TUGAS AKHIR
diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada
Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Kata Kunci: lempung, serbuk cangkang kerang, bottom ash, stabilisasi tanah,
CBR, kuat tekan bebas
ii
iii
iv
ABSTRAK .............................................................................................................. i
3.4.1 Tanah 51
vi
LAMPIRAN
vii
ayakan no.200....................................................................................... 19
Tabel 2.8 Hubungan konsistensi dengan kuat tekan bebas tanah lempung.......... 28
Tabel 4.6 Data hasil uji pemadatan tanah dengan bahan stabilisator ................... 64
Tabel 4.7 Data hasil CBR dengan berbagai variasi penambahan kerang dan
viii
Tabel 4.9 Perbandingan kuat tekan tanah asli dan tanah remoulded.................... 72
ix
atau IL .............................................................................................. 14
Gambar 2.11 Hubungan antara kadar air dan berat isi kering tanah ..................... 25
Gambar 2.16 Kuat tekan tanah asli dan tanah remoulded ..................................... 30
Gambar 4.3 Grafik batas cair (liquid limit), atterberg limit ................................ 57
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara nilai batas cair (LL) dengan variasi
Gambar 4.7 Grafik hubungan antara nilai batas plastis (PL) dengan variasi
Gambar 4.8 Grafik hubungan antara nilai indeks plastisitas (IP) dengan
Gambar 4.11 Grafik hubungan antara kadar air optimum tanah (Wopt )
ash.................................................................................................... 67
xi
Remoulded ...................................................................................... 72
xii
Kadar air ( )
Porositas
Angka pori
S Derajat kejenuhan ( )
SL Batas susut
IP Indeks plastisitas ( )
xiii
PL Batas plastis ( )
Kohesi
Tegangan runtuh
St Sensitivitas
σ Tegangan (kg/cm2)
P Beban (kg)
xiv
xv
Tanah dapat didefinisikan sebagai bahan di atas batuan dasar, yang lepas dan
tidak terkonsolidasi, yang dihasilkan oleh pelapukan batuan. jenis tanah atau
klasifikasi tanah berdasarkan pemakaian lebih memadai bagi keperluan teknik.
karena dasar klasifikasi memperhitungkan sifat- sifat fisis tanah disamping
persentase ukuran butiran. Tanah dapat diklasifikasi secara umum sebagai tanah
kohesif dan tidak kohesif atau berbutir halus dan berbutir kasar. (Bowles, 1993).
Ukuran dari partikel tanah adalah sangat beragam dengan variasi yang cukup
besar, sehingga tanah dibagi menjadi empat kelas yaitu kerikil (gravel), pasir
(sand), lanau (silt), dan lempung (clay), berdasarkan ukuran partikel yang paling
dominan dari tanah tersebut (Das, 1994).
Cara yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk stabilisasi yaitu
dengan cara pemadatan, namun dengan kondisi tanah dasar yang memiliki
kestabilan CBR (California Bearing Ratio) yang tinggi sebagaimana disyaratkan
dalam suatu konstruksi jalan. Selain itu pengujian kuat tekan bebas juga
dibutuhkan dalam penelitian ini. Pada saat pemadatan diperlukan suatu perlakuan
Pada penelitian ini akan dibahas tentang stabilisasi tanah lempung dengan
penambahan serbuk cangkang kerang dan bottom ash sebagai bahan stabilisator
yang diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat fisis maupun mekanis dari sampel
tanah sehingga didapat tanah lempung yang memenuhi syarat teknis penggunaan
pada konstruksi di lapangan.
Dalam penelitian ini digunakan cangkang kerang, sebagai bahan baku utama
untuk menentukan nilai CBR lab, sehingga dapat memberikan alternatif untuk
memanfaatkan limbah-limbah yang tidak bermanfaat. Kerang merupakan salah
satu komoditi perikanan yang telah lama di budidayakan sebagai salah satu usaha
sampingan masyarakat pesisir. Cangkang kerang mengandung senyawa kimia
yang bersifat pozzolan yaitu mengandung zat kapur (CaO), alumina dan senyawa
silika sehingga sesuai digunakan sebagai bahan baku CBR lab. Dalam
optimalisasi pemanfaatan cangk ang kerang ini diharapkan akan mengurangi
limbah yang mencemari lingkungan dan akan memberi nilai tambah sendiri.
Karena banyaknya limbah cangkang kerang yang terdapat di sentralisasi
pengupasan kerang dan pasar kerang yang tidak dimanfaatkan dengan baik.
Adapun penggunaan cangkang kerang sebagai bahan tambah pada stabilisasi tanah
lempung.
Bab I: Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan dan manfaat, rumusan
masalah, pembatasan masalah.
(a) (b)
Gambar 2.1 Tiga fase elemen tanah (Lambe dan Whitman,1959)
Dimana :
Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka berat total dari
contoh tanah dapat dinyatakan dengan :
W = W 𝑆 + Ww (2.3)
Dimana:
Jika tanah dalam keadaan kering maka tanah tersebut terdiri dari dua fase
yaitu partikel padat dan pori-pori udara. Tanah yang jenuh seluruhnya juga terdiri
dari dua fase yaitu partikel padat dan air pori. Sedangkan tanah dalam keadaan
jenuh sebagian maka terdiri dari tiga fase yaitu partikel padat, pori-pori udara dan
air pori (Fadilla, 2014).
Dimana:
s = (2.5)
Dimana:
s : berat spesifik tanah
s : berat volume padat (gr/cm3)
w : berat volume air (gr/cm3)
𝑆 (%) = (2.6)
Dimana:
𝑆 : derajat kejenuhan
Vw : berat volume air (cm3)
Vs : volume rongga pori tanah (cm3)
Derajat kejenuhan dari kondisi tanah dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut :
10
11
12
PI = LL − PL (2.7)
Dimana :
LL = batas cair
PL = batas plastis
𝐿𝐼 = 𝐼𝐿 = = (2.8)
13
Dapat dilihat bahwa jika WN = LL, maka Indeks Cair akan sama dengan 1.
Sedangkan, jika WN = PL, Indeks Cair akan sama dengan nol. Jadi, untuk lapisan
tanah asli yang dalam kedudukan plastis, nilai LL > WN > PL. Nilai Indeks Cair
akan bervariasi antara 0 dan 1. Lapisan tanah asli dengan WN > LL akan
mempunyai LI > 1.
2.1.2.5 Gradasi Ukuran Butiran
14
Gradasi (distribusi) ukuran butiran adalah penentuan persentase berat butiran pada
satu unit saringan dengan ukuran diameter lubang tertentu. Karakteristik
pengelompokkan tanah :
15
- Tanah yang memiliki gradasi yang baik mempunyai nilai CU > 4 (untuk tanah
kerikil), CU > 6 (untuk pasir), dan
- CC antara 1 – 3 (untuk kerikil dan pasir).
(2.10)
Dimana :
D10 = Diameter yang bersesuaian dengan 10% lolos ayakan
D30 = Diameter yang bersesuaian dengan 30% lolos ayakan
D60 = Diameter yang bersesuaian dengan 60% lolos ayakan
16
Diagram klasifikasi tekstur dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah ini:
17
Ada dua golongan besar tanah-tanah yang berbutir kasar, < 50% melalui ayakan
No.200 dan tanah-tanah berbutir halus > 50% melalui ayakan No.200. Sistem ini pada
awalnya dikembangkan untuk pembangunan lapangan terbang, diuraikan oleh Casagrande
(1948). Ia telah dipakai sejak tahun 1942 , tetapi diubah sedikit pada tahun 1952 agar dapat
terpakai pada konstruksi bendungan dan konstruksi-konstruksi lainnya.
Simbol-simbol yang digunakan untuk mengklasifikasikan tanah dengan sistem unified
ini adalah sebagai berikut:
O = organik (Organic)
18
19
Khusus untuk tanah-tanah yang mengandung bahan butir halus diidentifikasikan lebih lanjut
dengan indeks kelompoknya. Bagan pengklasifikasian sistem ini dapat dilihat seperti pada
Gambar 2.8.
20
21
(2.12)
22
24
Gambar 2.11 Hubungan antara kadar air dan berat isi kering tanah (Hardiyatmo,
1992)
Daya dukung tanah dasar (subgrade) pada perencanaan perkerasan lentur dinyatakan
dengan nilai CBR (California Bearing Ratio). CBR untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh
California Division of Highways pada tahun 1928. Sedangkan metode CBR ini dipopulerkan
oleh O. J. Porter. CBR adalah perbandingan antara beban yang dibutuhkan untuk penetrasi
contoh tanah sebesar 0,1”/0,2” dengan beban yang ditahan batu pecah standar pada penetrasi
0,1”/0,2”.
Jadi nilai CBR didefinisikan sebagai suatu perbandingan antara beban percobaan (test
load) dengan beban standar (standard load) dan dinyatakan dalam prosentase. Tujuan dari
percobaan CBR adalah untuk dukung tanah dalam kepadatan maksimum. Harga CBR adalah
nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu
pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu lintas.
CBR lapangan (CBR inplace) digunakan untuk mendapatkan nilai CBR asli di
lapangan, sesuai dengan tanah dasar saat itu. Umumnya digunakan untuk perencanaan tebal
lapisan perkerasan yang lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi, selain itu jenis
CBR ini digunakan untuk mengontrol kepadatan yang diperoleh apakah sudah sesuai dengan
yang diinginkan.
25
26
Pengujian uji tekan bebas ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya kekuatan
tekan bebas contoh tanah dan batuan yang bersifat kohesif dalam keadaan asli maupun buatan
(remoulded). Yang dimaksud dengan kekuatan tekan bebas adalah beban aksial persatuan luas
pada saat benda uji mengalami keruntuhan pada saat regangan axialnya mencapai 20%. Bila
maksud pengujian adalah untuk menentukan parameter kuat geser tanah, pengujian ini
hanya cocok untuk jenis tanah lempung jenuh, dimana pada pembebanan cepat, air tidak
sempat mengalir ke luar dari benda uji.
Berikut ini adalah gambar skematik dari prinsip pembebanan pada uji tekan bebas:
27
Tabel 2.8 Hubungan konsistensi dengan kuat tekan bebas tanah lempung
(Hardiyatmo, 2002)
a. Benda uji harus 100% jenuh, kalau tidak, akan terjadi desakan udara di dalam ruang pori
yang menyebabkan angka pori (e) berkurang sehingga kekuatan benda uji bertambah.
28
Pengujian kuat tekan bebas dilakukan pada contoh tanah asli (undisturbed) dan contoh
tanah tidak asli (remoulded). Pada uji tekan bebas yang diukur adalah kemampuan masing-
masing contoh terhadap kuat tekan bebas, sehingga didapat nilai kuat tekan maksimum. Dari
nilai kuat tekan maksimum yang diperoleh maka akan didapat nilai sensitivitas tanah. Nilai
sensitivitas adalah ukuran bagaimana perilaku tanah apabila ada gangguan yang diberikan dari
luar.
Gambar 2.15 Grafik sensitifitas tanah asli dan tanah remoulded (Das, 1995)
29
Gambar 2.16 Kuat tekan tanah asli dan tanah remoulded (Das, 1995)
Sifat berkurangnya kekuatan tanah akibat adanya kerusakan struktural tanah disebut
sensitivitas (sensitivity). Tingkat sensitivitas adalah rasio (perbandingan) antara kekuatan
tanah yang masih asli dengan kekuatan tanah yang sama setelah terkena kerusakan
(remoulded), bila kekuatan tanah tersebut diuji dengan cara tekanan tak tersekap. Jadi,
Sensitivitas dinyatakan dalam persamaan:
(2.13)
Umumnya, nilai rasio sensitivitas tanah lempung berkisar antara 1 sampai 8, akan tetapi
pada beberapa tanah-tanah lempung maritim yang mempunyai tingkat flokulasi yang sangat
tinggi, nilai sensitivitas berkisar antara 10 sampai 80. Karena beberapa jenis lempung
mempunyai sifat sensitif terhadap gangguan yang berbeda-beda, oleh karena itu perlu adanya
pengelompokan yang berhubungan dengan nilai sensitivitas. Klasifikasi secara umum dapat
dilihat pada Tabel 2.9.
30
(2.14)
Dimana :
ε = Regangan axial (%)
∆L = Perubahan panjang (cm)
Lo = Panjang awal (cm)
(2.15)
Dimana :
A = Luas rata-rata pada setiap saat (cm2 )
Ao = Luas mula-mula (cm2 )
31
(2.16)
Dimana :
σ = Tegangan (kg/cm2)
P = Beban (kg)
K = Faktor kalibrasi proving ring
N = Pembacaan proving ring (div)
(2.17)
Dimana :
St = Nilai sensitivitas tanah
Σ = Kuat tekan maks. tanah asli (kg/cm2)
σ„ = Kuat tekan maks. tanah tidak asli (kg/cm2)
32
Mendefenisikan bahwa tanah lempung sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis
dan sub-mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis biasa)
yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika,
mineral-mineral lempung (clay mineral), dan mineral-mineral yang sangat halus lain. Tanah
lempung sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Namun
pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak.
3. Bowles (1991)
Mendefinisikan tanah lempung sebagai deposit yang mempunyai partikel berukuran
lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm dalam jumlah apabila lebih dari 50%.
4. Hardiyatmo (1992)
Mengatakan bahwa sifat-sifat yang dimiliki dari tanah lempung antara lain ukuran
butiran halus lebih kecil dari 0,002 mm, permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler tinggi,
bersifat sangat kohesif, kadar kembang susut yang tinggi dan proses konsolidasi lambat.
5. Grim (1953)
Tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub-
mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas hanya dengan mikroskopis biasa) yang
berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-
mineral lempung (clay mineral), dan mineral- mineral sangat halus lain. Dari segi material
(bukan ukurannya), yang disebut tanah lempung (mineral lempung) adalah tanah yang
mempunyai partikel-partikel mineral tertentu yang “menghasilkan sifat-sifat plastis pada
tanah bila dicampur dengan air.”
Dalam klasifikasi tanah secara umum, partikel tanah lempung memiliki diameter 2µm
atau sekitar 0,002 mm (USDA, AASHTO, USCS). Di beberapa kasus partikel berukuran
antara 0,002 mm sampai 0,005 mm masih digolongkan sebagai partikel lempung (ASTM-D-
653). Sifat-sifat yang dimiliki lempung (Hardiyatmo, 1999) adalah sebagai berikut:
33
Mineral lempung merupakan senyawa silikat yang kompleks yang terdiri dari
aluminium, magnesium dan besi. Dua unit dasar dari mineral lempung adalah silika tetrahedra
dan aluminium oktahedra. Setiap unit tetrahedra terdiri dari empat atom oksigen yang
mengelilingi satu atom silikon dan unit oktahedra terdiri dari enam gugus ion hidroksil (OH)
yang mengelilingi atom aluminium (Das, 2008).
Ciri tanah lempung adalah sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada
kadar air sedang sedangkan pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat lengket
(kohesif) dan sangat lunak. Kohesif menunjukan bahwa pada keadaan basah tanah memiliki
kemampuan gaya tarik-menarik yang besar sehingga partikel-pertikel itu melekat satu sama
lainnya sedangkan plastisitas merupakan sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu diubah-
ubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk aslinya dan tanpa terjadi retakan-
retakan atau terpecah-pecah.
Bowles (1991) menyatakan bahwa sumber utama dari mineral lempung adalah pelapukan
kimiawi dari batuan yang mengandung :
a. Felspar Ortoklas
b. Felspar Plagioklas
c. Mika (Muskovit)
Satuan struktur dasar dari mineral lempung terdiri dari silika tetrahedron dan
aluminium octahedron. Satuan-satuan dasar tersebut bersatu membentuk struktur lembaran
dan jenis-jenis mineral lempung tersebut tergantung dari komposisi susunan satuan struktur
dasar atau tumpuan lembaran serta macam ikatan antara masing-masing lembaran. Unit- unit
silika tetrahedra berkombinasi membentuk lembaran silika (silica) dan unit-unit oktahedra
berkombinasi membentuk lembaran oktahedra (gibbsite). Bila lembaran silika itu ditumpuk
diatas lembaran oktahedra, atom-atom oksigen tersebut akan menggantikan posisi ion
hidroksil pada oktahedra untuk memenuhi keseimbangan muatan mereka
34
1.Kaolinite
Istilah “Kaolinite” dikembangkan dari kata “Kauling” yang berasal dari nama sebuah bukit
yang tinggi di Jauchau Fu, China, dimana lempung kaolinite putih mula-mula diperoleh
beberapa abad yang lalu (Bowles, 1991). Kaolinite adalah hasil pelapukan sulfat atau air yang
mengandung karbonat pada temperatur sedang. Dimana kaolinite murni umumnya berwarna
putih, putih kelabu, kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan.
35
Struktur unit Kaolinite terdiri dari lembaran-lembaran Silika Tetrahedral yang digabung
dengan lembaran Alumina Oktahedran (Gibbsite). Lembaran Silika dan Gibbsite ini sering
disebut sebagai mineral lempung 1:1 dengan tebal kira-kira 7,2 Å (1 Å=10 -10 m). Mineral
kaolinite memiliki rumus kimia sebagai berikut: (OH) 8Al4Si4O10 Gambar struktur kaolinite
dapat dilihat pada Gambar 2.18.
Gambar 2.18 (a)Diagram sistematik kolinite (b)struktur atom kaolinite (Grim, 1953)
2. Montmorillonite
Montmorillonite adalah nama yang diberikan pada mineral lempung yang ditemukan
di Montmorillon, Perancis pada tahun 1847, yang memiliki rumus kimia:
(OH)4Si8Al4O20
Dimana NH2O Dimana NH2O adalah banyaknya lembaran yang terabsorbsi air.
Mineral Montmorillonite juga disebut mineral dua banding satu (2:1) karena satuan susunan
kristalnya terbentuk dari susunan dua lempeng Silika Tetrahedral mengapit satu lempeng
Alumina Oktahedral ditengahnya.
Montrnorillonite, disebut juga dengan smectite, adalah mineral yang dibentuk oleh dua
lembaran silika dan satu lembaran aluminium (gibbsite). Lembaran oktahedra terletak di
antara dua lembaran silika dengan ujung tetrahedra tercampur dengan hidroksil dari lembaran
oktahedra untuk membentuk satu lapisan tunggal.
36
3. Illite
Illite adalah mineral lempung yang pertama kali diidentifikasi di Illinois. Mineral illite
bisa disebut pula dengan hidrat-mika karena illite mempunyai hubungan dengan mika biasa
(Bowles, 1991). Illite adalah bentuk mineral lempung yang terdiri dari mineral-mineral
kelompok illite. Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah lembaran aluminium oktahedra
yang terikat di antara dua lembaran silika tetrahedra. Dalam lembaran oktahedra, terdapat
substitusi
37
38
Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung (clay) adalah sebagai berikut (Hardiyatmo,
1992) :
a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm
b. Permeabilitas rendah
c. Kenaikan air kapiler tinggi
d. Bersifat sangat kohesif
e. Kadar kembang susut yang tinggi
f. Proses konsolidasi lambat
Mineral lempung memiliki karakteristik yang sama. Bowles (1984) menyatakan
beberapa sifat umum mineral lempung antara lain :
1. Hidrasi
Partikel mineral selalu mengalami hidrasi, hal ini dikarenakan lempung biasanya
bermuatan negative yaitu partikel dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul air yang disebut
sebagai air terabsorbsi. Lapisan ini umumnya memiliki tebal dua molekul. Oleh karena itu
disebut sebagai lapisan difusi ganda atau lapisan ganda.
2. Aktivitas
Aktivitas tanah lempung adalah perbandingan antara indeks plastisitas (IP) dengan
persentase butiran lempung, dan dapat disederhanakan dalam persamaan:
(2.18)
Dimana : persentase lempung diambil sebagai fraksi tanah yang < 2 µm untuk
nilai A (Aktivitas),
39
Molekul cair berperilaku seperti batang-batang kecil yang mempunyai muatan positif
di satu sisi dan muatan negatif di sisi lainnya hal ini dikarenakan molekul air merupakan
molekul dipolar. Sifat dipolar air terlihat pada Gambar 2.21.
40
Molekul bersifat dipolar, yang berarti memiliki muatan positif dan negatif pada ujung yang
berlawanan, sehingga dapat tertarik oleh lempung secara elektrik dalam 3 kasus, hal ini
disebut dengan hydrogen bonding, yaitu:
a. Tarikan antar permukaan negatif dan partikel lempung dengan ujung positif dipolar.
b. Tarikan antara kation-kation dalam lapisan ganda dengan muatan negatif dari ujung
dipolar. Kation-kation ini tertarik oleh permukaan partikel lempung yang bermuatan negatif.
c. Andil atom-atom hidrogen dalam molekul air, yaitu ikatan hidrogen antara atom oksigen
dalam molekul-molekul air.
Gambar 2.22 Tarik menarik molekul dipolar pada lapisan ganda (Das, 1995)
41
42
43
44
45
46
47
48
METODOLOGI PENELITIAN
49
iii. Melakukan pengambilan sampel tanah yang akan digunakan. Untuk pengujian
tanah asli diambil dari contoh tanah tidak terganggu (undisturbed) dan untuk
pengujian tanah campuran diambil dari tanah terganggu (disturbed) dicampur
dengan serbuk cangkang kerang.
iv. Pada pengujian kuat tekan tanah (unconfined compression test) sampel tanah
asli diambil dari tanah undisturbed dengan menggunakan alat pengeluar
sampel tanah dari tabung tanah undisturbed dan dimasukkan ke dalam mould
sampel UCT test.
50
3.4.1 Tanah
3.4.1.1 Tanah asli
51
52
Literatur
Persiapan
Penyediaan
Index Properties
1. Uji Kadar Air (3 Sampel)
2. Uji Berat Spesifik (3 Sampel)
3. Uji Atterberg (3 Sampel)
4. Uji Analisa Saringan (3 Sampel)
Uji compaction standart (65 sampel), Atterberg (15 sampel), CBR (39 Sampel), dan UCT
(12 sampel)
Analisis
Data
Pengolahan Data
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
53
4.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengujian dan pembahasan
penelitian uji cbr tanah lempung dan uji kuat tekan dengan campuran bottom ash
3% dan 5%, variasi penambahan serbuk cangkang kerang sebesar 2%, 4%, 6%,
8%, 10%, dan 12%. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah,
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dengan
sampel tanah yang diuji berasal dari PTPN II Patumbak, Deli Serdang, Sumatera
Utara. Material kerang diperoleh dari restaurant kerang dan bottom ash didapat
dari PLTU Pangkalan Susu.
54
29,88 %
47,33
didaerah plastis.
55
56
57
58
59
60
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara nilai batas cair (LL) dengan variasi
campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)
Gambar 4.7 Grafik hubungan antara nilai batas plastis (PL) dengan variasi serbuk
cangkang kerang dan bottom ash
61
Gambar 4.8 Grafik hubungan antara nilai indeks plastisitas (IP) dengan variasi
campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash
62
63
64
Gambar 4.10 Grafik hubungan antara berat isi kering maksimum (γd maks) tanah
dengan variasi campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)
65
Gambar 4.11 Grafik hubungan antara kadar air optimum (wopt ) tanah dengan
variasi campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)
66
67
Gambar 4.12 Grafik hubungan nilai CBR dengan variasi persentase penambahan
campuran serbuk cangkang kerang dan bottom ash
68
69
qu cu
Sampel
(kg/cm²) (kg/cm²)
70
1 0,46 0,23
2 0,69 0,41
3 1,18 0,54
4 1,42 0,61
5 1,16 0,71
6 1,08 0,57
7 0,83 0,39
Tanah asli
Tanah remoulded
Gambar 4.13 Grafik hubungan antara nilai kuat tekan tanah (qu) dengan regangan
(strain) yang diberikan pada sampel tanah asli dan remoulded.
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)
71
Gambar 4.14 Grafik kuat tekan dengan berbagai variasi penambahan serbuk
cangkang kerang dan bottom ash
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, 2019)
72
73
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh bahan
stabilisator serbuk cangkang kerang dan bottom ash terhadap tanah lempung
dengan kadar campuran yang telah ditetapkan dan masa pemeraman (curing time)
selama 3 hari, dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan klasifikasi USCS, sampel tanah asli tersebut termasuk dalam
jenis CL (Clay-Low Plasticity) yaitu lempung anorganik dengan plastisitas
rendah sampai sedang.
2. Berdasarkan klasifikasi AASHTO, sampel tanah asli termasuk dalam jenis
A-7-6 (9).
3. Dari hasil uji Water Content didapat bahwa nilai kadar air tanah asli
sebesar 34,43%.
4. Dari hasil uji Specific Gravity didapat bahwa nilai berat spesifik tanah asli
yaitu 2,65 berat spesifik serbuk cangkang kerang sebesar 2,55 dan bottom
ash sebesar 2,58.
5. Dari uji Atterberg tanah asli diperoleh nilai Liquid Limit (LL) sebesar
47,33% dan indeks plastisitas sebesar 29,88%. Berdasarkan hasil
percobaan yang dilakukan diketahui bahwa penambahan 12%SCK+
3%BA dan 12%SCK+ 5%BA, memiliki indeks plastisitas (IP) yang paling
rendah sebesar 13,47% dan 11,36%. Dengan nilai Liquid Limit sebesar
34,21% dan 32,65%.
6. Dari hasil uji Proctor Standard menghasilkan nilai kadar optimum pada
tanah asli sebesar 21,12% dan berat isi kering maksimum sebesar 1,34
gr/cm³, sedangkan nilai kadar air optimum dan berat isi kering maksimum
dari semua campuran bahwa pada variasi 10%SCK+ 3%BA dan 8%SCK+
5%BA dimana kadar air optimumnya yaitu 20,24% dan 22,25% dan berat
isi kering maksimum sebesar 1,65 gr/cm³ dan 1,65 gr/cm³.
74
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh bahan
stabilisator serbuk cangkang kerang dan bottom ash terhadap tanah lempung,
penulis memberikan saran bahwa:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh penambahan serbuk
cangkang kerang dan bottom ash pada jenis tanah yang lain.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi lama pemeraman yang
berbeda sehingga dapat dilakukan perbandingan nilai antar variasi untuk
setiap bahan pencampur.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai nilai ekonomis penggunaan
serbuk cangkang kerang dan bottom ash sebagai bahan stabilisasi pada tanah
lempung jika dikombinasikan dengan bahan pencampur abu gunung
vulkanik.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan jenis serbuk
cangkang kerang dan bottom ash yang berbeda pada jenis tanah lain.
75
76
American Society for Testing and Materials (ASTM) D 698-70. (1989). Standard
Test Method for Laboratory Compaction Characteristics of Soil Ussing Standard
Efford.
Marpaung, T. M. 2011. Kuat Geser Tanah Dari tanah Yang Dicampur Dengan
Serbik Kulit Kerang Dengan Uji Triaxial CU Dan Aplikasinya Pada Pondasi
Dangkal.Medan: Universitas Sumatera Utara
77
78
No Sampel 1 2
Berat krus + tanah basah (gr) 38,48 37,86
Berat krus + tanah kering (gr) 30,83 30,33
Berat Air (gr) 7,65 7,53
Berat krus (gr) 8,63 8,44
Berat tanah kering (gr) 22,20 21,89
Kadar air (w) (%) 34,46 34,40
Kadar air rata-rata (%) 34,43
No. Percobaan I II
No. Piknometer 1 2
a Berat Piknometer (W1) 30,92 33,92
b Berat Piknometer + Tanah (W2) 48,21 50,08
c Berat Tanah (W2-W1) 17,29 16,16
d Berat Piknometer + Tanah + Air (W3) 80,63 82,99
e Berat Piknometer + Air Sebelum Koreksi (W4) 69,89 72,92
f Temperatur (ToC) 27,00 27,00
g Faktor Koreksi 0,9995 0,9995
h Berat Piknometer + Air Setelah Koreksi (W4') 69,86 72,88
i Isi Tanah (W2 - W1 + W4 - W3) 6,52 6,09
Berat Jenis 2,6539 2,6535
Berat Jenis Rata-rata 2,6537
No. Percobaan I II
No. Piknometer 1 2
a Berat Piknometer (W1) 39,14 30,07
b Berat Piknometer + Kapur (W2) 54,19 51,91
c Berat Kapur (W2-W1) 15,05 21,84
d Berat Piknometer + Kapur + Air (W3) 77,00 76,96
e Berat Piknometer + Air Sebelum Koreksi (W4) 68,63 63,47
f Temperatur (ToC) 27,00 27,00
g Faktor Koreksi 0,9995 0,9995
h Berat Piknometer + Air Setelah Koreksi (W4') 68,10 63,44
i Isi Tanah (W2 - W1 + W4 - W3) 6,04 8,35
Berat Jenis 2,4917 2,6156
Berat Jenis Rata-rata 2,5536
No. Percobaan I II
No. Piknometer 1 2
a Berat Piknometer (W1) 38,77 30,14
b Berat Piknometer + Bottom Ash (W2) 54,66 52,57
c Berat Bottom Ash (W2-W1) 15,89 22,43
d Berat Piknometer + Bottom Ash + Air (W3) 78,42 77,05
e Berat Piknometer + Air Sebelum Koreksi (W4) 68,63 63,47
f Temperatur (ToC) 27,00 27,00
g Faktor Koreksi 0,9995 0,9995
h Berat Piknometer + Air Setelah Koreksi (W4') 68,40 63,44
i Isi Tanah (W2 - W1 + W4 - W3) 6,04 8,85
Berat Jenis 2,6308 2,5345
Berat Jenis Rata-rata 2,5826
Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
200
100
3/8
3/4
80
10
40
20
1/2
3
8
76.20
0.075
25.40
19.06
0.18
2.00
0.15
0.43
0.58
2.36
4.75
100 0
90 10
80 20
70 30
60 40
50 50
40 60
30 70
20 80
10 90
0 100
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
100
200
3/8
3/4
80
10
40
20
1/2
3
8
76.20
0.075
25.40
19.06
0.18
2.00
0.15
0.43
0.58
2.36
4.75
100 0
90 10
80 20
Lo lo s sari saringan/Passing o f Sieve (%)
60 40
50 50
40 60
30 70
20 80
10 90
0 100
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
200
100
3/8
3/4
80
40
20
10
1/2
3
8
76.20
0.075
25.40
19.06
0.18
2.00
0.15
0.43
0.58
2.36
4.75
100 0
90 10
20
70 30
60 40
50 50
40 60
30 70
20 80
10 90
0 100
0,001 0,01 0,1 1 10 100
50
LL PL PI
Catatan
45
contoh dalam keadaan :
Kadar Air (%)
30
25
20
1 10 25 100
Pukulan
32 - Asli
30 - Disaring/tidak
28
26
24
22
20
1 10 100
Pukulan
32 - Asli
30 - Disaring/tidak
28
26
24
22
20
1 10 100
Pukulan
45
40
LL PL PI Catatan
contoh dalam keadaan :
Kadar Air (%)
25
20
1 10 25 100
Pukulan
40
38
36
LL PL PI Catatan
34
contoh dalam keadaan :
Kadar Air (%)
Tanggal :
Proyek : Tugas Akhir Dikerjakan : AuliaFauzan
Rahman
Tafsili Pane
Berat isi
Berat tanah + cetakan (gr) 6541 6593 6689 6642 6634
Berat cetakan (gr) 5130 5130 5130 5130 5130
Berat tanah basah (gr) 1411 1463 1559 1512 1504
Isi cetakan t= 11,60 d= 10,13 938,00 938,00 938,00 938,00 938,00
Berat isi basah ( γtb ) 1,504 1,560 1,662 1,612 1,603
Berat isi kering(γd) = γtb/(100+w)*100% (gr/cc) 1,285 1,308 1,363 1,306 1,281
Kadar air
Tanah basah + cawan (gr) 27,41 36,43 33,14 31,55 38,92
Tanah kering + cawan (gr) 24,81 32,06 29,01 27,51 33,08
Berat air (gr) 2,60 4,37 4,13 4,04 5,84
Berat cawan (gr) 9,55 9,32 10,17 10,26 9,86
Berat tanah kering (gr) 15,26 22,74 18,84 17,25 23,22
Kadar air (%) 17,04 19,22 21,92 23,42 25,15
1,600
1,500
1,400
1,300
γd (gr/cm3)
1,200
1,100
1,000
0,900
0,800
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
w (%)
Berat isi
Berat tanah + cetakan (gr) 5931 6167 6342 6241 6041
Berat cetakan (gr) 4486 4486 4486 4486 4486
Berat tanah basah (gr) 1445 1681 1856 1755 1555
Isi cetakan t= 11,60 d= 10,13 938 938 938 938 938
Berat isi basah ( γtb ) 1,541 1,792 1,979 1,871 1,658
Berat isi kering(γd) = γtb/(100+w)*100% (gr/cc) 1,319 1,516 1,639 1,526 1,343
Kadar air
Tanah basah + cawan (gr) 23,98 24,37 22,87 24,43 23,89
Tanah kering + cawan (gr) 21,76 21,97 20,38 21,53 21,23
Berat air (gr) 2,22 2,40 2,49 2,90 2,66
Berat cawan (gr) 8,51 8,77 8,35 8,72 9,87
Berat tanah kering (gr) 13,25 13,20 12,03 12,81 11,36
Kadar air (%) 16,75 18,18 20,70 22,64 23,42
2,400
2,100
1,800
1,500
γd (gr/cm3)
1,200
0,900
0,600
0,300
0,000
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
w (%)
Berat isi
Berat tanah + cetakan (gr) 5947 6252 6412 6333 6113
Berat cetakan (gr) 4476 4476 4476 4476 4476
Berat tanah basah (gr) 1471 1776 1936 1857 1637
Isi cetakan t= 11,60 d= 10,13 938 938 938 938 938
Berat isi basah ( γtb ) 1,568 1,893 2,064 1,980 1,745
Berat isi kering(γd) = γtb/(100+w)*100% (gr/cc) 1,386 1,584 1,691 1,599 1,371
Kadar air
Tanah basah + cawan (gr) 24,55 25,60 22,83 22,81 23,62
Tanah kering + cawan (gr) 22,65 23,12 20,21 20,08 20,84
Berat air (gr) 1,90 2,48 2,62 2,73 2,78
Berat cawan (gr) 8,22 10,44 8,35 8,62 10,66
Berat tanah kering (gr) 14,43 12,68 11,86 11,46 10,18
Kadar air (%) 13,17 19,56 22,09 23,82 27,31
2,400
2,000
1,600
γd (gr/cm3)
1,200
0,800
0,400
0,000
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
w (%)
102
0,4 2400,000
10 0,5 2300,000
2200,000
2100,000
2000,000
1900,000
KADAR AIR 1800,000
Tanah basah + cawan 1700,000
Beban (lb)
Penurunan (inci)
0,0125 34,100
0,025 68,200
0,05 102,300
4000,000
0,075 136,400 3900,000
238,700 3800,000
3700,000
0,15 272,800 3600,000
10 341,000 3500,000
3400,000
12 409,200 3300,000
13 443,300 3200,000
3100,000
14 477,400 3000,000
2900,000
2800,000
2700,000
2600,000
2500,000
KADAR AIR 2400,000
87,59 2300,000
2200,000
74,21 2100,000
10,31 2000,000
1900,000
13,38 1800,000
63,90 1700,000
1600,000
20,94 1500,000
1400,000
1300,000
1200,000
1100,000
1000,000
900,000
800,000
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0,000
0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500
Penurunan (inci)
0,0125 34,100
0,025 68,200
0,05 136,400
4000,000
0,075 204,600 3900,000
272,800 3800,000
3700,000
0,15 10 341,000 3600,000
11 375,100 3500,000
3400,000
13 443,300 3300,000
15 511,500 3200,000
3100,000
17 579,700 3000,000
2900,000
2800,000
2700,000
2600,000
2500,000
KADAR AIR 2400,000
90,01 2300,000
2200,000
76,78 2100,000
10,52 2000,000
1900,000
13,23 1800,000
66,26 1700,000
1600,000
19,97 1500,000
1400,000
1300,000
1200,000
1100,000
1000,000
900,000
800,000
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0,000
0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500
Penurunan (inci)
1,600 1,60
1,500 1,50
1,400 1,40
1,300 1,30
1,200 1,20
1,100 1,10
1,000 1,00
0 5 10 15 20 25 30 1 11 21 31 41 51
w (%) CBR (%)
2,500 2,50
2,000 2,00
1,500 1,50
γd (gr/cm³)
1,000 1,00
0,500 0,50
0,000 0,00
0 9 18 27 36 0 5 10 15
w (%) CBR (%)
2,500 2,00
1,90
2,000 1,80
1,70
1,500 1,60
γd (gr/cm³)
1,50
1,000 1,40
1,30
0,500 1,20
1,10
0,000 1,00
0 9 18 27 36 0 5 10 15
w (%) CBR (%)
Proving
Deflection Strain Area Qu
Time Ring Axial Load Correction Factor
(d) (%) Division (Cm2 ) (Kg/Cm2)
1,0
Wt. of Dry Soil : 12,86 gr 13,20 gr
Moisture Content ( % ) : 19,44 gr 19,47 gr 0,8
: 1,789 3
Wet Density gr/cm 0,2
Proving
Deflection Strain Correction Area Qu
Time Ring Axial Load
Factor
(d) (%) Division (Cm2 ) (Kg/Cm2)
0,4
Wt. of Dry Soil : 13,11 gr 12,24 gr
Moisture Content ( % ) : 11,37 gr 20,26 gr
Moisture Content 1 & 2 : 15,81 0,2
Test Result
Wet Density : 1,738 gr/cm3 0,0
N.M.C : 15,81 % 0 2 4 6 8 10 12 14
Proving
Deflection Strain Correction Area Qu
Time Ring Axial Load
Factor
(d) (%) Division (Cm2 ) (Kg/Cm2)
1,4
Wt. of Dry Soil : 9,21 gr 11,82 gr
1,2
Moisture Content ( % ) : 24,97 gr 19,80 gr
1,0
Moisture Content 1 & 2 : 22,38 0,8
3 0,4
Wet Density : 1,794 gr/cm
0,2
N.M.C : 22,38 %
0,0
Dry Density : 1,466 gr/cm3 0 2 4 6 8 10 12 14
Proving
Deflection Strain Correction Area Qu
Time Ring Axial Load
Factor
(d) (%) Division (Cm2 ) (Kg/Cm2)
1,8
Wt. of Cont + Dry Soil : 20,80 gr 18,19 gr
1,6
Wt. of Container : 7,96 gr 9,01 gr
1,4
Wt. of Water : 2,01 gr 2,55 gr
Qu (Kg/cm2)
1,2
Wt. of Dry Soil : 12,84 gr 9,18 gr
Moisture Content ( % ) 1,0
: 15,65 gr 27,78 gr
0,8
Moisture Content 1 & 2 : 21,72
0,6
Test Result
0,4
Wet Density : 1,803 gr/cm3 0,2
N.M.C : 21,72 %
0,0
Dry Density : 1,481 gr/cm3 0 2 4 6 8 10 12 14
Qu
qu : 2,238 Kg/Cm2 Strain (%)