FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BAHAN AJAR
Semester Ganjil 2020/2021
STRUKTUR BETON
PRATEGANG & PRACETAK
TM-2. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini mempelajari mengenai macam-macam sifat yang berkaitan dengan struktur
prategang: prategang internal dan eksternal, prategang linier dan melingkar, pra-tarik (pre-
tension) dan pasca-tarik (post-tension), end-anchored dan non end-anchored, bonded dan
unbonded tendon, pracetak, cast-in-place, dan komposit; Tahap pembebanan: tahap awal,
tahap transportasi, dan pemasangan, tahap pemakaian; Sifat bahan: mutu beton, mutu baja,
enblock, dan bearing plate; Sistem penegangan dan penjangkaran; Perhitungan gaya
prategang, kehilangan gaya prategang dan trase kabel; Macam-macam struktur pracetak
sesuai standar SNI 2847:2019
I. STRUKTUR BETON PRATEGANG
I.1. PENDAHULUAN
Berikut akan dijelaskan dua metode pemberian gaya prategang pada beton:
Adapun prinsip dari Pratarik ini secara singkat adalah sebagai berikut:
Tahap-1:
a. penempatan kabel/tendon prategang
b. pemasangan angkur pada abutmen, di satu sisi angkur mati, dan di sisi lain
angkur hidup
c. pemasangan jack (alat tarik) pada angkur hidup
d. pemberian gaya prategang dengan cara penarikan tendon menggunakan jack
e. setelah besar gaya prategang tercapai, angkur hidup dimatikan
gaya prategang
Tahap-2: Beton dicor pada cetakan (formwork) dan landasan yang sudah
disediakan sedemikian sehingga melingkupi tendon yang sudah diberi gaya
prategang dan dibiarkan mengering (Gambar 10.b)
beton dicor
F F
Tahap-3: Setelah beton mengering dan cukup umur kuat untuk menerima gaya
prategang, tendon dipotong dan dilepas, sehingga gaya prategang ditransfer ke
beton (Gambar 10.c)
tendon dilepas
gaya prategang ditransfer ke beton
Setelah gaya prategang ditransfer ke beton, balok beton tersebut akan melengkung
ke atas sebelum menerima beban kerja
Setelah beban kerja bekerja, maka balok beton tersebut akan rata
beton dicor
saluran
SALURANtendon
TENDON
Tahap 2: Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya prategang, tendon atau
kabel prategang dimasukkan dalam selongsong (tendon duct), kemudian ditarik
untuk mendapatkan gaya prategang. Metode pemberian gaya prategang ini, salah
satu ujung kabel diangkur, kemudian ujung lainnya ditarik (ditarik dari satu sisi).
Ada pula yang ditarik di kedua sisinya dan diangkur secara bersamaan. Setelah
diangkur, kemudian saluran digrouting melalui lubang yang telah disediakan
(Gambar 11.b).
gaya prategang
grouting
Tahap 3: Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya prategang telah
ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya
prategang tendon memberikan beban merata ke balok yang arahnya keatas,
akibatnya balok melengkung keatas (Gambar 11.c).
F
F
Karena alasan transportasi dari pabrik beton ke site, maka biasanya beton
prategang dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental (balok
dibagi-bagi, misalnya dengan panjang 1 s/d 1,5 m), kemudian pemberian gaya
prategang dilaksanakan di site, setelah balok segmental tersebut dirangkai.
gaya prategang, dan σts adalah tegangan tarik ijin pada saat servis. Momen nominal jika
a
penampang prategang penuh, yaitu M n T p d p , sehingga secara teoritis tidak
2
diperlukan penggunaan tulangan lunak pada sistem.
Untuk kompomen struktur yang direncanakan sebagai beton prategang sebagian, maka
komponen tersebut dapat didesain untuk mengalami retak pada beban layan dengan
batasan tegangan tarik pada saat layan diperbolehkan maksimum ts 0,50 f c '
Untuk tujuan keefektifan desain, total kehilangan gaya prategang harus relatif kecil
dibandingkan gaya prategang yang bekerja. Kondisi ini dipengaruhi oleh jenis baja
prategang yang digunakan dalam konstruksi.
Berikut penjelasan tiga jenis kawat baja prategang yang umum digunakan, sesuai standar
spesifikasi ASTM:
a. kawat tunggal (wire)
Kawat untuk sistem prategang umumnya disesuaikan dengan spesifikasi ASTM A-421
untuk uncoated stress-relieved wire for prestressed concrete. Kawat dibuat dari batang
yang dihasilkan oleh proses open hearth atau tungku listrik. Kawat-kawat disuplai
dalam bentuk gulungan atau coil. Kawat-kawat tersebut dipotong dengan panjang
tertentu dan dipasang di pabrik atau di lapangan. Beberapa jenis baja harus bebas dari
lemak dan dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipasang, untuk menjamin rekatan
yang baik pada beton. Karat yang lepas atau sisik harus dibuang, tetapi lapisan karat
yang merekat kuat dianggap menguntungkan untuk menambah rekatan.
b. Relaksasi baja:
Jika baja prategang ditarik hingga mencapai perpanjangan yang konstan dan dijaga
tetap pada selang waktu tertentu, maka akan terlihat gaya prategang pada baja tersebut
akan berkurang secara perlahan. Besarnya kehilangan tergantung waktu dan suhu.
Kehilangan gaya prategang seperti ini disebut dengan relaksasi baja (R).
2. Baja Non-prategang
Tulangan ini dapat terbuat dari kawat tegangan tarik tinggi, strand kawat, batang, atau
sekedar batang baja lunak biasa. Jika tulangan prategang dan non-prategang
dikombinasikan dalam suatu struktur, baja non-prategang hampir selalu tidak efektif,
sampai terjadinya retak. Pengaruhnya terhadap permukaan retak rambut dan terhadap
lendutan elastis dari balok cukup kecil. Tetapi setelah retak terjadi, baja non-prategang
tersebut akan mendistribusikan retak secara merata dan mencegah pembentukan retak
besar dan keruntuhan akibat tekan. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan batas,
memperkuat bagian yang tidak terjangkau oleh baja prategang dan memberikan
keamanan tambahan untuk kondisi pembebanan yang tak terduga. Tulangan non-
prategang dapat ditempatkan pada posisi yang berbeda dalam balok prategang untuk
tujuan atau fungsi yang berbeda dan untuk membantu memikul beban pada tahap yang
berbeda.
Pendesainan tulangan non-prategang dengan teori elastis, tegangan tarik pada tulangan
sangat kecil. Tetapi studi mengenai tegangan elastis tetap penting untuk membantu
memahami perilaku balok yang demikian dan untuk melakukan desain dengan semestinya.
Sebelum retak, tulangan tersebut sama sekali tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya.
Baja non-prategang akan meningkatkan kekuatan batas balok dan mengurangi lendutan
setelah terjadinya retak.
Karena hampir semua balok prategang didesain untuk tanpa retak dalam batas beban
kerja, tulangan non-prategang tidak berfungsi dalam batas beban kerja, tulangan tersebut
umumnya sama efektifnya dengan tulangan prategang di sekitar beban batas. Sehingga,
jika kekuatan batas merupakan hal yang lebih diutamakan ketimbang kekuatan elastis,
tulangan non-prategang dapat digunakan secara menguntungkan. Singkatnya, dapat
diasumsikan bahwa baja non-prategang akan bekerja hingga titik leleh pada saat balok
runtuh.
Dalam segala hal, beton dengan kuat tekan (benda uji silinder) kurang dari 20 MPa tidak
dibenarkan untuk digunakan dalam pekerjaan struktur beton untuk jembatan, kecuali
untuk pembetonan yang tidak dituntut persyaratan kekuatan. Dalam hal komponen
struktur beton prategang, sehubungan dengan pengaruh gaya prategang pada tegangan
dan regangan beton, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang, maka kuat
tekan beton disyaratkan untuk tidak lebih rendah dari 30 MPa.
a. Kuat tekan
Kuat tekan beton tergantung dari jenis campuran, besaran agregat, waktu dan kualitas
perawatan. Beton dengan kekuatan tinggi jelas jauh lebih menguntungkan. Kuat tekan
beton fc’ didasarkan pada pengujian benda uji slinder standar 15x30cm yang diolah
pada kondisi laboratorium standar dan diuji pada laju pembebanan tertentu selama 28
hari. Spesifikasi standar yang digunakan di Indonesia adalah dari SNI.
b. Kuat tarik
Untuk komponen struktur yang mengalami lentur, nilai modulus repture fr (bukan kuat
belah tarik ft’) digunakan dalam desain. Modulus repture diukur dengan cara menguji
balok beton polos berpenampang bujursangkar 15cm dan bentang 45cm, dibebani d
ititik-titik sepertiga bentang (ASTM C-78). Besarnya modulus repture lebih besar
dibanding kuat tarik belah beton. Dari Pedoman Beton 1988, Chapter 3 besar modulus
Ec wc 0,043 f c ' untuk beton dengan wc 1400 s/d 2560 kg/m3, dan Ec 4700 f c '
1, 5
untuk beton normal, dimana Ec adalah modulus elastisitas beton [MPa], wc adalah berat
volume beton [kg/m3], dan fc’ adalah tegangan tekan beton [MPa].
e. Rangkak (creep)
Rangkak atau aliran material lateral adalah peningkatan regangan terhadap waktu
akibat beban yang terus menerus berkerja. Deformasi awal akibat beban adalah
regangan elastis, sementara regangan tambahan akibat beban yang sama yang terus
bekerja adalah regangan rangkak. Asumsi ini karena deformasi awal yang tercatat
hanya berupa sedikit efek yang bergantung pada waktu, terlihat bahwa laju rangkak
berkurang seiring bertambah waktu. Rangkak tidak dapat diamati secara langsung,
namun dapat ditentukan dengan mengurangkan regangan elastis dengan regangan
susut dari deformasi total. Meskipun rangkak dan susut merupakan fenomena yang
tidak independen, dapat diasumsikan bahwa superposisi tegangan berlaku.
f. Susut
Pada dasarnya ada dua jenis susut, yaitu susut plastis dan susut pengeringan. Susut
plastis terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran beton segar
dicetakan. Permukaan yang diekspose seperti pelat lantai akan lebih dipengaruhi oleh
Ada dua macam selubung (conduit/duct), yaitu sistem prategang dengan lekatan
(bonded) dan yang untuk tanpa lekatan (unbonded).
Untuk sistem prategang dengan lekatan sendiri biasanya mengunakan: formed duct
atau cored duct.
Formed duct, ialah selongsong yang dibuat dengan menggunakan lapisan tipis yang
tetap di tempat. Harus berupa bahan yang tidak memungkinkan tembusnya pasta
semen. Selongsong tersebut harus mentransfer tegangan lekatan yang dibutuhkan
dan harus dapat mempertahankan bentuknya pada saat memikul berat beton.
Ukuran dari selongsong sendiri untuk tendon yang terdiri dari kawat, batang atau
strands, diameter selongsongnya harus sedikitnya ¼ lebih besar dari diameter nominal
kawat, batang atau strands. Sesudah selongsong diletakkan dan pencetakan selesai,
harus dilakukan pemeriksaan untuk menyelidiki kerusakan selongsong yang mungkin
ada. Selongsong harus dikencangkan dengan baik pada jarak-jarak yang cukup dekat,
untuk mencegah peralihan selama pengecoran beton.
2. Angkur (anchorages)
Suatu alat yang digunakan untuk menjangkarkan tendon kepada komponen struktur
beton dalam sistem pascatarik, atau suatu alat untuk menjangkar tendon selama proses
pengerasan beton dalam sistem pratarik. Biasanya angkur dirancang untuk
menerapkan kekuatan menekankan awal hingga 80% dari beban maksimum yang
ditentukan karakteristik, dengan kekuatan beton minimum 28 MPa (silinder) atau 35
MPa (kubus).
Angkur mati adalah angkur yang didesain tidak untuk ditarik. Sedangkan blok angkur
pada multi-strand tendon terdiri dari wedges, anchor block, dan anchor guide. Nantinya
setelah proses penarikan selesai strand yang telah tertegangi akan dijepit oleh wedge
pada anchor block yang bersandar pada anchor guide yang kemudian akan mentransfer
tegangan kepada beton. Pada anchor guide juga terdapat lubang untuk memasang pipa
untuk pelaksanaan grouting.