Anda di halaman 1dari 23

Lendutan Beton

Prategang
Hukum Bernoulli dan Navier

Hukum Bernoulli
Hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan energi yang dialami oleh aliran fluida. Hukum ini
menyatakan bahwa jumlah tekanan, energi kinetik per satuan volume dan energi potensial per satuan
volume memiliki nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus. 

Persamaan Navier-Stokes (dinamakan dari Claude-Louis Navier dan George Gabriel Stokes) adalah


serangkaian persamaan yang menjelaskan pergerakan dari suatu fluidaseperti cairan dan gas.
Persamaan-persamaan ini menyatakan bahwa perubahan dalam momentum (percepatan) partikel-
partikel fluida bergantung hanya kepada gaya viskos internal (mirip dengan gaya friksi) dan gaya
viskos tekanan eksternal yang bekerja pada fluida. Oleh karena itu, persamaan Navier-Stokes
2
menjelaskan kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja pada fluida
Elastisitas: menjelaskan material yang kembali ke bentuk awal setelah diberi tegangan.

Elastisitas linier adalah model matematika tentang bagaimana benda padat berubah


bentuk dan menjadi stres secara internal karena kondisi pembebanan yang ditentukan. Ini
adalah penyederhanaan dari teori elastisitas nonlinier yang lebih umum dan
cabang mekanika kontinu .
Asumsi "linearisasi" mendasar dari elastisitas linier adalah: galur
infinitesimal atau deformasi "kecil" (atau galur) dan hubungan linier antara
komponen tegangan dan regangan. Selain itu, elastisitas linier hanya berlaku untuk
keadaan stres yang tidak menghasilkan hasil.
Asumsi ini masuk akal untuk banyak bahan teknik dan skenario desain teknik. Oleh
karena itu elastisitas linier digunakan secara luas dalam analisis struktural dan desain
teknik, seringkali dengan bantuan analisis elemen hingga.

Plastisitas: menjelaskan material yang secara permanen terdeformasi setelah diberi


tegangan dengan besar tertentu.
3
KONSEP DASAR BETON PRATEGANG
Ada tiga konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan dan
menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang:
Konsep pertama: Sistem prategang untuk mengubah
beton menjadi bahan yang elastis. Ini merupakan
buah pemikiran Eugene Freyssinet yang
memvisualisasikan beton prategang pada dasarnya
adalah beton yang ditransformasikan dari bahan yang
getas menjadi bahan yang elastis dengan memberikan
tekanan (desakan) terlebih dahulu (pratekan) pada
bahan tersebut. Dari konsep ini lahirlah kriteria ”tidak
ada tegangan tarik” pada beton. Pada umumnya telah
diketahui bahwa jika tidak ada tegangan tarik pada
beton, berarti tidak akan terjadi retak, dan beton tidak
merupakan bahan yang getas lagi melainkan berubah
menjadi bahan yang elastis.
4
KONSEP DASAR BETON PRATEGANG
Konsep kedua, Sistem prategang untuk
kombinasi baja mutu tinggi dengan beton.
Konsep ini mempertimbangkan beton
prategang sebagai kombinasi (gabungan) dari
baja dan beton, seperti pada beton bertulang,
dimana baja menahan tarikan dan beton
menahan tekanan, dengan demikian kedua
bahan membentuk kopel penahan untuk
melawan momen eksternal. Pada beton
prategang, baja mutu tinggi dipakai dengan
jalan menariknya sebelum kekuatannya
dimanfaatkan sepenuhnya

5
KONSEP DASAR BETON PRATEGANG
Konsep ketiga, Sistem prategang untuk
mencapai perimbangan beban. Konsep ini
terutama menggunakan prategang sebagai
suatu usaha untuk membuat seimbang gaya-
gaya pada sebuah batang.
Penerapan dari konsep ini menganggap beton
diambil sebagai benda bebas dan menggantikan
tendon dengan gaya-gaya yang bekerja pada
beton sepanjang beton

6
LENDUTAN
 Menurut Gilbert (1990), untuk suatu balok sederhana seperti pada gambar di bawah ini,
besarnya sudut dan lendutan dapat ditentukan dengan persamaan:

Deformasi Pada Balok

7
LENDUTAN
 Sedangkan untuk balok kantilever, besarnya sudut dan lendutan dapat
ditentukan dengan persamaan:

8
LENDUTAN
Untuk penampang yang tidak retak, perhitungan lendutan didasarkan pada inersia penuh
Ig. Kelengkungan pada suatu penampang dapat diestimasi sebesar:

e = eksentrisitas
M = momen yang bekerja pada penampang
Setelah terjadi keretakan, inersia penampang berkurang. Harga inersia penampang
bukan Ig lagi, tetapi menjadi Ie, seperti yang ditentukan SNI 2002:

9
LENDUTAN

10
LENDUTAN KE ATAS (CAMBER)
Struktur beton prategang, disamping harus mempunyai kekuatan yang cukup,
juga harus mempunyai syarat kemampuan layan pada beban kerja. Lendutan dari
komponen struktur harus dikontrol dengan alasan sebagai berikut:
1. Adanya gaya prategang membuat struktur melengkung ke atas. Lengkungan ke
atas (camber) yang besar bisa menyebabkan kegagalan suatu komponen struktur.
2. Pada struktur jembatan, lendutan ke bawah yang besar akan mengurangi
kenyamanan berkendara.
3. Lendutan yang besar bisa merusak finishing, partisi atau bagian bangunan lain
pada struktur gedung.
Beberapa hal yang mempengaruhi defleksi pada struktur beton prategang adalah
beban mati, beban hidup, gaya prategang, profil kabel, modulus elastisitas beton,
susut, rangkak, relaksasi dari baja, panjang bentang dan sifat dari tumpuan. Lendutan
jangka pendek lebih banyak ditentukan oleh rasio antara momen lentur dan kekakuan
dari penampang. Berikut ini adalah beberapa rumus untuk menentukan camber dari
struktur beton prategang dengan profil kabel tertentu (Raju,1986).
11
LENDUTAN KE ATAS (CAMBER)

12

Profil tendon dan rumus Camber (Raju,


1986)
LENDUTAN KE ATAS (CAMBER)

Profil tendon dan rumus Camber (Raju,


1986)

13
LENDUTAN KE ATAS (CAMBER)

14
Profil tendon dan rumus Camber (Raju,
1986)
LENDUTAN KE ATAS (CAMBER)

Profil tendon dan rumus Camber (Raju,


1986)

15
LENDUTAN KE ATAS (CAMBER)

16
Profil tendon dan rumus Camber (Raju,
1986)
LENDUTAN KE BAWAH
Sedangkan lendutan ke bawah akibat beban merata bisa ditentukan dengan persamaan
berikut:

17
LENDUTAN KE BAWAH
Untuk balok sederhana dengan beban terpusat P di tengah bentang, lendutannya
ditentukan oleh persamaan berikut:

SNI 2002 tidak secara khusus memberi batasan lendutan pada struktur beton prategang,
tetapi lendutan untuk struktur secara umum ditentukan, BS 8110 membatasi camber pada
saat transfer tidak melebihi 1/300 atau 1/250 (tanpa finishing) dan terkecil dari 1/350
atau 20mm (dengan finishing).

18
Contoh Soal

19
Solution

20
Solution

21
Momen Retak
Momen Retak

Momen retak adalah besarnya momen yang ada pada saat terjadinya
keretakan pertama kali pada penampang. Pada saat pemberian tekanan, fiber
terluar dari penampang biasanya mengalami tekanan. Dengan bertambahnya
beban, fiber ini sedikit demi sedikit mengalami tegangan tarik. Karena beton
tidak mempunyai kekuatan tarik maka keretakan akan terjadi pada daerah
tersebut. Keretakan tersebut terjadi jika tegangan tarik mendekati harga
modulus keruntuhan beton. Menurut kode Indonesia SNI 2002 dan kode
Amerika Serikat ACI 318-1983, modulus keruntuhan beton ditentukan sebesar
fr = 0,7 √fc’. Sedangkan lebar retak sangat tergantung pada derajat lekatan
antara beton dan baja. 22
THANKS!
23

Anda mungkin juga menyukai