Anda di halaman 1dari 29

Dr.

Mohammad Muntaha

MODUL 3

DISTRIBUSI UKURAN BUTIR DAN KONSISTENSI


TANAH

3.1. UMUM

Analisis distribusi ukuran butir tanah adalah penentuan persentase berat butir dalam
rentang ukuran yang berbeda. Seperti yang di jelaskan di bab sebelumnya, ukuran butir
menurut ukuran butir dapat di bedakan ke dalam kerikil, pasir, lanau, dan lempung. Distribusi
ukuran butir tanah berbutir kasar tersebut dapat ditentukan dengan metode “ Analisa Ayakan”
(sieving). Contoh tanah dilewatkan melalui satu set saringan standar yang memiliki lubang
yang makin kecil ukurannya dari atas ke bawah. Berat tanah yang tertahan di tiap saringan
ditentukan dan persentase kumulatif dari berat tanah yang melewati tiap saringan dihitung.
Jika terdapat partikel-partikel berbutir halus pada tanah, contoh tanah tersebut harus
dibersihkan terlebih dahulu dari butiran halus tersebut dengan cara mencucinya dengan air
melalui saringan berukuran terkecil. (Gambar 3.1)

Gambar 3.1. Serial Ayakan pada Uji Analisa Ayakan

Distribusi ukuran butir tanah berbutir halus atau fraksi butir halus (Ukuran Lanau dan
Lempung) dapat ditentukan dengan metode pengendapan (sedimentasi), dikenal sebagai Uji
Hidrometer. Metode ini didasarkan atas hukum Stokes yang mengatur kecepatan

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 1
2019
Dr. Mohammad Muntaha

pengendapan partikel berbentuk bola dalam suatu suspensi: makin besar partikel, makin besar
pula kecepatan mengendapnya, dan sebaliknya. Hukum tersebut tidak berlaku untuk partikel-
partikel yang berukuran lebih kecil dari 0,0002 mm, di mana pergerakannya dipengaruhi oleh
gerak Brown (Gambar 3.2.).

Gambar 3.2. Prinsip Sedimentasi pada Uji Hidrometer

Ukuran partikel ditentukan sebagai diameter sebuah bentuk bola yang akan turun
mengendap dengan kecepatan yang sama dengan partikel. Contoh tanah yang akan diuji
terlebih dahulu dibersihkan dari material-material organik dengan menggunakan hidrogen
peroksida.
Contoh tersebut kemudian dibuat menjadi suspensi di dalam air suling dari larutan
pemisah butir-butir ditambahkan agar partikel-partikel satu sama lain sating terpisahkan.
Suspensi yang telah jadi ditempatkan di dalam tabung pengendap. Dari hukum Stokes, dapat
dihitung waktu turun (t) partikel berukuran D (diameter yang ekivalen dengan penurunan)
sejauh kedalaman tertentu dalam suspensi. Jika setelah waktu tertentu “t” contoh tanah
diambil dengan pipet pada kedalaman tertentu pula, maka contoh tanah tersebut hanya akan
mengandung partikel-partikel yang ukurannya lebih kecil dari D dengan konsentrasi yang
sama dengan pada awal pengendapan. Jika. dalam suatu waktu diambil contoh dari beberapa
kedalaman yang berbeda, maka dapat ditentukan distribusi ukuran butiran partikel dari berat
tanah yang terambil. Alternatif lain selain pengambilan contoh dengan pipet adalah
pengukuran suspensi tersebut dengan alat hidrometer.

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 2
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Berat jenis (specific gravity) tergantung pada berat partikel tanah dalam suspensi pada
saat pengukuran. Rincian lengkap penentuan distribusi ukuran partikel dengan metode
penyaringan dan pengendapan diberikan dalam BS 1377 atau AASHTO T 27 – 74.

3.2. ANALISA AYAKAN

Tanah yang akan dianalisis dikeringkan dengan panas matahari atau dengan oven/alat
pemanas. Kemudian dihaluskan dan diayak dengan ayakan yang tersusun dari bawah dengan
lubang terkecil/terhalus sampai ke atas dengan lubang terbesar/terkasar (Gambar 3.3 dan
Gambar 3.4.).

Gambar 3.3. Susunan Ayakan pada Uji Analisa Saringan/Ayakan

Dari sisa-sisa tanah yang tertinggal di atas ayak dan yang lolos, maka dapat
digambarkan dalam kurva pembagian butir dan dari kurva tersebut dapat ditentukan jenis
tanahnya dan gradasinya.
Secara umum prosedur pengujian ayakan adalah sebagai berikut:
a. Alat-alat yang digunakan:

1. Satu set ayakan dengan ukuran lubang : 1 ,5", 1 " , 0,75" , 0,375", No. 4 (4,750 mm),
No. 8 (2,360 mm) No. 30 (0,600 mm). No. 50 (0,300 mm), No. 1 00 (0, 1 50 mm) dan
No. 200 (0,075 mm). Susunan ayakan dapat seperti pada Gambar 3.4.

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 3
2019
Dr. Mohammad Muntaha

DIAMETER LUBANG
NO. AYAKAN
AYAKAN (mm)

4 4 4.75

6 3.35

8 2.36

10 2.00

16 1.18

20 0.85

30 0.60

40 0.425

50 0.30

60 0.25

80 0.18

100 0.15

140 0.106

200 200 0.075

Gambar 3.4. Susunan diameter Ayakan pada Uji Analisa Saringan

2. Neraca dengan ketelitian 0,20% benda uji.


3. Oven listrik 11ooc.
4. Mesin penggetar ayakan (Sieve Shaker).
5. Alat pemisah contoh tanah .
6. Talam.
7. Kuas, sikat kuningan, skop kecil dll.

b. Cara melakukan percobaan:


1. Contoh tanah dikeringkan kering oven.
2. Ayak contoh tanah dengan susunan ayakan dengan lubang paling besar di atas dan
terkecil di bawah serta alas (Gambar 3.3. dan 3.4).
3. Ayakan digoyang dengan tangan atau digetar dengan mesin penggetar selama 15
menit.
4. Contoh tanah yang tertahan pada tiap-tiap ayakan ditimbang beratnya.

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 4
2019
Dr. Mohammad Muntaha

c. Analisis perhitungan:
1. Hitung berat contoh tanah yang tertahan pada tiap-tiap ayakan dan dijumlah.
2. Hitung persentase contoh tanah yang tertahan pada tiap-tiap ayakan dan dijumlah.
3. Hitung persentase yang lolos pada tiap-tiap ayakan.
4. Hasil-hasil tersebut digambar kertas grafik yang sudah disediakan. Dari kurva yang
diperoleh akan diketahui jenis tanahnya dan gradasinya (Gambar 3.5.).

100
90
80
70
% Passing

60
50
40
30
20
10
0
100 10 1 0.1 0.01 0.001
Diameter ( mm )

Gambar 3.5. Contoh Kurva Gradasi Hasil Uji Analisa Saringan

d. Contoh perhitungan:
Diketahui data contoh tanah sebesar 450 gram akan dianalisis dengan analisis ayakan
dan diperoleh hasil-hasil seperti tampak pada tabel di bawah ini.

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 5
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Tabel 3.1. Data hasil uji ayakan


No. Ayakan Diameter (mm) Tanah tertahan di Prosentase tanah Prosentase tanah
ayakan (gram) tertahan (%) yang lolos (%)
10 2,00 0 0 100
16 1,18 9,90 2,20 97,80
30 0,60 24,66 5,48 92,32
40 0,425 17,60 3,91 88,41
60 0,25 23,90 5,31 83,10
100 0,15 35,10 7,80 75,30
200 0,075 59,85 13,30 62,00
Pan - 278,99 62,00 0

Hasil perhitungan ini kemudian digambarkan di kertas kurva gradasi.

Sehubungan dengan ini dapat diperoleh parameter-parameter sebagai berikut:


1. Koefisien keseragaman (uniformity coefficient), Cu:

Cu =
Dalam hal ini:
Cu = koefisien keseragaman (uniformity coeffiensient)
D60 = ukuran butir yang sepadan dengan 60% melalui ayakan (yaitu lebih kecil
daripada ukuran tersebut).
D10 = Ukuran efektif (effective size) yang sepadan dengan 10% melalui ayakan.

2. Koefisien gradasi (coeffisient of gradation) atau koefisien lengkungan (coeffisient of


curvature), Cc:

Cc =
Dalam hal ini:

Cc = koefisien gradasi atau koefisien lengkungan.


D30 = ukuran butir yang sepadan dengan 30% melalui ayakan (yaitu lebih kecil
daripada ukuran tersebut) .

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 6
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Contoh Soal.
1. Hasil pengujian dengan Analisa Saringan pada contoh seperti terlihat pada Gambar
berikut. Buat kurva hasil Analisa Saringan, hitung nilai Cu dan Cc tanah!

Penyelesaian:
Dengan menggunakan data diameter dan prosentase lolos pada masing-masing
ayakan maka dapat di gambarkan kurva hasil Analisa ayakan berikut.

Cu = D60 / D10 = 0,27 / 0,15 = 1,8


Cc = D302 / / D10 x D10 = 0,182 / (0,27x0,15) = 0,8

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 7
2019
Dr. Mohammad Muntaha

2. Hasil pengujian Analisa ayakan seperti terlihat pada Tabel berikut.


Ayakan Massa tanah yang
USA Bertahan pada tiap
No. Ayakan (gram)
4 0
10 21,6
20 49,5
40 102,6
60 89,1
100 95,6
200 60,4
Lengser 31,2
Pertanyaan:
1. Tentukan presentase butiran yang lebih halus (yang lolos) dari tiap-tiap ayakan
dan gambarkan kurva distribusi ukuran butiran nya.
2. Hitung koefisien keseragaman, Cu dan Hitung koefisien gradasi, Cc.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan data diameter dan prosentase lolos pada masing-masing
ayakan maka dapat di hitung seperti tabel berikut, kemudian di gambarkan kurva
hasil Analisa ayakan berikut.

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 8
2019
Dr. Mohammad Muntaha

dari grafik didapatkan:


D10 = 0,09 ; D30 = 0,19 dan D60 = 0,4
Koefisien keseragaman
Cu = D60 / D10 = 0,4 / 0,09 = 4,4
Koefisien gradasi
Cc = (D30)2 / D60 . D10 = ( 0,19 )2 / 0,4 . 0,09 = 1,00

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 9
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Soal Latihan mandiri

NO. Nama: NRP: Nilai :

1. Suatu contoh hasil pengujian ayakan seperti terlihat pada

gambar, maka tentukan:

a. Prosentase Kerikil, Pasir, dan lempung

b. Hitung Cu, Cc?

Jawaban:

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 10
2019
Dr. Mohammad Muntaha

3.2. ANALISA HIDROMETER

Analisis hidrometer berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: Butiran-butiran


dalam campuran air (suspensi) akan menurun dengan kecepatan tertentu yang tergantung
ukuran butir-butirnya. Butir-butir yang berukuran sama akan menurun dengan kecepatan
sama (Gambar 3.6).

Gambar 3.6. Percobaan Hidrometer di Laboratorium

Kecepatan ini menurut Hukum Stokes adalah sebagai berikut:


V = d2

Dalam hal ini:


d = diameter butir bulat (cm)
s = berat isi butir (gr/cm3)
w = berat isi air (gr/cm3)
 = kekentalan air dinamis (gr-dt/cm2)
 =

 = kekntalan mutlak absolut (dyne-dt/cm2)

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 11
2019
Dr. Mohammad Muntaha

g = percepatan gravitasi (cm/det2)

Jika suspensi tersebut menggunakan air dalam hal ini berat isi air : w = 1 gram/cm3, maka:
s = G.w = G
Masukkan persamaan ini ke persamaan sebelumnya:
V = d2

d = 1 cm = 10 mm
d = 1 mm = 0,10 cm
V = (0,1d)2

V = d2

d = (mm)

d =

L
D=K
t

Gambar 3.7. Penetuan nilai K

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 12
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Gambar 3.8. Contoh Hasil Kurva Hidrometer

3.3. BENTUK KURVA DISTRIBUSI

Berdasarkan hasil plot data analisa ayakan, maka bentuk kurva dapat dikelompokkan
dalam 3 group yaitu:
▪ . GAP GRADED :
Tanah dimana 1 atau lebih ukuran butir tidak ada.
▪ WELL GRADED :
Tanah dimana ukuran butirannya terbagi merata dalam suatu batasan yang luas
(hampir semua ukuran butir ada).
▪ UNIFORM GRADED :
Tanah yang ukuran butirannya hampir sama.

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 13
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Gambar 3.9. Bentuk kurva hasil test Ayakan dan test Hydrometer

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 14
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Tugas untuk di kerjakan Rumah (Home work)

NO. Nama: NRP: Nilai :

1. Hasil Analisa Saringan adalah sbb:

Masa tanah (gram)


No. Ayakan
Uji 1 Uji 2

4 0 72

10 21.6 55

20 49.5 48

40 102.6 42

60 89.1 38

100 95.6 39

200 60.4 27

Lengser 31.2 129

Total 450 450

▪ Tentukan prosentase lolos tiap ayakan dan gambar kurva

gradasinya.

▪ Tentukan D10, D30 dan D60.

▪ Tentukan koefisien keseragaman Cu dan koefisien gradasi Cc.

▪ Apakah tanah bergrdasi baik. Beri alasan.

Catatan : Silahkan di tempel sendiri kurva distribusinya…

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 15
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Jawaban:

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 16
2019
Dr. Mohammad Muntaha

3.4. KONSISTENSI TANAH

Konsistensi tanah adalah daya kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan
ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut terhadap perubahan bentuk oleh tekanan atau
berbagai kekuatan yang dapat mempengaruhi. Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur,
struktur tanah, dan kadar air.
a. Sifat kohesive tanah dibagi dalam 4 keadaan pokok :
- Padat (solid)
- Semi padat (semi solid)
- Plastis (plastic)
- Cair (liquid)
Keadaan-keadaan tersebut terjadi karena adanya perubahan kadar air (wc).

Gambar 3.10. Batas-batas konsistensi pada tanah

Untuk menentukan konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah.
Cara penentuan: lapangan : memijit tanah dalam kondisi kering, lembab dan basah
sedangkan di laboratorium : tes batas-batas Atterberg.

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 17
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Liquid limit atau batas cair tanah ini ditentukan dengan alat yang namanya adalah
cassagrandee. Batas cair tanah adalah keadaan antara cair dan plastis/keadaan air tanah bisa
diputar 25 kali ketukan dengan alat Cassagrande, tanah sudah dapat merapat (sebelumnya
terpisah dalam jalur yang dibuat dengan solet). Batas cair didefinisikan sebagai kadar air
yang paling rendah dimana tanah berada dalam keadaan cair atau suatu keadaan dimana tanah
berubah dari keadaan cair menjadi plastis atau tanah mulai bersifat seperti lumpur dan
mengalir dibawah pengaruh berat sendiri.
Pengujian batas cair (LL) menggunakan alat dengan metode Cassagrande, sebagaimana
terlihat pada gambar 3.11.

Gambar 3.11. Batas-batas konsistensi pada tanah

Pengujian di lakukan dengan mencampur tanah dengan air, kemudian di masukkan


kedalam alat uji sebagaimana terlihat pada Gambar 3.12. Setelah membentuk alur kemudian
di jatuhkan sesuai dengan standard yang ada.

Gambar 3.12. Tanah yang sudah di campur air di letakkan di alat Uji
Departemen Teknik Infrastruktur Sipil
FV ITS SURABAYA 18
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Pengujian di hentikan apabila alur pada tanah sudah menutup.

Gambar 3.13. Penghentian pengujian Batas Cair

Metode Pengujian:
1. Siapkan mangkok batas cair, bersihkan dari lemak atau kotoran yang menempel
dengan menggunakan kain pembersih atau yang lain.
2. Atur ketinggian jatuh mangkuk, dengan cara sebagai berikut :
a. Kendurkan kedua baut penjepit, lalu putar handel/tuas pemutar sampai
posisi mangkuk mencapai tinggi jatuh setinggi 10 mm.
b. Untuk menentukan tinggi jatuh mangkuk, kendurkan baut belakang, angkat
mangkuk masukkan bagian ujung tungkai pemutar alur ASTM tepat masuk
diantara dasar mangkuk dan alasnya, kencangkan kembali baut bagian
belakang.
3. Ambil sampel tanah sekitar 100 gram yang lolos saringan no.40 lalu letakkan
didalam mangkuk porselin.
4. Tambahkan air suling sedikit demi sedikit, aduklah sampel tanah tersebut
menggunakan spatula sampai homogeny.
5. Setelah mendapat campuran yang homogeny, ambil sampel tanah tersebut,
masukkan kedalam mangkuk alat batas cair. Ratakan permukaannya sehingga
sejajar dengan dudukan alat. Bagian yang paling tebal harus ± 1 m.
6. Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkuk tersebut,
gunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis tengah mangkuk secara
simetris dengan posisi tegak lurus permukaan mangkuk.
7. Putarlah tuas/handel pemutar dengan kecepatan 2 putaran perdetik (dalam 1 detik
mangkuk jatuh 2 kali) sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang ½ “ (12.5 mm).
Departemen Teknik Infrastruktur Sipil
FV ITS SURABAYA 19
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Catat jumlah pukulan yang terjadi untuk mencapai kondisi yang bersinggungan
tersebut.
8. Ambil sebagian benda uji dari mangkuk tersebut dengan menggunakan spatula,
masukkan ke dalam cawan, tentukan kadar ai tanah.
9. Ulangi prosedur pengujian mulai dari prosedur no. 3 s/d no.8 dengan variasi
penambahan air yang berbeda.
10. Ulangi sampai minimal 3 kali pengujian, sehingga di peroleh hasil seperti pada
Gambar 3.14 berikut.
11. Nilai Batas Cair di definisikan sebagai nilai ketukan 25 pukulan.

Gambar 3.14. Pengeplotan hasil uji Batas Cair

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 20
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Uji Batas Plastis (PL) adalah pengujian untuk menentukan kadar air pada batas dari
keadaan plastis dan keadaan semi padat. Pengujian batas plastis juga di tandai kadar air
dimana tanah akan retak-retak apabila tanah tersebut digulung seperti lidi dengan ukuran ± 3
mm. Cara pengujian batas plastis sangat sederhana, yaitu dengan cara menggulung masa
tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar.

Gambar 3.15. Metode pengujian Batas Plastis (Sumber: Balai pengujian jalan PU)

Cara Pengujian Batas Plastis


a. Letakkan benda uji (tanah) di atas plat kaca, sampel tanah campur dengan air, aduk
sehingga kadar airnya merata (homogen).
b. Setelah air di dalam tanah cukup merata, buatlah bola tanah dari benda uji (tanah) itu
seberat 8 gram, kemudian dilakukan telapak tangan, di pilin-pilin dengan kecapatan
80 – 90 gelangan permenit.
c. Pilin-pilin/penggelengan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang dengan
diameter 3 mm.
• Jika pada waktu penggelengan benda uji mencapai diameter 3 mm, tetapi
belum retak/putus, maka benda uji disatukan kembali dan ditambahkan kadar
air sedikit dan aduk sampai rata.
• Jika ternyata penggelangan bola-bola itu bisa mencapai diameter 3 mm, tanpa
menunjukkan retak- retak, maka contoh perlu dibiarkan beberapa saat di
udara, agar kadar airnya berkurang sedikit.

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 21
2019
Dr. Mohammad Muntaha

d. Pengadukan dan penggelengan diulangi terus sampai retakan-retakan itu terjadi tepat
pada saat penggelengan mempunyai diameter 3 mm, setelah itu kita masukkan ke
dalam cawan yang sebelumnya kita timbang beratnya.
e. Cawan dan gulungan tanah ini kita timbang beratnya lalu kita masukkan ke dalam
oven selama 24 jam.
f. Setelah 24 jam dioven, cawan dan contoh tanah kita masukkan ke dalam desicator
sampai dingin, kemudian kita timbang beratnya untuk menentukan kadar airnya.
g. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali, dan kadar air rata-rata dari ketiga percobaan
ini adalah batas plastis dari contoh tanah yang bersangkutan.
h. Periksa kadar air tanah pada (d), dilakukan pengulangan benda uji untuk perbedaan
kadar air lebih dari 5 % ( maksimum). Contoh perhitungan hasil pengujian seperti
terlihat pada tabel berikut.

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 22
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Batas Susut (SL) adalah kadar air batas pada keadaan semi padat ke keadaan padat.
Kondisi batas susut adalah kondisi kadar air dimana tanah sebelum berperilaku sebagai benda
padat. Pengujian batas susut juga cukup mudah, yaitu dengan mencampur tanah dan air
sampai kondisi tertentu, kemudian di masukkan cawan, lalu di oven selama 24 jam.
Batas susut juga dapat di defnisikan kadar air tanah dimana pengurangan air
selanjutnya tidak menyebabkan berkurangnya volume tanah tersebut atau kadar air yang
dibutuhkan untuk tetap dapat mengisi pori-pori suatu contoh tanah.

Gambar 2.16. Pengujian batas susut tanah di laboratorium

Cara pengujian di laboratorium:


1. Letakkan tanah tersebut dalam porselin dish, tambahkan air suling sedikit demi
sedikit untuk mengisi seluruh pori-pori tanah. Kira-kira sedikit lebih tinggi diatas
penambahan air untuk pengujian batas cair.
2. Olesi bagian dalam monel dish dengan vaselin/grease secara merata untuk mencegah
lekatan benda uji dengan monel dish.
3. Isi 1/3 bagian monel dish dengan pasta tanah yang telah dipersiapkan lalu pinggir
monel dish diketuk-ketuk ringan sehingga pasta tanah mengisi rongga monel dish
secara merata dan memadat. Lakukan hal yang sama untuk lapisan berikutnya
sehingga pasta tanah mengisi monel dish sampai penuh dan padat dan tidak ada
gelembung udara yang terperangkap.
4. Ratakan permukaan benda uji yang mengisi monel dish dengan spatula.

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 23
2019
Dr. Mohammad Muntaha

5. Timbang monel dish dan benda uji basah, keringkan di udara pada temperature ruang
hingga nampak perubahan warna dari warna gelap ke warna terang. Kemudian
masukkan ke dalam oven dengan temperature constant yaitu ± 5°C selama 24 jam.
6. Tentukan volume benda uji basah dengan cara sebagai berikut:
• Tentukan berat monel dish kosong.
• Letakkan monel dish diatas criztalizing dish, isi monel dish dengan air raksa
sampai meluap, tekan permukaan monel dish dengan plat kaca agar air raksa
dapat mengisi seluruh volume monel dish.
• Tentukan volume monel dish dengan menentukan berat air raksa yang terdapat
pada monel dish. Volume monel dish merupakan volume benda uji basah
(Vb).
7. Tentukan volume benda uji kering dengan cara sebagai berikut:
• Tentukan berat criztalizing dish dalam keadaan kosong.
• Ulangi langkah prosedur 6 point 2, buang air raksa yang melimpah pada
criztalizing dish.
• Masukkan benda uji yang sudah kering ke dalam monel dish yang berisi air
raksa, tekan dengan menggunakan prong plate sampai benda uji tenggelam
dan nampak benda uji tertutup seluruhnya oleh air raksa.
• Catat berat air raksa yang melimpah pada criztalizing dish. Berat ini
menunjukkan volume benda uji kering (Vk).

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 24
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Index plastis (IP) adalah indikator daya dukung tanah atau batas ukuran kadar air
dimana tanah tetap tinggal dalam keadaan plastis. Indeks plastisitas (IP) juga merupakan
parameter yang penting sebagai tolak ukur stabilitas tanah sebagai tanah dasar.
Indeks plastisitas (plasticity index) adalah selisih antara batas cair dan batas plastisnya.
Indeks plastisitas (PI) = batas cair (LL) - batas plastis (PL).
Semakin besar nilai indeks plastisitas maka semakin besar kemungkinan tanah dalam
berada pada kondisi plastis. Sehingga semakin besar nilai dari indeks plastisitas (IP) maka
akan semakin tidak kondusif terhadap bangunan sipil karena sifat tanahnya yang plastis.
Secara umum, patokan antara IP dan daya dukung adalah:
• IP > 25 DAYA DUKUNG TANAH RENDAH
• IP < 25 DAYA DUKUNG TANAH TINGGI

Contoh Soal
1. Dilakukan uji batas susut pada suatu tanah di mana mineral lempung yang paling
dominant dikandungnya adalah Illite. Hasil pengujian yang didapat adalah :
m1 = 44,6 gr vi = 16,2 cm3
m2 = 32,8 gr vf = 10,8 cm3
Hitung batas susut dari tanah tersebut ?
Penyelesaian :
 m − m2   (v − v f ). w 
SL =  1 .(100) −  i .(100)
 m2   m2 

 44,6 − 32,8   (16,2 − 10,8).1 


SL =  .(100) −  .(100) = 35,97 − 16,46 = 19,5
 32,8   32,8 

2. Pada suatu percobaan batas-batas kekentalan tanah di laboratorium diperoleh data sebagai
berikut:
No. benda uji 1 2 3 4
Jumlah pukulan 10 22 29 35
Berat tanah basah + cawan (gram) 28,94 26,15 23,70 24,24
Berat tanah kering + cawan (gram) 23,47 22,22 20,71 21,23
Berat cawan (gram) 13,75 13,40 13,25 13,50
Batas plastis : PL = 23% ; Kadar air alami : w = 32% ;
Berat spesifik/berat jenis : G = 2,65

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 25
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Tentukan:
a. Batas cair
b. lndeks plastis
c. lndeks kecairan
Penyelesaian:

Data tersebut kemudian di gambar pada Grafik berikut.

Dari diagram hubungan kadar air dan jumlah pukulan grafik diatas pada pukulan
standar 25 kali pukulan diperoleh harga batas cair: LL = 43%

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 26
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Tugas untuk di kerjakan Rumah (Home work)

NO. Nama: NRP: Nilai :

1. Dari hasil pengujian batas-batas Atterberg tanah, di dapatkan hasil

sebagai berikut:

Jenis SL PL LL
tanah (%) (%) (%)

A 10 40 60

B 20 40 70

C 15 30 65

D 25 30 80

Ditanyakan:

1. Hitung IP masing-masing tanah, berikan komentar pada hasil

perhitungan tersebut.

2. Berdasarkan hasil pengujian di atas, tanah manakah yang

mempunyai karakteristik paling jelek untuk konstruksi.

3. Tanah manakah yang mempunyai sifat plastisitas paling

rendah?

Jawaban:

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 27
2019
Dr. Mohammad Muntaha

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 28
2019
Dr. Mohammad Muntaha

NO. Nama: NRP: Nilai :

2. Dua jenis tanah kohesif yaitu tanah X dan tanah Y di uji di

laboratorium.

PL Tanah X = 22% ; PL Tanah Y = 32%

LL Tanah X = 37% ; LL Tanah Y = 69%

Benda uji Y mempunyai kadar air asli lapangan (w) sebesar 60% dan

kandungan lempung 25%.

Ditanyakan:

1. Tanah X, berapa nilai IPnya?

2. Tanah Y, berapa nilai IPnya?

Jawaban:

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil


FV ITS SURABAYA 29
2019

Anda mungkin juga menyukai