Anda di halaman 1dari 138

BAB I

UMUM

1.1 UMUM

Struktur Beton I merupakan salah satu Mata Kuliah saat


matrikulasi yang harus diiukuti oleh Mahasiswa Teknik Sipil Program
S1 ekstension khususnya. Adapun Mata Kuliah ini membahas tentang
elemen-elemen Beton Bertulang serta cara perhitungannnya.

Perhitungan elemen-elemen beton bertulang baik yang berupa


elemen lentur, geser, tekan maupun torsi meliputi elemen struktur
baik balok, kolom, pelat, korbel ataupun elemen lain yang sifatnya
merupakan bagian ataupun kombinasi dari keempat perilaku gaya
tersebut diatas.

Sebelum dilakukan perhitungan terhadap suatu elemen struktur


maka perlu diketahui terlebih dahulu perilaku gaya apa saja yang
terjadi pada elemen struktur yang akan direncanakan penulangannya
sehingga penulangan terpasang akan sepenuhnya bisa
mengantisipasi gaya yang terjadi pada elemen struktur dimaksud.

Setelah kombinasi gaya yang kemungkinan akan terjadi pada elemen


struktur yang direncanakan diperoleh selanjutnya perlu bagi
perencana untuk mengetahui persyaratan-persyaratan apa saja yang
harus dipenuhi untuk elemen struktur dimaksud khususnya dalam
kaitannya dengan peraturan-peraturan yang digunakan sehingga
hasilnya akan seperti yang diharapkan.

Struktur Beton I 1- 1
BAB II
PERKEMBANGAN METODA PERENCANAAN

2.1 METODA PERENCANAAN

Metoda-metoda yang dikembangkan didalam kaitannya


untuk perencanaan elemen-elemen struktur beton bertulang meliputi
(1) Metoda elastis, (2) Metoda kekuatan batas (ultimit)

Sebelumnya peraturan beton yang dipakai menggunakan salah satu


metoda yang dikenal dengan metoda elastis atau dikenal pula
dengan “cara n” yang dituangkan didalam Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971 (PBI’71). Didalam perhitungan dengan metode
elastis dibuat anggapan-anggapan (1) Bidang penampang rata saat
sebelum terjadi lentur akan tetap rata setelah mengalami lentur
sehingga dihasilkan distribusi regangan yang linier, (2) Baik bahan
baja maupun beton diberlakukan hukuk Hooke yang mana nilai
tegangan sebanding linier dengan regangan, (3) Bahan beton tidak
diperhitungkan menahan gaya tarik sehingga beban tarik
sepenuhnya dipikul oleh tulangan tarik baja, (4) Batang tulangan
baja terlekat sempurna dengan beton sehingga tidak terjadi
penggelinciran.

Setelah itu dikembangkan metode kekuatan batas (Metoda Ultimate)


dengan anggapan (1) Bidang penampang rata sebelum terjadinya
lentur tetap rata setelah terjadinya lentur dan tetap berkedudukan
tegak lurus pada sumbu bujur balok, oleh karena itu nilai regangan
dalam penampang komponen struktur terdistribusi linier atau
sebanding lurus terhadap jarak ke garis netral, (2) tegangan
sebanding dengan regangan pada kondisi tegangan beton tekan

Struktur Beton I 2- 1
1/2fc’, apabila beban terus meningkat tegangan yang terjadi tidak
linier dengan regangan, (3) dalam perhitungan kapasitas momen
ultimate kuat tarik beton diabaikan dan seluruh gaya tarik
dibebankan seluruhnya kepada tulangan tarik.

2.2 KUAT BETON TERHADAP GAYA TEKAN

Dalam kaitan terhadap metoda perencanaan sebenarnya


adalah asumsi-asumsi yang dipergunakan sesuai dengan
pembahasan diatas. Untuk bahan beton perhatian terutama
dipusatkan kepada persoalan bagaimanakah perilaku komponen
struktur beton bertulang pada waktu menahan berbagai beban
diantaranya berupa gaya aksial, lentur, geser dan puntir ataupun
merupakan gabungan dari gaya-gaya tersebut tergantung pada
hubungan tegangan regangan yang terjadi di dalam beton seperti
tampak pada gambar 2.1

tegangan

fc' maksimum

regangan
Gambar 2.1 : Diangram tegangan regangan beton

Karenan sifat bahan beton yang hanya mempunyai nilai kuat tarik
relatif rendah, maka pada umumnya hanya diperhitungkan bekerja
dengan baik di daerah tekan pada penampangnya, dan hubungan
tegangan regangan yang timbul karena pengaruh gaya tekan
tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan.

Struktur Beton I 2- 2
Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc’ dengan
satuan N/mm2 (MPa). Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara
nilai 10-65 Mpa. Untuk Struktur Beton Bertulang pada umumnya
menggunakan beton dengan kuat tekan berkisar 17-30 Mpa,
sedangkan untuk beton prategang dipergunakan beton dengan kuat
tekan lebih tinggi, berkisar 30-45 Mpa. Untuk keadaan dan keperluan
khusus, beton ready mix sanggup mencapai nilai kuat tekan 62 Mpa
dengan pengawasan cukup ketat di laboratorium.

2.3 BAJA TULANGAN

Didalam kaitan dengan struktur beton bertulang maka sifat


fisik baja tulangan yang paling penting untuk dipergunakan dalam
perhitungan perencanaan beton bertulang adalah tegangan leleh (fy)
dan Modulus Elastisitas (Es). Suatu hubungan tegangan regangan
baja tulangan dapat dilihat pada gambar 2.2. Tegangan Leleh dalam
hal ini didefinisikan sebagai tegangan baja pada saat mana
meningkatnya tegangan tidak disertai lagi dengan peningkatan
regangannya. Di dalam perencanaan atau analisis beton bertulang
umumnya nilai tegangan leleh baja tulangan diketahui atau
ditentukan pada awal perhitungan.
g
daerah elastis

fy idealisasi

regangan

Gambar 2.2 : Diangram tegangan regangan baja tulangan

Struktur Beton I 2- 3
BAB III
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN

3.1 PRINSIP PERENCANAAN

Pada dasarnya didalam perencanaan komponen struktur yang dibebani


lentur, aksial atau kombinasi beban lentur dan aksial harus dipenuhi
ketentuan yang tertera di dalam SNI 03-2847-2002 pasal 12.3 :
1. Perencanaan penampang yang dibebani lentur atau aksial atau
kombinasi beban lentur dan aksial harus didasarkan atas
kompatibilitas tegangan dan regangan dengan menggunakan asumsi
dalam SNI 03-2847-2002 pasal 12.2 sebagai berikut :
a. Perencanaan kekuatan komponen struktur untuk beban lentur
dan aksial didasarkan pada asumsi yang diberikan pada 12.2(2)
hingga 12.2(7) SNI 03-2847-2002 dan pada pemenuhan kondisi
keseimbangan gaya dan kompabilitas regangan yang berlaku.
b. Regangan pada tulangan dan beton harus diasumsikan
berbanding lurus dengan dengan jarak dari sumbu netral,
kecuali, untuk komponen struktur lentur tinggi dengan rasio
tinggi total terhadap bentang bersih yang lebih besar dari 2/5
untuk bentang menerus dan lebih besar dari 4/5 untuk bentang
sederhana, harus digunakan distribusi regangan non linier. Lihat
12.7.
c. Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat
tekan beton terluar harus diambil sama dengan 0,003
d. Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil daripada kuat
leleh fy harus diambil sebesar Es dikalikan dengan regangan
baja. Untuk regangan yang nilainya lebih besar dari regangan

Struktur Beton I 3- 1
leleh yang berhubungan dengan fy, tegangan pada tulangan
harus diambil sama dengan fy.
e. Dalam perhitungan aksial dan lentur beton bertulang, kuat tarik
beton harus diabaikan, kecuali bila ketentuan 20.4 SNI 03-2847-
2002 dipenuhi.
f. Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan
beton boleh diasumsikan berbentuk persegi, trapesium, parabola
atau bentuk lainnya yang menghasilkan perkiraan kekuatan
yang cukup baik bila dibandingkan dengan hasil pengujian.
g. Ketentuan 12.2.(6) SNI 03-2847-2002 seperti tertuang pada
point f diatas dapat dipenuhi oleh suatu distribusi tegangan
beton persegi ekuivalen yang didefinisikan sebagai berikut :
1) Tegangan beton sebesar 0,85 fc’ diasumsikan terdistribusi
secara merata pada daerah tekan ekuivalen yang dibatasi
oleh tepi penampang dan suatu garis lurus yang sejajar
dengan sumbu netral sejarak a = β1.c dari serat dengan
regangan maksimum.
2) Jarak c dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu
netral harus diukur dalam arah tegak lurus terhadap sumbu
tersebut.
3) Faktor β1 harus diambil sebesar 0,85 untuk beton dengan
nilai kuat tekan fc’ lebih kecil dari pada atau sama dengan
30 Mpa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan diatas 30
Mpa, β1 harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap kelebihan
7 MPa diatas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh diambil kurang
dari 0,65.

Struktur Beton I 3- 2
εcu=0.003 0.85fc'

xb ab=β1.xb Cc'

h d

As T=As.fy

εs=εy=fy/Es
b
Gambar 3.1 Diagram tegangan regangan pada kondisi balanced

2. Kondisi regangan seimbang terjadi pada penampang ketika tulangan


tarik tepat mencapai regangan yang berhubungan dengan tegangan
leleh yang ditentukan fy pada saat yang bersamaan dengan bagian
beton yang tertekan mencapai regangan batas asumsi 0,003
3. Untuk komponen struktur lentur, dan untuk komponen struktur yang
dibebani kombinasi lentur dan aksial tekan dimana kuat rencana φPn
kurang dari nilai yang terkecil anatara 0,10fc’Ag dan φPb, maka rasio
tulangan ρ yang ada tidak boleh melampaui 0,75ρb, yang
menghasilkan kondisi regangan seimbang untuk penampang yang
mengalami lentur tanpa beban aksial. Untuk komponen struktur
dengan tulangan tekan, bagian ρb yang disamakan dengan tulangan
tekan tidak perlu direduksi dengan faktor 0,75
4. Peningkatan kekuatan komponen struktur lentur boleh dilakukan
dengan menambahkan pasangan tulangan tekan dan tulangan tarik
secara bersamaan.
5. Kuat tekan rencana φPn dari komponen struktur tekan tidak boleh
diambil lebih besar dari ketentuan berikut :
a) Untuk struktur non prategang dengan tulangan spiral yang
sesuai dengan 9.10(4) atau komponen struktur komposit yang
sesuai dengan 12.16. SNI 03-2847-2002.

Struktur Beton I 3- 3
φ .Pn(max) = 0,85φ [0,85 f c ' (Ag − Ast ) + f y Ast ]
b) Untuk komponen struktur non prategang dengan tulangan
sengkang pengikat yang sesuai dengan 9.10(5). SNI 03-2847-
2002.

φ .Pn(max) = 0,80φ [0,85 f c ' (Ag − Ast ) + f y Ast ]


c) Untuk komponen struktur prategang, kuat tekan rencana φPn
tidak boleh diambil lebih besar dari 0,85 (untuk komponen
struktur dengan tulangan spiral) atau 0,80 (untuk komponen
struktur dengan tulangan sengkat pengikat) dari kuat tekan
rencana pada eksentrisitas nol, φPo;
6. Komponen struktur yang dibebani aksial tekan harus direncanakan
terhadap momen maksimum yang mungkin menyertai beban aksial
tersebut. Beban aksial terfaktor Pu dengan eksentrisitasyang ada,
tidak boleh melampaui nilai yang ditentukan dalam 12.3(5). Momen
maksimum terfaktor Mu harus diperbesar untuk memperhitungkan
pengaruh kelangsingan sesuai dengan 12.10 SNI 03-2847-2002.

3.2 KOMBINASI PEMBEBANAN

Sebelum dilakukan penulangan terhadap elemen-elemen struktur


tentunya harus dilakukan analisa gaya dalam baik gaya momen (M), gaya
lintang/geser (D) maupun gaya Torsi (T). Penulangan dilakukan
berdasarkan gaya dalam maksimum yang dihasilkan dari analisa gaya
dalam. Untuk menghasilkan gaya dalam yang maksimum sesuai yang
diinginkan maka perlu dibuat kombinasi pembebanan sesuai dengan
fungsi struktur, lokasi dan perilaku beban yang kemungkinan akan terjadi
terhadap struktur yang dianalisa. Adapun beberapa kombinasi
pembebanan bisa dilihat pada SNI 03-2847-2002 pasal 11.2

Struktur Beton I 3- 4
a. U = 1,4D (3-1)
b. U = 1,2D + 1,6L+ 0,5(A atau R) (3-2)
c. U = 1,2D + 1,0L ± 1,6W +0,5(A atau R) (3-3)
d. U = 0,9D ± 1,6W (3-4)
e. U = 1,2D + 1,0L ± 1,0E (3-5)
f. U = 0,9D ± 1,0E (3-6)
g. U = 1,4(D + F) (3-7)
h. U = 1,2(D + T) + 1,6L + 0,5(A atau R) (3-8)

Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L, dan W, kuat


perlu U tidak boleh kurang dari persamaan (3-2), yaitu :
U = 1,2D + 1,6L + 0,5(A atau R)
dimana :
D = beban mati
L = beban hidup
A = beban atap
R = beban hujan
W = beban angin
E = beban gempa
T = beban kombinasi suhu, rangkak, susut dan perbedaan penurunan

3.3 KONDISI PERENCANAAN

Kondisi perencanaan sendiri dibagi atas beberapa bagian :


a. Kondisi balanced
(εs = εy, As = Asb, ρ = ρb, fs = fy, εcu = 0,003)

Tulangan tarik mulai leleh tepat pada saat beton mencapai regangan
batasnya dan akan hancur karena tekan. Pada awal terjadinya
keruntujuan, regangan tekan yang diijinkan pada serat tepi yang

Struktur Beton I 3- 5
tertekan 0,003, sedangkan regangan baja sama dengan regangan
lelehnya yaitu εy = fy/Es.
Apabila akan dilakukan perencaanaan struktur dengan kondisi
balanced mempunyai pengertian bahwa tegangan baja yang terjadi
sama dengan tegangan lelehnya atau dengan kata lain baja tarik
(tulangan tarik) tepat mencapai tegangan leleh. Untuk menjadikan
kondisi tersebut maka penulangan terpasang ( ρ pada struktur
rencana sedemikian rupa direncanakan sama dengan ρbalanced dengan
xrencana juga sebesar xbalanced. Dengan kata lain juga bisa disampaikan
bahwa struktur yang direncanakan dalam kondisi balanced akan
menjadikan lelehnya tulangan tarik bersamaan dengan hancurnya
beton.

0,003 600
xb = (d ) = (d ) (3-9)
fy 600 + f y
0,003 +
200.000

εcu=0.003 0.85fc'

xb ab=β1.xb Cc'

h d

As T=As.fy

εs=εy=fy/Es
b

Gambar 3.2 Diagram tegangan regangan pada kondisi balanced

εs 0,003
⇔ =
(d − xb ) xb

Struktur Beton I 3- 6
⇔ ε s = 0,003
(d − xb )
xb

⇔ f s = 600
(d − xb )
xb


εy
=
(d − xb )
0,003 xb

⎛d ⎞
⇔ ε y = 0,003⎜⎜ − 1⎟⎟
⎝ xb ⎠
0,003d
⇔ = ε y + 0,003
xb
0,003d E
⇔ xb = x s
ε y + 0,003 Es
600
⇔ xb = d
f y + 600

⇔ ab = β1.xb

⎧⎪ 600 ⎫⎪
⇔ ab = β1.⎨ d⎬
⎪⎩ 600 + f y ⎪⎭

⇔ 0,85. f c '.b.ab = ρ .b.d . f y

0,85.f c '.β1 ⎛⎜ 600 ⎞⎟


⇔ ρb = (3-10)
fy ⎜ 600 + f ⎟
⎝ y ⎠

dengan ketentuan :
β1 = 0,85 fc’ ≤ 30Mpa (3-11)
β1 = 0,85 – 0,05((fc’+7) – 30) fc’ > 30 Mpa (3-12)
Akan tetapi β1 tidak boleh diambil kurang dari 0,65

Struktur Beton I 3- 7
b. Kondisi Under Reinforced
(εs > εy, As < Asb, ρ < ρb, fs = fy, εcu = 0,003)

Keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh pada tulangan tarik.


Tulangan ini terus bertambah panjang dengan bertambahnya
regangan (εs) diatas regangan leleh (εy)

Untuk perencanaan pada kondisi undereinforced sedemikian rupa


dibuat xrencana lebih kecil dari xbalanced, dengan ρpasang lebih kecil dari
ρbalanced sehingga jumlah tulangan relatif sedikit sehingga tulangan
akan meleleh sebelum beton hancur, yang menghasilkan suatu
ragam keruntuhan daktail (ductile) dengan deformasi besar.

c. Kondisi Over Reinforced


(εs < εy, As > Asb, ρ >ρb, fs = fy, εcu = 0,003)

Kehancuran ditandai dengan hancurnya beton yang tertekan. Pada


awal keruntuhan, regangan baja (εs) yang terjadi masih lebih kecil
dari pada regangan lelehnya (εy)

Pada kondisi ini tulangan terpasang relatif banyak yang akan


menyebabkan tulangan untuk tetap berada pada kondisi elastis pada
saat terjadinya kehancuran beton, yang menghasilkan ragam
keruntuhan getas (brittle)

Struktur Beton I 3- 8
εcu=0.003 0.85fc'

xb ab=β1.xb Cc'

h d

As T=As.fy
εs<εy
εs=εy=fy/Es
b
εs>εy

Gambar 3.3 : Diagram tegangan regangan pada 3 kondisi perencanaan

Struktur Beton I 3- 9
BAB IV
ANALISA LENTUR PENAMPANG PERSEGI

4.1 DASAR TEORI

Sebagaimana diketahui bahwa metode perencanaan yang


dipakai saat ini khususnya yang dituangkan didalam Peraturan beton
(SNI 03–2847–2002) adalah metode kekuatan batas (Ultimit)
mengacu terhadap ACI yang sebenarnya sudah membahas metode
kekuatan batas ini sejak peraturan ACI 1956.

Secara mendasar metode kekuatan batas disini adalah dengan jalan


mengalikan beban kerja dengan faktor tertentu (λ) seperti tertuang
dalam persamaan 3.1 sampai dengan 3.8 untuk mencakup
kemungkinan pelampauan beban dan variasi dari pemisalan yang
digunakan didalam perencanaan. Kekuatan rencana (Kekuatan ultimit)
dari suatu penampang diperoleh dengan jalan mengalikan kekuatan
nominal dengan suatu faktor reduksi kekuatan (φ) untuk
memperhitungkan variasi yang merugikan dari kekuatan bahan,
pengerjaan, dimensi, pengendalian dan tingkat pengawasan,
sekalipun semuanya masih dalam batas toleransi yang dapat diterima.

Sebagai dasar dari perhitungan kekuatan nominal (teoritis) dibahas


oleh F Stussi pada tahun 1932 yang menunjukkan distribusi dari
tegangan tekan untuk suatu balok yang telah mencapai kekuatan
teoritis (nominal) nya seharusnya memiliki bentuk umum seperti
diperlihatkan di dalam gambar 4.1.

C merupakan penjumlahan tegangan-tegangan tekan yang bekerja


pada daerah tekan beton sebesar

C = k1.k3 . f c '.x.b (4.1)

Struktur Beton I 4- 1
εcu=reg. hancur k3.fc'

k2.x

ab=β1.xb Cc'
xb
d
h

As T=As.fy

εs=εy=fy/Es
b

(a) Balok bertulangan (b) Kondisi regangan (c) kondisi tegangan Tunggal
bila Mn tercapai Bila Mn tercapai
Gambar 4.1 : Kondisi kekuatan lentur nominal Mn tercapai

sedangkan gaya taik T akibat tulangan tarik sebesar

T = As . f y (4.2)

Keseimbangan mengharuskan C = T, sehingga

As . f y
x= (4.3)
k1.k3 . f c '.b
sehingga kekuatan lentur nominal bisa dihitung

M n = As . f y (d − k2 .x ) (4.4)

dengan substitusi x maka diperoleh

⎛ k A f ⎞
M n = As . f y ⎜⎜ d − 2 s y ⎟⎟ (4.5)
⎝ k1.k3 . f c '.b ⎠
Besarnya k2/(k1.k3) berkisar antara 0,55 dengan 0,63

4.2 DISTRIBUSI TEGANGAN PERSEGI DARI WHITNEY

Pada tahun 1930-an Whitney menyarankan penggunaan dari


suatu distibusi tegangan tekan pengganti yang berbentuk persegi

Struktur Beton I 4- 2
yang lebih sederhana dari distribusi tegangan sebelumnya yang
berbentuk parabola.

k3.fc' 0.85fc'
k2.x a/2

x Cc' a=β1.x Cc'


d
h

As T=As.fy T=As.fy

(a) Balok (b) Kondisi tegangan (c) Distribusi tegangan


sebenarnya persegi dari whitney
Gambar 4.2 : Distribusi tegangan whitney

Seperti tercantum pada gambar 4.2 dipakai tegangan persegi dengan


besar rata-rata 0,85.fc’ dengan tinggi a = β1.x , sedemikian hingga a/2
= k2.x. Menurut ACI 318-99M chapter 10 besarnya β1 ditetapkan
sebagai berikut :
β1 = 0,85 untuk fc’ ≤ 30 MPa
β1 = 0,85 – 0,05((fc’+7) – 30) untuk fc’ > 30 MPa
tetapi nilai β1 tidak boleh diambil kurang dari pada 0,65 (ACI
10.2.7.3)

Dengan menggunakan tegangan persegi ekivalen, kekuatan lentur Mn


dapat diperoleh dengan menggunakan gambar 4.2 sebagai berikut :

C = 0,85. f c '.b.a (4.6)

T = As . f y (4.7)

dengan menggunakan prinsip keseimbangan dengan memisalkan


tulangan mencapai leleh ebelum hancurnya beton maka didapatkan

Struktur Beton I 4- 3
As . f y
a= (4.8)
0,85. f c '.b

⎛ a⎞
M n = As . f y ⎜ d − ⎟ (4.9)
⎝ 2⎠
Substitusi persamaan (4.8) kedalam persamaan (4.9) didapatkan

⎛ A .f ⎞
M n = As . f y ⎜⎜ d − 0,59 s y ⎟⎟ (4.10)
⎝ f c '.b ⎠

4.3 LENTUR TULANGAN TUNGGAL

Pada dasarnya lentur tulangan tunggal memiliki pengertian


tulangan terpasang hanya pada daerah yang mengalami tarik
sedangkan pada daerah yang mengalami tekan hanya dipasang
tulangan praktis.

Penerapan lentur tulangan tunggal bisa pada elemen balok bisa juga
untuk elemen pelat.

Persamaan kekuatan momen tulangan tunggal mengacu terhadap


gambar 4.3 adalah sebagai berikut :

Cc '= 0,85. f c '.a.b (4.11)

T = As . f y (4.12)

Cc ' = T (4.13)

As . f y
a= (4.14)
0,85. f c '.b

⎛ a⎞
M n = Cc ' atauT ⎜ d − ⎟ (4.15)
⎝ 2⎠

Struktur Beton I 4- 4
Dalam bentuk lain persamaan (4.3) dapat dituliskan

0,85. f c '.a.b = ρ .b.d . f y

⎛ fy ⎞
a = ρ .⎜⎜ ⎟⎟d (4.16)
⎝ 0,85. f c ' ⎠
Substitusi persamaan (4.16) kedalam persamaan (4.15) diperoleh

⎛ ρ ⎛ f y ⎞ ⎞⎟
M n = ρ .b.d . f y ⎜⎜ d − ⎜⎜ ⎟⎟d
⎟ (4.17)
⎝ 2 ⎝ 0,85. f c ' ⎠ ⎠
dengan membagi persamaan (4.17) dengan bd2 didapatkan koofisien
lawan (coefficient of resistance) yang dinyatakan dengan Rn dan
menuliskan

fy
m=
0,85. f c '
kemudian

Mn ⎛ 1 ⎞
Rn = = ρ . f y ⎜1 − ρ .m ⎟ (4.18)
⎝ 2 ⎠
2
b.d
dengan memecahkan persamaan pangkat dua pada persamaan (4.18)
maka didapatkan kebutuhan tulangan tarik

1 ⎛⎜ 2.m.Rn ⎞

ρ= 1− 1− (4.19)
m⎝ ⎜ fy ⎟

εcu=0.003 0.85fc'

xb ab=β1.xb Cc'
d
h

As T=As.fy

εs=εy=fy/Es
b

Gambar 4.3 : Lentur tulangan tunggal

Struktur Beton I 4- 5
Cc’ dalam hal ini merupakan gaya yang disebabkan oleh bagian beton
yang mengalami tekan, T adalah gaya yang ditimbulkan akibat
adanya tulangan tarik terpasang sedangkan a merupakan tinggi blok
tertekan untuk elemen beton yang mengalami tekan.

Contoh :
Rencanakan penulangan lentur balok kantilever pada potongan I-I
seperti tergambar

P
q
I
600

I
1.5 m d'=40 mm

300

Adapun dipersyaratkan mutu beton (fc’) = 22.5 MPa, Mutu baja (fy) =
400 MPa. Balok kantilever dibebani beban mati merata (qD) = 4 t/m’
(belum termasuk berat sendiri balok), beban hidup merata (qL) = 2
t/m’. Seperti tampak dalam gambar ada beban terpusat mati di ujung
balok kantilever (PD) = 3 t, sedangkan beban terpusat di ujung balok
kantilever (PL) = 1,5 ton. Berat jenis beton (BJ) = 2400 kg/m3

Penyelesaian :
Perhitungan beban :
Beban mati : BS balok 0,30 x 0,6 x 2400 = 432 kg/m’
qD 4000 = 4000 kg/m’
Total qD = 4432 kg/m’
PD = 3000 kg
Beban hidup qL = 2000 kg/m’
PL = 1500 kg
q(ult) = 1,2.4432 + 1,6.2000 = 8518,4 kg/m’

Struktur Beton I 4- 6
Perhitungan momen :
M(ult) = 8518,4 x 1,5 x 1,5/2 = 9583,2 kg-m’
= 3000 x 1,2 x 1,5 = 5400 kg-m’
= 1500 x1,6 x 1,5 = 3600 kg-m’
M(ult) = 18583,2 kg-m
= 185.832.000 N-mm

185.832.000
Mn = = 232.290.000 N − mm
0,8
d = 600 – 40 – 10 – 19/2 =540,5 mm

232.290.000
Rn = = 2,65
300 x540,52
0,85 x0,85 x 22,5 ⎛ 600 ⎞
ρb = ⎜ ⎟ = 0,0244
400 ⎝ 600 + 400 ⎠
ρ max = 0,75 x0,0244 = 0,0183
1,4
ρ min = = 0,0035
400
400
m= = 20,915
0,85 x 22,5

1 ⎛⎜ 2.20,915.2,65 ⎞⎟
ρ= 1− 1− = 0,0072
20,915 ⎜⎝ 400 ⎟

ρmin < ρ < ρmax
As = 0,0072 x 300 x 540,5 =1167,5 mm2
1167,5
n= = 4,12buah pasang 5 buah
0,25 xπx19 2
Kontrol :
300 − 40 − 40 − 10 − 10 − (5 x19)
1. jarak = 26,25mm > 25mm
4
2. Kemampuan penampang

Struktur Beton I 4- 7
As(aktual) = 5 x0,25 xπx19 2 = 1417,64mm 2
d(aktual) = 600 – 40 –10 –19/2 = 540,5 mm

1417,64 x 400
a= = 98,83mm
0,85 x 22,5 x300
⎛ 98,83 ⎞
M n = 0,85 x 22,5 x98,83 x300⎜ 540,5 − ⎟ = 278.463.426,5 Nmm
⎝ 2 ⎠
M n = 278.463.426,5 N − mm > Mn = 232.290.000 N − mm
Gambar Sketsa :
5D19

600
2D19

300

4.4 LENTUR TULANGAN RANGKAP

Definisi : Lentur tulangan rangkap merupakan salah satu


metoda atau cara perencanaan tulangan lentur yang mana
kemampuan penampang untuk memikul lentur merupakan kombinasi
dari tulangan tarik (As) dan tulangan tekan (As’) dikalikan lengannya.

Adapun langkahnya bisa dilakukan dengan melakukan coba-coba garis


netral (x) sampai dengan tulangan tarik sudah tidak mampu lagi
untuk memikul momen akibat beban luar, sehingga diperlukan adanya
tulangan tekan.

Struktur Beton I 4- 8
εcu=0.003 0.85fc' 0.85fc'

Cs'
As' xb ab=β1.xb
Cc'
d
h

As T1=As.fy T=As.fy

εs=εy=fy/Es
b

(a) Penampang tulangan (b) Diagram (c) Diagram (d) Diagram


rangkap regangan tegangan tegangan
Gambar 4.4 : Diagram tegangan regangan lentur tulangan rangkap

Didalam perencanaan tulangan rangkap ini pada prinsipnya


penampang beton yang tertekan dibuat sekecil mungkin dengan cara
membuat posisi garis netral yang letaknya lebih mendekati pada
tulangan tekan atau As’ dengan tetap memperhatikan komposisi
tulangan tarik (As) dan tulangan tekan (As’)

Seperti terlihat pada gambar 4.4. (c) sebenarnya merupakan


komponen tegangan tulangan tunggal dengan komponen beton
tertekan Cc’ dan komponen tulangan tarik T1 dengan tetap
memperhatikan prinsip keseimbangan bahwa Cc’ sama dengan T1
atau dalam arti lain dapat dituliskan persamaan matematikanya
sebagai berikut :

Cc ' = T1 (4.20)

0,85. f c '.a.b = Asc . f y (4.21)

adapun kemampuan penampang untuk memikul momen tulangan


tunggal

⎛ a⎞
M n1 = Cc ' ⎜ d − ⎟ (4.22)
⎝ 2⎠

Struktur Beton I 4- 9
Apabila ternyata kemampuan penampang tulangan tunggal seperti
tertuang pada persamaan 4.22 tidak mampu memikul momen yang
terjadi yang diakibatkan beban luar dan beban dirinya sendiri maka
diperlukan bantuan tulangan tekan seperti terlihat pada gambar
4.4.(d). Dalam hal ini juga berlaku prinsip keseimbangan yang mana
Cs’ sama dengan T2 atau dapat dituliskan

Cs ' = T2 (4.23)

apabila tulangan tekan leleh maka,

As '. f y = Ass . f y 4.24)

kemampuan pikul momen bila tulangan tekan leleh,

M n2 = Ass . f y (d − d ") (4.25)

apabila tulangan tekan tidak leleh maka,

As '. f s ' = Ass . f y (4.26)

kemampuan pikul terhadap momen bila tulangan tekan tidak leleh,

M n2 = Ass . f s ' (d − d ") (4.27)

kemapuan total penampang yang direncanakan tulangan rangkap


untuk memikul momen merupakan penjumlahan kemampuan momen
akibat penampang beton tertekan Cc’ dengan akibat tulangan tekan
Cs’ sehingga,

M n = M n1 + M n2 (4.28)

Adapun tinggi blok beton tertekan bisa diperoleh dengan,

C =T (4.29)

C = Cc '+Cs ' (4.30)

T = T1 + T2 (4.31)

dengan menyelesaikan persamaan 4.29 diperoleh,

Struktur Beton I 4- 10
( As − As ') f y
a= (4.32)
0,85. f c '.b
atau,

As . f y − As ' f s '
a= (4.33)
0,85. f c '.b
Adapun langkah perencanaan tulangan rangkap sebagai berikut:
1. Ambil suatu harga x ≤ 0,75 Xb

600
xb = .d
600 + f y
2. Ambil Asc berdasarkan x Rencana

0,85.β1. fc'.b.x
Asc =
fy
3. Hitung Mnc

⎛ β .x ⎞
M nc = Asc . f y ⎜ d − 1 ⎟
⎝ 2 ⎠
4. Hitung Mn – Mnc
Apabila : Mn – Mnc > 0 Perlu tulangan tekan
Mn – Mnc ≤ 0 Tidak perlu tulangan tekan
5. Bila perlu tulangan tekan maka

M n − M nc
Cs ' = T2 =
(d − d ")
6. Kontrol tulangan tekan leleh

⎛ d" ⎞
f s ' = ⎜1 − ⎟600 ≥ f y leleh fs’ = fy
⎝ x⎠
⎛ d" ⎞
f s ' = ⎜1 − ⎟600 < f y tidak leleh fs’ = fs’
⎝ x⎠
7. Hitung tulangan tekan perlu dan tulangan tarik tambahan

Struktur Beton I 4- 11
Cs ' T2
As ' = Ass =
( f s '−0,85. f c ') fy
8. Tulangan perlu
As = Asc + Ass
As’ = As’
9. Kontrol kekuatan
φ.Mn ≥ Mu

Contoh :
Rencanakan penulangan lentur balok kantilever pada
potongan I-I seperti tergambar

P
q
I
600

I
1.5 m d'=40 mm

300

Adapun dipersyaratkan mutu beton (fc’) = 22.5 MPa, Mutu baja (fy) =
400 MPa. Balok kantilever dibebani beban mati merata (qD) = 4 t/m’
(belum termasuk berat sendiri balok), beban hidup merata (qL) = 2
t/m’. Seperti tampak dalam gambar ada beban terpusat mati di ujung
balok kantilever (PD) = 3 t, sedangkan beban terpusat di ujung balok
kantilever (PL) = 1,5 ton. Berat jenis beton (BJ) = 2400 kg/m3

Penyelesaian :
Perhitungan beban :
Beban mati : BS balok 0,30 x 0,6 x 2400 = 432 kg/m’
qD = 4000 kg/m’
Total qD = 4432 kg/m’
PD = 3000 kg

Struktur Beton I 4- 12
Beban hidup qL = 2000 kg/m’
PL = 1500 kg
q(ult) = 1,2.4432 + 1,6.2000 = 8518,4 kg/m’

Perhitungan momen :
M(ult) = 8518,4 x 1,5 x 1,5/2 = 9583,2 kg-m
= 3000 x 1,2 x 1,5 = 5400 kg-m’
= 1500 x1,6 x 1,5 = 3600 kg-m’
M(ult) =18583,2 kg-m
= 185.832.000 N-mm
d’ = 600 – 40 – 10 –19/2 = 540,5 mm (prediksi)

600
xb = .540,5 = 324,3mm
600 + 400

x direncanakan 85 mm

0,85.0,85.22,5.300.85
Asc = = 1036,3mm 2
400
⎛ 0,85.85 ⎞
M nc = 1036,3.400⎜ 540,5 − ⎟ = 209.080.775,5 N − mm
⎝ 2 ⎠
185.832.000
M n − M nc = − 209.080.775,5
0,8
M n − M nc = 23.209.224,5 N − mm
M n − M nc 23.209.224,5
Cs ' = T2 = = = 48.252,02 N
(d − d ") (540,5 − 59,5)
⎛ 59.5 ⎞
f s ' = ⎜1 − ⎟600 = 180MPa < f y = 400 MPa tidak leleh
⎝ 85 ⎠
48.252,02
As ' = = 299,93mm 2
(180 − 0,85.22,5)

Struktur Beton I 4- 13
48.252,02
Ass = = 120,63mm 2
400
Sehingga :
As = 1036,3 + 120,63 = 1156,93 mm2
As’ = 299,93 mm2
1156,93
n= = 4,08bh pasang 5 buah
0,25 x3,14 x19 2
Kontrol :
300 − 40 − 40 − 10 − 10 − (5 x19)
1. jarak = 26,25mm > 25mm
4
2. Kemampuan penampang

As(aktual) = 5 x0,25 xπx19 2 = 1417,64mm 2


As’ (Aktual) = 2 × 0,25 × π × 19 2 = 567,06mm 2
d(aktual) = 600 – 40 –10 –19/2 = 540,5 mm

(1417,64.400 − 567,06.180)
a= = 81.04mm
0,85 x 22,5 x300
⎛ 81,04 ⎞
M n = 0,85 x 22,5 x81,04 x300⎜ 540,5 − ⎟
⎝ 2 ⎠
= +567,06.180(540,5 − 59,5)
M n = 281.570.255,5 N − mm > M n = 232.290.000 N − mm
Gambar Sketsa :
5D19

600
2D19

300

Struktur Beton I 4- 14
BAB V
ANALISA LENTUR PENAMPANG T

5.1 DEFINISI

Suatu penampang balok boleh dianggap balok T


apabila bagian sayap mengalami tekan.
beff

tf

garis netral
tekan

tarik

bw

Gambar 5.1 : Penampang T dalam lentur

5.2 LEBAR SAYAP EFEKTIF (beff)

beff beff beff

tf

gn

bw 2bo bw 2bo bw

Gambar 5.2 : Lebar efektif balok T tepi dan tengah

Struktur Beton I 5-1


beff

tf

gn
h tekan

tarik

bw

Gambar 5.3 : Lebar efektif balok T tunggal

Sesuai dengan SNI 03 2847 2002 pasal 10.10 dijabarkan bahwa


lebar efektif (beff) sebagai berikut :
Lebar efektif
No
Balok T tepi Balok T tengah

1. beff < 1/12 L0 beff < 1/4 L0

2. beff < bw + 6 hf beff < bw + 16 hf

3. beff < bw + b0 beff < bw + 2b0


Balok T Tunggal
1. beff ≤ 4 bw
2. tebal sayap tf ≥ ½ bw

Struktur Beton I 5-2


5.3 PEMERIKSAAN PENAMPANG BERBENTUK T
TERHADAP LENTUR

Di dalam perhitungan kekuatan penampang Balok T posisi


garis netral akan sangat menentukan apakah daerah tekan akan
berbentuk T atau persegi. Penggunaan distribusi tegangan
persegi dari Whitney mengandung arti bahwa kekuatan balok
akan sama dengan kekuatan balok persegi dengan lebar b = be
selama tinggi blok tertekan dari penampang beton “ a “ tidak
melebihi tebal sayap “ ts “
Balok T pada prinsipnya didasarkan pada posisi garis netral
dibedakan lagi atas :
1. Balok T Asli
2. Balok T Palsu
Disebut balok T Asli apabila posisi garis netral “ x “ berada pada
badan balok atau lebih besar dari tebal sayap “ ts “ atau dapat
dinyatakan pula,

x > ts (5.1)

sedangkan balok T disebut T palsu apabila garis netral berada


lebih kecil atau sama dengan tebal sayap “ ts “ atau,

x ≤ ts (5.2)

Struktur Beton I 5-3


5.3.1 Balok T Palsu ( x ≤t)
beff
εc'=0.003 0.85fc'
a C
tf x

As T
εs=εy
bw

Gambar 5.4 : Analisa penampang T palsu


Penampang beton yang mengalami tekan yang digambarkan
sebagai gaya tekan “ C “,

C = 0,85. f c '.be .a (5.3)

sedangkan akibat tulangan tarik digambarkan sebagai gaya


tarik “ T “,

T = As . f y (5.4)

dengan menggunakan prinsip keseimbangan maka C = T


diperoleh tinggi blok beton yang mengalami tekan,

As . f y
a= (5.5)
0,85. f c '.be
Kekuatan penampang balok T palsu untuk memikul gaya dalam
yang terjadi,

⎛ a⎞
M n = C⎜ d − ⎟ atau (5.6)
⎝ 2⎠
⎛ a⎞
Mn = T⎜d − ⎟ (5.7)
⎝ 2⎠

Struktur Beton I 5-4


5.3.2 Balok T Asli ( x >t)
0.85fc'
beff
εc'=0.003

2 2 tf C2
1 x a
C1
h gn

As T
εs=εy
bw

Gambar 5.5 : Analisa penampang T Asli


Penampang beton yang mengalami tekan pada bagian sayap
(2) yang digambarkan sebagai gaya tekan “ C2 “,

C2 = 0,85. f c '.(be − bw ).t (5.8)

Penampang beton yang mengalami tekan pada bagian badan


(1) yang digambarkan sebagai gaya tekan “ C1 “,

C1 = 0,85. f c '.bw .a (5.9)

Gaya tekan total yang terjadi,

C = C1 + C2 (5.10)

sedangkan akibat tulangan tarik digambarkan sebagai gaya


tarik “ T “,

T = As . f y (5.11)

dengan menggunakan prinsip keseimbangan maka C = T


diperoleh tinggi blok beton yang mengalami tekan,

As. f y ⎛b ⎞
a= − ⎜⎜ e − 1⎟⎟t (5.12)
0,85. f c '.bw ⎝ bw ⎠

Struktur Beton I 5-5


Kekuatan penampang balok T asli untuk memikul gaya dalam
yang terjadi,

⎛ a⎞ ⎛ t⎞
M n = C1 ⎜ d − ⎟ + C2 ⎜ d − ⎟ (5.13)
⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠
contoh soal 5.1:
Tentulanlah kekuatan momen nominal Mn dalam bentang dari
balok lantai (gambar 5.6) dengan tebal sayap 110 mm dengan
dimensi 350 x 600 mm. Tulangan tarik terpasang adalah 10 D
25 dengan tinggi efektif 512,5 mm. Lebar efektif 1981 mm,
Panjang bentang balok 6500 mm. Mutu beton dipakai fc’ = 22,5
MPa, dengan mutu baja fy = 320 MPa.
beff=1500
εc'=0.003 0.85fc'
a C
tf=110 mm x

600 mm
10 D 25
T
εs=εy
350 mm

Gambar 5.6 : Penampang T untuk contoh soal 5.1


Penyelesaian :
Diketahui :

As = 0,25.π .252.10 = 4908,7 mm 2


be = 1800 mm

t s = 110mm

d = 512,5mm
(a) Tentukan apakah tergolong T Asli atau T palsu

Struktur Beton I 5-6


4908,7.320
a= = 45,63mm
0,85.22,5.1800
45,63
x= = 53,7 mm
0,85

x < t s Æ tergolong T Palsu


(b) Perhitungan kekuatan
C = 0,85.22,5.1800.45,63 = 1.570.812,75 N

⎛ 45,63 ⎞
M n = 1.570.812,75⎜ 512,5 − ⎟ = 769 .203.441,5 N − mm
⎝ 2 ⎠

Struktur Beton I 5-7


BAB VI
KEKUATAN GESER
DAN TULANGAN GESER

6.1 UMUM

Salah satu jenis keruntuhan yang kemungkinan terjadi pada


elemen struktur adalah keruntuhan geser (Shear Failure) yang dalam
hal ini keruntuhan geser didifinisikan sebagai keruntuhan tarik di
arah retak miring. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan geser
dan pembentukan dari retak miring adalah begitu banyak dan rumit
sehingga suatu kesimpulan yang pasti mengenai mekanisme yang
betul dari retak miring akibat geser yang tinggi, sangat sukar untuk
ditetapkan. Bresler dan MagGregor memperkenalkan hubungan yang
sistematis mengenai konsep geser vertikal dan horisontal dan
kemungkinan terjadinya retak miring dan variable-variabel yang
mempengaruhi geser

V
ft (maks) = V

V V V

V V

Gambar 6.1 : Keadaan geser murni (yakni tidak ada


tegangan tekan atau tarik pada muka elemen

Struktur Beton I 6-1


6.2 PERILAKU BALOK AKIBAT GAYA GESER

Untuk kasus balok akibat adanya tegangan geser yang tinggi


akan mengakibatkan terjadinya retak miring. Untuk mencegah
pembentukan retak miring digunakan penulangan transversal yang
dikenal dengan penulangan geser, yang berbentuk sengkang
tertutup atau yang berbentuk U di arah vertikal atau miring untuk
menutupi penulangan memanjang utama di sekeliling muka balok.

Retak garis lentur


Retak sekunder

Retak permulaan

V vcz = tahanan geser


C va = gaya saling
ikat agregat
Va (geser
T
permukaan)
V
vd = gaya pasak

Gambar 6.2 : Perilaku geser pada elemen lentur

Perlawanan geser setelah terjadi retak miring :


1. Perlawanan geser beton yang belum retak, Vcz
2. Gaya ikat (interlock) antara agregat atau tranfer geser antar
permukaan
3. Aksi pasak (dowel action), Vd
4. Aksi pelengkung (arch action) -Æ Khusus balok tinggi
5. Perlawanan tulangan geser, Vs (bila ada)

Adapun fungsi tulangan geser (sengkang/beugel) adalah :


1. Memikul sebagian gaya geser, Vs
2. Melawan pertumbuhan geser miring dan ikut menjaga
terpeliharanya lekatan/geseran antara agregat

Struktur Beton I 6-2


3. Mengikat batang tulangan memanjang untuk tetap di posisinya
4. Aksi pasak pada beton dan aksi ikatan (confinement) sengkang
meningkatkan kekuatan.

(a) Balok dengan sengkang


Tulangan beton Tarikan pada tul. geser

Tarikan pada tul. lentur

(b) Aksi rangka batang dalam beton


Gambar 6.3 : Filosofi tulangan geser

Kekuatan geser Nominal beton bertulang Vn pada dasarnya


merupakan kombinasi kekuatan antara geser yang mampu dipikul
beton Vc dengan kekuatan geser yang mampu dipikul oleh baja
tulangan Vs atau dalam persamaan dapat dituliskan :

Vn = Vc + Vs (6.1)

dalam hal ini besarnya Vc menurut SNI 03-2847-2002 pasal 13.3(1)


adalah,

1
Vc = f c '.bw .d (6.2)
6
bila dihitung lebih rinci nilai Vc bisa diambil sebesar :

⎡1 ⎛ V .d ⎞⎤ (6.3)
Vc = ⎢ ⎜⎜ f c ' + 120 ρ w . u ⎟⎟⎥.bw .d ≤ 0,3 f c 'bw .d
⎣7 ⎝ M u ⎠⎦

Struktur Beton I 6-3


dimana :

As Vu .d
ρw = ; ≤1
b.d Mu
apabila pada suatu elemen struktur bekerja tekan aksial kemampuan
geser yang mampu dipikul beton adalah,

⎛ Nu ⎞1
Vc = ⎜1 + ⎟ f c '.bw .d (6.4)
⎜ 14. A ⎟6
⎝ g ⎠
Dimana N u Ag harus dinyatakan dalam Mpa.

bila dihitung lebih rinci nilai Vc,

⎡1 ⎛ V .d ⎞⎤ 0,3.N u (6.5)
Vc = ⎢ ⎜⎜ f c ' + 120 ρ w . u ⎟⎟⎥.bw .d ≤ 0,3 f c 'bw .d 1 +
⎣7 ⎝ M m ⎠⎦ Ag

dimana :

⎛ 4h − d ⎞
Mm = Mu − Nu ⎜ ⎟
⎝ 8 ⎠
Untuk komponen yang menerima gaya tarik aksial yang besar maka
besarnya Vc bisa diambil sebesar :

⎛ 0,3N u ⎞ 1
Vc = ⎜1 + ⎟ f c '.bw .d ≤ 0 (6.6)
⎜ A ⎟6
⎝ g ⎠
Nu dalam hal ini berharga negatif untuk tarik, sedangkan

N u Ag harus dinyatakan dalam Mpa.

Untuk komponen struktur bundar, luas yang digunakan untuk


menghitung Vc harus diambil sebagai hasil kali dari diameter dan
tinggi efektif penampang. Tinggi efektif penampang boleh diambil
sebagai 0,8 kali diameter penampang beton.
Adapun luas tulangan geser minimum yang harus terpasang menurut
SNI 03-2847-2002 pasal 13.5.5 adalah,

Struktur Beton I 6-4


bw .S
Av (min) = (6.7)
3. f y
sedangkan gaya geser minimum yang harus dimiliki oleh tulangan
geser,

1
Vs (min) = .bw .d (6.8)
3

6.3 PERSYARATAN PERENCANAAN TULANGAN GESER

Perencanaan tulangan geser pada dasarnya dibagi atas


beberapa kondisi sebagai berikut :
1. Vu ≤ 0,5.φ .Vc ......................... (Tidak perlu tulangan geser)
2. 0,5.φ .Vc < Vu ≤ φ .Vc .............. (Tulangan geser minimum)

bw .S 1
Av (min) = ; Vs (min) = .bw .d
3. f y 3
d
S maks ≤ dan S maks ≤ 600mm
2
3. φ .Vc < Vu ≤ φ (Vc + Vs min ) ......(Tulangan geser minimum)
bw .S 1
Av (min) = ; Vs (min) = .bw .d
3. f y 3
d
S maks ≤ dan S maks ≤ 600mm
2
⎛ ⎞
φ (Vc + Vs min ) < Vu ≤ φ ⎜Vc +
1
4. f c '.bw .d ⎟
⎝ 3 ⎠
..............................................(Perlu tulangan geser)

Av . f y .d
φ .Vs perlu = Vu − φ .Vc ; Vs =
S

Struktur Beton I 6-5


d
S maks ≤ dan S maks ≤ 600mm
2
⎛ 1 ⎞ ⎛ 2 ⎞
5. φ ⎜Vc + f c '.bw .d ⎟ < Vu ≤ φ ⎜Vc + f c '.bw .d ⎟
⎝ 3 ⎠ ⎝ 3 ⎠
.............................................(Perlu tulangan geser)

Av . f y .d
φ .V perlu = Vu − φ .Vc ; Vs =
S
d
S maks ≤ ; S maks ≤ 300mm
4
2
6. Vs > f c '.bw .d .................(Perbesar penampang)
3
Adapun prosedur perhitungan tulangan geser adalah sebagai
berikut:

Mulai

Rencana dimensi
bw, d

Hitung Vu

Cek kondisi
geser

Rencanakan penulangan

Selesai

Gambar 6.4 : Flow chart perhitungan penulangan geser

Struktur Beton I 6-6


Contoh :
Rencanakan penulangan geser balok kantilever pada potongan I-I
seperti tergambar

P
q
I
600

I
1.5 m d'=40 mm

300

Adapun dipersyaratkan mutu beton (fc’) = 22.5 MPa, Mutu baja (fy)
= 400 MPa. Balok kantilever dibebani beban mati merata (qD) = 4
t/m’ (belum termasuk berat sendiri balok), beban hidup merata (qL)
= 2 t/m’. Seperti tampak dalam gambar ada beban terpusat mati di
ujung balok kantilever (PD) = 3 t, sedangkan beban terpusat di ujung
balok kantilever (PL) = 1,5 ton. Berat jenis beton (BJ) = 2400 kg/m3,
Tinggi efektif (d) 540,5 mm.
Penyelesaian :
Perhitungan beban :
Beban mati : BS balok 0,30 x 0,6 x 2400 = 432 kg/m’
qD 4000 = 4000 kg/m’
Total qD = 4432 kg/m’
PD = 3000 kg
Beban hidup qL = 2000 kg/m’
PL = 1500 kg
q(ult) = 1,2.4432 + 1,6.2000 = 8518,4 kg/m’
Perhitungan momen :
V(ult) = 8518,4 x 1,5 = 12777,6 kg
= 3000 x 1,2 = 3600 kg
= 1500 x1,6 = 2400 kg
V(ult) = 18777,6 kg
= 187776 N

Struktur Beton I 6-7


1 1
Vc = f c '.bw .d = 22,5.300.540,5 = 128190,83 N
6 6
1
Vs min = .300.540,5 = 54050 N
3
1 1
Vs = f c '.bw .d = 22,5.300.540,5 = 256381 N
3 3
2 1
Vs = f c '.bw .d = 22,5.300.540,5 = 512763,32 N
3 3
Cek kondisi perencanaan geser :

1. Vu ≤ 0,5.φ .Vc
Vu = 187776 N > 0,5 x 0,75 x 128190,83 = 48071,56 N
............................................................(tidak memenuhi)

2. 0,5.φ .Vc < Vu ≤ φ .Vc


Vu = 187776 N > 0,75 x 128190,83 = 96143,12 N
...........................................................(tidak memenuhi)

3. φ .Vc < Vu ≤ φ (Vc + Vs min )


Vu = 187776 N

Vu > 0,75(128190,83 + 54050) = 136680,6 N


............................................................(tidak memenuhi)

⎛ ⎞
φ (Vc + Vs min ) < Vu ≤ φ ⎜Vc +
1
4. f c '.bw .d ⎟
⎝ 3 ⎠
Vu = 187776 N

Vu < 0,75(128190,83 + 256381) = 288428,87 N


............................................................(memenuhi)

φ .Vs perlu = Vu − φ .Vc

Struktur Beton I 6-8


187776
Vs perlu = − 128190,83 = 122177,17 N
0,75
direncanakan diameter tulangan geser 10 mm dengan sengkang 2
kaki

1
Av = 2. .π .102 = 157,08 mm 2
4
Sehingga jarak antar sengkang,

Av . f y .d 157,08 x 400 x540,5


S= = = 183,8 mm
Vs 184769,17
kontrol jarak spasi tulangan berdasarkan kriteria no. 4

d
S maks ≤ dan S maks ≤ 600mm
2

= 280 mm.................(ok )
560
S = 183,8 ≤
2
S = 183,8 ≤ 600 mm............................(ok )
Pasang φ10 − 150 mm
Sketsa

5D19

Ø10-150
600
2D19

300

Struktur Beton I 6-9


BABVII
PELAT

7.1 UMUM

Pelat merupakan salah satu elemen struktur yang secara


langsung menerima beban yang bekerja terutama beban mati dan
beban hidup yang akan bekerja pada sebuah struktur. Pelat dalam hal
ini dibagi atas beberapa bagian yang disebut “ Panel “. Yang disebut
Panel pada pelat adalah luasan tertentu pada bagian pelat yang
dibatasi balok di sekelilingnya.

G B

B B B B

G B

(a) (b)
Gambar 7.1 Pelat satu arah dan Pelat dua arah
Apabila panjang panel ini besarnya dua kali lebar atau lebih
disebut Pelat satu Arah, yang mana hampir semua beban lantai
menuju balok-balok dan hanya sebagian kecil akan menyalur secara
langsung ke gelagar. Tulangan Utama untuk pelat satu arah sejajar
dengan gelagar dan tulangan susut sejajar dengan balok-balok.
Disebut sebagai Pelat dua arah apabila Perbandingan Panjang dengan
lebar Panel pelat kurang dari 2. Penyelesaian pelat satu arah dalam
hal ini sama dengan perhitungan balok, sedangkan untuk

Struktur Beton I 7-1


penyelesaian pelat 2 arah persyaratan baik ketebalan maupun
penulangan dijelaskan didalam SNI 03 2847 2002 pasal 15.
Dikenal juga beberapa jenis sistem struktur pelat sebagai
salah satu elemen struktur gedung yaitu :

(a) Pelat 2 arah dengan balok-balok penumpu

(b) Flat Plate

(c) Flat Slab

(d) Waffle Slab Æ pelat 2 arah dengan balok-balok joist


Gambar 7.2 : Jenis sistem struktur pelat

Struktur Beton I 7-2


7.2 KETENTUAN PERENCANAAN

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan di dalam


perencanaan Pelat meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Ketebalan pelat
Tebal pelat minimum dengan balok yang menghubungkan
tumpuan pada semua sisinya tidak boleh kurang dari nilai yang
didapat dari :
a. Untuk αm yang sama atau lebih kecil dari 0,2 maka tebal
minimum pelat harus memenuhi tabel 10 SNI 03 2847 2002
dan tidak boleh kurang dari nilai berikut :
¾ Pelat tanpa penebalan seperti yang didefinisikan dalam
15.3(7(1)) dan 15.3(7(2)) ...... 120 mm
¾ Pelat dengan penebalan seperti yang didefinisikan dalam
15.3(7(1)) dan 15.3(7(2)) ..... 100 mm

Gambar 7.3 : Sistem pelat dengan penebalan


b. Untuk αm lebih besar dari 0,2 tetapi tidak lebih dari 2,0,
ketebalan pelat minimum harus memenuhi

⎛ f ⎞
ln⎜⎜ 0,8 + y ⎟⎟
h= ⎝ 1500 ⎠ (Pers 16 SNI 03 2847 2002) (7.1)
36 + 5β [αm − 0,2]
tetapi tidak boleh kurang dari 120 mm
c. Untuk αm lebih besar dari 2, ketebalan pelat minimum tidak
boleh kurang dari

Struktur Beton I 7-3


⎛ fy ⎞
ln⎜ 0,8 + ⎟
h= ⎝
1500 ⎠
(Pers 17 SNI 03 2847 2002) (7.2)
36 + 9 β
Dan tidak boleh kurang dari 90 mm.
d. Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai
rasio kekakuan α tidak kurang atau sebagai alternatif
ketebalan minimum yang ditentukan persamaan 7.1 atau
persamaan 7.2 harus dinaikkan paling tidak 10 persen pada
panel dengan tepi yang tidak menerus.

dimana ln merupakan panjang bentang bersih, β adalah rasio dari


panjang tepi menerus terhadap parimeter total dari suatu panel
pelat, fy adalah tegangan leleh tulangan dan αm adalah nilai rata-
rata dari α untuk semua balok pada tepi dari suatu panel pelat.

I b Ecb
α= . (7.3)
I p Ecp
dimana,

Ib =
1
k .bw .h3 (7.4)
12
1 (7.5)
Ip = .b p .t 3
12
⎧ 3 ⎫
⎛ t ⎞ ⎛ t ⎞ ⎛ be ⎛ t ⎞ ⎞⎟ ⎪
2
⎡ be ⎤ ⎡ t ⎤ ⎪
1+ ⎢ − 1⎥ ⎢ ⎥ ⎨4 − 6⎜ ⎟ + 4⎜ ⎟ + ⎜ − 1⎜ ⎟ ⎬
⎣ bw ⎦ ⎣ h ⎦ ⎪ ⎝ h ⎠ ⎝ h ⎠ ⎜⎝ bw ⎝ h ⎠ ⎟⎠ ⎪
k= ⎩ ⎭ (7.6)
⎛ be ⎞⎛ t ⎞
1+ ⎜ − 1⎟⎜ ⎟
⎝ bw ⎠⎝ h ⎠

Ib merupakan momen inersia balok (beam), Is adalah momen


inersia pelat (slab), Ecb adalah modulus beton balok, Ecs adalah
modulus beton pelat, h adalah tinggi balok, bw adalah lebar
balok, k adalah tetapan tanpa dimensi di dalam fungsi dari
(be/bw) dan (t/h), be adalah lebar efektif, bw adalah lebar balok, t

Struktur Beton I 7-4


adalah tebal sayap dan h adalah tinggi balok. Harga-harga dari k
pada persamaan (7.6) disajikan pada tabel 7.1.

Tabel 7.1 Harga-harga k di dalam (be/bw) dan (t/h) pada


persamaan (7.6)
t/h

Be/ U 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
bw
2
n 1,222 1,328 1,366 1,372 1,375 1,396 1,454 1,565 1,743 2,000

3
t 1,407 1,564 1,605 1,608 1,625 1,694 1,844 2,098 2,477 3,000

4
u 1,564 1,744 1,777 1,781 1,825 1,956 2,212 2,621 3,209 4,000

k
Untuk memperoleh lebar efektif dalam hal ini pembaca diminta
mengacu uraian pada (5.2)

7.3 PENULANGAN PELAT

Sebagaimana dijelaskan didalam SNI 03-2487-2002 pasal


15.3 tentang penulangan pelat diuraikan sebagai berikut :
1. Luas tulangan pelat pada masing-masing arah dari sistem pelat 2
arah ditentukan dengan meninjau momen-momen pada
penampang kritis tapi tidak boleh kurang daripada yang
dipersyaratkan 9.12 SNI 03 2847 2002.
2. Spasi tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih daripada
2 kali tebal pelat kecuali untuk bagian pelat yang berada pada
daerah rongga, tulangan diadakan sesuai 9.12 SNI 03 2847 2002.
3. Tulangan momen positif yang tegak lurus tepi tak menerus harus
diteruskan hingga mencapai tepi pelat dan ditanam, dapat
dengan kaitan, minimum sepanjang 150 mm ke dalam balok tepi,
kolom atau dinding.
4. Tulangan momen negatif yang tegak lurus tepi tak menerus
harus dibengkokkan atau diangkur pada balok tepi, kolom atau

Struktur Beton I 7-5


dinding, sesuai dengan ketentuan mengenai panjang penanaman
pada pasal 14 SNI 03 2847 2002.
5. Bila pelat tidak memiliki balok tepi atau dinding pada tepi tak
menerus, atau pada pelat yang membentuk kantilever pada
tumpuan maka pengangkuran tulangan harus dilakukan didalam
pelat itu sendiri.
6. Pada pelat dengan balok yang membentang diantara kedua
tumpuannya, dan

I b Ecb
α= . > 1,0
I p Ecp
Ketentuan tulangan minimum elemen lentur :
1. Tulangan minimum terpasang todak boleh kurang dari :

fc '
As min = .bw.d
4 fy

Dan tidak boleh lebih kecil dari :


1,4
As min = .bw.d
fy

2. Sebagai alternatif, untuk komponen struktur yang besar dan


masif, luas tulangan yang diperlukan pada setiap penampang
positif atau negatif paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari
yang diperlukan berdasarkan analisis.
3. Untuk pelat dan fondasi telapak struktural dengan tebal seragam,
luas minimum tulangan tarik dalam arah bentang yan ditinjau
harus memenuhi kebutuhan tulangan untuk susut dan suhu
sesuai dengan pasal 9.12 SNI 03 2847 2002. Spasi maksimum
antar tulangan tersebut tidak boleh melebihi nilai terkecil dari 3
kali tebal pelat dan 450 mm.

Struktur Beton I 7-6


Contoh soal 7.1 Untuk contoh perencanaan pelat dua arah, hitunglah
perbandingan α dari kekakuan lentur dari balok memanjang terhadap
pelat di dalam portal kaku ekuivalen, untuk semua balok sekeliling
panel 1,2,3 dan 4 seperti terlihat pada gambar 7.4
(a) B1-B2. Dengan melihat Gambar 7.4, lebar efektif be untuk balok
B1-B2 merupakan yang terkecil dari :
1. be1 =
ln 726,44
= = 181,61cm
4 4

2. be2 = bw + 16t = 35,56 + 16(16,51) = 299,72cm

3. be3 = bw + 2bo = 35,56 + 2(363,22) = 762cm

dipakai be = 181,61 cm
be 181,61
= = 5,107
bw 35,56

t 16,51
= = 0,232
h 71,12

k = 2,87,

35,56(71,12 )3
I b = 2,87 = 3.063.764,84cm 4
12

Penerapan persamaan (7.4), dengan Ecb = Ecs

609,6.(16,51)3 = 228.615,11cm 4 α = E cb .I b = 3.063.764,84 = 13,4


1
Is =
12 E cs .I s 228.615,11

(b) B3-B4. Dengan melihat gambar 7.4 lebar efektif be untuk B3-B4
adalah merupakan bilangan terkecil dari :
1. be1 =
ln 726,4
= = 60,54cm
4 12

2. be2 = bw + 6t = 35,56 + 6(16,51) = 299,72cm

3. be3 = bw + bo = 35,56 + (363,22) = 398,78cm

dipakai be =60,54 cm
be 60,54
= = 1,7
bw 35,56

t 16,51
= = 0,23
h 71,12

k = 2,83,

Struktur Beton I 7-7


35,53.(71,12 )3
I b = 2,83 = 3.018.359,34cm 4
12
Penerapan persamaan (7.4), dengan Ecb = Ecs

Is =
1
(609,2 / 2)(16,51)3 = 114.307,56cm 4
12
E cb .I b 3.018.359,34
α= = = 26,41
E cs .I s 114.37,56

(c) B5-B6. Dengan melihat gambar (7.1), lebar efektif be untuk B5-B6
adalah yang terkecil dari :
1. be1 =
l n 579 ,12
= = 144 ,78cm
4 4

2. be2 = bw + 16t = 30,48 + 16(16,51) = 294,64cm

3. be3 = bw + 2bo = 30,48+ 2(289,56) = 609,6cm

dipakai be = 144,78 cm
be 144,78
= = 4,75
bw 30,48

t 16,51
= = 0,27
h 60,96

k = 2,74,

I b = 1.578.259,82cm 4 , I p = 285.768,89cm 4 , α = 5,52

Struktur Beton I 7-8


25'-0'' 25'-0''
B1 B2 α =13,4 α = 13,4

20'-0'' B8 3 4 B6 α = 10,79 3 α =5,52 4 α = 5,52


B6
B1 B2 α = 13,4 α = 13,4

20'-0'' B7 1 B5 2 B5 α = 10,79 1 α = 5,52 2 a= 5,52

B3 B4 α =26,41 α =26,41

be = 181.61 cm be = 35.5''

t = 6.5'' t = 6.5''

h = 28''
h-t = 21.5'' h-t = 21.5''

bw = 14'' bw = 14''

B1 = B2 cirian untuk proyeksi flens B3 = B4


(h-t)<4t

be = 57'' be = 29.5''

t = 6.5''

h = 24''
h-t = 17.5''

bw = 12'' bw = 12''

B5 =B6 B7 =B8

t (6,5 x 2,54)
= = 0,271
h (24 x 2,54)
k = 2,339,

(12 x 2,54)(24 x 2,54 )3


I b = 2,339 = 1.345.856,7cm 4
12

Gambar 7.4 Perhitungan dari harga-harga α dalam contoh soal 7.1

Struktur Beton I 7-9


(d) B7-B8. Dengan melihat gambar (7.1), lebar efektif be untuk
B7-B8 adalah yang terkecil dari :
Dengan cara yang sama diperoleh :
dipakai be = 48,26 cm

k = 2,78, I b = 1.542.062,42cm 4

Penerapan persamaan (7.4), dengan Ecb = Ecs

I s = 142.884,44cm 4

α = 10,79

Selanjutnya dilakukan perhitungan αm setiap tipe pelat. Perhitungan


αm pelat tipe 1 :
13,4 + 5,52 + 26,41 + 10,79
αm = = 14,03
4
Perhitungan αm pelat tipe 2 :
13,4 + 5,52 + 26,41 + 5,52
αm = = 12,71
4
Perhitungan αm pelat tipe 3 :
13,4 + 5,52 + 13,4 + 10,79
αm = = 10,78
4
Perhitungan αm pelat tipe 4 :
13,4 + 5,52 + 13,4 + 5,52
αm = = 9,46
4
Berdasarkan Gambar 7.5 maka struktur pelat diatas bisa diasumsikan
jepit penuh.

Struktur Beton I 7-10


Gambar 7.5 : Tebal minimum pelat

Struktur Beton I 7-11


Tabel 7.1
Momen di dalam pelat persegi yang menumpu pada keempat tepinya
akibat beban terbagi rata

ly/lx 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 >2,5
2
I Mlx = +0,001.q.lx .X 44 52 59 66 73 78 84 88 93 97 100 103 106 108 110 112 125

Struktur Beton I
lx 2
Mly = +0,001.q.lx .X 44 45 45 44 44 43 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 25

ly

2
II Mlx = +0,001.q.lx .X 21 25 28 31 34 36 37 38 40 40 41 41 41 42 42 42 42
2
lx Mly = +0,001.q.lx .X 21 21 20 19 18 17 16 14 13 12 12 11 11 11 10 10 8
2
Mtx = -0,001.q.lx .X 52 59 64 69 73 76 79 81 82 83 83 83 83 83 83 83 83
ly 2
Mty = -0,001.q.lx .X 52 54 56 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

2
III Mlx = +0,001.q.lx .X 28 33 38 42 45 48 51 53 55 57 58 59 59 60 61 61 63
2
lx Mly = +0,001.q.lx .X 28 28 28 27 26 25 23 23 22 21 19 18 17 17 16 16 13
2
Mtx = -0,001.q.lx .X 68 77 85 92 98 103 107 111 113 116 118 119 120 121 122 122 125
ly 2
Mty = -0,001.q.lx .X 68 72 74 76 77 77 78 78 78 78 79 79 79 79 79 79 79

2
IVA Mlx = +0,001.q.lx .X 22 28 34 42 49 55 62 68 74 80 85 89 93 97 100 103 125
lx 2
Mly = +0,001.q.lx .X 32 35 37 39 40 41 41 41 41 40 39 38 37 36 35 35 25
2
Mty = -0,001.q.lx .X 70 79 87 94 100 105 109 112 115 117 119 120 121 122 123 123 125
ly

2
IVB Mlx = +0,001.q.lx .X 32 34 36 38 39 40 41 41 42 42 42 42 42 42 42 42 42
2
lx Mly = +0,001.q.lx .X 22 20 18 17 15 14 13 12 11 10 10 10 9 9 9 9 8
2
Mtx = -0,001.q.lx .X 70 74 77 79 81 82 83 84 84 84 84 84 83 83 83 83 83
ly

7-12
Tabel 7.1
Momen di dalam pelat persegi yang menumpu pada keempat tepinya
akibat beban terbagi rata

2
Mlx = +0,001.q.lx .X

Struktur Beton I
VA 31 38 45 53 60 66 72 78 83 88 92 96 99 102 105 108 125
lx 2
Mly = +0,001.q.lx .X 37 39 41 41 42 42 41 41 40 39 38 37 36 35 34 33 25
2
Mty = -0,001.q.lx .X 84 92 99 104 109 112 115 117 119 121 122 122 123 123 124 124 125
ly

2
VB Mlx = +0,001.q.lx .X 37 41 45 48 51 53 55 56 58 59 60 60 60 61 61 62 63
2
lx Mly = +0,001.q.lx .X 31 30 28 27 25 24 22 21 20 19 18 17 17 16 16 15 13
2
Mtx = -0,001.q.lx .X 84 92 98 103 108 111 114 117 119 120 121 122 122 123 123 124 125
ly

2
VIA Mlx = +0,001.q.lx .X 21 26 31 36 40 43 46 49 51 53 55 56 57 58 59 60 63
lx 2
Mly = +0,001.q.lx .X 26 27 28 28 27 26 25 23 22 21 21 20 20 19 19 18 13
2
Mtx = -0,001.q.lx .X 55 65 74 82 89 94 99 103 106 110 114 116 117 118 119 120 125
ly 2
Mty = -0,001.q.lx .X 60 65 69 72 74 76 77 78 78 78 78 78 78 78 78 79 79

2
VIB Mlx = +0,001.q.lx .X 26 29 32 35 36 38 39 40 40 41 41 42 42 42 42 42 42
2
lx Mly = +0,001.q.lx .X 21 20 19 18 17 15 14 13 12 12 11 11 10 10 10 10 8
2
Mtx = -0,001.q.lx .X 60 66 71 74 77 79 80 82 83 83 83 83 83 83 83 83 83
ly 2
Mty = -0,001.q.lx .X 55 57 57 57 58 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

7-13
Tabel 7.2
Momen di dalam pelat persegi yang menumpu pada keempat tepinya
akibat beban terbagi rata

ly/lx 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 >2,5
2
I Mlx = 0,001.q.lx .X 44 52 59 66 73 78 84 88 93 97 100 103 106 108 110 112 125

Struktur Beton I
lx 2
Mly = 0,001.q.lx .X 44 45 45 44 44 43 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 25

ly

II Mlx = 0,001.q.lx2.X 36 42 46 50 53 56 58 59 60 61 62 62 62 63 63 63 63
lx -Mtx = 0,001.q.lx2.X 36 42 46 50 53 56 58 59 60 61 62 62 62 63 63 63 63
Mly = 0,001.q.lx2.X 36 37 38 38 38 37 36 36 35 35 35 34 34 34 34 34 13
ly -Mty = 0,001.q.lx2.X 36 37 38 38 38 37 36 36 35 35 35 34 34 34 34 34 38

2
III Mlx = 0,001.q.lx .X 48 55 61 67 71 76 79 82 84 86 88 89 90 91 92 92 94
2
lx -Mtx = 0,001.q.lx .X 48 55 61 67 71 76 79 82 84 86 88 89 90 91 92 92 94
2
Mly = 0,001.q.lx .X 48 50 51 51 51 51 51 50 50 49 49 49 48 48 47 47 19
ly 2
-Mty = 0,001.q.lx .X 48 50 51 51 51 51 51 50 50 49 49 49 48 48 47 47 56

2
IVA Mlx = 0,001.q.lx .X 22 28 34 41 48 55 62 68 74 80 85 89 93 97 100 103 125
lx 2
Mly = 0,001.q.lx .X 51 57 62 67 70 73 75 77 78 79 79 79 79 79 79 79 25
2
-Mty = 0,001.q.lx .X 51 57 62 67 70 73 75 77 78 79 79 79 79 79 79 79 75
ly

IVB Mlx = 0,001.q.lx2.X 51 54 57 59 60 61 62 62 63 63 63 63 63 63 63 63 63


lx -Mtx = 0,001.q.lx2.X 51 54 57 59 60 61 62 62 63 63 63 63 63 63 63 63 63
Mly = 0,001.q.lx2.X 22 20 18 17 15 14 13 12 11 10 10 10 9 9 9 9 13
ly

7-14
Tabel 7.2
Momen di dalam pelat persegi yang menumpu pada keempat tepinya
akibat beban terbagi rata

2
VA Mlx = 0,001.q.lx .X 31 38 45 53 59 66 72 78 83 88 92 96 99 102 105 108 125
2

Struktur Beton I
lx Mly = 0,001.q.lx .X 60 65 69 73 75 77 78 79 79 80 80 80 79 79 79 79 25
-Mty = 0,001.q.lx2.X 60 65 69 73 75 77 78 79 79 80 80 80 79 79 79 79 75
ly

VB Mtx = 0,001.q.lx2.X 60 66 71 76 79 82 85 87 88 89 90 91 91 92 92 93 94
2
lx -Mlx = 0,001.q.lx .X 60 66 71 76 79 82 85 87 88 89 90 91 91 92 92 93 94
2
Mly = 0,001.q.lx .X 31 30 28 27 25 24 22 21 20 19 18 17 17 16 16 15 12
ly

VIA Mlx = 0,001.q.lx2.X 38 46 53 59 65 69 73 77 80 83 85 86 87 88 89 90 54


lx Mly =0,001.q.lx2.X 43 46 48 50 51 51 51 51 50 50 50 49 49 48 48 48 19
2
-Mtx = 0,001.q.lx .X 38 46 53 59 65 69 73 77 80 83 85 86 87 88 89 90 54
ly 2
-Mty = 0,001.q.lx .X 43 46 48 50 51 51 51 51 50 50 50 49 49 48 48 48 56

2
VIB Mlx = 0,001.q.lx .X 13 48 51 55 57 58 60 61 62 62 62 63 63 63 63 63 63
lx Mtx = 0,001.q.lx2.X 13 48 51 55 57 58 60 61 62 62 62 63 63 63 63 63 63
Mly = 0,001.q.lx2.X 38 39 38 38 37 36 36 35 35 34 34 34 33 33 33 33 13
ly 2
-Mty = 0,001.q.lx .X 38 39 38 38 37 36 36 35 35 34 34 34 33 33 33 33 38

7-15
Untuk perhitungan gaya dalam pelat penulis mengutip tabel yang
dituangkan didalam PBI’71 yakni tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2 yang
dituangkan dalam tabel 7.1 dan Tabel 7.2 sebagai salah satu alternatif
untuk mendapatkan gaya-gaya dalam elemen pelat. Pada
kenyataannya segenap pembaca bisa memperoleh gaya-gaya dalam
dengan cara lain seperti menggunakan program bantuan seperti SAP
90, SAP 2000 atau lainnya.

7.4 PROSEDUR PENULANGAN PELAT

Adapun langkah-langkah penulangan pelat sebagai berikut :


1. Diketahui atau direncanakan data-data perencanaan meliputi :
a. Mutu beton pelat (fc’)
b. Mutu baja (fy)
c. Ukuran panel pelat (b x h)
d. Tebal rencana pelat (lihat persamaan 7.1, 7.2 dan 7.3)
e. Fungsi bangunan
2. Tentukan type pelat,
apakah tergolong pelat 1 arah ataukah pelat 2 arah berdasarkan
perbandingan sisi panjang terhadap sisi pendek panel pelat.
3. Hitung Mlx, Mly, Mtx dan Mty (lihat tabel 7.1 dan 7.2)
4. Hitung
fy
m=
0,85. f c '

0,85. f c '.β1 ⎛⎜ 600 ⎞



ρb =
fy ⎜ 600 + f y ⎟
⎝ ⎠
Mu
Rn = φ = 0,80 b = 1000 mm
φ .b.d 2

1,4
ρ min = atau ρ(min) = 1,3 x ρ(analisis)
fy

5. Hitung

Struktur Beton I 7-16


1 ⎛⎜ 2.m.Rn ⎞

ρ= 1− 1−
m⎜ fy ⎟
⎝ ⎠
6. Hitung As = ρ x b x d

Contoh 7.2
Rencanakan penulangan Panel 2 pada contoh 7.1 apabila dipakai
mutu beton (fc’) = 22,5 Mpa dan mutu baja (fy) = 240 Mpa dengan
asumsi panel pelat tersebut akan digunakan sebagai ruang
2
perkuliahan. Adapun ukuran panel pelat 7,5x6 m dan tebal pelat
rencana 13 cm. Berat jenis beton 2400 kg/m3 .
Penyelesaian :
a. Perhitungan pembebanan
Beban mati : 0,13 x 2400 = 312 kg/m2
: 3 x 21 = 63 kg/m2
: 2 x 24 = 48 kg/m2
qD = 423 kg/m2
Beban hidup (qL) : 250 kg/m2
Sehingga diperoleh :
Q(ult) = 1,2(qD) + 1,6(qL)
= 1,2(423) + 1,6(250) = 907,6 kg/m2
e. Adapun type pelat adalah,
ly 7,5
= = 1,25 < 2 tergolong pelat 2 arah
lx 6

f. Untuk perhitungan gaya dalam mengacu ke dalam tabel 7.1


(Asumsi perletakan jepit penuh pada keempat tepinya)
Mulx = +0,001.q.lx2 .X = 0,001.(907,6).(6)2 .(29,5)
= 963,9 kgm
Muly = +0,001.q.lx2 .X = 0,001.(907,6).(6)2 .(19,5)
= 637,1 kgm
Mutx = -0,001.q.lx2 .X = 0,001.(907,6).(6)2 .(66,5)

Struktur Beton I 7-17


= -2172,8 kgm
Muty = -0,001.q.lx2 .X = 0,001.(907,6).(6)2 .(56,5)
= -1846,1 kgm

g. Perhitungan penulangan
Mutx = 21.728.000 N-mm
M utx 21.728.000
M ntx = = = 27.160.000 N − mm
φ 0,80

fy 240
m= = = 12,55
0,85. f c ' 0,85 x 22,5

0,85.22,5.0,85 ⎛ 600 ⎞
ρb = ⎜ ⎟ = 0,0484
240 ⎝ 600 + 240 ⎠
ρ maks = 0,75 x 0,0484 = 0,0363

1,4
ρ min = = 0,00583
240
dx = 130 – 20 – 10/2 = 105
27.160.000
Rn = = 2,463
1000.(105) 2

1 ⎛⎜ 2.12,55.2,463 ⎞⎟
ρ= 1− 1− = 0,011 > ρ min
12,55 ⎜⎝ 240 ⎟

h. Perhitungan kebutuhan tulangan
As = 0,011 x 1000 x 105 = 1155 mm2
Pasang D13 – 100 mm
Perhitungan kebutuhan tulangan Mty, Mlx dan Mly equivalen
dengan proses perhitungan diatas
Ketentuan khusus tulangan susut dan suhu (pasal 9.12 SNI
03 2847 2002) :
™ Pada pelat struktural dimana tulangan lenturnya
terpasang dalam satu arah saja, harus disediakan
tulangan susut dan suhu yang arahnya tegak lurus

Struktur Beton I 7-18


terhadap tulangan lentur, dengan ratio luas tulangan
terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut :
1) Pelat dengan batang tulangan ulir mutu 300 Mpa –
0,0020
2) Pelat dengan tulangan ulir atau jaring kawat las
(polos atau ulit) mutu 400 Mpa – 0,0018
3) Pelat dengan tulangan dengan tegangan leleh
melebihi 400 Mpa – 0,0018 x 400/fy
Tetapi tidak kurang dari 0,0014
™ Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak
tidak lebih dari lima kali tebal pelat, atau 450 mm.
™ Bila diperlukan, tulangan susut dan suhu pada semua
penampang harus mampu mengembangkan kuat leleh
tarik fy.
™ Bila pergerakan akibat susut dan suhu terkekang, maka
memenuhi persyaratan pasal 10.2(4) dan 11.2(7).

Catatan penting :
1. Untuk penentuan jarak penulangan buatlah semudah
mungkin sehingga bias mempermudah pelaksanaan
dilapangan.
2. Hindari penggunaan tulangan dengan diameter yang
bervariasi, untuk menhindari sulitnya pelaksanaan
dilapangan.

Struktur Beton I 7-19


BAB VIII
TORSI

8.1 UMUM

Gaya torsi atau disebut pula sebagai puntir adalah gaya yang
mengakibatkan puntiran padan suatu elemen struktur yang diakibatkan
oleh beberapa hal seperti akibat tidak seimbangnya beban pada balok
pendukung pelat sehingga mengakibatkan puntiran terhadap balok-
balok tepi pada umumnya, demikian pula puntiran dapat terjadi akibat
adanya gaya yang mempunyai eksentrisitas terhadap suatu elemen
struktur sehingga mengakibatkan timbulnya puntir pada elemen struktur
tersebut.
Momen torsi yang bekerja pada komponen struktur seperti balok
keliling dapat dihitung dengan menggunakan prosedur analisis struktur
biasa. Disain terhadap komponen tertentu haruslah didasarkan pada
keadaan batas saat kegagalan. Oleh karena itu, perilaku nonlinier sistem
struktur setelah retak torsi harus diidentifikasikan sebagai salah satu
dari kedua kondisi berikut: (1) tidak adanya redistribusi tegangan torsi
ke anggota yang lain setelah retak dan (2) adanya redistribusi tegangan
dan momen torsi setelah retak yang mempengaruhi kompatibilitas
deformasi diantara anggota anggota yang berpotongan.
Resultan tegangan akibat torsi didalam balok statis tertentu dapat
dievaluasi dari kondisi kesetimbangan saja. Kondisi semacam itu
membutuhkan disain untuk momen torsi eksternal berfaktor-penuh,
karena memungkinkan tidak adanya redistribusi tegangan torsi.
Keadaan ini seringkali diistilahkan sebagai torsi kesetimbangan. Sebuah
balok tepi yang mendukung kanopi kantilever seperti dalam Gambar 8.1
merupakan sebuah contoh yang seperti itu.

Struktur Beton Dasar 8- 1


Balok

Gambar 8.1 : Torsi tanpa redistribusi (torsi keseimbangan)


Balok tepi tersebut haruslah didisain untuk menahan momen
puntir berfaktor eksternal total akibat slab kantilever; jika tidak, struktur
tersebut akan mengalami keruntuhan. Kegagalan tersebut diakibatkan
karena balok tersebut tidak memenuhi kondisi kesetimbangan gaya dan
momen yang dihasilkan dari momen torsi eksternal yang besar.
Dalam sistem statis tertentu, asumsi kekakuan, kompatibilitas
regangan di join, dan redistribusi tegangan dapat mempengaruhi
resultan tegangan, yang mengakibatkan reduksi tegangan geser torsi
yang dihasilkan. Penerapan reduksi diijinkan terhadap harga momen
berfaktor yang dipergunakan untuk disain anggota bilamana bagian
momen ini dapat diredistribusikan ke anggota yang berpotongan.
Menurut SNI 03 2847-2002 pasal 13.6.(2)a torsi maksimum beton non
prategang pada penampang kritis sejarak d dari muka tumpuan
pendukung adalah

f c ' Acp2
Tu = φ SNI 03-2847-2002 psl 13.6(2.2(a))
3 p cp
(8.1a)

Dimana :

Acp = luasan yang dibatasi oleh keliling luar irisan penampang


beton

= x0y0

pcp = perimeter luar irisan penampang beton Acp

Struktur Beton Dasar 8- 2


= 2(x0 + y0)

fc’ = kuat tekan beton

Sedangkan untuk komponen struktur non-prategang yang


dibebani gaya aksial tarik atau tekan besarnya torsi maksimum
sejarak d dari muka tumpuan adalah

f ' ⎛ Acp ⎞
2

φ. c ⎜ ⎟ 1 + 3N u
3 ⎜⎝ p cp ⎟
⎠ Ag f c '

SNI 03-2847-2002 psl 13.6(2.2(c))(8.1b)

Pengabaian efek penuh momen torsi eksternal total dalam


kasus ini secara praktis tidak mengakibatkan kegagalan struktur tetapi
dapat mengakibatkan retak yang berlebihan jika

(φ )(
f c′ 3 Acp2 p cp ) harganya jauh lebih kecil dari momen torsi

berfaktor aktual. Contoh torsi kompatibilitas dapat dilihat dalam


Gambar 8.2.

Balok keliling
AB

(a)

Balok
keliling

(b)

Struktur Beton Dasar 8- 3


Gambar 8.2 : Redistribusi torsi kompatibilitas (a) Tampak isometri
panel ujung, (b) Denah sistem lantai sati arah tipikal
Balok-balok B2 menerapkan momen puntir Tu pada
penampang-penampang 1 dan 2 dari balok keliling AB dalam Gambar
8.2(b). Besarnya kekakuan relatif balok-balok AB dan balok-balok
transversal B2 menentukan besarnya rotasi di titik-titik perpotongan 1
dan 2. Karena pembentukan sendi-sendi plastis torsi di dekat join-join A
dan B, momen-momen ujung untuk balok-balok B2 pada
perpotongannya dengan balok keliling AB tidak akan ditransfer
sepenuhnya sebagai momen-momen puntir ke pendukung-pendukung
kolom di A dan B. Mereka akan jauh tereduksi, karena redistribusi
momen mengakibatkan adanya transfer sebagian besar momen-momen
lentur ujung dari ujung-ujung 1 dan 2 ke ujung-ujung 3 dan 4, juga
bentang-tengah balok-balok B2. Tu pada setiap pendukung balok keliling
A dan B dan di penampang kritis pada jarak d dari pendukung-
pendukung ini ditentukan dari Pers. (1) untuk beton bertulang dan Pers.
(2) untuk beton prategang.

Jika momen torsi berfaktor aktual akibat balok-balok B2 kurang


dari yang diberikan oleh Pers. (1) atau (2), balok tersebut boleh didisain
untuk harga torsi yang lebih kecil. Momen torsi untuk beton bertulang
dapat diabaikan bilamana,

φ f c′ ⎛ Acp2 ⎞
Tu < ⎜ ⎟
12 ⎜⎝ pcp ⎟⎠

SNI 03-2847-2002 psl 13.6(1(a)) (8.2)

Timbulnya gaya torsi/puntir dalam hal ini diantisipasi dengan


menyediakan tulangan torsi pada elemen struktur yang terkena gaya
torsi. Gaya geser torsi akan timbul di permukaan batang terpuntir dan
cenderung menyebabkan terjadinya retak tarik diagonal sama seperti
yang diakibatkan oleh gaya geser lentur. Apabila kuat tarik beton telah

Struktur Beton Dasar 8- 4


terlampaui akan dapat dilihat bahwa pada permukaan terjadi retak
beton yang kurang lebih membentuk sudut 45o terhadap komponen
sumbu batang sehingga diperlukan batang tulangan baja yang dipasang
melintang terhadap arah retakan sedemikian hingga menghalangi
keruntuhan lebih lanjut. Tulangan torsi pada balok pada umumnya
dipasang pada arah memanjang balok yang letaknya disebar merata
disekeliling balok terpuntir.

8.2 KEKUATAN MOMEN TORSI

Ukuran penampang dipilih dengan dasar retak tak kelihatan yang


tereduksi dan pencegahan kehancuran beton permukaan yang
diakibatkan oleh tegangan tekan miring akibat geser dan torsi yang
didefinisikan oleh suku kiri perumusan-perumusan dalam Pers. (8.3a)
dan (8.3b). Dimensi-dimensi geometri untuk kekuatan momen torsi baik
lam SNI 03-2847-2002 pasal 13.6(3) pada beton bertulang dibatasi oleh
perumusan-perumusan sebagaimana tercantum berikut ini,

(a) Penampang solid

⎛ V 2 f c′ ⎞
2 2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠
SNI 03-2847-2002 psl 13.6(3(a)) (8.3a)

(b) Penampang berongga

⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞ ⎛ V 2 f c′ ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
b d 2
⎝ w ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠
SNI 03-2847-2002 psl 13.6(3(b)) (8.3b)
Untuk beton bertulang :

Struktur Beton Dasar 8- 5


⎛ λ f c′ ⎞
Vc = ⎜ ⎟b d SNI 03-2847-2002 psl 13.3(1(1)) (8.3c)
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
Untuk beton prategang dengan gaya prategang efektif tidak kurang dari

40% kuat tarik tulangan lentur (fpe ≥ 0,4fpu):

⎛ λ f c′ V d⎞
Vc = ⎜ + 5 u ⎟bw d SNI 03-2847-2002 13.4(1) (8.3d)
⎜ 20 M u ⎟⎠

Vu d 1
≤ 1,0 ; λ f c 'bw .d ≤ Vc ≤ 0,4λ f c 'bw .d
Mu 6

Aoh = luasan yang dilingkupi oleh garis pusat tulangan torsi


transversal tertutup yang terluar

ph = perimeter garis pusat tulangan torsi transversal tertutup yang


terluar

λ = 1,0 untuk beton bobot-normal; 0,85 untuk beton bobot-


ringan pasir; 0,75 untuk beton bobot ringan-semua.

Luasan Aoh untuk penampang yang berbeda diberikan dalam Gambar 3.

Gambar 8.3 – Parameter-parameter geometri torsi

8.2.1 Ketebalan dinding penampang berongga

Struktur Beton Dasar 8- 6


Tegangan geser yang disebabkan oleh geser dan oleh torsi
yang keduanya terjadi dalam dinding penampang berongga, seperti
terlihat dalam Gambar 4(a). Catat bahwa dalam penampang pejal
tegangan geser akibat torsi masih terkonsentrasi pada zona luar

penampang seperti dalam Gambar 4(b).

Tegangan torsi Tegangan geser Tegangan torsii Tegangan geser


(a) Penampang berongga (b) Penampang Solid
Gambar 8.4 – Gabungan tegangan torsi dan geser. Kasus (a):
penambahan secara langsung terjadi dalam dinding sebelah kiri kotak
(Pers. 8.3b). Kasus (b): torsi bekerja pada penampang dinding sebelah
luar yang “menyerupai-tube” sementara tegangan geser bekerja pada
lebar penuh penampang solid; tegangan-tegangan tersebut
dikombinasikan memakai akar kuadrat dari jumlah kuadrat (Pers. 8.3a).
Jika ketebalan dinding dalam penampang berongga bervariasi
sekeliling perimeternya, geometri penampang tersebut harus dievaluasi
di suatu lokasi dimana suku kiri Pers. 8.3b haruslah mempunyai harga
maksimum. Juga, jika ketebalan dinding t < Aoh/ph, suku kiri Pers. 8.3b
harus diambil sebagai

Vu Tu
+ SNI 03-2847-2002 13.6.(3(3) (8.4)
bw d 1,7 Aoh t

Ketebalan dinding t merupakan ketebalan dimana tegangan-


tegangannya dicek.

8.3 TULANGAN TORSI BADAN

Struktur Beton Dasar 8- 7


Kekuatan torsi tambahan yang berarti akibat penambahan
tulangan torsi dapat dicapai hanya dengan menggunakan baik sengkang
maupun tulangan longitudinal. Idealnya, volume baja yang sama baik
dalam sengkang tertutup maupun batang longitudinal haruslah
dipergunakan agar keduanya berpartisipasi secara sama di dalam
menahan momen puntir. Prinsip ini merupakan dasar perumusan SNI
didalam memproporsikan baja web torsi. Jika s adalah spasi sengkang,
Al adalah luasan irisan-penampang total batang longitudinal, dan At
adalah irisan-penampang satu kaki sengkang, tulangan transversal
untuk torsi haruslah didasarkan pada harga kekuatan momen torsi
eksternal penuh Tn, yaitu, (Tu/φ), dimana

2 A0 At f yv
Tn = cot θ
s

SNI 03-2847-2002 13.6.(3(6) (8.5a)

dimana :

A0 = luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser, mm2

At = luasan satu kaki sengkang yang menahan torsi sejarak s, mm2

fyv = kekuatan leleh tulangan torsi transversal tertutup tidak melebihi


400 MPa

θ = sudut diagonal tekan dalam analogi rangka untuk torsi

Dengan mentranspos suku-suku dalam Pers. 8.5a, luasan


tulangan transversal menjadi

At Tn
= (8.5b)
s 2 A0 f yv cot θ
Luasan A0 harus ditentukan dengan analisis, kecuali bahwa Standar SNI
03-2847-2002 mengijinkan untuk mengambil A0 = 0,85Aoh sebagai
pengganti analisis tersebut.

Struktur Beton Dasar 8- 8


Tahanan torsi berfaktor φTn haruslah sama atau melebihi momen
torsi eksternal berfaktor Tu. Semua momen torsi diasumsikan dalam
Standar SNI 03-2847-2002 ditahan oleh sengkang tertutup dan baja
longitudinal dengan tahanan torsi beton, Tc, yang tidak diperhitungkan;
yaitu, Tc = 0 dengan asumsi bahwa strat tekan beton antara retak-retak
miring mempunyai tahanan yang dapat diabaikan terhadap torsi. Geser
Vc yang ditahan oleh beton diasumsikan tidak berubah dengan adanya
torsi.

Sudut θ yang dibentuk oleh diagonal tekan beton (strat) harus


tidak diambil lebih kecil dari 30° juga tidak lebih besar dari 60°. Sudut θ
tersebut juga dapat diperoleh dengan analisis. Tulangan longitudinal
tambahan untuk torsi haruslah tidak kurang dari

At ⎛ f yv ⎞ 2
Al = ph ⎜ ⎟ cot θ
s ⎜ f ⎟
⎝ yl ⎠

SNI 03-2847-2002 13.6.(3(7) (8.6)

dimana fyl = kekuatan leleh tulangan torsi longitudinal, tidak melebihi


400 MPa, dan Al = luasan total baja torsi longitudinal dalam irisan
penampang.
Sudut θ yang sama haruslah digunakan dalam Pers. 8.6 dan
8.7. Harus dicatat bahwa bilamana θ menjadi lebih kecil jumlah
sengkang yang disyaratkan oleh Pers. 8.6 berkurang. Pada saat yang
sama jumlah baja longitudinal yang disyaratkan oleh Pers. 8.7
bertambah.
Sebagai pengganti dari penentuan sudut θ dengan analisis,
Standar SNI membolehkan harga θ sama dengan :
(i) 45° untuk anggota nonprategang atau anggota dengan prategang
kurang dari pada (ii)

Struktur Beton Dasar 8- 9


(ii) 37,5° untuk anggota prategang dengan gaya prategang efektif lebih
besar dari 40% kekuatan tarik tulangan longitudinal.

8.3.1 Tulangan Torsi Minimum

Perlu untuk menyediakan luasan tulangan torsi minimum pada


semua daerah dimana momen torsi berfaktor Tu melebihi harga yang
diberikan oleh Pers. 3 dan 4. Dalam kasus seperti itu, luasan minimum
sengkang tertutup transversal yang diperlukan haruslah

75 f c′ bw s
Av + 2 At =
1200 f yv

SNI 03-2847-2002 13.6.(5(2) (8.7)

namun tidak boleh kurang dari (1/3)(bws/fyv).


Spasi maksimum harus tidak melebihi yang lebih kecil dari ph/8 atau 300
mm.
Luasan total minimum tulangan torsi longitudinal tambahan
harus ditentukan dengan

5 f c′ Acp ⎛A ⎞ f yv
Al , min = − ⎜ t ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl

SNI 03-2847-2002 13.6.(5(3) (8.8)

dimana At/s haruslah tidak diambil kurang dari (1/6)bw/fyv.


Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk torsi
harus didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup dengan
spasi maksimum sebesar 300 mm. Batang atau tendon longitudinal
harus ditempatkan di dalam sengkang tertutup, dengan paling sedikit
sebuah batang atau tendon longitudinal pada setiap sudut sengkang

Struktur Beton Dasar 8- 10


tersebut. Diameter batang harus paling sedikit seperduapuluhempat
(1/24) spasi sengkang, tetapi tidak kurang dari batang D-10 (diameter
10 mm). Demikian juga, tulangan torsi harus menerus untuk jarak
minimum sebesar (bt + d) di luar titik yang secara teoritis diperlukan
untuk torsi, karena retak-retak diagonal torsi terjadi dalam bentuk
melingkar yang memanjang melebihi retak-retak akibat geser dan
lentur. bt adalah lebar bagian irisan-penampang yang mengandung
sengkang penahan torsi. Penampang kritis pada balok adalah di jarak d
dari muka pendukung untuk elemen beton bertulang dan di h/2 untuk
elemen beton prategang, d merupakan kedalaman efektif dan h
kedalaman total penampang.

8.4 PROSEDUR DISAIN KOMBINASI TORSI DAN GESER

Berikut merupakan ringkasan urutan tahap disain yang


direkomendasikan. Diagram-alir yang menggambarkan urutan operasi
dalam bentuk grafis ditunjukkan dalam Gambar 5.
1. Klasifikasikan apakah torsi terapan merupakan torsi kesetimbangan
atau kompatibilitas. Tentukan penampang kritisnya dan hitung
momen torsi berfaktor Tu. Penampang kritis diambil sebesar d dari
muka pendukung pada balok beton bertulang dan h/2 pada balok

beton prategang. Jika Tu kurang dari (φ )(


f c′ 12 Acp2 p cp )
untuk anggota nonprategang atau kurang dari

(φ )(
f c′ 12 Acp2 p cp ) 1+ 3 f pc f c′ untuk anggota

prategang, efek torsi diabaikan.

2. Cek apakah momen torsi berfaktor Tu mengakibatkan torsi


kesetimbangan atau kompatibilitas. Untuk torsi kompatibilitas,
batasi momen torsi disain sampai yang lebih kecil dari momen

aktual Tu atau ( )(
Tu = φ f c′ 3 Acp2 p cp ) untuk anggota beton

Struktur Beton Dasar 8- 11


bertulang dan ( )(
Tu = φ f c′ 3 Acp2 p cp ) 1 + 3 f pc f c′
untuk anggota beton prategang. Harga kekuatan nominal disain Tn
harus paling sedikit ekivalen dengan Tu/φ berfaktor, dengan
memproporsikan penampang tersebut sehingga:

(a) untuk penampang solid

⎛ V 2 f c′ ⎞
2 2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠
(b) untuk penampang berongga:

⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞ ⎛ V 2 f c′ ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠
Jika ketebalan dinding kurang dari Aoh/ph, suku kedua

perumusan harus diambil sebesar Tu/(1,7Aoht).

Struktur Beton Dasar 8- 12


Mulai

Diberikan: pembebanan, kondisi pendukung, xo, yo, x1, y1, Acp, A0, Aoh, As, pcp, ph, t, h,
bw, d, untuk BP, tegangan rata-rata fpc setelah kehilangan, tegangan dan kekuatan
yang diperbolehkan, fyv, fyl, θ = 45° BB, θ = 37,5° BP

Vu dan Tu berfaktor yang dihitung di jarak d dari pendukung. Untuk torsi


fc′ ⎛ Acp
2
⎞ fc′ ⎛ Acp
2
⎞ 3f
kompatibilitas: Tu = φ ⎜ ⎟ untuk BB, Tu = φ ⎜ ⎟ 1 + pc
3 ⎜⎝ pcp ⎟


3 ⎝ pcp ⎠ ⎟ fc′

φ fc′ ⎛ Acp2 ⎞
Tu ≥ ⎜ ⎟ untuk BB
TIDAK 12 ⎜⎝ pcp ⎟⎠ YA

φ fc′ ⎛ Acp2 ⎞ 3f
Tu ≥ ⎜ ⎟ 1 + pc

12 ⎝ pcp ⎠ ⎟ fc′

Efek torsi dapat


diabaikan

Untuk penampang pejal:


2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu ph ⎞
2
⎛ V 2 fc′ ⎞⎟
⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ≤φ ⎜ c +
⎜ b d ⎟ + ⎜ 1,7 A2
TIDAK YA
⎟ ⎜ 3 ⎟
⎝ w ⎠ ⎝ oh ⎠ b d
⎝ w ⎠
Untuk penampang berongga, lihat Pers. (5b) untuk persamaan
interaksi dan Sub-bab 2.1 untuk ketebalan dinding.

Irisan penampang harus


diperbesar; ulangi disain

Struktur Beton Dasar 8- 13


At Tn
= dimana A0 = 0,85A0h
s 2 A0fyv cot θ

At ⎛⎜ fyv ⎞⎟
Al = ph cot 2 θ , tetapi tidak
s ⎜ fyl ⎟
⎝ ⎠
kurang dari
5 fc′ Acp ⎛A ⎞ f
Al ,min = − ⎜ t ⎟ ph yv
12fyl ⎝ s ⎠ fyl

Soubroutine untuk menghitung


tulangan geser, Av/s

75 f c′ b s
Luasan sengkang total/dua kaki, A = 2 A + A = w namun harus tidak kurang
vt t v 1200 f yv

1 bw s
dari Spasi pada sengkang tertutup, s = luasan dua kaki sengkang
Avt s
3 fyv

s diperbolehkan maksimum = yang lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm

Diameter batang minimum = s/24 atau batang D-10 untuk batang longitudinal

Susun sengkang dan tulangan


longitudinal, Al (Sub-bab 3)

Akhi

Struktur Beton Dasar 8- 14


Subrutine Mulai

Beton bertulang:

⎛ λ f′ ⎞
Vc = ⎜ c ⎟b d
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
Beton prategang:

⎛ λ f′ Vd⎞
Vc = ⎜ c
+ 5 u ⎟bw d
⎜ 20 Mu ⎟
⎝ ⎠

Vu
Vs = − Vc
φ

TIDAK YA
Vs ≤ (2 3 )λ fc′ bw d

Perbesar penampang;
ulangi disain

Av V
= s
s fyv d

Akhir soubroutine

Struktur Beton Dasar 8- 15


Gambar 8.1 – Diagram-alir untuk tulangan disain untuk geser dan torsi
terkombinasi pada penampang pejal: (a) baja web torsi; (b) baja web
geser

3. Pilih sengkang tertutup torsi perlu untuk digunakan sebagai


tulangan transversal, menggunakan kekuatan leleh maksimum
sebesar 400 MPa, sehingga

At Tn
=
s 2 A0 f yv cot θ

Kecuali bilamana menggunakan harga-harga A0 dan θ yang


diperoleh dari analisis, gunakan A0 = 0,85A0h dan θ = 45° untuk
anggota nonprategang atau anggota prategang dengan gaya
prategang efektif tidak kurang dari 40% kekuatan tarik tulangan
longitudinal. Tulangan longitudinal tambahan haruslah

At ⎛ f yv ⎞ 2
Al = ph ⎜ ⎟ cot θ
s ⎜ f ⎟
⎝ yl ⎠
tetapi tidak kurang dari

5 f c′ Acp ⎛A ⎞ f yv
Al , min = − ⎜ t ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl

dimana At/s harus tidak kurang dari bw/(6fyv). Spasi sengkang-


sengkang transversal yang diperbolehkan maksimum adalah yang
lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm, dan batang tersebut harus
mempunyai diameter paling sedikit seperduapuluhempat (1/24)
spasi sengkang, tetapi tidak kurang dari diameter batang D-10.

4. Hitung tulangan geser perlu Av per satuan spasi dalam penampang


transversal. Vu adalah gaya geser eksternal berfaktor pada
penampang kritis, Vc adalah tahanan geser nominal beton dalam
web, dan Vs adalah gaya geser yang ditahan oleh sengkang:

Struktur Beton Dasar 8- 16


Av V
= s
s f yv d

dimana Vs = Vn – Vc dan

⎛ λ f c′ ⎞
Vc = ⎜ ⎟b d
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
untuk beton bertulang.

⎛ λ f c′ V d⎞
Vc = ⎜ + 5 u ⎟bw d
⎜ 20 M u ⎟⎠

untuk beton prategang jika fpe ≥ 0,4fpu. Batas-batas Vc untuk balok
prategang adalah

Vu d
(1 6)λ f c′bw d ≤ Vc ≤ 0,4λ f c′bw d ; ≤ 1,0
Mu

dimana λ = 1,0 untuk beton bobot-normal

= 0,85 untuk beton bobot-ringan-pasir

= 0,75 untuk beton bobot-ringan-semua

Harga Vn harus paling sedikit sama dengan Vu/φ berfaktor.

5. Dapatkan Avt total, luasan sengkang tertutup untuk torsi dan geser,
dan disain sengkang sehingga

f c′ bw s
Avt = Av + 2 At =
16 f yv

namun tidak boleh kurang dari (1/3)(bws/fyv).

Struktur Beton Dasar 8- 17


Teruskan sengkang dengan jarak bt + d di luar titik yang secara
teoritis tidak lagi memerlukannya, dimana bt = lebar irisan
penampang yang mengandung sengkang tertutup yang menahan
torsi.

CONTOH : DISAIN TULANGAN WEB UNTUK TORSI DAN GESER


TERKOMBINASI PADA PENAMPANG BALOK-T

Sebuah irisan penampang balok-T mempunyai dimensi


geometri yang ditunjukkan dalam Gambar 8.5. Gaya geser eksternal
berfaktor yang bekerja pada penampang kritis tersebut mempunyai
harga Vu = 178 kN. Penampang kritis tersebut dikenai oleh momen torsi
berikut: (a) momen torsi eksternal berfaktor kesetimbangan Tu = 50,9
kN-m; (b) Tu berfaktor kompatibilitas = 7,3 kN-m; (c) Tu berfaktor
kompatibilitas = 29,9 kN-m. Diberikan:

tulangan lentur As = 2194 mm2

f c′ = 27,6 MPa, beton bobot-normal

fyl = fyv = 414 MPa

Disain tulangan web yang diperlukan untuk penampang ini.

b = 1524 mm 102 mm

4hf 4hf = 408 mm


635 mm

bw = 356 mm

Gambar 8.5 – Persegi-persegi komponen balok-T.

Penyelesaian:

(a) Torsi kesetimbangan:

Momen torsi berfaktor (Tahap 1)

Struktur Beton Dasar 8- 18


Asumsikan bahwa flens tersebut tidak dikekang oleh pengikat.

momen torsi kesetimbangan yang diberikan = 50,9 kN-m

Momen torsi total yang harus disediakan untuknya dalam disain.

Tu 50,9
Tn perlu = = = 67, 87 kN-m
φ 0,75

Acp = x0y0 = 356 × 635 = 226.060 mm2

pcp = 2(x0 + y0) = 2(356 + 635) = 1982 mm

Dari Pers. (8.5), momen torsi dimana torsi dapat diabaikan adalah

φ f c′ ⎛ Acp2 ⎞
⎟ = 0,75 27,6 ⎛⎜ 226.060 ⎞
2
⎜ ⎟⎟
Tu =
12 ⎜⎝ p cp ⎟⎠ ⎜ 1982
12 ⎝ ⎠

= 8,47 kN-m < 50,9 kN-m

Karenanya disain untuk torsi penuh.

Properti penampang (Tahap 2)

A0 = 0,85A0h, dimana Aoh adalah luasan yang dibatasi oleh garis pusat
sengkang tertutup terluar. Dengan mengasumsikan penutup bersih 40
mm dan sengkang ∅13, dari Gambar 8.5,

x1 = 356 – 2(40 + 6,5) = 263 mm

y1 = 635 – 2(40 + 6,5) = 542 mm

A0h = 263 × 542 = 142.546 mm2

A0 = 0,85A0h = 0,85(142.546) = 121.164 mm2

d = 635 – (40 + 13 + 12,5) = 569,5 mm

ph = 2(x1 + y1) = 2(263 + 542) = 1610 mm

Struktur Beton Dasar 8- 19


2 D-13 102 mm

102 mm

569,5 mm
2 D-13 2 D-13
5D-25
Sengkang ∅10 spasi
95 mm p-p
atau
sengkang ∅13 spasi
356 mm 170 mm p-p
65,5 mm

Gambar 8.6 – Detail tulangan badan

Gunakan θ = 45°, cot θ = 1,0.

Cek kecukupan penampang (Tahap 3)

Untuk penampang tersebut agar cukup, haruslah memenuhi Pers.


(8.3a):

2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
2
⎛ V 2 f c′ ⎞⎟
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ⎜ c
+
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ bw d 3 ⎟⎠

⎛ f c′ ⎞ ⎛ 27,6 ⎞
Vc = ⎜ ⎟ bwd = ⎜ ⎟ × 356 × 569,5 = 177.52 kN
⎜ 6 ⎟ ⎜ 6 ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠

2 2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ 2
⎟⎟ =
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠
2
⎛ 178.000 ⎞ ⎛ 50,9 × 10 6 × 1610 ⎞
2

⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟

⎝ 356 × 569,5 ⎠ ⎝ 1,7(142.546) ⎠
2

Struktur Beton Dasar 8- 20


= 0,77 + 5,63 = 2,53 Mpa

⎛ V 2 f c′ ⎞⎟ ⎛ 177,52 2 27,6 ⎞⎟
φ⎜ c
+ = 0,75⎜ +
⎜ bw d 3 ⎟⎠ ⎜ 356 × 569,5 3 ⎟⎠
⎝ ⎝

= 0,75(0,88 + 3,50) = 3,28 MPa > 2,53 MPa.

Karenanya penampang tersebut cukup.

Tulangan torsi (Tahap 4)

Dari Pers. (8.5),

At Tn 67,87 × 10 6
= =
s 2 A0 f yv cot θ 2 × 121.164 × 414 × 1,0

= 0,676 mm2/mm/satu kaki

Tulangan geser

⎛ f c′ ⎞
Vc = ⎜ ⎟ b d = 177,52 kN
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠

178 1
Vn = = 237,33 kN > Vc; juga > Vc
0,75 2

untuk tulangan web geser minimum. Karenanya, sediakan sengkang


geser.

Vs = Vn – Vc = 237,33 – 177,52 = 59,81 kN

Av Vs 59,81 × 10 3
= = = 0,254 mm2/mm/dua kaki
s f yv d 414 × 569,5

Avt 2 At Av
= + = 2 × 0,676 + 0,254 = 1,607 mm2/mm/dua kaki
s s s

Struktur Beton Dasar 8- 21


Coba sengkang tertutup ∅10. Luasan dua kaki = 157,08 mm2.

luasan irisan penampang sengkang 157,08


s = = = 97,8 mm
Avt s perlu 1,607

Spasi yang diperbolehkan maksimum smaks = lebih kecil dari ph/8 atau
300 mm, dimana ph = 2(x1 + y1) = 1610 mm. Dari sebelumnya ph/8 =
1610/8 = 201,25 mm > 97,8 mm.

f c′ bw s 27,6 356 × 95
Avt = Av + 2 At = = = 26,82 mm2
16 f yv 16 414

karenanya, dari Pers. (8.7),

1 bw s 1 356 × 95
Avt minimum = = = 27,23 mm2
3 f yv 3 414

kurang dari 157,08 mm2; tidak mengontrol. Karenanya gunakan


sengkang tertutup ∅10 spasi 95 mm pusat ke pusat. Jika sengkang
tertutup ∅13 digunakan, spasi dapat ditingkatkan menjadi 170 mm p ke
p.

At f yv
Al = ph cot2θ
s f yl

414
= 0,676 × 1610 × 1,0 = 1089,13 mm2
414

5 f c′ Acp ⎛ At ⎞ f yv
Al minimum = – ⎜ ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl

5 27,6 × 226.060 414


= – 0,676 × 1610 ×
12 × 414 414

= 1195,27 – 1089,13 = 101,14 mm2 < 1089,13mm2

Karenanya Al = 1089,13 mm2 .

Struktur Beton Dasar 8- 22


Distribusi baja longitudinal torsi

Al torsi = 1089,13 mm2. Asumsikan bahwa ¼Al ditempatkan ke sudut-


sudut teratas dan ¼Al ditempatkan ke sudut-sudut terbawah sengkang,
untuk ditambahkan pada batang-batang lentur. Penyeimbangnya, ½Al,
jadinya didistribusikan secara sama pada muka-muka vertikal irisan
penampang web balok dengan spasi pusat ke pusat tidak melebihi 300
mm.

Al 1089,13
ΣAs bentang-tengah = + As = + 2194 = 2466,28 mm2
4 4

Sediakan 5 D-25 pada sisi terbawah. Sediakan dua batang D-13 dengan
luasan sebesar 265,46 mm2 pada sisi teratas. Sediakan dua batang D-
13 pada setiap muka vertikalnya. Gambar 8.3 menunjukkan geometri
irisan penampangnya.

(b) Torsi kompatibilitas

Momen torsi berfaktor (Tahap 1)

Diberikan Tu = 7,3 kN-m < Tu = 8,47 kN-m dari bagian (a).


Karenanya abaikan torsi dan sediakan sengkang untuk geser saja.

Dari bagian (a),

Av
= 0,254 mm2/mm/dua kaki; Avt min = 27,23 mm2 < 157,08 mm2
s
untuk sengkang ∅10, karenanya tidak mengontrol.

Untuk sengkang ∅10, s = 157,08/0,254 = 619,18 mm pusat ke pusat.

d 569,5
s maksimum = = = 284,75 mm
2 2

Struktur Beton Dasar 8- 23


Gunakan sengkang tertutup ∅10 spasi p-p 250 mm pada penampang
kritis.

(c) Torsi Kompatibilitas

Momen torsi berfaktor (Tahap 1)

Karena Tu = 29,9 kN-m lebih besar dari 8,47 kN-m dari kasus
(a); karenanya sengkang harus disediakan. Karena ini merupakan torsi

kompatibilitas, penampang tersebut dapat didisain dengan


Pers. (8.1a) untuk

f c′ ⎛ Acp2 ⎞
⎟ = 0,75 27,6 ⎛⎜ 226.060 ⎞
2
φ ⎜ ⎟⎟
3 ⎜⎝ 1982
Tu =
3 ⎜⎝ p cp ⎟
⎠ ⎠

= 33,86 kN-m

Ini > 29,9 kN-m; karenanya gunakan Tu = 29,9 kN-m untuk disain torsi
penampang tersebut.

Tu 29,9
Tn perlu = = = 39,87 kN-m
φ 0,75

Tulangan torsional (Tahap 2)

Dari kasus (a) A0 = 121.164 mm2, ph = 1610 mm.

At Tn 39,87 × 10 6
= =
s 2 A0 f yv cot θ 2 × 121.164 × 414 × 1,0

= 0,397 mm2/mm/satu kaki

Dari kasus (a)

Av
= 0,254 mm2/mm/dua kaki
s

Struktur Beton Dasar 8- 24


Avt At Av
= 2 + = 2 × 0,397 + 0,254 = 1,048 mm2/mm/dua kaki
s s s
Dengan menggunakan sengkang ∅10, s = 157,08/1,048 =
149,82 mm. Ini kurang dari ph/8 = 201,25 mm atau 300 mm. Karenanya,
gunakan sengkang tertutup ∅10 dengan spasi p-p 150 mm di
penampang kritis.

At ⎛⎜ f yv ⎞⎟ 2 414
Al = ph cot θ = 0,397 × 1610 × × 1,0

s ⎝ f yl ⎠ ⎟ 414

= 639,78 mm2

5 f c′ Acp ⎛ At ⎞ f yv
Al,min = – ⎜ ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl

5 27,6 × 226.060 414


= – 0,397 × 1610 ×
12 × 414 414

= 1195,27 – 639,78 = 555,49 mm2 < 639,78 mm2

Al = 639,78 mm2

Distribusi batang longitudinal torsi

Al torsi = 639,78 mm2, maka Al/4 = 159,95 mm2. Dengan


menggunakan logika yang sama seperti yang diikuti dalam kasus (a),
sediakan 5 D-25 pada muka terbawah. Luasan yang diperlukan, As +
Al/4 = 2194 + 159,95 = 2353,95 mm2; luasan yang disediakan = 2454,37
mm2. Luasan yang diperlukan di sudut-sudut teratas dan di setiap muka
vertikal = 159,95 mm2. Sediakan dua batang D-13 di dua sudut teratas
dan di setiap sisi vertikal, yang memberikan 265,46 mm2 pada setiap
luasannya. Gambar 8.6 dan 8.7 memperlihatkan geometri tulangan
penampang tersebut.

Struktur Beton Dasar 8- 25


2 D-13 102 mm

102 mm

569,5 mm
2 D-13 5 D-25 2 D-13

Sengkang ∅10 spasi 150


mm p-p

356 mm
65,5 mm

Gambar 8.7 – Detail tulangan badan

Struktur Beton Dasar 8- 26


BAB IX
AKSIAL TEKAN DAN LENTUR

9.1 UMUM

Salah satu elemen dalam suatu komponen struktur yang berfungsi sebagai
penahan beban aksial dan lentur dalam hal ini dikenal sebagai elemen kolom.
Elemen kolom dengan kombinasi beban aksial dan Momen hendaknya ditinjau
terhadap bahaya tekuk sehingga perlu diketahui ratio kelangsingannya (L r )

dimana L adalah tinggi kolom dan r adalah jari-jari girasi I A , bila diberikan

beban lebih, akan mengalami keruntuhan bahan (runtuhnya beton) sebelum


mencapai keruntuhan tekuk. Pengaruh seperti halnya tekuk dan lendutan dalam
hal ini akan mengurangi kekuatan dari unsur tekan.

9.2 PRINSIP PERENCANAAN

Dalam merencanakan komponen struktur yang dibebani lentur atau aksial


atau kombinasi lentur dan aksial harus dipenuhi ketentuan berikut :
1. Perencanaan penampang yang dibebani lentur atau aksial atau kombinasi
lentur dan aksial harus didasarkan atas kompatibilitas tegangan dan
regangan.
2. Kondisi regangan seimbang terjadi pada penampang ketika tulangan terik
tepat mencapai regangan yang berhubungan dengan tegangan leleh yang
ditentukan fy pada saat yang bersamaan dengan bagian beton yang
tertekan mencapai regangan batas asumsi 0,003
3. untuk komponen struktur lentur, dan untuk komponen yang dibebani
kombinasi lentur dan aksial tekan dimana kuat rencana φPn kurang dari
nilai yang terkecil antara 0,10.fc’.Ag dan φPb ratio tulangan yang ada tidak
boleh melampaui 0,75 dari ratio ρb yang menghasilkan kondisi regangan

Struktur Beton I 9- 1
seimbang untuk penampang yang mengalami lentur tanpa beban aksial.
Untuk komponen struktur dengan tulangan tekan, bagian ρb yang
disamakan dengan tulangan tekan tidak perlu direduksi dengan faktor
0,75.
4. Peningkatan kekuatan komponen struktur boleh dilakukan dengan
menambahkan pasangan tulangan tekan dengan tulangan tarik secara
bersamaan.

9.3 KONTROL KELANGSINGAN

Pada saat perencanaan elemen kolom perlu ditetapkan apakah kolom yang
kita rencanakan tergolong kolom pendek apakah kolom langsing. Begitu pula
perlu kita definisikan apakah tergolong kolong dengan pengaku (braced) ataukah
kolom tanpa pengaku (unbraced), Untuk itu perlu dilakukan kontrol sebagai
berikut :

Tabel 1 : Kontrol kelangsingan


No. Kondisi Kolom Pendek Kolom Langsing
1. Braced k .Lu M
< 34 − 12. 1
k .Lu M
≥ 34 − 12. 1
r M2 r M2

2. Unbraced k .Lu k .Lu


< 22 ≥ 22
r r

Dimana : r = I A I adalah Momen Inersia Penampang, k adalah Faktor

panjang efektif, M1b merupakan Momen terkecil pada ujung kolom sedangkan
M2b merupakan Momen terbesar pada ujung kolom.

Struktur Beton I 9- 2
9.4 FAKTOR PEMBESARAN MOMEN (δ)

Untuk kolom yang ditahan terhadap goyangan (braced) factor δs sama


dengan 1 sehingga momen yang harus dipikul kolom setelah dikalikan dengan
faktor pembesaran momen adalah :
M c = δ ns .M 2 SNI 03-2847-2002 pers 30 (9.1)

sedangkan untuk kolom yang tidak ditahan terhadap goyangan (Unbraced)


momen- momen pada ujung-ujung kolom diambil :
M1 = M1ns + δ s .M1s SNI 03-2847-2002 pers 37
M 2 = M 2ns + δ s .M 2 s SNI 03-2847-2002 pers 38 (9.2)

dimana :
Cm
δ ns = ≥1 SNI 03-2847-2002 pers 30 (9.3)
Pu
1−
0,75.Pc

1
δs = ≥1 SNI 03-2847-2002 pers 40 (9.4)
∑ Pu
1−
0,75. ∑ Pc

dimana :

π 2 .EI
Pc = Beban kritis =
(k .lu )2
ΣPu = Jumlah seluruh beban vertikal terfaktor yang bekerja pada suatu
tingkat.
ΣPc = Jumlah seluruh kapasitas tekan kolom-kolom bergoyang pada suatu
tingkat.

9.5 KEKAKUAN (EI)

Kalau kolom tidak dihitung dengan lebih akurat maka EI bisa diambil dari
nilai yang terkecil dari :
0,2.Ec .I g + E s .I se
EI = SNI 03-2847-2002 pers 33 (9.5)
1+ βd

Struktur Beton I 9- 3
Atau secara lebih konservatif,
0,4 Ec .I g
EI = SNI 03-2847-2002 pers 34 (9.6)
1+ βd

dimana :
Ec = Modulus Elastisitas beton = 4700 fc' Mpa

Ig = Momen Inersia penampang kolom

= 1
.b.h3 mm4
12

Es = Modulus Elastisitas Baja = 200.000 MPa


Ise = Momen Inersia tulangan terhadap pusat penampang.
βd = Ratio dari beban mati aksial terfaktor maksimum terhadap beban aksial
terfaktor maksimum
Sementara itu momen inersia balok persegi bisa diambil sebagai berikut :
I = 0,35.I g (9.7a)
1
I = 0,35. bw .h 3 (9.7b)
12

sedangkan untuk balok T momen Inersia disyaratkan :


1
I = 2. .bw .h3 (9.8)
12

9.6 FAKTOR KEKANAN UJUNG (ψ)

Faktor kekangan ujung dalam hal ini didefinisikan sebagai ratio antara sigma
Kekakuan dibagi panjang kolom-kolom dengan sigma kekakuan dibagi panjang
balok-balok pada simpul tinjauan.

∑ ⎛ ⎞EI
⎜ ⎟kolom − kolom
ψ= ⎝ L ⎠
(9.9)
∑ ⎛⎜⎝ L ⎞⎟⎠balok − balok
EI

ψ = 0 ujung kolom terjepit


ψ = 1 ujung kolom ditumpu pondasi
ψ = ∼ ujung kolom sendi

Struktur Beton I 9- 4
di dalam penerapannya dipergunakan nomogram seperti tampak pada gambar
9.1 di bawah ini,

Gambar 9.1 : Nomogram perhitungan panjang efektif (k) (a) Portal tidak
bergoyang, (b) portal bergoyang

9.7 KONDISI KOLOM AKIBAT GAYA DALAM YANG TERJADI

Dalam hal ini kolom dibagi menjadi 2 kondisi terkait dengan bekerjanya
gaya momen pada elemen kolom tinjauan. Adapun kondisi tersebut seperti
tersaji pada gambar 9.2. Kondisi pertama dikenal sebagai kelengkungan tunggal
(Single Curvature) yang mana M1/M2 selalu bernilai positif sedangkan kondisi
kedua adalah kelengkungan ganda sehingga nilai M1/M2 selalu bernilai negatif.

M1 M1

M2 M2

(a) Single Curvature (b) Double Curvature


Gambar 9.2 Kondisi kolom berdasarkan gaya momen yang bekerja

Struktur Beton I 9- 5
9.8 FAKTOR YANG MENGHUBUNGKAN DIAGRAM MOMEN AKTUAL
DENGAN DIAGRAM MOMEN MERATA EKIVALEN (Cm)

Untuk komponen struktur yang ditahan terhadap goyangan kesamping


(braced frame) dan tanpa beban transversal diantara tumpuannya Cm boleh
diambil sebagai
M1
C m = 0,6 + 0,4 ≥ 0,4 SNI 03-2847-2002 pers 35 (9.10)
M2

sedangkan untuk kasus kolom dengan beban transversal diantara kedua


tumpuannya (unbraced frame) Cm harus diambil sebesar 1,0

9.9 KONDSI-KONDISI PERENCANAAN PENAMPANG KOLOM


9.9.1 Kondisi dengan P Konsentris

Po terletak satu sumbu kerja dengan resultante gaya-gaya


As Po As
dalam C1,C2 dan C3
P C1 = 0,85. f c ' (b.h − Ast )

C2 = As . f y

C3 = As '. f y
As As

Ast = As + As '

Ag = b.h
εc' = 0.03
Ast
ρg =
Ag

0.85 fc'

C3
C2
C1

Sehingga :
Pn = Po = 0,85. f c '.( Ag − Ast ) + Ast . f y atau,

[ (
Pn = Po = 0,85. f c '+ ρ g f y − 0,85. f c ' Ag )] (9.11)

Struktur Beton I 9- 6
9.9.2 Kondisi Tekan menentukan

e < eb
As Po As
P > Pb

ε s < ε y -Æ f s < f y

d ⎛d ⎞
d' εs = ⎜ − 1⎟0,003
d' ⎝x ⎠

x ⎛d ⎞
f s = ε s .Es = ⎜ − 1⎟600 ≤ f y
⎝x ⎠
εs < εy
(
εc' = 0.03 Cs ' = As ' f y − 0,85 f c ' )
a
Cc ' = 0,85. f c '.b.d = 0,85. f c '.b.β1.x
P
⎛d ⎞
T = As ⎜ − 1⎟600
0.85 fc' ⎝ x ⎠
T Cc' Cs'

∑V = 0 -Æ P = Cc '+Cs '−T

( ) ⎛d ⎞
P = 0,85.β1 . f c '.x + As ' f y − 0,85. f c ' − As .⎜ − 1⎟.600 (9.12)
⎝x ⎠

Σ M di pusat plastis = 0
⎛ a⎞
P.e = Cc' ⎜ d − d "− ⎟ + Cs '.(d − d "−d ') + T .d "
⎝ 2⎠

⎛d ⎞
⎛ β .x ⎞
( )
P.e = 0,85. f c '.b.β1.x⎜ d − d "− 1 ⎟ + As ' f y − 0,85 f c ' (d − d "−d ') + As ⎜ − 1⎟600.d " (9.13)
⎝ 2 ⎠ ⎝x ⎠

Struktur Beton I 9- 7
9.9.3 Kondisi Balanced

600
Xb = .d
600 + fy
As Po As
ab = β 1.xb

εs = εy -Æ fs = fy

d ⎛d ⎞
fs = εs.Es = ⎜ − 1⎟600 ≤ fy
d' d' ⎝x ⎠

Cs ' = As ' ( fy − 0,85 fc ')


x
Cc ' = 0,85 . fc '.b.a
εs = εy
Cc ' = 0,85 . fc '.b.β .xb
εc' = 0.03
ab
T = As. fy
Pb

0.85 fc'
T Cc' Cs'

∑V = 0 -Æ Pb = Cc'+Cs '−T

Pb = 0,85.β 1. fc '.xb + As ' ( fy − 0,85. fc ') − As. fy (9.14)

Bila As = As’ (seperti pada umumnya !)


Pb = 0,85. fc ' (β 1.b.xb − As ') (9.15)
Σ M di pusat plastis = 0
⎛ a⎞
P.e = Cc ' ⎜ d − d "− ⎟ + Cs '.(d − d "− d ') + T .d "
⎝ 2⎠

⎛ β 1.xb ⎞
P.e = 0,85. fc'.b.β 1.xb⎜ d − d "− ⎟ + As ' ( fy − 0,85 fc ')(d − d "− d ') + As. fy.d "
⎝ 2 ⎠

(9.16)

Struktur Beton I 9- 8
9.9.4 Kondisi Tarik menentukan

e > eb
As Po As P < Pb

εs > εy Æ fs = fy
εs ' harus di kontrol leleh atau
d tidak ?
d' d'
⎛ d' ⎞
εs ' = ⎜ 1 − ⎟0,003
⎝ x⎠
x
εs > ε y ⎛d ⎞
fs = εs.Es = ⎜ − 1⎟600 ≤ fy
⎝x ⎠
εc' = 0.03 Cs ' = As ' ( fy − 0,85 fc')
a
Cc '= 0,85. fc '.b.d
P
T = As. fy
0.85 fc'
T Cs'
Cc'

∑V = 0 -Æ P = Cc'+Cs'−T

P = 0,85.β 1. fc '.xb + As ' ( fy − 0,85. fc ') − As. fy (9.17)


Σ M di pusat plastis = 0
⎛ a⎞
P.e = Cc' ⎜ d − d "− ⎟ + Cs '.(d − d "− d ') + T .d "
⎝ 2⎠

⎛ β 1.xb ⎞
P.e = 0,85. fc '.b.β 1.xb⎜ d − d "− ⎟ + As' ( fy − 0,85 fc')(d − d "−d ') + As. fy.d " (9.18)
⎝ 2 ⎠

Struktur Beton I 9- 9
Catatan :
1. Untu kondisi tekan menentukan
a. Bila P diketahui Æ e dapat dihitung
b. Bila e diketahui Æ P dapat dihitung
c. Æ f(x) akan membentuk persamaan pangkat 3
2. Untu kondisi tarik menentukan
a. Bila P diketahui Æ e dapat dihitung
b. Bila e diketahui Æ P dapat dihitung
c. Untuk fs’ = fy Æ f(x) akan membentuk persamaan kuadrat
d. Untuk fs’ < fy Æ f(x) akan membentuk persamaan pangkat 3

Prosedur yang harus dilakukan pada perhitungan analitis kolom untuk


mengetahui kondisi kolom yang direncanakan adalah sebagai berikut :
1. Diketahui gaya-dalam seperti P, Mx, My
2. Hitung eksentrisitas terjadi :
M
e=
P

kemudian bandingkan dengan eksentrisitas minimum yang ditetapkan oleh


SNI 03-2847-2002 pers 36 yakni sebesar : e(min) = (15 + 0,03h) mm,
dimana h adalah tinggi kolom dalam mm.
Apabila eksentristas terjadi lebih kecil atau sama dengan eksentrisitas
minimum maka kolom tergolong kolom konsentris. Apabila eksentrisitas lebih
besar dari eksentisitas minimum maka,
3. Lakukan perhitungan kondisi balanced untuk mendapatkan eksentrisitas
balanced. Dari perhitungan tersebut akan ada tiga kondisi kolom :
a. Bila e terjadi lebih kecil dari e balanced maka kolom tergolong tekan
menentukan.
b. Bila e terjadi sama dengan e balanced maka kolom tergolong balanced.
c. Bila e terjadi lebih besar dari e balanced maka kolom tergolong tarik
menentukan.
4. Kemudian lakukan kontrol kekuatan terhadap M dan P sesuai dengan kondisi
yang diperoleh pada langkah ke tiga diatas.

Struktur Beton I 9- 10
Langkah perencanaan kolom secara keseluruhan sebagai berikut :
1. Bedakan kolom dengan pengaku (braced frame) atau kolom tanpa pengaku
(unbraced frame).
2. Hitung faktor kekakuan (EI) kolom atau balok
3. Hitung faktor kekangan ujung-ujung kolom (ψa ) dan (ψb )
4. Hitung faktor panjang efektif (k)
⎛ kL ⎞
5. Tentukan perlu atau tidaknya analisa kolom langsing dengan batasan ⎜ ⎟
⎝ r ⎠

6. Apabila ternyata kolom langsing, hitung Pc kolom-kolom yang bersangkutan.


7. Hitung faktor Cm
8. Hitung faktor pembesaran momen (∂s dan ∂ns)
9. Hitung M c = δ ns .M 2 atau M 1 = M1ns + δ s .M1s , M 2 = M 2ns + δ s .M 2 s

10. Analisa/Design penampang kolom langsing berdasar Pu dan Mc diatas.

Catatan penting tentang kolom :


1. Ratio tulangan memanjang kolom antara 1 persen sampai dengan 8 persen.
As(total )
ρt =
Ag

2. Penampang kolom segiempat jumlah minimum tulangan = 4 batang


Penampang kolom segitiga jumlah minimum tulangan = 3 batang
Penampang kolom bulat bersengkang spiral jumlah minimum tulangan = 6
batang.
3. Ratio tulangan spiral minimal
⎛ Ag ⎞ fc '
ρs ≥ 0,45.⎜ − 1⎟
⎝ Ac ⎠ fy

4. Eksentrisitas minimum = (15 + 0,03h) mm

5. Apabila M2b = M1b = 0 maka M2


diambil sama dengan 1
M1

6. Kuat rencana φPn minimal dan maksimal


Bila φPn lebih kecil dari nilai terkecil dari 0,1fc’Ag atau φPb maka dihitung
sebagai balok

Struktur Beton I 9- 11
7. Untuk sengkang spiral penampang perlu diperbesar bila :
φPn > 0,85.φ [0,85. fc' ( Ag − Ast ) + Ast. fy ]

Untuk sengkang spiral penampang perlu diperbesar bila :


φPn > 0,80.φ [0,85. fc ' ( Ag − Ast ) + Ast. fy ]

Contoh 9.1 :

650 KN 650 KN

d'=40

60 KN 70 KN-

Lu = 5000 12 D 22 400

400
120 KN 40 KN-

650 KN 550 KN

(a) Akibat beban mati (b) Akibat beban hidup

Diketahui :
fc' = 30 MPa
fy = 320 MPa
Es = 200.000 MPa
Ec = 24.000 Mpa
Portal = braced
K =1
ditanya :
a. Apakah kolom diatas tergolong kolom pendek atau kolom panjang
b. Hitung besarnya e perlu
c. Hitunglah besarnya M c = δ ns M ns + δ s .M s

d.Tergolong kondisi apa kolom diatas ( tekan menentukan, tarik


menentukan,balanced atau konsentris) buktikan

Struktur Beton I 9- 12
Penyelesaian :
Diketahui :
fc’ = 30 MPa
fy = 320 MPa
Es = 200.000 MPa
Ec = 4700 fc'

k =1
1
.400.4003
a. r= 12 = 115,47 mm
(400 x400)
k .Lu 1.5000
= = 43,3
r 115,47

M(DA) = 60 KN-m Æ M(DA)U = 1,2 x 60 = 72 KN-m


M(LA) = 70 KN-m Æ M(LA)U = 1,6 x 70 = 112 KN-m
M(DB) = 120 KN-m Æ M(DB)U = 1,2 x 120 = 144 KN-m
M(LB) = 120 KN-m Æ M(LB)U = 1,6 x 40 = 64 KN-m

M(A)U = M(DA)U + M(LA)U = 72 + 112 = 184 KN-m


M(B)U = M(DB)U + M(LB)U = 144 + 64 = 208 KN-m

⎛M ⎞ ⎛ 184 ⎞
34 − 12⎜⎜ 1 ⎟ = 34 − 12⎜ −
⎟ ⎟ = 44,615
⎝ M2 ⎠ ⎝ 208 ⎠

k .Lu ⎛⎜ ⎛M ⎞⎞
Sehingga : < 34 − 12⎜⎜ 1 ⎟⎟ ⎟ − − > KolomPendek
⎜ ⎟
r ⎝ ⎝ M2 ⎠⎠

b. PD = 650 KN ÆP(D)U = 1,2 x 650 = 780 KN


PL = 550 KN Æ P(L)U = 1,6 x 550 = 880 KN
P(tot)u = P(D)U + P(L)U = 780 + 880 = 1660 KN

Struktur Beton I 9- 13
⎛ 208 ⎞
⎜⎜ 0,75 ⎟⎟
e= ⎝ ⎠ = 0,1253mm
⎛ 1660 ⎞
⎜⎜ ⎟⎟
⎝ 0,75 ⎠

c. Pu = 1660 KN

Ec = 4700 30 = 25.742,96MPa

1
Ig = .400.4003 = 2.133.333,333mm 4
12
1,2 x120
βd = = 0,692
208

0,4 Ec.Ig 0,4 x25.742,96 x2.133.333,333


EI = = = 1,298x1013 N − mm 2
(1 + βd ) (1 + 0,692)
π 2 .EI (3,14)2 x(1,298 x1013 ) = 5.128.424,492 N
Pc =
(k.Lu )
2
=
(1.5000)2
⎛ 184 ⎞
C m = 0,6 + 0,4⎜ − ⎟ = 0,246 < 0,4 -Æ Cm = 0,4
⎝ 208 ⎠

Cm
δ ns = ≥ 1,0
P
1− u
φ .Pc

0,4
δ ns = = 0,703 < 1,0 -Æ δb = 1
1660 x1000
1−
0,75 x5.128.424,492

M c = δ ns .M 2 = 1x 208 = 208KN − m

d. e(min) = (15 + 0,03.400) = 27 mm


Cek Kondisi Balanced.
600 1
xb = .339 = 221,086mm d = 400 − 40 − 10 − .22 = 339mm
600 + 320 2

ab = 0,85 x 221,086 = 187,92 mm


C s ' = 2280,8(320 − 0,85.30 ) = 671.694,5 N

T = As . f y = 2280,8 x320 = 729.856 N

Cc ' = o,85.β 1. fc'.b.( xb) = 0,85.0,85.30.400.221,086 = 1.916.815,62 N

Pb = 0,85.β1. fc'.b.( xb) + As' ( fy − 0,85. fc') − As. fy

Pb = 1.916.815,62 + 671.694,5 − 729.856 = 1.858.654,12 N

Struktur Beton I 9- 14
⎛ a⎞
Pb .eb = Cc' ⎜ d − d "− ⎟ + Cs' (d − d "− d ') + T .d "
⎝ 2⎠

1
d " = 400 − 40 − 10 − .22 − 200 = 139mm
2
1
d = 400 − 40 − 10 − .22 = 339mm
2
1
d ' = 40 + 10 + .22 = 61mm
2

⎛ 187,92 ⎞
Pb .eb = 1.916.815,62⎜ 339 − 139 − ⎟ + 671694,5(339 − 139 − 61) + 729.856.139
⎝ 2 ⎠

Pb .eb = 398.074.647,8N − mm

M b 398.074.647,8
eb = = = 214,17 mm
Pb 1.858.654,12

e(min) < e( perlu ) < e(balanced )

27 mm < 125,3mm < 214,17 mm -Æ Kondisi tekan menentukan

Struktur Beton I 9- 15
BAB X
KONSOL PENDEK

10.1 Umum
Sekalipun beton yang belum retak adalah relatif kuat didalam geser, dan
retak geser pada balok umumnya merupakan retak miring (retak tarik diagonal),
retak geser yang demikian menjadi lebih vertikal untuk unsur yang yang semakin
tinggi dibandingkan dengan bentang geser.
a

Vu

Nu

d/2
d h

Ah As
Bidang Geser

Gambar 10.1 : Konsol pendek


Untuk keadaan dimana dapat terjadi retak dan selip sepanjang bidang permukaan
retak tersebut, akibat tidak adanya penulangan yang memotong bidang retak itu,
dan kurang cocoknya prosedur perencanaan yang biasa di dalam penulangan geser
untuk mencegah retak miring (seperti untuk a/d lebih kecil dari 1,0), maka harus
diterapkan konsep gesekan geser di dalam transfer geser. Penggunaan konsep
gesekan geser adalah layak di dalam memberikan suatu mekanisme untuk transfer
geser di dalam keadaan seperti :
1. Pada bidang permukaan beton yang dicor dalam waktu yang berlainan.
2. Pada sambungan antara korbel (braket) dengan kolom seperti terlihat pada
gambar 10.1
3. Pada hubungan antara unsure-unsur dalam konstruksi beton pracetak, seperti
detail perletakan seperti terlihat pada gambar 10.2.(a)

Struktur Beton I 10- 1


4. Pada permukaan antara baja dengan beton, seperti perlekatan dari braket baja
dengan kolom beton seperti terlihat pada gambar 10.2.(b).
Retak pemisalan

Siku

Tul. yang dilas pada siku

Vu
(a) Penampaang bertulangan ideal

Vu
Stud yang ditanamkan, Avf

Retak pemisalan
Stud yang dilas ke pelat,
baja siku yang dilas ke pelat

(b) Pelat sisi muka


Gambar 10.2 : Penggunaan dari konsep gesekan geser selain konsol pendek

Retak dimana diperlukan penulangan gesekan geser, boleh jadi tidak disebabkan
oleh geser. Retak sedemikian dapat saja misalnya disebabkan oleh susut. Akan
tetapi sekali retak telah terjadi (disebabka oleh apa saja), suatu mekanisme
perpindahan geser harus disediakan. Cara perencanaan adalah dengan memisalkan
bahwa suatu retak akan terjadi dan kemudian menyediakan penguatan sepanjang
retak yang dimisalkan untuk mencegah perpindahan relatif di sepanjang retak
tersebut.

10.2 Ketentuan konsol pendek


Konsol pendek harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga kuat menahan
gaya geser dan momen yang bekerja padanya dengan mengikuti ketentuan berikut
(perhatikan gambar 10.1) :

Struktur Beton I 10- 2


1. Ketentuan ayat 13.9.1 SNI 03-2847-2002 berlaku dengan ratio bentang geser

terhadap tinggi a
tidak lebih besar dari satu, dan memikul gaya tarik horizontal
d

Nuc tidak lebih besar dari Vu. Jarak d diukur dari muka tumpuan.
2. Tinggi pada tepi luar daerah tumpuan tidak boleh kurang dari 0,5d
3. Penampang pada muka tumpuan harus direncanakan untuk secara bersamaan

memikiul gaya geser Vusuatu momen [Vu .a + N uc (h − d )] , dan suatu gaya tarik

horizontal Nuc
a. Di dalam suatu perhitungan perencanaan factor reduksi kekuatan φ harus
diambil 0,75
b. Perencanaan tulangan geser friksi Av harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
b.1 Untuk beton normal kuat geser Vn tidak boleh diambil lebih dari
0,2. f c '.bw .d ataupun 5,5.bw .d dalam Newton

b.2 untuk beton ringan berpasir, kuat geser Vn tidak boleh diambil melebihi
⎛ a⎞ ⎛ a⎞
: ⎜ 0,2 − 0,07 ⎟ fc'.bw.d ataupun ⎜ 5,5 − 1,9 ⎟.bw.d dalam Newton.
⎝ d⎠ ⎝ d⎠

c. Tulangan Af dirancang untuk menahan momen [Vu .a + N uc (h − d )]

d. Tulangan An yang fungsinya memikul gaya tarik Nucharus ditentukan dari


N uc ≤ φ . An . f y . Gaya tarik Nuc tidak boleh diambil kurang dari 0,2Vu kecuali

bila digunakan suatu cara khusus untuk mencegah terjadinya gaya tarik.
Gaya tarik Nuc harus dianggap sebagai suatu beban hidup walaupun gaya
tarik tersebut timbul akibat rangkak, susut dan perubahan suhu.
e. Luas tulangan tarik utama As harus diambil sama dengan nilai yang paling
besar dari (Af + An) dan (2/3Avf+An)
4. Sengkang tertutup atau sengkang ikat yang sejajar dengan As dengan luas total
Ah dengan tidak kurang dari 0,5(As-An), harus disebarkan secara merata dalam
batas dua pertiga dari tebal efektif yang bersebelahan dengan As.
As ⎛ fc' ⎞
5. ratio ρ = tidak boleh kurang dari 0,04⎜⎜ ⎟⎟
bd ⎝ fy ⎠

6. Pada sisi muka dari konsol pendek, tulangan tarik utama As harus dijangkarkan
dengan salah satu cara berikut :

Struktur Beton I 10- 3


a. Dengan las structural terhadap suatu tulangan transversal yang ukurannya
paling tidak sama, las direncanakan untuk mengembangkan kuat leleh fy dari
batang tulangan As.
b. Dengan pembengkokan balik tulangan tarik utama As, hingga membentuk
suatu putaran horizontal, atau
c. Dengan cara lain yang mampu memberikan penjangkaran yang positif.
7. daerah pendukung beban pada konsol pendek tidak boleh mencuat keluar dari
bagian lurus dari batang tulangan tarik utama As, dan tidak pula menjorok
melampaui muka dalamdari batang jangkar transversal (bila ada).

10.3 Koefisien geser friksi (µ)


Besaran koefisien geser friksi ditentukan di dalam SNI 03-2847-2002 pasal
13.7.4.(3) sebagai berikut :
Tabel 10.1 Koefisien geser friksi
No. Kondisi µ
1. Beton yang dicor monolit 1,4λ
2. Beton yang dicor diatas permukaan beton yang 1,0λ
telah mengeras dengan kondisi permukaannya
yang sengaja dikasarkan
3. Beton yang dicor diatas permukaan beton yang 0,6λ
permukaanya tidak sengaja dikasarkan
4. Beton yang dijangkar terhadap baja structural, 0,7λ
proses giling denga pasak berkepala atau
dengan batang tulangan.
No. Kondisi λ
1. Beton Normal 1,0
2. Beton ringan berpasir 0,85
3. Beton ringan total 0,75

Struktur Beton I 10- 4


10.4 Prosedur Perhitungan Konsol Pendek
Adapun langkah perencanaan pehitungan konsol pendek sebagai berikut :
1. Input Vu dan Nu (besarnya 0,2Vu)
2. Rencanakan dimensi konsol bw, h, d
3. Kontrol dimensi :
Untuk Beton Normal :
a. Vn ≤ 0,2. fc '.bw.d
b. Vn ≤ 5,5.bw.d
Untuk Beton Ringan Total :
⎛ a⎞
a. Vn ≤ ⎜ 0,2 − 0,07 ⎟ f c '.bw .d
⎝ d⎠

⎛ a⎞
b. Vn ≤ ⎜ 5,5 − 1,9 ⎟.b w .d
⎝ d⎠

4. Hitung M u = [Vu .a + N uc (h − d )]
V V
5. Hitung Avf = φ .µ . f = µ . f
u n
y y

Mu
6. Hitung Af =
0,85.φ . f y .d

Nu
7. Hitung An =
φ. f y

8. Hitung kebutuhan tulangan As ambil nilai terbesar :


a. As = (A f + An )

⎛2 ⎞
b. As = ⎜ Avf + An ⎟
⎝3 ⎠

9. Hitung kebutuhan tulangan Ah ambil nilai terbesar :

a. Ah =
1
( As − An )
2
1
b. Ah = 3 Avf

Struktur Beton I 10- 5


Contoh 10.1 :
Rencanakan suatu konsol pendek untuk menopang beban vertikal rencana, Vu =
180.000 N pada jarak a = 125 mm, lebar konsol b = 250 mm, tinggi total konsol h
= 460 mm, tinggi efektif d = 410,5 mm dengan mutu beton (fc’) = 35 Mpa dan
Mutu baja (fy) = 400 Mpa. Dalam hal ini diasumsikan pengecoran monolit dan
beton adalah beton normal.

Penyelesaian :
180.000
Vn = = 240.000 N
0,75

Kontrol:
0,20. fc'.bw .d = 0,20.(35)(250)(410,5) = 718.375N > Vn = 240.000N

5,5.bw .d = 5,5.(250)(410,5) = 564.437,5 N > Vn = 240.000 N

M u = Vu .a + N u (h − d )

M u = 180.000(125) + 36.000(460 − 410,5) = 24.282.000 N

Vn 240.000
Avf = = = 428,57 mm 2
µ . f y 1,4(1)( 400)

Mu
Af = = 232mm 2
0,75(400)(0,85)(410,5)

Nu 36.000
An = = = 120 mm 2
φ. f y 0,75.400

Perhitungan tulangan As :
⎛ 2 ⎞ ⎛ 2 ⎞
1. As1 = ⎜ Avf + An ⎟ = ⎜ .428,57 + 120 ⎟ = 405,7mm 2
⎝3 ⎠ ⎝3 ⎠

2. As 2 = A f + An = 232 + 120 = 352mm


2

Perhitungan tulangan Ah :

1. Ah =
1
( As − An ) = 1 (405,7 − 120) = 142,9mm 2
2 2

2. Ah = Avf =
1 1
(428,57 ) = 142,9mm 2
3 3

As pakai 405,7 mm2 Æ As pasang 3 D 16 mm (As = 603,19 mm2)


Ah pakai 142,9 mm2 Æ As pasang 3 φ 10 mm (As = 471,24 mm2)

Struktur Beton I 10- 6


Sketsa :

a = 125 mm

Vu = 180.000 N

Nu = 36.000 N

d/2
h = 460 mm

d = 410.5 mm

As = 3 d 16
Ah = 3 D 10

Struktur Beton I 10- 7


BAB XI
BALOK TINGGI

11.1 Umum

P (Beban terpusat)

q (Beban merata)

d
h

a a
ln bw
Tulangan geser vertical (sengkang) = Av
Tulangan geser horisontal = Avh

Ketentuan khusus untuk komponen struktur lentur tinggi SNI 03-2847-2002 pasal
13.8 :

• Digolongkan pada komponen lentur tinggi apabila ln


<5
d

• Letak penampang kritis :


Beban merata = 0,15 ln
Beban terpusat = 0,50 a
akan tetapi tidak lebih besar daripada d
• Kekuatan geser nominal (Vn) tidak boleh diambil lebih besar dari pada jika :
ln 2
<2 → Vn = . f c ' .bw .d
d 3

ln 1⎛ l ⎞
= 2 − 5 → Vn = ⎜10 + n ⎟ f c ' .bw .d
d 18 ⎝ d⎠

Vu
• Apabila Vn ≥ → ukuran penampang memenuhi
φ

Vu
Vn < → ukuran penampang dibesarkan
φ

• Vn = Vc + Vs

Struktur Beton I 11- 1


1
• Kekuatan geser beton: Vc = fc ' .bw .d
6

Perhitungan lebih rinci


⎛ M ⎞⎡ 1 ⎛ V .d ⎞⎤
Vc = ⎜⎜ 3,5 − 2,5 u ⎟⎟ ⎢ ⎜⎜ f c ' + 120.ρ w . u ⎟⎟⎥bw .d
⎝ Vu .d ⎠ ⎢⎣ 7 ⎝ M u ⎠⎥⎦

⎛ M ⎞
Syarat : ⎜ 3,5 − 2,5 u ⎟ ≤ 2,5
⎜ Vu .d ⎟⎠

1 Av . f y .d
Vc ≤ f c ' .bw .d ; Vs =
2 s
• Apabila :
1 V
Vc < u < Vc → pasang tulangan geser minimum
2 φ

Vu
Vu
> Vc → pasang tulangan geser Vs = φ − Vc
φ

• Bila Vu > φVc maka :


⎡ ⎛ ln ⎞ ⎛ l ⎞⎤
⎢A ⎜ d ⎟ Avh ⎜ 11 − n d ⎟⎥
Vs = ⎢ v ⎜1 + ⎟+ ⎜ ⎟⎥ f y .d

s ⎜ 12 ⎟ s2 ⎜ 12 ⎟⎥
⎣ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎦

• Luas tulangan geser Av


Vertikal (sengkang) → Av = 0,0015.bw.s
d
s≤ atau 500 mm
3

Horisontal → Avh = 0,0025.bw .s2

d
s2 ≤ atau 500 mm
3

Contoh 11.1 :
Balok dua tumpuan mempunyai bentang bersih ln = 10 ft (3,05 m) dibebani
beban hidup merata sebesar 81.000 lb/ft (1182 KN/m) pada sisi atas balok.
Tinggi balok h adalah 6 ft (1,83 m) dan lebar balok b adalah 20 in (508 mm).
Luas tulangan tarik horisontal adalah 8,0 in2 (5161 mm2). Mutu beton fc’ = 4.000
psi (27,6 MPa) dan mutu baja fy = 60.000 psi (414 MPa). Rencanakan
penulangan balok tersebut.

Struktur Beton I 11- 2


Penyelesaian :

Step 1 : Kontrol ln/d dan evaluasi gaya geser terfaktor Vu


Asumsi d ≈ 0,9 h = 0,9 x 6 x 12 = 65 in (1651 mm)
l n 10 x12
= = 1.85 < 4
d 65
Oleh karena itu balok diatas disebut balok tinggi (deep beam)
20 x72
Berat sendiri balok = x150 = 1500 lb/ft (21,9 KN/m)
144

Total Beban terfaktor = (1,2 x1500 ) + (1,6 x81000 )


= 131.400 lb/ft (1942 KN/m)
Posisi penampang kritis = 0,15 ln = 0,15 x 10
= 1,5 ft = 18 in (457,2 mm)
Gaya geser terfaktor Vu pada penampang kritis adalah,
131.400 x10 18
Vu = − 131.400 x = 459.900lb (2040 KN)
2 12

Step 2 dan 3 : Gaya geser nominal Vn dan kapasitas tahanan Vc


ln
Karena < 2 maka :
d

2
Vn = . f c ' .bw .d
3
2
Vn = . 27.6 .508.1651 = 2.937.474,25 N
3
Vu = 0,75 x 2.937.474,25 = 2.203.105,7 N
1
Vc = fc ' .bw .d
6

1
Vc = 27,6 .508.1651 = 734.368,56 N
6
Step 4 dan 5 : Asumsikan tulangan geser terpasang ∅ 10 mm
Av = 2 x 0,25 x 3,14 x 102 = 157,14 mm2
Vs = Vn - Vc
Vs = 2.937.474,25- 734.368,56 = 2.203.105,68 N
⎡ ⎛ ln ⎞ ⎛ l ⎞⎤
⎢A ⎜ ⎟ Avh ⎜ 11 − n d ⎟⎥
Vs = ⎢ v ⎜ 1 + d ⎟ + ⎜ ⎟⎥ f y .d
⎢ ⎜⎝ ⎟ s2 ⎜ 12 ⎟⎥
s 12
⎣ ⎠ ⎝ ⎠⎦

Struktur Beton I 11- 3


Asumsikan sv = sh = s (jarak tulangan geser arah vertikal dan horisontal dibuat
sama)
⎡ ⎛ 3050 ⎞ ⎛ 11 − 3050 ⎞⎤
157,14 ⎜ 1651 ⎟ + 157,14 ⎜ 1651 ⎟⎥ 414.1651
2.203.105,68 = ⎢ 1 +
⎢ s ⎜⎜ 12 ⎟⎟ s ⎜⎜ 12 ⎟⎟⎥
⎣⎢ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎦⎥

s = 585 mm

s= d
= 1651
= 550 mm Æ pasang s = 500 mm
3 3

Av = 0,0015.bw .s

Dipasang jarak s = 200 mm :


Av = 0,0015.508.200 = 152,4 mm2 < Av = 157 mm2
Avh = 0,0025.508.200 = 254 mm2 > Av = 157 mm2
Pasang D 13 – 200 mm

Struktur Beton I 11- 4


BAB XII
KOLOM BIAKSIAL

12.1 Umum
Pada bab ini akan dibahas investigasi terhadap kolom persegi yang
dibebani aksial tekan dan kombinasi momen baik dalam arah x dan arah y.
Satu metode analisa adalah menggunakan prinsip-prinsip dasar
keseimbangan dengan asumsi kekuatan yang sama yang dipergunakan
pada bab sebelumnya untuk kondisi yang mana kolom menerima beban
aksial tekan dan momen pada satu arah sumbu saja. Metode ini
sesungguhnya meliputi suatu proses coba-coba (trial error) untuk
memperoleh posisi dari garis netral, karenanya beberapa metode cukup
komplek sehingga tidak ada formula yang mungkin telah dikembangkan
untuk penggunaan praktis.

12.2 Bidang-Bidang Keruntuhan (Failure Surfaces)


Konsep yang dipergunakan bidang-bidang keruntuhan telah
dipresentasikan oleh bresler, Pannel, dan yang paling baru oleh Hsu.
Kekuatan nominal suatu penampang dengan beban aksial tekan dan
momen biaksial adalah fungsi dari 3 variabel yaitu Pn, Mnx dan Mny,
mungkin juga digambarkan dalam bentuk gaya aksial Pn yang bekerja
dengan eksentrisitas e y = M nx Pn dan e x = M ny Pn terhadap sumbu x dan

sumbu y berturut-turut sebagaima ditunjukkan pada gambar 12.1

Struktur Beton I 12- 1


Gambar 12.1 : Notasi gaya-gaya yang bekerja pada kolom biaksial

Tiga tipe bidang-bidang keruntuhan telah didefinisikan. Pada tipe


yang pertama S1 variabel-variabel yang dipergunakan pada ketiga sumbu
orthogonal adalah Pn, ex dan ey sebagaimana ditunjukkan pada gambar
12.2; pada tipe kedua S2 variabelnya adalah 1 Pn , ex dan ey sebagaimana

digambarkan pada gambar 12.3; pada tipe ketiga S3 variabelnya adalah


Pn, Mnx dan Mny sebagaimana ditunjukkan pada gambar 12.4. Bresler telah
mengembangkan prosedur analisis menggunakan reciprocal surface S2.
Tipe ketiga dari bidang keruntuhan S3 adalah pengembangan diagram
interaksi 3 dimensi untuk aksial tekan (compression) dan lentur 1 arah
(uniaksial bending) sebagaimana dipergunakan pada bab sebelumnya.
Bresler dan Parme, nieves dan Gouwens telah mengusulkan pendekataan
praktis untuk penggunaan bidang S3. Berikut 2 metode analisa
digambarkan, pertama menggunakan reciprocal 1 Pn -ex-ey surface S2

memberikan petunjuk untuk suatu disain investigasi, dan kedua


menggunakan Pn, Mnx ,Mny surface S3 yang berguna untuk membuat disain
baru.

Gambar 12.2 : Bidang Keruntuhan S1 (Pn, ex, ey) Bresler

Struktur Beton I 12- 2


Gambar 12.3 : Bidang Keruntuhan S2 ( 1 Pn , ex, ey) Bresler

Gambar 12.4 : Bidang Keruntuhan S3 (Pn, Mnx, Mny) Bresler

12.2.1 Metode Bresler


Bresler didalam percobannya untuk mengembangkan prosedur
realistis untuk investigasi mengusulkan pendekatan suatu point ( 1 Pn1 , exA,

exB) pada bidang keruntuhan S2 dengan suatu titik ( 1 Pi , exA, exB) pada

bidang S2 melintasi point A, B dan C (Gambar 12.5). Setiap titik pada


permukaan yang benar didekati dengan bidang yang berbeda, sehingga
permukaan keruntuhan sesungguhnya didefinisikan oleh bidang-bidang
yang tak terhingga.
Permasalahan selanjutnya adalah untuk menentukan kekuatan Pn1
yang ada dengan eksentrisitas biaksial exA dan exB dengan asumsi bahwa
Pn1 sama dengan nilai Pi yang terletak pada bidang S2’ ditetapkan secara
rinci. Bidang spesifik dengan melintasi 3 titik A, B dan C yang selanjutnya
dikenal sebagai bidang keruntuhan S2,

Struktur Beton I 12- 3


⎛ 1 ⎞
A⎜ e xA ,0, ⎟
⎜ Py ⎟
⎝ ⎠

⎛ 1 ⎞
B⎜⎜ 0, e xB , ⎟

⎝ Px ⎠

⎛ 1 ⎞
B⎜⎜ 0,0, ⎟

⎝ Po ⎠

dimana Po adalah kekuatan nominal dibawah aksial tekan tanpa


eksentrisitas. Px adalah kekuatan nominal pada eksentrisitas uniaksial eyB
(Mnx = PxeyB); dan Py adalah kekuatan nominal dengan eksentrisitas
uniaksial exA (Mny = PyexA).
Dengan kata lain, titik A digambarkan sebagai suatu point (Py, Mny)
pada uniaksial diagram interaksi Pn-Mn, sebagaimana digambarkan pada
gambar 12.6. Untuk lentur arah y, titik B digambarkan suatu titik (Px, Mnx)
pada diagram interaksi uniaksial Pn-Mn untuk lentur pada sumbu x; dan
titik C adalah suatu titik yang terletak pada kedua diagram interaksi
uniaksial Pn-Mn.
Persamaan dari bidang S2’ didefinisikan didalam bentuk 3 titik A, B
dan C. Dengan memisalkan x = ex, y = ey, dan z = , persamaan umum
dari bidang tersebut adalah,
A1 x + A2 y + A3 z + A4 = 0 (12.1)

Gambar 12.5 :
Gambaran secara grafik dari Reciprocal load methode dari Bresler

Struktur Beton I 12- 4


Substitusi koordinat titik A, B dan C (lihat gambar 12.5) ke dalam
persamaan 12.1
1
A1e xA + 0 + A3 + A4 = 0 (12.2a)
Py

1
0 + A2 e yB + A3 + A4 = 0 (12.2b)
Px

1
0 + 0 + A3 + A4 = 0 (12.2c)
Po

Penyelesaian persamaan (12.2abc) untuk A1, A2 dan A3 didalam bentuk A4,

1 ⎛⎜ Po ⎞
A1 = − 1⎟ A4 (12.3a)
e xA ⎜⎝ Py ⎟

1 ⎛ Po ⎞
A2 = ⎜ − 1⎟⎟ A4 (12.3b)

e yB ⎝ Px ⎠

A2 = − Po A4 (12.3c)

Substitusi persamaan (12.3abc) kedalam persamaan (12.1) diperoleh,


⎡ x ⎛P ⎞ ⎛ Po ⎞ ⎤
A4 ⎢ ⎜ o − 1⎟ + y ⎜ − ⎟ − Po z + 1⎥ = 0
⎜P 1⎟ (12.4)
⎢⎣ e xA ⎜⎝ Py ⎟ e yB
⎠ ⎝ x ⎠ ⎥⎦

Tentukan persamaan diatas dengan Po, persamaan bidang S2’ menjadi,

x ⎛⎜ 1 1 ⎞⎟ y ⎛ 1 1 ⎞ 1
− + ⎜ ⎟
e xA ⎜⎝ Py Po ⎟⎠ e yB ⎜ P − P ⎟−z+ P =0 (12.5)
⎝ x o ⎠ o

Pada titik (x = exA, y = eyB, z = 1/Pi) pada bidang yang didekati titik (x =
exA, y = eyB, z = 1/Pn1) pada permukaan keruntuhan yang benar,
persamaan (12.5) menjadi,
⎛ 1 1 ⎞ ⎛ 1 1 ⎞ 1 1
⎜ − ⎟ + ⎜⎜ − ⎟− + =0
⎜ Py Po ⎟ ⎝ Px Po ⎟⎠ Pi Po
⎝ ⎠

Dengan direduksi berikut digambarkan nilai dari Pi


1 1 1 1
= + − (12.6)
Pi Px Py Po

Struktur Beton I 12- 5


Gambar 12.6 :
Diagram interaksi untuk aksial tekan dan momen lentur satu sumbu

12.2.2 Metode kontur beban – pendekatan Bresler


Metode kontur beban meliputi pemotongan permukaan keruntuhan
S3 (gambar 12.4) di suatu nilai konstan dari Pn untuk memberikan suatu
sebutan interaksi “kontur beban” yang berhubungan dengan Mnx dan Mny.
Dengan kata lain seluruh permukaan S3 dipertimbangkan meliputi suatu
kelompok kurva (kontur beban) yang menghubungkan nilai-nilai konstan
dari Pn, yang mana jika digambarkan superposisi antara satu dengan
lainnya pada satu bidang akan bisa dianalogkan suatu peta kontur. Suatu
bidang tipikal pada Pn konstan dengan kontur beban dapat ditunjukkan
pada gambar 12.7.
Persamaan non-dimensional umum untuk kontur beban pada Pn
dapat digambarkan sebagai berikut,
α1 α2
⎛ M nx ⎞ ⎛ M ny ⎞

⎜M

⎟ +⎜ ⎟ =1 (12.7)
⎝ ox ⎠ ⎜ M oy ⎟
⎝ ⎠

Struktur Beton I 12- 6


Gambar 12.7 :
Kontur beban untuk Pn konstan pada permukaan keruntuhan S3 dari
Bresler

Bresler mengusulkan bahwa α1 = α2 = α; selanjutnya,


α α
⎛ M nx ⎞ ⎛M ⎞
⎜ ⎟ + ⎜ ny ⎟ =1
(12.8)
⎜M ⎟ ⎜ M oy ⎟
⎝ ox ⎠ ⎝ ⎠

Secara grafis ditunjukkan pada gambar 12.8


Pada penggunaannya persamaan (12.8) atau gambar 12.8 masih
diperlukan untuk mempunyai nilai α yang dapat dipakai untuk khusus
untuk investigasi kolom. Bresler menyampaikan perhitungan nilai-nilai α
bervariasi antara 1,15 sampai 1,55.
Untuk tujuan praktis α sama dengan 1,5 untuk kolom empat
persegi panjang dan α antara 1,5 sampai 2,0 untuk kolom persegi.

Struktur Beton I 12- 7


Gambar 12.8 :
Kurva interaksi untuk persamaan (12.8) (dari Bresler)

12.2.3 Metode kontur beban-Pendekatan Parme


Gambaran pendekatan disini telah dikembangkan oleh Parme
sebagai pengembangan dari metode kontur beban Bresler. Persamaan
interaksi Bresler (12.8) adalah mengasumsikan kriteria kekuatan dasar
untuk mendefinisikan kontur beban tipikal menggambarkan perpotongan
dari permukaan keruntuhan S3 (Gambar 12.7) dengan suatu bidang
horisontal setinggi Pn. Sedemikian suatu kontur beban tipikal ditunjukkan
pada gambar (12.9). Perubahan didalam orientasi dari sumbu Mnx dan M y

telah dibuat didalam gambar (12.9) untuk merubah gambaran 2 dimensi.


Pada pendekatan Parme, titik B pada kontur beban didefinisikan
sebagai kekuatan momen biaksial Mnx dan M yp
 ada titik ini didalam
perbandingan yang sama sebagai kekuatan momen uniaksial Mox dan M y;
sehingga pada titik B
M ny M ox
= (12.9)
M nx M oy

Atau
M nx = βM ox ; M ny = β M oy (12.10)

Struktur Beton I 12- 8


Ketika kontur beban dari gambar 12.9 disesuaikan untuk
memperoleh bentuk nondimensional dari gambar 12.10, titik B akan
mempunyai perbandingan β yang telah didefinisikan oleh persamaan
12.10 sebagai koordinat x dan y. Didalam pengertiannya β adalah bagian
yang konstan dari kekuatan momen uniaksial yang diijinkan untuk
dipergunakan secara serentak pada penampang kolom. Nilai sebenarnya
dari β tergantung pada perbandingan dari Pn dengan Po, seperti halnya
material dan penampang kotor, bagaimanapun biasanya antara 0,55
sampai 0,70. Nilai rata-rata dari β = 0,65 diajurkan untuk disain. Nilai
yang lebih akurat dari β telah diperhitungkan dengan menggunakan
prinsip-prinsip dasar dari keseimbangan, dan nilai dari β ditunjukkan pada
gambar 12.11

Gambar 12.9 :
Kontur beban bidang pada Pn konstan yang memotong bidang keruntuhan
S3

Gambar 12.10 : Kontur beban nondimensional pada Pn konstan

Struktur Beton I 12- 9


Pernah nilai empiris β telah dipastikan untuk diberikan pada
penampang dan beban, kontur beban nondimensional lengkap telah
didefinisikan jika persamaan 12.8 diterima sebagai hubungan yang benar.
Hubungan antara α dari persamaan 12.8 dan β diperoleh dengan
menggunakan koordinat dari titik B, yang diketahui deteksi pada kontur.
Sehingga substitusi koordinat dari B kedalam persamaan 12.8 diperoleh
α α
⎛ βM ox ⎞ ⎛ β M oy ⎞
⎜ ⎟ +⎜ ⎟ =1
⎜ M ⎟ ⎜ M oy ⎟
⎝ ox ⎠ ⎝ ⎠

1
βα =
2
α log β = log 0,5
log 0,5
α = log β (12.11)

Sehingga persamaan 12.8 ditulis,


log 0,5 log β log 0,5 log β
⎛ M nx ⎞ ⎛ M ny ⎞

⎜M

⎟ +⎜
⎜ M oy


=1 (12.12)
⎝ ox ⎠ ⎝ ⎠

Penggambaran persamaan 12.12 untuk nilai β yang berbeda ditunjukkan


didalam gambar 12.12.
Gouwens telah menyampaikan persamaan yang mungkin
dipergunakan pada kurva dari gambar 12.12.
Untuk tujuan disain, kontur beban nondimensional dari gambar
12.10 didekati oleh 2 garis lurus AB dan BC sebagaimana ditunjukkan
didalam gambar 12.13. Ketika Mny/Moy lebih besar dari Mnx/Mox pendekatan
persamaan garis lurus untuk BC adalah,
M ny M nx ⎛ 1− β ⎞
+ ⎜⎜ ⎟⎟ = 1 (12.13)
M oy M ox ⎝ β ⎠

Ketika Mny/Moylebih kecil dari Mnx/Mox pendekatan persamaan garis lurus


untuk AB adalah,
M nx M ny ⎛ 1− β ⎞
+ ⎜⎜ ⎟⎟ = 1 (12.14)
M ox M oy ⎝ β ⎠

Untuk tujuan disain persamaan 12.13 dan 12.14 dapat ditulis,

Struktur Beton I 12- 10


⎛ M oy ⎞⎛ 1 − β ⎞ ⎡ M ny M oy ⎤
M ny + M nx ⎜⎜ ⎟⎜
⎟⎜ β
⎟⎟ = M oy ; ⎢ for ≥ ⎥ (12.15)
⎝ M ox ⎠⎝ ⎠ ⎢⎣ M nx M ox ⎥⎦

⎛M ⎞⎛ 1 − β ⎞
⎡ M M ⎤
M nx + M ny ⎜ ox ⎟⎜ ⎟⎟ = M ox ; ⎢ for ≤ ⎥
ny oy

⎜ M oy ⎟⎜⎝ β (12.16)
⎝ ⎠ ⎠ ⎢⎣ M nx M ox ⎥⎦

Ketika penampang persegi dipergunakan dengan distribusi


penulangan yang merata pada semua sisi, perbandingan Mox dengan Moy
(yaitu Mny/Mnx dari gambar 12.1) akan didekati sama untuk b dan h,
sehingga
M oy b

M ox h

Yang mana diberikan untuk persamaan 12.15 dan 12.16, berturut-turut

⎡ M ⎤
⎛ b ⎞⎛ 1 − β ⎞ b
≥ ⎥
⎟⎟ ≈ M oy ; ⎢ for
ny
M ny + M nx ⎜ ⎟⎜⎜ (12.17)
⎝ h ⎠⎝ β ⎠ ⎢⎣ M nx h ⎥⎦

⎡ M ⎤
⎛ h ⎞⎛ 1 − β ⎞ b
≤ ⎥
⎟⎟ ≈ M ox ; ⎢ for
ny
M nx + M ny ⎜ ⎟⎜⎜ (12.18)
⎝ b ⎠⎝ β ⎠ ⎢⎣ M nx h ⎥⎦

Struktur Beton I 12- 11


Gambar 12.11 : Disain lentur biaksial β konstan untuk 0,6 ≤ γ ≤ 1,0 ; dan
1,0 ≤ h b ≤ 4,0

Struktur Beton I 12- 12


Gambar 12.12 : Hubungan interaksi lentur biaksial (kontur beban) dalam
bentuk nilai β

Gambar 12.13 : Pendekatan garis lurus dari kontur beban untuk disain

Struktur Beton I 12- 13


Contoh :
Diketahui penampang kolom unbraced ukuran 550 x 550 mm2, adapun
data-data perencanaan adalah sebagai berikut :
fc ’ = 27,5 MPa (4 ksi)
fy = 415 MPa (60 ksi)
Mxns = 350 KN-m
Mxs = 280 KN-m
δs = 1,2
My = 30% x 600 = 180 KN-m
Pu = 2000 KN

446 mm

20D25 550 mm

550 mm

As = 20 x ¼ x 3,14 x 252 = 9812,5 mm2

ρ = As 9812,5
= = 3,2%
Ag 5502

Mux = Mxns + δsMxs Muy = 180 KN-m


= 350 + 1,2.280
= 686 KN-m

γ = 446/550 = 0,81
fc’ = 4 ksi
fy = 60 ksi
dipakai R4-60-75
Dari diagram R4-60-75 diperoleh :

Struktur Beton I 12- 14


ey M ux 686
= = = 0,623 ; ρ = 3%
h Pu .h 2000.0,55

φ .Py
= 1 ksi x 6,895 x 5502 = 2.085.737,5 N = 2085,7 KN
Ag

ex M uy 180
= = = 0,163 ; ρ = 3%
h Pu .h 2000.0,55

φ .Px
= 2,4 ksi x 6,895 x 5502 = 5.005.770 N = 5005,8 KN
Ag

e
= 0 ; ρ = 3%
h
φ .Po
= 3,58 ksi x 6,895 x 5502 = 7466,94 KN
Ag

1 1 1 1 1
= = + −
φ .Pn φ .Pi φ .Px φ .Py φ .Po

1 1 1 1 1
= = + −
φ .Pn φ .Pi 2085,7 5005,8 7466,94

1 1
= = 5,453x10− 4
φ .Pn φ .Pi

∅.Pn = 1833,9 KN < Pu = 2000 KN (tidak memenuhi)

Gambar 12.14 : Diagram interaksi untuk R4-60-75

Struktur Beton I 12- 15


BAB XIII
PONDASI

13.1 Umum
Pondasi adalah elemen struktur yang memindahkan beban dari
kolom ke tanah, beban dinding atau beban lateral dari dinding penahan
tanah. Jika beban-beban ini ditransfer pondasi-pondasi untuk
mengantisipasi settlement dan rotasi, untuk meminimalkan diferential
settlement, dan untuk menentukan cukupnya angka keamanan terhadap
geser dan momen guling.

13.2 Tipe-Tipe Pondasi


Tipe-tipe pondasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Struktur Beton I 13- 1


Gambar 13.1 : Tipe-Tipe Pondasi

13.3 Ketentuan Pondasi


Beberapa ketentuan SNI 03-2847-2002 yang berhubungan dengan elemen
struktur pondasi adalah sebagai berikut :
1. Geser pada pondasi telapak
a. Aksi balok satu arah dimana masing-masing penampang kritis yang
akan ditinjau menjangkau sepanjang bidang sejarak d yang
memotong seluruh lebar pelat atau pondasi telapak .
b. Aksi dua arah dimana masing-masing penampang kritis yang akan
ditinjau haruslah ditempatkan sedemikian hingga perimeter
penampang, bo adalah minimum, tetapi tidak perlu lebih dekat
daripada jarak d/2 ke :
• Tepi atau sudut kolom, beban terpusat atau daerah reaksi, atau
• Lokasi perubahan ketebalan pelat seperti pada tepi kepala
kolom atau tepi daerah penebalan pelat.

Struktur Beton I 13- 2


Gambar 13.2 : Aksi 1 arah dan aksi 2 arah pada pondasi
c. Untuk pelat dan pondasi telapak non prategang, nilai Vc harus
diambil sebagai nilai terkecil dari persamaan berikut :

⎛ 2 ⎞ f c ' .bo .d
Vc = ⎜⎜1 + ⎟
⎟ (13.1)
⎝ β c ⎠ 6

Dimana : βc = ratio dari sisi panjang terhadap sisi pendek kolom,


daerah beban terpusat atau daerah reaksi; bo = keliling
penampang kritis
1
Vc = f c 'bo .d (13.2)
3
d. Kuat geser Vn harus dihitung menurut persamaan 13.3 berikut :
1
Vn = Vc + Vs ≤ f c 'bo .d
2

1
Dimana : Vc ≤ f c 'bo .d
6

Struktur Beton I 13- 3


Contoh :
• P : 26538,37 kg
• Dimensi poer : 3,2 m x 3,2 m x 0,65 m
• Jumlah tiang pancang : 9 buah
• Dimensi kolom : 60 cm x 60 cm
• Mutu beton (fc’) : 25 Mpa
• Mutu baja (fy) : 320 Mpa
• Diameter tulangan pokok : 22 mm
• Selimut beton (dc) : 50 mm
• Tinggi efektif (d) : 650–50–½.22 = 589 mm

Pu kolom
d

kolom
60/60 Vu

bidang retak
0.65

0.35

0.60

Mx
1.00
My
3.20 X
kolom
50/50 1.00

0.60

0.60 1.00 1.00 0.60

3.20

Kontrol Geser Pons dua arah akibat kolom :


⎛ 2 ⎞ fc '
Vc = ⎜⎜1 + ⎟ bo × d
⎝ β c ⎟⎠ 6

Tetapi tidak boleh kurang dari :


Vc = 1/6 x fc' x bo x d

Struktur Beton I 13- 4


Dimana :
β = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek kolom
bo = keliling dari penampang kritis pada kolom
Keliling penampang kritis :
bo = 4 (0,5 d + b kolom + 0,5 d)
bo = 4 (0,5 . 589 + 600 + 0,5 . 589) = 4756 mm

Pu kolom
d

kolom
60/60 Vu

bidang retak
0.65

0.35

0.60

Mx
1.00
My
3.20 X
kolom
50/50 1.00

0.60

0.60 1.00 1.00 0.60

3.20

Gambar bidang kritis akibat Pu kolom


Gaya geser pada penampang kritis :
Berat balok level = 0,2 x 1 x 2400 x 8 = 3840 kg
Berat dinding = 250 x 3 x 8 = 8500 kg
Berat poer = 3,2 x 3,2 x 0,65 x 2400 = 15974,4 kg
Beban axial kolom = 181486,22 kg +
ΣP = 209800,62 kg
ΣP
σu = = 209800,62
= 20488,34 kg/m2
A 3,2 × 3,2

Vu = σu (luas total – luas pons)


= σu ((B.L) – (0,5 d + b kolom + 0,5 d)2)
= 20488,34 ((3,2x3,2) – (0,5x0,589 + 0,6 + 0,5x0,589)2)
= 180912,042 kg = 1809120,42 N

Struktur Beton I 13- 5


¾ Cek Kuat Geser Pons
⎛ 2 ⎞ fc '
Vc = ⎜⎜1 + β c ⎟⎟ bo × d
⎝ ⎠ 6

⎛ 2 ⎞ 25
Vc = ⎜1 + ⎟ 4756 × 589 = 7003210 N
⎝ 1⎠ 6
φ Vc = 0,6 x 7003210
φ Vc = 4201926 N > Vu = 1809120,42 N (tidak memerlukan tul geser)

¾ Kontrol Dimensi
1⎛ ln ⎞
Vn = ⎜10 + ⎟. fc '.bw.d
18 ⎝ d⎠

1⎛ 1600 ⎞
= ⎜10 + ⎟. 25.3200.589
18 ⎝ 589 ⎠

= 6657777,778 N
φ Vn = 0,6 x 6657777,778 N
φ Vn = 3994666,667 N > Vu = 1809120,42 N .......(Ok)
Jadi ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap geser pons.

Kontrol Geser Pons dua arah akibat tiang pancang tepi :

0.60 1.00 1.00 0.60

0.60

1.00
Penampang kritis
tiang kolom

1.00

0.60

Penampang kritis
tiang pancang tepi

Gambar bidang kritis kolom dan tiang pancang

Struktur Beton I 13- 6


Keliling Penampang Kritis
bo = keliling dari penampang kritis tiang pancang tepi
bo = 4 (0,5 d + b tiang + 0,5 d)
= 4 (0,5 . 589 + 350 + 0,5 . 589) = 3756 mm
Gaya geser pada penampang kritis :
Berat balok level = 0,2 x 1 x 2400 x 8 = 3840 kg
Berat dinding = 250 x 3 x 8 = 8500 kg
Berat poer = 3,2 x 3,2 x 0,65 x 2400 = 15974,4 kg
Beban axial kolom = 181486,22 kg +
ΣP = 209800,62 kg
ΣP
σu = = 209800,62
= 20488,34 kg/m2
A 3,2 × 3,2

Vu = σu (luas total – luas pons)


= σu ((B.L) – (0,5 d + b tiang p. + 0,5 d)2)
= 20488,34 ((3,2x3,2) – (0,5x0,589 + 0,35 + 0,5x0,589)2)
= 191770,862 kg = 1917708,62 N

¾ Cek Kuat Geser Pons


⎛ 2 ⎞ fc '
Vc = ⎜⎜1 + ⎟ bo × d
⎝ β c ⎟⎠ 6

⎛ 2⎞
Vc = ⎜1 + ⎟
25
3756 × 589 = 5530709,99 N
⎝ 1⎠ 6

φ Vc = 0,6 x 5530709,99
φ Vc =3318425,998 N > Vu =1917708,62 N (tidak memerlukan tulangan
geser)

¾ Kontrol Dimensi
1⎛ ln ⎞
Vn = ⎜10 + ⎟. fc '.bw.d
18 ⎝ d⎠

1⎛ 1600 ⎞
= ⎜10 + ⎟. 25.3200.589
18 ⎝ 589 ⎠

= 6657777,778 N
φ Vn = 0,6 x 6657777,778 N

Struktur Beton I 13- 7


φ Vn = 3994666,667 N > Vu = 1917708,62 N .......(Ok)
Jadi ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap geser pons.

Kontrol Geser Pons satu arah akibat tiang pancang tepi :


Gaya geser pada penampang kritis :
Berat balok level = 0,2 x 1 x 2400 x 8 = 3840 kg
Berat dinding = 250 x 3 x 8 = 8500 kg
Berat poer = 3,2 x 3,2 x 0,65 x 2400 = 15974,4 kg
Beban axial kolom = 181486,22 kg +
ΣP = 209800,62 kg
209800,62
ΣP 2
σu = = 3,2 × 3,2 = 20488,34 kg/m
A

Pu kolom

kolom
60/60 Vu

bidang retak
0.65

0.35

0.60

Mx
1.00
My
3.20 X
kolom
60/60 1.00

0.60

0.60 1.00 1.00 0.60

3.20

Gambar gaya geser satu arah pada poer

bkolom
bo = 0,5 L - -d
2
0,6
= 0,5 . 3,2 - - 0,589 = 0,711 mm
2
Vu = σu . B . bo

Struktur Beton I 13- 8


= 20488,34 . 3,2 . 0,711
= 46615,071 kg = 466150,71 N
1 1
Vc = fc ' .bw.d = 25 × 3200 × 589 = 1570666,666 N
6 6

φ Vc = 0,6 x 1570666,666
φ Vc = 942399,9996 N > Vu = 466150,71 N (tidak memerlukan tulangan geser)
1 ⎛ ln ⎞
Vn = 18 ⎜10 + d ⎟. fc'.bw.d ...........(SK SNI T-15-1991-03 ps. 3.4.8(3))
⎝ ⎠

1 ⎛ 1600 ⎞
= 18 ⎜10 + 589 ⎟. 25 .3200.589 = 6657777,778 N
⎝ ⎠

φ Vn = 0,6 x 6657777,778 N
φ Vn = 3994666,667 N > Vu = 466150,71 N .......(Ok)
Jadi ketebalan dan ukuran poer tidak perlu diperbesar.

D 22 - 150 D 22 - 150

D 22 - 150 D 22 - 150
0.65

0.60 1.00 1.00 0.60

D 22 - 150

D 22 - 150
3.20
D 22 - 150

D 22 - 150

3.20

Gambar penulangan poer

Struktur Beton I 13- 9

Anda mungkin juga menyukai