Anda di halaman 1dari 13

BUKU AJAR - STRUKTUR BETON I

BAB 1 PENGENALAN
BETON
BERTULANG
KAD :
“Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi ini, mahasiswa dapat
mengenal struktur beton bertulang dan memahami filosofi perencanaan
serta dapat menganalisa kegagalan struktur.”
INDIKATOR :
 Mahasiswa dapat menjelaskan mekanika beton bertulang dan
filosofi perencanaan
 Mahasiswa dapat menganalisa kegagalan struktur pada sebuah
bangunan dengan konsep filosofi perencanaan
REFERENSI :
 SNI 2847-2013
 Perancangan beton bertulang menurut SNI 2847 2013 Agus
Setiawan
DAFTAR MATERI :
1.1 Definisi beton bertulang
1.2 Sifat bahan pada struktur beton bertulang
1.3 Keuntungan dan kerugian penggunaan beton bertulang
1.4 Perkembangan peraturan beton di Indonesia
1.5 Jenis-jenis beban
1.6 Filosofi perencanaan beton bertulang

2018

1
BAB 1
PENGENALAN BETON BERTULANG

1.1 Definisi Beton Bertulang


Beton bertulang merupakan kombinasi dari dua bahan yaitu beton dan
tulangan baja yang digunakan secara bersama pada sebuah sistem struktur.
Dalam mendesain beton bertulang tetap memperhatikan karateristik dari
masing-masing material namun dengan prinsip perencanaan desain satu
bahan.
Banyak contoh bangunan yang menggunakan sistem struktur dari
beton bertulang antara lain: bangunan gedung, jembatan, dinding penahan
tanah, terowongan, tandon penyimpan air, saluran irigasi dan drainase.
Pada prinsipnya jika ingin mendesain bangunan tersebut dengan sistem
struktur beton bertulang tentunya harus memperhatikan gaya yang diterima
pada bangunan tersebut misalnya gaya aksial, momen lentur, gaya geser,
momen puntir atau dapat juga kombinasi dari beberapa jenis gaya dalam
tersebut. Setiap akan mendesain bangunan dengan sistem struktur beton
bertulang harus memperhatikan prinsip dasar tersebut, selain itu bentang
dan dimensi setiap elemen juga harus diperhatikan.
Secara umum pembahasan analisis dan desain dilakukan secara
terpisah, tetapi untuk struktur beton bertulang, kedua bahasan ini dalam
prosedur perencanaannya merupakan satu siklus; sebab umumnya sistem
struktur beton bertulang merupakan sistem struktur statik tak tentu; di
mana dimensi penampang elemen harus ditetapkan terlebih dahulu bagi
analisis sebelum dilakukan desain akhir.
Beton didefinisikan sebagai campuran antara sement portland atau
semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan
atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat. Pengertian
sifat bahan beton perlu dipahami untuk menjadi parameter bagi
perencanaan elemen struktur beton. Agregat adalah material granular,
seperti pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai secara bersama-sama dengan
suatu media pengikat semen hidraulik membentuk beton. Selain agregat,
terdapat agregat ringan yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat sekitar 1100 kg/m3. 
Klasifikasi agregat yang umum adalah agregat halus seperti pasir
sebagai hasil desintegrasi batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari industri pemecah batu dengan ukuran butir terbesar 5.0 mm dan
agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi batuan atau berupa
2
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5-40 mm.
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan
jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan
dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa
kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja
(definisi menurut SKSNI 03-2847-2002, pasal 3.13). Pada beton bertulang,
unsur beton mempunyai kekuatan tekan yang besar, tetapi tidak mampu
menerima tegangan tarik, sehingga tulangan baja yang ditanam dalam
beton menjadi unsur kekuatan yang memikul tegangan tarik.
Keunggulan sifat dari masing-masing bahan dimanfaatkan untuk
menahan beban secara bersama-sama atau dikatakan terjadi aksi komposit
yaitu dengan kekuatan tekannya dan baja dengan kekuatan tariknya.
Beton sangat mampu menahan tegangan tekan tetapi hampir tidak
dapat menahan tegangan tarik (kuat tarik beton berkisar 9%-15% dari kuat
tekannya). Hasil pengujian tekan benda uji beton diperlihatkan pada
gambar di bawah. Nilai-nilai σ c dan ε 'c didapat dari hasil pengujian tekan
tersebut. Tegangan tekan maksimum/ultimit σ 'cu terjadi saat tegangan beton
ε 'c mencapai ± 0,002.
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan tertentu untuk mendapatkan suatu penampang yang berdasarkan
asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya
yang bekerja. Apabila beton mempunyai berat isi 2200 - 2500 kg/m3 maka
disebut beton berat normal. Tegangan adalah intensitas gaya per satuan
luas. Kuat tekan beton yang disyaratkan adalah kuat tekan yang ditetapkan
dari hasil perencanaan campuran beton dengan benda uji berbentuk
silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, yang dinyatakan dalam
mega pascal (MPa).   
Untuk definisi parameter kekuatan beton bertulang, kuat tarik leleh
merupakan tarik leleh minimum yang disyaratkan atau titik leleh dari
tulangan. Satuan dari kuat tarik leleh ini dalam megapascal (MPa). Kuat
nominal didefinisikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau
penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metoda
perencanaan sebelum dikalikan dengan suatu faktor reduksi yang sesuai.
Sedangkan kuat perlu adalah kekuatan komponen struktur atau penampang
yang diperlukan menahan beban terfaktor atau momen dan gaya-dalam
akibat suatu kombinasi muatan/beban. Kuat rencana didefinisikan sebagai
kuat nominal yang dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan. Dalam
perencanaan diperlukan parameter modulus elastisitas yang dinyatakan

3
dari rasio antara tegangan normal tarik atau tekan dengan regangan dari
unsur elemen dibawah batas proporsional dari material.
Dari sifat utama tersebut dapat dilihat bahwa tiap-tiap bahan
mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka jika kedua bahan (beton dan
baja tulangan) dipadukan menjadi satu kesatuan secara komposit, akan
diperoleh bahan baru yang disebut beton bertulang. Beton bertulang ini
mempunyai sifat sesuai dengan sifat bahan penyusunnya, yaitu sangat kuat
terhadap beban tarik maupun beban tekan. Beban tarik pada beton
bertulang ditahan oleh baja tulangan, sedangkan beban tekan cukup
ditahan oleh beton. Beton juga tahan terhadap kebakaran dan melindungi
baja supaya awet.

Gambar 1.1 Diagram Tegangan-Regangan Benda Uji Beton

Klasifikasi Beton
Berdasarkan volume beton dibedakan atas:
1. Beton biasa (Ordinary concrete)
2. Beton ringan (Light weight concrete)
3. Beton penyekat panas (Heat insulation concrete)

Sifat-sifat Dasar Beton


 Beton harus memenuhi kekuatan yang direncanakan
 Campuran beton tidak boleh mengalami segregasi (pemisahan
selama pengecoran)

4
Kekuatan Beton
Beton sangat tahan terhadap tekanan dibanding terhadap gaya-gaya
lainnya. kuat tekan merupakan ciri yang terpenting dari kuat tidaknya
beton.
Kuat tekan beton tergantung pada
1. Aktivitas semen
2. Perbandingan air dan semen
3. Kualitas agregat
4. Kondisi pengerasan

Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) atau moment resisting


Istilah SRPM sering kita dengar dalam pembahasan perencanaan struktur
gedung tahan gempa. Dalam SRPM beban lateral khususnya gempa
ditransfer melalui mekanisme lentur antara balok dan kolom. Peranan
balok, kolom dan sambungan sangat penting.
Berdasarkan SNI-2847:2013 sistem rangka pemikul momen adalah
sistem struktur yang memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara
lengkap, sedangkan beban lateral yang diakibatkan oleh gempa dipikul
oleh rangka pemikul momen melalui mekanisme lentur, sistem ini terbagi
menjadi 3, yaitu
1. SRPMB (Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa)
2. SRPMM (Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah)
3. SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus)
Menurut SNI 1726-2012, persyaratan rangka pemikul momen
adalah kehilangan tahanan momen di sambungan balok ke kolom di kedua
ujung balok tunggal tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat
tingkat sebesar 33 persen, atau sistem yang dihasilkan tidak mempunyai
ketidakleraturan torsi yang berlebihan.

1.2 Sifat Bahan pada Struktur Beton Bertulang


1.2.1 Sifat Material Baja
Hasil pengujian tarik batang baja tulangan diperlihatkan pada
gambar 1.2. Pada bagian awal diagram tegangan-regangan, modulus
5 6 2
elastisitas baja Es konstan (Es = 2,0 x 10 MPa = 2,0 x 10 kg/cm ).
Kemudian terdapat bagian horisontal yang dikenal sebagai batas leleh
dimana regangan bertambah sedangkan tegangan dapat dikatakan konstan.
Tegangan pada kondisi ini disebut tegangan leleh baja (σ y). Setelah
terjadi pelelehan, kurva naik lagi melewati titik maksimum (tegangan

5
ultimit), kemudian turun ke suatu nilai tegangan yang lebih rendah dimana
batang baja akan putus.

Gambar 1.2 Diagram Tegangan-Regangan

1.2.2 Sifat Material Beton Bertulang


Beton bertulang memiliki beberapa sifat-sifat utama sebagai berikut:
1. Kuat beton terhadap gaya tekan
Pada dasarnya nilai kuat tekan beton yang normal di gunakan pada
≤ 40 Mpa. Acuan dalam menilai kuat tekan beton yang dipakai
adalah kuat tekan karateristik beton ( σ bk) dimana pengertian dari
kuat tekan karateristik beton adalah kuat tekan beton pada benda uji
kubus ukuran standart 15 x 15 x 15 cm.
2. Kuat beton terhadap gaya tarik
Nilai kuat tekan dan tarik bahan beton tidak berbanding lurus,
dimana suatu perbandingan kasar dapat dipakai bahwa nilai kuat
tarik bahan beton normal hanya berkisar antara 9% - 15% dari kuat
tekannya. Pengujian menggunakan benda uji silinder beton
berdiameter 150 mm dan panjang 300 mm (pengujian belah silinder
beton).
3. Modulus elastisitas beton (Ec)
Modulus elastisitas beton didefinisikan sebagai kemiringan garis
singgung dari kondisi tegangan nol ke kondisi tegangan 0,45 f’c
pada kurva tegangan regangan beton.
6
4. Hubungan tegangan dan regangan (fc’; εc) beton
Kuat tekan beton sangat erat kaitannya dengan tegangan dan
regangan yang terjadi pada beton. Kuat tekan beton diwakili oleh
tegangan tekan maksimum beton (fc’), pada saat regangan beton
mencapai nilai ± 0,002. Nilai kuat tekan beton yang di dapat melalui
pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara nemberikan
beban bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas
benda uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm) sampai
hancur, yang dicapai benda uji pada umur 28 hari. Selanjutnya nilai
tegangan beton akan menurun dengan bertambahnya regangan
sampai benda uji mengalami hancur pada nilai 0,003 – 0,005.
5. Hubungan tegangan dan regangan (fs; εs) baja tulangan
Tegangan leleh baja diawali dengan perbandingan linier antara
tegangan dan regangan (daerah elastis) pada saat baja ditarik dengan
besaran gaya tertentu, kemudian diikuti oleh daerah leleh (f y) yang
diperlihatkan oleh garis horisontal dimana nilai regangan baja terus
bertambah namun kondisi nilai tegangannya tetap, tegangan dimana
terbentuk daerah leleh disebut tegangan leleh (yield stress).
Kemudian diikuti lagi dengan peningkatan tegangan hingga
mencapai nilai tegangan maksimum tercapai, kemudian
tegangannya kembali menurun hingga baja mengalami putus.
Tegangan leleh biasanya terjadi pada regangan antara 0,0012 hingga
0,0054.

1.3 Keuntungan dan Kerugian Struktur Beton Bertulang


1.3.1 Keuntungan Struktur Beton
 Dari segi ekonomi, merupakan pertimbangan yang sangat
penting meliputi: material, kemudahan dalam pelaksanaan,
waktu untuk konstruksi, pemeliharaan struktur, daktilitas dan
sebagainya.
 Keserasian beton untuk memenuhi kepentingan struktur dan
arsitektur. Beton dicor ketika masih cair dan menahan beban
ketika telah mengeras. Hal ini sangat bermanfaat, karena dapat
dibuat dalam berbagai bentuk.
 Tahan terhadap api (sekitar 1 – 3 jam tanpa bahan kedap api
tambahan).
 Rigiditas tinggi
 Biaya pemeliharaan rendah
 Penyediaan material mudah

7
1.3.2 Kerugian Struktur Beton
 Kekuatan tarik rendah (sekitar 10% dari kekuatan tekannya),
sehingga mudah retak, serta memungkinkan udara lembab masuk
yang akan menyebabkan baja tulangan berkarat.
 Memerlukan biaya bekesting, perancah yang tidak sedikit
jumlahnya.
 Kekuatan per satuan berat atau satuan volume yang relatif
rendah. Kekuatan beton berkisar antara 5 – 10% dari kekuatan
baja, meskipun berat jenisnya kira-kira 30% dari berat baja.
 Mengalami rangkak dan susut dalam jangka panjang

1.4 Perkembangan Peraturan Beton di Indonesia


Dalam perkembangannya, peraturan beton yang berlaku di
Indonesia mengalami beberapa kali perubahan. Hal ini disebabkan
kemajuan teknologi bahan, pelaksanaan dan pengaruh peraturan beton
negara lain. Peraturan beton yang berlaku di Indonesia adalah sebagai
berikut:
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1955
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971
 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK
SNI T-15-1991-03)
 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK
SNI 03-2847-2002)
 Persyaratan beton struktural untuk Bangunan Gedung (SK SNI 03-
2847-2013)

1.5 Jenis-Jenis Beban


Ketidakpastian besarnya beban yang bekerja pada komponen
struktur untuk tiap jenis beban berbeda-beda sehingga besarnya
pengambilan faktor-faktor beban juga berbeda-beda untuk tiap kombinasi
beban yang bekerja. Jenis beban yang biasanya bekerja pada komponen
struktur beton bertulang:
 Beban mati (dead load) / D
 Beban hidup (live load) / L
 Beban atap /A
 Beban hujan (rain load) /R
 Beban gempa (earthquake load) /E
 Beban angin (wind load) /W

8
 Beban tekanan tanah /H
 Beban tekanan fluida /F
 Beban struktural lainnya akibat pengaruh rangkak, susut, dan ekspansi
beton atau pengaruh perubahan temperatur.

1.5.1 Kombinasi Beban


Beban yang bekerja pada struktur atau komponen struktur
merupakan kombinasi dari beban-beban di atas. Kuat perlu untuk berbagai
kombinasi beban yang bekerja menurut SNI 03-2847-2013:
 Kuat perlu U untuk menahan beban mati D dan beban hidup L tidak
boleh kurang dari:
U = 1,4D + 1,7 L (1)
 Untuk struktur yang juga menahan W, beban angin, atau E, pengaruh
beban gempa, U tidak boleh kurang dari sebesar:
U = 0,75 (1,4D +1,7L) + (1,0W atau 1,0E) (2)
U = 0,9D + (1,0W atau 1,0E) (3)
Bila W didasarkan pada beban angin tingkat layan, 1,6 W harus
digunakan sebagai pengganti dari 1,0W dalam persamaan 2 dan 3. Bila
E didasarkan pada pengaruh gempa tingkat layan, 1,4E harus
digunakan sebagai pengganti dari 1,0E dalam persamaan 2 dan 3
 Untuk struktur yang menahan H, beban-beban akibat tekanan lateral
tanah, air dalam tanah, atau material terkait lainnya, U tidak boleh
kurang dari yang lebih besar dari persamaan 1 dan 4
U = 1,4D + 1,7L +1,7H (4)
Dalam persamaan 4, dimana D atau L mereduksi pengaruh dari H, 0,9D
harus disubitusi untuk 1,4 D dan nilai nol dari L harus digunakan untuk
menentukan kekuatan perlu yang sebesar U
 Untuk struktur yang menahan F, beban akibat berat dan tekanan fluida
dengan densitas yang terdefinisi dengan baik, faktor beban untuk F
harus sebesar 1,4, dan F harus ditambahkan pada semua kombinasi
pembebanan yang melibatkan L
 Jika tahanan terhadap pengaruh impak diperhitungkan dalam desain,
pengaruh tersebut harus disertakan dengan L
 Bila pengaruh struktural dari perbedaan penurunan, rangkak, susut,
perpanjangan beton yang dapat mengganti susutnya, atau perubahan
suhu, T, menyolok, U tidak boleh kurang dari yang lebih besar dari
persamaan (5) dan (6)
U = 0,75(1,4D + 1,4T +1,7L (5)
U = 1,4(D + T) (6)
9
Perkiraan perbedaan penurunan, rangkak, susut, perpanjangan beton
yang dapat menggunakan susutnya, atau perubahan suhu harus
didasarkan pada penaksiran realistis pengaruh tersebut yang terjadi
dalam masa layan.

1.5.2 Faktor Reduksi Kekuatan (ϕ )


Faktor reduksi kekuatan ( ϕ ) digunakan untuk mengantisipasi
ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan. Beberapa ketentuan
faktor reduksi kekuatan menurut SNI 03- 2847-2013 (Pasal 9.3) sebagai
berikut:

Tabel 1.1 Faktor Reduksi Kekuatan

Lentur, tanpa beban aksial 0,90


Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur 0,90
Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
- dengan tulangan spiral 0,75
- dengan tulangan sengkang biasa 0,70
Geser dan torsi 0,85
Tumpuan pada beton 0,70
Daerah pengangkeran pasca tarik 0,85
Model strat dan pengikat 0,85
Penampang lentur tanpa beban aksial 0,85
Lentur, tekan, geser dan tumpuan pada beton polos structural 0,65

10
Gambar 1.3 Komponen Struktur Beton Bertulang

11
1.6. Filosofi Perencanaan Beton Bertulang
Dalam perencanaan struktur, harus memenuhi kriteria sebagai
berikut: Struktur harus kuat dalam memikul beban yang bekerja, struktur
harus memenuhi syarat kenyamanan, ekonomis dan mudah perawatannya.
Ada 2 filosofi dalam perencanaan struktur beton bertulang, yaitu:
1. Metode tegangan kerja, dimana struktur direncanakan sedemikian
sehingga tegangan yang diakibatkan oleh beban kerja nilainya lebih
kecil daripada tegangan yang diijinkan.
2. Metode kekuatan batas, dimana unsur struktur direncanakan terhadap
beban terfaktor sedemikian rupa sehingga unsur struktur tersebut
mempunyai kekuatan ultimet yang diinginkan yaitu Mu < ϕ Mn

1.7. Prinsip Desain Strong Column Weak Beam


Dalam merencanakan sistem struktur beton bertulang harus
mengikuti kaidah perencanaan yaitu Kolom Kuat dan Balok Lemah atau
Strong Column Weak Beam. Tujuan penggunaan prinsip tersebut adalah
membuat sistem struktur lebih fleksibel sehingga mampu berdeformasi
saat bangunan menerima beban horisontal seperti angin dan gempa. Untuk
memperjelas desain dengan prinsip ini maka dikenalkan beberapa jenis
Sistem Rangka untuk menghasilkan sistem struktur yang dapat berperilaku
daktail sesuai dengan SNI 03-2847-2013. Beberapa jenis sistem rangka
tersebut adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa, Sistem Rangka
Pemikul Momen Menengah dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus.
Desain dengan prinsip ini digunakan agar tidak terjadi sendi plastis pada
kolom saat bangunan menerima beban gempa sehingga tidak terjadi
keruntuhan (pergoyangan balok).

1.8. Ringkasan BAB 1


Beton didefinisikan sebagai campuran antara sement portland atau
semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan
atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat. Beton bertulang
adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak
kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang,
dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja
bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja (definisi menurut
SKSNI 03-2847-2002, pasal 3.13). Sifat bahan pada struktur beton
bertulang antara lain kuat beton terhadap gaya tekan dan tarik, moduls
elastisitas beton, hubungan tegangan dan regangan beton, hubungan
tegangan dan regangan baja tulangan.
12
Keuntungan struktur beton dari segi ekonomi meliputi: material,
kemudahan dalam pelaksanaan, waktu untuk konstruksi, pemeliharaan
struktur, daktilitas dan sebagainya. Keserasian beton untuk memenuhi
kepentingan struktur dan arsitektur. Beton dicor ketika masih cair dan
menahan beban ketika telah mengeras. Hal ini sangat bermanfaat, karena
dapat membuat berbagai bentuk. Selain itu, struktur beton tahan terhadap
api (sekitar 1 – 3 jam tanpa bahan kedap api tambahan), rigiditas tinggi,
biaya pemeliharaan rendah dan penyediaan material mudah.
Kerugian Struktur Beton yaitu kekuatan tarik rendah (sekitar 10%
dari kekuatan tekannya), sehingga mudah retak, serta memungkinkan
udara lembab masuk yang akan menyebabkan baja tulangan berkarat.
Selain itu, struktur beton memerlukan biaya bekesting, perancah yang
tidak sedikit jumlahnya; kekuatan per satuan berat atau satuan volume
yang relatif rendah. Kekuatan beton berkisar antara 5 – 10% dari kekuatan
baja, meskipun berat jenisnya kira-kira 30% dari berat baja; mengalami
rangkak jangka panjang dan susut.
Peraturan beton yang berlaku di Indonesia yaitu Peraturan Beton
Bertulang Indonesia (PBI) 1955, Peraturan Beton Bertulang Indonesia
(PBI) 1971, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung (SK SNI T-15-1991-03), Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung (SK SNI 03-2847-2002), Persyaratan beton
struktural untuk Bangunan Gedung (Sk SNI 03-2847-2013).

1.8. Studi Kasus


Setelah mempelajari tentang beton bertulang, maka cobalah
membuat kelompok dengan beranggotakan 4 orang kemudian diskusikan
tentang contoh penggunaan struktur beton bertulang dan kegagalannya.

1.9. Lembar Kerja Mahasiswa


Diskusikan dengan kelompokmu beranggotakan 3 mahasiswa
berurutan sesuai absen, untuk menganalisa kegagalan struktur pada
bangunan

1.10. Tugas
Presentasi Kelompok:
Setelah mempelajari tentang beton bertulang, maka cobalah
membuat kelompok dengan beranggotakan 4 orang kemudian
presentasikan materi dengan topik “Perencanaan Struktur Beton Bertulang
dengan Konsep Strong Column Weak Beam”.

13

Anda mungkin juga menyukai