Soelarso
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Jenderal Sudirman Km.3 Cilegon 42435
Email :soelarso_civiluntirta@yahoo.com
ABSTRAK
Pelat merupakan struktur yang menahan beban lentur dan diteruskan ke balok, sehingga pelat merupakan
struktur yang menerima beban awal sebelum ke balok. Struktur pelat yang tipis harus cukup kaku menerima
beban sehingga tidak terjadi kegagalan seperti hal nya retak.
Penelitian ini berisikan pola retak yang terjadi pada pelat beton bertulang dimana dibandingkan hasil dari
eksperimen dan penyelesaian secara numerik. Hasil dari perbandingan tersebut menunjukan retak yang
terjadi pada pelat merupakan retak lentur dengan lebar retak awal 0,05 mm dan terjadi pada beban 16 KN
Kata kunci : Pelat beton bertulang, retak, atena
ABSTRACT
Plates are structures that resist bending loads and forward it to beam, so the plate is a structure that
receives the initial load before the beam A thin plate structure has to be quite stiff so it does not accept the
burden of failure such as cracks.
This research examined a pattern of cracks that occur in reinforced concrete slab and compared the results
from experimental works and numerical resolution. The results of this comparison show that the cracks that
occur on the plates are the flexural cracks (bending cracks) with the initial crack width 0.05 mm and occur
at the load 16 KN
Keywords : Reinforced concrete alab, crack, atena
1. PENDAHULUAN
Struktur beton bertulang didesain untuk
memenuhi criteria keamanan (safety) dan
layak pakai (serviceability). Untuk memenuhi
criteria keamanan dan layak pakai, maka
besarnya retak dan lendutan struktur pada
kondisi beban kerja harus dapat diestimasi dan
memenuhi kriteria tersebut. Dalam mendesain Daerah I : Elastik
struktur beton bertulang, perkiraan besarnya Daerah II : Retak
beban runtuh (batas) sangat penting. Selain Daerah III : Baja leleh atau beton
pecah
nilai absolute beban yang yang menyebabkan
keruntuhan, maka perilaku struktur saat
runtuh juga perlu diketahui. Perilaku struktur
tersebut diantaranya pola retak dan lebar retak
beton bertulang pada saat menerima beban Gambar 1. Perilaku Beban-Lendutan Struktur
sampai dengan beban runtuh. Beton Bertulang
nilai kekuatan tarik tertentu f t ' w kmax
adalah fungsi dari terbukanya retak w. Jumlah bagian-bagian diagram pada
gambar 3 (material state number) adalah
dipakai dalam hasil analisis untuk
menandai status kerusakan beton.
Unloading adalah fungsi linier sampai
dengan origin. Sebuah contoh titik
unloading U diperlihatkan pada gambar
3. Karena itu hubungan tegangan cef
eq
dan regangan tidak unik dan
tergantung dari sejarah pembebanan.
Perubahan dari pembebanan hingga tidak
Gambar 2. Softening tarik dan panjang dibebani terjadi ketika kenaikan regangan
karakteristik efektif mengubah tanda. Jika
pembebanan ulang yang berikutnya
b. Hubungan Regangan–Tegangan Beton terjadi aliran tidak terbebani linier terjadi
1) Hukum Uniaksial Ekivalen hingga titik akhir pembebanan U tercapai
Perilaku nonlinier beton pada pernyataan lagi. Kemudian fungsi pembebanan
tegangan biaksial diuraikan dengan cara dilanjutkan.
Hukum regangan-tegangan uniaksial
tegangan efektif cef , dan regangan
ekivalen mewakili pernyataan tegangan
eq
uniaksial ekivalen . Tegangan efektif biaksial.
adalah umumnya dalam tegangan Modulus secant dihitung sebagai berikut :
prinsipal. Regangan ekivalen uniaksial = (8)
diperkenalkan untuk menghilangkan efek Modulus tangen E ct dipakai dalam
poisson pada pernyataan tegangan
bidang. matrik material Dc untuk pembentukan
matrik kekakuan elemen untuk solusi
= (7)
iterasi. Modulus tangen adalah
Regangan uniaksial ekivalen dapat kemiringan kurva regangan tegangan
dianggap sebagai regangan yang akan pada regangan yang diberikan. Nilai ini
dihasilkan oleh tegangan σci dalam selalu positif. Untuk kasus ketika
pengujian uniaksial dengan modulus Eci kemiringan kurva kurang dari nilai
dengan arah i. Dalam asumsi ini, t
minimum E min nilai modulus tangen
nonlinier mewakili kerusakan yang
disebabkan hanya governing stress σci. ditetapkan sebesar E ct E min t . Hal ini
Diagram regangan tegangan uniaksial terjadi pada bagian softening dan dekat
ekivalen yang lengkap untuk beton dapat dengan puncak tekan.
dilihat pada gambar 3. 2) Tarik Sebelum Retak
Perilaku beton pada tarik tanpa retak
diasumsikan elastik linier, Ec adalah
modulus elastis awal beton, f ' tef adalah
kuat tarik yang diperoleh dari fungsi
kegagalan biaksial,
cef E c eq ,0 c f ' eft (9)
3) Tarik Setelah Retak
Dua tipe rumus dipakai untuk pembukaan
retak:
a) Model retak fiksi berdasarkan pada
hukum pembukaan retak dan energi
Gambar 3. Hukum regangan tegangan retak. Rumus ini cocok untuk
uniaksial untuk beton memodelkan pertumbuhan retak pada
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | 92
JURNAL FONDASI, Volume 1 Nomor 1 2012
f 't
c
c c
(10)
sebuah matrik material isotropis. Matriks matriks flexibilitas invers dari persamaan 15
ini dapat ditulis dalam sistem koordinat v 0
global x dan y. D H v 1 0
L
c
0 0 G
1 v 0 (15)
E E
Dc 2
1 v
v 1 0
1 , H E1 1 v 2
E2
1 v (16)
0 0
0 Pada hubungan diatas E2 harus bukan nol. Jika
(12)
E2 sama dengan nol dan E1 tidak sama dengan
Pada persamaan diatas E adalah modulus
nol maka formula alternatif dipakai dengan
elastis beton yang diperoleh dari hukum
uniaksial ekivalen. Poisson’s rasio v 1 E2
memakai parameter invers . Pada
adalah konstan. E1
2. Beton Retak kasus bahwa modulus elastik sama dengan
Untuk beton retak matriks mempunyai nol, matrik D cL tertulis sama dengan matrik
bentuk matriks elastis untuk material
orthotropis. Matriks dirumuskan dalam nol.Matriks D cL ditransformasikan ke dalam
sistem koordinat m1,m2 seperti pada sistem koordinat global memakai matriks
gambar 5 dan 6 yang berhimpit dengan transformasi T
arah retak. Sistem koordinat lokal
mengacu pada superkrips L. Arah 1 D c TT DcL T (17)
adalah searah dengan retak dan arah 2
adalah sejajar dengan arah retak. Definisi
(18)
Sudut α adalah antara sumbu global x dan sumbu material pertama m1.
3
4
5
100 mm
7
6 8
1600 mm
Keterangan :
1. Loading Frame 6. Tumpuan sendi
2. Load Cell 7. Tumpuan rol
3. Hiidraulic jack 8. LVDT
4. Pembebanan 9. Data logger
5. Benda uji pelat jembatan
Mulai
Input Data
Pengujian Simulasi
Eksperimen Numerik
Selesai
10-165
10-200
1 0-80
1800
4 6-75
39 47 69
fcr=20
25
74
65
40 49
80 57 43 43 43 66 76 70 48 48 88
52 48 82 45 97
77
88 88 93 88 95 78
Pemodelan numerik juga memberikan pola merupakan kerusakan lentur, dimana retak
retak yang terjadi selama iterasi berlangsung. terjadi pada arah lentur yaitu daerah lapangan
Hasil pola retak dari pemodelan numerik dengan lebar maksimum retak sebesar 1,663
untuk pelat dapat dilihat pada gambar 11, dan mm.
pola retak pemodelan numerik dapat Hubungan lebar retak dan beban dapat dilihat
dibandingkan dengan hasil eksperimen yang pada gambar 12, dimana hasil eksperimen dan
ada pada gambar 10. Pada pola retak dibawah hasil dari pemodelan numerik memiliki hasil
dapat dilihat bahwa retak yang terjadi yang sama.
120
100
Beban (KN)
80
60
40 Numerik Atena
Eksperimen
20
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Lebar retak (mm)
Gambar 12. Hubungan beban dengan lebar retak pelat