Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STRUKTUR BETON PRATEGANG

OLEH
NAMA : AGNES ALIDA N. WINDY
NIM : 1606010004
KELAS :B

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat
lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk
suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk
menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability),
durabilitas, dan waktu pengerasan. Beton pratekan adalah suatu kombinasi antara beton dan baja
dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki beton biasa. Beton
mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang tinggi. Akan tetapi, beton juga
mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah jika dibebani tarik.
Beton Pratekan adalah beton pratekan yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk
mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja. Beton pratekan pada
dasarnya adalah beton di mana tegangan-tegangan internal dengan besar serta distribusi yang
sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban
luar dilawan sampai suatu tingkat yang diinginkan. Pratekan meliputi tambahan gaya tekan pada
struktur untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan gaya tarik internal dan dalam hal ini retak
pada beton dapat dihilangkan. Pada beton pratekan, pratekan pada umumnya diberikan dengan
menarik baja tulangan. Pratekanan juga menyebabkan gaya dalam yang berlawanan dengan gaya
luar dan mengurangi atau bahkan menghilangkan lendutan secara signifikan pada struktur.
Beton yang digunkan dalam beton pratekan adalah mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi
dengan nilai f’c min K-300, modulus elastis yang tinggi dan mengalami rangkak ultimit yang lebih
kecil, yang menghasilkan kehilangan pratekan yang lebih kecil pada baja. Kuat tekan yang tinggi
ini diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah
terjadinya keretakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah beton prategang ?
2. Apakah itu beton Prategang ?
3. Konsep dasar beton Prategang?
4. Bagaimana Perkembangan Penggunaan Beton Prategang?
5. Bagaimana metode pemberian Pratekan dan Pengangkuran Ujung?
6. Keuntungan dan kerugian beton prategang?
7. Bagaimana perbedaan antara beton prategang dan beton bertulang ?

1.3 Maksud dan Tujuan


Makalah ini di buat bertujuan untuk mengetahui informasi tentang beton prategang baik dari
sejarah, pengertian, perbedaan maupun cara mendesain.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Beton Prategang


Penerapan pertama dari beton prategang dimulai oleh P.H. Jackson dari California, Amerika
Serikat. Pada tahun 1886 telah dibuat hak paten dari kontruksi beton prategang yang dipakai untuk
pelat dan atap. Pada waktu yang hampir bersamaan yaitu pada tahun 1888, C.E.W. Doehting dari
Jerman memperoleh hak paten untuk memprategang pelat beton dari kawat baja. Tetapi gaya
prategang yang diterapkan dalam waktu yang singkat menjadi hilang karena rendahnya mutu dan
kekuatan baja. Untuk mengatasi hal tersebut oleh G.R. Steiner dari Amerika Serikat pada tahun
1908 mengusulkan dilakukannya penegangan kembali. Sedangkan J. Mandl dan M. Koenen dari
Jerman menyelidiki identitas dan besar kehilangan gaya prategang. Eugen Freyssonet dari Perancis
yang pertama-tama menemukan pentingnya kehilangan gaya prategang dan usaha untuk
mengatasinya. Berdasarkan pengalamannya membangun jembatan pelengkung pada tahun 1907
dan 1927, maka disarankan untuk memakai baja dengan kekuataan yang sangat tinggi dan
perpanjangan yang besar. Kemudian pada tahun 1940 diperkenalkan sistem prategang yang
pertama dengan bentang 47 meter di Philadelphia (Walnut Lane Bridge) seperti gambar dibawah
ini :

Gambar 1.1 Jembatan Walnut Lane, Philadelphia


Sumber : www.phillyhistory.org
2.2 Definisi Beton Prategang
Definisi beton prategang menurut beberapa peraturan adalah sebagai berikut:
a. Menurut PBI – 1971
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah ditimbulkan tegangan-tegangan intern
dengan nilai dan pembagian yang sedemikian rupa hingga tegangan-tegangan akibat beton-
beton dapat dinetralkan sampai suatu taraf yang diinginkan.
b. Menurut Draft Konsensus Pedoman Beton 1998
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah diberikan tegangan dalam untuk
mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat pemberian beban yang bekerja.
c. Menurut ACI
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar dan distribusi
sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi
akibat beban eksternal.
2.3 Konsep Dasar Beton Prategang
Ada tiga konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan dan menganalisis
sifat-sifat dasar dari beton prategang:
a. Konsep pertama: Sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan yang elastis. Ini
merupakan buah pemikiran Eugene Freyssinet yang memvisualisasikan beton prategang pada
dasarnya adalah beton yang ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan yang elastis
dengan memberikan tekanan (desakan) terlebih dahulu (pratekan) pada bahan tersebut. Dari
konsep ini lahirlah kriteria ”tidak ada tegangan tarik” pada beton. Akibat gaya prategang F,
akan timbul tegangan tekan merata sebesar :
F
 = .................................................................................................. (1.1)
A
Jika M adalah momen eksternal pada penampang akibat beban dan berat sendiri balok, maka
tegangan pada setiap titik sepanjang penampang akibat M adalah :
Mv
= ................................................................................................ (1.2)
I
dimana y adalah jarak dari sumbu yang melalui titik berat dan I adalah momen inersia
penampang. Jadi distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:
F Mv
= ± ....................................................................................... (1.3)
A I

Gambar 2.1 Distribusi tegangan beton prategang sentris


Bila tendon ditempatkan eksentris (sebesar e), maka distribusi tegangannya (lihat Gambar 1.2)
menjadi :
F F ev Mv
 = + + ......................................................................(1.4)
A I I
F ev
dimana adalah tegangan akibat momen eksentris.
I

Gambar 2.2 Distribusi tegangan beton prategang eksentris


b. Konsep kedua, Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton. Konsep ini
mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi (gabungan) dari baja dan beton, seperti
pada beton bertulang, dimana baja menahan tarikan dan beton menahan tekanan, dengan
demikian kedua bahan membentuk kopel penahan untuk melawan momen eksternal (Gambar
2.3). Pada beton prategang, baja mutu tinggi dipakai dengan jalan menariknya sebalum
kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya. Jika baja mutu tinggi ditanam pada beton, seperti pada
beton bertulang biasa, beton disekitarnya akan menjadi retak berat sebelum seluruh kekuatan
baja digunakan (Gambar 2.4). oleh karena itu, baja perlu ditarik sebelumnya (pratarik) terhadap
beton. Dengan menarik dan menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan regangan yang
diinginkan pada kedua bahan, tegangan dan regangan tekan pada beton serta tegangan dan
regangan pada baja. Kombinasi ini memungkinkan pemakaian yang aman dan ekonomis dari
kedua bahan dimana hal ini tidak dapat dicapai jika baja hanya ditanamkan dalam bentuk seperti
pada beton bertulang biasa.

Gambar 2.3 Momen penahan internal pada balok beton prategang


dan beton bertulang

Gambar 2.4 Balok beton menggunakan baja mutu tinggi


c. Konsep ketiga, Sistem prategang untuk mencapai perimbangan beban. Konsep ini terutama
menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat seimbang gaya-gaya pada sebuah
batang (lihat Gambar 2.5 dan Gambar 2.6). Penerapan dari konsep ini menganggap beton
diambil sebagai benda bebas dan menggantikan tendon dengan gaya-gaya yang bekerja pada
beton sepanjang beton.

Gambar 2.5 Balok prategang dengan tendon parabola


Gambar 2.6 Balok prategang dengan tendon membengkok

2.4 Perkembangan Penggunaan Prategang


Prinsip dasar sistem prategang mungkin telah dipakai pada konstruksi berabad-abad yang
lalu, pada waktu tali atau pita logam diikatkan mengelilingi papan kayu yang melengkung, yang
membentuk sebuah tong (Gambar 1.7). pada penerapan disini, pita dan kayu dalam keadaan
tertegang sebelum dibebani tekanan cairan dari dalam.

Gambar 2.7 Prinsip sistem prategang pada tong


Penerapan ide dari prategang dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada waktu
mengangkut bata (Gambar 1.8).

Gambar 2.8 Prinsip sistem prategang saat mengangkut bata

Kemudian tingkat pengembangan saat ini dalam bidang beton prategang adalah hasil
penelitian yang terus-menerus yang dilakukan oleh para insinyur dan ilmuwan dalam bidang ini
selama 90 tahun terakhir.

2.5 Metode Pemberian Pratekan dan Pengangkuran Ujung


Berbagai metoda dengan mana pratekanan diberikan kepada beton. Dalam tulisan ini hanya
membahas metoda yang paling luas dipakai untuk memberikan pratekanan pada unsur-unsur beton
struktural adalah dengan menarik baja ke arah longitudinal dengan alat penarik. Menegangkan
tendon tidak mudah, sebab mengingat gaya yang cukup besar (sampai ratusan ton). Terdapat 2
(dua) prinsip yang berbeda :
a. Konstruksi dimana tendon ditegangkan dengan pertolongan alat pembantu sebelum beton
di cor atau sebelum beton mengeras dan gaya prategang dipertahankan sampai beton cukup
keras. Untuk ini dipakai istilah, Pre-tensioning. Dalam hal ini beton melekat pada baja
prategang. Setelah beton mencapai kekuatan yang diperlukannya, tegangan pada jangkar
dilepas perlahan-lahan dan baja akan mentransfer tegangannya ke beton melalui panjang
transmisi baja, yang tergantung pada kondisi permukaan serta profil dan diameter baja,
juga bergantung pada mutu beton.
Langkah 1. Kabel ditegangkan pada alat pembantu (Gambar 1.9 a)
Langkah 2. Beton di cor (Gambar 1.9 b)
Langkah 3. Setelah beton mengeras (umur cukup) baja di putus perlahan-lahan,
tegangan baja ditransfer ke beton melalui transmisi baja (Gambar 1.9 c)

Gambar 2.9 Metoda Pre-tensioning


b. Konstruksi dimana setelah betonnya cukup keras, barulah bajanya yang tidak terekat pada
beton diberi tegangan.
Untuk konstruksi ini disebut : Post-tensining. Pada sistem Post-tensioning, beton di cor dahulu
dan dibiarkan mengeras sebelum di beri gaya prategang. Baja dapat ditempatkan seperti propil
yang ditentukan, lalu beton di cor, lekatan dihindarkan dengan menyelubungi baja yaitu
dengan membuat selubung/sheat. Bila kekuatan beton yang diperlukan telah tercapai, maka
baja ditegangkan di ujung-ujungnya dan dijangkar. Gaya prategang di transfer ke beton melalui
jangkar pada saat baja ditegangkan, jadi dengan demikian beton ditekan.
Langkah-langkah pelaksanaan sistem Post-tensioning :
Langkah 1. Beton di cor dan tendon diatur sedemikian dalam sheat, sehingga tidak ada
lekatan antara beton dan baja (Gambar 2.10 a).
Langkah 2. Tendon di tarik pada salah satu/kedua ujungnya dan menekan beton langsung
(Gambar 2.10 b).
Langkah 3. Setelah tendon ditarik, kemudian dijangkarkan pada ujung-ujungnya. Prategang
ditransfer ke beton melalui jangkar ujung tersebut. Jika diinginkan baja terekat
pada beton, maka langkah selanjutnya adalah grouting (penyuntikan) pasta semen
ke dalam sheat (Gambar 2.10 c).

Gambar 2.10 Metoda Post-tensioning


2.6 Penjangkaran Ujung
Pada dasarnya ada 3 (tiga) prinsip tendon dengan mana baja atau strand (untaian kawat) di
angkurkan ke beton :
a. Dengan prinsip kerja pasak yang menghasilkan penjepit gesek pada tendon (lihat Gambar
2.11 a).
b. Dengan perletakan langsung dari kepala paku keling atau baut yang dibuat pada ujung
tendon (Gambar 2.11 b).
c. Dengan membelitkan tendon ke sekeliling beton (Gambar 2.11 c).

Gambar 2.11 Prinsip-prinsip penjangkaran

2.7 Keuntungan dan Kerugian Beton Prategang


a. Keuntungan
Beton prategang memberikan keuntungan-keuntungan teknis besar dibandingkan dengan
konstruksi lainnya (beton bertulang biasa) seperti :

 Terhindarnya retak terbuka di daerah beton tarik, jadi lebih tahan terhadap korosif.
 Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh penampang dipakai secara efektif.
Terlihat bahwa kekuatan penampang beton pratekan enam kali lebih besar jika dibandingkan
dengan beton bertulang.
 Ketahanan geser balok bertambah, yang disebabkan oleh pengaruh pratekan yang mengurangi
tegangan tarik utama (akan di bahas lebih lanjut pada tegangan geser beton prategang).
Pemakaian kabel yang melengkung, khususnya dalam untuk bentang panjang membantu
mengurangi gaya geser yang timbul pada penampang tempat tumpuan.
 Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan dengan berat baja tulangan biasa
(1/5 – 1/3), sehingga berkurangnya beban mati yang diterima pondasi.
 Biaya pemeliharaan beton prategang lebih kecil, karena tidak adanya retak-retak pada kondisi
beban kerja (terhindar dari bahaya korosi).
b. Kerugian
 Dituntut kwalitas bahan yang lebih tinggi (pemakaian beton dan baja mutu yang lebih tinggi),
yang harganya lebih mahal.
 Dituntut keahlian dan ketelitian yang lebih tinggi.
2.8 Material
a. Beton
Beton berkekuatan tinggi adalah perlu di dalam beton prategang oleh karena materialnya
memberikan tahanan yang tinggi dalam tegangan tarik, geser, pengikatan dan dukungan. Dalam
daerah angker, yang tegangan-tegangan dukungnya menjadi lebih tinggi, beton berkekuatan tinggi
selalu lebih disukai untuk menghindarkan pengangkuran yang khusus, sehingga dapat
memperkecil biaya.

Pada beton prategang penting untuk mengetahui diagram tegangan-regangan untuk


memperkirakan kehilangan gaya prategang dan juga untuk analisis penampang. Untuk lebih
memahami sifat-sifat dan karakteristik dari beton mutu tinggi, pembaca hendaknya mempelajari
dari peraturan-peraturan tentang beton yang berlaku.

Gambar 2.12 Diagram tegangan-regangan beton menurut Hognestad

b. Baja
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum untuk menghasilkan gaya prategang dan
mensuplai gaya tarik pada beton prategang. Yang menjadi penting juga dalam baja prategang
adalah diagram tegangan-regangannya. Diagram tegangan-regangan baja prategang (mutu tinggi)
berbeda dengan baja beton biasa (lihat Gambar 1.13).

 Pada baja prategang diagram tegangan regangannya tidak tetap, tergantung dari diameter baja
dan bentuknya.
 Sedangkan pada baja biasa, mempunyai diagram tegangan-regangan yang tetap untuk setiap
diameter.

Gambar 2.13 Diagram tegangan-regangan baja


2.9 Perbedaan Beton Bertulang dan Beton Prategang
Tabel 2.1 Perbedaan Beton Bertulang dan Beton Prategang
Beton Bertulang Konvensional Beton Prategang
 Beton dan tulangan baja  Beton dan baja mutu tinggi
normal
 Penampang tidak efektif  Penampang efektif bekerja
 Mengalami retak  Tanpa retak
 Gaya geser yang besar >  Sengkang tidak menentukan >
sengkang dapat dipikul oleh
kelengkungan kabel
 Penampang gemuk / lebar >  Penampang ramping > ringan
berat
 Struktur lebih berat  Berat menjadi lebih ekonomis
 Penggunaan beton mutu tinggi  Beton mutu tinggi & baja mutu
> menghasilkan tulangan yang tinggi menghasilkan struktur
banyak yang ekonomis akibat berat yg
berkurang
 Tulangan tidak memberikan  Gaya prategang memberikan
kontribusi terhadap lendutan kontribusi terhadap perlawanan
lendutan akibat beban mati dan
hidup
 Korosi terjadi akibat retak  Tanpa retak >> tidak terjadi
beton korosi
 Beban repetisi tidak  Beban repetisi mempengaruhi
mempengaruhi tulangan pada tulangan prategang dan umur
umur struktur struktur
 Proses produksi >>  Proses produksi >> metoda
konvensional, lebih murah, khusus / rumit, lebih mahal,
penggunaan alat serta pekerja penggunaan alat dan skill
lebih sedikit dan supervisi pekerja khusus dan supervisi
yang konvensional yang ketat, tingkat ketelitian
yang tinggi
 Keruntuhan struktur tanpa  Keruntuhan struktur sebelum
peringatan batas runtuh dapat terdeteksi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Beton prategang cukup banyak digunakan dalam konstruksi di Indonesia karena
penggunaan struktur beton prategang dinilai mempunyai banyak keuntungan antara lain :
1. Strukur lebih ringan, langsing dan kaku.
2. Gaya prategang dapan mencegah atau mengurangi retak yang selanjutnya dapat mencegah
terjadinya korosi pada baja sehingga struktur lebih tahan terhadap lingkungan yang korosif.
3. Lintasan tendon dapat diatur agar berkontribusi dalam menahan gaya lintang.
4. Penghematan maksimum dapat dicapai pada struktur bentang panjang yang akan lebih
ekonomis bila dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa dan struktur baja.
5. Dapat digunakan untuk struktur pracetak yang dapat memberikan jaminan kualitas yang
lebih baik kemudian dan kecepatan dalam pelaksanaan konstruksi serta biaya awal yang
lebih rendah.

3.2 Saran
Beton Prategang merupakan kontruksi yang memiliki banyak keuntungan dan sudah
banyak di aplikasikan di Indonesia namun Beton Prategang juga memiliki kerugian. Untuk itu
harus di persiapkan perencanaan yang matang agar tidak terjadi kegagalan konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA

 Academia.edu, Makalah Struktur Beton Prategang


 Academia.edu, Perkembangan Beton Prategang
https://www.academia.edu/9476775/PERKEMBANGAN_BETON_PRATEGANG
 Beton Prategang, Pengertian Beton Prategang, (2009 April)
http://betonprategang.blogspot.co.id/2009/04/pengertian-beton-prategang.html
 Konstruksi Bangunan, Jenis-jenis Beton dalam Konstruksi, (2013 Maret)
http://kontruksibangunan-kb1.blogspot.co.id/2013/03/jenis-jenis-beton-dalam-
konstruksi.html
 My Zaviere, Sejarah Perkembangan Beton, (2009 Mei)
http://myzavier.blogspot.com/2009/05/sejarah-perkembangan-beton-prategang.html
 Sancrot Wordpress, Beton pratekan,
https://sancrot.wordpress.com/kuliah/beton-pratekan/
 Teknik Sipil Blog006, Makalah Beton Prategang, (2016 Oktober 2)
https://tekniksipilblog006.wordpress.com/2016/10/02/makalah-beton-prategang/

Anda mungkin juga menyukai