Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

RANGKUMAN PENJELASAN BETON PRATEGANG


BAB I DAN II

Sifa Salihanura
1841320126
3 MRK 1

D-IV MENEJEMEN REKAYASA KONTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
1. PENGERTIAN BETON PRATEGANG
Semakin majunya teknologi konstruksi
di era modern saat ini dan semakin tinggi nya
penggunaan beton dalam dunia konstruksi,
beton prategang merupakan salah satu solusi
terbaik untuk memenuhi kebutuhan beton.
Pengertian beton prategang menurut
beberapa peraturan yang berlaku di dalam dunia
konstruksi adalah sebagai berikut:
• Menurut ACI (American Concrete Institute),
beton prategang merupakan beton yangmengalami tegangan internal dengan besar dan distribusi
sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat
beban eksternal.
• Menurut Draft Konsensus Pedoman Beton 1998, beton prategang adalah beton bertulang yang
telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam akibat
beban kerja.
• Beton prategang juga dapat didefinisikan sebagai beton bertulang dimana tegangan tariknya
pada kondisi pembebanan tertentu dengan nilai dan pembagian yang sedemikian rupa sampai
batas aman dengan pemberian gaya tekan permanen, dan baja prategang yang digunakan untuk
keperluan ini ditarik sebelum beton mengeras (pratarik) atau setelah beton mengeras (pascatarik).

2. PERBEDAAN BETON BERTULANG DAN BETON PRATEGANG


Perbedaan utama antara beton bertulang dan beton
prategang adalah beton bertulang mengkombinasikan
beton dan tulangan baja dengan cara menyatukan dan
membiarkan keduanya bekerja bersama-sama sesuai
dengan keinginannya. Sedangkan, beton prategang
mengkombinasikan beton berkekuatan tinggi dan baja
mutu tinggi dengan cara-cara “aktif”.
Pembuatan beton prategang dicapai dengan cara
menarik baja dan menahannya ke beton, jadi membuat
beton dalam keadaan tertekan. Kombinasi aktif ini
menghasilkan perilaku yang lebih baik dari kedua
bahan tersebut.

Baja adalah bahan yang dikenal dengan


kemampuan ketahanannya dan bersifat liat. Hal itu
menyebabkan baja mampu dibuat untuk bekerja dengan
kekuatan tarik yang tinggi oleh prategang. Sedangkan, beton adalah bahan yang getas dan
kemampuannya menahan tarikan diperbaiki dengan memberikan tekanan, sementara
kemampuannya menahan tekanan tidak dikurangi. Jadi beton prategang merupakan kombinasi
yang ideal dari dua buah bahan konstruksi modern berkekuatan tinggi.
3. METODE PEMBERIAN GAYA PRATEGANG PADA BETON
metode pemberian gaya konsentris pada beton prategang, yaitu :

• Metode Beton Pragetang Pre-Tenssioned (Pre-


tensioned Prestressed Concrete)
Metode ini disebut juga metode Pra-Tarik,
dimana pemberian tegangan dilakukan Ketika beton
belum dicor dan mengeras. Gaya konsentris yang
ada pada tegangan pun dipertahankan hingga beton
benar-benar sudah mengeras. Proses pembuatannya
menggunakan kabel tendon yang kemudian diikat
pada dua buah angur yaitu angkur hidup dan angkur
mati. Metode kerjanya adalah angkur hidup yang
telah ditanam pada beton ditarik menggunakan
dongkrak. Hal ini bertujuan agar kabel tendon yang
ada didalamnya menjadi bertambah Panjang.
Pada metode pratarik, tendon ditegangkan dengan pertolongan alat pembantu sebelum
beton dicor. Gaya konsentris dipertahankan sampai beton cukup keras. Setelah beton cukup keras
tendon dipotong dan gaya prategang akan tersalur ke beton melalui lekatan. Dalam pembuatan
secara massal, maka metode ini sangatlah cocok.
Baja prategang diberi pratarik terhadap pengangkeran independen sebelum pengecoran
beton di sekitarnya. Sebutan pratarik berarti pemberian pratarik pada baja prategang, bukan pada
baloknya. Pemberian pratarik biasanya dilakukan di lokasi pembuatan beton pracetak.
Penggambaran sistem pemberian pratarik dapat dilihat pada Gambar.
• Pemberian Pascatarik (Post-tensioned Prestressed Concrete)

Pada metode pascatarik, tendon ditarik


setelah beton dicor. Sebelum pengecoran
dilakukan terlebih dahulu dipasang selongsong
untuk alur dari tendon. Setelah beton jadi, tendon
dimasukkan ke dalam beton melalui selebung
tendon yang sebelumnya sudah dipasang ketika
pengecoran. Penarikan dilakukan setelah beton
mencapai kekuatan yang diinginkan sesuai
dengan perhitungan. Setelah penarikan dilakukan
maka selongsong diisi dengan bahan grouting.
Proses pemberian prategang metode pascatarik
dapat dilihat pada Gambar.

Adapun prinsip dari pascatarik ini secara singkat adalah sebagai berikut :
Tahap 1: Siapkan bekisting (formwork) lengkap dengan lubang
untuk kabel tendon (tendon duct) yang dipasang melengkung sesuai bidang momen balok,
setelah itu beton dicor (gambar A).
Tahap 2: Setelah beton di cor dan sudah bisa menahan berat sendiri, tendon atau kabel
prategang dimasukkan ke dalam Lubang Tendong (tendon duct), selanjutnya ditarik untuk
mendapatkan gaya prategang. Metode pemberian gaya prategang adalah dengan cara mengikat
salah satu angker, kemudian ujung angker lainnya ditarik (ditarik dari satu sisi). Tetapi, ada pula
yang ditarik pada kedua sisinya kemudian diangkur secara bersamaan. Setelah diangkur
kemudian dilakukan grouting pada lubang angker tadi (Gambar B).
Tahap 3: Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya konsentris telah
ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya konsentris tendon
memberikan beban merata kebalok yang arahnya keatas, akibatnya bentuk balok melungkung
keatas (gambar C).
Untuk memudahkan transportasi dari pabrik ke site, maka biasanya beton prategang
dibuat dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental (balok dibagi-bagi menjadi
beberapa bagian, misalnya perbagian dibuat dengan panjang 1 sampai dengan 3 m).
4. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON PRATEGANG
Beton Prategang (Prestressed concrete) mempunyai beberapa keunggulan bila
dibandingkan dengan beton konvensional biasa, antara lain:
Kelebihan dari segi teknis:

- Struktur beton prategang akan terhindar


dari retak terbuka didaerah tarik akibat
beban kerja.
- Beton prategang akan lebih tahan terhadap
korosi.
- Kedap air, bagus digunakan untuk proyek
yang dekat dengan perairan.
- Karena terbentuknya lawan lendut akibat
gaya prategang sebelum beban rencana
bekerja, maka lendutan akhir setelah beban rencana bekerja, akan lebih kecil dari pada
beton bertulang biasa.
- Efisien karena dimensi penampang struktur beton prategang lebih ramping.
- Lebih hemat dalam penggunaan baja.
- Ketahanan terhadap geser dan ketahanan terhadap puntirnya meningkat.
Kelebihan dari segi teknis ini akan mempengaruhi biaya untuk memproduksi beton prategang itu
sendiri.
Kelebihan dari segi ekonomis :
- Volume beton yang digunakan untuk produksi beton prategang lebih sedikit-
- Jumlah baja/besi yang digunakan untuk produksi beton prategang sedikit.
- Beton prategang akan lebih menguntungkan jika dibuat dalam jumlah besar
- Beton prategang hampir tidak memerlukan biaya pemeliharan, lebih tahan lama karena,
dapat membuat balok dengan bentang yang lebih panjang.
- Dengan menggunakan beton prategang bisa menghemat waktu pelaksanaan konstruksi.
Kekurangan beton prategang, sebagai berikut :
- Diperlukan kontrol dan monitoring quality control (QC) yang lebih ketat dalam proses
pembuatan.
- Terdapat kehilangan tegangan pada pemberian gaya prategang awal.
- Diperlukan biaya tambahan untuk pengangkutan.
5. MATERIAL BETON PRATEGANG
1. Beton adalah hasil dari pencampuran beberapa
material berupa semen, air dan agregat. Dengan
perbandingan berat campuran yakni, agregat kasar
44%, agregat halus 31%, semen 18%, dan air 7%.
Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan yang
ideal yang disebut dengan kuat tekan karakteristik.
Kuat tekan karakteristik adalah tegangan yang telah
melampaui 95% dari pengukuran kuat tekan uniaksial
yang diambil dari tes penekanan standar, yaitu dengan
kubus ukuran 15x15 cm, atau silnder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Beton yang
digunakan dalam pembuatan beton prategang adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan
yang tinggi dengan nilai f’c minimal 30 Mpa.
2. Baja: material baja yang biasa digunakan dalam praktik pembuatannnya adalah sebagai
berikut.
- Kawat PC Wire, biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton prategang dengan sistem
pratarik.
- Kawat PC Strand, biasanya digunakan untuk
baja prategang untuk beton prategang dengan
sistem pascatarik.
- Kawat PC BAR, biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton prategang dengan sistem
pratarik.
- Tulangan biasa, yaitu tulangan yang bisa dipakai
untuk beton konvensional seperti besi polos dan besi
ulir.
6. ANALISA KEHILANGAN GAYA PRATEGANG
- Kehilangan Tegangan akibat Dudukan Angker (A)
Kehilangan karena dudukan angker padastruktur pasca tarik disebabkan karena adanya blok-
blok pada angker pada saat gaya jacking terjadi pada angker. Cara mudah untuk mengatasi hal
ini adalah dengan pemberian kelebihan tegangan. Kehilangan tegangan akibat dudukan angker
dapat dihitung dengan :
∆A
∆𝑓𝑝𝐴 = Eps
L

Dimana :
ΔA = besar gelincir (m)
L = panjang tendon (m)
Eps = modulus elastisitas strand (MPa)
- Kehilangan Tegangan akibat Perpendekan Elastis Beton (ES)
Beton memendek pada saat gaya prategang diberikan. Hal ini terjadi ketika strand diberikan
gaya jacking, dimana beton akan tertekan oleh gaya jacking yang ditransfer secara simultan
kepada tendon.
- Kehilangan Tegangan akibat Rangkak (CR)
Deformasi atau aliran lateral akibat tegangan longitudinal disebut rangkak (creep). Tegangan
rangkak dan kehilangan tegangan hanya terjadi akibat beban yang terus menerus selama riwayat
pembebanan suatu elemen struktural. Berikut rumus komite ACI-ASCE untuk menghitung
kehilangan akibat rangkak :

∆𝑓𝑝𝐶𝑅 = 𝐾𝐶𝑅𝑛(𝑓𝑐𝑠 − 𝑓𝑐𝑠𝑑)


Dimana :
KCR = 2,0 untuk komponen struktur pratarik 1,60 untuk komponen struktur pascatarik
fcs = tegangan pada beton di pusat berat tendon setelah transfer
fcsd = tegangan pada beton di pusat berat tendon akibat semua beban mati tambahan setelah
prategang diberikan
n = rasio modulus
- Kehilangan Tegangan akibat Susut (SH)
Faktor-faktor yang mempengaruhi susut meliputi proporsi campuran, tipe agregat, tipe
semen, waktu perawatan, waktu antara akhir perawatan ekstrenal dan pemberian prategang,
ukuran komponen struktur dan kondisi lingkungan. Untuk komponen pascatarik, kehilangan
susut agak lebih kecil dibandingkan dengan komponen struktur pratarik. Hal ini dikarenakan
sebagian susut telah terjadi sebelum pemberian pascatarik. Jika kelembaban relatif diambil
sebagai nilai persen dan efek rasio V/S ditinjau, maka rumus yang digunakan diambil dari
Prestressed Concrete Institute adalah

∆𝑓𝑝𝑆𝐻 = 8,2 𝑋 10−6𝐾𝑆𝐻𝐸𝑝𝑠 (1 − 0,06 𝑉 𝑆 ) (100 − 𝑅𝐻)


Dimana :
KSH = koefisien untuk komponen struktur pasca tarik
Eps = modulus elastisitas baja pratregang
V/S = rasio volum-permukaan
RH = persen kelembaban relatif
- Kehilangan Tegangan akibat Relaksasi Baja (R)
Tendon mengalami kehilangan tegangan pada gaya prategang akibat dari perpanjangan
konstan terhadap waktu. Besar pengurangan gaya prategang tidak hanya bergantung pada durasi
gaya prategang yang ditahan, melainkan juga pada rasio antara prategang awal dan kuat leleh
baja prategang (fpi/fpy). Metode ACI-ASCE menggunakan konstribusi terpisah antara
perpendekan elastis rangkak dan susut dalam evaluasi kehilangan tegangan akibat relaksasi baja,
dengan persamaan berikut :

∆𝑓𝑝𝑅 = [𝐾𝑟𝑒 − 𝐽(𝑓𝑝𝐸𝑆 + 𝑓𝑝𝐶𝑅 + 𝑓𝑝𝑆𝐻)]𝑥 C

Dimana: Nilai koefisien KRE dan J diambil pada Tabel, Nilai koefisien C diambil pada Tabel
ASTM A421-76 atau ASTM A722-75 Sumber : Prestressed Concrete Institute
fpES = kehilangan tegangan akibat elastis beton
fpCR = kehilangan tegangan akibat rayapan
fpSH = kehilangan tegangan akibat susut
- Kehilangan Tegangan akibat Friksi/ Gesekan (F)
Kehilangan prategang terjadi pada komponen struktur pascatarik akibat adanya gesekan
antara beton dengan tendon disekitarnya. Besarnya kehilangan ini merupakan fungsi dari
elinyemen tendon, yang disebut efek kelengkungan. Selain itu juga terdapat deviasi lokal dalam
elinyemen tendon yang tak dapat 19 dihindari atau tidak disengaja, disebut sebagai efek wobble.
Koefisien efek kelengkungan dan efek wobble dapat diperoleh pada tabel 3.4.
Karena rasio tinggi balok terhadap bentangnya biasa relatif kecil, maka panjang proyeksi
tendon dapat digunakan untuk menghitung α. Dengan mengasumsikan bahwa kelengkungan
tendon sesuai dengan bususr lingkaran, maka sudut pusat α di sepanjang segmen yang
melengkung seperti pada gambar 3.5, besarnya 2 kali kemiringan di ujung segmen.

maka, sudut α dihitung dengan persamaan:


8y
∝= 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎n
x

Kemudian kehilangan prategang akibat kelengkingan dapat menggunakan persamaan berikut :

∆𝑓𝑝𝐹 = 𝑓1(𝜇 ∝ +𝐾𝐿)


Dimana :
f1 = tegangan yang terjadi akibat gaya prategang awal Pi
µ = koefisien kelengkungan
K = koefisien wobble

Anda mungkin juga menyukai