Sifa Salihanura
1841320126
3 MRK 1
Adapun prinsip dari pascatarik ini secara singkat adalah sebagai berikut :
Tahap 1: Siapkan bekisting (formwork) lengkap dengan lubang
untuk kabel tendon (tendon duct) yang dipasang melengkung sesuai bidang momen balok,
setelah itu beton dicor (gambar A).
Tahap 2: Setelah beton di cor dan sudah bisa menahan berat sendiri, tendon atau kabel
prategang dimasukkan ke dalam Lubang Tendong (tendon duct), selanjutnya ditarik untuk
mendapatkan gaya prategang. Metode pemberian gaya prategang adalah dengan cara mengikat
salah satu angker, kemudian ujung angker lainnya ditarik (ditarik dari satu sisi). Tetapi, ada pula
yang ditarik pada kedua sisinya kemudian diangkur secara bersamaan. Setelah diangkur
kemudian dilakukan grouting pada lubang angker tadi (Gambar B).
Tahap 3: Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya konsentris telah
ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya konsentris tendon
memberikan beban merata kebalok yang arahnya keatas, akibatnya bentuk balok melungkung
keatas (gambar C).
Untuk memudahkan transportasi dari pabrik ke site, maka biasanya beton prategang
dibuat dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental (balok dibagi-bagi menjadi
beberapa bagian, misalnya perbagian dibuat dengan panjang 1 sampai dengan 3 m).
4. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON PRATEGANG
Beton Prategang (Prestressed concrete) mempunyai beberapa keunggulan bila
dibandingkan dengan beton konvensional biasa, antara lain:
Kelebihan dari segi teknis:
Dimana :
ΔA = besar gelincir (m)
L = panjang tendon (m)
Eps = modulus elastisitas strand (MPa)
- Kehilangan Tegangan akibat Perpendekan Elastis Beton (ES)
Beton memendek pada saat gaya prategang diberikan. Hal ini terjadi ketika strand diberikan
gaya jacking, dimana beton akan tertekan oleh gaya jacking yang ditransfer secara simultan
kepada tendon.
- Kehilangan Tegangan akibat Rangkak (CR)
Deformasi atau aliran lateral akibat tegangan longitudinal disebut rangkak (creep). Tegangan
rangkak dan kehilangan tegangan hanya terjadi akibat beban yang terus menerus selama riwayat
pembebanan suatu elemen struktural. Berikut rumus komite ACI-ASCE untuk menghitung
kehilangan akibat rangkak :
Dimana: Nilai koefisien KRE dan J diambil pada Tabel, Nilai koefisien C diambil pada Tabel
ASTM A421-76 atau ASTM A722-75 Sumber : Prestressed Concrete Institute
fpES = kehilangan tegangan akibat elastis beton
fpCR = kehilangan tegangan akibat rayapan
fpSH = kehilangan tegangan akibat susut
- Kehilangan Tegangan akibat Friksi/ Gesekan (F)
Kehilangan prategang terjadi pada komponen struktur pascatarik akibat adanya gesekan
antara beton dengan tendon disekitarnya. Besarnya kehilangan ini merupakan fungsi dari
elinyemen tendon, yang disebut efek kelengkungan. Selain itu juga terdapat deviasi lokal dalam
elinyemen tendon yang tak dapat 19 dihindari atau tidak disengaja, disebut sebagai efek wobble.
Koefisien efek kelengkungan dan efek wobble dapat diperoleh pada tabel 3.4.
Karena rasio tinggi balok terhadap bentangnya biasa relatif kecil, maka panjang proyeksi
tendon dapat digunakan untuk menghitung α. Dengan mengasumsikan bahwa kelengkungan
tendon sesuai dengan bususr lingkaran, maka sudut pusat α di sepanjang segmen yang
melengkung seperti pada gambar 3.5, besarnya 2 kali kemiringan di ujung segmen.