Anda di halaman 1dari 144

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK CANGKANG

KERANG DAN BOTTOM ASH SEBAGAI BAHAN


STABILITAS TANAH LEMPUNG DITINJAU DARI NILAI
CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) DAN UNCONFINED
COMPRESSION TEST (UCT)

TUGAS AKHIR
diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada
Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

FAUZAN TAFSILI PANE


15 0404 126

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


2

Universitas Sumatera Utara


3

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Stabilisasi merupakan salah satu usaha dalam memperbaiki kondisi tanah
yang memiliki indeks properties yang kurang baik. Salah satu stabilisasi tanah
yang biasa dilakukan yaitu dengan menambahkan bahan kimia pada tanah. Bahan
kimia yang biasa digunakan berupa semen, kapur, bitumen. Dalam penelitian ini
stabilisasi tanah lempung dilakukan dengan penambahan kerang dan fly ash.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai index properties, nilai
atterberg, nilai Compaction standar, nilai California Bearing Ratio (CBR) dan
nilai pengujian kuat tekan bebas Unconfined Compression Test (UCT) pada tanah
lempung.
Dari penelitian diperoleh sampel tanah asli memiliki kadar air 34,43% ,
berat spesifik 2,65 , batas cair 47,33% dan indeks plastisitas 29,88%. Klasifikasi
tanah asli menurut USCS tergolong Clay – Low Plasticity (CL) dan menurut
AASHTO tergolong A-7-6 (9). Nilai Unconfined Compression Test (UCT) tanah
asli dan tanah asli ditambah 3% garam adalah 1,42 kg/cm 2 dan 1,86 kg/cm2. Nilai
CBR laboratorium tidak terendam (unsoaked) untuk tanah asli adalah 6,29%.
Hasil yang paling efektif diperoleh dari campuran 8% Serbuk cangkang
kerang + 5% Bottom Ash yaitu dengan nilai UCT 2,59 kg/cm2 . Untuk pengujian
CBR laboratorium campuran paling efektif pada variasi campuran 8% Serbuk
cangkang kerang + 5% Bottom Ash dengan nilai CBR laboratorium terendam
(soaked) sebesar 10,07 % Tanah yang telah dicampur material stabilisator yang
paling efektif yaitu 8% Serbuk cangkang kerang + 5% Bottom Ash termasuk
dalam jenis Clay - Low Plasticity (CL) berdasarkan klasifikasi USCS dan
tergolong A-6 (6) berdasarkan klasifikasi AASHTO.

Kata Kunci: lempung, serbuk cangkang kerang, bottom ash, stabilisasi tanah,
CBR, kuat tekan bebas

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin. Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Kuasa atas karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir yang berjudul
“PENGARUH PENGUNAAN SEBUK CANGKANG KERANG

DAN BOTTOM ASH SEBAGAI BAHAN STABILITAS TANAH


LEMPUNG DITINJAU DARI NILAI CALIFORNIA BEARING
RATIO (CBR) DAN KUAT TEKAN BEBAS ini dimaksudkan untuk
melengkapi persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil pada
Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa
pihak yang berperan penting yaitu :
1. Pertama dan yang paling utama kepada Allah SWT yang telah memberikan
saya kesehatan, rezeki, kesempatan, dan jalan yang baik selama
menyelesaikan Tugas Akhir ini
2. Tak lupa pula juga kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang ini.
3. Kepada kedua orang tua saya, Ir M Saleh Pane dan Diah Raini serta kepada
abang saya Afdilla Chair Pane,SE dan kakak saya Aftika Raisa Pane,SE
yang telah memberikan dukungan penuh, nasehat, motivasi serta mendoakan
saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terimakasih atas segala
pengorbanan, cinta dan kasih saying yang tiada batasnya.
4. Ika Puji Hastuty,S.T,M.T. selaku Dosen pembimbing, yang telah banyak
memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran kepada saya untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T, M.T, Ph.D, selaku Ketua Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Dr. M. Ridwan Anas, S.T, M.T. sebagai Sekretaris Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

ii

Universitas Sumatera Utara


7. Bapak Prof. Dr. Ir. St. Roesyanto, M.Sc. selaku Ketua KBK Geoteknik dan
Dosen Pembanding I yang telah memberikan masukan, arahan, dan
bimbingan kepada saya.
8. Bapak Ir. Rudi Iskandar, M.T. selaku Dosen Pembanding II yang telah
memberikan masukan, arahan, dan bimbingan kepada saya.
9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan
memberikan pengajaran kepada saya selama menempuh masa studi di
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
10. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang memberikan bantuan selama ini kepada
saya.
11. Sahabat saya Fahmi Khusairi dan Aulia Rahman yang telah mau berjuang
bersama saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. Sahabat-sahabat saya dari Jangkrik yaitu Shamill Akbar Daulay, Nicolaz
Effendi, Farhan Maruscha, Fahrul Rozi, yang telah membantu, memotivasi
di perkuliahan maupun pekerjaan Tugas Akhir.
13. Sahabat-sahabat saya dari LMOBrotherhood yaitu Aidil Miraza, Odi Egi,
Herry Metta, Ramadhan Sembiring, Doni Habibi, Bagus Basofi yang telah
membantu, memotivasi di perkuliahan maupun pekerjaan Tugas Akhir.
14. Sahabat saya Rekky Arrasyid yang telah membantu dalam pekerjaan Tugas
Akhir.
15. Teman-teman seperjuangan stambuk 2015 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu terimah kasih buat kebersamaan yang selama ini baik diperkulihan
maupun dipertemanan yang luar biasa , semoga kita semua sukses selalu.
16. Abang dan kakak stambuk 2012, 2013 dan 2014 yang sangat banyak
memberikan arahan dan masukan serta perhatiannya kepada saya dalam
pengerjaan Tugas Akhir serta mengenal dunia perkulihan di teknik sipil.
17. Adik adik Stambuk 2016, 2017 dan 2018 yang sudah banyak membantu di
perkuliahan maupun pekerjaan Tugas Akhir.
18. Seluruh rekan-rekan yang tidak mungkin saya tuliskan satu-persatu atas
dukungannya yang sangat baik

iii

Universitas Sumatera Utara


Saya menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari Bapak dan Ibu Staf Pengajar serta rekan – rekan mahasiswa demi
penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Penulis berharap semoga


laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Mei 2020


Penulis

Fauzan Tafsili Pane


15 0404 126

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................v

DAFTAR TABEL............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x

DAFTAR NOTASI ............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian...................................................................... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian.................................................................... 4

1.4 Batasan Masalah ................................................................................ 4

1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................7


2.1Tinjauan Umum .................................................................................. 7

2.1.1 Tanah ...................................................................................... 7

2.1.2 Sifat-Sifat Fisik Tanah ............................................................. 8

2.1.3 Sistem Klasifikasi Tanah ......................................................... 16

2.1.4 Sifat-Sifat Mekanis Tanah....................................................... 24

2.2Bahan-Bahan Penelitian .................................................................... 32

2.2.1 Tanah Lempung (Clay)........................................................... 32

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Serbuk Cangkang Kerang ...................................................... 43

2.2.3 Bottom Ash ............................................................................. 44

2.3 Penelitian Yang Relevan .................................................................. 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................49


3.1 Program Penelitian ........................................................................... 49

3.2 Pekerjaan Persiapan ......................................................................... 49

3.3 Proses Pengambilan Sampling Tanah .............................................. 50

3.4 Pelaksanaan Pengujian ..................................................................... 51

3.4.1 Tanah 51

3.4.2 Serbuk Cangkang Kerang ....................................................... 52

3.4.3 Bottom Ash ............................................................................. 52

3.2 Analisis Data Laboratorium ............................................................. 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................54


4.1 Pendahuluan .................................................................................... 54

4.2 Pengujian Sifat Fisik Tanah ............................................................. 54

4.2.1 Pengujian sifat fisik tanah asli ................................................ 54

4.2.2 Pengujian sifat fisik kerang .................................................... 57

4.2.3 Pengujian sifat fisik bottom ash ............................................. 59

4.2.4 Pengujian sifat fisik tanah dengan bahan stabilisator ............. 60

4.3 Pengujian Sifat Mekanis Tanah ....................................................... 63

4.3.1 Pengujian Pemadatan Tanah Asli (Compaction).................... 63

4.3.2 Pengujian Pemadatan Tanah (Compaction) Dengan Bahan


Stabilisator .............................................................................. 64

4.3.3 Pengujian CBR (California Bearing Ratio) ............................. 67

4.3.4 Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) .


.................................................................................... 69

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................74
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 74

5.2 Saran……… .................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................76

LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komposisi kimia cangkang kerang ...................................................... 2

Tabel 2.1 Berat spesifik tanah .............................................................................. 3

Tabel 2.2 Derajat kejenuhan dan kondisi tanah ................................................... 9

Tabel 2.3 Indeks plastisitas tanah ......................................................................... 12

Tabel 2.4 Klasifikasi tanah ekspansif berdasarkan PI dan LL ............................. 13

Tabel 2.5 Klasifikasi tanah berdasarkan PI .......................................................... 16

Tabel 2.6 Klasifikasi tanah ekspansif berdasarkan persentase lolos

ayakan no.200....................................................................................... 19

Tabel 2.7 Klasifikasi potensial pengembangan menurut Snethen........................ 24

Tabel 2.8 Hubungan konsistensi dengan kuat tekan bebas tanah lempung.......... 28

Tabel 2.9 Sensitivitas tanah lempung ................................................................... 23

Tabel 2.10 Aktivitas tanah lempung....................................................................... 31

Tabel 2.11 Sifat-sifat bottom ash ........................................................................... 38

Tabel 2.12 Sifat kimia bottom ash.......................................................................... 56

Tabel 4.1 Data uji sifat fisik tanah................................................................. ...... 57

Tabel 4.2 Data uji Sifat fisik kerang..................................................................... 59

Tabel 4.3 Data uji sifat fisik bottom ash .............................................................. 60

Tabel 4.4 Data uji atterberg limit ......................................................................... 61

Tabel 4.5 Data uji pemadatan tanah asli............................................................... 63

Tabel 4.6 Data hasil uji pemadatan tanah dengan bahan stabilisator ................... 64

Tabel 4.7 Data hasil CBR dengan berbagai variasi penambahan kerang dan

bottom ash ............................................................................................ 65

viii

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8 Data hasil uji kuat tekan bebas dengan berbagai variasi penambahan

kerang dan bottom ash.......................................................................... 69

Tabel 4.9 Perbandingan kuat tekan tanah asli dan tanah remoulded.................... 72

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tiga fase elemen tanah .................................................................... 7

Gambar 2.2 Batas-batas Konsistensi .................................................................. 11

Gambar 2.3 Cawan casagrande dan grooving tool ............................................. 12

Gambar 2.4 Hubungan antara WP, WL dan WN dalam menghitung LI

atau IL .............................................................................................. 14

Gambar 2.5 Ayakan untuk pengujian sieve analysis ........................................... 15

Gambar 2.6 Diagram klasifikasi tekstur .............................................................. 17

Gambar 2.7 Klasifikasi tanah sistem USCS ........................................................ 19

Gambar 2.8 Klasifikasi tanah menurut AASHTO ............................................... 20

Gambar 2.9 Klasifikasi tanah berdasarkan tingkat ekspansif Prof.Seed ............. 21

Gambar 2.10 Klasifikasi tanah berdasarkan tingkat ekspansif Prof.William ........ 22

Gambar 2.11 Hubungan antara kadar air dan berat isi kering tanah ..................... 25

Gambar 2.12 Alat pemeriksa nilai CBR di laboratorium ...................................... 26

Gambar 2.13 Skema uji tekan bebas ..................................................................... 27

Gambar 2.14 Keruntuhan geser kondisi air termampatkan ................................... 28

Gambar 2.15 Grafik sensitifitas tanah asli dan tanah remoulded.......................... 29

Gambar 2.16 Kuat tekan tanah asli dan tanah remoulded ..................................... 30

Gambar 2.17 Struktur atom mineral lempung ....................................................... 35

Gambar 2.18 Diagram sistematik kolinite ............................................................. 36

Gambar 2.19 Diagram skematik struktur montmorrilonite ................................... 37

Gambar 2.20 Diagram skematik struktur illite ...................................................... 38

Gambar 2.21 Sifat dipolar molekul air .................................................................. 41

Gambar 2.22 Tarik menarik molekul dipolar pada lapisan ganda......................... 41

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.23 Kation dan anion pada partikel ........................................................ 54

Gambar 4.1 Plot grafik klasifikasi USCS............................................................. 55

Gambar 4.2 Grafik analisa saringan tanah asli .................................................... 56

Gambar 4.3 Grafik batas cair (liquid limit), atterberg limit ................................ 57

Gambar 4.4 Grafik analisa saringan serbuk cangkang kerang ............................ 59

Gambar 4.5 Grafik analisa saringan bottom ash ................................................. 60

Gambar 4.6 Grafik hubungan antara nilai batas cair (LL) dengan variasi

campuran serbuk cangkang kerang dengan bottom ash .................. 62

Gambar 4.7 Grafik hubungan antara nilai batas plastis (PL) dengan variasi

serbuk cangkang kerang dengan bottom ash ................................... 62

Gambar 4.8 Grafik hubungan antara nilai indeks plastisitas (IP) dengan

variasi campuran serbuk cangkang kerang dengan bottom ash....... 63

Gambar 4.9 Kurva kepadatan tanah asli .............................................................. 64

Gambar 4.10 Grafik hubungan antara berat isi kering maksimum

(Γd Maks) tanah dengan variasi campuran serbuk cangkang kerang

dengan bottom ash ........................................................................... 66

Gambar 4.11 Grafik hubungan antara kadar air optimum tanah (Wopt )

dengan variasi campuran serbuk cangkang kerang dengan bottom

ash.................................................................................................... 67

Gambar 4.12 Grafik hubungan nilai CBR dengan variasi persentase

penambahan campuran serbuk cangkang kerang dengan bottom ash 70

xi

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.13 Grafik Hubungan antara nilai kuat tekan tanah (qu) dengan

regangan (strain) yang diberikan pada sampel tanah asli dan

Remoulded ...................................................................................... 72

Gambar 4.14 Grafik kuat tekan dengan berbagai variasi penambahan

serbuk cangkang kerang dengan bottom ash .................................. 67

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR NOTASI
V Volume tanah (cm3)

Volume butiran padat (cm3)

Volume pori (cm3)

Volume air di dalam pori (cm3)

Volume udara di dalam pori (cm3)

W Berat tanah (gr)

Berat butiran padat (gr)

Berat air (gr)

Kadar air ( )

Porositas

Angka pori

γb Berat volume basah (gr/cm3)

Berat volume kering (gr/cm3)

Berat volume butiran padat (gr/cm3)

Berat jenis tanah

S Derajat kejenuhan ( )

SL Batas susut

Berat tanah basah dalam cawan percobaan (gr)

Berat tanah kering oven (gr)

Volume tanah basah dalam cawan

Volume tanah kering oven

Berat jenis air

IP Indeks plastisitas ( )

xiii

Universitas Sumatera Utara


LL Batas cair ( )

PL Batas plastis ( )

Kuat geser (kg/cm2)

Tegangan utama (kg/cm2)

Kuat tekan bebas tanah

Kohesi

ᵠ Sudut geser tanah (0)

Tegangan runtuh

St Sensitivitas

ε Regangan axial (%)

∆L Perubahan panjang (cm)

Lo Panjang mula-mula (cm)

A Luas rata-rata pada setiap saat (cm2)

Ao Luas mula-mula (cm2)

σ Tegangan (kg/cm2)

P Beban (kg)

k Faktor kalibrasi proving ring

N Pembacaan proving ring (div)

xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-1. Data Uji Laboratorium, Kadar Air dan Berat Jenis

Lampiran-2. Data Uji Laboratorium, Analisa Saringan

Lampiran-3. Data Uji Laboratorium, Atterberg Limit

Lampiran-4. Data Uji Laboratorium, Compaction Test

Lampiran-5. Data Uji Laboratorium, CBR Laboratorium Test

Lampiran-6. Data Uji Laboratorium, Unconfined Compression Test

Lampiran-7. Data Komposisi Tanah

Lampiran-8. Dokumentasi Pelaksanaan

xv

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah dapat didefinisikan sebagai bahan di atas batuan dasar, yang lepas dan
tidak terkonsolidasi, yang dihasilkan oleh pelapukan batuan. jenis tanah atau
klasifikasi tanah berdasarkan pemakaian lebih memadai bagi keperluan teknik.
karena dasar klasifikasi memperhitungkan sifat- sifat fisis tanah disamping
persentase ukuran butiran. Tanah dapat diklasifikasi secara umum sebagai tanah
kohesif dan tidak kohesif atau berbutir halus dan berbutir kasar. (Bowles, 1993).
Ukuran dari partikel tanah adalah sangat beragam dengan variasi yang cukup
besar, sehingga tanah dibagi menjadi empat kelas yaitu kerikil (gravel), pasir
(sand), lanau (silt), dan lempung (clay), berdasarkan ukuran partikel yang paling
dominan dari tanah tersebut (Das, 1994).

Lempung merupakan agregat prtikel-patikel berukuran mikroskopik dan


submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun
batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas. Dalam
keadaan kering sangat keras, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan .
permebilitas lempung sangat rendah.

Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu


yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air.
Tanah lempung biasa digunakan sebagai bahan timbunan jalan raya. Namun
ketika kadar air tinggi, tanah lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat
lunak. Oleh sebab itu, tanah lempung perlu dilakukan stabilisasi.

Cara yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk stabilisasi yaitu
dengan cara pemadatan, namun dengan kondisi tanah dasar yang memiliki
kestabilan CBR (California Bearing Ratio) yang tinggi sebagaimana disyaratkan
dalam suatu konstruksi jalan. Selain itu pengujian kuat tekan bebas juga
dibutuhkan dalam penelitian ini. Pada saat pemadatan diperlukan suatu perlakuan

Universitas Sumatera Utara


khusus yaitu dengan memberikan bahan tambah (additive) untuk memperbaiki
tanah dasar tersebut.

Pada penelitian ini akan dibahas tentang stabilisasi tanah lempung dengan
penambahan serbuk cangkang kerang dan bottom ash sebagai bahan stabilisator
yang diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat fisis maupun mekanis dari sampel
tanah sehingga didapat tanah lempung yang memenuhi syarat teknis penggunaan
pada konstruksi di lapangan.

Dalam penelitian ini digunakan cangkang kerang, sebagai bahan baku utama
untuk menentukan nilai CBR lab, sehingga dapat memberikan alternatif untuk
memanfaatkan limbah-limbah yang tidak bermanfaat. Kerang merupakan salah
satu komoditi perikanan yang telah lama di budidayakan sebagai salah satu usaha
sampingan masyarakat pesisir. Cangkang kerang mengandung senyawa kimia
yang bersifat pozzolan yaitu mengandung zat kapur (CaO), alumina dan senyawa
silika sehingga sesuai digunakan sebagai bahan baku CBR lab. Dalam
optimalisasi pemanfaatan cangk ang kerang ini diharapkan akan mengurangi
limbah yang mencemari lingkungan dan akan memberi nilai tambah sendiri.
Karena banyaknya limbah cangkang kerang yang terdapat di sentralisasi
pengupasan kerang dan pasar kerang yang tidak dimanfaatkan dengan baik.
Adapun penggunaan cangkang kerang sebagai bahan tambah pada stabilisasi tanah
lempung.

Tabel 1.1 Komposisi serbuk cangkang kerang ini.


Komponen Kadar ( % berat )
CaO (kalsium Oksida) 66,70
SiO2 (silikat) 7,88
Fe2O3 (besi 3 oksida) 0,03
MgO (magnesium oksida) 22,28
AL2O3 (aluminium oksida) 1,25
Sumber : Shinta marito siregar,2009

Universitas Sumatera Utara


Bottom Ash adalah limbah abu yang ukurannya lebih besar dari pada fly ash.
Pada pembakaran batubara di dalam boiler akan menghasilkan limbah berupa
debu (ash). Menurut ukurannya limbah debu dibagi menjadi dua yaitu abu terbang
(fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Yang digolongkan sebagai bottom ash
adalah:
1. Abu dari eco hopper yang berasal dari economizer
2. Pyrite reject yang merupakan material batubara yang tidak bisa
dihaluskan di mill karena terlalu keras, juga bisa berupa material selain
batubara yang bercampur bersama batubara seperti batu, potongan besi,
kawat dan lain sebagainya
3. Slag yang jatuh dari boiler akibat proses sootblowing.
Bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batubara
pada pembangkit tenaga listrik. Pada masa lampau, bottom ash diperoleh dari
produksi pembakaran batubara secara sederhana, dengan corong gas dan
menyebar ke atmosfer. Hal ini yang menimbulkan masalah lingkungan dan
kesehatan, karena bottom ash diperoleh dari hasil dari tempat pembakaran
batubara dibuang sebagai timbunan. Bottom ash ini terdapat dalam jumlah yang
cukup besar, sehingga memerlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan masalah
lingkungan, seperti pencemaran udara, atau perairan, dan penurunan kualitas
ekosistem.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh dan persentase penambahan bahan additive serbuk cangkang kerang dan
bottom ash guna peningkatan daya dukung tanah lempung dengan persentase dari
penambahan additive serbuk cangkang kerang sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, 10%,
12%. dan bottom ash sebesar 3%, 5% dari total berat kering tanah lempung yang
melalui proses pengujian laboratorium. Adapun jenis pengujian yang dilakukan
adalah:

Universitas Sumatera Utara


a. Uji sifat fisis tanah meliputi : kadar air, berat jenis (specific gravity),
analisa butiran tanah kasar dan analisa butiran tanah halus, dan batas-
batas atterberg.
b. Pemadatan (compaction), pengujian CBR laboratorium terendam
(soaked).

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan tugas akhir yang diharapkan penulis adalah:
1. Bagaimana pengaruh penambahan serbuk cangkang kerang dan bottom ash
terhadap nilai indeks propertis tanah lempung?
2. Mengetahui sifat fisis (index properties) dari tanah asli dan serbuk
cangkang kerang dan bottom ash?
3. Mengetahui pengaruh penambahan serbuk cangkang kerang dan bottom ash
terhadap sifat plastis tanah.
4. Mencari campuran yang optimal yang memberikan nilai California
Bearing Ratio (CBR) dan kuat tekan bebas (UCT) dari tanah lempung.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain:
1. Penggunaan bahan stabilitas yang ekonomis.
2. Sebagai referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi dan
mempelajari hal terkait yang dibahas dalam laporan tugas akhir.

1.4 Batasan Masalah


1. Tanah yang dipakai tanah lempung PTPN II, Patumbak, Deli Serdang.
2. Bahan stabilitas yang digunakan adalah serbuk cangkang kerang dan
bottom ash yang telah lolos saringan no. 200.
3. Serbuk cangkang kerang yang digunakan berasal dari Restaurant Kerang
Rebus Sumatera Jl.Gagak Hitam, Medan dan dihaluskan di Laboratorium
Teknik Kimia menggunakan alat Ballmill. Dengan biaya pemakaian alat
ballmill sebesar Rp 10.000/jam.
4. Bottom Ash yang digunakan berasal dari PLTU Pangkalan Susu, Sumatera

Universitas Sumatera Utara


Utara.
5. Komposisi campuran terdiri dari: tanah, serbuk kulit kerang dan bottom
ash. peningkatan daya dukung tanah lempung dengan persentase dari
penambahan additive sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, 12%. Penambahan
persentase bottom ash sebesar 3%, 5% dari berat tanah.
6. Berat tanah yang dimaksud adalah tanah dalam kondisi kering setelah
dijemur di bawah sinar matahari dan lolos dari saringan no. 4.
7. Uji index properties tanah asli untuk mengetahui sifat fisis tanah yang
dilakukan pada awal penelitian, meliputi:
a. Uji Kadar Air
b. Uji Berat Spesifik Tanah
c. Uji Nilai Atterberg (Batas-Batas Konsistensi)
d. Uji Distribusi Butiran atau Analisa Saringan
8. Pengujian untuk engineering properties tanah asli dilakukan dengan uji
Proctor Standard, dan uji CBR Laboratorium rendaman (soaked).
9. Pengujian yang dilakukan terhadap benda uji yang telah diberi campuran
bahan stabilisasi meliputi pengujian Atterberg, pengujian Proctor
Standard, serta pengujian CBR Laboratorium.
10. Masa Pemeraman terdiri dari dua variasi yaitu 1 hari dan 3 hari.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan dibuat dalam 5 bab dengan
uraian sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan dan manfaat, rumusan
masalah, pembatasan masalah.

Bab II: Tinjauan Pustaka


Bab ini mencakup hal-hal yang dijadikan penulis sebagai dasar dalam membahas
pengaruh penambahan serbuk cangkang kerang dan bottom ash pada tanah
lempung, terhadap peningkatan daya dukung tanah dengan pengujian CBR

Universitas Sumatera Utara


Laboratorium (California Bearing Ratio) dan pengujian kuat tekan bebas
(Unconfined Compression Test).

Bab III : Metodologi Penelitian


Bab ini berisi tentang segala metodologi yang dilakukan dalam penelitian berupa
urutan-urutan tahapan pelaksanaan penelitian mulai dari pekerjaan di lapangan
sampai jenis penelitian yang dilakukan di laboratorium hingga analisis data
laboratorium yang telah diperoleh.

Bab IV: Pembahasan


Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai pengaruh penambahan serbuk
cangkang kerang dan bottom ash pada tanah lempung yang dilihat dari pengujian
laboratorium yaitu CBR Laboratorium sesuai dengan variasi kadar campuran yang
direncanakan. Membahas tentang data-data yang didapat dari penelitian yang
dilakukan yakni nilai CBR pada uji CBR laboratorium dan unconfined
compression test sesuai dengan variasi kadar campuran yang direncanakan.
Membahas tentang data-data yang didapat dari penelitian yang dilakukan yakni
nilai dan pada uji kuat tekan bebas, membahas grafik hubungan serbuk cangkang
kerang dan bottom ash dengan lama pemeraman terhadap kekuatan tanah yang
diperoleh, serta analisa angka dari pengujian Atterberg.

Bab V: Kesimpulan dan Saran


Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang
diberikan atas hasil yang didapat.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


2.1.1 Tanah
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama
lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat)
disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara
partikel- partikel padat tersebut (Das,1991).
Tanah merupakan komposisi dari dua atau tiga fase yang berbeda.
Fasefase tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram fase seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut.

(a) (b)
Gambar 2.1 Tiga fase elemen tanah (Lambe dan Whitman,1959)

Dari gambar tersebut diperoleh persamaan hubungan antara volume-berat


dari tanah berikut:
V =V 𝑆 + Vv (2.1)

V = V 𝑆 +Vw +Vg (2.2)

Dimana :

Vs : Volume butiran padat (cm3)

VV : Volume pori (cm3)

Universitas Sumatera Utara


Vq: Volume air di dalam pori (cm3)

Va : Volume udara di dalam pori (cm3)

Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka berat total dari
contoh tanah dapat dinyatakan dengan :
W = W 𝑆 + Ww (2.3)

Dimana:

W : Berat tanah (gr)


Ww : Berat air (gr)

Jika tanah dalam keadaan kering maka tanah tersebut terdiri dari dua fase
yaitu partikel padat dan pori-pori udara. Tanah yang jenuh seluruhnya juga terdiri
dari dua fase yaitu partikel padat dan air pori. Sedangkan tanah dalam keadaan
jenuh sebagian maka terdiri dari tiga fase yaitu partikel padat, pori-pori udara dan
air pori (Fadilla, 2014).

2.1.2 Sifat-Sifat Fisik Tanah


2.1.2.1 Kadar air (Water Content)
Kadar air ( ) merupakan perbandingan antara berat air (Ww)
dengan berat butiran padat (Ws) dalam tanah tersebut, dinyatakan dalam
persen.
= x 100% (2.4)

Dimana:

= kadar air (%)

Ww = berat air (gr)

Ws = berat butiran (gr)

Universitas Sumatera Utara


2.1.2.2 Berat Spesifik (Specific Gravity)
Berat jenis tanah (Gs) merupakan perbandingan antara berat volume
butiran padat (γ ) dengan berat volume air (γ ) pada temperature 4º. Nilai suatu
berat jenis tanah tidak bersatuan (tidak berdimensi).

s = (2.5)

Dimana:
s : berat spesifik tanah
s : berat volume padat (gr/cm3)
w : berat volume air (gr/cm3)

Tabel 2.1 Berat Spesifik Tanah (Das, 1991)


Macam Tanah Berat Spesifik
Kerikil 2,65 - 2,68
Pasir 2,65 - 2,68
Lanau tak organik 2,62 - 2,68
Lempung organik 2,58 - 2,65
Lempung tak organik 2,68 - 2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25 - 1,80

Hasil-hasil penentuan berat spesifik dari sebagian besar tanah menunjukan


bahwa nilai-nilai dari 2,6 sampai 2,75 merupakan nilai yang paling banyak
terdapat.
.

Universitas Sumatera Utara


2.1.2.3 Derajat Kejenuhan (Degree of saturation)
Derajat Kejenuhan atau Degree of Saturation (S) didefinisikan sebagai
perbandingan antara volume air (Vw) dengan volume total rongga pori tanah (Vs).
Bila tanah dalam keadaan jenuh, maka 𝑆 = 1. Derajat kejenuhan suatu tanah (𝑆)
dapat dinyatakan dalam persamaan:

𝑆 (%) = (2.6)

Dimana:

𝑆 : derajat kejenuhan
Vw : berat volume air (cm3)
Vs : volume rongga pori tanah (cm3)
Derajat kejenuhan dari kondisi tanah dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Derajat Kejenuhan dan Kondisi Tanah (Hardiyatmo, 1992)

Keadaan Tanah Derajat Kejenuhan


Tanah kering 0
Tanah agak lembab > 0 - 0,25
Tanah lembab 0,26 - 0,50
Tanah sangat lembab 0,51 - 0,75
Tanah basah 0,76 - 0,99
Tanah jenuh 1

2.1.2.4 Batas-Batas Atterberg (Atterberg limit)


Batas-batas Atterberg digunakan untuk mengklasifikasikan jenis tanah
untuk mengetahui engineering properties dan engineering behavior tanah berbutir
halus. Pada tanah berbutir halus hal yang paling penting adalah sifat
plastisitasnya. Plastisitas disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung dalam
tanah yang dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah dalam menyesuaikan
perubahan bentuk pada volume yang konstan tanpa adanya retak ataupun remuk.

10

Universitas Sumatera Utara


Tanah yang berbutir halus biasanya memiliki sifat plastis. Sifat plastis
tersebut merupakan kemampuan tanah menyesuaikan perubahan bentuk tanah
setelah bercampur dengan air pada volume yang tetap. Tanah tersebut akan
berbentuk cair, plastis, semi padat atau padat tergantung jumlah air yang
bercampur pada tanah tersebut. Batas-batas Atterberg terbagi dalam tiga batas
berdasarkan kadar airnya yaitu batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit)
dan batas susut (shrinkage limit).
Atterberg (1911) memberikan cara untuk menggambarkan batas-batas
konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan
kandungan kadar airnya. Batas-batas tersebut adalah batas cair, batas plastis dan
batas susut. Batas- batas Atterberg dapat digambarkan seperti dalam Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Batas-batas konsistensi (Bowles, 1991)

11

Universitas Sumatera Utara


2.1.2.4.1 Batas Cair (Liquid limit)
Batas Cair (Liquid Limit) adalah kadar air tanah ketika tanah berada
diantara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu pada batas atas dari daerah plastis.
Batas Cair ditentukan dari pengujian Cassagrande (1948), yakni dengan
meletakkan tanah ke cawan dan dibentuk sedemikian rupa, kemudian tanah
tersebut dibelah oleh grooving tool dan dilakukan pemukulan dengan cara engkol
dinaikkan dan sampai mangkuk menyentuh dasar, dilakukan juga perhitungan
ketukan sampai tanah yang dibelah tadi berhimpit. Untuk lebih jelasnya, alat uji
Batas Cair berupa cawan Cassagrande dan grooving tool dapat dilihat pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Cawan Cassagrande dan Grooving Tool (Hardiyatmo, 1992)

2.1.2.4.2 Batas Plastis (Plastic limit)


Batas Plastis (Plastic Limit) dapat didefinisikan sebagai kadar air pada
tanah dimana pada batas bawah daerah plastis atau kadar air minimum. Untuk
mengetahui Batas Plastis suatu tanah dilakukan dengan percobaan menggulung
tanah berbentuk silinder dengan diameter sekitar 3,2 mm (1/8 inchi) dengan
menggunakan telapak tangan di atas kaca datar. Apabila tanah mulai mengalami
retak-retak atau pecah ketika digulung, maka kadar air dari sampel tersebut adalah
Batas Plastis.

12

Universitas Sumatera Utara


2.1.2.4.3 Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
Indeks Plastisitas adalah selisih Batas Cair dan Batas Plastis. Indeks
plastisitas merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat plastis.
Indeks Plastisitas dapat menunjukkan sifat keplastisitasan tanah tersebut. Jika
tanah memiliki interval kadar air daerah plastis yang kecil, maka tanah tersebut
disebut tanah kurus, sedangkan apabila suatu tanah memiliki interval kadar air
daerah plastis yang besar disebut tanah gemuk. Persamaan 2.7 dapat digunakan
untuk menghitung besarnya nilai indeks plastisitas dari suatu tanah. Tabel 2.3
menunjukkan batasan nilai Indeks Plastisitas dari jenis-jenis tanah.

PI = LL − PL (2.7)

Dimana :

LL = batas cair

PL = batas plastis

Tabel 2.3 Indeks Plastisitas Tanah (Hardiyatmo, 2002)


PI Sifat Macam Tanah Kohesi

0 Non-Plastis Pasir Non – Kohesif

<7 Plastisitas Rendah Lanau Kohesif Sebagian

7-17 Plastisitas Sedang Lempung berlanau Kohesif

>17 Plastisitas Tinggi Lempung Kohesif

2.1.2.4.4 Indeks Kecairan (Liquidity Index)


Kadar Air tanah asli relatif pada kedudukan plastis dan cair, dapat
didefinisikan oleh Indeks Cair (Liquidity Index). Indeks Cair merupakan
perbandingan antara selisih kadar air asli dengan batas plastis terhadap Indeks
Plastisitanya. Berikut persamaannya:

𝐿𝐼 = 𝐼𝐿 = = (2.8)

13

Universitas Sumatera Utara


Dimana :

LI = Liquidity Index (%)

ꞷN = kadar air asli (%)

Gambar 2.4 Hubungan Antara WP, WL dan WN Dalam Menghitung LI atau IL


(Bowles, 1991)

Dapat dilihat bahwa jika WN = LL, maka Indeks Cair akan sama dengan 1.
Sedangkan, jika WN = PL, Indeks Cair akan sama dengan nol. Jadi, untuk lapisan
tanah asli yang dalam kedudukan plastis, nilai LL > WN > PL. Nilai Indeks Cair
akan bervariasi antara 0 dan 1. Lapisan tanah asli dengan WN > LL akan
mempunyai LI > 1.
2.1.2.5 Gradasi Ukuran Butiran

Sifat-sifat jenis tanah tertentu banyak tergantung pada ukurannya.


Besarnya butiran juga merupakan dasar untuk klasifikasi atau pemberian
nama pada macam tanah.
Besar butiran tanah biasanya digambarkan dalam grafik yaitu merupakan
grafik lengkung (grading curve) atau grafik lengkung pembagi butir (partial size
distribution cueve). Suatu tanah yang mempunyai kurva distribusi ukuran butir
yang hampir vertikal (semua partikel dengan ukuran yang hampir sama) disebut
tanah yang uniform (uniformly graded). Apabila kurva membentang pada daerah
yang agak besar, tanah disebut bergradasi baik. Berikut ini adalah gambar alat
yang digunakan untuk pengujian analisa saringan (sieve analysis).

14

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5 Ayakan untuk pengujian sieve analysis (Das, 1998)

Gradasi (distribusi) ukuran butiran adalah penentuan persentase berat butiran pada
satu unit saringan dengan ukuran diameter lubang tertentu. Karakteristik
pengelompokkan tanah :

1. Tanah berbutir Kasar : Kerikil dan Pasir

2. Tanah berbutir Halus : Lanau dan Lempung Karakteristik tanah


berdasarkan distribusi partikelnya:
 CU (uniformity coefficient) adalah koefiseien keseragaman dimana
menunjukkan kemiringan kurva dan menunjukkan sifat seragam (uniform) tanah.
CU makin kecil, kurva makin curam, dan butir makin seragam. Sebaliknya CU
makin besar, kurva landai. Ukuran CU minimal 1, yang berarti semua butiran
berukuran sama. Koefisien keseragaman dapat dilihat Pada persamaan 2.9 berikut
:
(2.9)

15

Universitas Sumatera Utara


Dimana :

D10 = Diameter yang bersesuaian dengan 10% lolos ayakan


D60 = Diameter yang bersesuaian dengan 60% lolos ayakan

 Cc (curvature coefficient) adalah koefiseien gradasi

- Tanah bergradasi sangat baik bila CU > 15 .

- Tanah yang memiliki gradasi yang baik mempunyai nilai CU > 4 (untuk tanah
kerikil), CU > 6 (untuk pasir), dan
- CC antara 1 – 3 (untuk kerikil dan pasir).

Koefisien gradasi dapat dilihat pada Persamaan 2.10 berikut :

(2.10)

Dimana :
D10 = Diameter yang bersesuaian dengan 10% lolos ayakan
D30 = Diameter yang bersesuaian dengan 30% lolos ayakan
D60 = Diameter yang bersesuaian dengan 60% lolos ayakan

2.1.3 Sistem Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah digunakan untuk mengelompokkan tanah-tanah sesuai dengan


perilaku umum dari tanah pada kondisi fisis tertentu. Seperti diketahui bahwa di alam ini
tanah terdiri dari susunan butir-butir antara lain: pasir, lumpur, dan lempung yang
persentasenya berlainan. Klasifikasi tekstur ini dikembangkan oleh departemen pertanian
Amerika Serikat (U.S. Departement of Agriculture) dan deskripsi batas-batas susunan butir
tanah di bawah sistem U.S.D.A. Kemudian dikembangkan lebih lanjut dan digunakan untuk
pekerjaan jalan raya yang lebih dikenal dengan klasifikasi tanah berdasarkan persentase
susunan butir tanah oleh U.S. Public Roads Administration.

16

Universitas Sumatera Utara


Sejumlah sistem klasifikasi telah dikembangkan dan pengklasifikasian tersebut terbagi
menjadi tiga sistem klasifikasi yaitu :
1. Klasifikasi tanah berdasar tekstur/ukuran butir

2. Klasifikasi tanah sistem USCS

3. Klasifikasi tanah sistem AASHTO

Diagram klasifikasi tekstur dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah ini:

Gambar 2.6 Diagram klasifikasi tekstur (Das, 1992)

17

Universitas Sumatera Utara


2.1.3.1 Klasifikasi Sistem Kesatuan Tanah (Unified Soil Classification System)

Sistem klasifikasi berdasarkan hasil-hasil percobaan laboratorium yang paling banyak


dipakai secara meluas adalah sistem klasifikasi kesatuan tanah. Percobaan laboratorium yang
dipakai adalah analisis ukuran butir dan batas-batas Atterberg. Semua tanah diberi dua huruf
penunjuk berdasarkan hasil-hasil percobaan ini.

Ada dua golongan besar tanah-tanah yang berbutir kasar, < 50% melalui ayakan
No.200 dan tanah-tanah berbutir halus > 50% melalui ayakan No.200. Sistem ini pada
awalnya dikembangkan untuk pembangunan lapangan terbang, diuraikan oleh Casagrande
(1948). Ia telah dipakai sejak tahun 1942 , tetapi diubah sedikit pada tahun 1952 agar dapat
terpakai pada konstruksi bendungan dan konstruksi-konstruksi lainnya.
Simbol-simbol yang digunakan untuk mengklasifikasikan tanah dengan sistem unified
ini adalah sebagai berikut:

Huruf pertama: Huruf kedua:

G = kerikil (Gravel) W = bergradasi baik (Well


graded)
S = pasir (Sand) P = bergradasi buruk (Poor
graded)
M = kelanauan (Muddy) W & P dari lengkung gradasi dari
diagram plastisitas
C = kelempungan (Clayey)

M = lanau (Mud) L = batas cair rendah (Low LL)


C = lempung (Clay) H = bataas cair tinggi (High LL)

O = organik (Organic)

18

Universitas Sumatera Utara


Klasifikasi tanah sistem USCS (Unified Soil Classification System) dapat dilihat pada
Gambar 2.7 dibawah ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.7 Klasifikasi tanah sistem USCS (Das, 1991)

19

Universitas Sumatera Utara


2.1.3.2 Sistem Klasifikasi AASHTO

Klasifikasi tanah sistem AASHTO (American Association of State Highway


Transportation Official) dikembangkan pada tahun 1929 sebagai Public Road Administration
Classification System. Kemudian sistem ini mengalami beberapa perbaikan, sampai saat ini
versi yang berlaku adalah yang diajukan oleh Committee on Classification of Materials for
Subgrade and Granular Type Road of the Highway Research Board pada tahun 1945. Sistem
ini mengklasifikasikan tanah kedalam tujuh kelompok besar, yaitu A-1 sampai A-7. Tanah
yang diklasifikasikan ke dalam A-1 sampai A-3 adalah tanah berbutir yang 35% atau kurang
dari jumlah butiran tanah tersebut lolos ayakan no. 200. Sedangkan tanah A-4 sampai A-7
adalah tanah yang lebih dari 35% butirannya lolos ayakan no. 200.
Pengklasifikasian tanah dilakukan dengan cara memproses dari kiri ke kanan pada
bagan tersebut sampai menemukan kelompok pertama yang data pengujian bagi tanah
tersebut memenuhinya dan pada awalnya membutuhkan data-data sebagai berikut :
1. Analisis ukuran butiran.
2. Batas cair dan batas plastis dan IP yang dihitung.
3. Batas susut.

Khusus untuk tanah-tanah yang mengandung bahan butir halus diidentifikasikan lebih lanjut
dengan indeks kelompoknya. Bagan pengklasifikasian sistem ini dapat dilihat seperti pada
Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Klasifikasi tanah menurut AASHTO (Das, 1995)

20

Universitas Sumatera Utara


Indeks kelompok dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
GI = ( F - 35 )( 0,2 + 0,005 ( LL – 40 )) + 0,01 ( F – 15 )( PI – 10 ) (2.11)
Dimana:
GI = Indeks kelompok
F = Persen material lolos saringan no.200
LL = Batas cair
PI = Indeks plastisitas

Kriteria ini merupakan kriteria tanah berdasarkan tingkat ekspansive, meliputi


6 kriteria menurut para ahli, yaitu:

Gambar 2.9 Klasifikasi tanah berdasarkan tingkat ekspansif menurut Prof.Seed

21

Universitas Sumatera Utara


Skempton (1953), mendefinisikan sebuah besaran yang dinamakan
aktivitas dalam rumus sebagai berikut :

(2.12)

Gambar 2.10 Klasifikasi Tanah berdasarkan tingkat ekspansif menurut Prof.


William

22

Universitas Sumatera Utara


23

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Sifat-Sifat Mekanis Tanah
2.1.4.1 Pemadatan Tanah (Compaction)

Pemadatan (compaction) merupakan proses naiknya kerapatan tanah dengan


memperkecil jarak antar partikel sehingga terjadi reduksi volume udara: tidak terjadi
perubahan volume air yang cukup berarti pada tanah ini. Pada dasarnya pemadatan
merupakan usaha mempertinggi kepadatan tanah dengan pemakaian energi mekanis untuk
menghasilkan pemampatan partikel. Energi pemadatan di lapangan dapat diperoleh dari mesin
gilas, alat-alat pemadatan getaran dan dari benda-benda berat yang dijatuhkan. Di dalam
laboratorium digunakan alat-alat pemadatan tanah untuk percobaan. Derajat kepadatan yang
dapat dicapai tergantung tiga faktor yang saling berhubungan, yaitu kadar air selama
pemadatan, volume dan jenis tanah dan jenis beban pemadat yang digunakan (Krebs dan
Walker, dalam Budi Satrio 1998).
Ada 2 macam percobaan di laboratorium yang biasa dipakai untuk menentukan kadar
air optimum (Optimum Moisture Content = O.M.C) dan berat isi kering maksimum
(Maximum Dry Density = γw ). Percobaan-percobaan tersebut ialah percobaan pemadatan
standar (Standart Compaction Test) dan percobaan pemadatan modifikasi (Modified
Compaction Test). Pada tanah yang mengalami pengujian pemadatan akan terbentuk grafik
hubungan berat volume kering dengan kadar air. Kemudian dari grafik hubungan antara kadar
air dan berat volume kering ditentukan kepadatan maksimum dan kadar air optimum.

24

Universitas Sumatera Utara


ZAVL

Wopt Kadar air w (%)

Gambar 2.11 Hubungan antara kadar air dan berat isi kering tanah (Hardiyatmo,
1992)

2.1.4.2 Pengujian California Bearing Ratio (CBR)

Daya dukung tanah dasar (subgrade) pada perencanaan perkerasan lentur dinyatakan
dengan nilai CBR (California Bearing Ratio). CBR untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh
California Division of Highways pada tahun 1928. Sedangkan metode CBR ini dipopulerkan
oleh O. J. Porter. CBR adalah perbandingan antara beban yang dibutuhkan untuk penetrasi
contoh tanah sebesar 0,1”/0,2” dengan beban yang ditahan batu pecah standar pada penetrasi
0,1”/0,2”.
Jadi nilai CBR didefinisikan sebagai suatu perbandingan antara beban percobaan (test
load) dengan beban standar (standard load) dan dinyatakan dalam prosentase. Tujuan dari
percobaan CBR adalah untuk dukung tanah dalam kepadatan maksimum. Harga CBR adalah
nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu
pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu lintas.
CBR lapangan (CBR inplace) digunakan untuk mendapatkan nilai CBR asli di
lapangan, sesuai dengan tanah dasar saat itu. Umumnya digunakan untuk perencanaan tebal
lapisan perkerasan yang lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi, selain itu jenis
CBR ini digunakan untuk mengontrol kepadatan yang diperoleh apakah sudah sesuai dengan
yang diinginkan.

25

Universitas Sumatera Utara


CBR lapangan direndam (undisturbed soaked CBR) digunakan untuk mendapatkan
besarnya nilai CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air dan tanah mengalami
pengembangan (swelling) yang maksimum.
Ada dua macam pengukuran CBR yaitu :
1. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada 0,254 cm (0,1”) terhadap penetrasi standard
besarnya 70,37 kg/cm2 (1000 psi). Harga CBR % = (Beban 0.1”/ (3 x 1000)) x 100
2. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada penetrasi 0,508 cm (0,2”) terhadap penetrasi
standard yang besarnya 105,56 kg/cm2 (1500 psi). Harga CBR % = (Beban 0.2”/ (3 x
1500)) x 100
CBR laboratorium dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :
1. CBR laboratorium rendaman (soaked design CBR)
Pada pengujian CBR laboratorium rendaman pelaksanaannya lebih sulit karena membutuhkan
waktu dan biaya relatif lebih besar dibandingkan CBR laboratorium tanpa rendaman.
2. CBR laboratorium tanpa rendaman (unsoaked design CBR)
Sedang dari hasil pengujian CBR laboratorium tanpa rendaman sejauh ini selalu
menghasilkan daya dukung tanah lebih besar dibandingkan dengan CBR laboratorium
rendaman. Disini penulis akan menggunakan pengujian CBR tanpa rendaman.

Gambar 2.12 Alat pemeriksa nilai CBR di laboratorium (Soedarmo, 1997)

26

Universitas Sumatera Utara


2.1.4.3 Pengujian Uji Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

Pengujian uji tekan bebas ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya kekuatan
tekan bebas contoh tanah dan batuan yang bersifat kohesif dalam keadaan asli maupun buatan
(remoulded). Yang dimaksud dengan kekuatan tekan bebas adalah beban aksial persatuan luas
pada saat benda uji mengalami keruntuhan pada saat regangan axialnya mencapai 20%. Bila
maksud pengujian adalah untuk menentukan parameter kuat geser tanah, pengujian ini
hanya cocok untuk jenis tanah lempung jenuh, dimana pada pembebanan cepat, air tidak
sempat mengalir ke luar dari benda uji.
Berikut ini adalah gambar skematik dari prinsip pembebanan pada uji tekan bebas:

Gambar 2.13 Skema Uji Tekan Bebas (Hardiyatmo, 2002)


Tegangan aksial yang diterapkan di atas benda uji berangsur-angsur ditambah sampai
benda uji mengalami keruntuhan. Pada saat keruntuhannya, karena σ3 = 0.

27

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.14 menunjukkan lingkaran Mohr untuk pengujian Unconfined
Compression Test (UCT).

Gambar 2.14 Keruntuhan geser kondisi air termampatkan qu di atas sebagai


kekuatan tanah kondisi tak tersekap (Das, 1998)

Tabel 2.8 Hubungan konsistensi dengan kuat tekan bebas tanah lempung
(Hardiyatmo, 2002)

* Faktor konversi : 1 lb/in2 = 6.894,8 N/m


Dalam praktek untuk mengusahakan agar kuat geser undrained yang diperoleh dari hasil uji
tekan bebas mendekati sama dengan hasil uji triaksial pada kondisi keruntuhan, beberapa hal
harus dipenuhi, antara lain:

a. Benda uji harus 100% jenuh, kalau tidak, akan terjadi desakan udara di dalam ruang pori
yang menyebabkan angka pori (e) berkurang sehingga kekuatan benda uji bertambah.

28

Universitas Sumatera Utara


b. Benda uji tidak boleh mengandung retakan atau kerusakan yang lain. Dengan kata lain
benda uji harus utuh dan merupakan lempung homogen.
c. Tanah harus terdiri dari butiran sangat halus. Hal ini berarti bahwa penentuan kuat geser
tanah dari uji tekan bebas hanya cocok untuk tanah lempung.
d. Proses pengujian harus berlangsung dengan cepat sampai contoh tanah mencapai
keruntuhan. Jika waktu yang dibutuhkan dalam pengujian terlalu lama, penguapan dan
pengeringan benda uji akan menambah tekanan kekang dan dapat menghasilkan kuat geser
yang lebih tinggi. Waktu yang cocok biasanya sekitar 5 sampai 15 menit.

2.1.4.4 Sensitivitas Tanah Lempung

Pengujian kuat tekan bebas dilakukan pada contoh tanah asli (undisturbed) dan contoh
tanah tidak asli (remoulded). Pada uji tekan bebas yang diukur adalah kemampuan masing-
masing contoh terhadap kuat tekan bebas, sehingga didapat nilai kuat tekan maksimum. Dari
nilai kuat tekan maksimum yang diperoleh maka akan didapat nilai sensitivitas tanah. Nilai
sensitivitas adalah ukuran bagaimana perilaku tanah apabila ada gangguan yang diberikan dari
luar.

Gambar 2.15 Grafik sensitifitas tanah asli dan tanah remoulded (Das, 1995)

29

Universitas Sumatera Utara


Kekuatan tekanan tak tersekap berkurang banyak pada tanah-tanah lempung yang
terdeposisi (terendapkan) secara alamiah, dan jika tanah tersebut diuji ulang kembali setelah
tanah tersebut mengalami kerusakan struktural (remoulded) tanpa adanya perubahan dari
kadar air, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Kuat tekan tanah asli dan tanah remoulded (Das, 1995)

Sifat berkurangnya kekuatan tanah akibat adanya kerusakan struktural tanah disebut
sensitivitas (sensitivity). Tingkat sensitivitas adalah rasio (perbandingan) antara kekuatan
tanah yang masih asli dengan kekuatan tanah yang sama setelah terkena kerusakan
(remoulded), bila kekuatan tanah tersebut diuji dengan cara tekanan tak tersekap. Jadi,
Sensitivitas dinyatakan dalam persamaan:

(2.13)
Umumnya, nilai rasio sensitivitas tanah lempung berkisar antara 1 sampai 8, akan tetapi
pada beberapa tanah-tanah lempung maritim yang mempunyai tingkat flokulasi yang sangat
tinggi, nilai sensitivitas berkisar antara 10 sampai 80. Karena beberapa jenis lempung
mempunyai sifat sensitif terhadap gangguan yang berbeda-beda, oleh karena itu perlu adanya
pengelompokan yang berhubungan dengan nilai sensitivitas. Klasifikasi secara umum dapat
dilihat pada Tabel 2.9.

30

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.9 Sensitivitas lempung (Bowles, 1991)

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan pada pengujian kuat tekan:

1. Penekanan Sr = Kecepatan regangan berkisar antara 0,5 – 2% per menit

2. Kriteria keruntuhan suatu tanah :

a) Bacaan proving ring turun tiga kali berturut-turut.

b) Bacaan proving ring tiga kali berturut-turut hasilnya sama.

c) Ambil pada ε = 20% dari contoh tanah, Sr = 1% permenit, berarti waktu


maksimum runtuh = 20 menit.
Untuk menghitung regangan axial dihitung dengan rumus :

(2.14)
Dimana :
ε = Regangan axial (%)
∆L = Perubahan panjang (cm)
Lo = Panjang awal (cm)

Besarnya luas penampang rata-rata pada setiap saat :

(2.15)
Dimana :
A = Luas rata-rata pada setiap saat (cm2 )
Ao = Luas mula-mula (cm2 )

31

Universitas Sumatera Utara


Besarnya tegangan normal :

(2.16)
Dimana :
σ = Tegangan (kg/cm2)
P = Beban (kg)
K = Faktor kalibrasi proving ring
N = Pembacaan proving ring (div)

Sensitifitas tanah dihitung dengan rumus :

(2.17)
Dimana :
St = Nilai sensitivitas tanah
Σ = Kuat tekan maks. tanah asli (kg/cm2)
σ„ = Kuat tekan maks. tanah tidak asli (kg/cm2)

2.2 Bahan-Bahan Penelitian


2.2.1 Tanah Lempung (Clay)
2.2.1.1 Defenisi Lempung
Beberapa definisi tanah lempung antara lain:
1. Terzaghi (1987)
Mendefenisikan bahwa tanah lempung sebagai tanah dengan ukuran mikrokonis
sampai dengan sub mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur- unsur kimiawi penyusun
batuan. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan permeabilitas lempung sangat
rendah. Sehingga bersifat plastis pada kadar air sedang. Sedangkan pada keadaan air yang
lebih tinggi tanah lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak.

32

Universitas Sumatera Utara


2. Das (1991)

Mendefenisikan bahwa tanah lempung sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis
dan sub-mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis biasa)
yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika,
mineral-mineral lempung (clay mineral), dan mineral-mineral yang sangat halus lain. Tanah
lempung sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Namun
pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak.
3. Bowles (1991)
Mendefinisikan tanah lempung sebagai deposit yang mempunyai partikel berukuran
lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm dalam jumlah apabila lebih dari 50%.
4. Hardiyatmo (1992)
Mengatakan bahwa sifat-sifat yang dimiliki dari tanah lempung antara lain ukuran
butiran halus lebih kecil dari 0,002 mm, permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler tinggi,
bersifat sangat kohesif, kadar kembang susut yang tinggi dan proses konsolidasi lambat.
5. Grim (1953)
Tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub-
mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas hanya dengan mikroskopis biasa) yang
berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-
mineral lempung (clay mineral), dan mineral- mineral sangat halus lain. Dari segi material
(bukan ukurannya), yang disebut tanah lempung (mineral lempung) adalah tanah yang
mempunyai partikel-partikel mineral tertentu yang “menghasilkan sifat-sifat plastis pada
tanah bila dicampur dengan air.”
Dalam klasifikasi tanah secara umum, partikel tanah lempung memiliki diameter 2µm
atau sekitar 0,002 mm (USDA, AASHTO, USCS). Di beberapa kasus partikel berukuran
antara 0,002 mm sampai 0,005 mm masih digolongkan sebagai partikel lempung (ASTM-D-
653). Sifat-sifat yang dimiliki lempung (Hardiyatmo, 1999) adalah sebagai berikut:

1. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm


2. Permeabilitas rendah
3. Kenaikan air kapiler tinggi
4. Bersifat sangat kohesif
5. Kadar kembang susut yang tinggi
6. Proses konsolidasi lambat

33

Universitas Sumatera Utara


2.2.1.2 Lempung dan Mineral Penyusunnya

Mineral lempung merupakan senyawa silikat yang kompleks yang terdiri dari
aluminium, magnesium dan besi. Dua unit dasar dari mineral lempung adalah silika tetrahedra
dan aluminium oktahedra. Setiap unit tetrahedra terdiri dari empat atom oksigen yang
mengelilingi satu atom silikon dan unit oktahedra terdiri dari enam gugus ion hidroksil (OH)
yang mengelilingi atom aluminium (Das, 2008).
Ciri tanah lempung adalah sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada
kadar air sedang sedangkan pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat lengket
(kohesif) dan sangat lunak. Kohesif menunjukan bahwa pada keadaan basah tanah memiliki
kemampuan gaya tarik-menarik yang besar sehingga partikel-pertikel itu melekat satu sama
lainnya sedangkan plastisitas merupakan sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu diubah-
ubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk aslinya dan tanpa terjadi retakan-
retakan atau terpecah-pecah.
Bowles (1991) menyatakan bahwa sumber utama dari mineral lempung adalah pelapukan
kimiawi dari batuan yang mengandung :
a. Felspar Ortoklas

b. Felspar Plagioklas

c. Mika (Muskovit)

Satuan struktur dasar dari mineral lempung terdiri dari silika tetrahedron dan
aluminium octahedron. Satuan-satuan dasar tersebut bersatu membentuk struktur lembaran
dan jenis-jenis mineral lempung tersebut tergantung dari komposisi susunan satuan struktur
dasar atau tumpuan lembaran serta macam ikatan antara masing-masing lembaran. Unit- unit
silika tetrahedra berkombinasi membentuk lembaran silika (silica) dan unit-unit oktahedra
berkombinasi membentuk lembaran oktahedra (gibbsite). Bila lembaran silika itu ditumpuk
diatas lembaran oktahedra, atom-atom oksigen tersebut akan menggantikan posisi ion
hidroksil pada oktahedra untuk memenuhi keseimbangan muatan mereka

34

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.17 Struktur atom mineral lempung (a) silica tetrahedral ; (b) silica sheet ; (c)
aluminium oktahedra ; (d) lembaran oktahedra (gibbsite) ; (e) lembaran silika – gibbsite (Das,
1998).
Lempung terdiri dari berbagai mineral penyusun, antara lain mineral lempung (kaolinite,
montmorillonite, dan illite group) dan mineral-mineral lain dengan ukuran sesuai dengan
batasan yang ada (mika group, serpentinite group).

1.Kaolinite

Istilah “Kaolinite” dikembangkan dari kata “Kauling” yang berasal dari nama sebuah bukit
yang tinggi di Jauchau Fu, China, dimana lempung kaolinite putih mula-mula diperoleh
beberapa abad yang lalu (Bowles, 1991). Kaolinite adalah hasil pelapukan sulfat atau air yang
mengandung karbonat pada temperatur sedang. Dimana kaolinite murni umumnya berwarna
putih, putih kelabu, kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan.

35

Universitas Sumatera Utara


Mineral kaolinite berwujud seperti lempengan-lempengan tipis dengan diameter 1000Å
sampai 20000Å dan ketebalan dari 100Å sampai 1000 Å dengan luasan spesifik perunit
massa ±15m2/gr.

Struktur unit Kaolinite terdiri dari lembaran-lembaran Silika Tetrahedral yang digabung
dengan lembaran Alumina Oktahedran (Gibbsite). Lembaran Silika dan Gibbsite ini sering
disebut sebagai mineral lempung 1:1 dengan tebal kira-kira 7,2 Å (1 Å=10 -10 m). Mineral
kaolinite memiliki rumus kimia sebagai berikut: (OH) 8Al4Si4O10 Gambar struktur kaolinite
dapat dilihat pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18 (a)Diagram sistematik kolinite (b)struktur atom kaolinite (Grim, 1953)

2. Montmorillonite
Montmorillonite adalah nama yang diberikan pada mineral lempung yang ditemukan
di Montmorillon, Perancis pada tahun 1847, yang memiliki rumus kimia:
(OH)4Si8Al4O20
Dimana NH2O Dimana NH2O adalah banyaknya lembaran yang terabsorbsi air.
Mineral Montmorillonite juga disebut mineral dua banding satu (2:1) karena satuan susunan
kristalnya terbentuk dari susunan dua lempeng Silika Tetrahedral mengapit satu lempeng
Alumina Oktahedral ditengahnya.
Montrnorillonite, disebut juga dengan smectite, adalah mineral yang dibentuk oleh dua
lembaran silika dan satu lembaran aluminium (gibbsite). Lembaran oktahedra terletak di
antara dua lembaran silika dengan ujung tetrahedra tercampur dengan hidroksil dari lembaran
oktahedra untuk membentuk satu lapisan tunggal.

36

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.19 (a) Diagram skematik struktur montmorrilonite (Lambe, 1959)
(b) Struktur atom montmorrilonite (Grim, 1953)
Dalam lembaran oktahedra terdapat substitusi parsial aluminium oleh magnesium. Karena
adanya gaya ikatan Van Der Waals yang lemah di antara ujung lembaran silika dan terdapat
kekurangan muatan negatif dalam lembaran oktahedra, air dan ion-ion yang berpindah-pindah
dapat masuk dan memisahkan lapisannya. Jadi, kristal montmorillonite sangat kecil, tapi pada
waktu tertentu mempunyai gaya tarik yang kuat terhadap air. Tanah-tanah yang mengandung
montmorillonite sangat mudah mengembang oleh tambahan kadar air, yang selanjutnya
tekanan pengembangannya dapat merusak struktur ringan dan perkerasan jalan raya.

3. Illite
Illite adalah mineral lempung yang pertama kali diidentifikasi di Illinois. Mineral illite
bisa disebut pula dengan hidrat-mika karena illite mempunyai hubungan dengan mika biasa
(Bowles, 1991). Illite adalah bentuk mineral lempung yang terdiri dari mineral-mineral
kelompok illite. Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah lembaran aluminium oktahedra
yang terikat di antara dua lembaran silika tetrahedra. Dalam lembaran oktahedra, terdapat
substitusi

37

Universitas Sumatera Utara


parsial aluminium oleh magnesium dan besi, dan dalam lembaran tetrahedra terdapat pula
substitusi silikon oleh aluminium. Lembaran-lembaran terikat besama-sama oleh ikatan lemah
ion-ion kalium yang terdapat di antara lembaranlembarannya. Ikatan-ikatan dengan ion
kalium (K+ ) lebih lemah daripada ikatan hidrogen yang mengikat satuan kristal kaolinite,
tapi lebih kuat daripada ikatan ionik yang membentuk kristal montmorillonite. Susunan Illite
tidak mengembang oleh gerakan air di antara lembaran-lembarannya. Mineral illite memiliki
rumus kimia sebagai berikut:
(OH)4Ky(Si8-y . Aly)(Al4. Mg6 .Fe4 .Fe6)O20
Dimana y adalah antara 1 dan 1,5. Illite memiliki formasi struktur satuan kristal, tebal
dan komposisi yang hampir sama dengan montmorillonite. Perbedaannya ada pada :
a. Kalium (K) berfungsi sebagai pengikat antar unit kristal sekaligus sebagai penyeimbang
muatan.
b. Terdapat ± 20% pergantian silikon (Si) oleh aluminium (Al) pada lempeng tetrahedral.
c. Struktur mineral illite tidak mengembang sebagaimana montmorillonite. Gambar struktur
illinite dapat dilihat pada Gambar 2.20.

Gambar 2.20 Diagram skematik struktur illite (Lambe, 1959)

38

Universitas Sumatera Utara


2.2.1.3 Sifat-Sifat Tanah Lempung

Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung (clay) adalah sebagai berikut (Hardiyatmo,
1992) :
a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm

b. Permeabilitas rendah
c. Kenaikan air kapiler tinggi
d. Bersifat sangat kohesif
e. Kadar kembang susut yang tinggi
f. Proses konsolidasi lambat
Mineral lempung memiliki karakteristik yang sama. Bowles (1984) menyatakan
beberapa sifat umum mineral lempung antara lain :
1. Hidrasi

Partikel mineral selalu mengalami hidrasi, hal ini dikarenakan lempung biasanya
bermuatan negative yaitu partikel dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul air yang disebut
sebagai air terabsorbsi. Lapisan ini umumnya memiliki tebal dua molekul. Oleh karena itu
disebut sebagai lapisan difusi ganda atau lapisan ganda.

2. Aktivitas

Aktivitas tanah lempung adalah perbandingan antara indeks plastisitas (IP) dengan
persentase butiran lempung, dan dapat disederhanakan dalam persamaan:

(2.18)
Dimana : persentase lempung diambil sebagai fraksi tanah yang < 2 µm untuk
nilai A (Aktivitas),

A >1,25 : Tanah digolongkan aktif dan bersifat ekspansif.

1,25<A<0,75 : tanah digolongkan normal.

A<0,75 : tanah digolongkan tidak aktif.

39

Universitas Sumatera Utara


Nilai- nilai khas dari aktivitas dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10 Aktivitas tanah lempung (Bowles, 1994)

3. Flokulasi dan disperse


Mineral lempung hampir selalu menghasilkan larutan tanah – air yang bersifat alkalin
(Ph > 7) sebagai akibat dari muatan negatif netto pada satuan mineral. Flokulasi larutan dapat
dinetralisir dengan menambahkan bahan-bahan yang mengandung asam (ion H+ ), sedangkan
penambahan bahan-bahan alkali akan mempercepat flokulasi. Untuk menghindari flokulasi
larutan air dapat ditambahkan zat asam.
Lempung yang baru saja terflokulasi dapat dengan mudah didispersikan kembali ke
dalam larutan dengan menggoncangnya, menandakan bahwa tarikan antar partikel jauh lebih
kecil dari gaya goncangan. Apabila lempung tersebut telah didiamkan beberapa waktu
dispersi tidak dapat tercapai dengan mudah, yang menunjukkan adanya gejala tiksotropik,
dimana kekuatan didapatkan dari lamanya waktu. Sebagai contoh, tiang pancang yang
dipancang ke dalam lempung lunak yang jenuh akan membentuk kembali struktur tanah di
dalam suatu zona di sekitar tiang tersebut. Kapasitas beban awal biasanya sangat rendah,
tetapi sesudah 30 hari atau lebih, beban desain akan dapat terbentuk akibat adanya adhesi
antara lempung dan tiang.
4. Pengaruh zat cair air berfungsi sebagai penentu plastisitas tanah lempung.

Molekul cair berperilaku seperti batang-batang kecil yang mempunyai muatan positif
di satu sisi dan muatan negatif di sisi lainnya hal ini dikarenakan molekul air merupakan
molekul dipolar. Sifat dipolar air terlihat pada Gambar 2.21.

40

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.21 Sifat dipolar molekul air (Das, 1998)

Molekul bersifat dipolar, yang berarti memiliki muatan positif dan negatif pada ujung yang
berlawanan, sehingga dapat tertarik oleh lempung secara elektrik dalam 3 kasus, hal ini
disebut dengan hydrogen bonding, yaitu:
a. Tarikan antar permukaan negatif dan partikel lempung dengan ujung positif dipolar.
b. Tarikan antara kation-kation dalam lapisan ganda dengan muatan negatif dari ujung
dipolar. Kation-kation ini tertarik oleh permukaan partikel lempung yang bermuatan negatif.
c. Andil atom-atom hidrogen dalam molekul air, yaitu ikatan hidrogen antara atom oksigen
dalam molekul-molekul air.

Gambar 2.22 Tarik menarik molekul dipolar pada lapisan ganda (Das, 1995)

41

Universitas Sumatera Utara


Mineral lempung yang berbeda memiliki defisiensi dan tendensi yang berbeda untuk
menarik exchangeable cation. Exchangeable cation adalah keadaan dimana kation dapat
dengan mudah berpindah dengan ion yang bervalensi sama dengan kation asli.
Montmorillonite memiliki defisiensi dan daya tarik exchangeable cation yang lebih besar
daripada kaolinite. Kalsium dan magnesium merupakan exchangeable cation yang paling
dominan pada tanah, sedangkan potassium dan sodium merupakan yang paling tidak
dominan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi exchangeable cation, yaitu valensi kation,
besarnya ion dan besarnya ion hidrasi. Kemampuan mendesak dari kation-kation dapat dilihat
dari besarnya potensi mendesak sesuai urutan berikut:
Al+3>Ca+2>Mg+2>NH +>K+>H+>Na+>Li+
Kation Li+ tidak dapat mendesak kation lain yang berada dikirinya. Semakin luas
permukaan spesifik tanah lempung, air yang tertarik secara elektrik disekitar partikel lempung
yang disebut air lapisan ganda jumlahnya akan semakin besar. Air lapisan ganda inilah yang
menyebabkan sifat plastis pada tanah lempung. Konsentrasi air resapan dalam mineral
lempung memberi bentuk dasar dari susunan tanahnya sebagai berikut, tiap partikelnya terikat
satu sama lain lewat lapisan air serapannya. Selain itu jarak antara partikel juga akan
mempengaruhi hubungan tarik menarik atau tolak menolak antar partikel tanah lempung yang
diakibatkan oleh pengaruh ikatan hidrogen, gaya Van der Walls serta macam ikatan kimia dan
organiknya. Bertambahnya jarak akan mengurangi gaya antar partikel.
Sehingga ikatan antar partikel tanah yang disusun oleh mineral lempung akan sangat
dipengaruhi oleh besarnya jaringan muatan negatif pada mineral, tipe, konsentrasi dan
distribusi kation-kation yang berfungsi untuk mengimbangi muatannya.

42

Universitas Sumatera Utara


Kapasitas pertukaran kation tanah lempung didefinisikan sebagai jumlah
pertukaran ion-ion yang dinyatakan dalam miliekivalen per 100 gram lempung
kering. Beberapa garam juga terdapat pada permukaan partikel lempung kering.
Pada waktu air ditambahkan pada lempung, kation-kation dan anion-anion
mengapung di sekitar partikelnya (Gambar 2.23).

Gambar 2.23 Kation dan anion pada partikel (Das, 1995)

2.2.2 Serbuk Cangkang Kerang


Serbuk cangkang kerang merupakan hasil dari kerang laut. Kerang laut
(Anadara grandis) adalah salah satu dari jenis kerang yang banyak ditemukan di
perairan Indonesia. Kerang ini banyak dikonsumsi masyarakat karena banyak
mengandung protein. Jumlah kerang yang cukup berlimpah akan sebanding
dengan jumlah limbah kulitnya yang selama ini sebagian besar hanya dibuang dan
sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bahan baku pembuatan
kosmetik, dan kerajinan tradisional. Limbah kulit kerang mengandung senyawa
kimia yang bersifat pozzolan yaitu zat kapur (CaO) sebesar 66,70%, alumina, dan
senyawa silika. sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif bahan baku utama atau
bahan subtitusi pembuatan semen. Dengan demikian optimalisasi pemanfaatan
limbah kulit kerang ini diharapkan dapat mengurangi limbah yang mencemari
lingkungan dan dapat memberi nilai tambah terhadap limbah kulit kerang tersebut.
Kulit kerang juga merupakan bahan baku pembuatan ekosemen. Ekosemen
adalah salah satu jenis produk semen yang hampir sama dengan semen Portland

43

Universitas Sumatera Utara


dan karena bahan bakunya menggunakan bahan berbasis limbah serta ramah
lingkungan maka disebut ekosemen.

2.2.3 Bottom Ash


Bottom ash adalah limbah hasil pembakaran batu bara dimana jumlahnya
akan terus bertambah selama industri terus berproduksi. Penanganan limbah ini
dilakukan dengan cara menimbunnya di lahan kosong sehingga apabila volume
limbah semakin bertambah maka semakin luas pula area yang diperlukan untuk
menimbunnya. Selain itu penanganan limbah dengan cara penimbunan dapat
berpotensi bahaya bagi lingkungan dan masyarakat sekitar seperti, logam-logam
dalam abu bata bara terekstrak dan terbawa ke perairan, abu batu bara tertiup
angin sehingga mengganggu pernafasan.
Teknologi yang sedang berkembang saat ini adalah pengelolaan limbah industri
untuk digunakan sebagai bahan baku atau material bangunan. Dengan adanya
penemuan inovasi-inovasi bahan tersebut diharapkan dapat menggantikan bahan
bangunan sehingga dapat menekan biaya produksi serta mengurangi limbah
industri. Salah satu dari inovasi tersebut adalah menggunakan bottom ash sebagai
pengganti semen pada campuran batako.
Bottom ash dikenal sebagai salah satu alternatif filler yang digunakan dalam
pembuatan aspal beton. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa bottom ash
memiliki kandungan silika dan kadar oksida yang merupakan mineral dasar yang
dapat digunakan dalam pembuatan campuran semen. Dari segi ekonomi, material
ini dapat memperkecil biaya produksi karena harga material semen dapat ditekan
dengan menggantinya menggunakan material bottom ash.
Bottom ash memilki kriteria yang dibutuhkan untuk dijadikan sebagai pengganti
semen. Tentang kandungan senyawa yang terdapat pada bottom ash diketahui
bahwa bottom ash memiliki kandungan silika dengan prosentase rata-rata 29,42.

44

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.11 Sifat-sifat bottom ash

Sifat Fisik Bottom Ash Wet Dry


Bentuk Angular bersiku Berbutir kecil/granular
Warna Hitam Abu-abu gelap
Seperti pasir halus, sangat
Tampilan Keras, mengkilap
berpori
No.4 (90-100%) 1,5 s/d ¾ in (100%)
Ukuran No.10 (40-60%) No.4 (50-90%)
(%Lolos Ayakan) No.40 (10%) No.10 (10-60%)
No.200 (5%) No.40 (0-10%)
Specific Gravity 2,3-2,9 720-1600kg/m3
Dry Unit Weight 960-1440kg/m3 720-1600kg/m3

Sumber: (Coal Bottom Ash/ Boiler Slag-Material Description 2000)

Tabel 2.12 Sifat kimia bottom ash


Kandungan logam berat

No Jenis abu (ppm)


barubara Cr
Cu Pb Zn Cd

Abu Batubara 224


1. 298 19 391 11
Bukit Asam
Abu Batubara 120
2. 87 15 153 11
Ombilin

Sumber : (Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Departemen ESDM 2003)

45

Universitas Sumatera Utara


2.3 Penelitian Yang Relevan
Beberapa peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang pengujian
sebuk cangkang kerang dan garam dengan tanah lempung.Penelitian tersebut
dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut dengan variasi dan
pemereman yang berbeda. Beberapa hasil penelitiannya adalah sebagai berikut
Yulla Hastuti (2018) telah melakukan penelitian tentang pengaruh
penambahan serbuk cangkang keong terhadap nilai CBR tanah lempung
ekspansif. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji pengaruh bahan tambahan
Serbuk Cangkang Kerang laut terhadap kekuatan tanah dasar yang dinyatakan
dalam nilai Kuat Tekan Bebas dan CBR singkatan dari California Bearing Ratio
untuk memperbaiki jenis tanah ekspansif.
Rama Indera Kusuma (2015) melakukan kajian tentang stabilitas tanah
lempung dengan menggunakan abu sawit terhadap nilai kuat tekan bebas. Kajian
ini untuk Mengetahui jenis dan sifat tanah pada jalan Kec. Munjul dengan
carapengujian fisik tanah dan Mengetahui nilai kuat tekan bebastanah terhadap
penambahan abu sawit dan lama pemeraman pada jalan Kec. Munjul dengan
pengujian UCT.
Hudayana Ihsan Aziudin (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh
penambahan serbuk cangkang kerang untuk meningkatkan stabilitas tanah
lempung ekspansif terhadap daya dukung pondasi dangkal. Penelitian ini untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan serbuk cangkang kerang
terhadap peningkatan stabilitas tanah lempung ekspansif dan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruhpenambahan serbuk cangkang kerang
terhadappeningkatan nilai daya dukung pondasi dangkal.

Ghazali (2010) meneliti tentang pengaruh penggunaan kapur Ca(OH) 2


untuk tanah lempung terhadap plastisitas dan nilai CBR tanah dasar (subgrade)
perkerasan jalan. Penelitian ini menggunakan metodologi eksperimen mulai dari
pekerjaan persiapan, pengambilan sampling tanah, pelaksanaan pengujian mulai
dari tes index properties tanah dan bahan stabilisator. Parameter yang digunakan
index properties, uji pemadatan, atterberg, dan CBR (California Bearing Ratio).
Tanah tersebut diklasifikasikan CH (high – plasticity of clay) menurut USCS dan

46

Universitas Sumatera Utara


golongan A-7-6 menurut AASHTO. Tanah dicampur kapur terjadi perubahan
klasifikasi menjadi CL (low – plasticity of clay) dan A-5(8).
Yulina Ismida (2015) telah melakukan penelitian tentang pengaruh
campuran limbah cangkang kerang terhadap daya dukung tanah. Mengetahui
pengaruh penambahan kapur cangkang kerang terhadap pemadatan (proktor
standar), dan CBR lab dengan tanah timbun setempat Adapun cara yang paling
sederhana yang dapat digunakan yaitu dengan cara pemadatan, Sifat-sifat fisik
tanah Desa Buket Pala Kecamatan Idi Rayeuk didapat nilai kadar air 20,9 %,
berat volume tanah 2,10 gr/cm3, berat Jenis (GS) 2,638 gr/cm3, pengujian
Atterberg limit kadar air maksimum atau plastis indeks sebesar 20,356 %.
Siregar (2019) meneliti tentang stabilisasi tanah lempung dengan bahan
stabilisasi kapur tohor (Cao) dan bottom ash untuk mendapatkan nilai california
bearing ratio. Penelitian ini menggunakan metodologi eksperimen mulai dari
pekerjaan persiapan, pengambilan sampling tanah, pelaksanaan pengujian mulai
dari tes index properties tanah dan bahan stabilisator. Parameter yang digunakan
index properties, uji pemadatan, atterberg, dan CBR (California Bearing Ratio)
dan UCT (Unconfined Compression test). Tanah asli termasuk dalam jenis tanah
CL (clay with low plasticity) berdasarkan klasifikasi tanah USCS, dan jenis tanah
A-6 berdasarkan klasifikasi tanah AASHTO. Variasi campuran tanah lempung
dengan kadar campuran kapur tohor adalah 2% dan 4%. Dari setiap variasi kadar
campuran kapur tohor, ada 7 variasi campuran bottom ash, yakni 2%, 4%, 6%,
8%, 10%, 12%, dan 14%. Diperoleh yang paling optimum berada pada variasi 2%
kapur + 10% bottom ash dan 4% kapur + 8% bottom ash. Stabilisator kapur tohor
dan bottom ash dapat menstabilisasi tanah asli yang diuji.
Daniel Stephanes Siregar (2019) telah melakukan penelitian tentang
Stabilitasi Tanah Lempung dengan Kapur Tohor (CaO) dan Bottom Ash Ditinjau
dengan Uji Tekan Bebas dan Nilai California Bearing Ratio. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui nilai CBR (California Bearing Ratio) dan kuat tekan
maksimum melalui pengujian UCT (Unconfined Compression Test) dengan
penambahan bahan stabilisator, serta mengetahui kadar optimum dari penambahan
bottom ash. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
eksperimen yang dilakukan di laboratorium dengan waktu pemeraman 7 hari,

47

Universitas Sumatera Utara


kemudian pengolahan data yang diperoleh dari pengujian yang dilakukan. Dari
hasil pengujian didapat bahwa tanah asli memiliki kadar air 24,35%, berat jenis
2,6732, batas cair 38,15%, dan indeks plastisitas 21,54%. Berdasarkan klasifikasi
tanah AASHTO, tanah tersebut termasuk dalam kategori (CL), sedangkan
berdasarkan klasifikasi tanah USCS, tanah tersebut termasuk dalam kategori A-6.
Nilai CBR terendam (soaked) tanah asli sebesar 2,56% dan nilai UCT tanah asli
sebesar 1,320 kg/cm2. Setelah tanah dicampur dengan variasi kapur tohor dan
bottom ash yang telah ditentukan, didapat nilai CBR terendam dan nilai kuat tekan
bebas yang paling optimum berada pada variasi 4%K + 8% BA dengan nilai CBR
6,78 % dan nilai UCT sebesar 2,585 kg/cm2.

48

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Program Penelitian


Metodologi penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini
menggunakan metode eksperimen di Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan pada sampel tanah asli yang tidak berikan bahan
stabilisasi dan pada tanah yang diberikan bahan stabilisasi, berupa penambahan
serbuk cangkang kerang dan bottom ash dengan berbagai variasi pencampuran
yang telah ditentukan.
Tahap-tahap penelitian ini meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan uji
laboratorium dan analisis hasil uji laboratorium.

3.2 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini
meliputi:
1. Mencari literatur yang berkaitan dengan tanah lempung yang distabilisasi
dengan serbuk cangkang kerang dan bottom ash, literatur mengenai pengujian
nilai CBR dan nilai kuat tekan bebas (unconfined compression test).
2. Penyediaan alat dan bahan penelitian
- Persiapan alat
Peneliti menentukan dan menyusun alat-alat yang akan digunakan selama
penelitian, mulai dari penelitian tahap awal hingga tahap akhir. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk uji kadar air, uji berat spesifik,
uji batas-batas konsistensi, uji pemadatan, uji cbr laboratrium, uji kuat tekan bebas
dan peralatan lainnya yang ada di Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah sesuai dengan standarisasi
American Society for Testing Material (ASTM).
- Persiapan bahan
- Tanah

49

Universitas Sumatera Utara


a. Tanah
Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari PTPN II,
Patumbak, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pada penelitian ini digunakan sampel
disturbed. Untuk pengambilan tanah dengan cara penggalian menggunakan
cangkul kemudian dimasukan ke dalam karung. Tanah yang diambil kemudian
dikeringkan hingga kering udara dan ditumbuk dengan alat pemecah mekanis.
b. Serbuk cangkang kerang
Bahan stabilisasi yang digunakan pada test laboratorium ini adalah serbuk kulit
kerang. Serbuk kulit Kerang didapat dari Restauran kerang rebus daerah Medan,
Sumatera Utara yang digiling menggunkan alat ball mill disaring, lewat saringan
No. 200.
c. Bottom Ash
Bottom Ash yang digunakan untuk penelitian diambil dari sisa limbah batubara
di Pangkalan Susu, Sumatra Utara.

3.3 Proses Pengambilan Sampling Tanah


Adapun prosedur sampling yang dilakukan adalah:
i. Menentukan lokasi tanah yang akan dilakukan sampel, yaitu di PTPN II,
Patumbak, Deli Serdang, Sumatera Utara.
ii. Melakukan pembersihan humus dan akar-akar tanaman yakni ± 30 cm dari
permukaan tanah tempat pengambilan sampel.

iii. Melakukan pengambilan sampel tanah yang akan digunakan. Untuk pengujian
tanah asli diambil dari contoh tanah tidak terganggu (undisturbed) dan untuk
pengujian tanah campuran diambil dari tanah terganggu (disturbed) dicampur
dengan serbuk cangkang kerang.
iv. Pada pengujian kuat tekan tanah (unconfined compression test) sampel tanah
asli diambil dari tanah undisturbed dengan menggunakan alat pengeluar
sampel tanah dari tabung tanah undisturbed dan dimasukkan ke dalam mould
sampel UCT test.

50

Universitas Sumatera Utara


3.4 Pelaksanaan Pengujian
Pengujian yang dilakukan dibagi menjadi 3 bagian yaitu pengujian untuk
tanah, pengujian abu cangkang kerang dan pengujian bottom ash, adapun
pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut :

3.4.1 Tanah
3.4.1.1 Tanah asli

Adapun pengujian untuk tanah asli meliputi :


a. Uji kadar air
b. Uji berat spesifik
c. Uji batas-batas Atterberg
d. Uji analisa saringan
e. Uji pemadatan
f. Uji kuat tekan bebas

3.4.1.2 Tanah yang telah Distabilisasi

Adapun pengujian untuk tanah yang telah dicampur dengan bottom


ash meliputi:
a. Uji batas-batas Atterberg
b. Uji pemadatan
c. Uji nilai CBR
d. Uji kuat tekan bebas

51

Universitas Sumatera Utara


3.4.2 Serbuk Cangkang Kerang
Untuk pengujian cangkang kerang terdiri dari :
1. Uji berat spesifik
2. Uji Analisa saringan
3. Uji batas-batas Atterberg
3.4.3 Bottom Ash

Untuk pengujian bottom ash terdiri dari :


a. Uji berat spesifik
b. Uji analisa saringan
c. Uji batas-batas Atterberg

3.2 Analisis Data Laboratorium


Setelah seluruh data-data yang diperoleh baik dari pengujian sifat
fisik kemudian dilakukan pengumpulan data serta pemilahan data yang
diperoleh. Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan analisa dari hasil
pengujian yang telah dianalisa pada tanah asli tanpa zat additive dan tanah yang
menggunakan zat additive.

52

Universitas Sumatera Utara


Mulai

Literatur

Persiapan

Penyediaan

Tanah Serbuk Cangkang kerang Bottom Ash


lempung

Index Properties
1. Uji Kadar Air (3 Sampel)
2. Uji Berat Spesifik (3 Sampel)
3. Uji Atterberg (3 Sampel)
4. Uji Analisa Saringan (3 Sampel)

Pembuatan Benda Uji


1. Tanah asli (tanpa campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash)
2. Kombinasi Campuran
Tanah + 2% SCK + 3% BA Tanah + 2% SCK + 5% BA
Tanah + 4% SCK + 3% BA Tanah + 4% SCK + 5% BA
Tanah + 6% SCK + 3% BA Tanah + 6% SCK + 5% BA
Tanah + 8% SCK + 3% BA Tanah + 8% SCK + 5% BA
Tanah + 10% SCK + 3% BA Tanah + 10% SCK + 5% BA
Tanah + 12% SCK + 3% BA Tanah + 12% SCK + 5% BA

Uji compaction standart (65 sampel), Atterberg (15 sampel), CBR (39 Sampel), dan UCT
(12 sampel)

Analisis
Data
Pengolahan Data

Kesimpulan dan
Saran

Selesai

53

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengujian dan pembahasan
penelitian uji cbr tanah lempung dan uji kuat tekan dengan campuran bottom ash
3% dan 5%, variasi penambahan serbuk cangkang kerang sebesar 2%, 4%, 6%,
8%, 10%, dan 12%. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah,
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dengan
sampel tanah yang diuji berasal dari PTPN II Patumbak, Deli Serdang, Sumatera
Utara. Material kerang diperoleh dari restaurant kerang dan bottom ash didapat
dari PLTU Pangkalan Susu.

4.2 Pengujian Sifat Fisik Tanah


4.2.1 Pengujian sifat fisik tanah asli
Adapun hasil uji sifat fisik tanah asli ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut.
Hasil-hasil pengujian sifat fisik tanah ini meliputi :
a. Kadar Air
b. Berat Jenis
c. Batas-batas Atterberg
d. Uji Analisa Butiran
Tabel 4.1 Data uji sifat fisik tanah
No Pengujian Hasil
1 Kadar Air (Water content) 34,43 %
2 Berat Spesifik (Specific gravity) 2,65
3 Batas Cair (Liquid limit) 47,33 %
4 Batas Plastis (Plastic limit) 17,45 %
5 Indeks Plastisitas (Plasticity index) 29,88 %
6 Persen Lolos Saringan no. 200 48,81 %
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)
Menurut sistem klasifikasi tanah AASHTO, dari data diatas tanah yang
dilakukan pengujian lolos saringan no.200 sebesar 48,81% dan nilai liquid limit

54

Universitas Sumatera Utara


(batas cair) sebesar 47,33% dan nilai plasticity index (indeks plastisitas) sebesar
29,88% maka sampel tanah diatas memenuhi persyaratan minimal lolos ayakan
no. 200 sebesar 36%, memiliki liquid limit (batas cair) ≥ 41 dan plasticity index
(indeks plastisitas) > 11, sehingga tanah diatas dapat diklasifikasikan dalam jenis
tanah A-7-6. Menurut sistem klasifikasi USCS, dimana diperoleh data berupa nilai
plasticity index (indeks plastisitas) sebesar 29,88% dan nilai liquid limit (batas
cair) sebesar 47,33% sehingga dilakukan plot pada grafik penentuan klasifikasi
tanah yaitu yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Dari hasil plot diperoleh tanah
termasuk dalam kelompok CL yaitu lempung anorganik dengan plastisitas rendah
sampai sedang.

29,88 %

47,33

Gambar 4.1 Plot grafik klasifikasi USCS


(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

Nilai liquidity index dari tanah asli adalah :

LI = (0 ≤ LI ≤ 1) menunjukan bahwa tanah asli

didaerah plastis.

Indeks grup untuk tanah asli adalah :

55

Universitas Sumatera Utara


GI = (48,81 – 35) [0,2 + 0,005 (47,33 - 40)] + 0,01 (48,81 – 15) (29,88 – 10) =
8,97 9.

Gambar 4.2 Grafik analisa saringan tanah asli


(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

D10 = 0,0025 mm D30 = 0,015 mm D60 = 0,17 mm

56

Universitas Sumatera Utara


25

Gambar 4.3 Grafik batas cair (liquid limit)


(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

4.2.2 Pengujian sifat fisik serbuk cangkang kerang


Adapun hasil uji sifat fisik kerang ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut.
Hasil - hasil pengujian sifat fisik tanah ini meliputi :
 Berat Jenis
 Batas-batas Atterberg
 Uji Analisa Butiran
Tabel 4.2 Data uji sifat fisik serbuk cangkang kerang
No Pengujian Hasil
1 Berat Spesifik (Specific gravity) 2,53
2 Batas Cair (Liquid limit) Non plastis
3 Batas Plastis (Plastic limit) Non plastis
4 Indeks Plastisitas (Plasticity index) Non plastis
5 Persen Lolos Saringan no. 200 2,57%
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

Dari data di atas, berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO diperoleh data


berupa persentase tanah lolos ayakan no. 200 sebesar 2,57% sedangkan nilai
liquid limit (batas cair), nilai plastic limit (batas plastis), dan nilai plasticity index
(indeks plastisitas) merupakan non plastis.

57

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.4 Grafik analisa saringan serbuk cangkang kerang
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

D10 = 0,2 mm D30 = 0,296 mm D60 = 0,49 mm

58

Universitas Sumatera Utara


4.2.3 Pengujian sifat fisik bottom ash
Adapun hasil uji sifat fisik bottom ash ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut.
Hasil - hasil pengujian sifat fisik tanah ini meliputi :
 Berat Jenis
 Batas-batas Atterberg
 Uji Analisa Butiran
Tabel 4.3 Data uji sifat fisik bottom ash
No Pengujian Hasil
1 Berat Spesifik (Specific gravity) 2,58
2 Batas Cair (Liquid limit) Non plastis
3 Batas Plastis (Plastic limit) Non plastis
4 Indeks Plastisitas (Plasticity index) Non plastis
5 Persen Lolos Saringan no. 200 6,45%
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

Dari data di atas, berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO diperoleh data


berupa persentase tanah lolos ayakan no. 200 sebesar 2,57% sedangkan nilai
liquid limit (batas cair), nilai plastic limit (batas plastis), dan nilai plasticity index
(indeks plastisitas) merupakan non plastis.

Gambar 4.5 Grafik analisa saringan bottom ash


(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

59

Universitas Sumatera Utara


D10 = 0,183 mm D30 = 0,323 mm D60 = 0,561 mm

4.2.4 Pengujian sifat fisik tanah dengan bahan stabilisator


Pengujian ini dilakukan kepada tanah yang sudah dicampur dengan
stabilisator, sehingga dapat diketahui pengaruh stabilisator dari setiap kadar
variasi yang ditentukan, dari nilai batas cair (liquid limit), nilai batas plastis
(plastic limit), dan juga nilai indeks plastisitas (plasticity index). Hasil pengujian
atterberg pada setiap kadar variasi diperlihatkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.4 Data uji Atterberg limit


Batas - batas Atterberg
Sampel
LL PL PI
Tanah Asli 47,33 17,45 29,88
T.A + 2% serbuk cangkang kerang + 3% BA 38,67 17,15 21,52

T.A + 4% serbuk cangkang kerang + 3% BA 37,35 18,87 19,49


T.A + 6% serbuk cangkang kerang + 3% BA 36,61 19,37 18,24
T.A + 8% serbuk cangkang kerang + 3% BA 35,10 19,57 15,83
T.A + 10% serbuk cangkang kerang + 3% BA 34,19 19,83 15,08
T.A + 12% serbuk cangkang kerang + 3% BA 34,21 20,74 13,47
T.A + 2% serbuk cangkang kerang + 5% BA 37,30 17,75 19,55
T.A + 4% serbuk cangkang kerang + 5% BA 36,85 18,68 18,18
T.A + 6% serbuk cangkang kerang + 5% BA 36,10 19,67 16,43
T.A + 8% serbuk cangkang kerang + 5% BA 35,39 20,08 15,31
T.A + 10% serbuk cangkang kerang + 5% BA 34,79 20,81 13,98
T.A + 12% serbuk cangkang kerang + 5% BA 32,65 21,29 11,36
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019

60

Universitas Sumatera Utara


4.2.4.1 Batas cair (Liquid limit)

Gambar 4.6 Grafik hubungan antara nilai batas cair (LL) dengan variasi
campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

Gambar 4.6 tersebut menunjukkan bahwa batas cair akibat penambahan


serbuk cangkang kerang mengalami penurunan. Semakin besar persentase
campuran serbuk cangkang kerang, maka semakin kecil batas cairnya. Pada tanah
asli batas cair mencapai 47,33%, sedangkan nilai batas cair terendah pada
penambahan 12%SCK + 3%BA adalah sebesar 34,21% dan 12%SCK + 5%BA
sebesar 32,65%.

4.2.4.2 Batas plastis (Plastic limit)

Gambar 4.7 Grafik hubungan antara nilai batas plastis (PL) dengan variasi serbuk
cangkang kerang dan bottom ash

61

Universitas Sumatera Utara


(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)
Pada Gambar 4.7 menunjukkan terjadinya peningkatan nilai batas plastis
akibat penambahan serbuk cangkang kerang. Untuk tanah asli batas plastisnya
yaitu 17,45% dan terus meningkat sampai variasi campuran 12%SCK + 3%BA
adalah sebesar 20,74% dan 12%SCK + 5%BA sebesar 21,29%

4.2.4.3 Indeks plastisitas (Plasticity index)

Gambar 4.8 Grafik hubungan antara nilai indeks plastisitas (IP) dengan variasi
campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash

Gambar 4.8 menunjukkan bahwa dengan penambahan bahan stabilisasi


maka nilai indeks plastisitas akan menurun. Indeks plastisitas dari tanah asli yang
awalnya dengan nilainya sebesar 29,88% kemudian turun sampai 12%SCK +
3%BA adalah sebesar 13,47% dan 12%SCK + 5%BA sebesar 11,36%.
Penurunan nilai indeks plastisitas dapat mengurangi potensi penyusutan
dari tanah. Terlihat bahwa semakin tinggi kadar serbuk cangkang kerang batas
plastis meningkat dan batas cair menurun, sehingga indeks plastisitas tanah
menurun.
Selain itu, silica (Si ), dan alumina ( ) dari kerang bercampur
dengan air membentuk pasta yang mengikat partikel lempung dan menutupi pori-
pori tanah. Rongga-rongga pori yang dikelilingi bahan sementasi yang lebit sulit
ditembus air akan membuat campuran tanah, serbuk cangkang kerang dan bottom
ash lebih tahan terhadap penyerapan air sehingga menurunkan sifat plastisitasnya.

62

Universitas Sumatera Utara


4.3 Pengujian Sifat Mekanis Tanah
4.3.1 Pengujian Pemadatan Tanah Asli (Compaction)
Dalam pengujian ini diperoleh hubungan antara kadar air optimum dan
berat isi kering maksimum. Peneliti menggunakan metode pengujian dengan uji
pemadatan Proctor Standart. Dimana alat dan bahan yang digunakan diantaranya:
 Mould cetakan Ø10,2 cm, diameter dalam Ø10,16 cm.
 Berat penumbuk 2,5 kg dengan tinggi jatuh 30 cm.
 Sampel tanah lolos saringan no 4.
Hasil uji pemadatan Proctor Standart tanah asli ditampilkan pada Tabel
4.5 dan kurva pemadatan ditampilkan pada Gambar 4.9.
Tabel 4.5 Data uji pemadatan tanah asli
No Hasil Pengujian Nilai
1 Kadar air optimum 21,12%
2 Berat isi kering maksimum 1,34 gr/cm3
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

Gambar 4.9 Kurva kepadatan tanah asli


(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

63

Universitas Sumatera Utara


4.3.2 Pengujian pemadatan tanah (Compaction) dengan bahan
stabilisator
Hasil pengujian sifat mekanis tanah yang telah dicampur dengan bahan
stabilisator berupa serbuk cangkang kerang dan bottom ash ditunjukkan pada
Tabel 4.6 dan hubungan antara nilai berat isi kering dengan variasi campuran
untuk waktu pemeraman 3 hari.
Tabel 4.6 Data hasil uji pemadatan tanah dengan bahan stabilisator
γd maks wopt
Sampel
(gr/cm³) (%)
Tanah Asli 1,34 21,12
T.A + 2% serbuk cangkang kerang + 3% BA 1,45 21,73

T.A + 4% serbuk cangkang kerang + 3% BA 1,48 21,56

T.A + 6% serbuk cangkang kerang + 3% BA 1,56 21,20

T.A + 8% serbuk cangkang kerang + 3% BA 1,60 20,95

T.A + 10% serbuk cangkang kerang + 3% BA 1,65 20,24


T.A + 12% serbuk cangkang kerang + 3% BA 1,49 21,52

T.A + 2% serbuk cangkang kerang + 5% BA 1,42 22,40

T.A + 4% serbuk cangkang kerang + 5% BA 1,53 22,31

T.A + 6% serbuk cangkang kerang + 5% BA 1,58 22,10

T.A + 8% serbuk cangkang kerang + 5% BA 1,65 20,32

T.A + 10% serbuk cangkang kerang + 5% BA 1,55 22,25

T.A + 12% serbuk cangkang kerang + 5% BA 1,35 22,64


(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

64

Universitas Sumatera Utara


4.3.2.1 Berat isi kering maksimum (γd maks)
Dari pengujian pemadatan tanah yang telah dilakukan pada tanah asli
diperoleh nilai berat isi kering tanah asli sebesar 1,34 gr/cm³. Pada Gambar 4.10
dapat dilihat bahwa nilai berat isi kering mengalami penurunan setelah
ditambahkan kerang dan bottom ash dimulai dari penambahan 2%SCK+ 3%BA
hingga 12%SCK+ 3%BA dan 2%SCK+ 5%BA hingga 12%SCK+ 5%BA, pada
penambahan 10%SCK+ 3%BA memiliki berat isi kering yang paling optimal
sebesar 1,65 gr/cm3 dan 8%SCK+ 5%BA sebesar 1,65 (gr/cm³). lalu mengalami
penurunan ketika penambahan selanjutnya.
Peningkatan berat isi kering ini terjadi karena bahan stabilisator mengisi
rongga pori pada tanah, yang pada kondisi tanah asli, rongga pori tersebut diisi
oleh air dan udara. Akibat adanya bahan stabilisator dalam rongga tanah ini,
persentase air yang dikandung tanah menjadi berkurang. Peningkatan jumlah
partikel padat pada tanah berdampak pada peningkatan berat isi keringnya
dibandingkan dengan kondisi tanah asli. Sedangkan penurunan berat isi kering
tanah ini terjadi karena tanah telah melewati penambahan efektif bahan
stabilisator. Jumlah bahan stabilisator yang semakin bertambah terhadap berat
tanah asli yang tetap akan membuat kemampuan mengikatnya berkurang sehingga
akan memperkecil lekatan antar butiran pada tanah dan air sehingga tanah pun
jadi mudah pecah.

Gambar 4.10 Grafik hubungan antara berat isi kering maksimum (γd maks) tanah
dengan variasi campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

65

Universitas Sumatera Utara


4.3.2.2 Kadar air optimum (wopt )
Hasil kadar air optimum dari percobaan yang dilakukan diketahui bahwa
nilai kadar air optimum tanah asli sebesar 21,12% dan selanjutnya mengalami
kenaikan. Gambar 4.11 menunjukkan kadar air optimum yang paling optimum
berada pada variasi 10%K+ 3%BA dan 8%K+ 5%BA yang mempunyai nilai
sebesar 20,24% dan 20,32%. pada saat mencapai berat isi kering maksimum dan
mengalami peningkatan ketika melewati berat isi kering maksimum. Penurunan
kadar air optimum ini disebabkan karena bahan stabilisator mendesak air keluar
dari pori tanah dan rongga pada tanah yang berisi air akan digantikan oleh bahan
stabilisasi sehingga air pun tidak bisa masuk kembali kedalam mikropori tanah,
akibatnya persentase air yang dikandung tanah menjadi berkurang. Kenaikan
kadar air optimum ini disebabkan karena bahan stabilisator serbuk cangkang
kerang dan bottom ash mengakibatkan tanah menjadi panas sehingga campuran
membutuhkan kadar air yang lebih banyak untuk saling berikatan. Serta
disebabkan karena semakin banyaknya persentase bahan stabilisator dan berat
tanah aslinya tetap, mengakibatkan berkurangnya daya ikat dari campuran.

Gambar 4.11 Grafik hubungan antara kadar air optimum (wopt ) tanah dengan
variasi campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

66

Universitas Sumatera Utara


4.3.3 Pengujian CBR (California bearing ratio)
Pengaruh pencampuran kerang pada tanah lempung terhadap kekuatan
tanah lempung dapat dilihat dari hasil pengujian CBR dalam kondisi terendam
(soaked), dengan tiap variasi tanah yang telah dicampur dengan bahan stabilisasi
serbuk cangkang kerang dengan waktu pemeraman selama 3 hari dan waktu
rendaman selama 1 hari.
Pengujian ini dilakukan dalam kondisi terendam (soaked) relatif lebih
lama dari pada pengujian tidak terendam (unsoaked). Pada umumnya nilai CBR
tidak terendam (unsoaked) lebih tinggi dari CBR terendam (soaked), namun
soaked merupakan kondisi yang sering dialami dilapangan sehingga didalam
perhitungan konstruksi bangunan harga CBR soaked yang dipergunakan sebagai
dasar perhitungan karena dalam kenyataannya air selalu mempengaruhi konstruksi
bangunan.
CBR rendaman (soaked) digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai
CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air dan tanah mengalami pengembangan
maksimum.
Ikatan antar butir merupakan kemampuan saling mengunci antar butiran,
dan adanya rekatan yang merekatkan permukaan butiran tersebut, semakin kuat
ikatan antar butir akan menghasilkan nilai CBR semakin tinggi dan begitu pula
sebaliknya. Uji CBR yang dilakukan pada penelitian ini dimaksudkan untuk
melihat apakah penambahan persentase additive akan memberikan pengaruh
terhadap nilai CBR.

67

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7 Data hasil CBR dengan berbagai variasi penambahan serbuk cankang
kerang dan bottom ash

γd maks Wopt CBR


Sampel
(gr/cm³) (%) (%)
Tanah Asli 1,34 21,12 6,29
T.A + 2% serbuk cankang kerang + 3% BA 1,45 21,73 7,64
T.A + 4% serbuk cankang kerang + 3% BA 1,48 21,56 7,78
T.A + 6% serbuk cankang kerang + 3% BA 1,56 21,20 8,85
T.A + 8% serbuk cankang kerang + 3% BA 1,60 20,95 9,26
T.A + 10% serbuk cankang kerang + 3% BA 1,65 20,24 9,73
T.A + 12% serbuk cankang kerang + 3% BA 1,49 21,52 7,73
T.A + 2% serbuk cankang kerang + 5% BA 1,42 22,40 8,96
T.A + 4% serbuk cankang kerang + 5% BA 1,53 22,31 9,80
T.A + 6% serbuk cankang kerang + 5% BA 1,58 22,10 10,03
T.A + 8% serbuk cankang kerang + 5% BA 1,65 20,32 10,07
T.A + 10% serbuk cankang kerang + 5% BA 1,55 22,25 9,87
T.A + 12% serbuk cankang kerang + 5% BA 1,35 22,64 8,51
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

Gambar 4.12 Grafik hubungan nilai CBR dengan variasi persentase penambahan
campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash

68

Universitas Sumatera Utara


Pada Gambar 4.12 memperlihatkan pengaruh terhadap variasi
penambahan campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash terhadap nilai
CBR didapat nilai CBR terbesar pada variasi 10%K+ 3%BA dan 8%K+ 5%BA
yaitu 9,73% dan 10,07%. Akan tetapi pada penambahan selanjutnya nilai CBR
cenderung mengalami penurunan, hal ini disebabkan berat volume tanah
berkurang karena pori-pori tanah terisi oleh campuran serbuk cangkang kerang
dan bottom ash menyebabkan hasil penetrasi pada pengujian CBR menurun.

4.3.4 Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)


Dalam pengujian ini akan diperoleh hubungan antara nilai kuat tekan
bebas tanah (qu) pada tanah asli dan tanah remoulded (buatan) serta nilai kuat
tekan bebas tanah (qu) pada tiap variasi tanah yang telah dicampur dengan bahan
stabilisasi serbuk cangkang kerang dan bottom ash dengan waktu pemeraman
selama 3 hari. Selanjutnya dari hasil nilai qu diperoleh nilai Kohesi (cu) yaitu
sebesar ½ qu.
Hasil pengujian kuat tekan bebas yang dilakukan pada setiap variasi
campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash. Pada Tabel 4.8 ditunjukkan
nilai kuat tekan tanah (qu) yang diperoleh di setiap variasi campuran dan pada
Tabel 4.9 ditunjukkan perbandingan nilai kuat tekan tanah (qu) antara tanah asli
dengan tanah remoulded.

69

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8 Data hasil uji kuat tekan bebas dengan berbagai variasi penambahan
serbuk cangkang kerang dan bottom ash

qu cu
Sampel
(kg/cm²) (kg/cm²)

Tanah asli 1,42 0,71

Tanah remoulded 0,71 0,35

T.A + 2% serbuk cangkang kerang + 3% BA 1,02 0,71

T.A + 4% serbuk cangkang kerang + 3% BA 1,20 0,60

T.A + 6% serbuk cangkang kerang + 3% BA 1,59 0,79

T.A + 8% serbuk cangkang kerang + 3% BA 1,90 0,95

T.A + 10% serbuk cangkang kerang + 3% BA 2,20 1,10

T.A + 12% serbuk cangkang kerang + 3% BA 2,04 1,02

T.A + 2% serbuk cangkang kerang + 5% BA 1,73 0,86

T.A + 4% serbuk cangkang kerang + 5% BA 1,96 0,98

T.A + 6% serbuk cangkang kerang + 5% BA 2,33 1,16

T.A + 8% serbuk cangkang kerang + 5% BA 2,59 1,29

T.A + 10% serbuk cangkang kerang + 5% BA 2,37 1,18

T.A + 12% serbuk cangkang kerang + 5% BA 2,22 1,11


(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

70

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.9 Perbandingan kuat tekan tanah asli dan tanah remoulded
Strain (%) Tanah Asli Tanah Remoulded
qu (kg/cm²) qu (kg/cm²)

0,5 0,30 0,16

1 0,46 0,23

2 0,69 0,41

3 1,18 0,54

4 1,42 0,61

5 1,16 0,71

6 1,08 0,57

7 0,83 0,39

(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

Tanah asli
Tanah remoulded

Gambar 4.13 Grafik hubungan antara nilai kuat tekan tanah (qu) dengan regangan
(strain) yang diberikan pada sampel tanah asli dan remoulded.
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

71

Universitas Sumatera Utara


Pada Gambar 4.13 dapat dilihat nilai kuat tekan tanah pada tanah asli
adalah sebesar 1,42 kg/cm. pada tanah remoulded didapat sebesar 0,71 kg/cm².
Terjadi penurunan yang cukup besar seperti terlihat pada Gambar 4.13.
Penurunan ini diakibatkan oleh perlakuan berupa kerusakan struktur tanah yang
diterima oleh tanah buatan (remoulded). Sifat berkurangnya kekuatan tanah akibat
adanya kerusakan struktural tanah tersebut disebut kesensitifan (sensitivity). Nilai
sensitifitas inilah yang akan menentukan klasifikasi tanah menurut sensitifitasnya.

Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki rasio


kesensitifian sebesar 2,00. Dimana tergolong ke dalam tanah sentifitas sedang.
Artinya, kerusakan struktural yang dialami tanah tidak berpengaruh besar
terhadap perubahan kuat tekan maupun kuat geser tanah.

Gambar 4.14 Grafik kuat tekan dengan berbagai variasi penambahan serbuk
cangkang kerang dan bottom ash
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)

72

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Gambar 4.14 tersebut didapat nilai kuat tekan tanah asli (qu)
sebesar 1,42 kg/cm². Kemudian dengan adanya penambahan 10%SCK+ 3%BA
dan 8%SCK+ 5%BA nilai kuat tekan semakin meningkat tetapi hanya sampai
dengan variasi campuran 10%SCK+ 3%BA dan 8%SCK+ 5%BA, pada variasi
campuran tersebutlah nilai kuat tekan tanah yang paling maksimum yaitu sebesar
2,20 kg/cm² dan 2,59 kg/cm².
Pada penambahan kerang dan bottom ash selanjutnya nilai kuat tekan
tanah akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan penambahan serbuk cangkang
kerang dan bottom ash yang terlalu banyak pada tanah akan memperkecil lekatan
antara butiran tanah dan air, sehingga tanah menjadi mudah pecah ketika diberi
tekanan vertikal.

73

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh bahan
stabilisator serbuk cangkang kerang dan bottom ash terhadap tanah lempung
dengan kadar campuran yang telah ditetapkan dan masa pemeraman (curing time)
selama 3 hari, dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan klasifikasi USCS, sampel tanah asli tersebut termasuk dalam
jenis CL (Clay-Low Plasticity) yaitu lempung anorganik dengan plastisitas
rendah sampai sedang.
2. Berdasarkan klasifikasi AASHTO, sampel tanah asli termasuk dalam jenis
A-7-6 (9).
3. Dari hasil uji Water Content didapat bahwa nilai kadar air tanah asli
sebesar 34,43%.
4. Dari hasil uji Specific Gravity didapat bahwa nilai berat spesifik tanah asli
yaitu 2,65 berat spesifik serbuk cangkang kerang sebesar 2,55 dan bottom
ash sebesar 2,58.
5. Dari uji Atterberg tanah asli diperoleh nilai Liquid Limit (LL) sebesar
47,33% dan indeks plastisitas sebesar 29,88%. Berdasarkan hasil
percobaan yang dilakukan diketahui bahwa penambahan 12%SCK+
3%BA dan 12%SCK+ 5%BA, memiliki indeks plastisitas (IP) yang paling
rendah sebesar 13,47% dan 11,36%. Dengan nilai Liquid Limit sebesar
34,21% dan 32,65%.
6. Dari hasil uji Proctor Standard menghasilkan nilai kadar optimum pada
tanah asli sebesar 21,12% dan berat isi kering maksimum sebesar 1,34
gr/cm³, sedangkan nilai kadar air optimum dan berat isi kering maksimum
dari semua campuran bahwa pada variasi 10%SCK+ 3%BA dan 8%SCK+
5%BA dimana kadar air optimumnya yaitu 20,24% dan 22,25% dan berat
isi kering maksimum sebesar 1,65 gr/cm³ dan 1,65 gr/cm³.

74

Universitas Sumatera Utara


7. Dari hasil uji nilai CBR laboratorium yang dilakukan pada tanah asli
diperoleh nilai CBR sebesar 6,29%. Dari hasil penelitian yang dilakukan
nilai CBR yang paling besar pada variasi campuran 10%SCK+ 3%BA dan
8%SCK+ 5%BA dimana nilai CBR sebesar 9,73% dan 10,07%.
8. Dari uji Unconfined Compression Test yang dilakukan diperoleh nilai kuat
tekan tanah (qu) pada tanah asli sebesar 1,42 kg/cm2, sedangkan pada tanah
remoulded diperoleh nilai sebesar 0,71 kg/cm2. Dan nilai kuat tekan tanah
(qu) maksimum dari semua campuran terdapat pada variasi campuran
10%SCK+ 3%BA dan 8%SCK+ 5%BA dimana nilai qu sebesar 2,20
kg/cm2 dan 2,59 kg/cm2

5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh bahan
stabilisator serbuk cangkang kerang dan bottom ash terhadap tanah lempung,
penulis memberikan saran bahwa:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh penambahan serbuk
cangkang kerang dan bottom ash pada jenis tanah yang lain.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi lama pemeraman yang
berbeda sehingga dapat dilakukan perbandingan nilai antar variasi untuk
setiap bahan pencampur.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai nilai ekonomis penggunaan
serbuk cangkang kerang dan bottom ash sebagai bahan stabilisasi pada tanah
lempung jika dikombinasikan dengan bahan pencampur abu gunung
vulkanik.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan jenis serbuk
cangkang kerang dan bottom ash yang berbeda pada jenis tanah lain.

75

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, H. C. 1992. Mekanika Tanah I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah I Edisi 3. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka.

Hardiyatmo, H. C. 2013. Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan Jalan.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soedarmo, G. D. dan Purnomo, S. J. E. 1997. Mekanika Tanah I, Yogyakarta:


Penerbit Kanisius.

Das, B. M. 1991. Mekanika Tanah, Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis, Jilid I.


Jakarta: Erlangga.

Das, B. M. 1995. Mekanika Tanah, Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis, Jilid II.


Jakarta: Erlangga.

Das, B. M. (2002). Principles of Geotechnical Engineering. Pacifif Grove:


Brooks. Cole.

Das, B. M. (1998). Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid


I. Jakarta: Erlangga.

Craig, R. F. 1989. Mekanika Tanah. Jakarta: Erlangga.

Grim, R. E. (1953). Clay Mineralogi. McGraw Hill. New York.

Lambe, T. W. and Whitman, R. V. (1959). The Role of Effective Stress in The


Behavior of Expansive Soils. Quarterly of The Colorado School of Mines.
Vol.54. No.4. October 1959.

Lambe, T. W. (1960). Compacted Clays; Structure, Trans. ASCE, Vol.125. pp.


62871

Bowles, J. E. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah).


Jakarta: Erlangga..

76

Universitas Sumatera Utara


Bowles, J. E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah).
Jakarta: Erlangga..

Dunn, S. 1980. Dasar-Dasar Analisis Geoteknik. Ikip Semarang Press.


Semarang.

Kamarudin, F.B., 2005. Estimation Of Soil Compaction Parameter Based On


Atterberg Limits, Skripsi Sarjana, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Teknologi
Malaysia.

American Society for Testing and Materials (ASTM) D 698-70. (1989). Standard
Test Method for Laboratory Compaction Characteristics of Soil Ussing Standard
Efford.

Terzaghi, K., Peck, R. B. 1987. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa.


Penerbit Erlangga, Jakarta.

Pambudi, N. D. 2011. Pengaruh Metode Pengolahan Terhadap Kelarutan Mineral


Keong Mas (Pomacea canaliculata) Dari Perairan Situ Gede, Bogor. Skripsi.
Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan ITB,
Bogor.

K. Mounika, B. Satya, D. Manohar, K. Sri., 2014. Influence of Sea Shells


Powder on Black Cotton Soil During Stabilization, Internasional Journal of
Advances in Engineering & Technology, India.

Sofyan, T. A. 2017. Pengaruh Penggunaan Kapur (CaO) dan Abu Vulkanik


Sebagai Bahan Stabilisasi Pada Tanah Lempung Ditinjau dari Nilai CBR dan
Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) Program Studi
Teknik Sipil,Universitas Sumatera Utara.

Marpaung, T. M. 2011. Kuat Geser Tanah Dari tanah Yang Dicampur Dengan
Serbik Kulit Kerang Dengan Uji Triaxial CU Dan Aplikasinya Pada Pondasi
Dangkal.Medan: Universitas Sumatera Utara

77

Universitas Sumatera Utara


Hastuti, Y. 2018. Pengaruh Penambahan Serbuk Cangkang Keong Terhadap
Nilai CBR Tanah Lempung Ekspansif.
Sumatra Selatan : Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Ismida, Y. 2015. Pengaruh Campuran Limbah Cangkang Kerang Terhadap


Daya Dukung Tanah.
Aceh : Universitas Samudra, Meurandeh-Langsa

Aziudin, H. I. 2015. Pengaruh Penambahan Serbuk Cangkang Kerang Untuk


Meningkatkan Stabilitas Tanah Lempung Ekspansif Terhadap Daya Dukung
Pondasi Dangkal.
Surabaya: Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

Arrasyid, R. 2019. Pengaruh Penggunaan Kapur Karbonat Sebagai Bahan


Stabilisasi Tanah Lempung Ditinjau Dari Nilai California Bearing Ratio Dan
Pengujian Kuat Tekan Bebas.Program Studi Teknik Sipil,Universitas Sumatera
Utara.

Siregar, S. H. 2009. Pemanfaatan Kulit Kerang Dan Resin Epoksi Terhadap


Karakteristik Beton Polimer.Program studi Magister Ilmu Fisika, Universitas
Sumatra Utara.

Siregar, D. S. 2019. Stabilisasi Tanah Lempung Dengan Bahan Stabilisasi


Kapur Tohor (Cao) Dan Bottom Ash Untuk Mendapatkan Nilai California
Bearing Ratio. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.

Ghazali, F. 2010. Pengaruh Penggunaan Kapur Ca(OH)2 Untuk Tanah


Lempung Terhadap Plastisitas Dan Nilai CBR Tanah Dasar (Subgrade)
Perkerasan Jalan. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.

Kusuma, R. I. 2015. Stabilitas Tanah Lempung Dengan Menggunakan Abu


Sawit Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

78

Universitas Sumatera Utara


SUMMARY
Pengujian Index Properties
Atterberg Limit
Sampel Kadar Air Berat Spesifik Lolos Saringan no. 200
LL PL PI
Tanah Asli 34,43 2,65 47,33 17,45 29,88 48,81%
Kerang - 2,55 2,57%
NON PLASTIS
Bottom Ash - 2,58 6,45

Atterberg Limit Compaction UCT


CBR
Sampel LL PL PI γd maks Wopt Qu CU
(%)
(%) (%) (%) (gr/cm2) (%) (kg/cm2) (kg/cm2)
Tanah Asli 47,33 17,45 29,88 1,34 21,12 6,29 1,42 0,71
T.A + 2% K + 3%
38,67 17,15 21,52 1,45 21,73 7,64 0,71 0,35
BA
T.A + 4% K + 3% 1,48 21,56
BA 37,35 18,87 19,49 7,78 1,02 0,71
T.A + 6% K + 3% 1,56 21,20
BA 36,61 19,37 18,24 8,85 1,20 0,60
T.A + 8% K + 3% 1,60 20,95
BA 35,10 19,57 15,83 9,26 1,59 0,79
T.A + 10% K + 3% 1,65 20,24
BA 34,19 19,83 15,08 9,73 1,90 0,95
T.A + 12% K + 3%
34,21 20,74 13,47 1,49 21,52 7,73 2,20 1,10
BA
T.A + 2% K + 5% 1,42 22,40
BA 37,30 17,75 19,55 8,96 2,04 1,02
T.A + 4% K + 5% 1,53 22,31
BA 36,85 18,68 18,18 9,80 1,73 0,86
T.A + 6% K + 5% 1,58 22,10
BA 36,10 19,67 16,43 10,03 1,96 0,98
T.A + 8% K + 5% 1,65 20,32
BA 35,39 20,08 15,31 10,07 2,33 1,16
T.A + 10% K + 5% 1,55 22,25
BA 34,79 20,81 13,98 9,87 2,59 1,29
T.A + 12% K + 5% 1,35 22,64
BA 32,65 21,29 11,36 8,51 2,37 1,18

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1
DATA KADAR AIR DAN BERAT JENIS

Universitas Sumatera Utara


KADAR AIR ALAMI
(NATURAL MOISTURE CONTENT)

No Sampel : Tanah Asli Tanggal : 3 Oktober 2019


Quarry : PTPN II Kebun Patumbak Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane

No Sampel 1 2
Berat krus + tanah basah (gr) 38,48 37,86
Berat krus + tanah kering (gr) 30,83 30,33
Berat Air (gr) 7,65 7,53
Berat krus (gr) 8,63 8,44
Berat tanah kering (gr) 22,20 21,89
Kadar air (w) (%) 34,46 34,40
Kadar air rata-rata (%) 34,43

Universitas Sumatera Utara


BERAT JENIS
(Specific Gravity )

Nama Sampel : Tanah Asli Tanggal : 3 Oktober 2019


Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane
Quarry : PTPN II Kebun Patumbak

No. Percobaan I II
No. Piknometer 1 2
a Berat Piknometer (W1) 30,92 33,92
b Berat Piknometer + Tanah (W2) 48,21 50,08
c Berat Tanah (W2-W1) 17,29 16,16
d Berat Piknometer + Tanah + Air (W3) 80,63 82,99
e Berat Piknometer + Air Sebelum Koreksi (W4) 69,89 72,92
f Temperatur (ToC) 27,00 27,00
g Faktor Koreksi 0,9995 0,9995
h Berat Piknometer + Air Setelah Koreksi (W4') 69,86 72,88
i Isi Tanah (W2 - W1 + W4 - W3) 6,52 6,09
Berat Jenis 2,6539 2,6535
Berat Jenis Rata-rata 2,6537

Universitas Sumatera Utara


BERAT JENIS
(Specific Gravity)

Nama Sampel : Kerang Tanggal : 03 Oktober 2019


Projek : Tugas Akhir Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane
Quarry : PTPN II Kebun Patumbak

No. Percobaan I II
No. Piknometer 1 2
a Berat Piknometer (W1) 39,14 30,07
b Berat Piknometer + Kapur (W2) 54,19 51,91
c Berat Kapur (W2-W1) 15,05 21,84
d Berat Piknometer + Kapur + Air (W3) 77,00 76,96
e Berat Piknometer + Air Sebelum Koreksi (W4) 68,63 63,47
f Temperatur (ToC) 27,00 27,00
g Faktor Koreksi 0,9995 0,9995
h Berat Piknometer + Air Setelah Koreksi (W4') 68,10 63,44
i Isi Tanah (W2 - W1 + W4 - W3) 6,04 8,35
Berat Jenis 2,4917 2,6156
Berat Jenis Rata-rata 2,5536

Universitas Sumatera Utara


BERAT JENIS
(Specific Gravity)

Nama Sampel : Bottom Ash Tanggal : 03 Oktober 2019


Projek : Tugas Akhir Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane
Quarry : PTPN II Kebun Patumbak

No. Percobaan I II
No. Piknometer 1 2
a Berat Piknometer (W1) 38,77 30,14
b Berat Piknometer + Bottom Ash (W2) 54,66 52,57
c Berat Bottom Ash (W2-W1) 15,89 22,43
d Berat Piknometer + Bottom Ash + Air (W3) 78,42 77,05
e Berat Piknometer + Air Sebelum Koreksi (W4) 68,63 63,47
f Temperatur (ToC) 27,00 27,00
g Faktor Koreksi 0,9995 0,9995
h Berat Piknometer + Air Setelah Koreksi (W4') 68,40 63,44
i Isi Tanah (W2 - W1 + W4 - W3) 6,04 8,85
Berat Jenis 2,6308 2,5345
Berat Jenis Rata-rata 2,5826

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2
DATA ANALISA SARINGAN

Universitas Sumatera Utara


ANALISA SARINGAN
(Sieve Analysis Test)

Sampel : Tanah Asli Lokasi : Lab. Mekanika Tanah USU


Proyek : Tugas Akhir Tanggal : 5 Oktober 2019
Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane

A. Fraksi Kasar Berat Tanah Kering = 200,00 gr

Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

3 inch - - - 100,00 100,00

1 inch - - - 100,00 100,00

3/4 inch - - 0,00 100,00 100,00

1/2 inch - 0,00 0,00 100,00 100,00

B. Fraksi Sedang Berat Tanah Kering = 200,00 gr

Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

3/8 inch - 0,00 0,00 100,00 100,00

No. 4 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00

No. 8 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00

C. Fraksi Halus Berat Tanah Kering = 200,00 gr

Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

No. 10 6,21 6,21 3,11 96,90 96,90

No. 20 11,12 17,33 8,67 91,34 91,34

No. 40 22,57 39,90 19,95 80,05 80,05

No. 80 28,01 67,91 33,96 66,05 66,05

No. 100 9,86 77,77 38,89 61,12 61,12

No. 200 19,47 97,24 48,62 51,38 51,38

Universitas Sumatera Utara


HIDROMETER Nomor Saringan Ukuran Saringan (inc)

200

100

3/8

3/4
80

10
40

20

1/2

3
8

76.20
0.075

25.40
19.06
0.18

2.00
0.15

0.43

0.58

2.36

4.75
100 0

90 10

80 20

Tertah an d i Saringan/Retained in Sieve (%)


Lo lo s sari saringan/Passing o f Sieve (%)

70 30

60 40

50 50

40 60

30 70

20 80

10 90

0 100
0,001 0,01 0,1 1 10 100

Lempung Lanau Halus/Fine Sedang Kasar/Coarse Kerikil

(Clay) (Silt) Pasir (sand) (Gravel)

No Sampel Tanah Asli Dikerjakan Fauzan Tafsili Pane

Universitas Sumatera Utara


ANALISA SARINGAN
(Sieve Analysis Test)

Sampel : kerang Lokasi : Lab. Mekanika Tanah USU

Proyek : Tugas Akhir Tanggal : 05-Okt-19


Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane

A. Fraksi Kasar Berat Tanah Kering = 200,00 gr

Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

3 inch - - - 100,00 100,00

1 inch - - - 100,00 100,00

3/4 inch - - 0,00 100,00 100,00

1/2 inch - 0,00 0,00 100,00 100,00

B. Fraksi Sedang Berat Tanah Kering = 200,00 gr

Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

3/8 inch - 0,00 0,00 100,00 100,00

No. 4 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00

No. 8 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00

C. Fraksi Halus Berat Tanah Kering = 200,00 gr

Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

No. 10 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00

No. 20 0,16 0,16 0,08 99,92 99,92

No. 40 99,50 99,66 49,83 50,17 50,17

No. 80 89,91 189,57 94,79 5,22 5,22

No. 100 3,80 193,37 96,69 3,32 3,32

No. 200 1,50 194,87 97,44 2,57 2,57

Universitas Sumatera Utara


HIDROMETER Nomor Saringan Ukuran Saringan (inc)

100
200

3/8

3/4
80

10
40

20

1/2

3
8

76.20
0.075

25.40
19.06
0.18

2.00
0.15

0.43

0.58

2.36

4.75
100 0

90 10

80 20
Lo lo s sari saringan/Passing o f Sieve (%)

Tertah an d i Saringan/Retained in Sieve (%)


70 30

60 40

50 50

40 60

30 70

20 80

10 90

0 100
0,001 0,01 0,1 1 10 100

Lempung Lanau Halus/Fine Sedang Kasar/Coarse Kerikil

(Clay) (Silt) Pasir (sand) (Gravel)

Sampel : KERANG Nama : Fauzan Tafsili Pane

Universitas Sumatera Utara


ANALISA SARINGAN
(Sieve Analysis Test)

Sampel : Bottom Ash Lokasi : Lab. Mekanika Tanah USU

Proyek : Tugas Akhir Tanggal : 05-Okt-19


Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane

A. Fraksi Kasar Berat Tanah Kering = 200,00 gr

Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

3 inch - - - 100,00 100,00

1 inch - - - 100,00 100,00

3/4 inch - - 0,00 100,00 100,00

1/2 inch - 0,00 0,00 100,00 100,00

B. Fraksi Sedang Berat Tanah Kering = 200,00 gr

Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

3/8 inch - 0,00 0,00 100,00 100,00

No. 4 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00

No. 8 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00

C. Fraksi Halus Berat Tanah Kering = 200,00 gr

Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

No. 10 11,60 11,60 5,80 94,20 94,20

No. 20 9,30 20,90 10,45 89,55 89,55

No. 40 96,50 117,40 58,70 41,30 41,30

No. 80 65,20 182,60 91,30 8,70 8,70

No. 100 2,10 184,70 92,35 7,65 7,65

No. 200 2,40 187,10 93,55 6,45 6,45

Universitas Sumatera Utara


HIDROMETER Nomor Saringan Ukuran Saringan (inc)

200

100

3/8

3/4
80

40

20

10

1/2

3
8

76.20
0.075

25.40
19.06
0.18

2.00
0.15

0.43

0.58

2.36

4.75
100 0

90 10

20

Tertah an d i Saringan/Retained in Sieve (%)


80
Lolos sari saringan/Passing of Sieve (%)

70 30

60 40

50 50

40 60

30 70

20 80

10 90

0 100
0,001 0,01 0,1 1 10 100

Lempung Lanau Halus/Fine Sedang Kasar/Coarse Kerikil

(Clay) (Silt) Pasir (sand) (Gravel)

Sampel : Bottom Ash Nama : Fauzan Tafsili Pane

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3
DATA ATTERBERG LIMIT

Universitas Sumatera Utara


PEMERIKSAAN KONSISTENSI ATTERBERG
(ATTERBERG LIMIT TEST)

Nama Sampel : Tanah Asli Quarry : PTPN II Kebun Patumbak


:
Proyek : Tugas Akhir Tanggal : 07-Okt-19
Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane

Batas Cair (LL) 15 Kali 23 Kali 35 Kali 47 Kali Batas Plastis


No krus
Berat krus + contoh basah gr 47,41 45,18 43,35 44,29 12,79 13,04
Berat krus + contoh kering gr 34,95 33,72 32,89 34,02 12,45 12,47
Berat air gr 12,46 11,46 10,46 10,27 0,34 0,57
Berat krus gr 10,29 10,15 9,47 10,08 10,51 9,19
Berat contoh kering gr 24,66 23,57 23,42 23,94 1,94 3,28
Kadar air % 50,53 48,62 44,66 42,90 17,53 17,38
17,45
55

50
LL PL PI
Catatan
45
contoh dalam keadaan :
Kadar Air (%)

40 47,33 17,45 29,88 - Asli


- Disaring/tidak
35

30

25

20
1 10 25 100
Pukulan

Universitas Sumatera Utara


PEMERIKSAAN KONSISTENSI ATTERBERG
(ATTERBERG LIMIT TEST)

Nama Sampel : Kerang


Serbuk cangkang kerang Quarry : PTPN II Kebun Patumbak
:
Proyek : Tugas Akhir Tanggal : 07-Okt-19
Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane

Batas Cair (LL) Kali Kali Kali Kali Batas Plastis


No krus
Berat krus + contoh basah gr
Berat krus + contoh kering gr
Berat
Berat
Berat
Kadar
air
krus
contoh kering
air
gr
gr
gr
%
NON PLASTIS
40
38
36
LL PL PI Catatan
34 contoh dalam keadaan :
Kadar Air (%)

32 - Asli
30 - Disaring/tidak
28
26
24
22
20
1 10 100
Pukulan

Universitas Sumatera Utara


PEMERIKSAAN KONSISTENSI ATTERBERG
(ATTERBERG LIMIT TEST)

Nama Sampel : Bottom Ash Quarry : PTPN II Kebun Patumbak


:
Proyek : Tugas Akhir Tanggal : 07-Okt-19
Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane

Batas Cair (LL) Kali Kali Kali Kali Batas Plastis


No krus
Berat krus + contoh basah gr
Berat krus + contoh kering gr
Berat
Berat
Berat
Kadar
air
krus
contoh kering
air
gr
gr
gr
%
NON PLASTIS
40
38
36
LL PL PI Catatan
34 contoh dalam keadaan :
Kadar Air (%)

32 - Asli
30 - Disaring/tidak
28
26
24
22
20
1 10 100
Pukulan

Universitas Sumatera Utara


PEMERIKSAAN KONSISTENSI ATTERBERG
(ATTERBERG LIMIT TEST)

Nama Sampel : T.AT.A


+ 10%
+ 10%Kerang + 3% Bottom
Serbuk cangkang kerrang Ash
+ 3% Bottom ash Quarry : PTPN II Kebun Patumbak
:
Proyek : Tugas Akhir Tanggal : 07-Okt-19
Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane

Batas Cair (LL) 10 Kali 19 Kali 29 Kali 38 Kali Batas Plastis


No krus
Berat krus + contoh basah gr 41,98 43,21 43,45 41,87 12,08 13,95
Berat krus + contoh kering gr 32,98 34,24 34,83 33,98 11,74 13,02
Berat air gr 9,00 8,97 8,62 7,89 0,34 0,93
Berat krus gr 10,02 9,56 9,18 10,09 10,08 8,17
Berat contoh kering gr 22,96 24,68 25,65 23,89 1,66 4,85
Kadar air % 39,20 36,35 33,61 33,03 20,48 19,18
19,83

45

40
LL PL PI Catatan
contoh dalam keadaan :
Kadar Air (%)

35 34,79 19,83 14,96 - Asli


- Disaring/tidak
30

25

20
1 10 25 100
Pukulan

Universitas Sumatera Utara


PEMERIKSAAN KONSISTENSI ATTERBERG
(ATTERBERG LIMIT TEST)

Nama Sampel : T.A + +8%


T.A 8%Kerang + 5% Bottom
Serbuk cangkang kerrang Ash
+ 3% Bottom ash Quarry : PTPN II Kebun Patumbak
:
Proyek : Tugas Akhir Tanggal : 07-Okt-19
Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane

Batas Cair (LL) 14 Kali 21 Kali 30 Kali 38 Kali Batas Plastis


No krus
Berat krus + contoh basah gr 41,89 43,20 43,67 41,88 12,09 13,98
Berat krus + contoh kering gr 32,98 34,30 34,85 33,96 11,75 13,02
Berat air gr 8,91 8,90 8,82 7,92 0,34 0,96
Berat krus gr 10,05 9,65 9,23 10,11 10,08 8,17
Berat contoh kering gr 22,93 24,65 25,62 23,85 1,67 4,85
Kadar air % 38,86 36,11 34,43 33,21 20,36 19,79
20,08

40
38
36
LL PL PI Catatan
34
contoh dalam keadaan :
Kadar Air (%)

32 35,43 20,08 15,36 - Asli


30 - Disaring/tidak
28
26
24
22
20
1 10 25 100
Pukulan

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4
DATA COMPACTION TEST

Universitas Sumatera Utara


PERCOBAAN PEMADATAN
(COMPACTION TEST)

No Sampel : Tanah Asli Lokasi : PTPN II PATUMBAK

Tanggal :
Proyek : Tugas Akhir Dikerjakan : AuliaFauzan
Rahman
Tafsili Pane

Berat tanah basah (gr) 2000 2000 2000 2000 2000


Kadar air mula-mula (%) - - - - -
Penambahan air (%) 2 4 6 8 10
Penambahan air (cc) 40 80 120 160 200

Berat isi
Berat tanah + cetakan (gr) 6541 6593 6689 6642 6634
Berat cetakan (gr) 5130 5130 5130 5130 5130
Berat tanah basah (gr) 1411 1463 1559 1512 1504
Isi cetakan t= 11,60 d= 10,13 938,00 938,00 938,00 938,00 938,00
Berat isi basah ( γtb ) 1,504 1,560 1,662 1,612 1,603
Berat isi kering(γd) = γtb/(100+w)*100% (gr/cc) 1,285 1,308 1,363 1,306 1,281

Kadar air
Tanah basah + cawan (gr) 27,41 36,43 33,14 31,55 38,92
Tanah kering + cawan (gr) 24,81 32,06 29,01 27,51 33,08
Berat air (gr) 2,60 4,37 4,13 4,04 5,84
Berat cawan (gr) 9,55 9,32 10,17 10,26 9,86
Berat tanah kering (gr) 15,26 22,74 18,84 17,25 23,22
Kadar air (%) 17,04 19,22 21,92 23,42 25,15

1,600

1,500

1,400

1,300
γd (gr/cm3)

1,200

1,100

1,000

0,900

0,800
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
w (%)

Series4 Compaction Curve

ZAV = (Gs* γw)/(1+Gs*w) W = 17,04 % g = 0,000 gr/cm3


Gs = W = 25,15 % g = 0,000 gr/cm3
Berat Isi Kering Maksimum 1,340 gr/cm3
Kadar Air Optimum = 21,12 %

Universitas Sumatera Utara


PERCOBAAN PEMADATAN
(COMPACTION TEST)

Sampel : TA + 10%SCK + 3% BA Lokasi : PTPN II PATUMBAk


Proyek : Tugas Akhir Tanggal :
Dikerjakan: Fauzan Tafsili Pane

Berat tanah basah (gr) 2000 2000 2000 2000 2000


Kadar air mula-mula (%) - - - - -
Penambahan air (%) 2 4 6 8 10
Penambahan air (cc) 40 80 120 160 200

Berat isi
Berat tanah + cetakan (gr) 5931 6167 6342 6241 6041
Berat cetakan (gr) 4486 4486 4486 4486 4486
Berat tanah basah (gr) 1445 1681 1856 1755 1555
Isi cetakan t= 11,60 d= 10,13 938 938 938 938 938
Berat isi basah ( γtb ) 1,541 1,792 1,979 1,871 1,658
Berat isi kering(γd) = γtb/(100+w)*100% (gr/cc) 1,319 1,516 1,639 1,526 1,343

Kadar air
Tanah basah + cawan (gr) 23,98 24,37 22,87 24,43 23,89
Tanah kering + cawan (gr) 21,76 21,97 20,38 21,53 21,23
Berat air (gr) 2,22 2,40 2,49 2,90 2,66
Berat cawan (gr) 8,51 8,77 8,35 8,72 9,87
Berat tanah kering (gr) 13,25 13,20 12,03 12,81 11,36
Kadar air (%) 16,75 18,18 20,70 22,64 23,42

2,400

2,100

1,800

1,500
γd (gr/cm3)

1,200

0,900

0,600

0,300

0,000
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
w (%)

Series4 Compaction Curve

ZAV = (Gs* γw)/(1+Gs*w)W = 16,75 % g = 1,806 gr/cm3


Gs = =
2,59 W = 23,42 % g = 1,612 gr/cm3
Berat Isi Kering Maksimum = 1,650 gr/cm3
Kadar Air Optimum = 20,24 %

Universitas Sumatera Utara


Sampel : TA + 8%SCK + 5% BA Lokasi : PTPN II PATUMBAk
Proyek : Tugas Akhir Tanggal :
Dikerjakan: Fauzan Tafsili Pane

Berat tanah basah (gr) 2000 2000 2000 2000 2000


Kadar air mula-mula (%) - - - - -
Penambahan air (%) 2 4 6 8 10
Penambahan air (cc) 40 80 120 160 200

Berat isi
Berat tanah + cetakan (gr) 5947 6252 6412 6333 6113
Berat cetakan (gr) 4476 4476 4476 4476 4476
Berat tanah basah (gr) 1471 1776 1936 1857 1637
Isi cetakan t= 11,60 d= 10,13 938 938 938 938 938
Berat isi basah ( γtb ) 1,568 1,893 2,064 1,980 1,745
Berat isi kering(γd) = γtb/(100+w)*100% (gr/cc) 1,386 1,584 1,691 1,599 1,371

Kadar air
Tanah basah + cawan (gr) 24,55 25,60 22,83 22,81 23,62
Tanah kering + cawan (gr) 22,65 23,12 20,21 20,08 20,84
Berat air (gr) 1,90 2,48 2,62 2,73 2,78
Berat cawan (gr) 8,22 10,44 8,35 8,62 10,66
Berat tanah kering (gr) 14,43 12,68 11,86 11,46 10,18
Kadar air (%) 13,17 19,56 22,09 23,82 27,31

2,400

2,000

1,600
γd (gr/cm3)

1,200

0,800

0,400

0,000
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
w (%)

Series4 Compaction Curve

ZAV = (Gs* γw)/(1+Gs*w)W = 13,17 % g = 1,930 gr/cm3


Gs = =
2,59 W = 27,31 % g = 1,516 gr/cm3
Berat Isi Kering Maksimum = 1,651 gr/cm3
Kadar Air Optimum = 20,32 %

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5
DATA CALIFORNIA BEARING
RATIO TEST

102

Universitas Sumatera Utara


PERCOBAAN CBR LABORATORIUM
(CBR LABORATORY TEST)

Sampel : Tanah Asli Lokasi : PTPN 2 PATUMBAK


Proyek : Tugas Akhir
Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane Tanggal : 21-Okt-19

Berat Isi Kering


Berat tanah & mould gr
Berat mould gr
Berat tanah basah gr
Isi mould cmᶟ
10 x Tumbukan Berat isi basah 1,515 gr/cmᶟ
Waktu Penuru- Pembacaan Beban Berat isi kering 1,251 gr/cmᶟ
(min) nan (in) arloji (LB)
atas bawah atas bawah
Grafik Beban vs Penurunan
1/4 0,0125
1/2 0,025
0,05
3000,000
1.5 0,075 2900,000
0,1 2800,000
0,15 2700,000
0,2 2600,000
0,3 2500,000

0,4 2400,000

10 0,5 2300,000
2200,000
2100,000
2000,000
1900,000
KADAR AIR 1800,000
Tanah basah + cawan 1700,000
Beban (lb)

Tanah kering + cawan 1600,000

Berat cawan 1500,000

Berat air 1400,000


1300,000
Tanah kering
1200,000
Kadar air (%)
1100,000
1000,000
900,000
800,000
700,000
Harga CBR 600,000
0.1" 0.2" 500,000
CBR Laboratorium 5,39 % 6,14 % 400,000
300,000
200,000
100,000
0,000
0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500

Penurunan (inci)

KALIBRASI : 34,1 lbs

Universitas Sumatera Utara


PERCOBAAN CBR LABORATORIUM
(CBR LABORATORY TEST)

Sampel : Tanah Asli Lokasi : PTPN 2 PATUMBAK


Proyek : Tugas Akhir
Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane Tanggal : 21-Okt-19

Berat Isi Kering


11231 gr
7675 gr
3556 gr
2123 cmᶟ
30 x Tumbukan 1,675 gr/cmᶟ
1,385 gr/cmᶟ

0,0125 34,100
0,025 68,200
0,05 102,300
4000,000
0,075 136,400 3900,000
238,700 3800,000
3700,000
0,15 272,800 3600,000
10 341,000 3500,000
3400,000
12 409,200 3300,000
13 443,300 3200,000
3100,000
14 477,400 3000,000
2900,000
2800,000
2700,000
2600,000
2500,000
KADAR AIR 2400,000
87,59 2300,000
2200,000
74,21 2100,000
10,31 2000,000
1900,000
13,38 1800,000
63,90 1700,000
1600,000
20,94 1500,000
1400,000
1300,000
1200,000
1100,000
1000,000
900,000
800,000
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0,000
0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500

Penurunan (inci)

Universitas Sumatera Utara


PERCOBAAN CBR LABORATORIUM
(CBR LABORATORY UNSOAKED
TEST)

Sampel : Tanah Asli Lokasi : PTPN 2 PATUMBAK


Proyek : Tugas Akhir
Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane Tanggal : 21-Okt-19

Berat Isi Kering


11495 gr
7804 gr
3691 gr
2123 cmᶟ
65 x Tumbukan 1,739 gr/cmᶟ
1,449 gr/cmᶟ

0,0125 34,100
0,025 68,200
0,05 136,400
4000,000
0,075 204,600 3900,000
272,800 3800,000
3700,000
0,15 10 341,000 3600,000
11 375,100 3500,000
3400,000
13 443,300 3300,000
15 511,500 3200,000
3100,000
17 579,700 3000,000
2900,000
2800,000
2700,000
2600,000
2500,000
KADAR AIR 2400,000
90,01 2300,000
2200,000
76,78 2100,000
10,52 2000,000
1900,000
13,23 1800,000
66,26 1700,000
1600,000
19,97 1500,000
1400,000
1300,000
1200,000
1100,000
1000,000
900,000
800,000
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0,000
0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500

Penurunan (inci)

Universitas Sumatera Utara


PERCOBAAN CBR LABORATORIUM
(CBR LABORATORY TEST)

Sampel : Tanah Asli Lokasi : PTPN 2 PATUMBAK


Proyek : Tugas Akhir
Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane Tanggal : 21-Okt-19

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA COMPACTION DAN CBR

1,600 1,60

1,500 1,50

1,400 1,40

1,300 1,30

1,200 1,20

1,100 1,10

1,000 1,00
0 5 10 15 20 25 30 1 11 21 31 41 51
w (%) CBR (%)

Cara Pemadatan = STANDARD


Kadar air optimum = 21,12 %
γd max = 1,340 gr/cm³
95 % γd max = 1,273 gr/cm³
CBR = 6,2

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PERCOBAAN CBR LABORATORIUM
(CBR LABORATORY SOAKED TEST)

Sampel : TA + 8% K + 5% BA Lokasi : PTPN II PATUMBAk


Proyek : Tugas Akhir Tanggal : 21-Okt-19
Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA COMPACTION DAN CBR

2,500 2,50

2,000 2,00

1,500 1,50
γd (gr/cm³)

1,000 1,00

0,500 0,50

0,000 0,00
0 9 18 27 36 0 5 10 15
w (%) CBR (%)

Cara Pemadatan = MODIFIED


Kadar air optimum = 20,32 %
γd max = 1,651 gr/cm³
95 % γd max = 1,568 gr/cm³
CBR = 10,07 %

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PERCOBAAN CBR LABORATORIUM
(CBR LABORATORY SOAKED TEST)

Sampel : TA + 10% K + 3% BA Lokasi : PTPN II PATUMBAk


Proyek : Tugas Akhir Tanggal : 21-Okt-19
Dikerjakan : Fauzan Tafsili Pane

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA COMPACTION DAN CBR

2,500 2,00

1,90

2,000 1,80

1,70

1,500 1,60
γd (gr/cm³)

1,50

1,000 1,40

1,30

0,500 1,20

1,10

0,000 1,00
0 9 18 27 36 0 5 10 15
w (%) CBR (%)

Cara Pemadatan = MODIFIED


Kadar air optimum = 20,24 %
γd max = 1,650 gr/cm³
95 % γd max = 1,568 gr/cm³
CBR = 9,73 %

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6
DATA UNCONFINED COMPRESSION
TEST

Universitas Sumatera Utara


UNCONFINED Campuran : 0%
COMPRESSION TEST Sample : Tanah Asli
Date : 28-Okt-19
Nama : Fauzan Tafsili P

Diameter (ᴓ) : 5,00 Cm Weight : 351,23 gr


Initial Lenght (Lo) : 10,00 Cm Proving Ring No. : 609722
Initial Area (Ao) : 19,63 Cm2 Calibration : 0,925

Proving
Deflection Strain Area Qu
Time Ring Axial Load Correction Factor
(d) (%) Division (Cm2 ) (Kg/Cm2)

0,5 68 0,5 6,50 6,013 1,005 19,73 0,305


1 136 1 10,00 9,250 1,010 19,83 0,466
2 272 2 15,00 13,875 1,020 20,04 0,693
3 408 3 26,00 24,050 1,031 20,24 1,188
4 544 4 31,50 29,138 1,042 20,45 1,425
5 680 5 26,00 24,050 1,053 20,67 1,164
6 816 6 24,50 22,663 1,064 20,89 1,085
7 952 7 19,00 17,575 1,075 21,11 0,832
8 1088 8 15,00 13,875 1,087 21,34 0,650
9 1224 9
10 1360 10
11 1496 11
12 1632 12
13 1768 13
14 1904 14
15 2040 15
16 2176 16
17 2312 17
18 2448 18
19 2534 19
20 2720 20
Natural Moisture Content

Container No. : 1 2 Graph Strain and Compressive Strength

Wt. of Cont + Wet Soil : 23,37 gr 24,56 gr 1,6

Wt. of Cont + Dry Soil : 20,87 gr 21,99 gr 1,4

Wt. of Container : 8,01 gr 8,79 gr 1,2


Wt. of Water : 2,50 gr 2,57 gr
Qu (Kg/cm2)

1,0
Wt. of Dry Soil : 12,86 gr 13,20 gr
Moisture Content ( % ) : 19,44 gr 19,47 gr 0,8

Moisture Content 1 & 2 : 19,45 0,6

Test Result 0,4

: 1,789 3
Wet Density gr/cm 0,2

Universitas Sumatera Utara


UNCONFINED Campuran : 0%
COMPRESSION TEST Sample : Remoulded
Date : 28-Okt-19
Nama : Fauzan Tafsili Pane

Diameter (ᴓ) : 5,00 Cm Weight : 341,31 gr


Initial Lenght (Lo) : 10,00 Cm Proving Ring No. : 609722
Initial Area (Ao) : 19,63 Cm2 Calibration : 0,925

Proving
Deflection Strain Correction Area Qu
Time Ring Axial Load
Factor
(d) (%) Division (Cm2 ) (Kg/Cm2)

0,5 68 0,5 3,50 3,238 1,005 19,73 0,164


1 136 1 6,00 5,550 1,010 19,83 0,280
2 272 2 9,50 8,788 1,020 20,04 0,439
3 408 3 12,00 11,100 1,031 20,24 0,548
4 544 4 13,50 12,488 1,042 20,45 0,611
5 680 5 16,50 15,263 1,053 20,67 0,738
6 816 6 13,00 12,025 1,064 20,89 0,576
7 952 7 8,50 7,863 1,075 21,11 0,372
8 1088 8 6,50 6,013 1,087 21,34 0,282
9 1224 9 5,00 4,625 1,099 21,58 0,214
10 1360 10
11 1496 11
12 1632 12
13 1768 13
14 1904 14
15 2040 15
16 2176 16
17 2312 17
18 2448 18
19 2534 19
20 2720 20
Natural Moisture Content
0,8
Container No. : 1 2 Graph Strain and Compressive Strength

Wt. of Cont + Wet Soil : 22,80 gr 23,15 gr


Wt. of Cont + Dry Soil : 21,31 gr 20,67 gr 0,6

Wt. of Container : 8,20 gr 8,43 gr


Wt. of Water : 1,49 gr 2,48 gr
Qu (Kg/cm2)

0,4
Wt. of Dry Soil : 13,11 gr 12,24 gr
Moisture Content ( % ) : 11,37 gr 20,26 gr
Moisture Content 1 & 2 : 15,81 0,2

Test Result
Wet Density : 1,738 gr/cm3 0,0
N.M.C : 15,81 % 0 2 4 6 8 10 12 14

Dry Density : 1,501 3


gr/cm
Ququ : 0,738 Kg/Cm2 Strain (%)

Location : PTPN II Patumbak Project :


Deli Serdang Tugas Akhir

Universitas Sumatera Utara


UNCONFINED Campuran : 8% K+ 5% BA
COMPRESSION TEST Sample : T.A+8% K+5% BA
Date : 28-Okt-19
Nama : Fauzan Tafsili Pane

Diameter (ᴓ) : 5,00 Cm Weight : 352,23 gr


Initial Lenght (Lo) : 10,00 Cm Proving Ring No. : 609722
Initial Area (Ao) : 19,63 Cm2 Calibration : 0,925

Proving
Deflection Strain Correction Area Qu
Time Ring Axial Load
Factor
(d) (%) Division (Cm2 ) (Kg/Cm2)

0,5 68 0,5 11,00 10,175 1,005 19,73 0,516


1 136 1 13,50 12,488 1,010 19,83 0,630
2 272 2 22,00 20,350 1,020 20,04 1,016
3 408 3 23,00 21,275 1,031 20,24 1,051
4 544 4 31,00 28,675 1,042 20,45 1,402
5 680 5 35,50 32,838 1,053 20,67 1,589
6 816 6 58,50 54,113 1,064 20,89 2,591
7 952 7 35,50 32,838 1,075 21,11 1,555
8 1088 8 20,00 18,500 1,087 21,34 0,867
9 1224 9 14,00 12,950 1,099 21,58 0,600
10 1360 10
11 1496 11
12 1632 12
13 1768 13
14 1904 14
15 2040 15
16 2176 16
17 2312 17
18 2448 18
19 2534 19
20 2720 20
Natural Moisture Content

Container No. : 1 2 Graph Strain and Compressive Strength

Wt. of Cont + Wet Soil : 20,30 gr 22,36 gr 2,2


Wt. of Cont + Dry Soil : 18,00 gr 20,02 gr 2,0

Wt. of Container : 8,79 gr 8,20 gr 1,8

Wt. of Water : 2,30 gr 2,34 gr 1,6


Qu (Kg/cm2)

1,4
Wt. of Dry Soil : 9,21 gr 11,82 gr
1,2
Moisture Content ( % ) : 24,97 gr 19,80 gr
1,0
Moisture Content 1 & 2 : 22,38 0,8

Test Result 0,6

3 0,4
Wet Density : 1,794 gr/cm
0,2
N.M.C : 22,38 %
0,0
Dry Density : 1,466 gr/cm3 0 2 4 6 8 10 12 14

Ququ : 2,591 Kg/Cm2 Strain (%)

Location : PTPN II Patumbak Project :


Deli Serdang Tugas Akhir

Universitas Sumatera Utara


UNCONFINED Campuran : 10% K+ 3% BA
COMPRESSION TEST Sample : T.A+10% K+3% BA
Date : 28-Okt-19
Nama : Fauzan Tafsili Pane

Diameter (ᴓ) : 5,00 Cm Weight : 353,98 gr


Initial Lenght (Lo) : 10,00 Cm Proving Ring No. : 609722
Initial Area (Ao) : 19,63 Cm2 Calibration : 0,925

Proving
Deflection Strain Correction Area Qu
Time Ring Axial Load
Factor
(d) (%) Division (Cm2 ) (Kg/Cm2)

0,5 68 0,5 9,00 8,325 1,005 19,73 0,422


1 136 1 11,50 10,638 1,010 19,83 0,536
2 272 2 27,50 25,438 1,020 20,04 1,270
3 408 3 31,00 28,675 1,031 20,24 1,417
4 544 4 44,00 40,700 1,042 20,45 1,990
5 680 5 50,00 46,250 1,053 20,67 2,238
6 816 6 37,00 34,225 1,064 20,89 1,638
7 952 7 31,00 28,675 1,075 21,11 1,358
8 1088 8 23,00 21,275 1,087 21,34 0,997
9 1224 9 18,50 17,113 1,099 21,58 0,793
10 1360 10
11 1496 11
12 1632 12
13 1768 13
14 1904 14
15 2040 15
16 2176 16
17 2312 17
18 2448 18
19 2534 19
20 2720 20
Natural Moisture Content

Container No. : 1 2 Graph Strain and Compressive Strength

Wt. of Cont + Wet Soil : 22,81 gr 20,74 gr 2,0

1,8
Wt. of Cont + Dry Soil : 20,80 gr 18,19 gr
1,6
Wt. of Container : 7,96 gr 9,01 gr
1,4
Wt. of Water : 2,01 gr 2,55 gr
Qu (Kg/cm2)

1,2
Wt. of Dry Soil : 12,84 gr 9,18 gr
Moisture Content ( % ) 1,0
: 15,65 gr 27,78 gr
0,8
Moisture Content 1 & 2 : 21,72
0,6
Test Result
0,4
Wet Density : 1,803 gr/cm3 0,2
N.M.C : 21,72 %
0,0
Dry Density : 1,481 gr/cm3 0 2 4 6 8 10 12 14

Qu
qu : 2,238 Kg/Cm2 Strain (%)

Location : PTPN II Patumbak Project :


Deli Serdang Tugas Akhir

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 7
DATA KOMPOSISI SERBUK
CANGKANG KERANG

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 8
DOKUMENTASI PELAKSANAAN

Universitas Sumatera Utara


Lampiran Dokumentasi Pelaksanaan

Pengambilan Sampel Tanah di PTPN II Kebun Patumbak

Pengambilan Sampel Bottom Ash di PLTU Pangkalan Susu

Universitas Sumatera Utara


Analisa Saringan Hasil Ayakan Bottom
Ash Hasil Ayakan Cangkang Kerang

Pemeraman benda uji dan Proses atterberg tanah dengan


pencampuran tanah asli dengan bahan campuran stabilisator
bahan stabilsator

Universitas Sumatera Utara


Pembuatan benda uji compaction Uji pemadatan compaction test

Pengujian CBR test (California Bearing Ratio)

Universitas Sumatera Utara


Pengujian UCT

Hancurnya Benda Uji

Universitas Sumatera Utara


52

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai