TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
KEVIN COSNER
150404048
Dalam tugas akhir ini stabilitas lereng dianalisis dengan 2 metode, yaitu dengan
Plaxis 2d V8 dan metode analitis yaitu Metode Bishop. Adapun kondisi yang di
analisis adalah kondisi awal lereng dan kondisi setelah diberi perkuatan, dimana
perkuatan yang digunakan pada analisis ini adalah Geogrid.
Dari hasil perhitungan didapat nilai faktor keamanan pada kondisi awal dengan
metode Plaxis adalah sebesar 1,024 dan dengan metode Bishop adalah sebesar
1,053. Nilai faktor keamanan pada kondisi lereng dengan menggunakan
perkuatan Geogrid dengan metode Plaxis sebesar . Sedangkan nilai untuk
metode Bishop pada kondisi FS non tulangan sebesar 1,79 dan FS tulangan
sebesar 13,93 .
Maka dapat disimpulkan bahwa lereng menjadi stabil jika diberi perkuatan
Geogrid dibandingkan dengan kondisi tanpa perkuatan Hal ini dapat dilihat
dengan adanya kenaikan nilai faktor keamanan.
Slope is a natural surface appearance that has a high difference. Slope stability is
related to landslides which is the process of transferring soil mass from high to
lower places. This research was located in the 150 KV substation building,
Panyabungan. So the purpose of writing this thesis is to determine the safety
factor of the slope before and after being given reinforcement.
In this final project the slope stability is analyzed by 2 methods, namely Plaxis 2d
V8 and the analytical method is the Bishop Method. The conditions analyzed are
slope initial conditions and conditions after being given reinforcement, where the
reinforcement used in this analysis is Geogrid.
From the calculation results obtained the value of the safety factor in the initial
conditions with the Plaxis method is 1.024 and with the Bishop method is 1.053.
The value of the safety factor in slope conditions using Geogrid reinforcement
with the Plaxis method is equal to. While the value for the Bishop method on non-
reinforcing FS conditions is 1.79 and reinforcing FS is 13.93.
Then it can be concluded that the slope becomes stable if given a Geogrid
reinforcement compared to the condition without reinforcement This can be seen
with an increase in the value of the safety factor.
ii
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia, rahmat dan
berkatNya yang dilimpahkan bagi penulis sehingga saya dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik
Sipil bidang studi Geoteknik Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara, dengan judul :
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
beberapa pihak yang berperan penting yaitu :
1. Bapak Hotmian Pasaribu dan Ibu Rugun Siagian sebagai kedua orangtua
penulis serta saudara kandung penulis Alexander Pasaribu dan Theresia
Yuliana Pasaribu, yang turut memberikan dukungan penuh serta
mendoakan saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Ibu Ika Puji Hastuty S.T., M.T. sebagai Dosen Pembimbing dan Penguji
yang telah dengan sabar memberi bimbingan, saran, dan dukungan dalam
bentuk waktu dan pemikiran untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE selaku dosen Pembanding dan
Penguji Departeman Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara.
4. Bapak Ir. Rudi Iskandar, M.T. selaku dosen Pembanding dan Penguji
Departeman Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T., M.T., Ph.D. sebagai Ketua
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
iii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.
iv
(Kevin Cosner)
150404048
vi
vii
viii
ix
S = Kekuatan geser
ø = Sudut geser
FS = Faktor Keamanan
m = Angka stabilitas
∆𝑃h = Gaya horisontal per meter lebar pada dinding setinggi (kNm)
∆H = Jumlah dari jarak setengah tinggi tanah bagian atas dan setengah
tinggi tanah bagian dalam (m).
F = FK
W = Berat irisan
B = Lebar irisan
n = Porositas tanah
Tegangan geser
Kohesi tanah
= Tegangan normal
xii
xiii
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Material yang terdiri dari agregat (butiran) padat yang tidak terikat satu
sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat
cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat
tersebut adalah defenisi dari tanah. Tanah memiliki nama lain seperti kerikil
(gravel), pasir (sand), lanau (silt), atau lempung (clay), tergantung pada ukuran
partikel yang paling dominan pada tanah tersebut. Beban utama yang dipikul oleh
dinding penahan tanah adalah berat tanah itu sendiri. Maka diperlukan data tanah
yang berupa data pengujian di laboratorium dan data hasil pengujian di lapangan.
Pengambilan sampel tanah dan pengujian laboratorium tidak dilakukan pada
seluruh lokasi melainkan di tempat-tempat yang memungkinkan dianggap
mewakili lokasi sebenarnya.
Secara umum elemen tanah mempunyai 3 (tiga) fase, yaitu butiran padat,
air dan udara. Pemahaman mengenai komposisi tanah diperlukan untuk
mengambil keputusan dalam memperoleh parameter tanah. Berdasarkan ketiga
fase tersebut, diperoleh hubungan antara volume dengan berat Gambar 2.1.
7
(Sumber Das et al., 1995)
Universitas Sumatera Utara
ɣ= …………..................................... (2.1)
Korelasi untuk menentukan berat jenis tanah (ɣ) dan berat jenis tanah jenuh (ɣsat)
pada tanah kohesif dan non kohesif Tabel 2.2.
Tabel 2. 2. Korelasi berat jenis tanah (γ) untuk tanah non kohesif dan kohesif.
Nilai kohesi secara empiris dapat ditentukan dari data sondir (qc) yaitu
sebagai berikut:
Kohesi ( c ) = qc/20... ………………….………….(2.11)
S = c + (σ – u) tan ø………………..…………..(2.12)
Dimana :
S = Kekuatan geser
C = Kohesi
ø =Sudut geser
11
1) Tanah berbutir kasar, tanpa campuran partikel halus, sangat lolos air (pasir
bersih atau kerikil).
2) Tanah berbutir kasar dengan permeabilitas rendah karena tercampur oleh
partikel lanau.
3) Tanah residu (residual soil) dengan batu-batu, pasir berlanau halus dan
material berbutir dengan kandungan lempung yang cukup besar.
4) Lempung lunak atau sangat lunak, lanau organik, atau lempung berlanau.
5) Lempung kaku atau sedang yang diletakkan dalam bongkahan-bongkahan
dan dicegah terhadap masuknya air hujan kedalam sela-sela bongkahan
tersebut saat hujan atau banjir. Jika kondisi ini tidak dapat dipenuhi, maka
lempung sebaiknya tidak dipakai untuk tanah timbunan. Dengan
bertambahnya kekakuan tanah lempung maka bertambah pula bahaya
ketidakstabilan dinding penahan akibat infitrasi air yang bertambah
dengan cepat.
Hal pertama yang dilakukan saat mendesain dinding penahan tanah adalah
menggunakan salah satu dari lima material di atas. Contoh 1 sampai 3 mempunyai
sudut geser dalam tanah dengan permeabilitas sedang, ditentukan dengan uji
triaksial drained, karena angka pori-pori tanah ini dapat menyesuaikan sendiri
selama melaksanakan pekerjaan. Penyesuaian butiran sering dengan berjalannya
waktu, akan mengurangi angka pori dan meningkatkan kuat geser dalam tanah.
Untuk perhitungan, kohesi untuk tanah timbunan jenis 1-3 sebaiknya diabaikan.
12
Proses pemadatan tanah timbunan harus dilakukan lapis per lapis. Untuk
menghindari kerusakan pada dinding penahan tanah dan tekanan tanah lateral
yang berlebihan, digunakan alat pemadat yang ringan. Sebab pemadatan yang
berlebihan dengan alat yang berat, akan menimbulkan tekanan tanah lateral yang
bahkan beberapa kali lebih besar dari pada tekanan yang ditimbulkan oleh tanah
pasir yang tidak padat. Jika memakai tanah lempung sebagai tanah timbunan
maka diperlukan pengontrolan yang sangat ketat. Bahkan walaupun timbunan
berubah tanah berbutir dengan penurunan yang kecil dan dapat ditoleransikan,
tanah timbunan harus dipadatkan lapis per lapis dengan ketebalan maksimum 22,5
cm. Pekerjaan pemadatan sebaiknya tidak membentuk permukaan miring, karena
akan menyebabkan pemisahan lapisan dan akan berdampak pada keruntuhan
potensial. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan dengan permukaan tanah
horizontal.
13
Kondisi Aktif
14
[ h]aktif=Ka v……………………………………...……………………(2.13)
[ h] aktif 45 -
[ h] aktif = Ka v - 2C ………….…………….(2.14)
Kondisi Pasif
Keadaan tegangan awal pada suatu elemen tanah diwakili oleh lingkaran
Mohr berwarna kuning. Apabila dinding penahan tanah didorong secara perlahan
– lahan kearah masuk ke dalam massa tanah, maka tegangan utama σh akan
bertambah secara terus – menerus. Akhirnya kita akan mendapatkan suatu
keadaan yang menyebabkan kondisi tegangan tanah dapat diwakili oleh lingkaran
Mohr berwarna merah. Pada keadaan ini, keruntuhan tanah akan terjadi, disebut
kondisi pasif menurut Rankine (Rankine’s Passive state). Tegangan utama besar
(major principal stress) (σh), dinamakan tekanan tanah pasif menurut Rankine
(Rankine’s passive earth pressure).
Kp = (45 -
[ h] pasif = Ka v……………………………………………………….(2.15)
[ h] pasif 45 -
15
[ h] Pasif = Ka v 2C ……………..……………(2.16)
16
FS = 𝜏𝑓/𝜏𝑑….………………..……………………….…...………………….(2.17)
𝜏𝑓=c’+σ’tan……………...…………………………………...(2.18)
𝜏𝑑=c’d+σ’dtan ’d…………………………………………….(2.19)
FS = 𝑐’+𝜎’𝑡𝑎𝑛𝜙’ 𝑐’𝑑+𝜎’𝑑𝑡𝑎𝑛𝜙’𝑑………………………….………..(2.20)
18
Tabel 2. 6. Faktor keamanan suatu lereng dapat dilihat dari yang dibuat sesuai
dengan besar kestabilan suatu lereng.
(Sosrodarsono,2003)
(Sumber : Sosrodarsono,2003)
m = 𝑐 / 𝛾𝐻………………………………………………………………..……(2.22)
19
Tanah longsor tipe ini, material batuan atau tanah atau campuran
kedua-duanya bergerak dengan cara jatuh bebas karena gaya beratnya
sendiri. Proses tanah longsor semacam ini umumnya terjadi pada lereng
terjal , bisa dalam bentuk bongkah individual batuan berukuran besar atau
dalam bentuk guguran fragmen bongkah bercampur dengan
bongkahbongkah yang berukuran lebih kecil.
Tanah longsor tipe gelincir adalah tanah longsor batuan atau tanah
atau campuran keduanya yang bergerak melalui bidang gelincir tertentu
yang bertindak sebagai bidang diskontinuitas berupa bidang perlapisan
batuan atau bidang patahan, bidang kekar, bidang batas pelapukan. Jika
bidang-bidang diskontinuitas tersebut sejajar dengan bidang perlapisan,
maka semakin besar peluang terjadinya tanah longsor.
Dengan keadaan demikian bila banyak air memasuki lapisan pasir tipis
sedangkan pengeluaran air sedikit sehingga keadaan lapisan menjadi jenuh, maka
tekanan air akan bertambah dan tekanan air inilah yang akan menyebabkan
kelongsoran. Berbeda bila air memasuki lapisan pasir tebal sehingga keadaan
21
Pada tanah non kohesif misalnya lapisan pasir, bila terjadi getaran gempa,
mesin atau sumber getaran lainnya akan mengakibatkan lapisan tanah tersebut
ikut bergetar sehingga pori-pori lapisan akan terisi oleh air atau udara yang akan
meningkatkan tekanan dalam pori. Tekanan pori yang meningkat dengan spontan
dan sangat besar ini akan menyebabkan terjadinya likuifikasi atau pencairan
lapisan pasir sehingga kekuatan gesernya hilang.
2.8. Geogrid
Istilah Geosintetik berasal dari kata geo, yang berarti bumi atau dalam
dunia teknik sipil diartikan sebagai tanah pada umumnya, dan kata synthetic yang
berarti bahan buatan, dalam hal ini adalah bahan polimer. Bahan dasar geosintetik
22
1. Geotekstil
2. Geogrid
3. Geonet
4. Geosintetik clay liner
5. Geokomposite
6. Geopipe
23
24
25
26
Pada beton, Tulangan yang diberikan pada balok ataupun pelat dalam
perencanaan beton bertulang dapat menahan gaya tarik, sehingga meningkatkan
kekuatan. Gaya luar dalam bentuk momen positif akan dilawan oleh gaya dalam
yang dilakukan oleh tulangan. Beton akan bekerja menahan gaya tekan, tulangan
menahan gaya tarik, sehingga kombinasi antara keduanya akan mampu menahan
beban yang diberikan pada balok atau pelat tersebut.
Tanah bertulang berawal dari tulangan alamiah oleh akar tanaman dan
pohon, yang berkembang menjadi tulangan buatan yang dipadatkan bersama
dengan lapisan tanah di belakang dinding penahan. Ikatan antara tulangan dan
tanah menaikkan kekuatan arah horizontal dan vertikal, sisi tanah di belakang
dinding penahan mampu berdiri tegak, tingginya naik, daya pikul naik, sehingga
secara teoritis, tanah bertulang mampu berdiri sendiri, dan dalam praktek dinding
berfungsi sebagai pelindung permukaan.
Dinding penahan tanah pertama yang dibangun di pragneres, perancis pada 1965
27
Dinding penahan pertama dibangun di Amerika Serikat pada tahun 1972 pada
California State Highway 39 timur laut Los Angeles.
28
Gambar 2. 7. Transfer geser tanah- tulangan
Universitas Sumatera Utara
dT = T2 – T1 = 2 b τ (dl)……………………………...(2.23)
dimana:
τ = μ σv……………………………..(2.24)
29
dimana:
Jika nilai σv diketahui, maka akan lebih mudah untuk menghitung nilai batasan
tahanan pullout tulangan. Tetapi, perhitungan sederhana tak dapat sepenuhnya
diandalkan karena tegangan normal efektif berubah oleh interaksi tulangan dan
tanah. Lebih spesifik lagi, regangan geser dibebankan di atas tanah berbutir yang
padat, tanah akan cenderung mengembang. Jika kecenderungan untuk
menggembung dikendalikan sebagian (yaitu: pertambahan volume dicegah
sebagian) dengan kondisi batas, tegangan confining lokal dapat naik secara
signifikan. Untuk tanah yang telah diketahui kerapatannya, kecenderungan untuk
mengembang berkurang seiring meningkatnya tegangan confining. Oleh karena
itu, efek mengembang pada koefisien geser dihitung dari uji pullout. Lagipula,
dengan kemungkinan yang hanya dimiliki geotekstil, tidak ada tulangan yang
mempunyai permukaaan rata dan halus sepanjang permukaannya. Oleh sebab itu,
koefisien geser yang paling dapat dipercaya diukur dari pengukuran langsung
(tampak). Nilainya yang ditentukan disebut sebagai koefisien geser efektif atau
30
cukup didekati dengan sebuah garis lurus yang menunjukkan hubungan linear
antara tegangan normal dan tegangan geser (Coulomb, 1776).
…………………… (2.26)
dimana:
∆𝑃h = gaya horisontal per meter lebar pada dinding setinggi (kNm)
∆H = jumlah dari jarak setengah tinggi tanah bagian atas dan setengah tinggi
tanah Bagian dalam (m).
31
……………………………...(2.27)
Untuk tulangan yang berbentul lajur, dengan jarak pusat ke pusat arah
vertikal Sv, dan arah horizontal Sh maka:
………...……………………...(2.28)
32
Md =
= sin a
= sin a………………………………………………………..………(2.29)
33
FK = ………………….....(2.30)
Atau :
FK = ……...……………...(2.31)
FK = ……………...………………………...(2.32)
Keterangan :
e =kuat efektif
F =FK
W =berat irisan
b =lebar irisan
34
Plaxis (Finite Elemen Code for Soil and Rock Analyses) merupakan suatu
rangkuman program elemen hingga yang telah dikembangkan untuk menganalisis
deformasi dan stabilisasi geoteknik dalam perencanaan-perencanaan sipil. Grafik
prosedur-prosedur input data (soil properties) yang sederhana mampu
menciptakan model-model elemen hingga yang kompleks dan menyediakan
output tampilan secara detail berupa hasil-hasil perhitungan. Perhitungan program
ini seluruhnya secara otomatis dan berdasarkan pada prosedur-prosedur penulisan
angka yang tepat. Konsep ini dapat dikuasai oleh pengguna baru dalam waktu
yang relatif singkat setelah melakukan beberpa latihan (Plaxis, 2012).
Ada tiga tipe material pada program FEM yang bisa dipilih untuk masing
– masing model tanah yang digunakan, yaitu:
35
…………………………..(2.33)
= …………...…………………………(2.34)
……………………..(2.35)
………………………..……..(2.36)
dimana :
n = Porositas tanah
36
Pada tahun 1910, Mohr mengemukakan suatu teori keruntuhan pada material,
menurut Mohr keruntuhan pada material terjadi pada suatu bidang yang
disebabkan oleh kombinasi kritis tegangan normal atau geser sendirian. Hubungan
antara tegangan normal dan tegangan geser pada suat bidang keruntuhan diberikan
dalam suatu fungsi sebagai berikut:
…………………………………………... (2.37)
………………………………………………………….(2.38)
dimana :
37
Kohesi tanah
Tegangan normal
Untuk tanah jenuh air, tegangan normal total pada titik tersebut adalah
penjumlahan dari tegangan efektif ( ) dan tekanan air pori (u).
………………………………..………………………………..(2.39)
38
Menurut (Apri Luriyanto, Maulana, R.W., & Atmanto, 2014) yang telah
melakukan penelitian bahwa cara analisis yang digunakan adalah menghitung
stabilitas lereng serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi.
Untuk menangani hal tersebut dicoba dengan penanganan longsoran yaitu dengan
perkuatan Geotextile jenis BW250 Woven dan perkuatan Boored Pile kombinasi
39
40
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Umum
Data umum dari proyek Proteksi lereng Gardu Induk 150 KV adalah
sebagai berikut:
1. Nama Proyek : Proteksi Lereng Gardu Induk 150 KV
2. Lokasi Proyek : Gardu Induk 150 KV, Panyabungan
3. Pemilik : PT. PLN Persero
4. Konsultan : Lembaga Penelitian USU
5. Kontraktor : PT. Rekadaya Elektrikal
Data primer disini adalah data yang di dapat dari Laboratorium GSEC
(Geotechnic & Structure Engineering Centre) yang telah melakukan Soil
Investigation langsung ke lapangan. Diperoleh dari pengambilan sampel di
lokasi kemudian dilakukan pengujian di Laboratorium Mekanika Tanah untuk
mendapatkan sifat fisik tanah. Data tanah yang kita perlukan pada kegiatan
penyelidikan tanah untuk analisa longsor pada Gardu Induk 150 KV
Panyabungan, meliputi:
1. Data CPT (Cone Penetration Test).
2. Data Hand Boring.
41
Data sekunder merupakan penunjang dari data primer yang sudah ada.
Data sekunder ini adalah peta lokasi proyek dan layout proyek. Hal-hal ini
didapatkan untuk meninjau lokasi dimana kelongsoran terjadi. Layout proyek
pada peta kontur geologi tanah yang bertujuan untuk mendapatkan gambar
tentang struktur tanah pada lokasi, tempat, maupun daerah yang kita tinjau. Dari
peta kontur dibuat penampang melintang untuk memperoleh geometri lokasi yang
rawan terkena longsor. Lokasi proyek berada pada Gardu Induk 150 KV.
Lokasi pekerjaan berada pada Jl. Wiliem Iskandar Desa Purba Kecamatan
Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Natal seperti ditunjukkan dalam
Gambar 3.1 berikut.
42
43
44
45
46
47
Catatan:
48
Mulai
Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Anlisa Perhitungan
Kesimpulan
Selesai
49
50
Organic
7,776 x 1,555 x
1 clays & 18 28 48 4000 0,3
10-3 10-3
mixed soils
Clayey-
8,64 x 10- 1,728 x
2 sands and 20 3 15 46,4 4500 0,3
10-3
silts
Moderate
3 20 8,64 1,728 1 44,3 5000 0,3
sands
Dense or
4 cemented 20 12,96 2,592 1 40,6 5500 0,3
sands
Moderate
5 20 8,64 1,728 1 40,6 5000 0,3
sands
Clayey-
8,64 x 10- 1,728 x
6 sands and 20 3 12 38,7 4500 0,3
10-3
silts
Moderate
7 20 8,64 1,728 1 38,4 5000 0,3
sands
Dense or
8 cemented 21 12,96 2,592 1 40,6 5500 0,3
sands
Very shell
9 sands, 21 100 20 45 40,1 10000 0,2
limerocks
Proses perhitungan plaxis pada kondisi awal memiliki 2 fase yaitu, fase
kondisi awal lereng dan perhitungan faktor keamanan (safety factor).
Hasil running dari program plaxis 2D dapat dilihat pada gambar 4.2
berikut :
Pada kondisi awal ini, faktor keamanan lereng yaitu, 1,0244. Dengan nilai
angka keamanan yang lebih kecil dari 1,3, maka kondisi asli lereng diragukan
kemantapannya. Maka dari itu dilakukan perkuatan lereng dengan desain yang
sudah direncanakan.
Selain itu, keluaran dari Plaxis adalah nilai deformasi. Berikut adalah
Gambar 4.4 berupa keluaran Plaxis yang juga menunjukkan letak titik dengan
nilai deformasi terbesar yang berada di area lapisan tanah ke-5 sampai lapisan ke-
9.
53
Hasil running dari program plaxis 2D, dapat dilihat pada Gambar 4.6
sampai Gambar 4.11 berikut:
54
55
56
57
(4.1)
(4.2)
β = 42o
= = = 1,86
= = = 1,97s
= = = 1,32
= = = 6,16
58
U= = 80 kN/m2
r4 = 0 ; = 42o ; Ns = ; D = 1
59
Irisan R Δx α (o)
1 37,607 2,125 74
2 37,607 3,179 67
3 37,607 4,177 61
4 37,607 5,102 53
5 37,607 6,252 45
6 37,607 6,255 38
7 37,607 7,4 30
8 37,607 7,69 24
9 37,607 8,082 15
10 37,607 8,32 9
No Δx cΔx A W α αv Wsin an
1 2,125 25,5 9,259 206,43 74 22,2 77,99767
2 3,179 3,179 38,701 844.,511 67 20,1 290,2244
3 4,177 4,177 81,958 1762,888 61 12,2 372,5419
4 5,102 5,102 135,571 2898,011 53 10,6 533,093
5 6,252 6,252 199,294 4247,694 45 9 664,4857
6 6,255 6,255 204,104 4348,734 38 7,6 575,1479
7 7,4 7,4 193,814 4088,594 30 6 427,3744
8 7,69 7,69 146,116 3149,336 24 4,8 263,5296
9 8,082 8,082 80,994 1721,079 15 3 90,07432
10 8,32 8,32 13,023 294,283 9 1,8 9,243652
tan Φ tan α sec2α
0,726543 1,539864964 3,371184
0,700208 1,327044822 2,761048
0,509525 1,150368407 2,323347
0,509525 0,900404044 1,810727
0,509525 0,649407593 1,42173
0,509525 0,531709432 1,282715
0,509525 0,466307658 1,217443
0,509525 0,383864035 1,147352
0,509525 0,305730681 1,093471
0,509525 0,212556562 1,04518
- Mi1 = )
= 44,632
- RM1 (Resisiting Moment)
= cΔx+W tan Φ x
= 687,2275 kN
- DM5 (Driving Moment)
= w sin α
= 206,43 sin(74)
=753,4713 kN
- FK =
= 1,053
Maka diambil nilai faktor keamanan sebesar 1,053
-Tanah dasar
62
-Tanah Dasar:
= 21 kN/ ,
= 18 kN/ ,
= 18 kN/ ,
Penyelesaian :
= +
63
Sehingga :
Dimana :
64
Jadi,
65
Dimana k sebesar ;
66
ϒ 18 kN/m3
q 10 kN/m2
K 0,2596
Sv 0.8
ϕ 36
μ 0,445
L 8m
H 10 m
Lapis Z
1 0,8 24,400 6,334 1,315 3,312 54,68006 1.973242 38,00851
2 1,6 38,800 10,072 2,092 3,720 61,40899 3,137779 23,90226
3 2,4 53,200 13,811 2,868 4,128 68,13793 4,302315 17,43247
4 3,2 67,600 17,54896 3,645 4,535 74,86687 5,466852 13,71905
5 4 82,000 21,287 4,421 4,943 81,59581 6,631389 11,30985
6 4,8 96,400 25,025 5,197 5,350 88,32474 7,795925 9,620411
7 5,6 110,800 28,764 5,974 5,758 95,05368 8,960462 8,370105
8 6,4 125,200 32,502 6,750 6,166 101,7826 10,125 7,407409
9 7,2 139,600 36,240 7,526 6,573 108,5116 11,8953 6,643321
10 8 154,000 39,978 8,303 6,981 115,2405 12,45407 6,022127
11 8,8 168,400 43,717 9,079 7,389 121,9694 13,61861 5,507171
12 9,6 182,800 47,455 9,855 7,796 128,6984 14,78314 5,073346
67
σv Tmaks=(2μσv*Lp)
z μ Lp (m) b=L-Lp (m) Tmax*b
(kN/m) (kN/m)
0,8 0,445 24,4 3,312366 71,93133712 4,687634 337,1878
1,6 0,445 38,8 3,719986 128,4585643 4,280014 549,8044
2,4 0,445 53,2 4,127607 195,4339165 3,872393 756,797
3,2 0,445 67,6 4,535227 272,8573938 3,464773 945,3889
4 0,445 82 4,942847 360,7289962 3,057153 1102,804
4,8 0,445 96,4 5,350468 459,0487236 2,649532 1216,264
5,6 0,445 110,8 5,758088 567,816576 2,241912 1272,995
6,4 0,445 125,2 6,165708 687,0325536 1,834292 1260,218
7,2 0,445 139,6 6,573329 816,6966561 1,426671 1165,158
8 0,445 154 6,980949 956,8088838 1,019051 975,037
8,8 0,445 168,4 7,388569 1107,369236 0,611431 677,0794
9,6 0,445 182,8 7,79619 1268,377714 0,20381 258,5083
Mg 10258,73
68
69
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pias u=
ϒ W sin θ hw
h (m) b (m) W (kN) θ sin θ hw*ϒw u*b (kN)
(kN/m2) (kN/m2) (m)
(kN/m2)
1 5,656 2,125 18 3250,681 74 0,961262 3124,755118 0 0 0
2 12,346 3,179 18 4961,921 67 0,920505 4567,471921 5,861 58,61 186,3212
3 19,768 4,177 18 6438,552 61 0,87462 5631,284503 11,831 118,31 494,1809
4 26,674 5102 18 8210,456 53 0,798636 6557,161664 16,626 166,26 848,2585
5 33,077 6,252 18 9920,852 45 0,707107 7015,102063 19,988 199,88 1249,65
6 38,412 6,255 18 14709,37 38 0,615661 9055,99189 21,375 213,75 1337,006
7 42,898 7,4 18 16649,45 30 0,5 8324,722779 20,522 205,22 1518,628
8 46,645 7,69 18 14535,27 24 0,406737 5912,025804 16,908 169,08 1300,225
9 49,467 8,082 18 15072,36 15 0,258819 3901,01386 8,405 84,05 679,2921
10 50,259 8,32 18 14465,8 9 0,156434 2262,949367 0,8 8 66,56
56352,47897
70
71
dimana :
Maka,
Setelah dihitung pada Tabel 4.9, dicoba faktor aman FS = 1,5. Diperoleh FS1=
1,79. Dicoba lagi dengan faktor aman FS = 1,6. Diperoleh FS2= 1,79, maka nilai
FS yang diambil sebesar FS= 1,79
72
5.1. Kesimpulan
1. Nilai Safety Factor pada kondisi awal lereng dengan analisis Plaxis adalah
1,0244. Nilai menunjukkan bahwa kondisi lereng masih kurang stabil.
2. Nilai Safety Factor pada kondisi lereng dengan perkuatan Geogrid
menggunakan Plaxis adalah 1,66. Nilai menunjukkan bahwa kondisi lereng
apabila menggunakan perkuatan Geogrid menjadi aman.
3. Nilai Safety Factor pada kondisi awal lereng dengan analisis Bishop adalah
1,053. Nilai menunjukkan bahwa kondisi lereng masih kurang stabil.
4. Nilai Safety Factor pada kondisi lereng dengan perkuatan Geogrid
menggunakan Bishop adalah FSnon tulangan = 1,79 dan FStulangan =13,93. Nilai
menunjukkan bahwa kondisi apabila menggunakan perkuatan Geogrid
menjadi aman.
5.2. Saran
73
Audinno, R. T., Ilham, M., Setiawan, N., & Gunawan, A. (2014). Analisis Sifat
Fisik dan Mekanik Batuan Daerah Kota Balikpapan, Kalimantan Timur
Pendahuluan Metodologi Abstrak. 30–31.
Bowles, J. E., & Hainim, J. K. (2004). Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah
(Mekanika Tanah).
Das, B. M., Endah, N., & Mochtar, I. B. (1995). Mekanika Tanah (Prinsip-
prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 2 (p. 247). p. 247.
Ganda, I., & Roesyanto. (2012). GEOGRID ( Studi Kasus Jalan Medan –
Berastagi , Desa Sugo. Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
Korah, T., & Sarajar, A. N. (2014). Analisis Kestabilan Lereng Dengan Metode
Janbu (Studi Kasus : Kawasan Citraland). Teknik, Fakultas Sipil, Jurusan
Teknik Sam, Universitas Manado, Ratulangi, 2(1).
DATA
SONDERING
Project : Preteksi Gardu Induk (GI) Date : October 25th , 2018
Location : Purba Baru, Panyabungan No. Test : CPT-4
Tested by : Leo Sembiring Capacity : 2.5 ton
Checked by : Ir. Simon Dertha, MT, A-U WLF :- m
Cone Total Local Skin
Skin Friction Total Skin Friction
Resistance Resistance SF x 20/10 Friction
Depth (m) SF=TR-Qc Friction (TSF) Ratio (Fr)
(Qc) (TR) (kg/cm) (LSF)
(kg/cm2 ) (kg/cm)
(kg/cm)
(%)
( kg/cm2 ) (kg/cm2 )
0.00 0 0 0 0 0 0.0 0.000
0.20 10 18 8 16 16 0.8 8.000
0.40 15 30 15 30 46 1.5 10.000
0.60 20 35 15 30 76 1.5 7.500
0.80 18 28 10 20 96 1.0 5.556
1.00 40 50 10 20 116 1.0 2.500
1.20 35 50 15 30 146 1.5 4.286
1.40 45 55 10 20 166 1.0 2.222
1.60 50 65 15 30 196 1.5 3.000
1.80 60 70 10 20 216 1.0 1.667
2.00 60 78 18 36 252 1.8 3.000
2.20 75 87 12 24 276 1.2 1.600
2.40 65 75 10 20 296 1.0 1.538
2.60 70 84 14 28 324 1.4 2.000
2.80 80 90 10 20 344 1.0 1.250
3.00 80 95 15 30 374 1.5 1.875
3.20 68 78 10 20 394 1.0 1.471
3.40 70 85 15 30 424 1.5 2.143
3.60 64 76 12 24 448 1.2 1.875
3.80 70 85 15 30 478 1.5 2.143
4.00 90 100 10 20 498 1.0 1.111
4.20 105 110 5 10 508 0.5 0.476
4.40 108 116 8 16 524 0.8 0.741
4.60 100 110 10 20 544 1.0 1.000
4.80 110 120 10 20 564 1.0 0.909
5.00 115 120 5 10 574 0.5 0.435
5.20 110 118 8 16 590 0.8 0.727
5.40 125 130 5 10 600 0.5 0.400
5.60 80 90 10 20 620 1.0 1.250
5.80 60 75 15 30 650 1.5 2.500
6.00 50 65 15 30 680 1.5 3.000
6.20 80 95 15 30 710 1.5 1.875
6.40 70 85 15 30 740 1.5 2.143
6.60 80 90 10 20 760 1.0 1.250
6.80 84 96 12 24 784 1.2 1.429
7.00 90 98 8 16 800 0.8 0.889
7.20 100 110 10 20 820 1.0 1.000
7.40 92 100 8 16 836 0.8 0.870
7.60 115 125 10 20 856 1.0 0.870
7.80 100 110 10 20 876 1.0 1.000
8.00 92 102 10 20 896 1.0 1.087
8.20 60 75 15 30 926 1.5 2.500
8.40 50 62 12 24 950 1.2 2.400
8.60 40 55 15 30 980 1.5 3.750
8.80 60 68 8 16 996 0.8 1.333
9.00 50 65 15 30 1026 1.5 3.000
9.20 40 55 15 30 1056 1.5 3.750
9.40 60 68 8 16 1072 0.8 1.333
9.60 80 92 12 24 1096 1.2 1.500
9.80 72 84 12 24 1120 1.2 1.667
10.00 84 92 8 16 1136 0.8 0.952
75
76
CPT-Test CPT-Test
4.0 4.0
5.0 5.0
6.0 6.0
7.0 7.0
8.0 8.0
9.0 9.0
Depth (m)
10.0
Depth (m)
10.0
11.0 11.0
12.0 12.0
13.0 13.0
14.0 14.0
15.0 15.0
16.0 16.0
17.0 17.0
18.0 18.0
19.0 19.0
20.0 20.0
0 400 800 1200 1600 2000
Friction Ratio, Fr (%)
77
Depth qc fs Rf Prediction
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (%)
78
79
80
81
Symbol
Legend : Note :
Clay-
DS
Sandy Clay -
M edium Sand -
Co ncrete P late/Slab-
82