Ini
merupakan
buah
pemikiran
Eugene
Freyssinet
yang
.................................................................................................. (1.1)
A
Jika M adalah momen eksternal pada penampang akibat beban dan berat sendiri
balok, maka tegangan pada setiap titik sepanjang penampang akibat M adalah :
Mv
=
................................................................................................
(1.2) I
dimana y adalah jarak dari sumbu yang melalui titik berat dan I adalah momen
inersia penampang. Jadi distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:
F
=
Mv
....................................................................................... (1.3)
Fev
+
Mv
+
......................................................................(1.4)
I
Fev
dimana
adalah tegangan akibat momen eksentris.
I
Gambar 1.3 Momen penahan internal pada balok beton prategang dan beton
bertulang.
dengan cara menarik baja dan menahannya pada beton sehingga membuat beton
dalam keadaan tertekan.
Seperti yang telah diketahui bahwa beton adalah suatu material yang tahan
terhadap tekanan, akan tetapi tidak tahan terhadap tarikan. Sedangkan baja adalah
suatu material yang sangat tahan terhadap tarikan. Dengan mengkombinasikan antara
beton dan baja dimana nanti akan disebut sebagai beton bertulang (reinforced
concrete). Jadi pada beton bertulang, beton hanya memikul tegangan tekan,
sedangkan tegangan tarik dipikul oleh baja sebagai penulangan (rebar). Sehingga
pada beton bertulang, penampang beton tidak 100% efektif digunakan, karena bagian
yang tertarik tidak diperhitungkan sebagai pemikul tegangan. Hal ini dapat dilihat
pada sketsa gambar disamping.
Suatu penampang beton bertulang dimana penampang beton yang
diperhitungkan untuk memikul tegangan tekan adalah bagian diatas garis netral
(bagian yang diarsir), sedangkan bagian dibawah garis netral adalah bagian tarik
yang tidak diperhitungkan untuk memikul gaya tarik karena beton tidak tahan
terhadap tegangan tarik. Gaya tarik pada beton bertulang dipikul oleh besi
penulangan (rebar). Kelemahan lain dari konstruksi beton bertulang adalah berat
sendiri (selfweight) yang besar, yaitu 2.400 kg/m3, dapat dibayangkan berapa berat
penampang yang tidak diperhitungkan untuk memikul tegangan (bagian tarik).
Untuk mengatasi ini pada beton diberi tekanan awal sebelum beban-beban
bekerja, sehingga seluruh penampang beton dalam keadaan tertekan seluruhnya,
inilah yang kemudian disebut beton pratekan atau beton prategang (prestressed
concrete). Perbedaan utama antara beton bertulang dengan beton pratekan
adalah cara kerjanya. Cara kerja beton bertulang adalah mengkombinasikan antara
beton dan baja tulangan dengan membiarkan kedua material tersebut bekerja sendirisendiri, dimana beton memikul tekan dan tulangan baja memikul tarik. Sedangkan
beton pratekan mempunyai cara kerja dengan mengkombinasikan beton dan tulangan
baja secara aktif. Cara aktif ini dapat dicapai dengan cara menarik baja yang
menahannya ke beton, sehingga beton dalam keadaan tertekan.
3. Sistem prategangan dengan penjelasan gambar-gambar
(Penegangan/Penarikan-Awal)
dan
Post-tensioning
secara eksentris, elemen sangat mungkin mengalami lenturan dan defleksi. Tahaptahap yang berbeda dari pelaksanaan pretensioning diringkaskan sbb.:
1. Pengangkuran tendon pada ujung-ujung abutmen
2. Penempatan jack-jack (dongkrak)
3. Aplikasi tarikan pada tendon
4. Pencetakan beton
5. Memutus tendon
tensioning adalah:
Harus ada ikatan/rekatan yang baik diantara beton dan baja sepanjang
panjang transmisi.
sbb.:
Alas/landasan prategangan
Abutmen ujung
Acuan/mold
Jack (dongkrak)
Perangkat pengangkuran
dimasukkan ke dalam saluran (pipa) sesudah pencetakan beton. Pipa mencegah kontak
diantara beton dan tendon selama pelaksanaan penarikan. Tidak seperti sistem
pretensioning, tendon-tendon ditarik dengan reaksi yang bekerja terhadap beton yang
mengeras.
Bila saluran/pipa dipenuhi dengan injeksi semen (grout), maka ini disebut
posttensioning terekat (bonded). Injeksi merupakan pasta semen murni atau suatu mortar
semenpasir yang mengandung bahan tambahan yang sesuai. Dalam sistem post-tensioning
tak-terekat (unbonded), pipa/saluran tidak pernah diinjeksi dan tendon ditahan sematamata oleh pengangkuran ujung. Sketsa berikut menunjukkan gambaran skematik dari suatu
elemen post-tensioning yang diinjeksi. Profil saluran bergantung pada kondisi tumpuan.
Untuk elemen perletakkan sederhana, saluran mempunyai suatu profil penurunan diantara
ujung-ujung. Untuk elemen perletakkan menerus, saluran menurun pada bagian bentangan
dan naik di atas tumpuan.
Gambar 3.14 Sistem post-tensioning, angkur penarikan, angkur ujung tetap dan
tabung/pipa.
Gambar 3.16. Bagian ujung suatu gelagar kotak sesudah penarikan tendon
Adapun tahap-tahap pelaksanaan penarikan-purna (post-tensioning) dapat
diberikan sbb.:
1. Pengecoran beton
2. Penempatan tendon
3. Penempatan blok angkur dan dongkrak
4. Aplikasi tarikan pada tendon-tendon
5. Pengaturan pasak/baji
6. Pemotongan tendon
Tahap-tahap tersebut ditunjukkan secara skematik pada Gambar 3.14. Sesudah
mengangkurkan sebuah tendon pada satu ujung, tarikan diberikan pada ujung lainnya
menggunakan dongkrak. Penegangan tendon-tendon dan gaya pra-tegang beton timbul
secara simultan. Sebuah sistem keseimbangan-sendiri dari gaya-gaya berkembang sesudah
peregangan tendon.
relatif
sistem
post-tensioning
dibandingkan
dengan
sistem
pretensioning adalah,
Alas/landasan pencetakan
Mold/acuan
Saluran/pipa tendon
Perangkat pengangkuran
Dongkrak
Coupler
memberikan
keuntungan-keuntungan
teknis
Terhindarnya retak terbuka di daerah beton tarik, jadi lebih tahan terhadap
korosif.
Pada beton bertulang,
Terlihat bahwa kekuatan penampang beton pratekan enam kali lebih besar jika
dibandingkan dengan beton bertulang.
Ketahanan geser balok bertambah, yang disebabkan oleh pengaruh pratekan yang
mengurangi tegangan tarik utama (akan di bahas lebih lanjut pada tegangan geser
beton prategang). Pemakaian kabel yang melengkung, khususnya dalam untuk
bentang panjang membantu mengurangi gaya geser yang timbul pada penampang
tempat tumpuan.
Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan dengan berat baja
tulangan biasa (1/5 1/3), sehingga berkurangnya beban mati yang diterima
pondasi.
Biaya pemeliharaan beton prategang lebih kecil, karena tidak adanya retak-retak
pada kondisi beban kerja (terhindar dari bahaya korosi).
3. Stressing
4. Potong strand
6. Finishing
3. Proses Stressing
Persiapan
1)
2)
3)
4)
Perancah dibuat dari baja H (H beam) dengan ukuran sesuai dengan rencana.
6)
7)
Lakukan pergeseran dengan cara ditarik pada ujung-ujung balok sampai pada
11)
B.
1)
Setelah balok diletakkan pada titik-titik yang telah ditetapkan, balok diangkat
3)