2019
Fahlevi, Farid
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16495
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN
SHEET PILE MENGGUNAKAN PLAXIS V.8 DAN METODE
BISHOP (SYUDI KASUS : PEMBANGUNAN TPA SIPIROK)
TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
FARID FAHLEVI
15 0404 043
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Dalam tugas akhir ini stabilitas lereng dianalisis dengan 2 metode, yaitu
dengan Plaxis 2d V8 dan metode analitis yaitu Metode Bishop. Adapun kondisi yang
di analisis adalah kondisi awal lereng dan kondisi setelah diberi perkuatan, dimana
perkuatan yang digunakan pada analisis ini adalah sheet pile. Pada analisis lereng
dengan perkuatan sheet pile digunakan 3 (tiga) kondisi titik pemasangan.
Dari hasil perhitungan didapat nilai faktor keamanan pada kondisi awal dengan
metode Plaxis adalah sebesar 1,172 dan dengan metode Bishop adalah sebesar 1,052.
Nilai faktor keamanan pada kondisi lereng dengan menggunakan perkuatan sheet pile
dengan metode Plaxis untuk kondisi 1, 2, dan 3 berturut-turut sebesar 1,4171; 1,4525;
1,4524. Sedangkan nilai untuk metode Bishop pada kondisi 1, 2, dan 3 berturut-turut
sebesar 1,37;1,395;1,452.
Maka dapat disimpulkan bahwa lereng menjadi stabil jika diberi perkuatan
sheet pile dibandingkan dengan kondisi tanpa perkuatan Hal ini dapat dilihat dengan
adanya kenaikan nilai faktor keamanan.
Kata kunci: stabilitas lereng, faktor keamanan, dinding penahan tanah, geogrid, plaxis
i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas
untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil pada
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
1. Terutama kepada kedua orang tua saya, Drs Rahmadnuddin, Msi dan Lisa Elvida
Halim SE serta adik saya Raudhatul Karimah yang telah memberikan dukungan
Akhir ini.
2. Ibu Ika Puji Hastuty, ST. MT. selaku pembimbing, yang telah banyak
3. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST, MT, Ph.D, selaku Ketua Departemen
6. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas
Universitas Sumatera Utara yang memberikan bantuan selama ini kepada saya.
9. Sahabat saya M.Yogie Syahputra, Tio Adiya Fazuani, Ahmad Fikri Pulungan
10. Sahabat saya Yossi Riza Hidayati dan Suci Amalia yang telah mau berjuang
11. Teman – teman seperjuangan stambuk 2015 terutama Azlan, Bagas, hafiz,
qibran, fafa,Tambak, Ridwan, R jok, Juhan, Togap, kecos, manda, fadly boy,
agung, Gultom,Tompul, Dawolo, Jo, dan yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terima kasih untuk kebersamaan yang selama ini baik diperkulihan
maupun di pertemanan yang luar biasa , semoga kita semua sukses selalu.
Nofid Rahman dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk
iv
13. Abang dan kakak stambuk 2012, 2013 dan 2014 yang sangat banyak
14. Adik adik Stambuk 2016, 2017 dan 2018 yang sudah membantu di perkuliahan
15. Seluruh rekan-rekan yang tidak mungkin saya tuliskan satu-persatu atas
Saya menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Bapak
dan Ibu Staf Pengajar serta rekan – rekan mahasiswa demi penyempurnaan Tugas
Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Penulis berharap semoga laporan
Penulis
Farid Fshlevi
15 0404 043
Halaman
ABSTRAK.............................................................................................................. i
vi
2.4.1 Tekanan Tanah Aktif dan Pasif Menurut Rankine ........... ................... 20
vii
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Tanah dari Data Sondir (Braja M. Das,1995) .................... 7
Tabel 2.2 Korelasi Berat Jenis Tanah (γ) untuk tanah non kohesif dan kohesif . 8
Tabel 2.4 Nilai Perkiraan Angka Poisson Tanah (Bowles, 1997) ........................ 10
Tabel 2.5 Hubungan Antara Sudut Geser Dalam dengan Jenis Tanah ................ 11
Tabel 4.5 Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan dengan Metode Bishop ........ 56
ix
Halaman
Gambar 4.20 Dimensi Irisan Lereng dengan sheet pile Kondisi 1 ........................ 58
Gambar 4.21 Titik Pemasangan sheet pile di dalam Bentuk Irisan ....................... 58
Gambar 4.22 Dimensi Irisan Lereng dengan sheet pile Kondisi 2 ........................ 61
Gambar 4.23 Titik Pemasangan sheet pile di dalam Bentuk Irisan ....................... 61
Gambar 4.24 Dimensi Irisan Lereng dengan sheet pile Kondisi 3 ........................ 63
Gambar 4.25 Titik Pemasangan sheet pile di dalam Bentuk Irisan ....................... 64
xi
xii
PENDAHULUAN
Lereng merupakan bagian dari permukaan bumi yang memiliki sudut kemiringan
tertentu dengan bidang datar (horizontal). Lereng dapat terjadi secara alami ataupun karena
buatan manusia dengan tujuan tertentu. Karena memiliki dataran yang tinggi, banyak orang
memanfaatkan lereng sebagai lahan untuk bercocok tanam ataupun untuk membangun
rumah sebagai tempat tinggal. Akan tetapi, jika berbicara mengenai dataran tinggi atau
lereng maka ada hal-hal yang harus diperhitungkan dalam bidang Geoteknik yaitu longsor.
Longsor merupakan bencana alam yang kerap kali terjadi di Indonesia. Bencana tanah
longsor adalah salah satu bencana alam yang mengakibatkan kerugian harta benda maupun
korban jiwa, serta menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana transportasi. Perkembangan
teknologi di bidang pembangunan, khususnya dalam bidang geoteknik menjadi salah satu
syarat ilmu yang harus dimiliki para perencana geoteknik.
Masalah umum yang sering dijumpai pada stabilitas lereng adalah kecilnya kestabilan
tanah dan daya dukung yang rendah pada tanah dasarnya. Karena kondisi tanah yang tidak
datar, maka komponen berat tanah yang sejajar dengan kemiringan talud akan bergerak ke
bawah
1
Universitas Sumatera Utara
Masalah umum yang sering dijumpai pada stabilitas lereng adalah kecilnya kestabilan
tanah dan daya dukung yang rendah pada tanah dasarnya. Karena kondisi tanah yang tidak datar,
maka komponen berat tanah yang sejajar dengan kemiringan talud akan bergerak ke bawah. Bila
komponen berat tanah tersebut cukup besar, kelongsoran talud dapat terjadi, yaitu tanah dalam
zona a-b-c-d-e-a. Gaya dorong (driving force) melampaui gaya berlawanan yang berasal dari
kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor. Dengan kata lain, keruntuhan suatu lereng kerap
kali diakibatkan oleh meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya
kekuatan geser suatu massa tanah.
Penelitian kali ini penulis menggunakan program PLAXIS sebagai program untuk
pengkajian kestabilan lereng di pembangunan TPA Sipirok Kec. Sipirok, Kab Tapunuli Tengah.
Program Plaxis itu sendiri adalah program elemen hingga untuk aplikasi geoteknik di mana
digunakan model-model tanah untuk melakukan simulasi terhadap perilaku tanah. Selain itu,
kondisi sesungguhnya dapat dimodelkan dalam regangan bidang maupun secara asimetris. Hasil
analisis dari program Plaxis seperti deformasi dan angka keamanan dapat digunakan sebagai
rujukan untuk penanganan perkuatan terhadap kestabilan lereng. Adapun pekuatan yang
digunakan pada penelitian ini adalah perkuatan dinding turap (sheet pile). Berdasarkan penelitian
di atas maka program Plaxis dapat digunakan sebagai alternatif perhitungan dan perencanaan
2
Universitas Sumatera Utara
konstruksi perkuatan lereng untuk mengetahui angka keamanan yang dihasilkan dari
simulasi perhitungan.
Dari latar belakang maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu sebagai berikut :
1. Evaluasi nilai faktor aman pada lokasi penelitian sebelum diberi perkuatan dengan
Plaxis
2. Evaluasi nilai faktor aman pada lokasi penelitian setelah diberi perkuatan dengan Plaxis
3. Evaluasi nilai faktor aman pada lokasi penelitian setelah diberi perkuatan dengan
menggunakan metode analitis Bishop.
1. Analisis ini mengambil data lereng dari pembangunan TPA Sipirok Kec. Sipirok, Kab
Tapunuli Tengah.
3. Data geometri lereng yang diperlukan pada analisis ini meliputi : tinggi lereng dan lebar
lereng.
3
Universitas Sumatera Utara
5. Metode analitis yang digunakan adalah metode Bishop.
1. Mengetahui kondisi lereng dikawasan pembangunan TPA Sipirok Kec. Sipirok, Kab
Tapunuli Tengah.
2. Sebagai referensi mahasiswa yang mengambil tugas akhir/penelitian dengan topik yang
sama.
Rancangan sistematika penulisan secara keseluruhan pada tugas akhir ini terdiri dari 5
(enam) bab, uraian masing-masing bab adalah sebagai berikut:
1. Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan, pembatasan masalah, dan
sistematika penulisan.
Bab ini mencakup teori dasar, rumus dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
topik yang dibahas.
Berisikan data-data yang terkait dengan daerah studi yang menjadi daerah
penelitian. Bab ini juga menguraikan hasil analisis dari metode yang dipergunakan
4
Universitas Sumatera Utara
5. Bab V : Kesimpulan dan Saran
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi tanah yang ada mempunyai beberapa versi, hal ini disebabkan
karena tanah memiliki sifat-sifat yang bervariasi. Adapun beberapa metode klasifikasi
tanah yang ada antara lain :
Secara umum elemen tanah mempunyai 3 (tiga) fase, yaitu butiran padat, air
dan udara. Pemahaman mengenai komposisi tanah diperlukan untuk mengambil
keputusan dalam memperoleh parameter tanah. Berdasarkan ketiga fase tersebut,
diperoleh hubungan antara volume dengan berat seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Data tekanan conus ( qc ) dan hambatan pelekat ( fs ) yang didapatkan dari hasil
pengujian sondir dapat digunakan untuk menentukan jenis tanah seperti yang ditunjukkan
dalam Tabel 2.1:
Berat volume atau berat isi (ɣ) merupakan berat tanah persatuan volume,
maka:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑤)
𝛾 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑣) (2.1)
Korelasi untuk menentukan berat jenis tanah (ɣ) dan berat jenis tanah jenuh (ɣsat)
pada tanah kohesif dan non kohesif dapat dilihat pada tabel 2.2:
Nilai poisson ratio ditentukan sebagai rasio kompresi poros terhadap regangan
pemuaian lateral. Nilai poisson ratio dapat ditentukan berdasar jenis tanah seperti yang
terlihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.
Kekuatan geser dalam mempunyai variabel kohesi dan sudut geser dalam. Sudut
geser dalam bersamaan dengan kohesi menentukan ketahanan tanah akibat tegangan
yang bekerja berupa tekanan lateral tanah. Nilai ini juga didapatkan dari pengukuran
engineering properties tanah dengan Direct Shear Test. Hubungan antara sudut geser
dalam dan jenis tanah ditunjukkan pada Tabel 2.5
10
Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel tanah. Bersama dengan
sudut geser dalam, kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang menentukan
ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja pada tanah dalam hal
ini berupa gerakan lateral tanah. Deformasi ini terjadi akibat kombinasi keadaan kritis
pada tegangan normal dan tegangan geser yang tidak sesuai dengan faktor aman dari
yang direncanakan. Nilai ini didapat dari pengujian Direct Shear Test. Nilai kohesi
secara empiris dapat ditentukan dari data sondir (qc) yaitu sebagai berikut:
Kohesi ( c ) = qc / 20 (2.7)
Suatu permukaan tanah yang miring dengan sudut tertentu terhadap bidang
horisontal dinamakan sebagai lereng. Pada setiap lereng akan menghasilkan komponen
gravitasi dari berat sendiri ataupun beban di atas tanah yang cenderung menggerakkan
massa tanah dari elevasi yang lebih tinggi ke elevasi yang lebih rendah. Air menjadi hal
11
12
f. Gempa bumi
g. Penurunan tahanan geser tanah pembentuk lereng oleh akibat kenaikan kadar air,
kenaikan tekanan air pori, tekanan rembesan oleh genangan air di dalam tanah,
tanah pada lereng mengandung lempung yang mudah kembang susut, dan lain-lain.
Menurut Craig (1989) dalam Larosa (2015), ada 3 tipe utama dari kelongsoran tanah
seperti pada Gambar 2.2 yaitu sebagai berikut:
13
2. Memperkecil ketinggian lereng, cara ini hanya dapat dipakai pada lereng yang
ketinggiannya terbatas, yaitu dalam hal kelongsoran yang bersifat “rational slide”.
14
3. Cara injeksi, yaitu dengan menambah tanah timbunan pada kaki lereng, membuat
selokan secara teratur pada lereng dengan mengurangi tegangan air pori pada tanah,
dengan menambah bahan kimia atau semen dipompa melalui pipa supaya masuk ke
dalam lereng.
15
Pada daerah tinjauan beberapa faktor penyebab kelongsoran juga teramati antara
lain, kemiringan lereng dan pengaruh air tanah. Dua parameter tersebut akan dianalisa lebih
lanjut dalam penelitian ini.
1) Axisymmetry
Pemodelan axisymmetry digunakan untuk struktur yang simetris, seperti tiang
pancang, verifikasi PVD.
2) Plane strain
Pemodelan plane strain biasanya digunakan untuk stuktur pemodelan struktur
memanjang, misalnya dinding penahan tanah, badan jalan dan verifikasi PVD.
3) Plane stress
Pemodelan plane stress biasanya digunakan untuk pemodelan portal.
16
Ada tiga tipe material pada program FEM yang bisa dipilih untuk masing – masing
model tanah yang digunakan, yaitu:
KW
= 100 G (2.9)
n
E′
G = K′ = (2.10)
2 (1−2v)
∆P ′ = K ′ ∆εV (2.11)
dimana :
K′ = Bulk modulus tanah
17
n = Porositas tanah
Pada tahun 1910, Mohr mengemukakan suatu teori keruntuhan pada material,
menurut Mohr keruntuhan pada material terjadi pada suatu bidang yang disebabkan oleh
kombinasi kritis tegangan normal atau geser sendirian. Hubungan antara tegangan normal
dan tegangan geser pada suat bidang keruntuhan diberikan dalam suatu fungsi sebagai
berikut :
𝜏 = 𝑓 (𝜎) (2.12)
18
𝜏 = 𝑐 + 𝜎 𝑡𝑎𝑛 ∅ (2.13)
dimana :
𝜏 = Tegangan geser
𝑐 = Kohesi tanah
𝜎 = Tegangan normal
19
𝜎 = 𝜎′ + 𝑢 (2.14)
Pemodelan Mohr-Coulomb mengasumsikan bahwa perilaku tanah bersifat plastis
sempurna (Linear Elastic Perfectl Plastic Model), artinya material akan mengalami
deformasi elastis sebelum mencapai suatu keruntuhan, bilamana batas elastis telah
terlewati barulah material mencapai konsisi plastis, selanjutnya material mengalami
keruntuhan.
Analisa tekanan tanah lateral digunakan untuk perencanaan dinding penahan tanah.
Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan oleh akibat dorongan tanah di
belakang struktur penahan tanah. Besarnya tekanan lateral sangat dipengaruhi oleh
perubahan letak (displacement) dari dinding penahan dan sifat-sifat tanahnya.
GAMBAR 2.9 Grafik hubungan pergerakan dinding penahan dan tekanan tanah
20
Akan tetapi, bila dinding penahan tanah diijinkan bergerak menjauhi massa
tanah di belakangnya secara perlahan – lahan, maka tegangan utama arah
horizontal akan berkurang secara terus – menerus. Pada suatu kondisi yakni
kondisi keseimbangan plastis, akan dicapai bila kondisi tegangan di dalam elemen
tanah dapat diwakili oleh lingkaran berwarna merah dan kelonggaran di dalam
tanah terjadi. Keadaan tersebut diatas dinamakan sebagai “kondisi aktif menurut
Rankine” (Rankine’s Active State); tekanan (σh’) yang terlingkar berwarna biru
merupakan “tekanan tanah aktif menurut Rankine” (Rankine’s Active Earth
Pressure).
1−sin 𝜃 𝜃
Ka = 1+sin 𝜃 = 𝑡𝑎𝑛 2 (45 - 2 )
Langkah yang sama dipakai untuk tanah yang berkohesi (cohesive soil),
perbedaannya adalah c ≠ 0, maka tegangan utama arah horizontal untuk kondisi
aktif adalah:
21
Keadaan tegangan awal pada suatu elemen tanah diwakili oleh lingkaran
Mohr berwarna kuning. Apabila dinding penahan tanah didorong secara perlahan –
lahan kearah masuk ke dalam massa tanah, maka tegangan utama σh akan
bertambah secara terus – menerus. Akhirnya kita akan mendapatkan suatu keadaan
yang menyebabkan kondisi tegangan tanah dapat diwakili oleh lingkaran Mohr
berwarna merah. Pada keadaan ini, keruntuhan tanah akan terjadi, disebut kondisi
pasif menurut Rankine (Rankine’s Passive state). Tegangan utama besar (major
principal stress) (σh), dinamakan tekanan tanah pasif menurut Rankine (Rankine’s
passive earth pressure).
Langkah yang sama dipakai untuk tanah yang berkohesi (cohesive soil),
perbedaannya adalah c ≠ 0, maka tegangan ut ama arah horizontal untuk kondisi
pasif adalah :
22
Pada sebagian besar metode analisis, gaya normal diasumsi bekerja dipusat alas dari
tiap potongan, sebab potongan tipis. Ini diterapkan pada sejumlah asumsi. Metode Bishop
ini menggunakan asumsi sebanyak (2n – 1 ). Prinsip dasarnya sebagai berikut:
Metode ini mengabaikan gaya gesek antar irisan dan kemudian mengasumsikan
bahwa gaya normal cukup untuk mendefinisikan gaya- gaya antar irisan. (Bishop, 1955).
Gaya normal di dasar dan tiap irisan ditentukan dengan menjumlahkan gaya- gaya dalam
arah vertikal. Momen penggerak irisan adalah : Wx Dimana W adalah berat irisan dan x
adalah jarak mendatar irisan ke pusat radius lingkaran. Momen penggerak (Md)
keseluruhan dari lereng adalah jumlah dari seluruh irisan, yaitu :
Md = Ʃ Wx
= Ʃ WR sin a
= R Ʃ W sin a (2.19)
Untuk nilai faktor keamanan dengan metode Bishop dapat diperoleh dengan
persamaan – persamaan dibawah ini :
23
Atau :
1
Ʃ [ 𝑐.𝑏 +(𝑊−𝑢.𝑏) tan ∅′](cos 𝑎 ( 1+tan ∅ tan 𝑎 / 𝐹
)
FK = (2.21)
Ʃ 𝑊sin 𝑎
1
Ʃ [𝑐.𝑏+(𝑊−𝑢.𝑏) tan ∅] (𝑀𝑖)
FK = (2.22)
Ʃ 𝑊 𝑠𝑖𝑛 𝑎
Keterangan :
c : kuat efektif
F : FK
W : berat irisan
b : lebar irisan
Untuk mencari nilai 1/M(alpha), dianjurkan memakai grafik dibawah ini atau
dengan cara trial and error
24
Sheet pile sering digunakan untuk membangun sebuah dinding yang berfungsi
sebagai penahan tanah, bisa berupa konstruksi berskala besar sampai kecil. Oleh karena
fungsinya sebagai penahan tanah, maka konstruksi ini digolongkan juga sebagai jenis lain
dari dinding penahan tanah (retaining walls) (Utami dan Surjandari, 2016). Perbedaan
mendasar antara sheet pile dan dinding penahan tanah terletak pada keuntungan
penggunaan sheet pile pada kondisi tidak diperlukannya pengeringan air (dewatering).
Beberapa jenis sheet pile yang umum digunakan dalam konstruksi yaitu kayu, beton dan
baja. Sheet pile dapat dibagi menjadi dua kategori dasar:
1) Cantilever
Stabilitas jenis ini sangat tergantung pada panjang penanaman tiang.
2) Anchored
Sheet pile yang di angker, disamping ujung sheet pile tertanam, di sekitar ujung
lainnya dipasang angker yang akan memberikan gaya tarik melawan tanah.
25
Karena pemasangan yang lumayan mudah dan biaya pekerjaan yang relatif murah,
turap banyak digunakan pada pekerjaan-pekerjaan, seperti :
1) Dinding penahan tanah misalnya pada tebing jalan raya atau tebing sungai.
2) Penahan tebing galian misalnya pada pembuatan pondasi langsung atau pondasi
menerus dan pembuatan basement.
3) Bangunan-bangunan dipelabuhan misalnya dinding dermaga dan dok kapal.
4) Bendungan elak.
Sheet pile tidak sesuai pada menahan tanah yg teramat tinggi sebab dapat
memerlukan luas muka bahan turap yg besar. tidak hanya itu sheet pile tambah tak sesuai
dipakai guna daerah yg mengandung tidak sedikit batuan, sebab merepotkan
pemancangan.
Tipe material ini dapat dibedakan menurut bahan yang digunakan. Bahan material
ini tersebut bermacam–macam, contohnya: kayu, beton bertulang, dan baja.(Utami dan
Surjandari, 2016)
Sheet pile kayu digunakan untuk dinding penahan tanah yang tidak begitu tinggi.
Karena tidak kuat menahan beban-beban lateral yang besar. Sheet pile kayu ini tidak
cocok digunakan pada tanah yang berkerikil karena sheet pile cenderung retak bila
dipancang. Bila sheet pile kayu digunakan untuk bangunan permanen yang berada
diatas muka air, maka perlu diberikan lapisan pelindung agar tidak mudah lapuk. Sheet
pile kayu banyak digunakn pada pakerjaan-pekerjaan sementara, misalnya untuk
penahan tebing galian.
Tiang sheet pile yang digunakan adalah papan kayu atau beberapa papan yang
digabung (wakefield piles). Papan kayu kira-kira dengan ukuran penampang 50 mm x
300 mm dengan takik pada aujung-ujungnya seperti terlihat pada gambar 3(a). Tiang
wakefield dibuat dengan memakukan tiga papan seca bersama-sama dimana papan
tengahnya dioffset sejauh 50-75 mm seperti pada gambar 3(b). Papan kayu juga bisa
26
Sheet pile beton yakni balok-balok beton yg sudah dicetak sebelum dipasang dgn
wujud tertentu. Balok-balok sheet pile dibuat tukar mengkait satu sama lain. jalan
berlawanan balok, melainkan di desain berterima menyangga beban-beban yg bakal
bekerja bagi saat pengangkatannya.
Sheet pile beton ini rata rata difungsikan buat konstruksi berat yg didesain
bersama tulangan bagi menyangga angkutan permanen sesudah konstruksi dan tambah
pada menasihati tegangan yg dihasilkan sewaktu konstruksi. Penampang tiang-tiang
ini yaitu kurang lebih 500-800 mili meter lebar dan tebal 150-120 mili meter.
penghabisan bawah plester rata-rata dibentuk memuncak buat menggampangkan
pemancangan.s
Sheet pile baja sangat umum digunakan, baik digunakan untuk bangunan
permanen maupun sementara, karena lebih menguntungkan dan mudah
penanganannya. Keuntungan-keuntungannya antara lain:
27
Menurut Fuadi Ubaidillah (2016) bahwa umumnya nilai faktor keamanan FK >
1,25 untuk kondisi existing dan FK ≥ 1,5 untuk lereng dengan perkuatan. Jenis perkuatan
geogrid terbukti mampu menjaga kestabilan lereng. Panjang geogrid dan jarak vertikal
geogrid terhadap pemasangan geogrid pada lereng sangat berpengaruh sehingga dapat
menaikkan angka keamanan lereng tersebut.
Menurut Iro Ganda dan Roesyanto (2012) kelongsoran tanah terjadi akibat
meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya kekuatan geser suatu
massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan geser dari suatu massa tanah tidak mampu
memikul beban kerja yang terjadi. Dari hasil yang didapatkan yaitu nilai safety faktor pada
kondisi awal sebesar 0,67 maka kelongsoran yang terjadi cukup besar. Nilai Safety Faktor
pada perkuatan standart yang menggunakan Geogrid dan Sheet pile sebesar 1.18 maka
dinyatakan daerah rawan longsor. Dengan penambahan timbunan dibelakang Sheetpile
setinggi 3 meter berupa Counterweight, mengakibatkan kemungkinan terjadinya
kelongsoran semakin kecil, dimana nilai SF yang didapat mendekati 1,25 (Nilai Standard
Safety Faktor).
Menurut Apri Luriyanto, Iqbal Maulana, Sri Prabandiyani R.W., Indrastono Dwi
Atmanto (2014) yang telah melakukan penelitian bahwa cara analisis yang digunakan
adalah menghitung stabilitas lereng serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang
terjadi. Untuk menangani hal tersebut dicoba dengan penanganan longsoran yaitu dengan
28
Menurut Ramadhani Fajar Rinanditya (2016) bahwa lereng yang ada di Piyungan,
Yogyakarta rawan longsor sehingga harus diberikan perkuatan agar stabil. Perkuatan yang
diberikan adalah dinding penahan tanah kantilever dengan struktur beton. Dari hasil
program Plaxis, didapatkan angka keamanan dari lereng tersebut meningkat setelah
diberikan perkuatan.
29
3.1 Umum
Data umum dari proyek Perbaikan Ruas Jalan Provinsi KM. 150 - Sibuhuan adalah
sebagai berikut:
Data primer disini adalah data yang di dapat dari Laboratorium Geotechnic &
Strucure Engineering Centre yang telah melakukan Soil Investigation langsung ke
lapangan. Diperoleh dari pengambilan sampel di lokasi. Data tanah yang kita perlukan
pada kegiatan penyelidikan tanah untuk analisa longsor pada pembangunan TPA Sipirok
adalah Data bor mesin,meliputi data SPT. Adapun untuk data Engineering dan Index
Properties yang dibutuhkan untuk analisis seperti; berat isi (γ), Sudut geser (ϕ), Kohesi (c),
Koefisien Permeabilitas (k).
30
Data sekunder merupakan penunjang dari data primer yang sudah ada. Data
sekunder ini adalah peta lokasi proyek dan potongan melintang lereng. Hal-hal ini
didapatkan untuk meninjau lokasi dimana kelongsoran terjadi. Layout jalan pada peta
kontur geologi tanah yang bertujuan untuk mendapatkan gambar tentang struktur tanah
pada lokasi, tempat maupun daerah yang kita tinjau. Dari peta kontur dibuat penampang
melintang untuk memperoleh geometri lokasi yang rawan terkena longsor. Lokasi proyek
berada pada daerah pembangunan TPA Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan.
Pemasangan Sheet pile pada lokasi proyek Pembangunan TPA Sipirok Kabupaten
Tapanuli Selatan direncanakan pada kedalaman . Adapun gambar potongan melintang
dapat dilihat pada gambar 3.1
31
Dalam perhitungan pemasangan geogrid dan dinding penahan tanah ini, penulis
memperhitungkan besarnya faktor keamanan yang didapat, melalui langkah-langkah
berikut:
3. Sifat-Sifat Material
Setelah memasukkan kondisi batas, sifat material untuk klaster-klaster tanah dan
objek geometri lainnya harus dimasukkan dalam kumpulan data. Klik tombol
32
a. Untuk lapisan tanah 1, ketik ‘Tanah Timbun’ untuk identifikasi dan pilih
Mohr-Coulomb untuk model material. Jenis material diatur ke tak-terdrainase
(undrained)..
b. Masukkan sifat lapisan tanah 1 pada kotak isisan yang sesuai dalam lembar-
tab umum dan parameter.
c. Untuk lapisan tanah 2, ketik ‘lempung berlanau’ untuk identifikasi dan pilih
Mohr-Coulomb untuk model material. Jenis material diatur ke tak-terdrainase
(undrained).
d. Masukkan sifat lapisan tanah 2 pada kotak isian yang sesuai dalam lembar-
tab umum dan parameter.
e. Untuk lapisan tanah 3, ketik ‘lempung lanau berpasir’ untuk identifikasi dan
pilih Mohr-Coulomb untuk model material. Jenis material diatur ke tak-
terdrainase (undrained).
f. Masukkan sifat lapisan tanah 3 pada kotak isian yang sesuai dalam lembar-tab
umum dan parameter.
g. Untuk lapisan tanah 4, ketik ‘tupa berpasir’ untuk identifikasi dan pilih Mohr-
Coulomb untuk model material. Jenis material diatur ke tak-terdrainase
(undrained).
h. Masukkan sifat lapisan tanah 4 pada kotak isian yang sesuai dalam lembar-
tab umum dan parameter.
i. Untuk Sheet pile, pada menu jenis kumpulan pilih “pelat”, ketik ‘Sheet pile’
kemudian isi nilai EA, EI, dan poison ratio sesuai dengan spesifikasi rencana
j. Seret kumpulan tanah timbun, lempung berpasir, lempung lanau berpasir, tupa
berpasir ke masing-masing klaster yang telah ditentukan.
33
4. Kondisi Awal (Initial Condition) Kondisi awal dari proyek ini membutuhkan
perhitungan tekanan air, penonaktifan dari struktur dan beban serta perhitungan
tegangan tanah awal. Tekanan air (tekanan air pori dan tekanan air pada kondisi
batas eksternal) dapat dihitung dengan dua cara, yaitu dengan perhitungan secara
langsung berdasarkan masukan dari garis freatik dan tinggi tekan dari
permukaan air dalam tanah, atau berdasarkan hasil dari perhitungan secara
langsung saja.
b. Klik <OK> untuk menerima nilai prapilih dari berat isi air sebesar 10 kN/m3.
Modus kondisi air sekarang akan menjadi aktif, dimana tombol garis freatik
telah terpilih. Secara prapilih, garis freatik global akan terbentuk di dasar
geometri.
c. Klik tombol hitung tekanan air (tanda positif bewarna biru) pada toolbar.
Jendela perhitungan tekanan air akan muncul.
34
h. Klik tombol hitung tegangan awal pada toolbar. Kotak dialog Prosedur-K0
akan muncul
i. Jaga agar faktor pengali total untuk berat tanah adalah 1.0. Terima nilai pra-
pilih untuk K0 dan klik tombol <OK>.
k. Klik tombol <hitung>. Pilih <Ya> untuk menjawab pertanyaan apakah data
akan disimpan dan masukkan nama yang diinginkan.
5. Perhitungan (Calculation)
a. Selain tahap awal (Initial Condition), tahap perhitungan pertama telah dibuat
secara otomatis oleh program. Dalam lembar-tab umum, terima seluruh nilai
pra-pilih.
b. Lalu memilih titik noda. Pemilihan titik noda ini adalah untuk penggambaran
kurva beban perpindahan maupun penggambaran lintasan tegangan.
c. Pada fase 1, buat judul “Penggalian”, pilih jenis perhitungan plastic analysis
lalu klik parameter dan masukkan waktu selama 4 hari. Lalu klik define dan
nonaktifkan lapisan tanah yg akan digali. Lakukan tahap diatas sesuai
dengan yang akan dilakukan.
35
e. Pada fase tiga buat judul “penimbunan” pilih jenis perhitungan plastic
analysis dengan jumlah waktu 10 hari. Lalu klik define aktifkan kembali
klaster galian sebelumnya.
f. Pada fase 4 buat judul “safety factor” pilih jenis perhitungan phi/c reduction.
Pilih fase konstruksi “incremental multiplier”.
h. Klik calculate, perhitungan akan berjalan dan akan berhenti jika semua fase
telah bertanda ceklis berwarna hijau. Klik output untuk melihat besar
penurunan yang terjadi dan klik multiplier pada fase safety factor untuk
melihat faktor keamanan lereng
36
Catatan:
37
Mulai
Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Anlisa Perhitungan
Kesimpulan
Selesai
38
Berikut adalah kondisi awal lereng tanpa menggunakan perkuatan dan tidak
ada muka air tanah
Lapisan Jenis γ kx ky c E
(Kn/m3) (kN/m2)
ϕ v
Tanah (m/hari) (m/hari) (kN/m2)
39
Hasil running dari program Plaxis 2D dapat dilihat dari Gambar berikut:
40
Selain itu, keluaran dari Plaxis adalah nilai deformasi. Berikut adalah Gambar
keluaran Plaxis yang juga menunjukkan letak titik dengan nilai deformasi terbesar
yang berada di area Tupa Berpasir.
∅ = 36o
𝛽 =0
∝ = 42osin
41
berpasir) ∅ = 32o
𝛽 =0
∝ = 42o
∅ = 27o
𝛽 =0
∝ = 42o
𝑐𝑜𝑠 2 (∅ − 𝛽)
Ka =
sin(∅+𝛿) sin(∅−𝑎)
𝑐𝑜𝑠 2 𝛽 cos( 𝛿+𝛽 )(1+ √cos(𝛿+𝛽) cos(∝−𝛽))2
𝑐𝑜𝑠 2 (36 − 0)
Ka =
sin(60) sin(−6)
𝑐𝑜𝑠 2 0 cos(24)(1+ √cos(24) cos(24))2
𝑐𝑜𝑠 2 (32−0)
Ka =
sin(53.3) sin(10) 2
𝑐𝑜𝑠 2 0 cos(21.3)(1+ √ )
cos(21.3) cos(21.3)
= 0.393
= 60.192
42
= 51.48 h2
Pa1 = ( ½ 𝛾 1 x h1 Ka + lq L )
Pa2 = ( 𝛾 lt x h1 Ka2 ) h2
Pp = ½ x 𝛾 2 x h22 x Kp
= ½ x 12 x h2 x 2.62
= 15.72 h2
𝜀m = 0
(543.521 (h2 + 3)) + 55.692 h2 (1/2 h2 ) + (2.84 h22 (1/3 h2)) – 15.72 h22 (1/3 h2
)=0
X1 = 15.469
43
= 30.66
Direncanakan 32 m
44
Hasil running dari program plaxis 2D, dapat dilihat pada Gambar-Gambar berikut:
45
46
47
48
Pada Plaxis Calculation didapat nilai Faktor keamanan yaitu sebesar yang
dapat dilihat pada Gambar 4.13.
49
50
Pada Plaxis Calculation didapat nilai Faktor keamanan yaitu sebesar yang
dapat dilihat pada Gambar 4.16.
Untuk nilai faktor keamanan (Safety Factor) dengan perkuatan Sheet Pile
didapat dengan Plaxis Calculation senilai 1,4524. Hasil perhitungan tersebut dapat
dilihat pada Gambar 4.17
51
52
(4.2)
Adapun secara analitis menentukan titik bidang kritis longsor adalah sebagai
berikut:
β = 42o
53
𝑥 0.23 (45)
Grafik = 𝐻 tan 𝛽 = 0.23 => = 11.4 m
tan 42
𝑦 1.56 (45)
tan 𝛽 = 1.56 => = 77.96 m
𝐻 tan 42
54
55
No Δx cΔx A W α αv Wsin an
56
= 5,934
- RM1 (Resisiting Moment)
𝑠𝑒𝑐α
= cΔx+W tan Φ x 𝑀𝑖
= 856,796 kN
- DM5 (Driving Moment)
= w sin α
= 489,31 sin(57)
=753,4713 kN
⅀𝑅𝑀 ⅀𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛
- FK = ⅀𝐷𝑀 = ⅀𝐺𝑎𝑦𝑎 𝐷𝑜𝑟𝑜𝑛𝑔
14325,13
= 13611,82
= 1,052
Maka diambil nilai faktor keamanan sebesar 1,052
Pada kondisi ini, sheet pile dipasang pada ujung bidang lereng dengan
titik Y=45m sepanjang 32m seperti yang terlihat pada Gambar
57
58
Lf = cos(90-α)
= 0,866m
Rn = f’c x As
59
= 153,075 kN
𝑅𝑛
V =
2 𝑥 √1+4𝑡𝑎𝑛2(90−α)
= 100,211 kN
T = V tan (90 – β)
= 111,2957 kN
= 3703,558 kN
Pmax = Pu/2
= 1851,778 kN
Adapun pembatasan gaya geser ijin dari sheet pile dapat ditentukan dengan
𝑉𝑚𝑎𝑥 2 𝑇𝑚𝑎𝑥 2
+ =1
𝑅𝑐 2 𝑅𝑛2
Maka nilai Tmax diperoleh sebesar 200,422 kN.
Kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari nilai faktor keamanan seperti
pada analisis kondisi lereng asli. Adapun asumsi awal untuk nilai FS adalah 1,37
60
Pada kondisi ini, sheet pile dipasang pada ujung bidang lereng dengan titik
Y=45m sepanjang 32m seperti yang terlihat pada Gambar
Gambar 4.22. Dimensi Irisan-Irisan Lereng dengan Sheet Pile pada Kondisi 2
61
Tabulasi perhitungan untuk analisis lereng dengan sheet pile pada kondisi
2 dapat dilihat pada Tabel. Nilai Faktor Keamanan awal yang dicoba (trial and
error) adalah 1,395.
Tabel 4.10. Tabulasi Perhitungan Beban pada Kondisi 2
No Δx cΔx A T W α αv Wsin an
1 1,5 42,15 6,8 205,0576 349,2576 71 21,3 126,8683
2 3,96 190,08 42,3 205,0576 963,7576 65 19,5 321,7089
3 5,47 136,75 97,2 205,0576 2009,358 57 11,4 397,1643
4 6,83 170,75 154,6 205,0576 3056,158 43 8,6 457,0036
5 8,07 201,75 236,58 205,0576 4544,198 36 7,2 569,539
6 7,93 198,25 245,2 205,0576 4697,958 22 4,4 360,4227
7 8,47 211,75 244,7 205,0576 4630,833 11 2,2 177,7675
8 8,85 221,25 199,7 205,0576 3892,158 1 0,2 13,58617
9 9 225 141,8 205,0576 2779,958 0 0 0
10 8,8 220 55,9 205,0576 1233,258 0 0 0
62
Maka diperoleh nilai faktor keamanan untuk lereng dengan sheet pile pada
kondisi 2 adalah 1,395.
Pada kondisi ini, sheet pile dipasang pada ujung bidang lereng dengan titik
x=55m dan y=55m sepanjang 32m seperti yang terlihat pada Gambar 4.24.
Gambar 4.24. Dimensi Irisan-Irisan Lereng dengan Sheet Pile pada Kondisi 3
63
Tabulasi perhitungan untuk analisis lereng dengan sheet pile pada kondisi
2 dapat dilihat pada Tabel. Nilai Faktor Keamanan awal yang dicoba (trial and
error) adalah 1,452
Tabel 4.13. Tabulasi Perhitungan Beban pada Kondisi 3
No Δx cΔx A T W α αv Wsin an
1 1,31 36,811 6,8 205,0576 347,3576 79 23,7 139,6196
2 4,1 196,8 42,3 205,0576 965,1576 70 21 345,8816
3 6,7 167,5 97,2 205,0576 2021,658 55 11 385,7505
4 7,1 177,5 154,6 205,0576 3058,858 39 7,8 415,1346
5 9 225 236,58 205,0576 4553,498 31 6,2 491,7748
6 8,84 221 245,2 205,0576 4707,058 25 5 410,2471
7 8,67 216,75 244,7 205,0576 4631,333 11 2,2 177,7867
8 9,1 227,5 199,7 205,0576 3894,658 2 0,4 27,18962
9 10,1 252,5 141,8 205,0576 2782,708 0 0 0
10 8,8 220 55,9 205,0576 1233,258 0 0 0
64
Maka diperoleh nilai faktor keamanan untuk lereng dengan sheet pile pada
kondisi 2 adalah 1,452.
65
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Nilai Faktor Keamanan pada kondisi awal lereng dengan analisis Plaxis adalah 1,172.
Nilai menunjukkan bahwa kondisi lereng masih kurang stabil.
2. Faktor Keamanan pada kondisi lereng dengan perkuatan Sheet Pile menggunakan
Plaxis dianalisis dengan 3 kondisi dengan hasil:
a. Nilai Faktor Keamanan lereng dengan Sheet Pile pada kondisi 1 adalah 1,4171
b. Nilai Faktor Keamanan lereng dengan Sheet Pile pada kondisi 2 adalah 1,4525
c. Nilai Faktor Keamanan lereng dengan Sheet Pile pada kondisi 1 adalah 1,4524
3. Nilai Faktor Keamanan pada kondisi awal lereng dengan metode Bishop adalah
1,052.
4. Faktor Keamanan pada kondisi lereng dengan perkuatan Sheet Pile menggunakan
metode Bishop dianalisis dengan 3 kondisi dengan hasil:
a. Nilai Faktor Keamanan lereng dengan Sheet Pile pada kondisi 1 adalah 1,37
b. Nilai Faktor Keamanan lereng dengan Sheet Pile pada kondisi 2 adalah 1,395
c. Nilai Faktor Keamanan lereng dengan Sheet Pile pada kondisi 1 adalah 1,452
5.1 Saran
1. Diperlukan data-data yang lebih lengkap seperti triaxial dan data-data penunjang
lainnya yang diperlukan sebagai parameter analisis.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan beban yang berada di atas.
66
Bowles, J.E., 1997, Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Das, Braja M., 1995, Mekanika Tanah dan Prinsip Rekayasa Geoteknis. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Ganda, I., & Roesyanto, 2012, Analisis Stabilitas Lereng dan Alternatif
Penanganannya (Studi Kasus Longsoran Jalan Alternatif Tawangmangu
STA 3+150 – 3+200, Karanganyar), Medan: Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Luriyanto, A., & Maulana, I., 2014, ‘Analisis Stabilitas Lereng dan Alternatif
Penanganannya: Kasus Longsoran Pada Ruas Jalan Pringsurat KM.
MGL. 22+631 - 22+655 Kabupaten Temanggung’, Jurnal Karya Teknik
Sipil, Vol. 3, No.4, hh. 861-889.
Muhibbi, I., & Pratama, R., 2014, ‘Analisis Stabilitas Lereng dan Alternatif
Penanganannya (Studi Kasus Longsoran Jalan Alternatif Tawangmangu
STA 3+150 – 3+200, Karanganyar)’, Jurnal Karya Teknik Sipil, Vol. 3,
No. 4, hh. 573-585.
Permana, G.W., 2016, Analisis Stabilitas Lereng dan Penanganan Longsoran
Menggunakan Metode Elemen Hingga Plaxis V.8.2 (Studi Kasus: Ruas
Jalan Liwa-Simpang Gunung Kemala STA 263+650). Lampung: Fakultas
Teknik, Universitas Lampung.
Rinanditya, R. Fajar, 2016, Analisis Stabilitas Lereng dengan Dinding Penahan
Tanah Kantilever Menggunakan Program Plaxis (Studi Kasus Jalan
Piyungan-Batas Gunung Kidul, Yogyakarta). Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Simarmata, Aran. 2014, Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Perkuatan
Double Sheet Pile dan Geogrid dengan Menggunakan Metode Elemen
Hingga (Studi Kasus Jalan Siantar - Parapat KM. 152). Medan:
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Ubaidillah, Fuadi, 2016, Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Geogrid
pada Ruas Jalan Banda Aceh-Meulaboh di Provinsi Aceh Menggunakan
Software Plaxis 8.2. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.