Anda di halaman 1dari 16

BETON PRATEGANG

MUCHAMAD ALFIN RIZKA ALHADI


2214222001

TEKNIK SIPIL SORE


UNIVERSITAS BHAYANGKARA
2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG………………………………………………..… 1


1.2. RUMUSAN MASALAH…………….………………………………… 1
1.3. TUJUAN..…………………….………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. SEJARAH BETON PRATEGANG…………………………………….. 2


2.2. PENGERTIAN BETON PRATEGANG………………………………… 3
2.3. PERBEDAAN BETON PRATEGANG DAN BETON BERTULANG
KONVENSIONAL……………………………………………………….. 4
2.4. PRINSIP DESAIN BETON BERTULANG……………………………… 4

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN……………………………………………………………. 10
3.2. SARAN……………………………………………………………………. 10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 11

LAMPIRAN…………………………………………………………………………. 12
BAB 1

PENDAHULUAN

2.1. LATAR BELAKANG


Beton Prategang cukup banyak digunakan dalam konstruksi di Indonesia.
Penggunaan struktur beton prategang ini dinilai mempunyai banyak keuntungan ,
antara lain :
a. Terhindar dari keretakan
b. Kedap air dan kuat terhadap pergeseran
c. Struktur lebih kecil

Selain keuntungannya tersebut, struktur dengan beton prategang juga


mempunyai kekurangan, antar lain :

a. Dibutuhkan kemampuan tinggi dan peralatan memadai


b. Biaya lebih mahal

Struktur beton prategang didesain berdasarkan konsep persamaan


keseimbangan tegangan yang terjadi pada struktur. Dengan memanfaatkan
kemampuan beton untuk menahan gaya tekan yang cukup besar, gaya prategang
dapat diberikan pada struktur melalui plat angker dengan menggunakan tendon
prategang.

2.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Sejarah beton prategang ?
2. Apa Pengertian Beton Prategang ?
3. Bagaimana perbedaan beton prategang dan beton bertulang ?
4. Bagaimana prinsip desain beton prategang ?
2.3. TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tentang beton prategang.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. SEJARAH BETON PRATEGANG


Penerapan pertama dari beton prategang dimulai oleh P.H. Jackson dari
California, Amerika Serikat. Pada tahun 1886 telah dibuat hak paten dari kontruksi
beton prategang yang dipakai untuk pelat dan atap. Pada waktu yang hampir
bersamaan yaitu pada tahun 1888, C.E.W. Doehting dari Jerman memperoleh hak
paten untuk memprategang pelat beton dari kawat baja. Tetapi gaya prategang yang
diterapkan dalam waktu yang singkat menjadi hilang karena rendahnya mutu dan
kekuatan baja. Untuk mengatasi hal tersebut oleh G.R. Steiner dari Amerika Serikat
pada tahun 1908 mengusulkan dilakukannya penegangan kembali. Sedangkan J.
Mandl dan M. Koenen dari Jerman menyelidiki identitas dan besar kehilangan gaya
prategang. Eugen Freyssonet dari Perancis yang pertama-tama menemukan
pentingnya kehilangan gaya prategang dan usaha untuk mengatasinya. Berdasarkan
pengalamannya membangun jembatan pelengkung pada tahun 1907 dan 1927, maka
disarankan untuk memakai baja dengan kekuataan yang sangat tinggi dan
perpanjangan yang besar. Kemudian pada tahun 1940 diperkenalkan sistem
prategang yang pertama dengan bentang 47 meter di Philadelphia (Walnut Lane
Bridge) seperti gambar 2.1 dibawah ini :

Gambar 2.1 Walnut Lane Bridge


Setelah Fresyssinnet para sarjana lain juga menemukan metode-metide
prategang. Mereka adalah G.Magnel (Belgia), Y.Guyon (Perancis), P. Abeles
(Inggris), F. Leonhardt (Jerman), V.V. Mikhailov (Rusia), dan T.Y. Lin (Amerika
Serikat). Sekarang telah dikembangkan banyak sistim dan teknik prategang. Dan

2
beton prategangan sekarang telah diterima dan banyak dipakai, setelah melalui
banyak penyempurnaan hampir pada setiap elemen beton prategang, misalnya pada
jembatan, komponen bangunan seperti balok, pelat dan kolom, pipa dan tiang
panjang, terowongan dan lain sebagainya.

2.2. PENGERTIAN BETON PRATEGANG


Pengertian beton prategang menurut beberapa peraturan adalag sebagai berikut :
1. Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971) : Beton prategang adalah beton
bertulang yang sudah ditimbulkan tegangan-tegangan intern dengan pembagian
dan nilai sedemikian rupa sehingga tegangan-tegangan yang disebabkan oleh
beton dapat dinetralkan hingga mencapai taraf yang dikehendaki.
2. Draft Konsesus Pedoman Beton (1998) : Beton prategang adalah beton
bertulang yang sudah diberikan tegangan dalam yang bertujuan untuk
mengurangi tegangan tarik potensial pada beton sebagai akibat dari pemberian
beban yang berkerja kepadanya.
3. American Concrete Institute (ACI) : Beton prategang adalah beton yang
mengalami tegangan secara internal dengan besar dan distribusi sedemikian rupa
sehingga sanggup mengimbangi sampai ambang tertentu dari tegangan yang
ditimbulkan oleh beban eksternal.
4. Standar Nasional Indonesia SNI – 2012 : Beton prategang adalah beton
bertulang dimana telah diberikan tegangan dalam untuk mengurangi tegangan
tarik potensial dalam beton akibat beban.

Beton prategang merupakan struktur komposit dari material beton dan baja
dengan mutu tinggi. Baja yang digunakan disebut tendon, yaitu beberapa
baja yang dikelompokan dan membentuk kabel. Prinsip kerja dari beton prategang
yaitu tendon ditegangkan diawal dengan cara ditarik untuk memberikan tegangan
tekan pada penampang beton sebelum adanya beban yang bekerja pada struktur.
Besarnya gaya tarik yang diberikan pada tendon untuk mendapatkan gaya prategang
yang cukup harus disesuaikan dengan beban batas sedemikian rupa sehingga
penampang beton tidak mengalami tegangan tarik saat beban bekerja. Penegangan
kabel dan faktor lainnya menimbulkan kehilangan gaya prategang pada beton
prategang. Gaya prategang yang tersisa disebut gaya prategang efektif (Yolanda D,
2017).

3
2.3. PERBEDAAN BETON PRATEGANG DAN BETON BERTULANG
KONVENSIONAL

BETON BERTULANG BETON PRATEGANG


KONVENSIONAL

Beton dan tulangan baja normal Beton dan baja mutu tinggi
Penampang tidak efektif Penampang efektif bekerja
Mengalami retak Tanpa retak
Penampang gemuk / lebar Penampang ramping
Struktur lebih berat Berat menjadi lebih ekonomis
Tulangan tidak memberikan kontribusi Gaya prategang memberikan
terhadap lendutan kontribusi terhadap perlawanan
lendutan akibat beban mati dan hidup
Korosi terjadi akibat retak beton Tidak retak dan tidak terjadi korosi
Keruntuhan struktur tanpa peringatan Keruntuhan struktur sebelum batas
runtuh dapat terdeteksi
Lebih murah Lebih mahal

2.4. PRINSIP DESAIN BETON PRATEGANG


Konsep dasar beton prategang yaitu mengkombinasikan beton berkekuatan
tinggi dan baja mutu tinggi, dengan cara menarik baja tersebut dan menahannya ke
beton, jadi memebuat beton dalam keadaan tertekan.
Sistem pemberian gaya prategang pada beton ini ada dua jenis, yaitu :
1. Pretension Prestressed Concrete (pratarik)
Biasa dilakukan di pabrik (bukan di lapangan atau di lokasi proyek). Kabel
dipasang pada bekisting tanpa selongsong, kemudian kabel ditarik dengan gaya
prategang sesuai yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan dan ditahan. Setelah
kabel selesai ditarik dan ditahan, beton dicor pada umur 28 hari kabel
diputus/dilepaskan dari penahannya. Transfer gaya prategang dilakukan melalu
mekanisme lekatan antara beton dan permukaan kabel. Proses penegangan
pratarik dapat dilihat pada gambar 2.2

4
sumber: https://civilsnapshot.com, 2018

Gambar 2.2 Proses Penegangan Pratarik


2. Post tensioned Prestessed Concrete (pascatarik)
Pada post tensioning selongsong dipasang pada bekisting, lalu kabel prategang
dipasang di dalam selongsong. Setelah dicor pada umur beton 28 hari kabel
ditarik dengan gaya prategang dan ditahan pada ujung-ujung balok dengan
angker. Proses penegangan pasca Tarik dapat dilihat pada Gambar 2.3

sumber: https://civilsnapshot.com, 2018

Gambar 2.3 Proses penegangan pasca Tarik

Analisa penampang balok prategang terlentur dilakukan berdasarkan


perhitungan tegangan pada penampangan saat kondisi elastis, yaitu pada kondisi

5
beban kerja (service load). Pembebanan pada penampang balok prategang terdiri
dari beberapa kondisi, yaitu :
1. Saat pembangunan, dimana pada saat ini beban yang dipikul balok adalah berat
sendiri balok,
2. Saat selesai pembangunan dan bangunan dalam keadaan tak digunakan, dimana
beban yang dipikul balok ada berat sendiri balok dan beban mati lainnya
3. Saat bangunan digunakan, dimana beban yang bekerja adalah berat sendiri balok,
beban mati lainnya, dan beban hidup.

Besar tegangan yang terjadi pada balok beton prategang penuh dapat dilihat pada
Gambar 2.4

Gambar 2.4 Kondisi tegangan pada penampang beton prategang penuh

Tegangan yang terjadi pada penampang balok prategang penuh pada sera tatas dan
bawah adalah

Keterangan :

6
Perjanjian tanda :
Tegangan tekan (-)
Tegangan tarik (+)
Adapun besarnya tegangan beton yang diizinkan pada penampang beton
prategang diatur dalam SNI 03-2847-2002.
1. Tegangan beton sesaat sesudah penyaluran gaya prategang (sebelum terjadinya
kehilangan tegangan sebagai fungsi waktu) tidak boleh melampaui nilai
berikut :
a. Tegangan serat tekan keluar 0,60
b. Tegangan serat tarik terluar kecuali seperti yang diizinkan 0,25
c. Tegangan serat tarik terluar pada ujung – ujung komponen struktur di atas
perletakan sederhana 0,5
2. Tegangan beton pada kondisi beban layan (sesudah memperhitungkan semua
kehilangan prategang yang mungkin terjadi) tidak boleh melampaui nilai berikut
:
a. Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan
beban hidup tetap 0,45
b. Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan
beban hidup total 0,60
c. Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang pada awalnya
mengalami tekan 0,5
Besarnya tegangan tendon prategang yang diizinkan juga diatur dalam SNI 03 -2847
– 2022.
1. Akibat gaya pengangkuran, tegangan tendon tidak lebih dari 0,94 V dan tidak
lebih besar dari nilai terkecil dari 0,80 dan nilai maksimum yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat tendon prategang atau perangkat angkur.
2. Sesaat setelah penyaluran gaya prategang, tegangan tendon tidak lebih dari 0,82
vvv dan tidak leboh besar dari 0,74
3. Tendon pasca tarik, pada daerah angkur dan sambungan, segera setelah
penyaluran gaya, tegangan tendon tidak lebih dari 0,70

7
Gambar 2.5 Tegangan pada penampang dan besar tegangan izin pada beton
berdasarkan kondisi penampang
Besar momen untuk penampang balok statis tertentu yang memikul beban
merata berdasarkan masing-masing kondisi pembebanan, sebagai berikut :
1. Besar momen pada kondisi pembangunan

2. Besasr momen pada kondisi selesai pembaangunan (belum terpakai)

3. Besar momen pada kondisi bangunan dipakai

Keterangan :

Berdasarkan kondisi pembebanan maka formulasi tegangan penampang balok


prategang terlentur menjadi :

1. Kondisi saat pembangunan

8
2. Kondisi saat selesai pembangunan (belum terpakai)

3. Kondisi saat bangunan dipakai

Keterangan :

= kuat tekan beton (MPA)

Perhitungan luas tendon (kabel prategang) yang diperlukan pada penampang


dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

9
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Beton Prategang biasanya digunakan untuk konstruksi-konstruksi besar seperti
Gedung tinggi, jembatan dll. Dengan menggunakan beton prategang, konstruksi
mendapatkan bentang yang lebih panjang, mengurangi ketebalan struktural, dan
penghematan material. Beton prategang memiliki harga yang lebih mahal
dibandingkan dengan beton bertulang konvensional.
3.2. SARAN
Untuk menggunakan beton prategang harus memperhatikan dana dan tujuan
untuk pembangunan konstruksi. Dikarenakan biaya untuk pembuatan beton prategang
ini tergolong mahal.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Beton_prategang
http://myzavier.blogspot.com/2009/05/sejarah-perkembangan-beton-
prategang.html
https://asiacon.co.id/blog/manfaat-dan-kegunaan-beton-
prategang#:~:text=Hal%20ini%20membuat%20beton%20dapat,gedung%20tinggi
%2C%20dan%20lain%20sebagainya.
https://sipil.uma.ac.id/apa-itu-beton-prategang/
https://www.dictio.id/t/definisi-beton-prategang/146463
SNI 7833 tahun 2011

11
LAMPIRAN

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai