BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1. KESIMPULAN……………………………………………………………. 10
3.2. SARAN……………………………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 11
LAMPIRAN…………………………………………………………………………. 12
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
beton prategangan sekarang telah diterima dan banyak dipakai, setelah melalui
banyak penyempurnaan hampir pada setiap elemen beton prategang, misalnya pada
jembatan, komponen bangunan seperti balok, pelat dan kolom, pipa dan tiang
panjang, terowongan dan lain sebagainya.
Beton prategang merupakan struktur komposit dari material beton dan baja
dengan mutu tinggi. Baja yang digunakan disebut tendon, yaitu beberapa
baja yang dikelompokan dan membentuk kabel. Prinsip kerja dari beton prategang
yaitu tendon ditegangkan diawal dengan cara ditarik untuk memberikan tegangan
tekan pada penampang beton sebelum adanya beban yang bekerja pada struktur.
Besarnya gaya tarik yang diberikan pada tendon untuk mendapatkan gaya prategang
yang cukup harus disesuaikan dengan beban batas sedemikian rupa sehingga
penampang beton tidak mengalami tegangan tarik saat beban bekerja. Penegangan
kabel dan faktor lainnya menimbulkan kehilangan gaya prategang pada beton
prategang. Gaya prategang yang tersisa disebut gaya prategang efektif (Yolanda D,
2017).
3
2.3. PERBEDAAN BETON PRATEGANG DAN BETON BERTULANG
KONVENSIONAL
Beton dan tulangan baja normal Beton dan baja mutu tinggi
Penampang tidak efektif Penampang efektif bekerja
Mengalami retak Tanpa retak
Penampang gemuk / lebar Penampang ramping
Struktur lebih berat Berat menjadi lebih ekonomis
Tulangan tidak memberikan kontribusi Gaya prategang memberikan
terhadap lendutan kontribusi terhadap perlawanan
lendutan akibat beban mati dan hidup
Korosi terjadi akibat retak beton Tidak retak dan tidak terjadi korosi
Keruntuhan struktur tanpa peringatan Keruntuhan struktur sebelum batas
runtuh dapat terdeteksi
Lebih murah Lebih mahal
4
sumber: https://civilsnapshot.com, 2018
5
beban kerja (service load). Pembebanan pada penampang balok prategang terdiri
dari beberapa kondisi, yaitu :
1. Saat pembangunan, dimana pada saat ini beban yang dipikul balok adalah berat
sendiri balok,
2. Saat selesai pembangunan dan bangunan dalam keadaan tak digunakan, dimana
beban yang dipikul balok ada berat sendiri balok dan beban mati lainnya
3. Saat bangunan digunakan, dimana beban yang bekerja adalah berat sendiri balok,
beban mati lainnya, dan beban hidup.
Besar tegangan yang terjadi pada balok beton prategang penuh dapat dilihat pada
Gambar 2.4
Tegangan yang terjadi pada penampang balok prategang penuh pada sera tatas dan
bawah adalah
Keterangan :
6
Perjanjian tanda :
Tegangan tekan (-)
Tegangan tarik (+)
Adapun besarnya tegangan beton yang diizinkan pada penampang beton
prategang diatur dalam SNI 03-2847-2002.
1. Tegangan beton sesaat sesudah penyaluran gaya prategang (sebelum terjadinya
kehilangan tegangan sebagai fungsi waktu) tidak boleh melampaui nilai
berikut :
a. Tegangan serat tekan keluar 0,60
b. Tegangan serat tarik terluar kecuali seperti yang diizinkan 0,25
c. Tegangan serat tarik terluar pada ujung – ujung komponen struktur di atas
perletakan sederhana 0,5
2. Tegangan beton pada kondisi beban layan (sesudah memperhitungkan semua
kehilangan prategang yang mungkin terjadi) tidak boleh melampaui nilai berikut
:
a. Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan
beban hidup tetap 0,45
b. Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan
beban hidup total 0,60
c. Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang pada awalnya
mengalami tekan 0,5
Besarnya tegangan tendon prategang yang diizinkan juga diatur dalam SNI 03 -2847
– 2022.
1. Akibat gaya pengangkuran, tegangan tendon tidak lebih dari 0,94 V dan tidak
lebih besar dari nilai terkecil dari 0,80 dan nilai maksimum yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat tendon prategang atau perangkat angkur.
2. Sesaat setelah penyaluran gaya prategang, tegangan tendon tidak lebih dari 0,82
vvv dan tidak leboh besar dari 0,74
3. Tendon pasca tarik, pada daerah angkur dan sambungan, segera setelah
penyaluran gaya, tegangan tendon tidak lebih dari 0,70
7
Gambar 2.5 Tegangan pada penampang dan besar tegangan izin pada beton
berdasarkan kondisi penampang
Besar momen untuk penampang balok statis tertentu yang memikul beban
merata berdasarkan masing-masing kondisi pembebanan, sebagai berikut :
1. Besar momen pada kondisi pembangunan
Keterangan :
8
2. Kondisi saat selesai pembangunan (belum terpakai)
Keterangan :
Keterangan :
9
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Beton Prategang biasanya digunakan untuk konstruksi-konstruksi besar seperti
Gedung tinggi, jembatan dll. Dengan menggunakan beton prategang, konstruksi
mendapatkan bentang yang lebih panjang, mengurangi ketebalan struktural, dan
penghematan material. Beton prategang memiliki harga yang lebih mahal
dibandingkan dengan beton bertulang konvensional.
3.2. SARAN
Untuk menggunakan beton prategang harus memperhatikan dana dan tujuan
untuk pembangunan konstruksi. Dikarenakan biaya untuk pembuatan beton prategang
ini tergolong mahal.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Beton_prategang
http://myzavier.blogspot.com/2009/05/sejarah-perkembangan-beton-
prategang.html
https://asiacon.co.id/blog/manfaat-dan-kegunaan-beton-
prategang#:~:text=Hal%20ini%20membuat%20beton%20dapat,gedung%20tinggi
%2C%20dan%20lain%20sebagainya.
https://sipil.uma.ac.id/apa-itu-beton-prategang/
https://www.dictio.id/t/definisi-beton-prategang/146463
SNI 7833 tahun 2011
11
LAMPIRAN
12
13
14