FITRAH R HAMID
12105.22201.18.086
DOSEN PEMBIMBING :
Ir. Marlina Kamis, ST., MT., IPM., ASEAN Eng
Ir. Yudit Agus Priambodo, ST., MT., IPM., ASEAN Eng
FITRAH R HAMID
NPM. 121052220118086
Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji pada Sidang Ujian
Proposal Tugas Akhir Pada Tanggal, 07 Mei 2022
Susanti Rahman, ST., M.Eng Ir. Yudit Agus Priambodo, ST., MT.,
NIDN. 1212128401 IPM., ASEAN Eng
NIDN. 1227077801
Proposal Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST)
Tanggal, 07 September 2022
Mengetahui
i
HALAMAN PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKIRPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di : Ternate
Pada Tanggal : 07 September 2022
Yang Menyatakan
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Fitrah R Hamid
NPM. 12105 22201 18 086
iii
KATA PENGANTAR
1. Bapak Prof. Dr. Saiful Deni, S.Ag., M.Si. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Maluku Utara.
2. Bapak Husen Salahu, ST., MT. selaku Dekan Fakultas Teknik Program Studi
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
3. Bapak Rajaman Siauta, ST., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
4. Ibu Ir. Marlina Kamis, ST., MT., IMP., ASEAN Eng selaku Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan masukan
kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
5. Bapak Ir. Yudit Agus Priambodo, ST., MT., IPM., ASEAN Eng selaku Dosen
Pembimbing II yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan
masukan kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
iv
6. Ibu Susanti Rahman, ST., M.Eng selaku Dosen Penguji I pada Sidang Ujian
Proposal Penulis dan juga sebagai penasehat kademik penulis selama penulis
menjalani studi.
7. Bapak Joni Hermanto, ST., MT selaku Dosen Penguji II pada Sidang Ujian
Proposal Penulis dan juga sebagai sekretaris Program Studi yang telah banyak
membantu penulis hingga saat ini.
8. Terima Kasih kepada Bapak dan Ibu saya serta seluruh keluarga besar yang
selalu memberikan dukungan and big support kepada penulis sehingga mampu
menempu perjalanan studi saya hingga saat ini.
9. Terima Kasih kepada sahabat terbaik penulis yang selalu memberikan
semangat, motivasi, dan inspirasi dalam segala hal.
10. Balai Wilayah Sungai Maluku Utara yang telah membatu saya dalam fasilitas
data yang diperlukan dalam penelitian ini.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusun, baik secara moril
maupun materil, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Fitrah R Hamid
NPM. 12105 22201 18 086
v
PEMODELAN DAN VISUALISASI BANJIR PADA SUNGAI
BENDUNG OPYANG KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
Nama : Fitrah R Hamid
NPM : 121052220118086
Pembimbing I : Ir. Marlina Kamis, ST., MT., IPM., ASEAN Eng
Pembimbing II : Ir. Yudit Agus Priambodo, ST., MT., IPM., ASEAN Eng
ABSTRAK
Bencana Banjir merupakan salah satu permasalahan yang tidak dapat
diprediksi kapan akan terjadinya yang berdampak pada kerusakan lingkungan dan
infrastruktur. Wilayah Subaim Kabupaten Halmahera Timur didominasi oleh para
penduduk yang berprofesi sebagai petani hal ini juga didukung dengan pengairan
alami yang terdapat pada daerah tersebut yaitu Sungai Opyang. Oleh karena itu
tujuan penelitian ini adalah melakukan pemodelan banjir yang disebabkan oleh
luapan Sungai Opyang serta melihat cakupan wilayah genangan banjir.
Metode pemodelan banjir menggunakan pendekatan hidrolika dalam
mensimulasikan debit air pada setiap penggal sungai menggunakan software HEC-
HMS, serta melakukan visualisasi daerah genangan banjir serta area terdampak
banjir menggunakan pendekatan GIS dengan software HEC-RAS. GIS juga
digunakan untuk mempersiapkan beberapa data spasial yang digunakan untuk
pemodelan banjir, seperti data geometri sungai, delineasi DAS, serta untuk
keperluan analisis lainnya.
Data hidrologis didapat dari pengolahan curah hujan harian pada stasiun
Mekar Sari dan Tutiling Jaya Subaim, dalam pemodelan analisis dilakukan dengan
metode SCS-CN pada software HEC-HMS untuk memperkirakan debit puncak
pada sungai. Sedangkan sumber data geometrik didapat dari Model Elevasi Digital
DEMNAS.
Kata Kunci : Banjir, Subaim, Halmahera Timur, HEC-HMS, HEC-RAS, GIS
vi
FLOOD MODELLING AND VISUALIZATION ON DAM
RIVER OPYANG EAST HALMAHERA REGENCY
Student Name : Fitrah R Hamid
Student ID Number : 121052220118086
1st Lecturer Preceptor : Ir. Marlina Kamis, ST., MT., IPM., ASEAN Eng
2nd Lecturer Preceptor : Ir. Yudit Agus Priambodo, ST., MT., IPM., ASEAN Eng
ABSTRACT
Flood disaster is one of the problems that cannot be predicted when it will
occur which has an impact on environmental and infrastructure damage. The
Subaim area of East Halmahera Regency is dominated by residents who work as
farmers, this is also supported by natural irrigation found in the area, namely the
Opyang River. Therefore, the purpose of this study is to model the flood caused by
the overflow of the Opyang River and to see the coverage of the flood inundation
area.
The flood modelling method uses a hydraulics approach in simulating water
discharge at each section of the river using the software, as well as visualizing flood
inundation areas and flood-affected areas using a GIS approach with software
HEC-RAS, GIS is also used to prepare some spatial data used for flood modellings,
such as river geometry data, watershed delineation, and other analytical purposes.
Hydrological data were obtained from daily rainfall processing at Mekar
Sari and Tutiling Jaya Subaim stations, in modelling the analysis was carried out
using the SCS-CN method on software to estimate peak discharge in the river. While
the source of geometric data is obtained from the DEMNAS Digital Elevation
Model.
Keywords : Flood, Subaim, East Halmahera, HEC-HMS, HEC-RAS, GIS
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBARAN PENGESAHAN.............................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
viii
2.2.2.3 Topografi DAS. .......................................................... 13
ix
2.7.2.3 Model Matematis. ....................................................... 46
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Salah Satu Rumah Warga Yang Terkena Banjir, (Sumber : Media
Berita Poros Informasi). .................................................................. 4
Gambar 1. 2 Banjir Pada Jalur Lintas Haltim Subaim, (Sumber : Media Berita
Cermin Halmahera). ........................................................................ 5
Gambar 1. 3 Kendaraan Yang Terhambat Pada Jalan Lintas Haltim Akibat Banjir,
(Sumber : Media Berita Cermin Halmahera). ................................ 5
Gambar 2. 1 Metode Poligon Thiessen. .............................................................. 11
Gambar 2. 2 Metode Ishoyet. .............................................................................. 12
Gambar 2. 3 Skema sistem daerah aliran. ........................................................... 14
Gambar 2. 4 Kedalaman hujan rencana di satu titik waktu pada IDF Curve.
Sumber: I Made Kamiana 2011. .................................................. 30
Gambar 2. 5 Hietograf Hujan Rencana. Sumber: I Made Kamiana 2011. ......... 30
Gambar 2. 6 Bagian-bagian Hidrograf. Sumber: I Made Kamiana 2011. ......... 37
Gambar 2. 7 HSS SCS Tak Berdimensi. Sumber: I Made Kamiana 2011. ....... 41
Gambar 2. 8 Komponen dari suatu model daerah aliran sungai (Singh, 1995). .. 43
Gambar 2. 9 Klasifikasi model hidrologi berdasarkan derajat keacakan, ruang, dan
waktu (Miadment, 1995). .............................................................. 48
Gambar 2. 10 Pendekatan global dalam pemodelan (Sumber: NOAA/NWS/The
COMET Program). Indarto 2010. ............................................... 49
Gambar 2. 11 Contoh model semiterdistribusi (Indarto, 2010)........................... 49
Gambar 2. 12 Spasialisasi suatu DAS menjadi beberapa sub-DAS dalam model
hidrologi A.C.R.U (Schultze, 1989)............................................ 50
Gambar 2. 13 Skema penggambaran proses hidrologi menurut HEC-HMS (Ward,
1975). Indarto 2010. .................................................................... 52
Gambar 2. 14 Penempatan Pemasangan Tiap Elemen Basin. ............................. 57
Gambar 2. 15 Jaringan Hidrologi Basin Yang Menunjukan Setiap Elemen Basin
Yang Terkoneksi. ........................................................................ 58
Gambar 2. 16 Tiap Elemen Pada Model Basin Yang Telah Di-Rename. ........... 59
Gambar 2. 17 Parameter Subbasin Area.............................................................. 59
Gambar 2. 18 Jendela Input Luasan Area Subbasin. ........................................... 60
xii
Gambar 2. 19 Opsi Parameter Baseflow Linear Reservoir. ................................. 61
Gambar 2. 20 Input Window Linear Reservoir. .................................................. 61
Gambar 2. 21 Jendela Opsi Parameter Loss Initial and Constant...................... 62
Gambar 2. 22 Window Parameter Transform Clark Unit Hydrograph. ............. 63
Gambar 2. 23 Window Input Clark Unit Hydrograph. ........................................ 63
Gambar 2. 24 Window Components Time Serries Data Manager. ..................... 65
Gambar 2. 25 Window Time Series Data Manager. ............................................ 65
Gambar 2. 26 Window Creation New Time Serries Data. .................................. 66
Gambar 2. 27 Window Subfolder Time Series Gage. .......................................... 66
Gambar 2. 28 Window Path Name Input. ............................................................ 67
Gambar 2. 29 Components Editor. ...................................................................... 67
Gambar 2. 30 Opsi Components Meteorologic Model Manager. ....................... 68
Gambar 2. 31 Meteorologic Model Manager Window. ....................................... 69
Gambar 2. 32 Creation Window Meteorologic Model. ....................................... 69
Gambar 2. 33 Meterologic Model Manager Window. ......................................... 69
Gambar 2. 34 Basin Component Manager Window. ........................................... 70
Gambar 2. 35 Specified Hyeyograph Components Manager. ............................. 71
Gambar 2. 36 Control Specification Window. ..................................................... 72
Gambar 2. 37 Analysis Running Progress Window............................................. 74
Gambar 2. 38 Graph Subbasin Window. ............................................................. 76
Gambar 2. 39 Subbasin Summary Result Window. ............................................. 77
Gambar 2. 40 Time Series Result Window. ......................................................... 78
Gambar 2. 41 Reach Graph Window. .................................................................. 79
Gambar 2. 42 Junction Graph Window. .............................................................. 79
Gambar 2. 43 Time Series Gage Window. ........................................................... 80
Gambar 2. 44 Junction Option Window. ............................................................. 80
Gambar 2. 45 Junction Graph Window. .............................................................. 81
Gambar 2. 46 RAS Mapper. ................................................................................. 86
Gambar 2. 47 Geometric Elemen Model Visualisation. ...................................... 87
Gambar 2. 48 Result Map Parameters Window. ................................................. 88
Gambar 3. 1 Bagan alur penelitian tugas akhir. .................................................. 92
xiii
Gambar 3. 2 Peta lokasi penelitian untuk pemodelan dan visualisasi banjir.
(Sumber: Hasil pemotretan citra satellite Google Earth. Fitrah R
Hamid 2022) ............................................................................... 93
Gambar 3. 3 Peta Delineasi Catchment Area DAS Bendung Opyang Subaim Kab.
Halmahera Timur. ....................................................................... 94
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang kerap kali terjadi di
Indonesia, salah satunya adalah bencana banjir yang terjadi di beberapa
wilayah setiap musim penghujan (Zafira Nur Pratiwi et al., 2021).
1
UNISDR (United Nations Secretariat for International Strategy for
Disaster Reduction) menyatakan dalam laporan akhir tahun 2014 mengenai
kebijaksanaan pencegahan dan perlindungan bencana alam di Indonesia sangat
lemah dalam konsep penurunan risiko bencana. Oleh karena itu perlu ada
upaya pengurangan risiko bencana. Salah satu upaya untuk menanggulangi hal
tersebut adalah melalui manajemen bencana yang baik, termasuk di dalamnya
adalah penyajian peta maupun pemodelan yang memuat wilayah terdampak
banjir. Seiring dengan ini, penataan ruang semakin dianggap sebagai
mekanisme penting dalam menghadapi risiko banjir (Zafira Nur Pratiwi et al.,
2021).
2
model HEC-HMS dan data geometrik dalam model HEC-RAS. Data DEM
berperan penting dalam model hidrologi, model hidraulik dan peta persebaran
bahaya banjir. Ullah et al., (2016) memprediksi banjir dengan memanfaatkan
pengindaraan jauh, SIG, dan perangkat lunak analisis hidrologi (HEC RAS dan
HEC-GeoRAS) di Sungai Kalpani. Data geometri sungai diekstrak dari data
DEM 30-meter ASTER. Ekstraksi data DEM ASTER ini menghasilkan
penampang melintang dan memanjang sungai. Hasil analisis kemudian
disajikan dalam bentuk pemodelan banjir dengan kala ulang 5, 10, 20, 50 dan
100 tahun. (Zafira Nur Pratiwi et al., 2021).
3
permasalahan yang sangat serius mulai dari kerusakan kebun, ternak, sawah
tergenangnya rumah warga, hingga memakan korban jiwa yang tepatnya bagi
para penduduk yang bermukim berkedatan dengan DAS Bendung Opyang.
Dimana seperti yang dimuat dalam media berita Kabar Timur pada
Sabtu, 06 November 2021, diberitakan dimana sebanyak 30 rumah warga di
desa Subaim RT-01 RW-01 Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur,
Provinsi Maluku Utara terendam Banjir Rob (Banjir Pasang Surut) yang
diakibatkan oleh gelombang dan air pasang yang terjadi pada Jumat 05
November 2021 sekitar pukul 17:00 WIT.
4
Gambar 1. 2 Banjir Pada Jalur Lintas Haltim Subaim, (Sumber : Media
Berita Cermin Halmahera).
Menurut informasi dari Kades setempat banjir rob sering terjadi
memasuki bulan baru dalam rentan waktu 3-4 hari yang di mulai di jam 17.00-
20.30 dan itu terdampak di 30 rumah”, ujar Rusdyanto. Rusdiyanto menyebut,
banjir rob dengan ketinggian 80 cm- 1 meter ini sangat parah karena masuk
hingga ke rumah warga bahkan salah satu Mushola sekitar ikut terendam juga
dan melumpuhkan aktivitas beribadah warga.
5
Berdasarkan dari referensi penelitian sebelumnya yang merujuk pada
jurnal “Pemodelan dan Visualisasi Genangan Banjir Untuk Mitigasi Bencana
di Kali Kasin, Kelurahan Bareng, Kota Malang (Zafira Nur Pratiwi, Purnama
Budi Santosa. JGISE Vol.4 No.1 2021)” dan juga sebagai tindak lanjut dari
permasalahan di-atas saya mengangkat tugas akhir dengan judul “ Pemodelan
Dan Visualisasi Banjir Pada Sungai Bendung Opyang Kabupaten
Halmahera Timur ”.
1. Berapa besar kuantitas debit aliran banjir yang didapat dari simulasi HEC-
HMS berdasarkan data curah hujan yang didapat dari stasiun pengamat
curah hujan DAS Bendung Opyang Kabupaten Halmahera Timur ?
2. Seberapa besar luas genangan yang diakibatkan oleh banjir berdasarkan
hasil analisa HEC-RAS pada DAS Sungai Bendung Opyang Kabupaten
Halmahera Timur ?
6
1.3 Batasan Masalah.
Dalam penulisan tugas akhir ini, masalah yang dibatasi yaitu adalah :
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
8
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini
disebut curah hujan area dan dinyatakan dalam mm. (Lubis 2016).
A. Rata-rata Aljabar.
B. Poligon Thiessen, dan
C. Ishoyet.
𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3 +. . . +𝑃𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑃𝑖
𝑃= = … … … … … … … … . . . (2.1)
𝑛 𝑛
9
Dengan :
1) Lokasi pos penakar hujan diplot pada peta DAS. Antar pos
penakar dibuat garis lurus penghubung.
2) Tarik garis tegak lurus di tengah-tegah tiap garis penghubung
sedemikian rupa, sehingga membentuk Poligin Thiessen
(Gambar 2.1). Semua titik dalam satu pologon akan
mempunyai jarak terdekat dengan pos penakar yang ada
didalamnya dibandingkan dengan jarak terhadap pos lainnya.
10
Selanjutnya, curah hujan pada pos tersebut dianggap
representasi hujan pada kawasan dalam polygon yang
bersangkutan.
3) Luas areal pada tiap-tiap polygon dapat diukur dengan
planimeter dan luas total DAS, A, dapat diketahui dengan
menjumlahkan semua luasan poligon.
4) Hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
𝑃1 𝐴1 + 𝑃2 𝐴2 + ⋯ + 𝑃𝑛 𝐴𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑃𝑖 𝐴𝑖
𝑃= = 𝑛 … … … … . (2.2)
𝐴1 + 𝐴2 + ⋯ + 𝐴𝑛 ∑𝑖=1 𝐴𝑖
Dengan :
𝑃1 , 𝑃2 , … , 𝑃𝑛 = Curah hujan yang tercatat di pos penakar
hujan 1, 2,…, n
𝐴1 , 𝐴2 , … , 𝐴𝑛 = Luas areal poligon 1, 2,…, n
n = Banyak pos penakar hujan
11
Seperti yang telah dipaparkan dalam Dr. Ir. Suripin, M.
Eng 2004, metode Ishoyet terdiri dari beberapa langkah sebagai
berikut :
1) Plot data kedalaman air hujan untuk tiap pos penakar hujan
pada peta.
2) Gambar kontur kedalaman air hujan dengan menghubungkan
titik-titik yang mempunyai kedalaman air yang sama.
Interval Ishoyet yang umum dipakai adalah 10mm.
3) Hitung luas area antara dua garis Ishoyet dengan
menggunakan plainmeter. Kalikan masing-masing luas areal
dengan rata-rata hujan antara sua Ishoyet yang berkaitan.
atau :
𝑃1 + 𝑃2
∑ [𝐴 (
𝑃= 2 )] … … … … … … … … … … … … . … … . . … (2.4)
∑𝐴
12
2.2.2 Cara Memilih Metode.
Seperti yang telah dipaparkan dalam Dr. Ir. Suripin, M. Eng 2004,
lepas dari kelebihan dan kelemahan ketiga metode yang disebut diatas,
pemilihan metode mana yang cocok dipakai pada suatu DAS dapat
ditentukan denga mempertimbangkan tiga factor berikut :
13
drainage area, atau river basin. Sehingga batas DAS merupakan garis
bayangan sepanjang punggung pegunungan atau tebing/bukit yang
memisahkan sistem aliran yang satu dari yang lainnya. Dari pengertian ini
suatu DAS terdiri atas dua bagian utama daerah tadah (catchment area) yang
membentuk daerah hulu dan daerah penyaluran air yang berada di bawah
daerah tadah (Kezia, Mahmud Achmad et al., 2017).
14
2.4 Analisis Debit Rencana.
15
Tabel 2. 1 Persyaratan parameter startistik suatu distribusi.
No Distribusi Persyaratan
1 Cs = 1,14
Gumbel
Ck = 5,4
2 Cs ≈ 0
Normal
Ck ≈ 3
3 Cs = Cv3 + 3Cv
Log Normal
Ck = Cv8 + 6Cv6 +15Cv4 + 16Cv2 + 3
4 Log Pearson Type III Selain dari nilai diatas
Sumber : I Made Kamiana 2011.
16
𝑛2 ∑𝑖𝑖=𝑛(𝑋𝑖 − 𝑋̅)4
𝐶𝑘 = … … … … … … … … … … … . . (2.6)
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑛 − 3)(𝑆)4
(I Made Kamiana, 2011. hal: 27)
Dengan :
Ck = Koefisien kurtosis
𝑛 = Banyaknya data
𝑆 = Standar deviasi curah hujan
𝑋̅ = Nilai rata-rata curah hujan
𝑋𝑖 = Data hujan atau debit ke-i
∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
𝑆=√ … … … … … … … … … … … … … … … … … . (2.8)
𝑛−1
17
𝑆
𝐶𝑉 = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (2.9)
𝑋̅
𝑋𝑇 = 𝑋̅ + 𝑆 × 𝐾 … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.10)
Keterangan Rumus :
𝑋𝑇 = Hujan rencana atau debit dengan periode ulang T.
𝑋̅ = Nilai rata-rata dari data hujan (X)
𝑆 = Standar deviasi dari data hujan (X)
𝑌𝑇 −𝑌𝑛
𝐾 = Faktor Frekuensi Gumbel : 𝐾 = …………......(2.11)
𝑆𝑛
𝑇−1
𝑌𝑇 = Reduced Variate = −𝑙𝑛 − 𝑙𝑛 … … … … … … … . . (2.12)
𝑇
18
Berikut adalah tabel nilai Reduced Standard Deviation
(𝑆𝑛 ), nilai Reduced Mean (𝑌𝑛 ), dan nilai Reduced Variate (𝑌𝑇 ) :
19
2.4.1.2 Distribusi Probabilitas Normal.
Perhitungan hujan rencana berdasarkan Distribusi
Probabilitas Normal, jika data yang dipergunakan adalah berupa
sampel, dilakukan dengan rumus berikut :
𝑋𝑇 = 𝑋̅ + 𝐾𝑇 × 𝑆 … … … … … … … … … … … … … … … … . . . (2.13)
20
2.4.1.3 Distribusi Probabilitas Log Normal.
Perhitungan hujan rencana berdasarkan Distribusi
Probabilitas Log Normal, jika data yang dipergunakan adalah
berupa sampel, dilakukan dengan rumus berikut :
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 + 𝐾𝑇 × 𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑋 … … … … … … … … … … (2.14)
(I Made Kamiana, 2011. hal: 31)
Keterangan Rumus :
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = Nilai logaritmis hujan rencana dengan periode
ulang T.
̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 = Nilai rata-rata dari :
∑𝑛𝑖=1 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖
𝐿𝑜𝑔 𝑋 = … … … … … … … . … (2.15)
𝑛
𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑋 = Deviasi standar dari Log X
= ∑𝑛 (𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − ̅̅̅̅̅̅̅̅ 0.5
𝑖=1 𝐿𝑜𝑔 𝑋)2
… … … … … … . (2.16)
𝑛−1
𝐾𝑇 = Faktor Frekuensi, nilainya bergantung dari T
(lihat pada Tabel 2.4)
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 + 𝐾𝑇 × 𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑋 … … … … … … … … … . (2.17)
(I Made Kamiana, 2011. hal: 33)
Keterangan Rumus :
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = Nilai logaritmis hujan rencana dengan periode
ulang T.
̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 = Nilai rata-rata dari :
∑ 𝑛
𝐿𝑜𝑔 𝑋
̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 = 𝑖=1 𝑛 𝑖 … . … … … … … . . … … (2.18)
21
𝐾𝑇 = Variabel standar, besarnya bergantung pada
koefisien kepencengan (skewness) (Cs atau G),
dapat di-lihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2. 5a Faktor Frekuensi 𝐾𝑇 Untuk Distribusi Log Pearson Type III (Cs atau
G Positif).
Return Period in Years
2 5 10 25 50 100 200
G or Cs
Excendence Probability
0.5 0.2 0.1 0.04 0.02 0.01 0.005
3,0 -0,396 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051 4,970
2,9 -0,390 0,440 1,195 2,277 3,134 4,013 4,909
2,8 -0,384 0,460 1,210 2,275 3,114 3,973 4,847
2,7 -0,376 0,479 1,224 2,272 3,097 3,932 4,783
2,6 -0,368 0,499 1,238 2,267 3,071 3,889 4,718
2,5 -0,360 0,518 1,250 2,262 3,048 3,845 4,652
2,4 -0,351 0,537 1,262 2,256 3,023 3,800 4,584
2,3 -0,341 0,555 1,274 2,248 2,997 3,753 4,515
2,2 -0,330 0,5574 1,284 2,240 2,970 3,705 4,454
2,1 -0,319 0,592 1,294 2,230 2,942 3,656 4,372
2,0 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,912 3,605 4,298
1,9 -0,294 0,627 1,310 2,207 2,881 3,553 4,223
1,8 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499 4,147
1,7 -0,268 0,660 1,324 2,179 2,815 3,444 4,069
1,6 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388 3,990
1,5 -0,240 0,690 1,333 2,146 2,743 3,330 3,910
1,4 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271 3,828
1,3 -0,210 0,719 1,339 2,108 2,666 3,211 3,745
1,2 -0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149 3,661
1,1 -0,180 0,745 1,341 2,066 2,585 3,087 3,575
1,0 -0,165 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022 3,489
22
Tabel 2. 5a Faktor Frekuensi 𝐾𝑇 Untuk Distribusi Log Pearson Type III (Cs atau
G Positif) (Lanjutan).
Return Period in Years
2 5 10 25 50 100 200
G or Cs
Excendence Probability
0.5 0.2 0.1 0.04 0.02 0.01 0.005
0,9 -0,148 0,769 1,339 2,018 2,498 2,957 3,401
0,8 -0,132 0,780 1,336 1,993 2,453 2,891 3,312
0,7 -0,116 0,790 1,333 1,967 2,407 2,824 3,223
0,6 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755 3,132
0,5 -0,083 0,808 1,323 1,910 2,311 2,686 3,041
0,4 -0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615 2,949
0,3 -0,050 0,824 1,309 1,849 2,211 2,544 2,856
0,2 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472 2,763
0,1 -0,017 0,836 1,292 1,785 2,107 2,400 2,670
0,0 -0,000 0,842 1,282 1,751 2,054 2,326 2,576
Sumber : I Made Kamiana 2011.
Tabel 2. 5b Faktor Frekuensi 𝐾𝑇 Untuk Distribusi Log Pearson Type III (Cs atau
G Negatif).
Return Period in Years
2 5 10 25 50 100 200
G or Cs
Excendence Probability
0.5 0.2 0.1 0.04 0.02 0.01 0.005
0 0 0,842 1,282 1,751 2,054 2,326 2,576
-0,1 0,017 0,846 1,270 1,716 2,000 2,252 2,482
-0,2 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178 2,388
-0,3 0,050 0,853 1,245 1,643 1,890 2,104 2,294
-0,4 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029 2,201
-0,5 0,083 0,856 1,216 1,567 1,777 1,995 2,108
-0,6 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880 2,016
23
Tabel 2. 5b Faktor Frekuensi 𝐾𝑇 Untuk Distribusi Log Pearson Type III (Cs atau
G Negatif) (Lanjutan).
Return Period in Years
2 5 10 25 50 100 200
G or Cs
Excendence Probability
0.5 0.2 0.1 0.04 0.02 0.01 0.005
-0,7 0,116 0,857 1,183 1,488 1,663 1,806 1,926
-0,8 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733 1,837
-0,9 0,148 0,854 1,147 1,407 1,549 1,660 1,749
-1,0 0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588 1,664
-1,1 0,180 0,848 1,107 1,324 1,435 1,518 1,581
-1,2 0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449 1,501
-1,3 0,210 0,838 1,064 1,240 1,324 1,383 1,424
-1,4 0,225 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318 1,351
-1,5 0,240 0,825 1,018 1,157 1,217 1,256 1,281
-1,6 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197 1,216
-1,7 0,268 0,808 0,970 1,075 1,116 1,140 1,155
-1,8 0,282 0,799 0,945 1,035 1,059 1,087 1,097
-1,9 0,294 0,788 0,920 0,996 1,023 1,037 1,044
-2,0 0,307 0,777 0,895 0,959 0,980 0,990 0,995
-2,1 0,319 0,765 0,869 0,923 0,939 0,346 0,949
-2,2 0,330 0,752 0,844 0,888 0,900 0,905 0,907
-2,3 0,341 0,739 0,819 0,855 0,864 0,867 0,869
-2,4 0,351 0,752 0,795 0,823 0,826 0,832 0,833
-2,5 0,360 0,711 0,771 0,793 0,798 0,799 0,800
-2,6 0,368 0,696 0,747 0,764 0,768 0,769 0,769
-2,7 0,376 0,681 0,724 0,738 0,740 0,740 0,741
-2,8 0,384 0,666 0,702 0,712 0,714 0,714 0,714
-2,9 0,390 0,651 0,681 0,683 0,689 0,690 0,690
-3,0 0,396 0,636 0,666 0,666 0,666 0,667 0,667
Sumber : I Made Kamiana 2011.
24
2.4.2 Uji Distribusi Probabilitas.
Uji distribusi probabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
persamaan distribusi probabilitas yang dipilih dapat mewakili distribusi
static sampel data yang dianalisis I Made Kamiana 2011.
𝐷𝑘 = 𝐾 − (𝑝 + 1)……………………………………….…(2.21)
Keterangan Rumus :
Dk = Derajat kebebasan.
P = Banyaknya parameter, untk uji Chi-Kuadrat adalah 2.
K = Jumlah kelas distribusi.
n = Banyaknya data.
25
Selanjutnya distribusi probabilitas yang dipakai untuk
menentukan curah hujan rencana adalah distribusi probabilitas
yang mempunyai simpangan maksimum terkecil dan lebih kecil
dari simpangan kritis. I Made Kamiana 2011, atau dirumuskan
sabagai berikut :
𝑥 2 < 𝑥 2 𝑐𝑟 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (2.23)
𝜶
Dk Derajat Kepercayaan
0,995 0,99 0,975 0,95 0,05 0,025 0,01 0,005
1 0,0000393 0,000157 0,000982 0,00393 3,841 5,024 6,635 7,879
2 0,0100 0,0201 0,0506 0,103 5,991 7,378 9,210 10,597
3 0,0717 0,115 0,216 0,352 7,815 9,348 11,345 12,838
4 0,207 0,297 0,484 0,711 9,488 11,143 13,277 14,860
5 0,412 0,554 0,831 1,145 11,070 12,832 15,086 16,750
26
Tabel 2. 6 Nilai Parameter Chi-Kuadrat Kritis 𝑥 2 𝑐𝑟 (uji satu sisi) (lanjutan).
𝜶
Dk Derajat Kepercayaan
0,995 0,99 0,975 0,95 0,05 0,025 0,01 0,005
16 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,267
17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,587 30,191 33,409 35,718
18 6,625 7,015 8,231 9,390 28,869 31,526 34,805 37,156
19 6,844 7,633 8,907 10,117 30,114 32,852 36,191 38,582
20 7,434 8,260 9,591 10,851 31,410 34,170 37,566 39,997
27
2.4.2.2 Metode Smirnov-Kolmogorof (Secara Analitis).
Pengujian distribusi probabilitas dengan Metode Smirnov-
Kolmogorov dilakukan dengan Langkah-langkah perhitungan
sebgai berikut :
28
Tabel 2. 7 Nilai ∆𝑃 Kritis Smirnov-Kolmogorov.
Derajat Kepercayaan
n
29
1. Intensitas hujan rencana di satu titik waktu.
Kurva yang ditunjukan dalam pada Gambar 2.4 sering disebut dengan
IDF Curve (Intensity-Duration-Frequency-Curve). Kurva ini menggambarkan
hubungan antara intensutas hujan, durasi atau lama hujan, dan frekuensi hujan
atau periode ulang I Made Kamiana 2011.
30
Intensitas hujan atau intensitas hujan rencana dapat dikatakan sebagai
ketinggian atau kederasan hujan per satuan waktu, biasanya dalam satuan
(mm/jam) atau (cm/jam) I Made Kamiana 2011.
Jika volume hujan adalah tetap, maka intensitas hujan akan makin
tinggi seiring dengan durasi hujan yang makin singkat, sebaliknya intensitas
hujan makin rendah seiring dengan durasi hujan yang makin lamaI Made
Kamiana 2011.
Data yang diperluka untuk menurunkan kurva IDF terukur adalah data
hujan jangka pendek, seperti hujan 15 menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit, atau
data hujan jam-jaman. Kemudian persamaan regresinya dapat didekati dengan
beberapa rumus seperti rumus Talbot, Ishioguro, dan ShermanI Made Kamiana
2011.
Jika data hujan jangka pendek tidak tersedia, dan yang tersedia adalah
data hujan harian maka persamaan regrasi IDF Curve dapat diturunkan dengan
metode Mononobe I Made Kamiana 2011.
Selain itu, metode Van Breen juga dapat digunakan untuk menurunkan
IDF Curve yang didasarkan pada hujan harian. Namun dalam penentuan
persamaan regresinya, metode Van Breen memerlukan IDF Curve terukur,
disarankan dari daerah pengaliran terdekat sebagai pembanding bentuk kurva
I Made Kamiana 2011.
31
Jika data yang tersedia adalah data hujan harian atau hujan rencana
maka hietograf hujan dapat disusun dengan Model Seragam dan Model
Segitiga. Sedangkan jika data yang tersedia adalah data intensitas hujan maka
hietograf hujan dapat disusun denghan Model Alternating Block Method (ABM)
I Made Kamiana 2011.
Keterangan Rumus :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
P = Curah hujan dengan durasi menitan atau jam-jaman
t = Durasi hujan (menit)
2. Hitung nilai rata-rata data intensitas hujan pada setiap durasi, untuk
menghitung nilai rata-rata digunakan rumus sebagai barikut :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
… … … … … … … … … … … . … … . . … … … . (2.27)
𝑛
Keterangan Rumus :
n = Banyaknya data
32
a) Menghitung standar deviasi tiap data :
(Intensitas Hujan − Intensitas Hujan Rata Rata)2 ……(2.28)
b) Menghitung standar deviasi keseluruhan :
Jumlah Total Standar Deviasi 0.5
( ) … … … … … … … … . (2.29)
𝑛+1
Keterangan Rumus :
n = Banyaknya data
4. Hitung dan rekap nilai intensitas hujan rencana pada setiap durasi
dengan berbagai periode ulang berdasarkan distribusi probabilitas
yang digunakan yaitu Gumbel, Normal, Log Normal, Log Pearson
Type III.
5. Plot nilai intensitas hujan rencana sebagai ordinat dan durasi sebagai
absis, sehingga diperoleh sebaran data koordinat yang dimana akan
menjadi Kurva Intensitas Hujan Rencana Terukur.
33
Setelah diperoleh nilai tetapan-tetapan dari masing-masing
rumus kemudian dilanjutkan dengan perhitungan nilai standar
deviasi. Rumus yang memiliki standar deviasi terkecil adalah rumus
yang paling sesuai sebagai persamaan regresi Curve IDF terukur.
Dibawah ini akan diuraikan rumus Talbot, Ishiguro, dan
Sherman :
a) Talbot.
𝑎
𝐼= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (2.30)
𝑡+𝑏
Keterangan Rumus :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Durasi hujan (menit atau jam)
a dan b = Tetapan
N = Banyaknya data
Dimana :
(𝑡 × 𝐼) × (𝐼2 ) − (𝐼2 × 𝑡) × (𝐼)
𝑎= … … … … … … … … . . (2.31)
𝑁 × (𝐼2 ) − (𝐼) × (𝐼)
(𝐼) × (𝑡 × 𝐼) − 𝑁 × (12 × 𝑡)
𝑏= … … … … … … … … … . (2.32)
𝑁 × (𝐼2 ) − (𝐼) × (𝐼)
b) Rumus Ishiguro.
𝑎
𝐼= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (2.33)
√𝑡 + 𝑏
Keterangan Rumus :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Durasi hujan (menit atau jam)
a dan b = Tetapan
N = Banyaknya data
Dimana :
(𝐼 × √𝑡) × (𝐼2 ) − (𝐼2 × √𝑡) × (𝐼)
𝑎= … … … … … … … (2.34)
𝑁 × (𝐼2 ) − (𝐼) × (𝐼)
34
c) Rumus Sherman.
𝑎
𝐼 = 𝑛 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (2.36)
𝑡
Keterangan Rumus :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Durasi hujan (menit atau jam)
a dan n = Tetapan
Dimana :
𝐿𝑜𝑔 𝑎
(𝐿𝑜𝑔 𝐼) × (𝐿𝑜𝑔 𝑡)2 − (𝐿𝑜𝑔 𝑡 × 𝐿𝑜𝑔 𝐼) × (𝐿𝑜𝑔 𝑡)
= . (2.37)
𝑁 × (𝐿𝑜𝑔 𝑡)2 − (𝐿𝑜𝑔 𝑡) × (𝐿𝑜𝑔 𝑡)
𝐿𝑜𝑔 𝑛
(𝐿𝑜𝑔 𝐼) × (𝐿𝑜𝑔 𝑡) − 𝑁 × (𝐿𝑜𝑔 𝑡 × 𝐿𝑜𝑔 𝐼)
= … … … . . (2.38)
𝑁 × (𝐿𝑜𝑔 𝑡)2 − (𝐿𝑜𝑔 𝑡) × (𝐿𝑜𝑔 𝑡)
∑𝑁
𝑖=1(𝐼𝑒 − 𝐼𝑟)
2
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 (𝑆) = √ … … … … … … . … (2.39)
𝑁+1
Keterangan Rumus :
Ie = Intensitas hujan rencana empiris atau terukur
“ I (mm/jam) ”
Ir = Intensitas hujan rencana dari rumus Talbot, Ishiguro, dan
Sherman
35
N = Banyaknya data
2.6 Hidrograf.
Hidrograf adalah penyajian secara grafis hubungan salah satu unsur
aliran misalnya debit (Q) terhadap waktu (t). istilah selanjutnya yang disebut
dengan hidrograf yaitu adalah hubungan antara debit dengan waktuI Made
Kamiana 2011.
36
Komponen pembentuk hidrograf berasal dari: limpasan atau aliran
permukaan / aliran langsung dan aliran dasar (dibentuk oleh aliran antara dan
aliran bawah tanah) I Made Kamiana 2011.
1. Sistem yang berlaku pada DAS adalah linear time invariant artinya
keluaran berbanding lurus dengan masukan dan tidak berubah
terhadap waktu.
2. Tidak terdapat perubahan karakteristik DAS akibat perubahan
musim.
37
3. Hujan efektif yang jatuh pada DAS bersifat merata pada intensitas
hujan dan waktu tertentu.
4. Bersifat khusus untuk suatu DAS, oleh karena itu penggunaan
hidrograf satuan suatu DAS pada DAS lain harus dilakukan secara
hati hati.
Hidrograf satuan dapat dipergunakan antara lain untuk :
1. Memperkirakan banjir rencana pada suatu DAS atau sub-DAS.
2. Menurunkan hidrograf satuan DAS atau sub-DAS lain khususnya
yang mempunyai kemiripan karakter.
3. Penggunaan hidrograf satuan harus memperhatikan luas DAS atau
sub-DAS.
4. Dalam Linsley (1989) seperti yang dijelaskan pada I Made Kamiana
(2011), dijelaskan bahwa penggunaan hidrograf satuan tidak boleh
lebih dari 5.000 km2, kecuali diperkenankan pengurangan akurasi.
Dalam Chow (1988) seperti yang dijelaskan pada I Made Kamiana
(2011), dijelaskan bahwa penggunaan hidrograf satuan
diperbolehkan untul luas DAS 30 s/d 30.000 km2.
2. Linieritas.
Besarnya limpasan langsung linier dengan tinggi hujan
efektif (i), artinya makin besar nilai i maka nilai U makin besar.
(Lihat pada Gambar 2.7).
3. Penjumlahan / superporsi.
38
Limpasan langsung yang dihasilkan oleh hujan efektif yang
berurutan dapat ditentukan dengan menjumlahkan limpasan
langsung yang dihasilkan oleh masing-masing hujan efektif tersebut.
39
2.6.1.1 HSS SCS (Soil Conservation Services).
Metode SCS-CN (Soil Conservation Services – Curve
Number), merupakan sebuah pendekatan empiris yang cukup
banyak digunakan untuk perhitungan limpasan langsung (direct
runoff) dari kejadian hujan, mulai dari daerah tangkapan hujan
(watershed) berupa lahan pertanian kecil, hutan maupun
perkotaan, serta mampu menggabungkan beberapa karakteristik
daerah tangkapan. (Judi. K, et., all 2018).
Seperti yang dijelaskan dalam Judi. K, et., all (2018),
penggunaan metode SCS dalam penetapan hujan efektif
menyatakan variable curve number (CN) sebagai fungsi
karakteristik DAS yang lain seperti tanah, tanaman penutup,
tataguna lahan, kelembaban dan cara pengerjaan tanah
HSS SCS (Soil Conservation Services) adalah hidrograf
satuan tak berdimensi, dimana debit dinyatakan sebagai nisbah
debit (q) terhadap debit puncak (qp) dan waktu sebagai nisbah
waktu (t) terhadap waktu puncak (tp). I Made Kamiana 2011.
Berikut adalah tabel nilai t/Tp dan q/qp Tabel 2.8 dan Gambar
2.7.
Tabel 2. 8 Nilai t/Tp dan q/qp HSS SCS.
40
Gambar 2. 7 HSS SCS Tak Berdimensi. Sumber: I Made Kamiana 2011.
Keterangan Rumus :
41
Suatu model adalah replikasi system dengan perbandingan tertentu,
suatu konse, sesuatu yang mengandung hubungan empiris, atau suatu seri
persamaan matematis atau statistik yang menggambarkan sistem. Model
bukanlah suatu representasi yang sempurna dari sistem yang dimodelkan,
tetapi dapat sebagai alat yang sangat berguna untuk mempelajari dan
memahami karakteristik sistem dan memprediksi perilaku sistem atau DAS
terhadap masukan atau faktor eksternal. Perilaku sistem tersebut biasanya sulit
diprediksi dengan hanya mengandalkan data pengukuran dan observasi
lapangan. Indarto (2010).
Tujuan dari model hidrologi adalah untuk mempelajari siklus air yang
ada didalam dan meramalkan outputnya. Model hidrologi dapat digunakan
untuk peramalan banjir, perencanaan bendungan, pengaturan bendungan,
penglolaan, dan pengembangan DAS. Hal ini tergantung dari tujuan pembuatan
model tersebut. Saat ini, sudah banyak model hidrologi yang dibuat untuk
berbagai kepentingan. Indarto (2010).
42
asumsi didalam model, jumlah data yang dibutuhkan, dan tingkat
kompleksitasnya. Indarto (2010).
43
2.7.1.1 Kondisi Batas (Boundary Condition).
Kekuatan luar (driving force) yang menyebabkan sistem
hidrologi berubah, misalnya hujan dan komponen iklim lainnya.
Indarto (2010).
44
2.7.1.4 Parameter.
Parameter menyatakan ukuran numeris dari karakteristik
sistem yang dimodelkan. Parameter akan mengendalikan
hubungan input dan output dari sistem. Parameter dapat dianggap
seperti tombol dari suatu model. Nilai parameter perlu di setup
supaya model dapat secara akurat memprediksi atau
memproduksi perilaku dari suatu sistem fisik yang sedang
dimodelkan. Asalnya, unit hidrograf Snyder mempunyai dua
parameter, yaitu waktu tempuh (basin lag), tp, dan peaking
coefficient (Cp). Nilai kedua parameter ini perlu ditentukan pada
saat model digunakan untuk suatu DAS. Proses mencocokan atau
men-setup nilai parameter ini disebut kalibras (calibration).
Parameter mungkin berkaitan dengan karakteristik atau memiliki
signifikasi fisik tertentu. Parameter juga tidak ada hubungan
dengan karakteristik fisik DAS tetapi hanya semata-mata empiris.
Sebagai contoh, model kanal muskingum cunge membutuhkan
nilai masukan berupa kemiringan kanal, yang berarti berasosiasi
dengan fisik sistem yang digambarkan dan terukur. Sebaliknya,
unit hidrograf Snyder mempunya parameter Cp (peaking
coefficient). Parameter ini tidak puenya hubungan dengan
karakteristik fisik. Nilai Cp hanya diestimasi selama proses
kalibrasi. Indarto (2010).
45
Debit dapat diukur pada outletnya, karena sistem tertutup. Variasi
peruntukan lahan, jenis tanah, dan kemiringan tanah, juga dibuat
semirip mungkin dengan yang ada di alam, tetapi ukuran lebih
kecil. Model fisik menggambarkan jaringan irigasi, juga dibuat
semirip mungkin dengan aslinya, menggunakan pipa PVC,
dengan dimensi proposional, dan dilengkapi dengan tiruan
bangunan ukur. Aplikasi yang umum dari model fisik adalah
untuk simulasi aliran pada saluran terbuka. Indarto (2010).
46
“A symbolic, usually mathematical representation of an
idealized situation that has the important structural properties of
the real system. A theorical model includes a set of general laws
or theoretical principles and a set of statements of empirical
circumstances. An empirical model omits the general laws and is
in reality a representation of data (Woolhiser and Brakensiek,
1982)”
47
meruopakan fungsi ruang dan waktu, akan tetapi dapat
dinyatakan dengan distribusi probabilistik. Indarto (2010).
48
untuk lebih dalam mengamati apa yang terjadi dalam DAS.
Luaran model biasanya berupa hidrograf pada muara sungai
atau lokasi dimana ada AWLR (Automatic Water Level
Recorder). Indarto (2010).
49
Seperti yang dijelaskan dalam Indarto (2010), salah satu
model yang bekerja dengan cara seperti ini adalah model
A.C.R.U (Agricultural Catchment Research Unit) (Schultze,
1989).
50
jauh (remote sensing / RS) dan Geographical Information
System (GIS). Konsep pemodelan dengan menggunakan grid
memudahkan kita untuk mengintegrasikan RS dan GIS dengan
model. Dengan pendekatan ini, tiap sell atau (grid) mempunyai
parameter untuk mengestimasi aliran air pada masing-masing
grid. Aliran air pada tiap sell dapat diprediksi. Salah satu
kelemahan dari model ini adalah bahwa tiap grid membutuhkan
data masukan. Jika data tidak tersedia, bagaimanapun harus
diestimasi supaya model tetap bisa jalan. Hal ini menembah
ketidak pastina (uncertainly) di dalam pemodelan. Indarto
(2010).
51
“The software features a completely integrated work environment
including a database, data entry utilities, computation engine, and results
reporting tools. A graphical user interface allows the user seamless movement
between the different parts of the software. Simulation results are stored in
HEC-DSS (Data Storage System) and can be used in conjunction with other
software for studies of water availability, urban drainage, flow forecasting,
future urbanization impact, reservoir spillway design, flood damage reduction,
floodplain regulation, and systems operation.”
52
Presipitasi dapat terjadi di seluruh bagian DAS, yang meliputi vegetasi,
permukaan tanah, dan permukaan air (sungai dan danau). Pada sistem hidrologi
yang alami, kebanyakan air yang turun sebagai presipitasi kembali ke atmosfer
melalui evaporasi dari vegetasi, permukaan tanah dan permukaan air, dan
melalui transpirasi dari permukaan tanaman. Selama kejadian hujan lebat
(storm) proses transpirasi dan evaporasi terbatas. Sebagian hujan yang jatuh ke
atas tanaman melalui, daun, batang, dan cabang, menuju permukaan tanah dan
bergabung dengan hujan yang jatuh langsung ke tanah. Selanjutnya, air akan
menggenang. Infiltrasi mungkin terjadi dan akan tergantung pada jenis tanah,
penutupan tanah oleh tanaman, kadar lengas tanah sebelumnya, dan
karakteristik DAS. Indarto 2010.
Air infiltrasi tersimpan sementara pada bagian atas dan lapisan tanah
yang biasanya jenuh. Air infiltrasi yang tersimpan di dalam tanah dapat naik
karena gaya kapiler menuju permukaan dan bergerak horizontal menjadi
interflow yang muncul di permukaan Kembali atau menuju ke aliran sungai
terdekat. Air tersebut juga dapat terperkolasi ke bawah untuk mengisi aquifer
air tanah (groundwater). Air tanah di dalam aquifer bergerak lambat, dan
Sebagian muncul ke sungai menjadi baseflow. Indarto 2010.
53
dan pergerakan air bawah tanah, perlu dianalisis atas dasar data dengan rentang
waktu yang panjang. Sebaliknya, perhitungan detail tentang sub proses tersebut
mungkin tidak diperlukan jika yang ingin dimodelkan adalah masalah :
54
Untuk mengenal langkah-langkah selanjutnya, berikut
adalah komponen yang termasuk dalam pembuatan model simple :
55
4. Dari Components di menu bar, pilih opsi Basin Model
Manager kemudian window Basin Model Manager
akan terbuka.
5. Klik tombol New… untuk memulai proses dalam
membuat model basin.
6. Ubah nama default model basin (Basin 1) ke
Punxsutawney dan tambahkan deskripsi Hulu ke Kota
Punxsutawney - Kondisi Eksisting.
7. Klik tombol Create ketika semua informasi yang
dimasukan telah benar. Model basin kosong yang baru
akan ditambahkan ke Wateshed Exploler. Kemudian
tutup basin model manager.
8. Set metode default untuk sub-basin dan reaches yang
akan digunakakn Ketika membuat elemen baru. Dari
menu Tools, pilih pilihan Program Settings…
9. Pilih default tab dan set default loss method ke Initials
and Constant, transformasi metode default ke Clark
Unit Hydrograph, set metode default baseflow ke
Linear Reservoir, metode default routing ke Lag.
Kemudian klik tobol OK Ketika sudah selesai membuat
pilihan.
10. Buka model basin dengan mengklik pada tombol
Watershed Exploler.
11. Klik icon subbasin creation tool dalam komponen
toolbar.
12. Klik pada subbasin untuk membuat elemen subbasin
pertama. Disini kita dapat menggunakan nama yang
telah kita tetapkan.
13. Tambahkan lebih dari dua elemen subbasin.
14. Kemudian pindah ke reach creation tool dan klik
pada map basin untuk membuat reach elemen.
56
15. Kemudian pindah ke junction creation tool dan
tambahkan dua elemen junction di map basin. Kemudian
setiap elemennya akan dipasang sesuai seperti pada
gambar berikut :
57
Gambar 2. 15 Jaringan Hidrologi Basin Yang
Menunjukan Setiap Elemen Basin Yang Terkoneksi.
Catatan:
Tiap elemen dapat terkoneksi dari editor
komponen untuk elemen yang diberikan dengan
memilih elemen Downstream.
58
Gambar 2. 16 Tiap Elemen Pada Model Basin Yang
Telah Di-Rename.
19. Masukan luasan area untuk tiap subbasin. Pertama pilih
model basin, kemudian klik pada menu Parameters dan
pilih opsi Subbasin Area. Masukan luasan area tiap
elemen subbasin seperti pada Tabel 2.9 berikut :
59
Input luasan area subbasin sesuai dengan tabel diatas :
60
Parameters | Baseflow | Linear Reservoir
61
Parameters | Loss | Initial and Constant
62
Parameters | Transform | Clark Unit Hydrograph
63
24. Pada basin map dalam area desktop, klik pada elemen
Reach-1 untuk membuka Component Editor. Klik pada
tab Routing dan masukan nilai lag yaitu 300 menit.
64
Gambar 2. 24 Window Components Time Serries Data
Manager.
65
Gambar 2. 26 Window Creation New Time Serries
Data.
4. Setup Data Source (persiapkan sumber data) : pergi ke
Watershed Exploler kemudian klik pada new gage
(pengukur baru) yang tadi telah dibuat. Ubah sumber data
dari Manual Entry ke Single Record HEC-DSS (HEC-
Data Storage System).
5. Select The Correct External Data Sourc (pilih sumber
data ekternal yang benar). Klik pada tombol select
disebelah bidang nama file untuk menavigasi file. File
tersebut terletak didalam subdirektori data dari data
project : /Punxsutawney/data/observe.dss.
66
6. Select The Correct Path Name (pilih nama jalur yang
tepat). Klik pada tombol setelah dari bidang input nama
jalur untuk menavigasi nama jalur. Gunakan B-Part Filter
di area pencarian By Parts didekat bagian atas layer. Pilih
DUJP entry didalam B-Part filter untuk hanya
menampilkan nama jalur dengan nama jalur yang benar
ditunjukan pada gambar dibawah :
67
8. Kita telah selesai menyiapkan pengukur curah hujan deret
waktu DUJP. Kita akan menggunakan pengukur nanti
dengan merujuknya dengan nama. Sekarang ulangi step
ke-2 hingga ke-7 untuk membuat PNXP dan MFFP.
Seluruh dta presipitasi sekarang siap digunakan. Kita
dapat mulai dengan membangun model meteorologi.
9. Create The New Meteorologic Model (membuat model
meteorologi baru). Klik pada menu Components
kemudian pilih opsi Meteorologic Model Manager;
kemudian window meteorologic model manager akan
terbuka. Kemudian klik pada tombol New… untuk
membuat model meteorologi baru.
10. Ganti nana default (Met 1) ke Mei 1996 dan masukan
deskripsi Precipitation for the Storm of May 1st, 1996.
Kemudian klik tombol Create untuk membuat model
meteorologi baru.
68
Gambar 2. 31 Meteorologic Model Manager Window.
69
12. Connect the Meteorologic Model to the Subbasin
(hubungkan model meteorologi ke sub-basin) didalam
model basin. Pergi ke tab Basin didalam Component
Editor. Untuk model basin Punxsutawney, ubah pilihan
Include Subbasin ke Yes.
70
Gambar 2. 35 Specified Hyeyograph Components
Manager.
71
C. Membuat Kontrol Spesifikasi Baru.
Pada langkah ini kita akan membuat control
spesifikasi yang dimana akan mengatur time window dan
interval waktu untuk simulasi.
Langkah-langkah :
1. Masih dengan file project yang sama yaitu
Punxsutawney.
2. Create a new Control Specifications (membuat control
spesifikasi baru): klik pada menu Components
kemudian pilih opsi Control Specification Manager.
Kemudian window manager akan terbuka. Kemudian
klik tombol New… untuk membuat kontol spesifikasi
baru.
3. Ganti nama default-nya dari (Control-1) ke Mei 1996
dan masukan deskripsi Storm of May 1st 1996.
Kemudian klik tombol Create untuk membuat control
spesifikasi baru.
4. Didalam Watershed Explorer, klik pada control
specification yang baru saja kita buat. Masukan waktu
mulai dan akhir yang benar didalam Component Editor.
Dimana waktu mulainya adalah 28Apr1996 pada jam
01:00. Dan waktu akhir adalah 04May1996 pada jam
00:00. Pilih 15 menit untuk interval waktu seperti yang
ditunjukan pada gambar dibawah :
72
Catatan :
HEC-HMS akan secara merata mendistribusikan
total curah hujan per jam selama interval 15 menit. Jika
total per jam adalah 1 inci, setiap interval 15 menit akan
menjadi 1/4 inci.
73
dipilih, segera klik pada tombol Compute pada
sebelah kanan list pilihan untuk menjalankan
perhitungan. Tombol Tool bar memiliki icon raindrop
setiap kali dalam menjalankan simulasi. Kemudian
window progress perhitungan akan terbuka untuk
menampilkan keberlanjutan simulasi. Simulasi dapat
dibatalkan jika terdapat error. Jika ini terjadi, bacalah
pesan dan perbaiki masalah yang ada; kemudian
perhitungan simulasi akan berjalan lagi. Tutup windowi
progres ketika proses perhitungan telah selesai.
Catatan :
Kita dapat memilih opsi Compute Run di bagian
bawah menu Compute (nama dari proses running yang
dipilih akan ditampilkan dalam tanda kurung di sebelah
opsi menu Compute Run). Kita dapat menghitung dari
tab Compute dengan mengklik kanan node simulasi dan
memilih Compute. Simulasi dapat dihitung dari global
editor setiap kali simulasi dipilih di toolbar komputasi.
74
E. Melihat Hasil Pemodelan.
Pada langkah ini kita akan memperlihatkan grafik,
seri waktu, dan rangkuman hasil dari subbasin, sungai, dan
persimpangan sungai.
Langkah-langkah :
1. Buka HEC-HMS masih dengan project yang sama yaitu
Punxsutawney.
2. Hitung simulasi yang dijalankan : Mei 1996.
3. Untuk melihat tabel ringkasan global (keseluruhan), klik
menu hasil dan pilih Global Summary Table.
Alternatifnya, kita dapat klik pada tombol View Global
Summary Table, , pada toolbar; dimana tombol
menunjukkan tabel dengan gambar bola dunia yang
ditumpangkan di atasnya.
4. Untuk melihat hasil untuk setiap elemen model basin,
klik salah satu elemen di peta basin dengan klik kanan
pada mouse. Menu konteks ditampilkan dengan
beberapa pilihan termasuk View Results. Di bawahView
Results, kita dapat melihat grafik, tabel ringkasan, atau
tabel seri waktu. Kita dapat memperoleh hasil yang sama
dengan memilih elemen, lalu mengklik menu Results
dan memilih opsi yang sesuai.
5. Untuk membuat grafik subbasin Stump Creek, klik
subbasin Stump Creek di peta basin dengan klik kanan
pada mouse, lalu klik menu View Results dan pilih opsi
Graph.
75
Gambar 2. 38 Graph Subbasin Window.
Deret waktu (seri waktu) yang ditunjukkan
dalam grafik tercantum dalam legends. Grafik tersebut
mencakup curah hujan tambahan (biru di plot atas) dan
kehilangan curah hujan (merah di plot atas). Curah hujan
tambahan dihitung dengan model meteorologi untuk
setiap subbasin. Kelebihan presipitasi adalah presipitasi
inkremental dikurangi kehilangan yang dihitung dengan
metode kehilangan yang dipilih. Grafik juga mencakup
aliran dasar (coklat di plot bawah) dan total aliran keluar
subbasin (biru di plot bawah).
6. Ringkasan statistic secara otomatis dihitung dan
ditampilkan dalam tabel ringkasan. Klik subbasin Stump
Creek di peta basin dengan klik kanan pada mouse, lalu
klik menu View Results dan pilih opsi Summary Table.
Tabel ringkasan menunjukkan bahwa debit puncak
adalah 609,7 cfs. Tabel tersebut juga menunjukkan
bahwa puncak arus terjadi pada tanggal 30 April 1996
pada jam 15:45. Ketika tabel awalnya terbuka, itu
menunjukkan total volume debit adalah 1,525 inci
seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
76
Dengan mengklik tombol radio AC-FT, pelepasan unit
beralih. Volume debit setara dengan 2350,0 AC-FT
seperti yang ditunjukkan pada gambar kedua di bawah
ini.
77
Gambar 2. 40 Time Series Result Window.
8. Untuk memplot hasil Reach-1, seperti yang ditunjukkan
pada gambar di bawah, klik reach Reach-1 di peta basin
dengan klik kanan pada mouse, lalu klik menu View
Results dan pilih opsi Graph. Deret waktu yang
ditunjukkan dalam grafik tercantum dalam legends.
Grafik mencakup aliran masuk gabungan ke jangkauan
(biru putus-putus) dan juga aliran keluar yang dihitung
(biru solid). Tidak peduli berapa banyak elemen yang
terhubung ke sisi hulu jangkauan, hanya aliran masuk
gabungan yang ditampilkan.
78
Gambar 2. 41 Reach Graph Window.
9. Untuk memplot hasil untuk Junction-2, klik junction
Junction-2 di peta basin dengan klik kanan pada mouse,
lalu klik menu View Results dan pilih opsi Graph. Deret
waktu yang ditunjukkan dalam grafik tercantum dalam
legenda. Aliran keluar dari subbasin Lokal
Punxsutawney (biru putus-putus) ditunjukkan bersama
dengan aliran keluar dari Reach-1 (biru putus-putus).
Jika rangkaian waktu pengamatan tersedia di lokasi,
garis hitam putus-putus akan ditampilkan. Total arus
keluar juga ditampilkan (biru solid). Semua aliran masuk
ke dalam persimpangan dari elemen-elemen yang
langsung ke hulu akan ditampilkan bersama dengan total
aliran keluar, tetapi tidak ada aliran masuk gabungan
yang ditampilkan. Hanya grafik untuk persimpangan
yang menunjukkan arus masuk hulu individu.
79
F. Melihat Aliran Yang Diobservasi.
Pada tahapan ini kita akan menambahkan aliran yang
diobservasi dan melihat hasil dari elemen hidrologi. Yang
dapat dilihat melalui langkah-langkah berikut :
1. Dari menu Components, pilih Time-Series Data
Manager.
2. Untuk Data Type, pilih Discharge Gages.
3. Pilih New… untuk membuat pengukur (gages) debit
baru.
4. Beri nama pengukur PNXP, kemudian Create.
5. Buka component editor untuk pengukur debit PNXP.
Untuk nama file DSS, pilih /Punxsutawney/data/
observe.dss. untuk nama jalur DSS pilih Flow record
pada lokasi PNXP.
80
10. Lihat hasil pada Junction-2. Disini kita akan melihat
deret waktu (time series) yang diamati (garis putus-putus
hitam) :
81
Dimana kunci elemen-nya adalah bahwa ke-empat komponen di atas
menggunakan representasi data geometris umum dan perhitungan hidrolika
kala ulang. Selain ke-empat komponen analisis sungai, sistem memuat
beberapa fitur desain hidrolika yang didapat setelah profil permukaan air
dihitung. HEC-RAS juga memiliki integrasi data spasial yang luas dan sistem
pemetaan (HEC-RAS Mapper). (USACE – RAS User Manual Version 6.2
Expoerted March 2022).
82
sungai (Stream Junction). Efek dari berbagai penghalang seperti
jembatan, gorong-gorong, bendungan, bendung, dan struktur
lainnya dalam area banjir dapat dipertimbangkan dalam
perhitungan. Sistem aliran yang stabil dirancang untuk
pengaplikasian dalam management atau pengelolaan area banjir
dan studi asuransi banjir untuk mengevalusai gangguan banjir,
dan terdapat juga kemampuan yang tesedia untuk menilai
perubahan profil permukaan air karena modifikasi saluran, dan
tanggul.
83
aliran tidak stabil. Fitur khusus dari komponen aliran tidak stabil
meliputi :
84
1. Mengevaluasi deposisi di reservoir
2. Desain kontasksi saluran yang diperlukan untuk menjaga
kedalaman navigasi
3. Memprediksi pengaruh pengerukan pada laju pengendapan
4. Memperkirakan kemungkinan gerusan maksimum selama
peristiwa bajir besar
5. Mengevaluasi sedimentasi dalam saluran tetap.
85
Gambar 2. 46 RAS Mapper.
Catatan :
86
Jembatan/Gorong-gorong, dll... Salah satu atau semua lapisan
Geometri ini dapat diaktifkan untuk visualisasi elemen model.
87
lapisan peta "Tersimpan" (kotak yang disimpan ke hard disk) jika
diinginkan. Grid "Tersimpan" didasarkan pada lapisan medan
mentah (paling detail) untuk menghitung grid.
88
Setelah Jenis Peta dipilih, bagian tengah jendela (Profil
Tidak Stabil) digunakan untuk memilih jenis profil: Maksimum
(Tahap maksimum di mana saja tanpa memandang waktu);
Minimum (tahap Min di mana-mana terlepas dari waktu); atau
tanggal dan waktu tertentu (menghasilkan contoh tertentu dalam
waktu). Jika peta akan ditampilkan secara dinamis (dihitung
dalam memori dan ditampilkan dengan cepat), tidak peduli apa
yang dipilih untuk profil, pengguna akan dapat
memvisualisasikan semua profil secara dinamis. Jika peta perlu
dibuat sebagai peta statis (hasil atau grid kedalaman yang ditulis
ke file) maka profil spesifik yang dipilih akan digunakan untuk
peta statis tersebut.
89
Tabel 2. 14 Current RAS Mapper Map Types (Lanjutan).
90
ingin membuat grid kedalaman, atau jenis lapisan lainnya, yang
perlu ditulis ke hard disk. Lapisan Tersimpan dapat digunakan
oleh program lain (misalnya oleh HEC-FIA untuk menghitung
kerusakan atau kehilangan nyawa), atau dapat ditampilkan
dalam GIS dan digunakan untuk tujuan lain.
91
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
92
3.2 Lokasi Wilayah Studi.
Lokasi penelitian dilakukan pada DAS (Daerah Aliran Sungai)
Bendung Opyang Subaim Kabupaten Halmahera Timur. Secara geografis DAS
Bendung Opyang terbentang antara 1° 2'15.79"N garis Lintang Utara dan 128°
9'59.28"E garis Lintang Timur. Untuk pencarian informasi tentang topografis
sungai di wilayah DAS Bendung Opyang dilakukan dengan cara menganalisa
topografis area DAS berdasarkan data DEMNAS dan analisa ArcGIS untuk
penentuan catchment area DAS dan sebaran sub-DAS Bendung Opyang untuk
menunjang analisa pemodelan dan visualisasi DAS.
93
Gambar 3. 3 Peta Delineasi Catchment Area DAS Bendung Opyang Subaim Kab. Halmahera Timur.
94
3.4 Pengumpulan Data.
Metode pengolahan data dilakukan dengan pengumpulan data curah
hujan harian dari 2 stasiun pengamatan curah hujan di kawasan DAS Bendung
Opyang Subaim yaitu pada pos hujan Tutiling Jaya dan pos hujan Mekar Sari.
95
1. Data curah hujan harian 10 tahun pada DAS Bendung Opyang Subaim,
tahun 2012-2021.
2. Peta DAS Bendung Opyang diperoleh dalam analisa spasial ArcGIS.
3. Luas DAS Bendung Opyang dioeroleh dalam analisa spatial hydrologic
ArcGIS.
96
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, M., & Faridah, dan. (2017). Hydrograph Debit Banjir Rencana pada
Daerah Aliran Sungai (DAS) Tallo Makassar dengan Model Hidrologi HEC-
HMS. In Jurnal AgriTechno (Vol. 10, Issue 2).
Erwanto, Z., Baroroh Baried, D., Program, ), Teknik, S., Politeknik, S.,
Banyuwangi, N., Raya Jember, J., & 13, K. M. (2014). STUDI OPTIMASI
PENGGUNAAN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAS TAMBONG
BANYUWANGI BERDASARKAN HSS US SCS Study Of Optimizing The
Use of Land in Managing Tambong Watershed at Banyuwangi Regency Based
on Synthetic Unit Hydrograph US SCS. In MARET (Vol. 14, Issue 1).
Irawan, P., Ikhsan, J., Atmaja, S., & Komala Sari, N. (2020). Akselerasi: Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil ANALISIS DAN PEMETAAN ISOHYET CURAH
HUJAN BERBAGAI PERIODE ULANG TAHUN (PUH) DAS CITANDUY
HULU. 2(1).
Listyarini, D., Hidayat, Y., & Tjahjono, B. (2018). MITIGASI BANJIR DAS
CITARUM HULU BERBASIS MODEL HEC-HMS. Jurnal Ilmu Tanah Dan
Lingkungan, 20(1), 40–48. https://doi.org/10.29244/jitl.20.1.40-48
97
Marko, K., Zulkarnain, F., Geografi, D., Matematika, F., Ilmu, D., & Alam, P.
(2018). Pemodelan debit banjir sehubungan dengan prediksi perubahan
tutupan lahan di daerah aliran Ci Leungsi Hulu menggunakan HEC-HMS.
2(1). http://jglitrop.ui.ac.id
Mulyadi, R., Budi Sulistioadi, Y., Suhardiman, A., Kehutanan, F., Mulawarman Jl
Ki Hajar Dewantara, U., Gunung Kelua, K., & Timur, K. (2020).
PEMODELAN HIDROLOGI DENGAN HEC-HMS DI SUB-DAS
KARANGMUMUS SAMARINDA. In Ulin-J Hut Trop (Vol. 4, Issue 1).
Pratama, H. A., Ikhsan, J., & Apip, A. (2021). PREDIKSI DEBIT ALIRAN
MASUK KE TELAGA MENJER MENGGUNAKAN PERSAMAAN
NERACA AIR DAN PEMODELAN HEC-HMS. JURNAL TEKNIK
HIDRAULIK, 12(2), 119–130. https://doi.org/10.32679/jth.v12i2.655
Purwono, N., Hartanto, P., Prihanto, Y., & Kardono, P. (n.d.). Prosiding Seminar
Nasional Geografi UMS IX 2018 TEKNIK FILTERING MODEL ELEVASI
DIGITAL (DEM) UNTUK DELINEASI BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI
(DAS).
Toar, R., Kawet, P. L., Wuisan, E. M., & Tangkudung, H. (2013). STUDI
PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION
SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA. In Jurnal
Sipil Statik (Vol. 1, Issue 3).
98
Wicaksono, Ma., Prasetyo Wahono, E., Chandra Wijaya, R., & Indriana
Kusumastuti, D. (2021). Pemodelan Hujan-Debit Aliran Menggunakan
Program HEC-HMS 4.5 Di SubDAS Argoguroh-Margatiga (Vol. 9, Issue 4).
Indarto (2010). Metode Analisis dan Tool Untuk Interpretasi Hidrograf Aliran
Sungai (BUMI AKSARA, Cetakan Pertama).
Indarto (2010). Dasar Teori Dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi (BUMI
AKSARA, Cetakan Pertama).
Dr. Ir. Suripin, M. Eng (2004). Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan
(Penerbit ANDI Yogyakarta).
99
US Army Corps of Engineers, & Hydrologic Engineering Center. (n.d.-f). HEC-
RAS 2D Sediment Technical Reference Manual-HEC-RAS 2D Sediment
Technical Reference Manual.
US Army Corps of Engineers, & Hydrologic Engineering Center. (n.d.-n). Mud and
Debris Flow-HEC-RAS Mud and Debris Flow-1.
100
US Army Corps of Engineers, & Hydrologic Engineering Center. (2022). HEC-
RAS River Analysis System HEC-RAS User’s Manual.
http://www.porosinformasi.co.id/banjir-rob-rendam-30-rumah-warga-subaim/
https://www.cerminhalmahera.com/hujan-deras-subaim-nyaris-tenggelam/
101