Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS PAKUAN

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAHAN AJAR
Semester Ganjil 2020/2021

STRUKTUR BETON
PRATEGANG & PRACETAK
TM-2. PENDAHULUAN

DOSEN: TITIK PENTA ARTININGSIH

Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini mempelajari mengenai macam-macam sifat yang berkaitan dengan struktur
prategang: prategang internal dan eksternal, prategang linier dan melingkar, pra-tarik (pre-
tension) dan pasca-tarik (post-tension), end-anchored dan non end-anchored, bonded dan
unbonded tendon, pracetak, cast-in-place, dan komposit; Tahap pembebanan: tahap awal,
tahap transportasi, dan pemasangan, tahap pemakaian; Sifat bahan: mutu beton, mutu baja,
enblock, dan bearing plate; Sistem penegangan dan penjangkaran; Perhitungan gaya
prategang, kehilangan gaya prategang dan trase kabel; Macam-macam struktur pracetak
sesuai standar SNI 2847:2019
I. STRUKTUR BETON PRATEGANG
I.1. PENDAHULUAN

I.1.6. SISTEM PRATEGANG DAN PENGANGKURAN


Ada beberapa macam sistem beton prategang ditinjau dari berbagai segi, yaitu
a. Ditinjau dari cara penarikan
b. Ditinjau dari keadaan distribusi tegangan pada beton

a. Ditinjau dari cara penarikan


Berbagai metode pemberian gaya prategang diberikan, tetapi hanya akan dibahas metode
yang paling luas dipakai untuk memberikan gaya prategang pada unsur-unsur beton
struktural, yaitu dengan menarik baja ke arah longitudinal dengan alat penarik. Pemberian
gaya prategang pada beton akan memberikan tegangan tekan pada penampang yang dapat
dilakukan sebelum atau sesudah beton dicor.

Berikut akan dijelaskan dua metode pemberian gaya prategang pada beton:

1. Metode Pratarik (Pre-tension Method)


Pada sistem pratarik, tendon baja kekuatan tinggi ditarik di antara ujung abutmen
(juga disebut bulkhead) sebelum pengecoran beton. Abutmen-abutmen dikekang pada
ujung-ujung landasan grategang. Pada saat beton mencapai kekuatan yang diinginkan
untuk penegangan, tendon-tendon diputus dari abutmen-abutmennya. Gaya pratekan
ditransfer ke beton dari tendon, berdasarkan ikatan rekatan di antara beton dan
tendon. Selama transfer prategang, elemen mengalami perpendekan elastik. Apabila
tendon secara eksentrik, elemen sangat mungkin mengalami lenturan dan defleksi

Adapun prinsip dari Pratarik ini secara singkat adalah sebagai berikut:
 Tahap-1:
a. penempatan kabel/tendon prategang
b. pemasangan angkur pada abutmen, di satu sisi angkur mati, dan di sisi lain
angkur hidup
c. pemasangan jack (alat tarik) pada angkur hidup
d. pemberian gaya prategang dengan cara penarikan tendon menggunakan jack
e. setelah besar gaya prategang tercapai, angkur hidup dimatikan

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 14


kabel/tendon
abutmen ujung
landasan
angkur

gaya prategang

 Tahap-2: Beton dicor pada cetakan (formwork) dan landasan yang sudah
disediakan sedemikian sehingga melingkupi tendon yang sudah diberi gaya
prategang dan dibiarkan mengering (Gambar 10.b)

beton dicor

F F

 Tahap-3: Setelah beton mengering dan cukup umur kuat untuk menerima gaya
prategang, tendon dipotong dan dilepas, sehingga gaya prategang ditransfer ke
beton (Gambar 10.c)
tendon dilepas
gaya prategang ditransfer ke beton

 Setelah gaya prategang ditransfer ke beton, balok beton tersebut akan melengkung
ke atas sebelum menerima beban kerja
 Setelah beban kerja bekerja, maka balok beton tersebut akan rata

Keuntungan dan kerugian sistem pratarik:


 Keuntungan relatif sistem pratarik dibandingan sistem pascatarik yaitu sistem
sistem pratarik lebih cocok untuk elemen pracetak yang diproduksi dalam jumlah
besar
 Kerugian sistem pratarik yaitu:
 Diperlukan alas penegangan saat pelaksanaan pretensioning
 Terdapat suatu masa tunggu di alas penegangan sebelum beton mencapai
kekuatan
 Harus ada ikatan lekatan yang baik di antara beton dan tendon sepanjang
panjang transmisi

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 15


2. Metode Pascatarik (Post-tension Method)
Pada sistem pascatarik, pipa atau saluran untuk tendon (disebut duct) ditempatkan
bersama-sama dengan penulangan sebelum pencetakan beton. Tendon dimasukkan ke
dalam saluran sesudah pencetakan beton. Pipa mencegah kontak di antara beton dan
tendon selama pelaksanaan penarikan. Tidak seperti sistem pratarik, tendon ditarik
dengan reaksi yang bekerja terhadap beton yang mengeras.

Terdapat dua jenis sistem pascatarik, yaitu:


a. Pascatarik terlekat (bonded), yaitu bila saluran pipa diisi dengan injeksi semen
(grout). Injeksi merupakan pasta semen murni atau suatu mortar semen-pasir yang
mengandung bahan tambah yang sesuai
b. Pascatarik tak-terlekat (unbonded), yaitu bila pipa saluran tidak diinjeksi dan
tendon ditahan semata-mata oleh pengangkuran ujung

Secara singkat metode ini dapat dijelaskan sebagai berikut:


 Tahap 1: Dengan cetakan (formwork) yang telah disediakan lengkap dengan
saluran/selongsong kabel prategang (tendon duct) yang dipasang melengkung
sesuai bidang momen balok, beton dicor (Gambar 11.a).

beton dicor

saluran
SALURANtendon
TENDON

 Tahap 2: Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya prategang, tendon atau
kabel prategang dimasukkan dalam selongsong (tendon duct), kemudian ditarik
untuk mendapatkan gaya prategang. Metode pemberian gaya prategang ini, salah
satu ujung kabel diangkur, kemudian ujung lainnya ditarik (ditarik dari satu sisi).
Ada pula yang ditarik di kedua sisinya dan diangkur secara bersamaan. Setelah
diangkur, kemudian saluran digrouting melalui lubang yang telah disediakan
(Gambar 11.b).

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 16


tendon (kabel baja prategang)
angkur

gaya prategang

grouting

 Tahap 3: Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya prategang telah
ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang melengkung, maka akibat gaya
prategang tendon memberikan beban merata ke balok yang arahnya keatas,
akibatnya balok melengkung keatas (Gambar 11.c).

F
F

 Karena alasan transportasi dari pabrik beton ke site, maka biasanya beton
prategang dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental (balok
dibagi-bagi, misalnya dengan panjang 1 s/d 1,5 m), kemudian pemberian gaya
prategang dilaksanakan di site, setelah balok segmental tersebut dirangkai.

b. Ditinjau dari keadaan distribusi tegangan pada beton


1. Prategang Penuh (Fully Prestressing)
Suatu sistem yang dibuat sedemikian rupa sehingga tegangan yang terjadi adalah
tekanan pada seluruh tampang. Untuk komponen-komponen struktur dari beton
prategang penuh, maka komponen tersebut direncanakan untuk tidak mengalami
retak pada beban layan. Jadi pada komponen tersebut ditetapkan tegangan tarik yang
terjadi = nol (  tt   ts  0 ), dimana σtt adalah tegangan tarik ijin pada saat transfer

gaya prategang, dan σts adalah tegangan tarik ijin pada saat servis. Momen nominal jika
 a
penampang prategang penuh, yaitu M n  T p  d p   , sehingga secara teoritis tidak
 2
diperlukan penggunaan tulangan lunak pada sistem.

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 17


2. Prategang Sebagian (Partial Prestressing)
Metode desain yang mengijinkan adanya sejumlah tegangan tarik pada member beton
prategang pada beban layan penuh. Untuk menyediakan keamanan tambahan untuk
beton prategang sebagian, tulangan non-prategang (tulangan biasa) sering
ditambahkan untuk memberi kekuatan batas yang lebih tinggi, pada balok dan untuk
memikul tegangan tarik pada beton.

Untuk kompomen struktur yang direncanakan sebagai beton prategang sebagian, maka
komponen tersebut dapat didesain untuk mengalami retak pada beban layan dengan

batasan tegangan tarik pada saat layan diperbolehkan maksimum  ts  0,50 f c '

Keuntungan dari prategang sebagian adalah berkurangnya lendutan ke atas (camber).


Pengurangan lendutan ke atas menjadi minimum adalah penting, khususnya bila beban
mati relatif kecil dibandingkan dengan beban rencana total. Pengurangan lendutan ke
atas awal juga berarti mengurangi pengaruh rangkak-lentur dan kemudahan dalam
pengendalian keseragaman lendutan ke atas.

I.1.7. MATERIAL BETON PRATEGANG


1. Baja Prategang
Baja pada konstruksi beton prategang merupakan penyebab terjadinya pemendekan pada
beton dikarenakan pengaruh rangkak dan susut. Kehilangan gaya prategang pada baja
sesaat setelah penegangan pada baja akibat gesekan di sepanjang tendon atau saat
pengangkuran ujung (draw-in) akan mempengaruhi gaya prategang pada beton dengan
angka yang cukup signifikan.

Untuk tujuan keefektifan desain, total kehilangan gaya prategang harus relatif kecil
dibandingkan gaya prategang yang bekerja. Kondisi ini dipengaruhi oleh jenis baja
prategang yang digunakan dalam konstruksi.

a. Jenis kawat bajap prategang:


 Kawat tunggal (wire)
Kawat tunggal ini biasanya dipergunakan dalam beton prategang dengan sistem
pratarik (pretension method).

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 18


 Untaian kawat (strand)
Untaian kawat ini biasanya dipergunakan dalam beton prategang dengan
sistem pasca-tarik (post-tension).
 Kawat batangan (bar)
Kawat batangan ini biasanya digunakan untuk beton prategang dengan sistem pra-
tarik (pretension).

Tabel 1. Tipikal Baja Prategang

Diameter Luas Beban Putus Tegangan Tarik


Baja Prategang
[mm] [mm2] [kN] [MPa]
Kawat Tunggal 3 7.1 13.5 1900
(wire)
4 12.6 22.1 1750
5 19.6 31.4 1600
7 38.5 57.8 1500
8 50.3 70.4 1400
Untaian Kawat 9.3 54.7 102 1860
(strand)
12.7 100 184 1840
15.2 143 250 1750
Kawat Batangan 23 415 450 1080
(bar)
26 530 570 1080
29 6680 710 1080
32 804 870 1080
38 1140 1230 1080

Berikut penjelasan tiga jenis kawat baja prategang yang umum digunakan, sesuai standar
spesifikasi ASTM:
a. kawat tunggal (wire)
Kawat untuk sistem prategang umumnya disesuaikan dengan spesifikasi ASTM A-421
untuk uncoated stress-relieved wire for prestressed concrete. Kawat dibuat dari batang
yang dihasilkan oleh proses open hearth atau tungku listrik. Kawat-kawat disuplai
dalam bentuk gulungan atau coil. Kawat-kawat tersebut dipotong dengan panjang
tertentu dan dipasang di pabrik atau di lapangan. Beberapa jenis baja harus bebas dari
lemak dan dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipasang, untuk menjamin rekatan
yang baik pada beton. Karat yang lepas atau sisik harus dibuang, tetapi lapisan karat
yang merekat kuat dianggap menguntungkan untuk menambah rekatan.

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 19


b. untaian kawat (strand)
Untaian kawat (strand) untuk sistem prategang umumnya disesuaikan dengan
spesifikasi ASTM A-416 untuk uncoated seven-wire stress-relieved for prestressed
concrete. Strand yang digunakan ada dua derajat, yaitu 1724 MPa, dan 1862 MPa,
dimana kata derajat menunjukkan tegangan putus minimum yang dijamin. Spesifikasi
ini ditunjukkan untuk beton prategang pratarik yang terekat. Juga dapat dipakai untuk
konstruksi pasca-tarik baik jenis terlekat atau pun tidak terlekat.

Tabel 2. Karakteristik strand


ASTM grade 270
Tipe strand
13 mm (1/2’) 15 mm (0,6’)
diameter [mm] 12,7 -
luas nominal [mm2] 98,7 140
berat nominal [kg/m] 0,775 1,10
tegangan leleh [MPa] 1670 1670
tegangan tarik putus [MPa] 1860 1860
batas leleh [kN] 183,7 260,7
modulus [GPa] sekitar 195 sekitar 195
relaksasi [%] maksimum2,5 maksimum 2,5
catatan: tegangan ijin 45% tegangan leleh

c. kawat batang (bar)


Spesifikasi ASTM A-322 dan A-29 sering dipakai untuk campuran batang baja mutu
tinggi. Biasanya disyaratkan bahwa semua batang baja dicoba ditegangkan sampai 90%
kekuatan batas yang ditentukan. Meskipun kekuatan batas sesungguhnya seringkali
mencapai 1100 MPa, nilai minimum yang ditentukan adalah 1000 MPa. Batang-batang
baja mutu tinggi tersedia dengan panjang lebih dari 24,4 m, tetapi karena kesulitan
dalam pengapalan, panjangnya kemudian dibatasi. Khusus untuk batang ulir mutu
tinggi dengan kekuatan batas 1100 MPa, tersedia dalam ukuran diameter 25,4 mm
sampai 34,9 mm. Kekuatan batas 1600 MPa tersedia untuk batang-batang ini dengan
diameter 15,9 mm.

b. Relaksasi baja:
Jika baja prategang ditarik hingga mencapai perpanjangan yang konstan dan dijaga
tetap pada selang waktu tertentu, maka akan terlihat gaya prategang pada baja tersebut
akan berkurang secara perlahan. Besarnya kehilangan tergantung waktu dan suhu.
Kehilangan gaya prategang seperti ini disebut dengan relaksasi baja (R).

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 20


Menurut besar nilai relaksasinya, baja prategang terbagi dua jenis yaitu baja prategang
relaksasi normal dan baja prategang relaksasi rendah. Untuk pemakaian jangka
panjang, baja prategang relaksasi rendah lebih sering dipergunakan karena lebih
menguntungkan. Percobaan untuk mengetahui besarnya nilai relaksasi baja dilakukan
dalam waktu 1000 jam pada tegangan konstan pada suhu 20 derajat Celcius.

2. Baja Non-prategang
Tulangan ini dapat terbuat dari kawat tegangan tarik tinggi, strand kawat, batang, atau
sekedar batang baja lunak biasa. Jika tulangan prategang dan non-prategang
dikombinasikan dalam suatu struktur, baja non-prategang hampir selalu tidak efektif,
sampai terjadinya retak. Pengaruhnya terhadap permukaan retak rambut dan terhadap
lendutan elastis dari balok cukup kecil. Tetapi setelah retak terjadi, baja non-prategang
tersebut akan mendistribusikan retak secara merata dan mencegah pembentukan retak
besar dan keruntuhan akibat tekan. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan batas,
memperkuat bagian yang tidak terjangkau oleh baja prategang dan memberikan
keamanan tambahan untuk kondisi pembebanan yang tak terduga. Tulangan non-
prategang dapat ditempatkan pada posisi yang berbeda dalam balok prategang untuk
tujuan atau fungsi yang berbeda dan untuk membantu memikul beban pada tahap yang
berbeda.

Pendesainan tulangan non-prategang dengan teori elastis, tegangan tarik pada tulangan
sangat kecil. Tetapi studi mengenai tegangan elastis tetap penting untuk membantu
memahami perilaku balok yang demikian dan untuk melakukan desain dengan semestinya.
Sebelum retak, tulangan tersebut sama sekali tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya.
Baja non-prategang akan meningkatkan kekuatan batas balok dan mengurangi lendutan
setelah terjadinya retak.

Karena hampir semua balok prategang didesain untuk tanpa retak dalam batas beban
kerja, tulangan non-prategang tidak berfungsi dalam batas beban kerja, tulangan tersebut
umumnya sama efektifnya dengan tulangan prategang di sekitar beban batas. Sehingga,
jika kekuatan batas merupakan hal yang lebih diutamakan ketimbang kekuatan elastis,
tulangan non-prategang dapat digunakan secara menguntungkan. Singkatnya, dapat
diasumsikan bahwa baja non-prategang akan bekerja hingga titik leleh pada saat balok
runtuh.

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 21


3. Beton
Beton yang digunakan untuk konstruksi beton prategang memiliki komposisi standar yaitu
semen, air, agregat, dan jika perlu ditambahkan admixture. Besar perbandingan antar
ketiga bahan tersebut tergantung mutu beton yang akan dicapai. Beton untuk beton
prategang biasanya merupakan beton bermutu tinggi. Menurut ACI, beton yang boleh
mengalami prategang adalah beton yang telah berumur 28 hari dengan kuat tekan beton
mencapai 30 sampai 40 MPA.

Dalam segala hal, beton dengan kuat tekan (benda uji silinder) kurang dari 20 MPa tidak
dibenarkan untuk digunakan dalam pekerjaan struktur beton untuk jembatan, kecuali
untuk pembetonan yang tidak dituntut persyaratan kekuatan. Dalam hal komponen
struktur beton prategang, sehubungan dengan pengaruh gaya prategang pada tegangan
dan regangan beton, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang, maka kuat
tekan beton disyaratkan untuk tidak lebih rendah dari 30 MPa.

a. Kuat tekan
Kuat tekan beton tergantung dari jenis campuran, besaran agregat, waktu dan kualitas
perawatan. Beton dengan kekuatan tinggi jelas jauh lebih menguntungkan. Kuat tekan
beton fc’ didasarkan pada pengujian benda uji slinder standar 15x30cm yang diolah
pada kondisi laboratorium standar dan diuji pada laju pembebanan tertentu selama 28
hari. Spesifikasi standar yang digunakan di Indonesia adalah dari SNI.

b. Kuat tarik
Untuk komponen struktur yang mengalami lentur, nilai modulus repture fr (bukan kuat
belah tarik ft’) digunakan dalam desain. Modulus repture diukur dengan cara menguji
balok beton polos berpenampang bujursangkar 15cm dan bentang 45cm, dibebani d
ititik-titik sepertiga bentang (ASTM C-78). Besarnya modulus repture lebih besar
dibanding kuat tarik belah beton. Dari Pedoman Beton 1988, Chapter 3 besar modulus

reptur adalah Fr  0,6 f c '

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 22


c. Kuat geser
Kuat geser lebih sulit ditentukan dengan cara eksperimental dibandingkan dengan
pengujian-pengujian lainnya dikarenakan sulitnya untuk mengisolasi tegangan geser
dari tegangan lainnya. Hal ini mengakibatkan perbedaan hasil besarnya kuat geser
beton yang dilaporkan diberbagai studi literatur, mulai dari 20% hingga 85% dari kuat
tekan pada kasus-kasus dimana geser langsung terjadi bersamaan dengan tekan.
Kontrol desain struktural jarang didasarkan pada kuat geser karena besarnya kuat
geser itu sendiri dibatasi secara kontinyu pada nilai yang lebih kecil untuk mencegah
beton mengalami tarik diagonal.

d. Modulus elastisitas (Ec)


Modulus elastisitas beton, Ec, nilainya tergantung pada mutu beton, yang terutama
dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran beton. Namun untuk analisis
perencanaan struktur beton SNI 2847:2019 menetapkan modulus elastisitas beton

Ec  wc  0,043 f c ' untuk beton dengan wc 1400 s/d 2560 kg/m3, dan Ec  4700 f c '
1, 5

untuk beton normal, dimana Ec adalah modulus elastisitas beton [MPa], wc adalah berat
volume beton [kg/m3], dan fc’ adalah tegangan tekan beton [MPa].

e. Rangkak (creep)
Rangkak atau aliran material lateral adalah peningkatan regangan terhadap waktu
akibat beban yang terus menerus berkerja. Deformasi awal akibat beban adalah
regangan elastis, sementara regangan tambahan akibat beban yang sama yang terus
bekerja adalah regangan rangkak. Asumsi ini karena deformasi awal yang tercatat
hanya berupa sedikit efek yang bergantung pada waktu, terlihat bahwa laju rangkak
berkurang seiring bertambah waktu. Rangkak tidak dapat diamati secara langsung,
namun dapat ditentukan dengan mengurangkan regangan elastis dengan regangan
susut dari deformasi total. Meskipun rangkak dan susut merupakan fenomena yang
tidak independen, dapat diasumsikan bahwa superposisi tegangan berlaku.

f. Susut
Pada dasarnya ada dua jenis susut, yaitu susut plastis dan susut pengeringan. Susut
plastis terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran beton segar
dicetakan. Permukaan yang diekspose seperti pelat lantai akan lebih dipengaruhi oleh

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 23


udara kering karena besarnya permukaan udara kontak. Susut pengeringan terjadi
sesudah beton mongering dan sebagian besar proses hidrasi kimiawi dipasta semen
telah terjadi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi susut pengeringan:


 Agregat
Agregat beraksi menahan susut pada semen. Jadi beton dengan kandungan agregat
lebih banyak akan lebih tahan terhadap susut
 Rasio air-semen
Semakin tinggi rasio air-semen, semakin besar pula efek susut
 Ukuran elemen beton
Semakin besar elemen beton, maka semakin kecil susutnya
 Kondisi kelembaban di sekitar
Pada daerah dengan kelembaban yang tinggi laju susut akan lebih kecil
 Banyaknya penulangan
Beton bertulang akan lebih sedikit mengalami susut dibanding dengan beton polos
 Bahan additive
Penambahan bahan yang bersifat untuk mempercepat pengerasan beton akan
mengakibatkan beton banyak mengalami susut
 Jenis semen
Semen jenis cepat kering akan mengakibatkan beton banyak mengalami susut
 Karbonansi
Susut karbonansi diakibatkan oleh reaksi antara karbondioksida (CO2) yang ada di
atmosfer dan yang ada di pasta semen. Banyaknya susut gabungan bergantung pada
urutan proses karbonasi dan pengeringan. Jika keduanya terjadi secara simultan,
maka susut yang terjadi akan lebih sedikit.

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 24


I.1.8. KOMPONEN PRATEGANG
Komponen prategang adalah material-material yang dibutuhkan untuk mendukung
pemberian gaya prategang pada struktur. Komponen prategang tersebut adalah:

1. Selubung tendon (duct)


Biasa digunakan untuk prategang pascatarik sebagai ruang untuk meletakkan strand,
Menurut SK SNI T-15-1991-03, selongsong untuk tendon yang digrout (dengan lekatan)
atau tanpa lekatan harus kedap air dan tidak reaktif dengan beton, tendon atau bahan
pengisinya. Apabila digunakan kawat majemuk, kawat untai atau batang tendon yang
digrout, selongsong harus mempunyai diameter paling sedikit 6 mm lebih besar dari
diameter tendon dan mempunyai luas penampang dalam paling sedikit dua kali luas
dari tendon.

Gambar 12. selubung (duct) tendon, round-duct & flat-duct

Ada dua macam selubung (conduit/duct), yaitu sistem prategang dengan lekatan
(bonded) dan yang untuk tanpa lekatan (unbonded).

Untuk sistem prategang dengan lekatan sendiri biasanya mengunakan: formed duct
atau cored duct.
 Formed duct, ialah selongsong yang dibuat dengan menggunakan lapisan tipis yang
tetap di tempat. Harus berupa bahan yang tidak memungkinkan tembusnya pasta
semen. Selongsong tersebut harus mentransfer tegangan lekatan yang dibutuhkan
dan harus dapat mempertahankan bentuknya pada saat memikul berat beton.

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 25


Selongsong logam harus berupa besi beton atau logam baja yang digalvanisasi,
selubung plastik berulir atau selubung karet
 Cored duct, ialah selongsong yang harus dibentuk tanpa adanya tekanan yang dapat
mencegah aliran suntikan. Untuk sistem prategang tanpa lekatan, biasanya dipakai
plastik atau kertas tebal sebagai pembungkus dan tendon diberi pelumas (grease)
untuk mempermudah penarikan dan mencegah terjadinya karat.

Ukuran dari selongsong sendiri untuk tendon yang terdiri dari kawat, batang atau
strands, diameter selongsongnya harus sedikitnya ¼ lebih besar dari diameter nominal
kawat, batang atau strands. Sesudah selongsong diletakkan dan pencetakan selesai,
harus dilakukan pemeriksaan untuk menyelidiki kerusakan selongsong yang mungkin
ada. Selongsong harus dikencangkan dengan baik pada jarak-jarak yang cukup dekat,
untuk mencegah peralihan selama pengecoran beton.

2. Angkur (anchorages)
Suatu alat yang digunakan untuk menjangkarkan tendon kepada komponen struktur
beton dalam sistem pascatarik, atau suatu alat untuk menjangkar tendon selama proses
pengerasan beton dalam sistem pratarik. Biasanya angkur dirancang untuk
menerapkan kekuatan menekankan awal hingga 80% dari beban maksimum yang
ditentukan karakteristik, dengan kekuatan beton minimum 28 MPa (silinder) atau 35
MPa (kubus).

Pemilihan angkur sendiri tergantung pada tujuan penggunaannya dan persyaratan


struktur, juga pada jumlah dan kualitas yang diperlukan untuk menerapkan untai gaya
yang dibutuhkan per unit kabel. Pada sistem pascatarik pengangkuran menggunakan
blok angkur (anchor block) atau angkur mati (dead-end anchor).

Angkur mati adalah angkur yang didesain tidak untuk ditarik. Sedangkan blok angkur
pada multi-strand tendon terdiri dari wedges, anchor block, dan anchor guide. Nantinya
setelah proses penarikan selesai strand yang telah tertegangi akan dijepit oleh wedge
pada anchor block yang bersandar pada anchor guide yang kemudian akan mentransfer
tegangan kepada beton. Pada anchor guide juga terdapat lubang untuk memasang pipa
untuk pelaksanaan grouting.

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 26


Gambar 13. Angkur, a. block anchor pada multi-strand tendon, b. angkur mati

3. Dongkrak penegang (stressing jack)


Suatu alat yang digunakan untuk menegangkan tendon. Gaya jacking sendiri ialah gaya
sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan tarik pada beton prategang.
Umumnya jack menggunakan pompa hidrolis untuk dapat menarik tendon. Selang
hidrolik tidak boleh membungkuk terlalu tajam selama operasi dan harus diletakkan
sehingga mereka memiliki kebebasan maksimum yang mungkin dari gerakan. Jack
sendiri memiliki banyak tipe yang dapat digunakan untuk menarik tendon, tergantung
dari besarnya gaya yang diperlukan untuk menarik tendon.

a. multi-strand hydraulic jack b. mono-strand hydraulic jack


Gambar 14. Jenis stressing-jack

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 27


4. Perlengkapan grouting (grouting equipment)
Untuk memberikan proteksi permanen pada baja pascatarik, dan untuk
mengembangkan lekatan antara baja dengan beton di sekitarnya, saluran prategang
harus diisi dengan bahan grout. Tahap pekerjaan grouting dilakukan dengan cara
menyuntikkan semen (grout) dan memompanya ke dalam duct. Bahan grout dipompa
melalui pipa yang dipasang pada lubang yang ada di anchor guide

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/PENDAHULUAN - 28

Anda mungkin juga menyukai