50 - 2,00 % 0,13 % Tidak Memenuhi
SNI 03-1971-1990
ASTM C 117-84
2 Kadar Lumpur 0,20 - 1,00 % 0,17 % Tidak Memenuhi
SNI 03-4142-1996
3 Berat Volume
ASTM C 29-78
a. Kondisi Lepas 1,60 - 1,90 gr/cm3 1,27 gr/cm3 Tidak Memenuhi
SNI 03-4804-1998
ASTM C 29-78
b. Kondisi Padat 1,60 - 1,90 gr/cm3 1,48 gr/cm3 Tidak Memenuhi
SNI 03-4804-1998
4 Berat Jenis dan Penyerapan Air
ASTM C 127
a. Penyerapan Air ( Water Absorption ) 0,20 - 4,00 % 3,17 % Memenuhi
SNI 1970:2008
ASTM C 127
b. Berat Jenis Kering Oven ( Bulk Specific on Dry Basic ) 1,60 - 3,20 gr/cm3 2,56 gr/cm3 Memenuhi
SNI 1970:2008
ASTM C 127
c. Berit Jenis Kering Permukaan, Jenuh Air ( Bulk Specific on SSD Basic ) 1,60 - 3,20 gr/cm3 2,65 gr/cm3 Memenuhi
SNI 1970:2008
ASTM C 127
d. Berat Jenis Semu ( Apparent Specific Gravity ) 1,60 - 3,20 gr/cm3 2,79 gr/cm3 Memenuhi
SNI 1970:2008
ASTM C 33 & C 136
5 Analisa Saringan / Modulus Kehalusan ( Fine Modulus ) 5,00 - 8,00 % 7,68 % Memenuhi
SNI 1968 - 1990
ASTM C 131
6 Keausan / Abrasi Agregat Kasar dengan mesin Los Angeles < 40,00 % 23,60 % Memenuhi
SNI 2417:2008

Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019

56
Tabel 4.24. Hasil Pengamatan Agregat Kasar Kel. Bula Kota Ternate
Spesifikasi Pengujian Agregat Kasar
No Pemeriksaan atau Pengujian Spesifikasi / Hasil
Standar Keterangan
interval Pengujian
ASTM C 556
1 Kadar Air ( Water Contents ) 0,50 - 2,00 % 0,27 % Tidak Memenuhi
SNI 03-1971-1990
ASTM C 117-84
2 Kadar Lumpur 0,20 - 1,00 % 1,00 % Tidak Memenuhi
SNI 03-4142-1996
3 Berat Volume
ASTM C 29-78
a. Kondisi Lepas 1,60 - 1,90 gr/cm3 1,07 gr/cm3 Tidak Memenuhi
SNI 03-4804-1998
ASTM C 29-78
b. Kondisi Padat 1,60 - 1,90 gr/cm3 1,17 gr/cm3 Tidak Memenuhi
SNI 03-4804-1998
4 Berat Jenis dan Penyerapan Air
ASTM C 127
a. Penyerapan Air ( Water Absorption ) 0,20 - 4,00 % 2,49 % Memenuhi
SNI 1970:2008
ASTM C 127
b. Berat Jenis Kering Oven ( Bulk Specific on Dry Basic ) 1,60 - 3,20 gr/cm3 2,58 gr/cm3 Memenuhi
SNI 1970:2008
Sumber: Hasil
c. Berit Jenis Pengujian
Kering Permukaan, Jenuh AirLaboratorium : 2019
( Bulk Specific on SSD Basic )
ASTM C 127
1,60 - 3,20 gr/cm3 2,64 gr/cm3 Memenuhi
SNI 1970:2008
ASTM C 127
d. Berat Jenis Semu ( Apparent Specific Gravity ) 1,60 - 3,20 gr/cm3 2,76 gr/cm3 Memenuhi
SNI 1970:2008
4.13. Perhitungan Proporsi Campuran Beton Normal
ASTM C 33 & C 136
5 Analisa Saringan / Modulus Kehalusan ( Fine Modulus ) 5,00 - 8,00 % 8,46 % Tidak Memenuhi
Komposisi Pembuatan campuran SNI 1968 - 1990
beton
ASTM C 131
normal, untuk material di Kota
6 Keausan / Abrasi Agregat Kasar dengan mesin Los Angeles < 40,00 % 22,81 % Memenuhi
SNI 2417:2008
Ternate dan di Kota Tidore dengan menggunakan silinder dapat dilihat pada tabel
berikut

Tabel 4.25. Proporsi Campuran Beton Normal Kota Ternate

Bahan / Material Untuk proporsi 9 sampel


(kg)

Semen 10,23

Air 16,97

Agregat Halus 33,30

Agregat (Kasar Batu


50,25
Pecah)

Sumber : Hasil Perhitungan : 2019

Tabel 4.26. Proporsi Campuran Beton Normal Kota Tidore

Bahan / Material Untuk proporsi 9 sampel


(kg)

Semen 9,04

Air 16,97

57
Agregat
4.14. Hasil Halus
PenelitianKuat Tekan Beton 27,85

Agregat (Kasar Batu


Pada penelitian ini benda uji yang digunakan adalah selinder
58,23
Pecah)
dengan ukuran diameter 150 mm, dan tinggi 300 mm. Pengujian kuat
Sumber
tekan beton : Hasil
pada umurPerhitungan : 2019 hari. Perbandingan campuran
rencana 7,14,28
beton terhadap kuat tekan beton dapat dilihat pada tabel 4.25 dan tabel
4.26. Pengujian terhadap kuat tekan beton dilakukan untuk mendapatkan
gambaran mutu beton tersebut. Semakin tinggi kekuatan struktur yang
dikehendaki semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan.

Gambar 4.1. Silinder Pengujian

Berdasarkan pada tabeluntuk kuat tekan, maka diperoleh


rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan sebagai berikut:

Tabel 4.27.Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kota Ternate Untuk
Umur Rencana 7 Hari
Silinder Silinder
Unit Max Actual Quality Quality
Sample Age Factor Date Sample Shape Weight Strength Strength
Weight Load Stress Plan Plan
Code (Days) % 28 Days 28 Days
3
Mix Test Silinder (30x15) Kg Kg/cm kN (Kg/cm2) K (Kg/cm2) f'c (MPa) K (Kg/cm2) f'c (MPa)
SDR - 1 7 65 19-Jan-19 26-Jan-19 Dia. 30 x 15 cm 11,767 2220,71 308,00 177,87 307,49 26,84 275 24,00
SDR - 2 7 65 19-Jan-19 26-Jan-19 Dia. 30 x 15 cm 11,639 2196,56 340,00 195,37 337,74 29,48 275 24,00
SDR - 3 7 65 19-Jan-19 26-Jan-19 Dia. 30 x 15 cm 11,812 2229,21 316,00 182,49 315,48 27,53 275 24,00
AVERAGE = 320,24 27,95

Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium : 2019

58
Dari hasil pengujian kuat tekan beton normal di dapat nilai rata-
rata 27,95 MPa

Tabel 4.28. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kota Tidore Untuk
Umur Rencana 7 Hari

Silinder Silinder
Unit Max Actual Quality Quality
Sample Age Factor Date Sample Shape Weight Strength Strength
Weight Load Stress Plan Plan
Code (Days) % 28 Days 28 Days
3
Mix Test Silinder (30x15) Kg Kg/cm kN (Kg/cm2) K (Kg/cm2) f'c (MPa) K (Kg/cm2) f'c (MPa)
SDR - 1 7 65 19-Jan-19 26-Jan-19 Dia. 30 x 15 cm 12,285 2318,47 397,00 229,27 396,35 34,59 275 24,00
SDR - 2 7 65 19-Jan-19 26-Jan-19 Dia. 30 x 15 cm 12,224 2306,96 423,00 244,28 422,30 36,85 275 24,00
SDR - 3 7 65 19-Jan-19 26-Jan-19 Dia. 30 x 15 cm 12,409 2341,87 248,00 164,01 283,53 24,74 275 24,00
AVERAGE = 367,39 32,06

Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019


Dari hasil pengujian kuat tekan beton normal di Kota Tidore nilai
rata-rata adalah 32,06 MPa

Gamabr 4.2. Hasil pengujian Silinder Untuk Umur Rencana 7


Hari

Tabel 4.29. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kota Ternate Untuk
Umur Rencana 14 Hari
Silinder Silinder
Unit Max Actual Quality Quality
Sample Age Factor Date Sample Shape Weight Strength Strength
Weight Load Stress Plan Plan
Code (Days) % 28 Days 28 Days
3
Mix Test Silinder (30x15) Kg Kg/cm kN (Kg/cm2) K (Kg/cm2) f'c (MPa) K (Kg/cm2) f'c (MPa)
SDR - 1 14 88 59 2260,53 353,00 203,86 260,31 22,72 275
19-Jan-19 02-Feb-19 Dia. 30 x 15 cm 11,978 24,00
SDR - 2 14 88 19-Jan-19 02-Feb-19 Dia. 30 x 15 cm 11,719 2211,65 340,00 196,35 250,72 21,88 275 24,00
SDR - 3 14 88 19-Jan-19 02-Feb-19 Dia. 30 x 15 cm 11,907 2247,13 359,00 207,32 264,73 23,10 275 24,00
AVERAGE = 258,59 22,57
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019
Dari hasil pengujian kuat tekan beton normal di dapat nilai rata-
rata 22,57 MPa

Tabel 4.30. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kota Tidore Untuk
Umur Rencana 14 Hari
Silinder Silinder
UnitMax Actual Quality Quality
Sample Age Factor Date Sample Shape Weight Strength Strength
Weight
Load Stress Plan Plan
Code (Days) % 28 Days 28 Days
3
Mix Test Silinder (30x15) Kg Kg/cm kN (Kg/cm2) K (Kg/cm2) f'c (MPa) K (Kg/cm2) f'c (MPa)
SDR - 1 14 88 19-Jan-19 02-Feb-19 Dia. 30 x 15 cm 12,415 2343,01 450,00 259,87 331,83 28,96 275 24,00
SDR - 2 14 88 19-Jan-19 02-Feb-19 Dia. 30 x 15 cm 12,259 2313,56 468,00 270,27 345,11 30,12 275 24,00
SDR - 3 14 88 19-Jan-19 02-Feb-19 Dia. 30 x 15 cm 12,378 2336,02 363,00 209,63 267,68 23,36 275 24,00
AVERAGE = 314,87 27,48

Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019


Dari hasil pengujian kuat tekan beton normal di dapat nilai rata-
rata 27,48 MPa

Gamabr 4.2. Hasil pengujian Silinder Untuk Umur Rencana 14


Hari

60
Tabel 4.31. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kota Ternate Untuk
Umur Rencana 28 Hari

Silinder Silinder
Unit Max Actual Quality Quality
Sample Age Factor Date Sample Shape Weight Strength Strength
Weight Load Stress Plan Plan
Code (Days) % 28 Days 28 Days
3
Mix Test Silinder (30x15) Kg Kg/cm kN (Kg/cm2) K (Kg/cm2) f'c (MPa) K (Kg/cm2) f'c (MPa)
SDR - 1 28 100 19-Jan-19 16-Feb-19 Dia. 30 x 15 cm 11,929 2251,29 344,00 198,63 223,20 19,48 275 24,00
SDR - 2 28 100 19-Jan-19 16-Feb-19 Dia. 30 x 15 cm 12,028 2269,97 472,00 272,54 306,25 26,73 275 24,00
SDR - 3 28 100 19-Jan-19 16-Feb-19 Dia. 30 x 15 cm 11,907 2247,13 342,00 197,48 221,90 19,37 275 24,00
AVERAGE = 250,45 21,86

Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019


Dari hasil pengujian kuat tekan beton normal di dapat nilai rata-
rata 21 MPa
Tabel 4.32. Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kota Tidore Untuk
Umur Rencana 28 Hari
Silinder Silinder
Unit Max Actual Quality Quality
Sample Age Factor Date Sample Shape Weight Strength Strength
WeightLoad Stress Plan Plan
Code (Days) % 28 Days 28 Days
3
Mix Test Silinder (30x15) Kg Kg/cm kN (Kg/cm2) K (Kg/cm2) f'c (MPa) K (Kg/cm2) f'c (MPa)
SDR - 1 28 100 19-Jan-19 16-Feb-19 Dia. 30 x 15 cm 12,266 2314,89 494,00 285,23 320,51 27,97 275 24,00
SDR - 2 28 100 19-Jan-19 16-Feb-19 Dia. 30 x 15 cm 12,244 2310,73 467,00 269,65 303,01 26,44 275 24,00
SDR - 3 28 100 19-Jan-19 16-Feb-19 Dia. 30 x 15 cm 12,387 2337,72 557,00 321,61 361,38 31,54 275 24,00
AVERAGE = 328,30 28,65

Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium : 2019

Dari hasil pengujian kuat tekan beton normal di dapat nilai rata-
rata 28,65 MPa

61
Gamabr 4.2. Hasil pengujian Silinder Untuk Umur Rencana 28
Hari
Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan beton yang dilakukan pada
laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Maluku Utara,
maka dapat dilihat perbandingan kuat tekan beton antara material di Kota
Ternate dan di Kota Tidore pada grafik 4.1. adalah sebagai berikut :

600

500 506
427
400 386
356 351 Nilai Kuat Tekan
321 Kota Ternate
300
Nilai Kuat Tekan
200 Kota Tidore

100

0
7 Hari 14 Hari 28 Hari

Grafik 4.1. Perbandingan Kuat Tekan Beton

Sesuai dengan grafik perbanidngan kuat tekan beton diatas dapat


dilihat nilai kuat tekan beton untuk Kota Tidore lebih baik di bandingkan
Kota Ternate. Nilai kuat tekan beton kota ternate untuk 7 hari di peroleh
321, untuk 14 hari 351, dan 28 hari 386, sedangkan nilai kuat tekan beton
Kota Tidore untuk umur rencana 7 hari diperoleh 356, pada umur 14 hari

62
diperoleh rata-rata 427 dan pada umur 28 hari nilai kuat tekan beton
adalah 506.

63
BAB V

PENUTUP
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diperolehmaka


dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Dari hasil pengujian agregat halus dan Kasar di Koat Ternate, dapat
disimpulkan agregat halus untuk pengujian kadar lumpur, berat volume
(kondisi padat), berat jenis dan penyerapan air (berat jenis kering oven, berit
jenis kering permukaan, jenuh air, berat jenis semu) dan modulus kehalusan
agregat memenuhi spesifikasi SNI. Dan hasil pengujian kadar air, berat
volume (kondisi lepas), berat jenis dan penyerapan air (penyerapan air) tidak
memenuhi spesifikasi SNI, dan untuk agregat kasar disimpulkan bahwa
pengujian berat jenis dan penyerapan air, modulus kehalusan, dan keausan
agregat memenuhi spesifikasi SNI.Sedangkan dari hasil pengujian agregat
halus dan kasar di Kota Tidore yang dilakukan, untuk pengujian agregat
halus, kadar lumpur, berat jenis dan penyerapan air (berat jenis kering oven,
berit jenis kering permukaan, jenuh air, berat jenis semu) dan modulus
kehalusan agregat memenuhi spesifikasi SNI. Dan hasil pengujian berat
volume (kondisi lepas dan kondisi padat), berat jenis dan penyerapan air
(penyerapan air) tidak memenuhi spesifikasi SNI. Untuk pengujian agregat
kasar dapat disimpulkan bahwa pengujian berat jenis dan penyerapan air, dan
keausan agregat memenuhi spesifikasi SNI.
2. Nilai kuat tekan beton yang di rencanakan adalah K 275 atau 24 Mpa,
sedangkan berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai kuat tekan untuk
Kota Ternate menghasilkan nilai rata-rata 24,12 MPa, dan untuk Kota Tidore
menghasilkan nilai rata-rata 29,40 Mpa, maka dari hasil uji kuat tekan untuk
kedua material dapat di simpiulkan bahwa nilai kuat tekan rata-rata untuk
Kota Tidore lebih baik dari Kota Ternate.

64
5.2. Saran
1. Untuk memaksimalka kuat tekan mutu tinggi, makasebelum digunakan
perlu dicuci terlebih dahulu.
2. Perlu ketelitian dalam perencanaan komposisi bahan dan prosedur padasaat
pelaksanaan pencampuran beton agar menghasilkan nilai yang maksimal.
3. Perlu di perhatikan dalam proses pemadatan contah sample
4. Untuk memperluas pengetahuan beton mutu tinggi, maka penelitian dapat
diaplikasikan ke berbagai elemen struktur
5. Perlu di perhatikan gradasi agregat kasar dalam perencanaan komposisi
beton
6. Perlu memperhatikan jenis semen yang digunakan dalam proses pembuatan
benda uji

65
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono Tri, M.T. 2003. Teknologi Beton. Fakultas Teknik Universitas Negeri
Jakarta. Penerbit Andi Yogyakarta.

Nugraha Paul dan Antoni, 2007, Teknologi Beton, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
PBI 1971 Perbandingan Beton Pada Berbagai Umur

Setiawan Agus, S.T., M.T. 2017. Perencanaan Struktur Beton Bertulang


( Berdasarakan SNI 03-2847-2013). Penerbit Erlangga. Jakarta 2017.

Sugiyanto, Sebayang, S. 2005. Teknologi Bahan. Universitas Lampung. Bandar


Lampung.

Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.


Rifky Muhammad. 2011. Tinjauan Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Pada
Beton Menggunakan Pasir Merapi Serta Penambahan POZZOLAN
LUMPUR LAPINDO. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret. Surakarta

SNI-03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Campuran Beton Normal)


https://fisikazone.com/tegangan-regangan-dan-modulus-elastisitas/ 21 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai