Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATERI REPORT

BETON PRATEGANG

DOSEN PENGAMPU:

Sri Frapanti, ST, MT

MATA KULIAH :

BETON PRATEGANG

Disusun Oleh:

Willy febrianto

1907210015

5-A1 Pagi

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN 2021
Definisi

Definisi beton prategang menurut beberapa peraturan adalah sebagai berikut :

Menurut PBI – 1971

Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah ditimbulkan tegangan-


tegangan internal dengan nilai dan pembagian yang sedemikian rupa hingga tegangan-
tegangan akibat beton-beton dapat dinetralkan sampai suatu taraf yang diinginkan.

Menurut Draft Konsensus Pedoman Beton 1998

Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah diberikan tegangan dalam
untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat pemberian beban yang
bekerja.

Menurut ACI

Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar dan
distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan
yang terjadi akibat beban eksternal.

Beton prategang juga dapat diartikan secara luas termasuk ke dalam keadaan
(kasus) dimana tegangan- tegangan yang diakibatkan oleh regangan-regangan internal
diimbangi sampai batas tertentu, seperti pada konstruksi yang melengkung (busur), tetapi
dalam mata kuliah ini pembahasannya hanya dibatasi dengan beton prategang yang
memakai tulangan atau kabel baja yang ditarik dan dikenal sebagai tendon.

Konsep Dasar

Ada tiga konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan dan
menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang :
1. Konsep pertama, sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan
yang elastis

Konsep ini berasal dari Eugene Freyssinet (1926), orang Perancis yang
dikenal juga sebagai ”bapak beton prategang”. Pada dasarnya visualisasi beton
prategang adalah beton yang ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan
yang elastis dengan memberikan tekanan (desakan) terlebih dahulu (pratekan) pada
bahan tersebut. Dari konsep ini muncul kriteria ”tidak ada tegangan tarik” pada
beton. Pada umumnya telah diketahui bahwa jika tidak ada tegangan tarik pada beton,
berarti tidak akan terjadi retak, dan beton tidak merupakan bahan yang getas lagi
melainkan berubah menjadi bahan yang elastis

2. Konsep kedua, sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton

Konsep ini mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi (gabungan)


dari baja dan beton, seperti pada beton bertulang, dimana baja menahan tarikan dan
beton menahan tekanan, dengan demikian kedua bahan membentuk kopel penahan
untuk melawan momen eksternal

Pada beton prategang, baja mutu tinggi dipakai dengan jalan menariknya
sebelum kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya. Jika baja mutu tinggi ditanam pada
beton, seperti pada beton bertulang biasa, beton disekitarnya akan menjadi retak berat
sebelum seluruh kekuatan baja digunakan Dengan menarik dan menjangkarkan ke
beton dihasilkan tegangan dan regangan yang diinginkan pada kedua bahan,
tegangan dan regangan tekan pada beton serta tegangan dan regangan pada baja.

3. Konsep ketiga, sistem prategang untuk mencapai keseimbangan beban

Konsep ini menggunakan sistem prategang untuk mencapai keseimbangan


beban, terutama menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat seimbang
gaya-gaya pada sebuah batang (Gambar 5 dan Gambar 6). Penerapan dari konsep ini
menganggap beton diambil sebagai benda bebas dan menggantikan tendon dengan
gaya-gaya yang bekerja pada beton sepanjang beton.
Perkembangan Penggunaan Sistem Prategang

Prinsip dasar sistem prategang mungkin telah dipakai pada konstruksi berabad-abad
yang lalu, pada waktu tali atau pita logam diikatkan mengelilingi papan kayu yang
melengkung, yang membentuk sebuah tong (Gambar 7). Pada penerapan ini, pita dan kayu
dalam keadaan tertegang sebelum dibebani tekanan cairan dari dalam. Penerapan lain
dari sistem prategang dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada waktu mengangkut bata
dan jari-jari pada roda sepeda seperti pada

Sebelum beton prategang berkembang, ada dua perkembangan penting yaitu


penemuan semen Portland oleh Aspdin, J., (England, 1824) dan pengenalan baja tulangan
pada beton oleh Monier, J., (France, 1857). Perkembangan ini juga merupakan bagian dari
sejarah perkembangan beton prategang seperti berikut :

Jackson, P.H., (1886 USA)

memperkenalkan konsep pengekangan pita baja pada struktur busur beton dan batu
buatan (artificial stone and concrete arches).

Doehring, C.E.W., (1888 Germany)

membuat pelat beton dan balok kecil dengan melekatkan tulangan baja yang
ditarik (embedded tensioned steel).

Drill, R.H., (1925 USA)

menggunakan batang baja tanpa lekatan mutu tinggi (high strength unbonded steel
rods), dimana batang tersebut ditarik dan diangkur setelah beton mengeras.

Freyssinet, E., (1926 France)


menggunakan baja mutu tinggi (kekuatan ultimit = 1725 MPa dan tegangan leleh >
1240 MPa), pada tahun 1939 mengembangkan penjepit berbentuk kerucut (conical
wedges) untuk angker ujung dan dongkrak aksi ganda (double acting jack).

Hoyer, E., (1938 Germany)

mengembangkan metode prategang untuk sistem garis panjang (long line).

Magnel, G., (1940 Belgium)

mengembangkan sistem anker untuk pasca tarik dengan penjepit berbentuk datar
(flat wedges).

Selama PD II, aplikasi beton prategang dan pracetak meningkat sangat cepat.
Beberapa nama turut terlibat dalam pengembang beton prategang, antara lain
Guyon, Y., (France) membangun banyak jembatan beton prategang, Abeles, P.W.,
(England) memperkenalkan konsep prategang parsial dan nama lain yang cukup
terkenal seoerti Leonhardt, F., (Germany), Mikhailor, V., (Russia) dan Lin, T.Y.,
(USA).

Organisasi profesional internasional terbentuk pada tahun 1952 di Eropa dengan


nama the International Federation for Prestressing (FIP). Organisasi beton
prategang dan pracetak terbentuk pada tahun 1954 di USA dengan nama the
Precast/Prestressed Concrete Institue (PCI).

Keuntungan dan Kerugian Beton Prategang

Keuntungan

 Terhindarnya retak terbuka di daerah beton tarik, jadi lebih tahan terhadap korosif.
 Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh penampang dipakai secara
efektif.
 Ketahanan geser balok bertambah, yang disebabkan oleh pengaruh pratekan yang
mengurangi tegangan tarik utama.
 Pemakaian kabel yang melengkung, khususnya dalam untuk bentang panjang
membantu mengurangi gaya geser yang timbul pada penampang tempat tumpuan.
 Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan dengan berat
baja tulangan biasa (1/5 –1/3), sehingga berkurangnya beban mati yang diterima
pondasi.
 Biaya pemeliharaan beton prategang lebih kecil, karena tidak adanya retak-
retak pada kondisi beban kerja (terhindar dari bahaya korosi).

Kerugian

 Dituntut kualitas bahan yang lebih tinggi (pemakaian beton dan baja mutu yang
lebih tinggi), yang harganya lebih mahal.

 Dituntut keahlian dan ketelitian yang lebih tinggi.

Material

 Beton

Beton berkekuatan tinggi adalah perlu di dalam beton prategang oleh karena
materialnya memberikan tahanan yang tinggi dalam tegangan tarik, geser, pengikatan
dan dukungan.

Dalam daerah angker, yang tegangan-tegangan dukungnya menjadi lebih


tinggi, beton berkekuatan tinggi selalu lebih disukai untuk menghindarkan
pengangkuran yang khusus, sehingga dapat memperkecil biaya.

Pada beton prategang penting untuk mengetahui diagram tegangan-regangan


untuk memperkirakan kehilangan gaya prategang dan juga untuk analisis penampang.

Untuk lebih memahami sifat-sifat dan karakteristik dari beton mutu tinggi,
pembaca hendaknya mempelajari dari peraturan-peraturan tentang beton yang berlaku.
 Baja

Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum untuk

menghasilkan gaya prategang dan mensuplai gaya tarik pada beton prategang,
khususnya diagram tegangan- regangannya. Diagram tegangan-regangan baja
prategang (mutu tinggi) berbeda dengan baja beton biasa. Pada baja prategang diagram
tegangan regangannya tidak tetap, tergantung dari diameter baja dan bentuknya.
Sedangkan pada baja biasa, mempunyai diagram tegangan-regangan yang tetap untuk
setiap diameter.

Metode Pemberian Pratekan

Banyak metode pemberian pratekan pada elemen struktur beton, tetapi yang
paling luas pemakaiannya adalah dengan menarik baja (tendon) ke arah longitudinal
dengan alat penarik. Menegangkan atau menarik tendon tidaklah mudah, sebab
mengingat kebutuhan gaya yang cukup besar sampai ratusan ton.

Terdapat 2 (dua) prinsip yang berbeda :

 Prategang (Pre-tensioning)
 Pascategang (Post-tensioning)

Metode Pre-tensioning

Konstruksi dimana tendon ditegangkan dengan pertolongan alat bantu sebelum beton
di cor atau sebelum beton mengeras dan gaya prategang dipertahankan sampai beton cukup
keras (dalam hal ini beton melekat pada baja prategang). Setelah beton mencapai kekuatan
yang diperlukannya, tegangan pada jangkar dilepas perlahan-lahan dan baja akan
mentransfer tegangannya ke beton melalui panjang transmisi baja, yang tergantung pada
kondisi permukaan, profil dan diameter baja dan mutu beton.

Metode Post-tensioning
Konstruksi dimana setelah betonnya cukup keras, barulah bajanya yang tidak terekat
pada beton diberi tegangan. Pada sistem Post-tensioning, beton di cor dahulu dan dibiarkan
mengeras sebelum di beri gaya pratekan. Baja dapat ditempatkan seperti profil yang
ditentukan, lalu beton di cor, lekatan dihindarkan dengan menyelubungi baja (yaitu
dengan membuat selubung/sheat). Bila kekuatan beton yang diperlukan telah tercapai,
maka baja ditegangkan di ujung- ujungnya dan dijangkar. Gaya pratekan ditransfer ke
beton melalui jangkar pada saat baja ditegangkan, jadi dengan demikian beton ditekan.

Penjangkaran Ujung (End Anchorage)

Pada dasarnya ada 3 (tiga) prinsip tendon dengan mana baja atau strand
(untaian kawat) di angkurkan ke beton :

1. Dengan prinsip kerja pasak yang menghasilkan penjepit gesek pada tendon

2. Dengan perletakan langsung dari kepala paku keling atau baut yang dibuat pada
ujung

3. Dengan membelitkan tendon ke sekeliling beton

Anda mungkin juga menyukai