Anda di halaman 1dari 5

METODE PERENCANAAN ELASTIK atau METODE

TEGANGAN KERJA
Metode perencanaan elastik didasarkan pada anggapan bahwa sifat dan perilaku bahan beton
bertulang disamakan dengan bahan homogen (serba-sama) seperti kayu, baja, dan sebagainya.
Sesuai dengan teori elastisitas, tegangan dan regangan pada penampang balok terlentur bahan
homogen terdistribusi linear membentuk garis lurus dari nol di garis netral ke nilai maksimum di
serat tepi terluar. Dengan demikian nilai-nilai tegangan pada penampang balok terlentur
berbanding Iurus dengan regangannya, dan bahan beton dianggap berperilaku elastik sempurna
sebagaimana bahan-bahan homogen lainnya.
Metode perencanaan elastik atau tegangan kerja menggunakan nilai-nilai beban guna atau
beban kerja (tanpa faktor), tegangan kerja ijin, dan hubungan linear antara tegangan dan
regangan. Metode tegangan kerja yang akan dibahas berikut ini mengacu pada ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam SNI 03-2847- 2002 dikenal pula sebagai metode
perencanaan alternatif. Pembahasan kedua metode tersebut perlu didasari dengan
pengetahuan perbedaan arti kekuatan dan kegunaan (kelayanan) sebagai kriteria perencanaan.
Istilah kekuatan berarti kapasitas pada saat menjelang terjadinya kehancuran akibat suatu beban,
sedangkan kegunaan berarti kinerja yang memuaskan pada kondisi beban guna atau beban kerja
(tegangan kerja).
Kinerja yang memuaskan dapat dijelaskan sebagai keadaan yang tercapai apabila:
(1) Lendutan yang terjadi masih dalam batas yang dapat diterima sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi kerusakan komponen non struktural yang didukung seperti dinding, partisi, dan
langit-langit;
(2) Retakan yang timbul masih terkendali, dalam arti tidak terjadi retak sedemikian besar sehing-
ga menyebabkan kemungkinan masuknya air yang lebih lanjut akan mengakibatkan korosi baja
dan penguraian beton.
Meskipun sudah tidak disarankan untuk digunakan lagi dalam perhitungan struktur, metode
perencanaan elastik masih diperlukan pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan
metoda perencanaan elastik, dengan menggunakan pendekatan tegangan kerja,
memberikan hasil kurang lebih sama selama jumlah luas tulangan tarik yang dipakai lebih
kecil dari setengah jumlah pada metode kekuatan batas. Konsep dan anggapan-anggapan
dasar yang digunakan metode tersebut akan dibahas pada berikut.
KONSEP DAN ANGGAPAN-ANGGAPAN
Anggapan-anggapan dasar yang digunakan metode tegangan kerja untuk komponen
struktur terlentur adalah:
1) Bidang penampang rata saat sebelum terjadi lenturan akan tetap rata setelah mengalami
lenturan, berarti distribusi regangan sebanding atau linear.
2) Bagi bahan baja maupun beton diberlakukan sepenuhnya hukum Hooke di mana nilai
tegangan sebanding linear dengan nilai regangannya,
3) Bahan beton tidak diperhitungkan untuk menahan gaya tarik, sehingga seluruhnya
dibebankan kepada tuiangan tarik baja,
4) Batang tulangan baja terlekat sempurna dengan beton sehingga tidak terjadi
penggelinciran.
Anggapan yang pertama sangat tepat, anggapan kedua masih cukup teliti untuk bahan beton
pada nilai tegangan-tegangan yang tidak lebih dari setengah nilai kuat tekan beton fc'umur 28
hari. Sehubungan dengan anggapan yang ketiga, memang benar bahwa hanya beton yang
letaknya di daerah tarik dekat dengan garis netral yang cenderung tidak retak. Anggapan
keempat yang berkaitan dengan lekatan antara baja dan beton adalah baik.
SNI 03-2847- 2002 memberikan ketentuan bahwa metode perencanaan elastik hanya
boleh digunakan untuk komponen struktur beton bertulang non prategang, dan seluruh
ketentuan tata cara perencanaan dapat diberlakukan untuk metode ini kecuali redistribusi
momen negatif dalam komponen struktur lentur menerus. Nilai faktor beban dan faktor
reduksi kekuatan (∅) pada metode perencanaan elastik ditetapkan 1,0.
DASAR-DASAR PERHITUNGAN
a. TEGANGAN IJIN
Dalam metode perencanaan elastik menggunakan pembatas maksimum tegangan
kerja atau tegangan ijin untuk bahan beton maupun baja, sebagai berikut:
1) Tegangan pada serat beton tekan tepi terluar komponen struktur terlentur:
fc’ijin=0,45fc'
2) Untuk balok, plat, penulangan satu arah dan fondasi telapak, apabila geser hanya dipi-
kul oleh beton sendiri:
Vc ijin = 1/11√f’c dan geser
maksimum yang dipikul bersama oleh beton dan tulangan baja:
V = Vc + ⅜ √f’c
3) Untuk balok rusuk, apabila geser dipikul beton saja:
Vc = 1/10 √f’c
4) Untuk plat penulangan dua arah dan pondasi telapak dengan penulangan geser
terdiri dari batang atau kawat, geser yang dipikul oleh beton:
Vc = 1/12 √f’c
5) Untuk perletakan pada daerah yang dibebani: vc= 0,30 fc'
6) Untuk baja tulangan mutu 30, tegangan tarik pada tulangan tidak boleh lebih dari:
fs ijin =140MPa -
7) Untuk baja tulangan mutu 40 atau lebih, termasuk kawat anyaman las, tegangan
tarik tidak lebih dari: fs ijin = 170 MPa

8) Untuk tulangan lentur dengan diameter 10 mm atau kurang, yang digunakan


untuk plat satu arah bentang ≤ 4,0 m : fs=0,50fy
tetapi tidak boleh lebih dari 200 MPa.

b. HUBUNGAN TEGANGAN DAN REGANGAN


Seperti yang telah dibahas pada materi sebelumnya, kurva tegangan-regangan baja linear
dibagianbawah batas sebanding {proportional limit) sedangkan untuk bahan beton hanya
mendekati linear meskipun pada saat atau sebelum mencapai tegangan kerja ijin. Modulus
elastisitas baja berbagai kekuatan hanya sedikit satu dengan lainnya, sedang pada baton
sangat beragam karena juga tergantung pada nilai berat jsnis (kerapatan), selainkekuatannya.
Pada Standar SNI 03 -2847- 2002 ditetapkan nilai modulus baja Es =200.000 MPa sedangkan
untuk beton Ec= 0,043wc1.50Vfc'dimana wc adalah berat jenis beton. Daftar 5.1 berikut
memberikan niiai-nilai modulus elastisitas beton Ec untuk berbagai mutu beton.

Mengingat nilai banding modulus elastisitas (n) di samping sifat-sifat penampang


merupakan nilai-nilai yang berpengaruh terhadap posisi atau letak garis netral, maka dalam
menghitung tegangan-tegangan kerja, mengetahui nilai n adaiah lebih penting dan bu-
kannya nilai-nilai Esatau Ec. Sesuai dengan SNI-03-2847-2002 pasal 3.15.5 rasio modulus
elastisitas n = Es/Ec dapat ditentukan sebagai angka pembulatan terdekat tetapi tidak boleh
kurang dari 6. Kecuali untuk perhitungan lendutan nilai n untuk beton ringan di-ambil sama
dengan beton normal bagi kelas kuat beton yang sama. Untuk beton normal disarankan
menggunakan nilai-nilai yang tercantum.dalam daftar berikut:
Nilai ratio modulus :
__________________________
fc’ (MPa) n
___________________________

17 10
20 9
25 9
30 8
35 7
40 6
___________________________

c. KESEIMBANGAN GAYA-GAYA DALAM

.
Dua keadaan seimbang diberlakukan untuk setiap penampang yang menahan lentur, ialah:
(1) resultante gaya tekan dalam harus sama dengan resuitante gaya tarik dalam, dan
(2) kopel momen dalam yang tersusun atas pasangan resultante gaya tekan dan gaya tarik harus
sama atau lebih besar dari momen lentur akibat beban luar.
Dengan demikian, keseimbangan gaya-gaya dalam tersebut berlaku baik untuk beban
kerja ataupun beban batas (ultimit) pada saat menjelang terjadi keruntuhan. Perbedaan di antara
keduanya ialah bahwa distribusi tegangan pada penampang linear bagi yang pertama dan
nonlinear untuk keadaan batas. Resultante gaya tekan dalam dapat seluruhnya berasal dari
tegangan beton tekan saja atau bersama-sama tegangan beton dan tulangan tekan, sedang
resultante gaya tarik seluruhnya berasal dari tulangan tarik.
PERHITUNGAN TULANGAN BETON

Perhitungan tulangan beton adalah menghitung tegangan-tegangan yang terjadi atau


menghitung tulangan yang dibutuhkan untuk menahan beban yang ada.

Ada 2 sifat perhitungan struktur beton :


1. Perhitungan yang bersifat analisis (control)
2. Perhitung an yang bersifat perencanaan (design)
Perhitungan yang bersifat analisis :
Dimensi dan jumlah tulangan sudah diketahui, dihitung tegangan-tegangan yang terjadi,
selanjutnya dibuat kesimpulan apakah kuat atau tidak struktur tersebut dalam menahan
beban yang ada.
Perhitungan yang bersifat perencanaan :
Mutu bahan, beban luar dan dimensi sudah diketahui, dihitung tulangan yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai